Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Banyak orang yang belum mengetahui proses pembuatan dan
bahan pembuatan piston begitupun dengan penulis yang sebelumnya
belum mengetahui prosesnya. Untuk itu penulis membuat makalah ini
sebagai pengetahuan dan bahan pembelajaran kedepan agar dapat
membuat inovasi inovasi yang bisa berguna dan bermanfaat dan agar
masyarakat memiliki pengetahuan proses pembuatan piston yang
mungkin bisa berguna agar tidak hanya mengandalkan produksi luar
negeri, dan bisa menghasilkan produk sendiri yang sama kualitasnya
dengan harga yang lebih terjangkau.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang tersebut, permasalahan yang dialami menurut
saya sebagai berikut:
1. Pemilihan bahan yang sesuai dengan tugas dan karakteristik
piston.
2. Perencanaan dan hal hal yang harus diperhitugkan dalam
pembuatan pola cetakan.
3. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi cacat pada saat
peleburan dan pencetakan.
4. Pengujian kualitas produk yang harus dilakukan.

1.3. Tujuan penulisan


Tujuan utama penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan bagi
seluruh masyarakat dalam proses-proses pembuatan piston. Selain itu hal
hal yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah:
1. Ingin mengurangi ketergantungan masyarakat dengan produk-
produk luar negeri.
www.Luzman.id

1
2. Membuat masyarakat lebih berinovasi dengan memanfaatkn piston-
piston bekas yang mungkin bisa didaur ulang untuk menghasilkan
piston baru dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dengan piston
dengan bahan baku biji aluminium baru dengan terlebih dahulu
melakukan penelitian dan percobaan.

1.4. Batasan masalah


Batasan maslah makalah proses pembuatan piston ini yaitu;
1. Material yang digunakan dalam pengecoran piston paduan
aluminium, silikon, tembaga, dan nikel.
2. Proses pengecoran dengan sand casting dan dengan mesin untuk
proses finishing.
3. Pengujian yang dilakukan yaitu uji dimensi benda, pengujian cacat
dalam, uji kekerasan.

1.5. Metode penulisan


Makalah yang berjudul “proses pembuatan piston” ini dijelaskan
dalam 3 bab. Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, metode penulisan. Bab II berisi desain
produk, bahan yang digunakan, pembuatan cetakan, uji kekerasan
cetakan, pembuatan pola, pembuatan inti, proses peleburan, proses
tapping dan pouring, pembongkaran cetakan, pemeriksaan/pengujian,
finishing, pengujian akhir dan packing. Bab III berisi penutup.

www.Luzman.id

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Design (Gambar)


Langkah pertama dalam proses pengecoran logam adalah mendesign
atau menggambar, dimana proses menggambar tersebut menggunakan
software Autocad atau Catia. Untuk menggambar piston kopling
menggunakan software Autocad dengan gambar Seperti berikut.

Design piston

2.2. Bahan
Menurut kegunaan piston yang berfungsi untuk;
1. Menghisap, mengkopresi gas baru dan membuang gas bekas hasil
pembakaran.
2. Merubah tekanan hasil pembakaran menjadi gaya dorong pada setang
piston/seher.
3. Mengatur pemasukan dan pembuangan gas pada motor 2 tak.

www.Luzman.id

3
Piston mempunyai pembebanan tugas yang berat, antara lain :
1. Menerima tekanan dan temperatur gas pembuangan yang tinggi.
2. Menerima gaya percepatan yang tinggi.
3. Menerima gaya gesek dan gaya samping

Karena tugasnya yang berat, piston wajib memenuhi persyaratan sebagai


berikut:
1. Kuat terhadap tekanan tinggi
2. Tahan terhadap temperatur tinggi.
3. Tahan terhadap gesekan dan mempunyai sifat luncur yang baik.
4. Mempunyai koefisien muai panas yang kecil
5. Mempunyai bobot yang ringan

Macam - macam bahan pembuatan Piston :


Bahan pembuatan piston adalah almunium karena sifatnya yang ringan.
Tetapi almunium murni terlalu lembek dan mempunyai pemuaian yang
tinggi untuk di jadikan piston. Maka dari itu piston di campur dengan
beberapa logan lain agar lebih kuat.

Apa saja bahan yang biasanya menjadi bahan campuran almunium dalam


pembuatan piston,
1. Silikon, makin tinggi kadar silikon maka makin kecil pemuaian akibat
panas dan gesekan tetapi makin sulit dalam pembuatannya.
2. Tembaga, lebih tahan terhadap karat dan kemampuan penyaluran
panas lebih baik.
3. Nikel, memiliki kekenyalan yang tinggi, tahan terhadap temperatur
tinggi, tingkat pemuaian rendah dan tahan terhadap karat. 

www.Luzman.id

4
Bahan baku aluminium

2.3. Pembuatan Cetakan Pasir


Cetakan pasir basah merupakan cetakan yang banyak digunakan dan
paling murah. Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak
itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair
dituangkan ke cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin
dried. Cetakan ini sebelum dituangkan logam cair terlebih dahulu
permukaan dalam cetakan dipanaskan atau dikeringkan. Karena itu
kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk diterapkan pada
pengecoran produk-produk yang besar, dibuat dari campuran pasir,
lempung, dan air.
Cetakan pasir basah juga banyak digunakan untuk besi tuang, paduan
logam tembaga dan aluminium yang beratnya relatif kecil (maksimum 100
kg).
Keunggulan :
· Memiliki kolapsibilitas yang baik.
· Permeabilitas baik.
· Reusabilitas yang baik, dan
· Murah.
Kelemahan :
· Uap lembab dalam pasir dapat menyebabkan kerusakan pada
berberapa coran, tergantung pada logam dan geometri coran.

www.Luzman.id

5
Komposisi :
· Pasir (80-90) %.
· Bentonit (10-15) %.
· Air (4-5) %.
· Bahan penolong /grafit (2-3) %
.
2.4. Pengujian Kekerasan Cetakan Inti
Pada gambar tampak alat pengukur kekerasan cetakan. Prinsip
kerjanya adalah sederhana, bola baja f 5,08 m ditekan ke dalam
permukaan cetakan oleh per (gaya2,3 N). kedalaman penetrasi yang
diukur dalam millimeter menjadi indikasi dari pada kekerasan. Cetakan
dengan pemadatan sedang mempunyai nilai kekerasan : 75.

2.5. Pembuatan pola


Pola bisa dikatakan sebuah tiruan benda kerja yang akan diproduksi
dengan teknik pengecoran, dengan toleransi atau suaian ukuran sesuai
perhitungan pengecoran.
Dalam pembuatan pola harus diperhitungkan hal hal seperti berikut:
1. Penyusutan, karena logam akan mengalami penyusutan pada waktu
pembekuan. Jadi harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan
penyusutan aluminium dan magnesium sebesar 1,30 %.
2. Tirus, bila pola diangkat maka tepi cetakan pasir yang bersentuhan
dengan pola terangkat. Maka sisi miring pola harus dibuat miring.
Dengan permukaan luar ditambah 1,04-2,08% dan lubang sebelah
dalam sebesar <6,25%.
www.Luzman.id

6
3. Penyelesaian, setiap hasil coran yang akan dilakukan proses finishing
tambahkan sekitar 3mm.
4. Distorsi, distorsi terjadi pada benda cor yang tidak teratur.
Penyusutan terjadi secara tidak merata, jadi perlu diperhitungkan.
5. Kelonggaran, bila benda cor tidak dilakukan finishing maka pola dibuat
sedikit lebih kecil dengan pertimbangan penyusutan juga.

2.6. Pembuatan inti


Inti terbuat dari pasir yang berguna untuk membuat lubang penuh atau
sebagian pada benda cor. Inti harus memiliki kekuatan yang memadai dan
juga mempunya polaritas. Inti juga harus mempunyai permukaan yang
halus dan tahan panas. Dalam pemasanganya inti teerkadang
memerlukan penyangga yang disebut chaplet agar tidak berubah posisi
saat penuangan logam cair.

Setelah penuangan dan pembekuan chaplet akan melekat pada benda


cor, bagian chaplet yang menonjol keluar dari benda cor selanjutnya
dipotong.

2.7. Proses Peleburan


Logam yang kita lebur adalah logam alumunium ADC 12 yang
dimasukan kedalam tungku yang kemudian dipanaskan menggunakan
burner dengan bahan bakarnya menggunakan solar.

www.Luzman.id

7
Titik cair dari alumunium murni + 670C. Tetapi alumunium jika
dipadukan oleh unsur paduan maka titik cairnya akan bertambah. Unsur-
unsur paduan yang biasanya dipakai sebagai paduan aluminium adalah
silikon, tembaga, magnesium, saat penambahan logam campuran lainya
dapat ditambahkan dalam bentuk elemental. Untuk menghemat waktu
peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi, lebih baik
memotong logam menjadi kecilyang kemudian dipanaskan. Kalau bahan
sudah mencair, fluks harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi.
Alumunium cair sangat reaktif sekali terhadap gas hidrogen (H). gas
hidrogen dapat membuat gelembung udara terikat didalam alumunium cair
yang mengakibatkan porositas pada produk coran nantinya.
Beberapa sumber potensial timbulnya hidrogen pada aluminium
antara lain:
 Udara dalam tungku (furnace). menggunakan bahan bakar terkadang
gas hidrogen yang disebabkan oleh reaksi pembakaran bahan bakar
yang kurang sempurna.
 Terjadinya asap hasil pembakaran pada waktu proses peleburan.
 Reaksi antara aluminium cair dengan cetakan.
Reaksi kimianya:
Steam Alumunium Hidrogen Alumunium oxide, untuk mencegah
porositas pada logam alumunium maka dapat dilakukan beberapa cara,
antara lain melindungi alumunium cair menggunakan gas nitrogen (N2).
Karena gas nitrogen mengikat hidrogen sebagai penyebab porositas pada
alumunium. Caranya yaitu dengan menyemburkan gas nitrogen diatas
alumunium cair hingga alumunium cair tersebut masuk kedalam cetakan.
atau dengan cara menggunakan flux . Flux ditaburkan pada permukaan
alumunium cair secara merata yang bertujuan agar gas hidrogen tidak
dapat masuk kedalam alumunium cair. Proses penaburan flux ini
dilakukan ketika alumunium tersebut dalam keadaan telah mencair.

www.Luzman.id

8
Ada 4 macam flux yang dipakai dalam membuat produk alumunium
menjadi lebih baik dalam hal sifat-sifat fisik ataupun sifat mekaniknya,
yaitu:
• Covering fluxes
Digunakan untuk mencegah gas hidrogen masuk kedalam alumunium cair
• Cleaning fluxes
Untuk menghilangkan kandungan padat nonmetalik dari alumunium cair
• Degassing fluxes
Dimasukan kedalam alumunium cair untuk menghilangkan gas yang
terjebak dalam alumunium cair yang dapat menyebabkan porositas
• Drossing-off fluxes
Digunakan untuk memperbaiki logam alumunium dari drosses.
Selama pencairan, permukaan harus ditutup fluks dan cairan diaduk
pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi. Kemudian kotoran
yang muncul diambil dan dibuang.

Proses peleburan

2.8. Proses Tapping


Yaitu proses penuangan logam cair dari tungku ke dalam ladel yang
dilakukan setelah logam alumunium mencair dan telah ditaburi flux pada
permukaan alumunium agar gas hydrogen tidak dapat masuk ke dalam
alumunium cair.

www.Luzman.id

9
2.9. Proses Pouring
Proses pouring adalah proses penuangan logam cair dari ladel ke
dalam cetakan. Dalam proses penuangan logam cair ke dalam cetakan ini
tidak boleh terputus sampai cetakan pasir tersebut benar-benar penuh
oleh logam cair dan jika ada sisa, logam cair tersebut dituang ke dalam
wadah yang telah dipersiapkan dan sudah dicouting. Setelah selesai
penuangan, logam cair tersebut tunggu sampai membeku dengan waktu ±
30 menit.

Proses pouring

2.10. Pembongkaran Cetakan


Setelah logam cair membeku dalam cetakan, baut penyambung
antara cup dan drag di buka, kemudian cup dan drag kita pisahkan, cup
diangkat bersama coran dan menyingkirkan pasir dari cup, drag dan coran
dengan cara memukul pasir tersebut menggunakan palu. Setelah
terpisah, coran kita angkat kemudian cawan turun dan penambah
dipisahkan dari coran dan akhirnya sirip-sirip dipangkas serta permukaan
coran dibersihkan.

www.Luzman.id

10
Hasil cetakan

2.11. Pemeriksaan (Quality Control)


Proses pemeriksaan produk coran terdiri dari beberapa proses
pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan rupa
– Pemeriksaan rupa/fisik
– Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer,
jig pemeriksa dan alat ukur lainnya)
2. Pemeriksaan Cacat dalam
– Pemeriksaan ketukan
– Pemeriksaan penetrasi (dye-penetrant)
– Pemeriksaan magnafluks (magnetic-particle)
– Pemeriksaan supersonic (ultrasonic)
– Pemeriksaan radiografi (radiografi)
3. Pemeriksaan material
– Pengujian kekerasan (menggunakan metode Rockwell, Brinell,
Vickers)
– Pengujian tarik
– Pengujian analisa kimia (spektrometri, EDS)
– Pengujian struktur mikro dan struktur makro

www.Luzman.id

11
Setelah benda coran dibersihkan kemudian dilakukan pemeriksaan
pada coran tersebut apakah pada benda coran terdapat cacat, jika
terdapat cacat yang memungkinkan tidak bisa diperbaiki melalui proses
finishing atau proses pemesinan maka benda kerja coran tersebut dilebur
kembali. Dari 6 benda coran yang dibuat hanya satu benda coran yang
diambil karena benda coran ini yang memenuhi kriteria bahwa
benda coran tersebut baik dan selanjutnya dilakukan proses pemesinan
(machining process) untuk mendapatkan hasil produk yang lebih baik.

2.12. Proses pemesinan


Setelah proses pemeriksaan selesai dan dipilih benda coran dengan
hasil yang baik, selanjutnya benda kerja tersebut dilakukan proses
pemesinan menggunakan mesin milling dan mesin turning setelah proses
pemesinan kemudian dilakukan proses pengamplasan sampai halus.

www.Luzman.id

12
Proses pemesinan
2.13. Pemeriksaan terakhir dan Packing
Setelah melakukan proses penghalusan maka dilakukan pemeriksaan
terakhir baik dari dimensinya dan juga kondisi fisiknya.apabila sudah
dilakukan pemeriksaan dan hasilnya standar maka siap untuk di bungkus
selanjutnya di distribusikan.

www.Luzman.id

13
Proses pemeriksaan terakhir

BAB III
PENUTUP

Demikianlah yang dapat saya sampaikanmengenai materi yang


menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banayak kekurangan dan
www.Luzman.id

14
kelemahan karena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau
referensi yang saya peroleh hubunganya dengan makalah ini. Penulis
harap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada kami untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Sekian penutup dari saya,
saya ucapkan terima kasih yang sebesar besarnya atas pihak pihak yang
telah membantu atas terselesaikanya makalah ini. Penulis mohon maaf
yang sebesar besarnya atas banyaknya kekurangan pada makalah ini.
Wassalamu’alaikum WR WB.

www.Luzman.id

15

Anda mungkin juga menyukai