Anda di halaman 1dari 3

Name: Ni Wayan Aritarini Student Number: 2143700174

CASE STUDY OF ASTHMA


HT, a 32 year old woman, 155 CM, 81 Kg, presents to hospital casualty with a history
of increased breathlessness and wheeze, over the last 5 days. She is known to have
had asthma for 20 years and has smoked 10 cigarettes per day since the age of 15. Her
last hospital admission was one month ago. She works in a small ‘do it your self’
shop, as a counter assistant. HT lives in tenth-floor council flat , she is single.
On medical examination the following is found:
 Audible wheeze throughout the chest, using accessory muscles
 Not able to speak in sentences, stops for breath after two words
 Tachycardia, pulse 130 beats per minute
 Tachypnoeic, respiratory rate 25 breaths per minute
 Peak expiratory flow rate 150 L/min

Questions
1. Explain why the patient is tachycardia and tachypnoeic
2. Describe what peak expiratory flow measures and how this value is interpreted in
this woman
3. Explain how the severity of acute asthma is estimated and how often investigation
should be done
4. List the medicines available for the acute treatment of asthma and describe the
method administration
5. What are the aims of asthma treatment for the patient and professional
6. Describe the role of pharmacist in the care of this patient

Answers
1. Takikardia adalah peningkatan denyut jantung diatas normal (berdetak lebih cepat),
pada penderita asma takikardi terjadi karena jaringan tubuh kekurangan oksigen
sehingga jantung mengompensasinya dengan meningkatkan denyutnya agar
mendapatkan kebutuhan oksigen yang diperlukan oleh tubuh. Pasien dikatakan
takikardi karena denyut nadi pasien meningkat hingga 130 kali permenit. Normalnya
denyut jantung orang dewasa adalah 50-100 denyut per menit. Takipnea adalah
kondisi seseorang ketika bernapas dengan cepat. Pada orang dewasa normalnya 10-
20napas per menit, namun pada kasus pasien ini respiratory ratenya 25 kali per menit,
sehingga pasien dikatakan takipnea
2. Peak expiratory flow (PEF) rate adalah parameter yang diukur pada spirometer
yaitu kecepatan aliran udara maksimal yang terjadi pada tiupan paksa maksimal yang
dimulai dengan paru pada keadaan inspirasi maksimal. PEF normal pada orang
dewasa berkisar 400-700L/menit tergantung jenis kelamin, usia dan tinggi badan.
Pada wanita berusia 32tahun dengan tinggi badan 155cm berkisar 310-430L/menit.
Pada kasus ini PEF pasien hanya 150L/menit, artinya PEF pasien PEF<50% sehingga
keparahannya diniali sebagai serangan akut berat disertai dengan gejala yang
mendukung seperti mengi dan kesulitan bernafas.
3. Berdasarkan gejala yang dialami pasien seperti mengi, kesulitan bernafas, kesulitan
berbicara, berhenti setelah 2 kata, respiratory rate 25napas/menit, PEF <50%, maka
pasien dinilai sebagai serangan akut berat. Pemeriksaan yang disarankan untuk
dilakukan adalah pemeriksaan riwayat penyakit pasien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan kejenuhan oksigen, pemeriksaan dengan spirometer untuk mengetahui
nilai FEV1 dan PEF nya. Pemeriksaan/assessment tersebut dapat diulang setelah
pemberian inhalasi agonis beta dosis tinggi dan antikolinergik dengan nebulizer setiap
20menit selama 1 jam, dan saturasi oksigen ≥90%. Kondisi pasien tetap dikontrol
hingga kondisi membaik melalui monitoring saturasi oksigen, PEF, FEV1 dan denyut
jantung. Apabila sudah normal, pasien dapat dipulangkan dengan diberikan obat
pulang dengan melanjutkan inhalasi beta agonis, kortikosteroid oral dan edukasi
pasien.
4. Pengobatan yang dapat digunakan pada pasien asma akut adalah:
 Short acting ꞵ2 agonis: (salbutamol, terbutaline)  merupakan terapi pilihan
untuk meredakan gejala serangan akut dan pencegahan bronkospasme akibat
exercise. Pada serangan akut dapat diberikan dalam bentuk inhalasi
 Antikolinergik: (ipratropium bromide)  sebagai tambahan inhalasi beta
agonis pada serangan akut yang berat, merupakan bronkodilator alternatif bagi
pasien yang intoleran beta agonis. Dapat diberikan dalam bentuk inhalasi
 Kortikosteroid oral  digunakan jangka pendek untuk mengatasi eksaserbasi
sedang sampai berat untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah
eksaserbasi berulang.
 Oksigen  diberikan via kanula hidung atau masker untuk menjaga asturasi
oksigen >90% (>95% untuk wanita hamil dan pasien dengan gangguan
jantung).
5. Tujuan pengobatan serangan asma akut adalah mengatasi serangan secara cepat
sehingga memungkinkan pasien menjalani hidup normal dengan hanya sedikit
gangguan atau tanpa gejala, mencegah timbulnya gejala kronis yang mengganggu,
menjaga fungsi paru mendekati normal, mencegah kekambuhan dan meminimalisasi
kunjungan ke rumah sakit.
6. Peran apoteker dalam pengobatan kasus ini:
 Mengedukasi pasien mengenai fakta dasar tentang asma seperti
bedanya saluran napas yang normal dengan pasien asma, apa yang
terjadi ketika serangan asma.
 Mengedukasi pasien tentang pengobatan asma seperti bagaimana obat
bekerja, pengobatan jangka panjang dan pengobatan serangan akut,
memberi edukasi tentang pentingnya kepatuhan penggunaan obat pada
terapi jangka panjang.
 Mengedukasi teknik dasar penggunaan inhaler
 Memantau penggunaan obat pasien saat konsultasi
 Mengedukasi pasien untuk memantau kondisinya seperti memberitau
bagaimana memantau gejala dan mengenal kapan kondisi memburuk,
kapan dan bagaimana melakukan tindakan darurat.
 Mengedukasi pasien untuk mengidentifikasi dan menghindari faktor
pemicu

Anda mungkin juga menyukai