Anda di halaman 1dari 22

Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang
biasanya tidak diatur secara formal. [1] Dalam komunikasi interpersonal, setiap partisipan
menggunakan semua elemen dari proses komunikasi. [1] Misalnya, masing-masing pihak akan
membicarakan latar belakang dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. [1]

Komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia. [2] Dengan komunikasi
manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, harapan dan kesan kepada sesama serta
memahami gagasan, perasaan dan kesan orang lain. [2] Komunikasi tidak hanya mendorong
perkembangan kemanusiaan yang utuh, namun juga menciptakan hubungan sosial yang sangat
diperlukan dalam kelompok sosial apapun. [2] Komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama
sosial, membuat kesepakatan-kesepakatan penting dan lain-lain. [2] Individu yang terlibat dalam
komunikasi memiliki latar belakang sosial, budaya dan pengalaman psikologis yang berbeda-
beda. [2] Perbedaan ini dapat mempengaruhi efektifitas sebuah komunikasi. [2] Sangat penting
bagi setiap individu untuk memahami simbol-simbol yang digunakan dalam komunikasi, baik
simbol verbal maupun nonverbal. [2] Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
melibatkan dua orang atau lebih. [2] Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan
sekaligus pada waktu yang bersamaan.

Pengertian Komunikasi

 De Vito (2009) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai proses pengiriman dan


penerimaan pesan di antara dua orang atau lebih, formal maupun informal. Komunikasi
interpersonal dimengerti sebagai umpan balik yang saling berkaitan satu sama lain
dengan tujuan untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan
efektivitas antara pribadi. Komunikasi interpersonal mengharuskan pelaku untuk bertatap
muka antara dua orang atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non verbal
sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif.

 Rogers (dalam Rakhmat, 2012) mengatakan bahwa makin baik komunikasi


interpersonal, maka makin terbuka seseorang mengungkapkan dirinya dan makin positif
persepsinya terhadap orang lain melebihi persepsi dirinya.

 Tubbs dan Moss (2008) mengartikan komunikasi interpersonal sebagai sebuah proses


komunikasi antara komunikan dan komunikator yang ditandai dengan terwujudnya saling
pengertian, kesenangan, saling mempengaruhi, hubungan sosial yang baik, juga adanya
tindakan nyata sebagai umpan-balik. Komunikasi diharapkan dapat mengurangi dampak
buruk yang timbul pada kelompok yang berkaitan dengan kejenuhan dalam pekerjaan.

 Cangara (2005) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal sangat penting untuk


meningkatkan hubungan antar individu, menghindari dan mengatasi konflik pribadi,
mengurangi ketidakpastian, berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain,
mengendalikan perilaku, memberi motivasi, sebagai pernyataan emosi, dan memberikan
suatu informasi.
Komunikasi merupakan suatu gejala yang kompleks dan oleh sebab itu, setiap individu yang
mengamati gejala komunikasi memiliki pendekatan yang berbeda-beda. [3] Komunikasi adalah
proses di mana saling membagi informasi, gagasan dan perasaan antar individu. [1] Komunikasi
dalam menyentuh aspek-aspek yang lebih dalam dari setiap orang yang terlibat dalam
komunikasi tersebut, baik tentang hidup pada masa lalu, tentang keluarga, dan kegiatan yang
sedang dilakukan sekarang. [1] Salah satu komponen komunikasi adalah saling mendengarkan. [2]
Mendengarkan sangat penting, karena dengan mendengarkan setiap pihak yang terlibat dalam
suatu peristiwa komunikasi dapat saling memahami dan memberi umpan balik atau respon
dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. [2] Setiap pihak dapat menjadi
pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada waktu yang bersamaan. [2]

Selain proses, komunikasi juga dapat dimaknai sebagai suatu transaksi informasi di mana tidak
hanya berkaitan dengan kegiatan fisik. [1] Komunikasi juga merupakan suatu tidakan yang
bersifat psikologis, yakni berkaitan dengan impresi dari orang yang terlibat dalam komunikasi. [1]
Impresi dibentuk dalam pikiran orang-orang yang sedang terlibat dalam komunikasi. [1]

Komponen-komponen Komunikasi

Pemberi Pesan

Setiap orang terlibat dalam komunikasi karena memiliki informasi, gagasan, dan perasaan yang
mereka bagi kepada orang lain. [1] Komunikasi tidak berjalan satu arah, namun bersifat timbal
balik antara pemberi pesan dan penerima pesan. [1] Pemberi pesan dapat menjadi penerima pesan,
dan penerima pesan dapat menjadi pemberi pesan. [1] Peran-peran ini dapat terjadi saat
komunikasi sedang berlangsung. [1]

Pesan

Pesan merupakan ide-ide dan perasaan yang dibagi antara pengirim dan penerima. [4] Inti dari
sebuah peristiwa komunikasi adalah pesan, suatu maksud atau gagasan yang ingin disampaikan.
[4]
Faktor yang mempengaruhi suatu pesan diterima adalah kejelasan, kesiapan penerima,
kompleksitas, panjangnya pesan, dan informasi yang terorganisir. [4] Ide-ide dan perasaan
dikomunikasikan jika ide atau gagasan itu dipresentasikan dengan simbol-simbol. [1] Simbol
terdiri dari dua, yaitu simbol verbal dan nonverbal. [1] Simbol verbal bersifat terbatas dan
kompleks, sedangkan simbol nonverbal dapat berupa ekspresi wajah, gestikulasi, postur tubuh,
tekanan suara, penampilan dan lain-lain. [1]

Umpan Balik

Umpan Balik merupakan respon yang diberikan oleh penerima dan pemberi pesan dalam sebuah
peristiwa komunikasi. [2] Dengan adanya umpan balik, para partisipan yang terlibat dalam
peristiwa komunikasi dapat mengetahui bahwa gagasan atau perasaan mereka diterima sesuai
dengan yang diharapkan. [2] Pengirim dan penerima pesan dalam komunikasi tatap muka
memiliki kesempatan yang sangat besar untuk memberikan umpan balik secara langsung. [2]
Dalam komunikasi tatap muka ini, para partisipan dapat memiliki kesempatan untuk melihat
apakah pesan yang disampaikan dipahami dan diikuti atau tidak. [2]
Gangguan

Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu komunikasi, termasuk sikap dan emosi
penerima dan pemberi pesan. [2] Stres, cemas, sikap-sikap negatif dan motivasi rendah
merupakan faktor yang mempengaruhi gangguan. [4] Gangguan dapat terjadi dalam tiga bentuk,
yakni eksternal, internal, dan semantik. [1]

Gangguan Eksternal (External Noise)

Gangguan eksternal datang dari lingkungan. Lingkungan dapat berupa udara panas maupun
dingin, kegaduhan dan suasana yang tidak menyenangkan lainnya. [1] Kondisi-kondisi yang tidak
menyenangkan dapat mengganggu penerima dan pemberi pesan dalam memahami pesan yang
disampaikan. [1]

Gangguan Internal (Internal Noise)

Gangguan internal terjadi dalam pikiran penerima dan pemberi pesan. [1] Bila pemberi dan
penerima pesan tidak fokus pada pesan atau komunikasi yang sedang terjadi, maka pesan tidak
dapat dimengerti atau disampaikan sebagaimana mestinya. [1] Misalnya, seorang mahasiswa tidak
mendengar dosennya, karena pada saat dosen mengajar, mahasiswa tersebut sedang berpikir
tentang makan siang. [2]

Gangguan Semantik (Semantic Noise)

Gangguan semantik disebabkan oleh reaksi emosional para partisipan terhadap kata-kata yang
digunakan. [1] Para partisipan biasanya memiliki reaksi negatif terhadap orang-orang yang
membuat pernyataan. [1]

Media/Saluran

Media/saluran adalah perantara yang digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. [2] Dalam
komunikasi tatap muka, media yang utama adalah suara dan pandangan. Media yang lain berupa
radio, televisi, tape, surat kabar, dan majalah. [2]

Setting (Lingkungan)

Setting adalah lingkungan di mana komunikasi terjadi. [1] Setting dapat memiliki pengaruh yang
signifikan pada komunikasi. [1] Formal Setting tepat untuk presentasi formal. [2] Misalnya
auditirorium yang baik digunakan untuk memberikan pidato, dan presentasi, tetapi tidak baik
untuk percakapan yang bersifat personal dan intim. [2]
Openness (Keterbukaan)[5]

Artinya tiap pihak bersedia membuka diri atau membagi informasi tentang dirinya yang biasanya
dirahasiakan, dan juga bersedia mendengarkan pesan dari lawan bicara secara terbuka dan
merespon dengan jujur.

Empathy (Empati)[5]

Artinya kemampuan individu untuk memahami lawan bicara berdasarkan sudut pandang lawan


bicaranya tersebut. Kemampuan ini membantu individu untuk mengerti apa yang dilalui oleh
lawan bicaranya secara emosional. Jadi ikut merasakan perasaan orang lain gitu.

Positiveness (Sikap positif)[5]

Mengacu pada kemampuan individu dalam menggunakan pesan yang positif. Memuji hal-hal
positif yang dimiliki oleh lawan bicara, mengekspresikan kepuasan dalam berkomunikasi
dengannya, tersenyum, menjaga kedekatan posisi tubuh pada saat berbicara, dll.

Supportiveness (Sikap Mendukung)[5]

Terdiri dari dukungan yang terucap maupun yang tidak terucap, seperti senyuman atau anggukan
kepala. Memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap : deskriptif bukan evaluatif,  spontan
bukan strategik, dan provisional bukan sangat yakin

Equality (Kesetaraan)[5]

Komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada
pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa
masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dibagi.

Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, perselisihan dan konflik
lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengharuskan individu untuk menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesamaan kepribadian bertujuan agar masing-masing
pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang memiliki suatu
yang penting untuk dikontribusi kepada orang lain.
Keterbukaan Diri  (Self Disclosure)

oleh: Daniel Pangaribuan, Widyaiswara Madya Pusdiklat PSDM BPPK Kementerian Keuangan.

Abstraksi

Keterbukaan diri mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mengembangkan dirinya.


Dalam mengembangkan diri, seseorang perlu membuka diri terhadap orang lain. Setiap orang
memiliki sifat pribadi tentang keterbukaan diri. Ada orang yang memiliki sifat tertutup, ada pula
yang bersifat terbuka. Faktor budaya asal atau suku juga berpengaruh terhadap keterbukaan
seseorang. Dengan menyadari pentingnya keterbukaan diri, setiap orang dapat belajar
membuka diri terhadap orang lain. Dalam meningkatkan keterbukaan diri perlu diperhatikan
empatfaktor peningkatan efektivitas keterbukaan diri.

 Kata Kunci: keterbukaan; pemahaman diri; area keterbukaan;kendala; efektivitas.

Keterbukaan diri atau self disclosure (De Janasz et al., 2006:27) adalah the process of letting
others know what you think, feel, and want. Keterbukaan diri adalah proses memberi kesempatan
kepada pihak lain untuk mengetahui cara kita berpikir, mengenai perasaan kita tentang sesuatu
dan tentang keinginan. Keterbukaan diri berbeda dengan pengenalan diri (self description).
Pengenalan diri adalah memberikan informasi tentang nama, tempat dan tangal lahir, nomor
telepon, alamat dan tempat kerja yang sifatnya umum.

Keterbukaan diri juga berarti memberitahukan cara kita bereaksi terhadap suatu situasi,
kemudian menjelaskan dan mendiskusikan pandangan serta pengalaman yang kita miliki tentang
situasi tersebut. Keterbukaan diri terhadap pihak tertentu dapat membantu mereka memahami
tentang motivasi, kekuatan, kelemahan dan carakerja kita.

Pemahaman ini akan membantu pihak lain tersebut untuk menentukan cara kerja sama yang
efektif dengan diri kita. Pada gilirannya pemahaman mereka tersebut akan menimbulkan reaksi
seperti ajakan untuk bekerja sama atau memberikan ide-ide tertentu. Reaksi tersebut akan
menjadi bagian dari keterbukaan diri dari mereka terhadap kita sehingga kita dapat
mengembangkan cara memahami dan mengembangakan kerja sama yang efektif.

Keterbukaan juga berarti membuka diri kepada pihak lain untuk melakukan kerjasama, baik
antara sesama pegawai, antarbawahan, maupun dengan atasan atau dengan pihak luar. Tanpa
adanya keterbukaan yang memadai yang didasari kejujuran, kerja sama akan sulit diwujudkan.
Misalnya seorang atasan menjaga jarak dari bawahan untuk menjaga kewibawaan pribadi akan
mengalami kesulitan untuk mengajak anak buahnya bekerja sesuai perintah atasan. Ketertutupan
atasan akan menimbulkan rasa curiga, atau setidaknya bawahan mengerjakan perintah tetapi
karena terpaksa. Demikian juga dalam hal bekerja sama denga pihak lain, perlu dimulai dengan
membuka diri sehingga kita layak untuk menjadi partner dalam pekerjaan tertentu. Pada
akhirnya interaksi yang terjadi dan teruji akan memupuk kepercayaan (trust) diantara kedua
belah pihak.

A. Manfaat Keterbukaan Diri

1. Keterbukaan memberi manfaat perbaikan secara psikol, seseorang yang mengalami


frustasi atau kecewa akan cepat bangkit kembali apabila menceritakan masalahnya
kepada orang lain.
2. Menceritakan suatu masalah kepada orang yang tepat atau orang yang mau
mendengarkan membuat kita lebih memahami permasalahan yang sedang dihadapi.
Pendengar yang baik akan dapat memberikan masukan yang dapat memperbaiki
perspektif dalam melihat permasalahan.
3. Membuka diri juga akan dapat mengurangi stresatau mengurangi beban yang sedang
dipikul.
4. Membuka diri akan meningkatkan jalur komunikasi dengan orang lain, mendorong orang
lain juga memberi informasi yang dia miliki sehinhgga akan terjadi saling memberi
5. Membuka diri dengan orang lain termasuk teman sejawat, bawahan, atau atasan akan
mempererat hubungan, yangpada akhirnya akan menciptakan rasa saling mempercayai.
6. Membuka diri dengan orang lain memberi peluang untuk menggunakan potensi yang
dimiliki secara bersama-sama untuk kepentingan bersama atau institusi.
7. Semakin membuka diri dengan pegawai lain berarti semakin menikmati pekerjaan dan
semakin tinggi produktivitas. Tim yang saling mengenal dan saling membuka diri akan
lebih mudah menyelesaikan tugasnya daripada tim yang anggotanya kurang membuka
diri dengan sesamanya.
8. Membuka diri dapat menciptakan lingkungan yang saling mempercayai antara para
anggota, dengan pelanggan dan dengan lingkungan yang lainnya.

Orang yang terbuka biasanya memiliki kawan yang lebih banyak, lebih ceria dan lebih sukses
dari pada yang cenderung tertutup. Berikut ini adalah beberapa manfaat keterbukaan diri
berdasarkan buku Interpersonal Skills in Organizations.

B. Peranan Keterbukaan Diri Terhadap Peningkatan Pemahaman Diri

Selain manfaat tersebut pada butir A di atas keterbukaan diri juga bermanfaat dalam
meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri. Peningkatan pemahaman tentang diri sendiri
sangat diperlukan mengingat bahwa kita sendiri memiliki keterbatasan dalam mengenali diri
sendiri—misalnya, untuk mengenali wajah kita sendiri kita perlu bantuan cermin di hadapan kita.
Untuk mengenali tingkat kesehatan kita perlu pendapat dari dokter;untuk mengenali tingkat
pemahaman kita tentang ilmu tertentu kita perlu guru untuk menguji;untuk mengenali cara kerja
kita perlu rekan kerja yang memberitahukannya kepada kita.
Joseph Luft dan Harry Ingram telah menyusun Johari Window untuk menjelaskannya. Johari
Window menggunakan tingkat pemahaman diri kita dan orang lain atas diri kita sendiri. Johari
Window membagi pemahaman diri pada empat area yaitu open area, hidden area, blind area
dan unknown area. Johari Windowini menunjukkan bahwa interaksi dengan orang lain akan
meningkatkan pemahaman kita dan orang lain terhadap diri kita sendiri. Berikut adalah Johari
Window menurut Joseph Luft dan Harry Ingram.

Open area atau area terbuka adalah wilayah pengenalan diri (informasi) oleh diri kita sendiri
dan orang lain. Misalnya tentang nama, alamat, nomor telepon, status perkawinan dan tingkat
pendidikan. Apabila kita membina hubungan dengan orang lain dengan memberi informasi
tambahan maka area ini akan semakin besar. Misalnya dengan bercerita tentang fakta, perasaan
dan pandangan kita tentang situasi tertentu maka orang lain akan lebih memahami kita. Semakin
banyak informasi yang kita berikan semakin besar keuntungan yang akan kita peroleh dari
hubungan interaksi dengan orang lain.

Hidden area atau area tersembunyi kepada orang lain. Dalam hal ini orang lain tidak
mengetahui, tetapi kita mengetahui. Informasi ini misalnya tentang masalahkesehatan kita,
pemahaman kita tentang pelajaran. Dalam jangka pendek informasi pada area tersembunyi ini
seolah-olah nyaman bagi kita, karena orang lain tidak tahu bahwa kita sehat, bahwa kita tidak
memahami mata pelajaran tersebut. Dalam jangka panjang akan berbahaya karena tidak ada
umpan balik bagi kita untuk memperbaiki kekurangan. Apabila kita menyembunyikan sesuatu
kepada orang lain justru akan menimbulkan persepsi bahwa kita sedang membangun tembok
pemisah dengan merek—yang tentunya akan merusak hubungan komunikasi selanjutnya.
Sebaliknya, apabila kita membuka area tersembunyi akan dipersepsikan kita membuka hubungan
komunikasi yang lebih baik. Kita akan dipersepsikan sebagai orang yang jujur yang layak
dipercayai untuk melakukan kerja sama. Apabila informasi tentang diri dan pengalaman kita
bagikan kepada orang lain area tersembunyi ini akan semakin mengecil.

Blind area atau area buta adalah area tentang diri kita yang kita sendiri tidak tahu, tetapi
orang lain tahu. Dalam kondisi ini, kita memerlukan orang lain untuk memberitahukan informasi
tersebut (feedback). Misalnya tentang kelebihan dan kelemahan yang kita sendiri tidak tahu.
Dengan mengetahui kelebihan yang sebelumnya tidak kita ketahui kita dapat
mengoptimalkannya untuk dapat bekerja sama dengan orang lain dan untuk tujuan lainnya.
Dengan mengetahui kelemahan kita dapat memperbaikinya, sehingga tidak menjadi faktor
penghalang bagi kerjasama dengan orang lain. Dengan interaksi dengan orang lain, kita dapat
memperbesar area terbuka dan mengurangi area buta.

Unknown area atau area ketidaktahuan adalah area tentang kita yang kita dan orang lain tidak
tahu. Ketidaktahuan ini bisa terjadi karena kurangnya pengalaman atau kejadian yang seharusnya
dapat membuka mata kita tentang sesuatu hal. Ketidaktahuan ini akan berubah menjadi tahu
setelah mengalami suatu kejadian. Kita tidak akan dapat sepenuhnya mengetahui reaksi dan
perasaan kita apabila situasi tersebut akan terjadi. Orang lain juga tidak akan mengatahui sampai
mereka menyaksikan kita berada pada situasi tertentu atau sampai kita sendiri memberitahukan
kepada mereka tentang perasaan kita tentang situasi tersebut. Pada area ini termasuk informasi
yang sudah lupa. Area ini akan semakin mengecil dengan perkembangan diri melalui
pengalaman, pembelajaran dan interaksi lainnya dengan pihak lain.
 

C. Kendala Dalam Membuka Diri

Pertanyaan yang muncul adalah kenapa ada orang tertutup dan kenapa juga ada orang yang
terbuka?

Sebagian orang sangat terbuka kepada orang lain, tetapi sebagian lagi sangat tertutup.
Kondisi ini dipengaruhi oleh sifat pribadi dan juga budaya yang melatarbelakangi seseorang.
Sifat pribadi yang pemalu akan cenderung tertutup. Seseorang yang berasal dari keluarga yang
mempunyai kebiasaan yang kurang terbuka dengan sesama anggota keluarga lainnya akan
cenderung tertutup dan sebaliknya. Contohnya, masyarakat Jawa cenderung lebih tertutup
dibandingkan dengan masyarakat yang berasal dari pulau Sumatera yang cenderung lebih
terbuka.

Manusia biasanya terbuka tentang kelebihannya, sebaliknya tertutup pada kekurangannya.


Keterbukaan menunjukkan kejujuran, sebaliknya ketertutupan dapat dianggap menutupi
kelemahan. Seseorang kurang nyaman memberikan informasi kepada orang lain atau pegawai
lainnya antara lain karena kurangnya keyakinan bahwa informasi tersebut akan disalahgunakan.
Misalnya akan digunakan oleh rekan kerjanya untuk menjelekkan dirinya dihadapan kepala
kantor, atau informasi tersebut disebarluaskan ke luar kantor yang dapat merugikan yang
bersangkutan.

Seseorang bisa juga enggan membagi informasi atau memberikan pendapat tentang sesuatu
pekerjaan di kantorkarena sering mendapat cemohan dari rekan sekantor yang cenderung
menolak pendapat orang lain. Berbagai pengalaman yang kurang menguntungkan bagi seseorang
ketika membuka diri dapat mendorong untuk membatasi membuka diri.

Budaya keterbukaan yang diciptakan pada suatu kantor juga sangat mempengaruhi
keterbukaan individu. Budaya kantor yang tertutup akan cenderung memaksa orang untuk hati-
hati membuka diri. Misalnya peserta rapat cenderung enggan memberikan pandangan tentang
topik yang sedang dibahas. Akibatnya, rapat cenderung hanya satu arah atau tidak terjadi proses
dialog. Kondisi demikian tentunya sangat tergantung kepada pimpinan rapat untuk menjadikan
forum tersebut menjadi rapat yang terbuka atau tertutup.

Informasi yang perlu dibagikan kepada orang lain tentunya dibatasi pada informasi yang
relevan dalam hubungan tersebut. Informasi yang tidak relevan tetap dibatasi, misalnya yang
bersifat pribadi tidak perlu diberithukan kepada orang lain. Jika suatu informasi memang perlu
untuk meningkatkan hubungan sesama pegawai, informasi tersebut layak diberitahukan.

 D. Meningkatkan Efektivitas Keterbukaan Diri

Agar lebih efektif, keterbukaan diri perlu memperhatikan (De Janasz,et al.,2006:27) dengan
berbagai hal berikut:

1. menjelaskan perasaan tentang fakta;


2. memperkenalkan diri lebih terbuka;
3. lebih mementingkan informasi sekarang dari pada masa lalu;
4. hal timbal balik.

Menjelaskan perasaan tentang fakta berarti dalam menjelaskan suatu informasi kepada orang
lain perlu disertai dengan pernyataan mengenai perasaan kita atas informasi tersebut. Dengan
menjelaskan perasaan kita pada suatu kondisi akan memberi kesempatan orang lain untuk
mengenal kita lebih dalam.

Memperkenalkan diri lebih terbuka maksudnya adalah untuk membuat keterbukaan diri
membentuk sebuah hubungan yang baik dengan orang lain maka keterbukaan itu perlu dijelaskan
lebih luas dan lebih dalam. Penjelasan lebih luas berarti mendiskusikan berbagai hal seperti
pekerjaan, keluarga dan berbagai hal yang relevan dengan lawan bicara. Sementara, menjelaskan
lebih dalam berarti menjelaskan suatu peristiwa atau kondisi   tertentu lebih dalam.

Lebih mementingkan informasi  sekarang dari pada masa lalu adalah bahwa informasi yang
lebih efektif menarik perhatian orang adalah tentang masa sekarang dibandingkan dengan masa
lalu. Ketertarikan pada informasi sekarang disebabkan informasi tersebut masih relevan
digunakan.  

Hal timbal balik berarti proses membuka diri hendaknya memperhatikan tingkat keterbukaan
dari partner kita. Artinya keterbukaan diri hendaknya dilakukan secara bertahap dan seimbang
dengan tingkat keterbukaan dari partner kita. Keterbukaan akan kurang efektif bila dilakukan
terlalu cepat pada waktu yang terlalu dini.

Simpulan

Keterbukaan diri memberikan manfaat yang besar bagi pengembagan diri sendiri. Orang
yang membuka diri kepada orang lain, berarti mendapatkan manfaat dari kelebihan orang lain.
Pada sisi lain   keterbuan juga memberikan manfaat bagi orang lain. Membuka diri juga berperan
untuk dapat mengenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Pengetahuan atas diri akan
membantu kita untuk mengoptimalkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan.

Beberapa kendala dalam mengembangkan diri antara lain adalah sifat pribadi yang tertutup
dan budaya yang berlaku di daerah asal seseorang. Selain itu, budaya ketertutupan pribadi yang
berlaku pada tempat seseorang berada juga dapat mempengaruhi keterbukaan seseorang.
Proses kelompok dalam kehidupan dan penerapannya

Kelompok Sosial
1.   Pengertian Kelompok Sosial
Masyarakat adalah suatu susunan perhubungan-perhubungan yang tidak hidup terpisah
dari orang-orang yang bersama, yang merupakan bagian dari masyarakat itu, dan walaupun
manusia bertindak dalam suatu rombongan dari pada ia seorang lain nyata tak timbul suatu hal
dari dahulunya tidak ada[4].
Pengertian masyarakat tentunya tidak terlepas dari gambaran adanya rombongan.
Rombongan dimaksud adalah masyarakat itu sendiri. Dalam masyarakat terdapat perkumpulan-
perkumpulan tertentu yang diadakan untuk memperluas hubungan manusia yang satu dengan
yang lain. Antara hubungan ini yang terpenting adalah reaksi yang timbul akibat dari hubungan-
hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindak seseorang semakin luas.[5]
Tindak lanjut dari hubungan manusia yang semakin luas tersebut disebabkan oleh
karena keinginannya untuk menjadi satu dengan manusia lain yang berada di sekelilingnya (yaitu
masyarakat) dan keinginannya untuk menjadi satu dengan suasana alam lingkungannya.
Kesemuanya itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial atau social groups di dalam
kehidupan manusia.[6]
Kelompok (group) adalah bidup bersama individu-individu dalam suatu ikatan, yang
mana dalam ikatan tersebut terdapat interaksi sosial dan ikatan organisasi antar anggota masing-
masing kelompok sosial. Sedangkan pengertian kelompok sosial yang dirumuskan Sheriff adalah
suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi
sosial yang cukup intensif dan teratur sehingga di antara individu sudah terdapat pembagian
tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.[7]
Jadi dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial dapat terdiri atas
hanya dua individu seperti suami istri, dan dapat pula terdiri atas ratusan orang-orang dengan
syarat telah terjadi interaksi sosial di antara mereka. Dengan demikian terdapatlah kelompok
sosial besar dan kecil yang sangat banyak. Kelompok sosial yang besar dan kecil tersebut dapat
diklasifikasikan secara sistimatis berdasarkan pembagian kelompok sebagai berikut:[8]
a.       Gemeinschaft
Dalam hal ini yang dimaksud dengan gemeinschaft adalah suatu kelompok pergaulan
hidup yang terbentuknya disebabkan oleh faktor kodrat. Umumnya dalam pergaulan antar
anggota dalam kelompok gemeinschaft ini bersifat intim dan kekeluargaan, klan, suku, bangsa.
Untuk kelompok sosial gemeinschaft ini istilah Indonesia-nya adalah paguyuban.
b.    Gesellschaft
Suatu kelompok pergaulan hidup yang terbentuknya disebabkan oleh kehendak atau
keinginan dari anggota kelompok sendiri atau pimpinan anggota kelompok, untuk mencapai
tujuan tertentu misalnya perkumpulan, perusahaan/badan bukum, partai politik, yayasan,
lembaga pendidikan dan sebagainya.
Pada umumnya ikatan antar anggota kelompok gesellschaft ini tidak seintim seperti pada
kelompok gemeinschaft. Dalam istilah Indonesia, gesellschaft ini dikenal dengan nama
patembayan.
Dari uraian di atas maka hubungan masyarakat dalam kelompok tersebut antara lain
menyangkut hubungan timbal balik yang saling pengaruh mempengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling tolong menolong. Dengan demikian maka suatu kelompok sosial
mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:[9]
1)                  setiap warga kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok
yang bersangkutan;
2)        ada hubungan timbal balik antara warga yang satu dengan warga-warga lainnya (interaksi);
3)                  terdapat suatu faktor (atau beberapa faktor) yang dimiliki bersama oleh warga-warga
kelompok itu, sehingga hubungan antara rnereka bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan
nasib yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan Iain-lain;
4)        ada struktur;
5)                  ada perangkat kaidah-kaidah;
6)        menghasilkan sistem tertentu.

2.   Ciri-ciri Kelompok Sosial


Kelompok sosial memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang sedemikian rupa sehingga
berpengaruh terhadap proses interaksi pada tiap pergaulan hidup. Interaksi sosial adalah suatu
proses pengaruh mempengaruhi antar individu dalam suatu pergaulan. Menurut Sheriff terdapat
empat ciri kelompok yang berperan dalam proses interaksi sosial antara lain:[10]
a.       adanya dorongan pada individu-individu sehingga terjadi interaksi sosial;
b.      akibat interaksi yang berlainan karena terjadi reaksi yang berbeda yang disebabkan kecakapan
yang berbeda dan individu yang terjalin dalam interaksi sosial; sehingga kemudian terbentuk
organisasi, struktur dan norma-norma sosial, dalam suatu kelompok tertentu yang memiliki
kekhasan masing-masing;
c.       pembentukan dan penegasan straktur organisasi kelompok yang jelas, terdiri atas peranan dan
kedudukan sosial, herarkis yang semakin berkembang dalam usaha pencapaian tujuan. Kemudian
disusul dengan terjadinya pemisahan yang jelas antara usaha dan orang-orang yang termasuk
ingroup and outgroup;
d.      terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok
dalam normalisasi tujuan kelompok.[11]
Norma dan pedoman tingkah laku ini, seperti juga struktur pembagfan tugas anggoianya
merapakan norma dan struktur yang khas bagi kelompok yang bersangkutan. Adanya ciri-ciri
tersebut yang mengalami perkembangan yang berbeda pada tiap kelompok, maka terdapatlali
kelompok-kelompok yang berbeda-beda tergantung diantaranya pada kemampuan penguasaan
lingkungan dalam interaksi sosial tiap-tiap kelompok tersebut.

3.   Norma-norma Kelompok Sosial


Norma adalah suatu pedoman atau petunjuk bagi seorang untuk berbuat atau tidak
berbuat dan bertingkah laku sebagaimana mestinya terhadap sesama manusia di dalam
lingkungan suatu masyarakat tertentu.[12] Sedangkan yang dimaksud dengan norma sosial atau
norma kelompok adalah ketentuan umum tentang tingkah laku anggota-anggota kelompok yang
patut atau tidak patut dilakukan oleh anggota-anggota kelompok dengan ketentuan yang bersifat
perintah-perintah dan larangan-larangan.[13]
Tepat kiranya norma kelompok ini dipandang sebagai harapan kelompok, ditaati
anggotanya. Perbuatan atau perilaku anggota kelompok yang mentaati norma-norma
kelompoknya dianggap perbuatan yang normal sesuai dengan harapan kelompok, sedangkan
yang menyimpang atau melawan ketentuan yang telah dirumuskan dalam norma tersebut
rnerupakan perbuatan tidak normal yang mana atas perbuatan tersebut akan menimbulkan reaksi
kelompok bersangkutan yang akan ditimpakan kepada si pelanggar norma. Reaksi atas
pelanggaran norma akan berbeda sesuai berat ringannya akibat yang ditimbulkan atas
pelanggaran norma.[14]
Adanya perbedaan reaksi tersebut maka timbul beberapa macam norma kelompok atau
norma sosial. Di antara norma-norma sosial tersebut adalah norma kesopanan, norma kesusilaan
dan norma hukum. Norma kesopanan dan norma kesusilaan bila dilanggar akan berakibat
terhadap si pelanggar dengan adanya celaan-celaan langsung dari kelompoknya, sehingga yang
bersangkutan merasakan bahwa dirinya tidak disukai oleh kelompoknya. Norma-norma ini
bertujuan untuk mewujudkan ketertiban sedangkan norma hukum fungsinya lebih istimewa
karena pelanggaran atasnya dapat merugikan harta atau bahkan tindakan paksaan seperti denda,
hukuman pembatasan kebebasan, bahkan sampai hukuman mati.
Norma hukum ini bertujuan untuk mewujudkan dan menjamin di samping ketertiban juga
keadilan dan dengan faktor sanksi yang terdapat pada norma hukum. Norma hukum akan mampu
mengatur dan mengarahkan kelompok ke arah kehidupan yang lebih maju dan bahagia.
Sehubungan dengan hal tersebut, norma hukum sering ditampilkan sebagai norma yang
mempunyai fungsi sebagai penggerak perkembangan masyarakat.

C. Arti Pembangunan Hukum Dalam Masyarakat


Pembangunan nasional dalam perjalanannya akan menimbulkan perubahan-perubahan,
baik yang berupa fisik kebendaan, kewilayahan maupun yang menyangkut tata nilai, cara
berpikir, perilaku dan perilaku masyarakat. Karena itu dalam keseluruhan proses pembangunan,
gerak dan dinamikanya akan selalu timbul berbagai kerawanan, karena munculnya berbagai
benturan kebutuhan, kepentingan dan pandangan hidup masyarakat. Di sini pula hukum berperan
sebagai sarana untuk mencegah konflik. Atau apabila konflik itu sudah terjadi rnaka hukum
berperan sebagai sarana untuk menyelesaikan atau mengatasi konflik dengan cara damai dan
tertib.[15]
Dewasa ini usaha pembaharuan hukum sedang digalakkan sedemikian rupa untuk pada
saatnya berlaku hukum nasional yang lahir dari citra masyarakat itu sendiri. Pembaharuan yang
dilakukan mi tidak icrlepas dari upaya pembangunan yang dilaksanckan. Suatu proses
pembangunan biasanya dikaitkari dengan pandangan-pandangan yang optimistis, yang berwujud
usaha-usaha untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih baik daripada apa yang telah dicapai.
Dalam mencapai taraf hidup ini dapatlah ditempuh cara-cara sebagai berikut:
a.       Struktuil, yang mencakup perencanaan, pembentukan dan evaluasi lembaga-lembaga masyarakat,
prosedurnya serta pembangunan secara materil;
b.      Spirituil, yang meliputi watak dan pendidikan di dalam penggunaan cara-cara berpikir dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.[16]
Gambaran di atas menunjukkan pentingnya peran masyarakat yang diwujudkan melalui
kemauan keras serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap kesempatan bagi kepentingan
pembangunan. Oleh karena itu, masyarakal harus aktif dalam memecahkan masalah-masalah
hidup dan memiliki sikap terbuka bagi pikiran-pikiran dan usaha-usaha baru. Kemudian pada
taraf pelaksanaan, maka ilmu-ilmu sosial dalam hal ini sosiologi berguna untuk mengadakan
identifikasi terhadap kekuasaan-kekuasaan sosial dalam masyarakat serta mengamat-amati
proses perubahan sosial yang terjadi.
Pembangunan yang dilaksanakan tidaklah cukup hanya dilaksanakan dengan niat baik
saja. Hal tersebut harus dibarengi dengan usaha-usaha lain, misalnya mengindentifikasikan apa
yang tidak atau yang belum ada, apa yang rusak, atau apa salah, apa yang kurang, apa yang
macet dan apa yang mundur ataupun apa yang telah merosot. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
memerlukan pengadaan, pembetulan, penambahan, pelancaran dan peningkatan secara
proporsional.[17] Oleh karena itulah seringkali dikatakan bahwa di dalam melaksanakan
pembangunan dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara, yakni secara altematif
maupun secara kumulatif. Misalnya dengan pembentukan lembaga-lembaga baru sambil
menghapuskan lembaga-lembaga lama atau memberikan fungsi yang baru pada lembaga-
lembaga yang telah ada.
Selain cara di atas, dapat juga dilakukan penyusunan atau pembentukan infrastruktur
fisik yang baru maupun dengan membentuk pusat-pusat pembangunan. Walaupun demikian,
tidak pula dapat dilupakan bahwa pembentukan watak masyarakat terutama melalui pendidikan
mempakan cara yang hakiki.
Upaya pembangunan ataupun pembinaan nukum yang dilakukan, perlulah dipandang
syarat-syarat sebagai berikut:
a.      Hukum tidak merupakan aturan-aturan yang bersifat ad-hoc, akan tetapi merupakan aturan-aturan
umum yang bersifat tetap;
b.      Hukum tadi harus diketahui dan jelas bagi para warga masyarakat yang kepentingan-
kepentingannya diatur oleh hukum tersebut;
c.      Dihindari penterapan peraturan-peraturan yang bersifat retroaktif;
d.      Hukum tersebut harus dimengerti oleh umum;
e.      Tak ada peraturan-peraturan yang saling bertentangan, baik mengenai satu bidang kehidupan
tertentu, maupun untuk pelbagai bidang kehidupan;
f.       Pembentukan hukum harus memperhatikan kemampuan para warga masyarakat untuk mematuhi
hukum tersebut;
g.      Perlu dihindarkan terlalu banyak perubahan-perubahan pada hukum, oleh karena warga-warga
masyarakat dapat kehilangan ukuran dan pedoman bagi kegiatan-kegiatannya;
h.      Adanya korelasi antara hukum dengan pelaksanaan atau penterapan hukum tersebut;
i.       Hukum tadi sah secara yuridis, filosofis maupun secara sosiologis;
j.       Perlu diusahakan agar hukum tersebut diberi bentuk tertulis.[18]
Tertibnya fungsi lembaga-lembaga hukum tergantung pada pembentukan lembaga baru
sambil menghapus yang lama atau pemberian fungsi yang baru pada lembaga yang telah ada.
Peningkatan kemampuan serta kewibawaan aparat hukum berarti mereka terdiri dari orang-orang
yang terlatih dan merasa dirinya terikat pada hukum yang diterapkannya serta membuktikannya
dalam pola-pola keperilakuannya, sehingga akan dapat dijadikan teladan bagi faktor kepatuhan
hukum terhadapnya.
Terakhir perwujudan spirituil dari pembangunan hukum dapat dilakukan dengan
penyuluhan atau pendidikan. Karena penyuluhan dan pendidikan hukum kepada warga
masyarakat banyak menyangkut faktor pelembagaan dan pengendapan hukum di dalam
masyarakat. Artinya dalam hal ini usaha-usaha terutama diarahkan pada efektifitas hukum dan
evaluasi terhadap efektifitas dari hukum tersebut.

D.   Peranan Kelompok Sosial Dalam Pembangunan Hukum


Struktur dari kerangka-kerangka hukum jelas berbeda-berbeda dan berubah-ubah sesuai
dengan sifat kelompok-kelompok yang melahirkannya. Dalam hal ini sangatlah penting untuk
membedakan kelompok-kelompok tertentu, menurut kadar persatuannya, dan akhirnya menurut
tujuannya.[19]
Mempelajari kelompok-kelompok sosial merupakan hal yang penting bagi hukum, oleh
karena hukum merupakan abstraksi daripada interaksi-interaksi sosial dinamis di dalam
kelompok-kelompok tersebut. lnteraksi-interaksi sosial yang dinamis tersebut lama kelamaan
karena pengalaman, menjadi nilai-nilai sosial yaitu konsepsi-konsepsi abstrak yang hidup di
dalam alam pikiran bagian terbesar warga-warga masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan
tidak baik di dalam pergaulan hidup. Nilai-nilai sosial tersebut biasanya telah berkembang sejak
lama dan telah mencapai suatu kemantapan dalam jiwa bagian terbesar warga-warga masyarakat
dan dianggap sebagai pedoman atau pendorong bagi tata kelakuannya. Nilai-nilai sosial yang
abstrak tersebut mendapat bentuk yang konkret di dalam kaedah-kaedah yang merupakan bagian
dari kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.[20]
Konsep Pengelolaan (Manajemen)

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua sumber daya yang
menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian suatu tujuan kerja tertentu.
Irawan (1997: 5) mendefenisikan bahwa :
“Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan
usaha manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu
tujuan.”
 
Selanjutnya Reksopoetranto (1992) mengemukakan beberapa pengertian manajemen
(pengelolaan) sebagai berikut  :
1)    Manajemen adalah unsur yang bertugas mengadakan pengendalian agar semua sumber dana
dan daya yang dimiliki organisasi dapat dimanfaatkan sebagai daya guna dan berhasil guna
diarahkan untuk mencapai tujuan
2)    Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan sumber daya alam untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
3)    Manajemen dapat dirumuskan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan dengan usaha orang
lain.
4)    Manajemen dapat dirumuskan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan dengan usaha orang
lain.
5)    Manajemen adalah suatu proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan yang setiap bidang mempergunakan ilmu pengetahuan dan seni secara teratur
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan .
 
Unsur-unsur manajemen biasanya dirumuskan dengan 6 M,yaitu :
1)    Men, tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja eksekutif maupun operatif.
2)    Money, uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3)    Methode, cara-cara yang dipergunakan dalam usaha untyuk mencapai tujuan.
4)    Materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
5)    Machines, mesin-mesin atau alat-alat yang diperlukan/dipergunakan untuk mencapai tujuan.
6)    Market, pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
 
Dari paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah suatu
seni untuk mengatur atau mengelola semua sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dalam
rangka mencapai tujuan organisasi tersebut.
Pemecahan masalah dalam kelompok

Pemecahan masalah adalah proses penanggulangan suatu rintangan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Proses penyelesaian masalah terdiri dari identifikasi masalah, analisis
masalah,penilaian pemecahan, pemilihan dan pelaksanaan solusi masalah yang terbaik.
Pendekatan pemecahan masalah secara sistematis disebut berpikir bijaksana. Proses berpikir
bijaksana dibagi menjadi 2 tahap; pendeskripsian masalah dan pemecahan masalah.
Pendeskripsian masalah terdiri dari dua yaitu mendefinisikan dan membatasi masalah.
a. Mendefinisikan masalah
Definisi masalah digunakan agar semua anggota kelompok memiliki pengertian yang sama
tentang tujuan rapat, yang akan menciptakan produktivitas dan kepuasan. Untuk mengetahui
masalah dibuatlah pertanyaan-pertanyaan dengan kategori fakta, nilai, dan kebijakan. Pertanyaan
mengenai fakta digunakan untuk menemukan informasi mengenai kejadian atau peristiwa.
Contoh : Kapan asosiasi pelajar didirikan? Pertanyaan mengenai nilai digunakan untuk
mengetahui hal yang diinginkan. Contoh : Apakah memasukkan bahasa asing ke dalam program
studi universitas bermanfaat? Pertanyaan tentang kebijakan biasanya menanyakan tentang apa
yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah. Contoh : Apa yang harus dilakukan untuk
mengurangi kasus perkosaan di kota ini?

b. Menganalisis masalah
Analisis melibatkan penyelidikan berbagai sebab, akibat, gejala, riwayat masalah. Contoh
pertanyaan analisis : Siapa yang dirugikan. Untuk mendapatkan suatu pemecahan yang baik
diperlutkan standar pengukuran / tujuan yang sering disebut dengan kriteria. Kriteria meliputi
faktor-faktor berikut :
Pemecahan harus dilakukan secepat-cepatnya
Pemecahan harus dapat dicapai dengan anggaran yang ditentukan
Pemecahan harus disetujui oleh seluruh anggota
Pemecahan harus menyelesaikan masalah

Pemecahan Masalah terdiri dari empat tahap, yaitu :


c. Menghasilkan pemecahan yang memungkinkan
Caranya adalah dengan brainstorming, Brainstorming adalah satu alat kreatif yang membantu
menaruh gagasan-gagasan pada pemecahan yang memungkinkan untuk suatu masalah. Berikut
adalah panduan untuk melakukan brainstorming :
Menunda penilaian; Tidak seorang pun diizinkan untuk mengkritik saran atau mengabsahkan
suatu pemecahan sampai sesi brainstorming berakhir. Kritik mengganggu kreativitas. Anggota
bisa memberikan evaluasi atau saran dari suatu pemecahan masalah yang disarankan melalui
tulisan di kertas.
Berpikir liar; gagasan seekstrim apapun harus didengar. Terkadang ada gagasan baru yang
muncul dari pemikiran orang lain. Kombinasi antara gagasan-gagasan ini terkadang
menghasilkan pemecahan yang baik.
Mempraktekkan saling mendukung; saling mendukung merupakan proses penghubungan 2
gagasan dari diri sendiri dan orang lain dengan cara modifikasi, perluasan atau pernggabungan.
Menekankan kuantitas gagasan bukan kualitas. Kualitas gagasan bisa didapatkan setelah
mengevaluasi lagi semua gagasan yang sudah dikeluarkan. Jika menekankan pada kualitas sejak
awal, gagasan yang berkualitas acap kali tidak muncul.
Membuat daftar. Kualitas gagasan bisa didapatkan setelah mengevaluasi lagi semua gagasan
yang sudah dikeluarkan. Jika menekankan pada kualitas sejak awal, gagasan yang berkualitas
acap kali tidak muncul.
Membuat daftar. Daftar tersebut digunakan sebagai pengingat nyata bahwa setiap gagasan
diperlakukan sama, dihargai selama sesi brainstorming.
Brainstorming tidak akan berhasil bila kelompok hanya diberi sedikit waktu untuk berpikir.
d. Menilai pemecahan yang disarankan
Penilaian pemecahan dapat dilakukan dengan mempertimbangkan criteria yang sudah disepakati.
Pada tahap ini mungkin kelompok menemukan kebutuhan untuk memodifikasi kriteria.
Pertanyaan bantuan : bagaimana pemecahan yang diusulkan berhubungan dengan criteria yang
ditetapkan? Sejauh mana solusi mampu memecahkan masalah? Apa kelebihan dan kekurangan
solusi tersebut? Apa akibat jangka panjang dan jangka pendek dari pelaksanaan solusi tersebut?
e. Memilih pemecahan yang terbaik
Jika seluruh anggota kelompok sudah setuju tentang pilihan solusi, pasti akan terdapat
consensus/persetujuan bersama. Terkadang consensus tidak tercapai, jika hal ini terjadi maka
diperlukan pengambilan suara mayoritas.
f. Melaksanakan Pemecahan
Pemecahan masalah harus diuji dan hhasilnya diamati. Penilaian kembali dan pemodifikasian
pemecahan mungkin diperlukan.
DEFINISI DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Definisi Pengambilan Keputusan

pPengambilan keputusan dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses
mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan
final. Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.

Definisi Pengambilan Keputusan Menurut Para Ahli :

 Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku


(kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
 Menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
 Menurut James A. F. Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk
memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan itu adalah  suatu cara yang
digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu masalah dengan
cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.

Dasar Pengambilan Keputusan 

Menurut George R.Terry dan Brinckloe disebutkan dasar-dasar pendekatan dari pengambilan
keputusan yang dapat digunakan yaitu :

1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung
beberapa keuntungan dan kelemahan.

2. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis,


karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat diperhitungkan
untung ruginya terhadap keputusan yang akan dihasilkan. Orang yang memiliki banyak
pengalaman tentu akan lebih matang dalam membuat keputusan akan tetapi, peristiwa yang
lampau tidak sama dengan peristiwa yang terjadi kini.

3. Fakta

Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih
tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.

4. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap


bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang ini juga memiliki kelebihan dan
kekurangan.

5. Logika/Rasional

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semuan
unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada pengambilan keputusan yang
berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan,
konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan
keputusan secara logika terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

 Kejelasan masalah
 Orientasi tujuan : kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai
 Pengetahuan alternatif : seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya
 Preferensi yang jelas : alternatif bisa diurutkan sesuai criteria
 Hasil maksimal : pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang
maksima.

Jenis – Jenis Keputusan Organisasi

Jenis keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan berdasarkan banyaknya waktu yang
diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut, bagian mana organisasi harus dapat melibatkan
dalam mengambil keputusan dan pada bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.

Secara garis besar jenis keputusan terbagi menjadi dua bagian yaitu :

-. Keputusan Rutin

Keputusan Rutin adalah Keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang serta biasanya telah
dikembangkan untuk mengendalikannya.

-. Keputusan tidak Rutin

Keputusan tidak Rutin adalah Keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat
rutin.

Anda mungkin juga menyukai