Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK TENAGA LISTRIK

Dosen Pembimbing:
Febry Ekacitra, S.T.

Disusun Oleh :

SETYA HADI EGI ARIEP (181561000)


GANDI PERMANARESA (181561026)

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK


DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI DUTA BANGSA


TEKNIK MESIN 2020/2021
MODUL I
MESIN ARUS SEARAH

1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Motor Arus Searah
Motor arus searah adalah mesin kolektor arus searah yang merubah energi listrik
menjadi energi mekanik dengan prinsip induksi elektromagnetik. Gambar 1.1 merupakan
rangkaian motor arus searah bepenguat terpisah.

Gambar 1.1 Rangkaian motor arus searah berpenguat terpisah

Pada motor arus searah berpenguat terpisah, berlaku persamaan-persamaan berikut ini :

dimana : Vf = tegangan eksitasi (Volt)


Ip = arus penguat (Ampere)
Ia = arus jangkar (Ampere)
n = kecepatan rotor (rpm)
T = torsi (Nm)
Pin = daya input (Watt)
Pout = daya output (Watt)
Dari persamaan-persamaan di atas tampak bahwa :
 n berbanding terbalik dengan Ip dan sebanding dengan Ia
 T berbanding lurus dengan Ia
Dengan persamaan-persamaan tersebut di atas, dapat dilakukan beberapa percobaan
motor berpenguat terpisah, sehingga diperoleh karakteristik motor berpenguat terpisah
yaitu :
A. Karakteristik Beban Nol
n=n(Ip), V=C, T=0
n=n(V), Ip=C, T=0
B. Karakteristik Pengaturan Putaran
n=n(Ip), V=C, T=C
n=n(V), Ip=C, T=C

1.1.2 Generator Arus Searah


Mesin arus searah pada dasarnya sama dengan mesin arus bolak-balik, hanya pada
mesin arus searah dilengkapi dengan komutator yang berfungsi mengubah tegangan
bolak-balik menjadi searah. Berdasarkan teori elektromagnetik dapat diturunkan
persamaan :

dimana : E = tegangan induksi antar sikat


k = konstanta mesin
n = kecepatan putar rotor
= fluks
p = jumlah kutub
a = lintasan paralel konduktor jangkar
z = jumlah konduktor jangkar
Berdasarkan cara memberikan fluks pada kumparan medannya, generator arus searah
dibagi menjadi 2 bagian :
A. Generator berpenguat terpisah (separately excited field)
B. Generator berpenguat sendiri (self excited field) yang terdiri dari :
 Generator arus searah seri
 Generator arus searah shunt
 Generator arus searah kompon panjang
 Generator arus searah kompon pendek
Percobaan generator arus searah berpenguat terpisah yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Percobaan beban nol (open circuit test)
b. Percobaan berbeban

1.2 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


 1 Motor Arus Searah
 1 Generator Arus Searah
 1 Modul Power Supply
 Modul DC Motor/Generator 1,5 Kw, 1500 rpm, 220 V, 0,8 A
 Modul Field Rheostat 600 Ω, 225 W
 2 Modul DC Voltmeter/Amperemeter
 1 Modul DC Breaker 220 Vdc, 30 A
1.3 RANGKAIAN PERCOBAAN
1.3.1 Motor arus searah

Gambar 1.2 Rangkaian percobaan motor arus searah


1.3.2 Generator arus searah

Gambar 1.3 Rangkaian percobaan generator arus searah


1.4 TAHAP MENJALANKAN DAN PEMBEBANAN MOTOR
1.4.1 Start Motor
 Perhatikan rating motor yang diuji (tegangan masuk, arus jangkar, arus penguat dan
tegangan penguat).
 Perhatikan rating generator yang merupakan beban motor (tegangan, arus jangkar,
arus penguat, tegangan penguat, dan kopel).
 Naikkan MCB posisi ON.
 Atur field rheostat sampai diperoleh sesuai tabel (Ip) percobaan
 Putar pengatur tegangan modul Voltage regulator Armature motor secara perlahan
sampai tegangan tertentu dimana sesuai tabel percobaan ,maximal tegangan
dibawah nilai 180 V.
 Turunkan nilai field sampai nilai menunjukan angka nol.
 Motor berputar dalam keadaan beban nol.

1.4.2 Mengatur Putaran Motor


 Perhatikan putaran motor.
 Dengan mengatur Voltage Regulator Armatur dari modul VR 1 dan VR2 (field)
dapat ditentukan putaran motor yang diinginkan.

1.4.3 Pembebanan Motor


 Beban motor adalah generator arus searah.
 Tahanan beban Rb pada posisi maksimum.
 Atur field rheostat generatorsampai Vout generator sesuai tabel
 Dengan mengatur Rb mulai posisi maksimum, maka motor dibebani dari keadaan
beban nol sampai beban nominal.

 Maka cek apakah ada perubahan pada kecepatan

1.4.4 Mematikan Motor


 Turunkan tuas DC breaker ke posisi 0.
 Atur field rheostat sehingga VR2 menunjukan nilai minimum
 Atur pengatur tegangan modul VR sehingga V1 menunjukan nilai 0.
1.5 TAHAP MENJALANKAN GENERATOR
1.5.1 Start Generator
 Atur field rheostat generator VR 3 sesuai tabel sampai Vout generator menunjukan
nilai
 Dengan mengatur (arus penguat/Ip) mulai harga minimum sampai maksimum,
maka generator dalam keadaan beban nol

1.5.2 Pembebanan Generator


 Tahanan beban Rb pada posisi sesuai tabel
 Dengan mengatur Rb maka generator dalam keadaan berbeban

1.5.3 Mematikan Generator


 Turunkan tuas dc breaker ke posisi 0
 Atur field rheostat sehingga VR 2 menunjukkan nilai minimum
 Atur pengatur tegangan modul VR 1 sehingga V1 menunjukkan 0

1.6 PERCOBAAN-PERCOBAAN MOTOR ARUS SEARAH


1.6.1 Karakteristik Beban Nol
1.6.1.1 Tujuan
a. Menentukan karakteristik putaran sebagai fungsi arus penguat Ip pada tegangan V
tetap dan kopel T = 0.
n = n (Ip), V = C, T = 0
b. Menentukan karakteristik putaran sebagai fungsi tegangan jangkar (sebanding V)
pada arus penguat tetap dan kopel T = 0.
n = n (V), Ip = C, T = 0

1.6.1.2 Langkah-langkah Percobaan


a. Menentukan n = n (Ip), V = C, T = 0.
o Start motor sesuai dengan 1.4.1.
o Atur pengatur tegangan modul power supply sampai nilai V1 tertentu dan selama
percobaan dijaga tetap.
o Atur field rheostat dan catat nilai A1 dan n untuk setiap perubahan A1.
b. Menentukan n = n (V), Ip= C, T = 0
o Atur field rheostat untuk A1 tertentu dan selama percobaan dijaga tetap.
o Atur pengatur tegangan modul power supply dan catat nilai V1 dan n untuk setiap
perubahan V1.

1.6.2 Karakteristik Pengaturan Putaran


1.6.2.1 Tujuan
a. Menentukan karakteristik putaran sebagai fungsi arus penguat Ip pada tegangan V
dan kopel tetap.
n = n (Ip), V = C, T = C.
b. Menentukan karakteristik putaran sebagai fungsi tegangan jangkar V pada arus
penguat Ip dan kopel T tetap.
n = n (V), Ip = C, T = C.

1.6.2.2 Langkah-langkah Percobaan


a. Menentukan n = n (Ip), V = C, T = C.
o Start motor sesuai dengan 1.4.1.
o Bebani motor dengan kopel tertentu sesuai dengan (III.2 dan III.3) dan nilai
kopel ini selama percobaan dijaga konstan.
o Atur pengatur tegangan modul power supply sampai nilai V1 tertentu dan selama
percobaan dijaga tetap.
o Untuk nilai kopel tertentu atur field rheostat dan catat nilai A1 dan n untuk setiap
perubahan A1.
b. Menentukan n = n (V), Ip = C, T = C.
o Atur field rheostat sampai nilai A1 tertentu dan selama percobaan dijaga tetap.
o Untuk nilai kopel tertentu, atur pengatur tegangan modul power supply, catat nilai
V1 dan n untuk setiap perubahan V1.
Catatan: untuk menjaga kopel konstan dengan mengatur field rheostat generator dan Rb.

1.7 PERCOBAAN-PERCOBAAN GENERATOR ARUS SEARAH


1.7.1 Percobaan Beban Nol
1.7.1.1 Tujuan
 Menentukan besarnya tegangan jepit (V) sebagai fungsi arus penguat (Ip) pada
putaran tetap dan tanpa beban
V = V(Ip), n = C, Ia = 0
 Menentukan besarnya tegangan jepit (V) sebagai fungsi putaran (n) pada arus
penguat tetap dan tanpa beban.
V = V(n), Ip = C, Ia = 0
Pada percobaan beban nol ini, rangkaian jangkarnya terbuka sehingga tidak ada arus
mengalir. Tegangan terminal sama dengan GGL yang dibangkitkan.
V = E – Ia.Ra
Eo = k.n.Ф
Eo = Eo (Ip)
dimana : E = GGL yang dibangkitkan
V = Tegangan terminal
Ip = Arus penguat
Ia = Arus jangkar
Jadi terdapat hubungan :
Eo = E(Ip), n = C, Ia = 0
Eo = E(n), Ip = C, Ia = 0

1.7.1.2 Langkah-langkah Percobaan


a. Menentukan V = V(Ip), n = C, Ia = 0
 Pasang rangkaian sesuai dengan gambar 1.3
 Start motor sesuai dengan 1.4.1.
 Putaran motor dijaga tetap dan catat nilainya.
 Ubah nilai A4 dengan mengatur Rp kumparan medan generator sampai nilai
tertentu kemudian catat untuk perubahan nilai A4 dan V2.
b. Menentukan V = V(n), Ip = C, Ia = 0
o Pasang rangkaian sesuai dengan gambar 1.3.
o Start motor sesuai dengan 1.4.1.
o A4 dijaga tetap dan catat nilainya.
o Ubah nilai n dengan mengatur V1 atau A1 motor sampai nilai tertentu kemudian
catat untuk perubahan nilai n dan V2.
1.7.2 Percobaan Berbeban
1.7.2.1 Tujuan

Menentukan besarnya tegangan jepit (V) sebagai fungsi arus beban (Ib) pada
putaran dan arus penguatan tetap.
V = V(Ib), n = C, Ip = C

1.7.2.2 Langkah-langkah Percobaan


a. Pasang rangkaian sesuai dengan gambar 1.3.
b. Start motor sesuai dengan 1.4.1.
c. Putaran motor dijaga tetap dan catat nilainya.
d. Arus penguat generator (A4) dijaga tetap dan catat nilainya.
e. Tahanan beban Rb pada posisi maksimum.
f. Naikkan tuas dc breaker pada posisi 1.
g. Atur Rb dan catat nilai A3 dan V2 untuk seluruh perubahan Rb.

1.8 TUGAS
1.8.1 Percobaan Motor Arus Searah
1 Buat grafik untuk karakteristik percobaan beban nol:
n = n (Ip), V = C, T = C.
n = n (V), Ip = C, T = C.
dan untuk karakteristik pengaturan putaran:
n = n (Ip), V = C, T = C.
n = n (V), Ip = C, T = C.
2 Buat analisa untuk tiap-tiap percobaan !
3 Buat kesimpulan untuk tiap-tiap percobaan !

1.8.2 Percobaan Generator Arus Searah


1 Buat grafik percobaan beban nol :
V = V(Ip), n = C, Ia = 0
V = V(n), Ip = C, Ia = 0
dan grafik percobaan berbeban :
V = V(Ib), n = C, Ip = C
2 Buat analisa untuk tiap-tiap percobaan !
3 Buat kesimpulan yang didapat untuk tiap-tiap percobaan !
Tabel Motor DC

Tegangan Tegangan Field(Volt)


Kecepatan RPM
Armature(Volt) Voltage Ampere
20 20 1,1 A 735
40 20 0,5 A 508
60 40 0,4 A 769
80 40 0,3 A 634
100 50 0,3 A 667
120 20 0,2 A 234
150 20 0,2 A 209

Praktek Generator DC

Kecepatan (Rpm) Tegangan Exiter(Volt) Tegangan Output(Volt)


735 170 66,1
508 170 48,7

769 170 71,8


634 170 61,0
667 170 65,5
234 170 22,4
209 170 20,7
Grafik Motor AC, T=0
2,5

2,1
2

1,5

1
0,8
0,6
0,5 0,5
0,4
0,3 0,3

0
20 40 60 80 100 120 150

Ampere

Grafik Generator DC, Ip = C


90

80
76,5
70 69,2
60 61,9
57,8
50
44,9
40

30
23,8
20 20,9

10

0
20 40 60 80 100 120 150

Tegangan Output (Volt)


Grafik Perbandingan RPM, T=0 dan Ip = C
800
748,2
700
662,8 674,8 658,4
651,6
600 617,9
602,7

500
475,2 464
400 423,4

300
223,9
214,4 205,7
200 201,2

100

0
20 40 60 80 100 120 150

RPM 1 RPM 2

Gambar mesin praktek motor dan generator DC

Kesimpulan:
 Apabila karakteristik beban nol untuk suatu putaran diketahui, maka dapat ditentukan
karakteristik beban nol untuk putaran yang lain.
 Apabila generator dibebani, secara teori grafik akan menurun secara linear, dalam
praktek menurunnya tidak linear karena bertambahnya arus,beban dikali arus akan
bertambah besar.
 Semakin besar tegangan output generator maka semakin besar pula tegangan exciter
nya.
MODUL II
MOTOR SEREMPAK

A. SYNCHRONOUS MOTOR
Motor sinkron sesuai dengan namanya adalah motor yang beroperasi pada putaran
sinkron, dimana sesuai dengan fungsinya adalah mengkonversi energi listrik menjadi energi
mekanik.

Prinsip kerja dari motor ini adalah sebagai berikut: suatu sumber arus bolak-balik 3 fasa
dihubungkan dengan kumparan jangkar pada stator, menyebabkan timbulnya medan putar
magnet di stator. Kumparan rotor dihubungkan dengan sumber arus searah yang
menimbulkan medan magnet yang tetap pada rotor. Kedua medan magnet itu berinteraksi
sehingga menyebabkan medan magnet rotor terkunci pada medan putar rotor. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya keserempakan antara putaran rotor dengan medan putar statornya.
Akan tetapi motor sinkron bukanlah motor yang dapat melakukan starting sendiri.
Rotornya berat, oleh karena itu dari keadaan diam tidaklah mungkin motor sinkron
membawa putaran rotor terkunci dengan medan putar stator. Diperlukan metode-metode
khusus dalam melakukan starting motor sinkron. Metode-metode tersebut adalah:
 Mengurangi kecepatan putar medan magnet stator. Ini dapat dilakukan dengan
mengurangi frekuensi daya listrik yang disuplai ke motorsinkron.
 Menggunakan motor penggerak lain untuk memutar motor sinkron, sampai pada
kecepatan sinkronnya, kemudian menghubungkan mesin sinkron pada jaringan
listrik.
 Menggunakan lilitan (kumparan) peredam (Damper windings atau Amartisseur
windings).
Proses starting pada percobaan ini adalah dengan menggunakan kumparan peredam,
yang merupakan langkah yang paling umum digunakan. Lilitan peredam adalah
penghantar khusus yang ditempatkan pada kutub-kutub rotor yang kemudian
dihubungkan pada ujung-ujungnya. Motor sinkron dengan lilitan peredam pada saat start
adalah seperti motor asinkron (motor induksi).
Pada percobaan ini dapat dilihat karakteristik starting dari motor sinkron dimulai dari
motor dalam keadaan diam sampai berputar hingga mencapai kecepatan sinkronnya.
2.2.1 Starting Motor Serempak
2.2.1.1 Tujuan
Untuk mendapatkan karakteristik awal dan karakteristik kerja motor serempak 3 fasa.
2.2.1.2 Langkah-langkah Percobaan
1. Conect power 220 ke power PLN
2. Naikan semua Tuas mcb
3. Tekan tombol Motor on
4. Tekan tombol transducer on
5. Pilih frequensi dalam monitor HMI sesuai tabel
6. Catat kecepatan yang di hasilkan tanpa beban dan dengan beban exiter maximal
35 Vdc

2.3.2.1 Tugas
1. Buat grafik antara kecepatan putar vs tegangan AC.
2. Bandingkan proses starting dengan dan tanpa beban exiter generator. Buat
analisanya!
3. Buat analisa dan kesimpulan hasil percobaan!

Praktek Motor AC

Kecepatan(Rpm)
Frekuensi (HZ)
Tanpa Beban Dengan Beban exiter
5 147 143
10 295 286
15 450 440
20 600 595
25 746 742
30 900 880
35 1040 1032
40 1197 1183
45 1360 1329
Grafik Motor AC
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Tanpa Beban 35 Vdc

Gambar mesin praktek motor AC

Kesimpulan:
Semakin besar frekuensi yang diberikan pada motor maka akan semakin cepat putaran
yangdihasilkan motor AC.
MODUL III
GENERATOR SEREMPAK (SYNCHRONOUS
GENERATOR)

3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 Generator Serempak
Generator sinkron adalah suatu generator arus bolak-balik yang menkonversikan
energi mekanik menjadi energi listrik. Dengan memutar rotor dari alternator yang diberi
arus medan (If), gaya gerak listrik akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.
Bila kumparan berputar dengan kecepatan sudut tetap, maka fluks yang dilingkupi
berubah-ubah, dan sebanding dengan sinus kecepatan sudut ω dan jumlah putaran setiap
detik.

(t)  m sint
1 (t)  m sin 2 ft
2 (t)  m sin 2  ft 120
 3(t)  m sin 2  ft 120
GGL phasa yang dibangkitkan pada setiap kumparan besarnya sama, juga dengan beda
phasa masing-masing radial (120o).
d
e(t)  N 
dt
Maka :

e1 (t)  em cos 2 ft
e2 (t)  em cos 2  ft 120
e3 (t)  em cos 2  ft 120
Dengan :

emax  2 ftm
Nilai efektif tegangan tersebut adalah :
em 2 f  m  4, 44 f 
E  
eff m
Antara tegangan (Eo) yang terinduksi pada kumparan jangkar stator dengan putaran
sinkron dari rotor yang diberi arus medan (If) dihubungkan dengan rumus :

Eo  cn
Dengan : c = konstanta mesin
n = putaransinkron
 = fluks yang dihasilkan oleh If
Rangkaian ekivalen dari generator sinkron sendiri adalah sebagai berikut

Gambar 3.1 Rangkaian ekivalen generator serempak

dimana : Rf = resistansi kumparan medan


Ra = resistansi kumparan jangkar
Xs = reaktansi sinkron
Ia = arus jangkar
If = arus medan
Ea = tegangan kumparan medan
Vt = tegangan terminal generator

3.2 PERCOBAAN-PERCOBAAN
3.2.1 Open Circuit and Short Circuit Synchronous Generator

3.2.1.1 Tujuan
Mengetahui karakteristik Xs rangkaian terbuka dan rangkain hubung singkat pada
generator serempak terhadap perubahan nilai If (Field Current).

3.2.1.2 Langkah-langkah Percobaan Open Circuit Synchronous Generator


1. Rheostat atau VR diatur agar mencapai nilai sesuai tabel
2. Atur posisi selektor synchronising module dalam posisi penguatsendiri
3. Catat Hasil dari percobaan
4. Jika sudah, maka kurangi sumber VR hingga bernilai 0 (nol) kemudian matikan
mesin.

3.2.1.3 Langkah-langkah Percobaan Short Circuit Synchronous Generator


1. Rheostat atau VR diatur agar mencapai nilai sesuai tabel
2. Atur posisi selektor synchronising module dalam posisi penguatsendiri
3. Nyalakan semua beban Vout Generator
4. Jika sudah, maka kurangi sumber VR hingga bernilai 0 (nol) kemudian matikan
mesin

Tugas
a. Hitung daya aktif, reaktif, perubahan kecepatan dan perubahan tegangan untuk
setiap nilai beban.
b. Hitung tegangan keluaran generator, persentasi kesalahan terhadap data percobaan
dan diagram fasor dari generator.
c. Buat analisa dan kesimpulan percobaan

Praktek Generator AC

Kecepatan (Rpm) Tegangan Exiter(Volt) Tegangan Output(Volt)


149 5 0
295,3 10 20
443,2 15 40
596 20 80
250,7 25 110
882,5 30 140
1030,5 35 170
149 35 20
295,3 30 40
443,2 25 60
596 20 70
250,7 15 80
882,5 10 80
1030,5 5 60
Grafik Generator AC
180

160

140

120

100

80

60

40

20

0
5 10 15 20 25 30 35

Tegangan Exiter Tegangan Output

Grafik Generator AC
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
5 10 15 20 25 30 35

Tegangan Ouput Tegangan Exiter

Kesimpulan:

Semakin besar medan magnet maka semakin besar output


tegangan yang dihasilkan generator.

Semakin cepat putaran, semakin besar output dari generator.


MODUL IV
TRANFORMATOR TIGA FASA

Pengujian Transformator Tiga phase


Pada pengujian transformator 3 phase untuk mengetahui tegangan dengan
merubah hubungan belitan-belitan disisi primer maupun sekunder.Namun tidak semua
belitan dapat dilakukan,adapun belitan transformator yang di uji :
A. Belitan Delta-delta
B. Belitan Bintang-bintang
C. Belitan Bintang-delta
D. Belitan Delta-bintang

A. Pengujian Transformator Tiga Phase Hubung Belitan Delta-delta


1. Pengujian transformator tiga phase hubungan belitan Delta-delta,menggunakan
beberapa peralatan pada alat uji transformator ini :
a. Transformator 3 phase ( 380/220 V) 1 unit
b. Metering display 2 unit
c. Transformator 3 phase yang akan diuji 220/110V 1 unit
d. Kabel ( sudah dilengkapi plug socket ) Secukupnya
2. Langkah-langkah pengujian transformator 3 phase hubungan Delta-delta,sebagai
berikut :
1) Pastika NFB power 3 phase dan 1 phase keadaan Off
2) Rangkailah rangkaian dalam keadaan off dari alat uji ke trafo,seperti gambar
berikut :

Gambar 4.10 Rangkaian pengujian transformator 3 phase Delta-delta


Dari gambar tersebut dapat dijelaskan cara penyambungan kabel dari alat uji ke
trafo :
a) - Power L1 dikoneksikan ke V11 dan I11A
- I11B dikoneksikan ke Transformator uji R1 dan S2
b) - Power L2 dikoneksikan ke V12 dan I12A
- I12B dikoneksikan ke Transformator uji S1 dan T2
c) - Power L3 dikoneksikan ke V13 dan I13A
- I13B dikoneksikan ke Transformator uji T1 dan R2
d) - Transformator sekunder r₁ dikoneksikan ke V21 dan I21A
- Transformatror sekunder r₂ dikoneksikan transfomator sekunder t₁
e) - Transformator sekunder s₁ dikoneksikan ke V22 dan I22A
- Transformatror sekunder s₂ dikoneksikan transfomator sekunder r₁
f) - Transformator sekunder t₁ dikoneksikan ke V23 dan I23A
- Transformatror sekunder t₂ dikoneksikan transfomator sekunder s₁
3) On NFB 3 Phase dan NFB 1 phase
4) Setelah alat uji hidup,pastikan Metering Display sudah pada settingan 3P3L
5) Pilih menu baca tegangan kemudian arus di Metering Display
6) Mencatat hasil uji trafo disisi tegangan dan arus
7) Turunkan ( off ) NFB 3 phase dan 1 phase
8) Pengujian selesai ( lepas kabel penghubung antara alat uji dan trafo Uji )
3. Data pengujian transformator 3 phase 220;110 VAC hubungan delta-delta, diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data hasil pengujian transformator 220/110 V hubung Delta-delta

Tegangan & MD 1 Tegangan & MD 2


No Arus Primer Primer Arus Sekunder
Sekunder
VL-L Iph V1 I1 VL-L Iph V2 I2
1 R-S R 215,2 0,144 r - s r 130,7 0,00
2 S-T S 205,2 0,121 s - t s 124,2 0,00
3 T-R T 210,1 0,105 t - r t 127,1 0,00
Pada transformator hubungan Δ – Δ tegangan kawat ke kawat dan tegangan phase sama
untuk sisi primer dan sekunder transformator ( Vʀ� = V�ᴛ = Vᴛʀ = Vʟɴ )
Maka perbandingan tegangannya adalah :
�ʟ� ���
= = �… …… …… … … … … … (4.1)
�ʟ� �
���

Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :

�ʟ = √3� √ = 0.040.............................. (4.2)


Berikut analisa data perbandingan tegangan hubungn � − � dari salah satu hasil diatas :
�ʟ� ����
= = � ˃ 1,654 – 1,653 = 0,001…………… sedangkan arus pada transformator
�ʟ� ����

Δ-Δ: �ʟ = √3��� ˃ 0,040……………………………

B. Pengujian Transformator Tiga Phase Hubung Belitan Bintang- bintang


1. Pengujian transformator tiga phase hubungan belitan Bintang-bintang,menggunakan
beberapa peralatan pada alat uji transformator ini :
a) Transformator 3 phasa ( 380/220 V) 1 unit
b) Metering display 2 unit
c) Transformator 3 phasa yang akan diuji 220/110V 1 unit
d) Kabel ( sudah dilengkapi plug socket ) Secukupnya
2. Langkah-langkah pengujian transformator 3 phasa hubungan Bintang-bintang sebagai
berikut :
1) Pastika NFB power 3 phase dan 1 phasa keadaan Off
2) Rangkailah rangkaian dalam keadaan off dari alat uji ke trafo,seperti gambar
berikut :
Gambar 4.11 Rangkaian pengujian transformator 3 phase Bintang-bintang
Dari gambar Rangkaian di atas dapat kita terangkan bagaimana cara
pengkoneksian kabel dari alat uji ke trafo :
a) - Power L1 dikoneksikan ke V11 dan I11A
- I11B dikoneksikan ke Transformator uji R1
b) - Power L2 dikoneksikan ke V12 dan I12A
- I12B dikoneksikan ke Transformator uji S1
c) - Power L3 dikoneksikan ke V13 dan I13A
- I13B dikoneksikan ke Transformator uji T1
d) - Kabel Transformator R2 dikoneksikan ke S2 konek ke T2
e) - Transformator sekunder r₁ dikoneksikan ke V21 dan I21A
e) - Transformator sekunder s₁ dikoneksikan ke V22 dan I22
f) - Transformator sekunder t₁ dikoneksikan ke V23 dan I23A
g) - Kabel Transformator sekunder r₂ dikoneksikan ke s₂ konek ke t₂
3) On NFB 3 Phase dan NFB 1 phase
4) Setelah alat uji hidup,pastikan Metering Display sudah pada pengaturan 3P3L
5) Pilih menu baca tegangan kemudian arus di Metering Display
6) Mencatat hasil uji trafo disisi tegangan dan arus
7) Turunkan ( off ) NFB 3 phase dan 1 phase
8) Pengujian selesai ( lepas kabel penghubung antara alat uji dan trafo Uji )
3. Data pengujian transformator 3 phase 220;110 VAC hubungan Bintang-bintang,
diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.2 Data hasil pengujian transformator 220/110 V hubung Bintang-bintang
Tegangan & MD 1 Tegangan & MD 2
No Arus Primer Primer Arus Sekunder
Sekunder
VL-L Iph V1 I1 VL-L Iph V2 I2
1 R-S R 215,1 0,031 r-s r 130,1 0,00
2 S-T S 201,4 0,032 s-t s 121,6 0,00
3 T-R T 205,0 0,028 t-r t 124,1 0,00
Pada hubungan bintang-bintang rasio tegangan phase-phase ( L-L) pada primer dan
sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo.Sehingga terjadi pergeseran sebesar 30º
antara tegangan phase-netral (L-N) dan tegangannya phase-phase
(L-L) pada sisi primer dan sekundernya.Tegangan masing-masing primer phase :
�ʟ�
V�ℎ � = √ √ √
= 124,188 116,28 118,356 (4.3)
√3

Tegangan phase primer sebanding dengan tegangan phase sekunder dan perbandingan
belitan transformator maka perbandingan tegangan primer dengan

Tegangan sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah


= =a√ √ √

√ √ √

Berikut analisa data perbandingan tegangan hubungan Y-Y dari salah satu hasil diatas :


= = a > 2,5 – 2,46

= 0,4

C. Pengujian Transformator Tiga Phase Hubung Belitan Bintang-delta


1. Pengujian transformator tiga phase hubungan belitan Bintang-delta, menggunakan
beberapa peralatan pada alat uji transformator ini :
a) Transformator 3 phasa ( 380/220 V) 1 unit
b) Metering display 2 unit
c) Transformator 3 phase yang akan diuji 220/110V 1 unit
d) Kabel ( sudah dilengkapi plug socket ) Secukupnya
2. Langkah-langkah pengujian transformator 3 phase hubungan Bintang-delta sebagai
berikut :
1) Pastika NFB power 3 phase dan 1 phasa keadaan Off
2) Rangkailah rangkaian dalam keadaan off dari alat uji ke trafo,seperti
gambar berikut :

Gambar 4.12 Rangkaian pengujian transformator 3 phase Bintang-delta


Pada gambar diatas dapat kita jelaskan cara pengkoneksian kabel dari alat uji ke
trafo :
a) - Power L1 dikoneksikan ke V11 dan I11A
- I11B dikoneksikan ke Transformator uji R1
b) - Power L2 dikoneksikan ke V12 dan I12A
- I12B dikoneksikan ke Transformator uji S1
c) - Power L3 dikoneksikan ke V13 dan I13A
- I13B dikoneksikan ke Transformator uji T1
d) - Kabel Transformator R2 dikoneksikan ke S2 konek ke T2
e) - Transformator sekunder r₁ dikoneksikan ke V21 dan I21A
- Transformatror sekunder r₂ dikoneksikan transfomator sekunder t₁
f) - Transformator sekunder s₁ dikoneksikan ke V22 dan I22A
- Transformatror sekunder s₂ dikoneksikan transfomator sekunder r₁
g) - Transformator sekunder t₁ dikoneksikan ke V23 dan I23A
- Transformatror sekunder t₂ dikoneksikan transfomator sekunder s₁
9) On NFB 3 Phasa dan NFB 1 phase
10) Setelah alat uji hidup,pastikan Metering Display sudah pada pengaturan 3P3L
11) Pilih menu baca tegangan kemudian arus di Metering Display
12) Mencatat hasil uji trafo disisi tegangan dan arus
13) Turunkan ( off ) NFB 3 phase dan 1 phase
14) Pengujian selesai ( lepas kabel penghubung antara alat uji dan trafo Uji )
3. Data pengujian transformator 3 phase 220;110 VAC hubungan Bintang-delta, diperoleh
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data hasil pengujian transformator 220/110 V hubung Bintang-delta
Tegangan & MD 1 Tegangan & MD 2
Arus Primer Primer Arus Sekunder
No
Sekunder
VL-L Iph V1 I1 VL-L Iph V2 I2
1 R-S R 215,8 0,032 r - s r 73,67 0,00
2 S-T S 204,8 0,034 s - t s 71,01 0,00
3 T-R T 208,7 0,03 t-r t 75 0,00
Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik
tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan phase-phase adalah 1/√3 kali rasio
setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan phase-phase antara primer dan sekunder
yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo Δ-Δ.
Hubungan transformator Y-Δ.Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer
sebanding dengan tegangan phase primer
( Vʟ� = V�ℎ � )....215,8..........................................................................................(4.5) dan
tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phase
( Vʟ� = V�ℎ � )....73,67...........................................................................................(4.6)
sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan Y-Δ adalah
√ √ √ √
= =√ a

0,34 0,35 0,33


Berikut analisa data perbandingan tegangan hubungan Y-Δ dari salah satu hasil diatas :
0,35 – 0,33 = 0,02
D. Pengujian Transformator Tiga Phase Hubung Belitan Delta-bintang
Pada pengujian transformator Bintang-delta adalah pengujian terakhir pada karya
tulis ini.Dimana sebenarnya belitan transformator ada 3 macam yaitu hubung belitan
delta,bintang dan zig zag,namun pada hubung zig zag tidak saya uji.Belitan zig zag tidak
saya uji,karean menurut saya harus ada satu lagi trafo satu unit supaya bisa dirangkaikan
hubungan zig zag.

1) Pengujian transformator tiga phase hubungan belitan Delta-bintang,menggunakan


beberapa peralatan pada alat uji transformator ini :
a) Transformator 3 phase ( 380/220 V) 1 unit
b) Metering display 2 unit
c) Transformator 3 phase yang akan diuji 220/110V 1 unit
d) Kabel ( sudah dilengkapi plug socket ) Secukupnya
2) Langkah-langkah pengujian transformator 3 phase hubungan Delta-bintang
sebagai berikut :
1. Pastika NFB power 3 phase dan 1 phase keadaan Off
2. Rangkailah rangkaian dalam keadaan off dari alat uji ke trafo,seperti
gambar berikut
Gambar 4.13 Rangkaian pengujian transformator 3 phase Delta-bintang
Dari gambar kita jelaskan mengkoneksikan kabel dari alat uji ke trafo :
a) - Power L1 dikoneksikan ke V11 dan I11A
- I11B dikoneksikan ke Transformator uji R1 dan S2
b) - Power L2 dikoneksikan ke V12 dan I12A
- I12B dikoneksikan ke Transformator uji S1 dan T2
c) - Power L3 dikoneksikan ke V13 dan I13A
- I13B dikoneksikan ke Transformator uji T1 dan R2
d) - Transformator sekunder r₁ dikoneksikan ke V21 dan I21A
e) - Transformator sekunder s₁ dikoneksikan ke V22 dan I22A
f) - Transformator sekunder t₁ dikoneksikan ke V23 dan I23A
g) - Kabel Transformator sekunder r₂ dikoneksikan ke s₂ konek ke t₂
3. On NFB 3 Phase dan NFB 1 phase
4. Setelah alat uji hidup,pastikan Metering Display sudah pada pengaturan 3P3L
5. Pilih menu baca tegangan kemudian arus di Monitor Display
6. Mencatat hasil uji trafo disisi tegangan dan arus
7. Turunkan ( off ) NFB 3 phase dan 1 phase
8. Pengujian selesai ( lepas kabel penghubung antara alat uji dan trafo Uji )
3) Data pengujian transformator 3 phase 220;110 VAC hubungan Delta-bintang,
diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data hasil pengujian transformator 220/110 V hubung Delta-bintang
Tegangan & MD 1 Tegangan & MD 2
No Arus Primer Primer Arus Sekunder
Sekunder
VL-L Iph V1 I1 VL-L Iph V2 I2
1 R-S R 214,3 0,138 r - s r 223,6 0,00
2 S-T S 205,1 0,119 s - t s 220,0 0,00
3 T-R T 208,6 0,103 t - r t 213,3 0,00

Gamabar transformator 3 phase

Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari


tegangan transmisi ke tegangan rendah.Transformator hubungan Δ-Y dimana tegangan
kawat ke kawat primer sama dengan tegangan phase primer
( Vʟ� = V�ℎ � ).....214,3.........205,1...........208,6.....................(4.8) dan
tegangan sisi sekundernya

( Vʟ� = √3V�ℎ � ).....223,6.......220,0..........213,3............................(4.9) maka


perbandingan tegangan pada hubungan Δ-Y adalah :

= = =
√ √ √ √

Berikut analisa data perbandingan tegangan hubungan Δ-Y dari salah satu hasil

R= 123,72

S= 118,41

T= 120,3

Kesimpulan:
Jumlah Belitan sangat berpengaruh pada hasil tegangan yang dihasilkan,
sehingga dapat diketahui kesalahan dalam penggulungan coil.
MODUL V

TRANFORMATOR SATU FASA

5.1 PENDAHULUAN
Transformator adalah suatu alat elektromagnetis yang mengubah tegangan bolak-
balik menjadi tegangan bolak-balik lain dengan suatu perbandingan transformasi tertentu
yang bekerja berdasarkan prinsip induksi dengan frekuensi yang sama. Konstruksi
dasarnya terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang dililitkan pada inti
besi yang satu sama lainnya terhubung secara elektromagnetis. Bila pada kumparan
primer diberi tegangan bolak-balik, maka akan timbul fluks yang mengalir pada inti besi
dan menginduksikan tegangan pada kumparan sekunder.

Gambar 5.1 Skema transformator tanpa beban

Persamaan umum pada transformator antara lain :

dimana : N1 = jumlah lilitan primer


N2 = jumlah lilitan sekunder
a = perbandingan transformasi trafo daya

5.2 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN


 1 modul transformator
 1 modul catu daya
 1 modul AC Ammeter (3/5 Aac)
 1 modul AC Voltmeter (0-250 Vac)
 1 modul variable resistance
 1 modul inductance variable
 1 modul capacitance variable
 2 modul Wattmeter
 1 modul cos φ meter
 Kabel penghubung

PERCOBAAN-PERCOBAAN
5.3.1 Percobaan Beban Nol
5.3.1.1 Tujuan
Untuk memperoleh :
 Karakteristik arus beban nol sebagai fungsi tegangan primer, Io=Io(V1)
 Karakteristik daya beban nol sebagai fungsi tegangan primer, Po=Po(V1)
 Rugi-rugi besi

5.3.1.2 Teori Dasar


Bila sisi primer diberi tegangan sebesar nilai nominalnya (V1) dan sisi sekunder
terbuka, maka dapat ditentukan daya pada beban nol (Po).

(a)

(b)
Gambar 5.2 Skema rangkaian beban nol
Po merupakan jumlah rugi-rugi besi (Pb) dan rugi-rugi tembaga (Pt) transformator.

bernilai antara 0.25-2% rugi tembaga pada beban nominal. Dengan demikian, rugi
tembaga pada beban nol dapat diabaikan terhadap rugi besi.

Fasa Io tertinggal terhadap tegangan primer V1 dan dapat diuraikan terhadap komponen Ioa
yang dapat menyebabkan rugi besi dan Ior yang menyebabkan fluks utama.

Gambar 5.3 Skema pengukuran beban nol

Dari diagram vektor didapat hubungan :

Dari hubungan tersebut dapat dibuat diagram fasornya.

5.3.1.3 Rangkaian Percobaan

Gambar 5.4 Rangkaian percobaan beban nol


5.3.1.4 Langkah Percobaan
a. Susun rangkaian percobaan. Perhatikan rating trafo pada sisi primer dan sekunder.
b. Hidupkan catu daya. Kemudian atur tegangan masukan nilai nol secara bertahap.
c. Catat: Io(A1), V2, Po untuk setiap kenaikan V1.
d. Setelah percobaan selesai, turunkan catu daya dan rapikan alat-alat serta meja
percobaan.

5.3.1.5 Tugas
1. Buat grafik untuk :
Ioc=Ioc(V1)
Poc=Poc(V1)
2. Berikan analisa saudara untuk percobaan hubung singkat !
3. Berikan kesimpulan untuk percobaan hubung singkat !

5.3.2 Percobaan Hubung Singkat


5.3.2.2 Tujuan
Untuk memperoleh :
 Karakteristik arus hubung singkat sebagai fungsi tegangan primer, Ihs=Ihs(V1)
 Karakteristik rugi tembaga total sebagai fungsi tegangan primer, Pt=Pt(V1)
 Rugi-rugi besi

5.3.2.3 Teori Dasar


Kumparan sekunder dihubungsingkatkan, arusnya diukur oleh A2. Sisi primer diberi
tegangan dan frekuensi yang tetap. Tegangan primer diatur sedemikian rupa sehingga
arus sekunder mencapai nominalnya. Tegangan primer ini disebut sebagai “Tegangan
Hubung Singkat” yang dinyatakan dalam %.

Gambar 5.5 Skema pengukuran hubung singkat


(a)

(b)
Gambar 5.6 Rangkaian ganti hubung singkat

Karena sisi sekunder dihubung singkat, maka Ro>>R2„ dan Xo>>R2„ sehingga
Io<<I2„, dengan demikian Io dapat diabaikan, sehingga dapat digambarkan seperti gambar
4.6b.

Karena rugi besi sebanding dengan V1 dan pada hubung singkat nilai V1 sangat kecil,
maka rugi besi dapat diabaikan.

Dengan demikian akan didapat besarnya rugi-rugi tembaga pada percobaan hubung
singkat. Maka didapat hubungan :
5.3.2.4 Rangkaian Percobaan

Gambar 5.7 Rangkaian percobaan hubung singkat

5.3.2.5 Langkah Percobaan


b. Susun rangkaian percobaan.
c. Periksa kembali rangkaian dan pastikan tidak ada kesalahan pada rangkaian.
Hidupkan catu daya.
d. Atur catu daya agar tercapai I2=0.2A lalu catat I1.
e. Catat V1, I2, dan Phs untuk setiap kenaikan I1 dengan mengatur catu daya.
f. Setelah percobaan selesai, turunkan catu daya dan rapikan alat-alat serta meja
percobaan.

5.3.2.6 Tugas
1. Buat grafik untuk :
I1=I1(V1)
Phs=Phs(V1)
2. Berikan analisa saudara untuk percobaan hubung singkat !
3. Berikan kesimpulan untuk percobaan hubung singkat !

5.3.3 Percobaan Berbeban


5.3.3.2 Tujuan
Untuk memperoleh :
 Pengaturan tegangan trafo dengan beban resistif, induktif, dan kapasitif
 Efisiensi trafo dengan beban resistif, induktif, dan kapasitif
5.3.3.3 Teori Dasar
Sisi sekunder berbeban dan sisi primer diberi tegangan tetap. Dengan adanya beban
pada sisi sekunder, maka arus akan mengalir pada kedua kumparan trafo.

(a)
Gambar 5.8 Rangkaian ekivalen trafo berbeban
Dari rangkaian di atas didapat persamaan berikut :
)

Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa arus primer merupakan fungsi dari arus beban.
Perubahan beban dari nol sampai beban nominal dibanding dengan tegangan sekunder
beban nol pada tegangan primer tetap dinamakan “Pengaturan Tegangan” yang
dinyatakan dalam %.

Dari hasil open circuit test dan short circuit test, rangkaian ekivalen trafo pada
keadaan berbeban yang ditransformasikan ke sisi primer dapat digambarkan seperti pada
gambar 4.9.

Gambar 5.9 Rangkaian ekivalen trafo berbeban dari hasil OC test dan SC test
Jika tegangan V1 dibuat tetap, maka didapat persamaan sebagai berikut :
V2 '  V1 I2 ' R  jX 

V2 '  aV2

I2 '  I2 / a
Dari persamaan di atas, dapat digambarkan diagram fasor untuk ketiga kondisi beban
sebagai berikut :

Gambar 5.10 Diagram fasor trafo dengan beban (a) resistif (b) induktif (c) kapasitif

Pembebanan daya reaktif akan mempengaruhi besar tegangan sekunder trafo secara
dominan. Beban induktif akan menyebabkan jatuh tegangan uang cukup signifikan pada
sisi sekunder trafo (V2).. Beban kapasitif akan menyebabkan tegangan sekunder (V2)
menjadi lebih besar dari tegangan primernya (V1).
5.3.3.4 Rangkaian Percobaan

Gambar 5.11 Rangkaian percobaan trafo berbeban


5.3.3.5 Langkah Percobaan
a. Susun rangkaian percobaan.
b. Hidupkan catu daya sampai nominalnya (terlihat pada V1) dan dijaga konstan.
c. Hidupkan beban resistif secara bertahap lalu catat hasil pengukuran yang diperlukan.
d. Ulangi percobaan untuk jenis beban induktif dan kapasitif.
e. Setelah percobaan selesai, padamkan catu daya dan rapikan alat-alat serta meja
percobaan.

5.3.3.6 Tugas
1. Berikan analisa saudara untuk tiap jenis beban !
2. Berikan kesimpulan saudara untuk percobaan trafo berbeban !

Kesimpulan:
Tanpa Beban : Dapat ditetapkan perbandingan transformasi dengan mengukur tegangan
input pada sisi kumparan primer, sedangkan tegangan output pada sisi sekunder.
Terdapat rugi inti transformator walaupun sisi sekunder belum terdapat beban.
Tes Hubung singkat dapat dilakukan apabila tegangan primer 10 % dari tegangan terminal
atau rugi tembaga.
Tes Rangkaian terbuka dilakukan untuk mengetahui rugi inti transformator.

Anda mungkin juga menyukai