Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

EKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH :

1. FATUR RIZKY

2. MOCH NAFI P.

3. NOVAN ADHI P.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. KAIDAH, OBYEK, ETIKA, DAN, KEBBIJAKAN EKONOMI DALAM HUKUM
EKONOMU ISLAM

1. Kaidah Hukum Ekonomi Islam


Dalam perngertian sederhana atau sempit, kaidah hukum merupakan asas-asas, nilai-nilai
atau norma yang terkandung dalam suatu hukum yang konkret. Salah satu kaidah hukum
adalah “apabila gugur perkara pokok, maka gugur juga perkara assesornya.”
Kaidah Hukum Tentang Akad Murabahah :
1. Putusan Nomor : 362 K/Ag/2013
 Margin yang terlalu besar dalam akad murabahah tidak bertentangan dengan
syari'ah, selama akad tersebut dibuat secara sukarela, suka sama suka dan tanpa
paksaan.
 Perbuatan kreditur yang mengeksekusi hak tanggungan sebagai jaminan utang
dari debitur bukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH), apalagi kreditur telah
menerima kuasa untuk menyelesaikan utang debitur dengan melelang objek
tanggungan sebagai konsekwensi dari akad syari`ah yang telah disepakati.
2. Putusan Nomor : 48 PK/Ag/2009
 Gugatan pembatalan akad murabahah tidak dapat diajukan ke Pengadilan Agama,
sebab perkara tersebut telah diputus oleh Pengadilan Negeri Bukittinggi pada
tanggal 27 Desember 2004.
 Lelang eksekusi atas putusan PN Bukittinggi tersebut tidak dapat dibatalkan oleh
Pengadilan Agama, sebab perkara pokok sudah diputus sebelum Pengadilan
Agama berwenang mengadili perkara gugatan ekonomi syari'ah, oleh karena itu
gugatan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima.
3. Putusan Nomor : 104 K/Ag/2017
Surat gugatan atas objek jaminan fidusia yang kurang pihak dan tidak
menjelaskan secara rinci perihal objek tersebut, mengakibatkan gugatan menjadi
kabur.
4. Putusan Nomor : 539 K/Ag/2017
 Addendum tentang perubahan pemilihan lembaga penyelesaian sengketa ekonomi
syariah yang dibuat oleh isteri almarhum setelah perkara masuk di Pengadilan
Agama bertentangan dengan hukum acara dan kepastian hukum.
 Addendum dibuat untuk menyelesaikan realisasi perjanjian, bukan untuk
mengubah kewenangan tentang lembaga mana yang berhak mengadili setelah
perkara tersebut diajukan ke Pengadilan Agama.
5. Putusan Nomor : 138 K/Ag/2017
 Restrukturisasi akad pembiayaan murabahah tidak boleh dilakukan terhadap
debitur yang jelas-jelas sudah tidak mampu membayar angsuran sesuai perjanjian.
 Lelang yang sudah dilaksanakan dengan benar dan pemenang lelang sebagai
pembeli yang beritikad baik harus dilindungi.
6. Putusan Nomor : 452 K/Ag/2016.

Dalam akad murabahah dapat diletakkan Perjanjian Jaminan Fidusia. Di mana


akad murabahah sebagai perjanjian pokok sedangkan perjanjian fidusia sebagai
asesor perjanjian.

Kaidah Hukum Tentang Akad Musyarakah :

1) Putusan Nomor 715 K/Ag/2014


 Pihak yang tidak termasuk dalam perjanjian akad musyarakah tidak mempunyai
legal standing atau kafasitas sebagai Penggugat dalam sengketa akad musyarakah.
Oleh karenanya, gugatan dianggap mengandung cacat formal yaitu diskualifikasi
in persona.
 Dalam gugatan sengketa akad musyarakah yang tidak disertai dengan tuntutan
kepada pihak siapa yang harus mengembalikan modal dan bagi hasil yang
disepakati, gugatan tersebut dinyatakan tidak jelas dan mengakibatkan gugatan
tidak diterima.
 Gugatan perdata terhadap pribadi sebagai person tidak dapat dibenarkan jika
pribadi tersebut dalam melakukan akad syariah bertindak sebagai pengurus LKS1
yang dipimpinnya.
2) Putusan Nomor 624 K/Ag/2017
 Risiko yang ditimbulkan dari akad musyarakah di kemudian hari yangbukan
karena kelalaian pihak, maka kerugian tersebut harus ditanggung secara
proporsional antara pihak nasabah dan pihakbank.
 Kelalaian pihak kreditur yang mencairkan dana pinjaman tanpadiproteksi terlebih
dahulu oleh asuransi sesuai bunyi akad, maka tindakan tersebut adalah tindakan
ketidak hatian-hatian pihak bank, bukan merupakan kelalaian pihak debitur.

Kaidah Hukum Tentang Akad Mudarabah

1) Putusan Nomor 410 K/Ag/2014


 Kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik kembali atau
tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga, kecuali karena kuasa tersebut telah
dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya.
2) Putusan Nomor 272 K/Ag/2015
 Jika suatu kontrak mengandung multi tafsir, maka kehendak para pihak lebih
diutamakan daripada memahami kata-kata yang tersamar dalam kontrak.
 Jika ada dua pilihan dalam akad maka pihak bebas memilih ke lembaga mana
diajukan gugatannya dan jika sudah dipilih, maka hakim tidak dapat menentukan
lain kecuali menyelesaikan sesuai dengan pilihan para pihak tersebut.

SUMBER : https://drive.google.com/file/d/1XHb7MUhA8nV8uaMghI4Y7fiaKullfJnU/view
2. Objek Hukum Ekonomi Islam
3. Asas-asas Hukum Ekonomi Islam
Metode pengambilan hukum dalam ekonomi Islam melalui ushul fiqh, yaitu berdasarkan
pada Al-quran, Sunnah, ijma, qiyas, istihsan, istishab, maslahah mursalah, urf, sad adz-
dzariah dan fath adz-dzariah. Yang dirinci sebagai berikut:
a. Al-quran
Adapun hukum yang terkandung dalam Al-quran mencakup tiga macam, yaitu
hukum aqidah, hukum amaliyah/syariah dan akhlak. Secara keseluruhan ajaran
tentang ekonomi Islam dalam Al-quran terdapat (kurang lebih) 370 ayat dan 70
diantaranya berbicara tentang perdagangan dan perniagaan.
b. Sunnah
Secarat etimologi (bahasa) Arab, kata As-Sunnah diambil dari kata-kata: “sanna-
yasinnu-wayasunnu-sannaa fahuwa masnuunu wajam’uhu sunanu. wasanna al-
amro aiy bayyanah”
a. Artinya: “Menerangkan”
b. Sunnah artinya: “Sirah, tabi’at, jalan”
c. Sunnah dari Allah artinya: “Hukum, perintah dan larangan-Nya.” [Al-Qamusul
Muhith (IV/231), Lisanul Arab (VI/399-400) dan Mukhtaarush Shihaah (hal.
317).]
c. Ijma
Ijma adalah kesepakatan semua mujtahidin dikalangan umat Islam pada suatu
masa, setelah kewafatan Rasulullah SAW atas suatu hukum syar’i mengenai suatu
kejadian ataupun kasus. Ijma hanya ditetapkan setelah wafatnya Rasulullah SAW,
karena ketika Beliau masih hidup, Beliau sendirilah tempat kembalinya hukum
syariat. Sehingga tidak ada perselisihan mengenai hukum syariat pada saat itu.
d. Qiyas
Qiyas adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nash-nya kepada
kejadian lain yang ada nash-nya dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash.
e. Istihsan
Istihsan merupakan upaya untuk men-tawaqqufkan prinsip-prinsip umum dalam
satu nash disebabkan adanya nash yang lain. Istihsan merupakan upaya untuk
men-tawaqqufkan prinsip-prinsip umum dalam satu nash disebabkan adanya nash
yang lain. Adapun secara bahasa adalah menganggap baik sesuatu, sedangkan
menurut istilah ulama ushul adalah berpindahnya seorang mustahid dari tuntutan
qiyas jaly (qiyas yang nyata) kepada qiyas qhafy (qiyas yang samar), atau dari
hukum yang kulli kepada hukum pengecualian.
f. Al-Maslahah Al-Mursalah
mursalah merupakan suatu metode ijtihad dalam rangka menggali hukum
(istinbath) Islam, namun tidak berdasarkan pada nash tertentu, namun berdasarkan
kepada pendekatan maksud diturunkannya hukum syara’ (maqashid syariah).
g. Al-Urf
Secara etimologi ‘urf berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal
sehat”.
Istilah ‘urf dalam pengertian tersebut sama dengan pengertian istilah al-‘adah
(adat istiadat). Adat adalah sesuatu yang telah mantap di dalam jiwa dari segi
dapatnya diterima oleh akal yang sehat dan watak yang benar.
h. Al-Istishab
Istishab menurut istilah ushul adalah menetapkan sesuatu menurut keadaan
sebelumnya sehingga terdapat dalil yang menunjukan perubahan keadaan, atau
menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lampau menjadi kekal
menurut keadaan sampai terdapat dalil yang menunjukan atas perubahannya.
i. Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah
Pembahasan Fath al-Dzari’ah kebalikan dari sadd adz-dzari’ah secara
terminologi adalah penetapan suatu hukum yang merupakan sarana bagi
penetapan hukum yang lainnya. Contoh Fath al-Dzari’ah yang berkaitan dengan
ekonomi Islam adalah menerapkan manajemen resiko pada berbagai macam
lembaga keuangan syariah, dalam rangka untuk meminimalisasi resiko di masa
depan.
4. Etika Ekonomi Islam
 Multiple Ownership : yang berarti kepemilikan yang berdasarkan pada suatu ikatan
dengan hak milik yang disahkan syari’ah. Kepemilikan memiliki makna khusus yang
didapat si pemilik, sehinggamempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan
pelanggaran pada garisgaris syari’ah.
 Freedom to Act : yang berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas,
punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Selama aktifitas bisnis itu
tidak keluar dari garis-garis Syari’ah Islam.
 Social Justice : artinya bahwa, prinsip keadilan merupakan sebuah keniscayaan yang
perlu ditegakkan dan dijunjungtinggi dalam penerapan etika ekonomi Islam. Maka
keadilan merupakan substansi pokok bagi seluruh aspek dalam kerangka kehidupan
manusia.
5. Kebijakan Ekonomi Islam

a. Sasaran Pembangunan Ekonomi dalam Islam


Dalam ekonomi sekular,”Pembangunan Ekonomi” mengacu pada suatu
proses di mana rakyat dari suatu negara atau daerah memanfaatkan sumber daya
yang tersedia untuk menghasilkan kenaikan produksi barang dan jasa perkapita
secara terus-menerus.
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk mengubah suatu
keadaan menjadi lebih baik dari sebelumnya, atau meningkatkan kualitas suatu
keadaan menjadi yang lebih baik, sehingga kesejahteraan dan kemakmuran
semakin tinggi. Dalam wacana ekonomi pembangunan, pembangunan ekonomi
identik dengan menciptakan dan mempertahankan serta meningkatkan pendapatan
nasional.
Istilah pembangunan ekonomi (economic development) biasanya
dikaitkan dengan perkembangan ekonomi di negara-negara berkembang.
Sebagian ahli ekonomi mengartikan istilah ini sebagai berikut, ”economic
development is growth plus change” (Pembangunan ekonomi adalah
pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan-perubahan dalam struktur
dan corak kegiatan ekonomi).
b. Peran dan Fungsi Negara
Peran negara dalam ekonomi selalu penting dalam pemikiran politik
muslim sejak dulu sampai sekarang, yang telah dibahas dalam sejumlah subjek,
termasuk di antaranya adalah al-ahkam as sulthaniyyah ‘regulasi pemerintah’,
maqasid asy-syariah, as-siyasah as-syar’iyyah ‘kebijakan syari’ah’ dan al-hisab.
c. Instrumen Instrumen Kebijakan
instrumen kebijakan adalah seperangkat langkah atau tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan kebijakan yang di tetapkan.
Setiap (atau kombinasi beberapa) instrumen kebijakan biasanya melibatkan
(mengandung) setidaknya 3aspek, yaitu:
 Piranti hukum (legal devices)
 Tatanan kelembagaan (institutional setting)
 Mekanisme operasional (operasional mechanism)
d. Urgensi Dakwah atau Pendidikan Dalam Ekonomi
dalam konteksnya dengan ekonomi Islam, bahwa ekonomi Islam
merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang disimpulkan dari al-
Qur'an dan as-sunah dan merupakan bangunan perekonomian yang didirikan atas
dasar-dasar tersebut sesuai dengan lingkungan dan masanya.
Nilai-nilai Islam tidak hanya berkaitan dengan proses ekonomi tapi juga
berkaitan dengan tujuan dari kegiatan ekonomi. Islam menempatkan bahwa tujuan
ekonomi tidak hanya kesejahteraan duniawi saja, tapi juga untuk kepentingan
yang lebih utama yaitu kesejahteraan ukhrawi. Dengan demikian ekonomi Islam
dan dakwah bertujuan agar manusia memperoleh kebahagaan dunia dan akhirat.
METODOLOGINYA SERTA TEORI-TEORI ISLAM

1. Metodolognya Ekonomi Islam


Berbicara tentang Metodologi, artinya membahas konsep toeritis metode yang
terkait dalam pengetahuan. Dengan demikian yang dimaksud metodologi adalah
pembahasan konsep-konsep dasar turan ekonomi islam yang bersumber pada Al qur’an
dan sunah.
Setiap ilmu ekonomi pasti didasari atas ideologi yang memberi acuan atu
landasan untuk mencapai suatu tujuan disatu pihak dan pihak lainnya serta mempunyai
prinsip-prinsip dilain pihak. Dalam ekonomi pun akan dbuat kerangka-kerangkadimana
suatu kelompok atau komunitas sosio-ekonomi bisa memanfaatkan sumber-sumber alam
dan manusiawi untuk kepentingan bersama.
Suatu sistem ekonomi islam seharusnya diformulasikan berdasarkan pandangan
ajaran-ajaran islam dan sumber hukum islam tentang kehidupan. Berbagai aksioma dan
prinsip dalam sistem tersebut seharusnya ditentukan secara pasti dan jelas dalam
prosesnya untuk menunjukan kemurniannya.
Metodologi ekonomi islam ini membahas alat-alat analisis. Literatur islam yang
ada sekarang ada dua macam metode yang digunakan, yakni :
Metode pertama adalah metode deduksi dan metode yang kedua adalah metode
pemikiran retrospektif. Metode pertama, dikembangkan oleh para ahli hukum islam,
fuqoha, dan sangat dikenal dikalangan mereka. Ia diaplikasikan di ekonomi islam modern
untuk menampilkan prinsip-prinsip sistem islam dan kerangka hukumnya dengan
berkonsultasi dengan sumber-sumber islam. Yaitu, Alqur’an dan sunnah.
Metode kedua, digunakan oleh banyak penulis muslim kontemporer yang
merasakan tekanan kemiskinan dan keterbelakangan didunia islam dan berusaha mencari
berbagai pemecahan terhadap persoalan-persoalan ekonomi umat muslim dengan kembali
ke Al qur’an dan sunnah untuk mencari dukungan atas pemecahan-pemecahan tersebut
dan mengujinya dengan memperhatikan petunjuk tuhan.
2. Teori Konsumsi, Produksi, dan Moneter Makro dalam Ekonomi Islam

a. Konsumsi
Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar
ekonom, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi
juga memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang
melingkupinya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi
ekonomikonvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara
pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah islamiyyah. Pelaku
konsumsi atau orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhannya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah kecenderungan
konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya.
Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana
mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku
konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di
antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya
(resources) yang dimilikinya.
b. Produsksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari
bentuk semula. Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu
alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Kegiatan produksi merupakan
mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan
barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka
kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan
barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat
dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan
penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.
Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk
pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
c. Monoter Makro
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.Sasaran yang ingin
dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap factor internal
maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada
akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu
Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi,perluasan
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan
tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang
(baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang
merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas
dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal
ini disebutkan AL Qur’an dalam QS.Al.An’am:152
3. Struktur dalam Ekonomi Islam
Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung dalam satu nama
yang sama. Struktur biasa dipakai untuk mengelompokkan beberapa informasi yang
berkaitan menjadi sebuah. Struktur pasar menggambarkan jumlah pelaku dalam suatu
pasar. Sekaligus menggambarkan tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu pasar
tersebut. Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa
bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya
perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan
peranan iklan dalam kegiatan industri. Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli,
oligopoli, dan monopolistik).

Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi, semakin tinggi
jumlah pelaku dalam pasar maka tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga
menuntut untuk lebih efisien

1.       Pentingnya Struktur Pasar

Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi, jadi semakin tinggi
jumlah pelaku dalam pasar, maka tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga
menuntut untuk lebih efisien.

2.      Struktur Pasar Yang Islami

Struktur Pasar yang Islami adalah Pasar yang menciptakan tingkat harga yang adil. Adil
dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen maupun produsen, terkait dengan surplus
produsen dan surplus konsumen. Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip
kebebasan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi.

3.       Kebebasan Ekonomi

Kebebasan ekonomi adalah pilar pertama dalam struktur pasar Islami. Kebebasan ini
berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi : pertanggungjawaban dan kebebasan,
sejarah kebebasan ekonomi dalam masyarakat Islam 

Pertanggungjawaban dan kebebasan

Prinsip pertanggungjawaban individu merupakan hal yang mendasar dalam ajaran Islam,
yang ditekankan oleh al-Quran dalam berbagai ayat dan perbuatan dan perkataan Nabi
saw. Prinsip dari pertanggungjawaban individual ini disebutkan dalam berbagai konteks
dan kesempatan secara berbeda sebagai berikut :
1)      Setiap orang akan dihisab secara individu, dan ini diterapkan pada Nabi saw. Tidak
ada cara bagi seseorang untuk menebus perbuatan jahatnya, kecuali dengan mencari
keridhoan Allah dan melakukan amal baik.

2)      Tidak ada konsep dosa turunan dan mempertanggungjawabkan kesalahan orang


lain.

3)       Tidak ada perantaraan dalam hubungan langsung dengan Allah , Nabi sendiri
adalah seorang utusan atau perantaraan tuntutan Allah untuk disampaikan pada manusia.
Permintaan maaf harus disampaikan langsung kepada Allah.

4)      Setiap individu mempunyai hak penuh untuk berpedoman langsung dengan


sumber-sumber hukum Islam (al-Quran dan hadits).

5)       Islam sudah sempurna , tidak seorang pun bisa menambah, menghapus, atau
bahkan mengubah satu ayat pun. Setiap pengambilan kesimpulan dari penafsiran ayat
adalah pemahaman personal, di mana setap orang dapat berbeda-beda, dan tidak ada
seorangpun dapat menyampaikan pemahamannya kepada orang lain.

Jadi, tanggung jawab penuh dari perbuatan seorang muslim adalah kebutuhan yang
didasarkan pada jenjang kebebasan yang luas, dimulai dengan kebebasan untuk memilih
kepercayaan seseorang dan berakhir dengan keputusan yang paling sederhana yang
dibuat oleh seseorang. Oleh karena itu, kebebasan adalah saudara kembar
pertanggungjawaban.
Sumber :

http://repository.uin-suska.ac.id/8964/4/BAB%20III.pdf

http://digilib.uin-suka.ac.id/25266/1/13510035_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

https://www.academia.edu/9533519/ETIKA_EKONOMI_ISLAM

https://id.scribd.com/doc/50489342/Kebijakan-Ekonomi-dalam-Islam

https://drive.google.com/file/d/1XHb7MUhA8nV8uaMghI4Y7fiaKullfJnU/view

http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/6407/5/bab5_Teori_permintaan_islami_rokhmat_ok4_book_antiq.pdf

http://repository.stainparepare.ac.id/290/1/12.2200.027.pdf

https://syitn.wordpress.com/tugas-kuliah-5/ekonomi-moneter/kebijakan-moneter-dalam-islam/

Anda mungkin juga menyukai