Anda di halaman 1dari 1

Nama: M.

Arju Abdan Aufa


NIM: 932125419
Ideologi pendidikan intelektualisme lahir dari ungkapan-ungkapan konservatisme
politis yang didasari oleh sistem-sistem pemikiran filosofis atau teologis yang relatif kaku
dan fundamentalis otoritarian. Secara umum, konservatisme filosofis bermaksud
mengubah praktik-praktik politik yang ada, dan menjadikannya lebih sempurna relevan
dengan cita-cita dan gagasan intelektual atau kerohanian ideal, yang pada intinya bersifat
dimutlakkan.1
Ideologi intelektualisme, menganut sebuah etika diri yang terbuka yang
universalistik, dan hampir semua intelektualis cendrung untuk mengajukan sarana
pelatihan kecerdasan sebagai sebuah cara yang unggul (yang alamiah) untuk menuntun
individu ke arah pencerahan filosofis atau relegius. Sasarannya secara keseluruhan adalah
pribadi yang tercerahkan (dan karenanya kesadaran diri) dan individu-individu yang
direncanakan inilah yang harus mengendalikan negara, dengan begitu mereka juga
mengendalikan proses pendidikan, dan pada gilirannya, pengendalian atas pendidikan
pada puncaknya menentukan pencerahan individu-individu lain. Menurut ideologi
intelektualisme, sekolah-sekolah mesti mengadakan pelatihan dan pembinaan untuk
membawa setiap orang kepada potensi mereka masing-masing. Mereka yang mencapai
profil moral dan intelektual yang ideal harus secara tepat mengambil kendali atas negara.
Sekolah, sebagai satu dari sekian agen penting dalam negara, mesti menjamin pendidikan
yang tepat bagi semua orang.2

1 Karti Soeharto, “Analisis Interpretasi Elit Pendidikan Indonesia tentang Ideologi Pendidikan Nasional”,
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol. 17, No. 1, hal. 71.
2 Agus Gunawan, Abdussahid, Husnatul Mahmudah, “Potret Ideologi Pendidikan dalam Penanaman

Nilai Keislaman di SDIT Imam Syafi’iy Kota Bima”, Jurnal Ilmiah “Kreatif”, Vol. 18, No. 1, hal. 60-61.

Anda mungkin juga menyukai