EKONOMI ISLAM
DISUSUN OLEH :
1. FATUR RIZKY
2. MOCH NAFI P.
3. NOVAN ADHI P.
FAKULTAS HUKUM
SUMBER : https://drive.google.com/file/d/1XHb7MUhA8nV8uaMghI4Y7fiaKullfJnU/view
2. Objek Hukum Ekonomi Islam
3. Asas-asas Hukum Ekonomi Islam
Metode pengambilan hukum dalam ekonomi Islam melalui ushul fiqh, yaitu berdasarkan
pada Al-quran, Sunnah, ijma, qiyas, istihsan, istishab, maslahah mursalah, urf, sad adz-
dzariah dan fath adz-dzariah. Yang dirinci sebagai berikut:
a. Al-quran
Adapun hukum yang terkandung dalam Al-quran mencakup tiga macam, yaitu
hukum aqidah, hukum amaliyah/syariah dan akhlak. Secara keseluruhan ajaran
tentang ekonomi Islam dalam Al-quran terdapat (kurang lebih) 370 ayat dan 70
diantaranya berbicara tentang perdagangan dan perniagaan.
b. Sunnah
Secarat etimologi (bahasa) Arab, kata As-Sunnah diambil dari kata-kata: “sanna-
yasinnu-wayasunnu-sannaa fahuwa masnuunu wajam’uhu sunanu. wasanna al-
amro aiy bayyanah”
a. Artinya: “Menerangkan”
b. Sunnah artinya: “Sirah, tabi’at, jalan”
c. Sunnah dari Allah artinya: “Hukum, perintah dan larangan-Nya.” [Al-Qamusul
Muhith (IV/231), Lisanul Arab (VI/399-400) dan Mukhtaarush Shihaah (hal.
317).]
c. Ijma
Ijma adalah kesepakatan semua mujtahidin dikalangan umat Islam pada suatu
masa, setelah kewafatan Rasulullah SAW atas suatu hukum syar’i mengenai suatu
kejadian ataupun kasus. Ijma hanya ditetapkan setelah wafatnya Rasulullah SAW,
karena ketika Beliau masih hidup, Beliau sendirilah tempat kembalinya hukum
syariat. Sehingga tidak ada perselisihan mengenai hukum syariat pada saat itu.
d. Qiyas
Qiyas adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada nash-nya kepada
kejadian lain yang ada nash-nya dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash.
e. Istihsan
Istihsan merupakan upaya untuk men-tawaqqufkan prinsip-prinsip umum dalam
satu nash disebabkan adanya nash yang lain. Istihsan merupakan upaya untuk
men-tawaqqufkan prinsip-prinsip umum dalam satu nash disebabkan adanya nash
yang lain. Adapun secara bahasa adalah menganggap baik sesuatu, sedangkan
menurut istilah ulama ushul adalah berpindahnya seorang mustahid dari tuntutan
qiyas jaly (qiyas yang nyata) kepada qiyas qhafy (qiyas yang samar), atau dari
hukum yang kulli kepada hukum pengecualian.
f. Al-Maslahah Al-Mursalah
mursalah merupakan suatu metode ijtihad dalam rangka menggali hukum
(istinbath) Islam, namun tidak berdasarkan pada nash tertentu, namun berdasarkan
kepada pendekatan maksud diturunkannya hukum syara’ (maqashid syariah).
g. Al-Urf
Secara etimologi ‘urf berarti “sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal
sehat”.
Istilah ‘urf dalam pengertian tersebut sama dengan pengertian istilah al-‘adah
(adat istiadat). Adat adalah sesuatu yang telah mantap di dalam jiwa dari segi
dapatnya diterima oleh akal yang sehat dan watak yang benar.
h. Al-Istishab
Istishab menurut istilah ushul adalah menetapkan sesuatu menurut keadaan
sebelumnya sehingga terdapat dalil yang menunjukan perubahan keadaan, atau
menjadikan hukum yang telah ditetapkan pada masa lampau menjadi kekal
menurut keadaan sampai terdapat dalil yang menunjukan atas perubahannya.
i. Sadd al-Dzari’ah dan Fath al-Dzari’ah
Pembahasan Fath al-Dzari’ah kebalikan dari sadd adz-dzari’ah secara
terminologi adalah penetapan suatu hukum yang merupakan sarana bagi
penetapan hukum yang lainnya. Contoh Fath al-Dzari’ah yang berkaitan dengan
ekonomi Islam adalah menerapkan manajemen resiko pada berbagai macam
lembaga keuangan syariah, dalam rangka untuk meminimalisasi resiko di masa
depan.
4. Etika Ekonomi Islam
Multiple Ownership : yang berarti kepemilikan yang berdasarkan pada suatu ikatan
dengan hak milik yang disahkan syari’ah. Kepemilikan memiliki makna khusus yang
didapat si pemilik, sehinggamempunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan
pelanggaran pada garisgaris syari’ah.
Freedom to Act : yang berarti bahwa manusia sebagai individu dan kolektivitas,
punya kebebasan penuh untuk melakukan aktivitas bisnis. Selama aktifitas bisnis itu
tidak keluar dari garis-garis Syari’ah Islam.
Social Justice : artinya bahwa, prinsip keadilan merupakan sebuah keniscayaan yang
perlu ditegakkan dan dijunjungtinggi dalam penerapan etika ekonomi Islam. Maka
keadilan merupakan substansi pokok bagi seluruh aspek dalam kerangka kehidupan
manusia.
5. Kebijakan Ekonomi Islam
a. Konsumsi
Dalam mendefinisikan konsumsi terdapat perbedaan di antara para pakar
ekonom, namun konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang
dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi
juga memiliki pengertian yang sama, tapi memiliki perbedaan dalam setiap yang
melingkupinya. Perbedaan yang mendasar dengan konsumsi
ekonomikonvensional adalah tujuan pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara
pencapaiannya harus memenuhi kaidah pedoman syariah islamiyyah. Pelaku
konsumsi atau orang yang menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhannya disebut konsumen. Perilaku konsumen adalah kecenderungan
konsumen dalam melakukan konsumsi, untuk memaksimalkan kepuasannya.
Dengan kata lain, perilaku konsumen adalah tingkah laku dari konsumen, dimana
mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Perilaku
konsumen (consumer behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih di
antara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumberdaya
(resources) yang dimilikinya.
b. Produsksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan
suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari
bentuk semula. Dalam memproduksi membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu
alat atau sarana untuk melakukan proses produksi. Kegiatan produksi merupakan
mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan
barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka
kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan
barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat
dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan
penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam
memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya.
Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk
pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
c. Monoter Makro
Kebijakan Moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan
ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui
pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.Sasaran yang ingin
dicapai adalah memelihara kestabilan nilai uang baik terhadap factor internal
maupun eksternal. Stabilitas nilai uang mencerminkan stabilitas harga yang pada
akhirnya akan mempengaruhi realisasi pencapaian tujuan pembangunan suatu
Negara, seperti pemenuhan kebutuhan dasar, pemerataan distribusi,perluasan
kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi riil yang optimum dan stabilitas
ekonomi.
Secara prinsip, tujuan kebijakan moneter islam tidak berbeda dengan
tujuan kebijakan moneter konvensional yaitu menjaga stabilitas dari mata uang
(baik secara internal maupun eksternal) sehingga pertumbuhan ekonomi yang
merata yang diharapkan dapat tercapai. Stabilitas dalam nilai uang tidak terlepas
dari tujuan ketulusan dan keterbukaan dalam berhubungan dengan manusia. Hal
ini disebutkan AL Qur’an dalam QS.Al.An’am:152
3. Struktur dalam Ekonomi Islam
Struktur adalah pengelompokan variabel-variabel yang bernaung dalam satu nama
yang sama. Struktur biasa dipakai untuk mengelompokkan beberapa informasi yang
berkaitan menjadi sebuah. Struktur pasar menggambarkan jumlah pelaku dalam suatu
pasar. Sekaligus menggambarkan tingkat kompetisi yang terjadi dalam suatu pasar
tersebut. Struktur Pasar memiliki pengertian penggolongan produsen kepada beberapa
bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya
perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri dan
peranan iklan dalam kegiatan industri. Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar
persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli,
oligopoli, dan monopolistik).
Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi, semakin tinggi
jumlah pelaku dalam pasar maka tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga
menuntut untuk lebih efisien
Struktur pasar sangatlah penting, karena terkait dengan harga yang akan diterima oleh
konsumen. Struktur pasar juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi, jadi semakin tinggi
jumlah pelaku dalam pasar, maka tingkat persaingan akan semakin tinggi sehingga
menuntut untuk lebih efisien.
Struktur Pasar yang Islami adalah Pasar yang menciptakan tingkat harga yang adil. Adil
dalam hal ini adalah tidak merugikan konsumen maupun produsen, terkait dengan surplus
produsen dan surplus konsumen. Struktur Pasar dalam Islam didasarkan atas prinsip
kebebasan, termasuk dalam melakukan kegiatan ekonomi.
3. Kebebasan Ekonomi
Kebebasan ekonomi adalah pilar pertama dalam struktur pasar Islami. Kebebasan ini
berdasarkan pada ajaran Islam, yang meliputi : pertanggungjawaban dan kebebasan,
sejarah kebebasan ekonomi dalam masyarakat Islam
Prinsip pertanggungjawaban individu merupakan hal yang mendasar dalam ajaran Islam,
yang ditekankan oleh al-Quran dalam berbagai ayat dan perbuatan dan perkataan Nabi
saw. Prinsip dari pertanggungjawaban individual ini disebutkan dalam berbagai konteks
dan kesempatan secara berbeda sebagai berikut :
1) Setiap orang akan dihisab secara individu, dan ini diterapkan pada Nabi saw. Tidak
ada cara bagi seseorang untuk menebus perbuatan jahatnya, kecuali dengan mencari
keridhoan Allah dan melakukan amal baik.
3) Tidak ada perantaraan dalam hubungan langsung dengan Allah , Nabi sendiri
adalah seorang utusan atau perantaraan tuntutan Allah untuk disampaikan pada manusia.
Permintaan maaf harus disampaikan langsung kepada Allah.
5) Islam sudah sempurna , tidak seorang pun bisa menambah, menghapus, atau
bahkan mengubah satu ayat pun. Setiap pengambilan kesimpulan dari penafsiran ayat
adalah pemahaman personal, di mana setap orang dapat berbeda-beda, dan tidak ada
seorangpun dapat menyampaikan pemahamannya kepada orang lain.
Jadi, tanggung jawab penuh dari perbuatan seorang muslim adalah kebutuhan yang
didasarkan pada jenjang kebebasan yang luas, dimulai dengan kebebasan untuk memilih
kepercayaan seseorang dan berakhir dengan keputusan yang paling sederhana yang
dibuat oleh seseorang. Oleh karena itu, kebebasan adalah saudara kembar
pertanggungjawaban.
Sumber :
http://repository.uin-suska.ac.id/8964/4/BAB%20III.pdf
http://digilib.uin-suka.ac.id/25266/1/13510035_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
https://www.academia.edu/9533519/ETIKA_EKONOMI_ISLAM
https://id.scribd.com/doc/50489342/Kebijakan-Ekonomi-dalam-Islam
https://drive.google.com/file/d/1XHb7MUhA8nV8uaMghI4Y7fiaKullfJnU/view
http://repo.iain-
tulungagung.ac.id/6407/5/bab5_Teori_permintaan_islami_rokhmat_ok4_book_antiq.pdf
http://repository.stainparepare.ac.id/290/1/12.2200.027.pdf
https://syitn.wordpress.com/tugas-kuliah-5/ekonomi-moneter/kebijakan-moneter-dalam-islam/