Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PENULISAN NASKAH DOKUMENTER

PROSES AWAL ( PRA PRODUKSI)


PRODUKSI FILM DOKUMENTER
“ JANG - SEKUJANG”

Dibuat oleh :
BINTANG SATRIA BAGUS
06101219
TV & FILM A

Dosen Pengampu : Maisratun Najmi S.sn.,M.sn


Abdul Rahman

KEMENTRIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


TINGGI FALKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI
INDONESIA ( ISI ) PADANGPANJANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
Judul Film : Jang – Sekujang

Durasi Film : -

Bentuk Film : Direct Cinema/observational

Tema Film : Sebuah kebudayaan tradisional dari suku Serawai di kabupaten


Seluma, bernama Sekujang. Kebudayaan Sekujang ini adalah
tradisi meminta kue kepada seluruh warga kampung diibaratkan seperti tradisi
Halloween.

Film Statement : “ Kebudayaan Sekujang adalah kebudayaan yang sering


dilaksanakan oleh masyarakat suku Serawai di Kabupaten Seluma, kebudayaan
yang hampir sama dengan tradisi hallowen ini dilaksanakan hampir setiap tahun
pada hari raya idul fitri untuk menghormati dan sekaligus mendoakan seorang
pemuda malang yang menjadi dasar cerita kebudayaan Sekujang. Tetapi
dikarenakan pandemic yang menyerang seluruh dunia berakibat dibatasinya
eberapa kegiatan yang bersfiat berkerumunan. Jadi bagaimana dengan kebuyaan
Sekujang ditengah situasi pandemi ? dan bagaimana dampaknya jika kebudayan
ini tidak dilaksanakan ? “ .

Audiens : Penonton dan Masyarakat

Pelaku : Warga desa dan Penatua Adat

Lokasi : Desa Pagar Agung

Segmentasi Penonton : Semua Umur


1. Ide dan Tema Cerita

Ide awal dari film documenter Jang – Sekujang adalah dari diri sendiri dan
lingkungan sekitar, dimana ada sebuah kebudayaan yang mirip dengan tradisi
hallowen yang berasal dari Provinsi Bengkulu khusunya Kabupten Seluma.
Bernama Sekujang Kebudayaan trdisional ini dilakukan setiap hari raya, tepatnya
adalah ketika malam setelah hari raya. Sekujang dilakukan dengan cara meminta
kue dari satu rumah ke rumah lainnya sampai seluruh kampung dan seluruh rumah
warga didatangi. Menurut saya pribadi kebudayaan Sekujang ini sangat unik
karena terlihat seperti budaya Hallowen di luar negeri, tetapi setelah saya
melakukan riset ke wilayah yang melakukan budaya Sekujang ternyata terdapat
sejarah yang mengejutkan dan syarat akan nilai dalam budaya Sekujang.

Ide ini saya angkat menjadi tema film documenter dikarenakan rasa
penasaran saya tentang kebudayaan Sekujang itu sendiri, dan saya kurang
mengetahui dan belum pernah menyaksikan kebudayaan Sekujang sama sekali,
berangkat dari hal tersebut saya memutuskan untuk menjadikan Sekujang sebagai
ide dan tema film dokumenter. Saya melakukan riset kepada masyarakat di desa
Pagar Agung yang masi sering mengadakan kegiatan Sekujang. Subjek yang saya
ambil adalah Datuk Hanafi seorang mantan ketua adat desa Pagar Agung, Dang
Wawan penggiat kebudayaan Sekujang, Dang Riki Penggiat kebudayaan
Sekujang. Setelah beberapa kali melakukan riset dan wanwancara saya
menemukan bahwa kebudayaan Sekujang ini biasanya harus dilakukan setiap
tahun dan akan berdampak jika tidak dilaksanakan. Dipercaya oleh Masyarakat
Pagar Agung jika tradisi Sekujang tidak dilaksanakan maka buah-buahan banyak
yang tidak berbuah di desa tersebut,

Film ini sekaligus menjadi pengingat kepada penonton dan pengkarya sendiri
tentang kebudayaan daerah yang sedang mengalami masalah yang sulit ditengah
masa pandemic seperti saat ini, dimana banyak ruang gerak dan kerumunanan
masa yang dibatasi agam memutus rantai penyebaran pandemic ini. Sehingaa
karya ini menjadi mengingat dan cara melepas nostalgia tentang sebuah
kebudayaan daerah.

2. Durasi dan Bentuk Penayangan film

Film documenter Jang – Sekujang ini rencananya akan memiliki durasi


setidaknya 20 – 30 menit, hal ini dikarenakan setelah melakukan riset yang
mendalam tradisi dan kebudayaan Sekujang ini memiliki sejarah dan nilai
historical yang lumayan menarik. Kebudayaan Sekujang dilaksanakan
berdasarkan cerita yang turun temurun oleh masyarakat tentang seorang
pemuda malang yang tinggal di suatu desa, sang pemuda malang tersebut
tumbuh besar dengan keadaan yatim piatu dan dibesarkan oleh sang kakek,
saat dia beranjak dewasa sang kakek meneninggal dan di memlihara beberap
hewan ternak saat dewasa, tapi segala sesuatu yang dipelihara akan lepas
kehutan dan berubah menjadi hewan buas yang membahayakan sehingga dia
disebut pemuda malang, tetapi atas kemalangannya tersebut desa yang ia
tinggali selalu tumbuh dengan buah-buahan tanpa henti sepanjang tahunnya.
Tetapi saat pemuda malang itu meninggal kampung yang ia tinggali tidak
sesubur sebelumnya buah-buahan di kampung tersebut tidak tumbuh
sepanjanng tahun sehingga masyarakat mengambil keputusan untuk
melaksanakan tradisi meminta kue kepada seluruh warga dari rumah ke rumah
agar dapat dikumpulkan dan di doakan untuk si pemuda malang yang telah
tiada tersebut.

Film documenter Jang – Sekujang ini rencananya akan di unggah ke jejaring


sosial youtube, karena pengkaraya ingin masyarakat luas mengetahui bahwa
ada sebuah kebudayaan tradisional bernama Sekujang yang mirip dengan
kebudayaan Hallowen dari luar negeri, tetapi mungkin lebih memiliki makna
dan cerita yang lebih luas dari tradisi hallowen itu sendiri. Dengan
mengunggah karaya film documenter ini ke jejaring media sosial maka akan
banyak masyarakat yang mengetahui tentang kebudayaan ini bukan hanya
masyarakat provinsi Bengkulu tetapi juga masyarakat seluruh Indonesia.
3. Term Of Refrence ( TOR)

- Masalah

Masalah utama yang diangkat dalam dokuemnter ini adalah kebudayaan


Sekujang adalah kebudayaan yang sering dilaksanakan oleh masyarakat suku
Serawai di Kabupaten Seluma, kebudayaan yang hampir sama dengan tradisi
hallowen ini dilaksanakan hampir setiap tahun pada hari raya idul fitri untuk
menghormati dan sekaligus mendoakan seorang pemuda malang yang menjadi
dasar cerita kebudayaan Sekujang. Tetapi dikarenakan pandemic yang
menyerang seluruh dunia berakibat dibatasinya eberapa kegiatan yang bersfiat
berkerumunan. Jadi bagaimana dengan kebuyaan Sekujang ditengah situasi
pandemi ? dan bagaimana dampaknya jika kebudayan ini tidak dilaksanakan?.

- Focus

Menjadi pengingat kepada penonton dan pengkarya sendiri tentang


kebudayaan daerah yang sedang mengalami masalah yang sulit ditengah masa
pandemic seperti saat ini, dimana banyak ruang gerak dan kerumunanan masa
yang dibatasi agam memutus rantai penyebaran pandemic ini. Sehingaa karya
ini menjadi mengingat dan cara melepas nostalgia tentang sebuah kebudayaan
daerah.

- Angle

Asal mula sejarah dan legenda tentang kebudayaan Sekujang, bentuk


pelaksanaan Sekuajamg, tata cara dan pelaksanaan kebudayaan Sekujang,
perbedaan Sekujang disetiap desa, makna tersirat tentang kostum dan syair
sekujang, dan kebudayan Sekujang ditengah Pandemi dan dampaknya yang
dirasakan warga.
- Sumber dan Pertanyaan

1. Datuk Hanafi ( Mantan Ketua Adat Desa Pagar Agung)


 Sejarah Sekujang
 Legenda Kebudayaan Sekujang
 Cerita dibalik Kebudayan Sekujang
 Syair dan pantun yang dimainkan oleh kerumunan Sekuajng

2. Bapak Haryawandi ( Penggiat Kebudayaan Sekuajng )


 Cerita asal usul Sekuajang
 Tata cara & pelaksanaan Sekujang
 Makna kostum yang dipakai
 Perbedaan Sekuajng dulu dan Sekarang
 Perbedaan Sekujang ditiap desa
 Pelaksanaan Sekujang ditengah situasi pandemic

3. Riki Hariyanto ( warga sekitar dan sering mengikuti kegiatan Sekujang)


 Sekujang dan Masyarakat
 Proses Sekujang disetiap tahunnya
 Pandemic yang membuat terhentinya proses kebudayaan Sekujang
 Dampak bagi masyarakat karena kebudayaan Sekujang tidak
dilaksanakan
4. Transkrip wawancara

No Narasumber Statement Ket


1 Datuk - Sejarah Sekujang
Hanafi
- Tata cara & pelaksanaan
Sekujang
- Cerita dibalik Kebudayan
Sekujang
- Syair dan pantun yang
dimainkan oleh kerumunan
Sekuajng
2 Bapak - Cerita asal usul Sekujang
Haryawandi
- Tata cara & pelaksanaan
Sekujang
- Makna kostum yang dipakai
- Perbedaan Sekuajng dulu dan
Sekarang
- Perbedaan Sekujang ditiap
desa
- Pelaksanaan Sekujang
ditengah situasi pandemic

Riki
Hariyanto - Sekujang dan Masyarakat
- Proses Sekujang disetiap
tahunnya
- Pandemic yang membuat
terhentinya proses
kebudayaan Sekujang
- Pandemic yang membuat
terhentinya proses
kebudayaan Sekujang
- Dampak bagi masyarakat
karena kebudayaan Sekujang
tidak dilaksanakan

Anda mungkin juga menyukai