Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

P R A TA
Kelompok 6
Naufal Ekananda
1601204287
ANALISIS PROSESI TRADISI
KIRAB PUSAKADI KERAJAAN
TALAGA MANGGUNG
MAJALENGKA
Logline
Sebuah film dokumenter observasional seni dan budaya yang
mengangkat kisah mendalam tentang keberlanjutan dan kekayaan
budaya melalui tradisi kirab pusaka “Nyiramkeun” di Kerajaan Talaga
Manggung serta menggali ke dalam perjalanan spiritual dan sejarah
warisan nenek moyang sementara menghadirkan keindahan dan
kekuatan komunitas yang memelihara warisan tak ternilai ini dalam era
modern yang terus berubah.
Premis
Menggali ke dalam keindahan dan kekayaan budaya melalui tradisi
kirab pusaka “Nyiramkeun” yang telah dijaga dengan cermat selama
berabad-abad dan perjalanan spiritual serta sejarah warisan nenek
moyang, merinci upacara sakral, kebijaksanaan lokal, dan dedikasi
komunitas yang bertekad memelihara dan mewariskan tradisi berharga
ini kepada generasi mendatang.
Sinopsis
Di dalam hamparan sejarah yang tenang namun megah, film dokumenter observasi seni dan budaya
“Nyiramkeun” membawa penonton dalam perjalanan yang menakjubkan melalui tradisi kirab pusaka di kerajaan
yang tersembunyi, Talaga Manggung. Di tengah keindahan alam dan arsitektur kerajaan yang memukau, film ini
mengungkapkan kekayaan budaya yang terpelihara dengan penuh kelembutan. Pusaka-pusaka yang dipandang
suci menjadi pusat perhatian dalam upacara kirab yang diadakan dengan kekhusyukan dan keagungan yang
terpelihara selama berabad-abad. Film ini memperlihatkan ketelatenan dalam persiapan, ketegangan sebelum
prosesi dimulai, dan keharuan saat pusaka-pusaka melintasi jalan-jalan kuno kerajaan.

Namun, di balik keindahan visual, “Nyiramkeun” merinci juga kisah-kisah manusia yang membawa tradisi ini
hidup. Wawancara dengan para penjaga warisan, pewaris, dan anggota masyarakat setempat membuka jendela
ke dalam makna mendalam dari setiap langkah kirab. Film ini mengeksplorasi bagaimana tradisi ini menjadi
simbol identitas, keberlanjutan, dan kekuatan spiritual bagi masyarakat yang melestarikannya.

Dengan citra yang mempesona dan narasi yang mendalam, “Nyiramkeun” tidak hanya menjadi dokumenter
tentang tradisi, tetapi juga sebuah perjalanan emosional melintasi waktu dan budaya. Film ini mengajak penonton
untuk merenung pada warisan yang kita anugerahkan kepada masa depan, sambil menghargai keindahan dan
kebijaksanaan yang terkandung di dalamnya.
Latar Belakang Cerita/Topik
Tradisi Kirab Pusaka Talaga Manggung di Majalengka merupakan tradisi
pencucian atau dalam Bahasa Sunda “Nyiramkeun” dari kata siram,
ritual nyiramkeun benda pusaka Kerajaan Talaga Manggung yang
termasuk kekayaan budaya dan kearifan lokal di wilayah Talaga untuk
melestarikan benda-benda peninggalan Kerajaan Talaga Manggung.
Belum adanya film dokumenter yang mengangkat tentang tradisi Kirab
Pusaka Talaga Manggung Majalengka dengan proper dan detil untuk
digunakan sebagai media edukasi dan promosi menjadi latar belakang
pemilihan judul dalam penelitian ini.
Pendekatan Artistik
Dalam merangkai film dokumenter tentang tradisi kirab pusaka di Kerajaan Talaga Manggung, dapat diadopsi
pendekatan artistik yang mendalam dan memukau untuk menggambarkan keindahan dan kompleksitas budaya
yang terlibat. Berikut adalah elemen-elemen artistik yang dapat diintegrasikan:
1. Sinematografi
Memanfaatkan keindahan alam dan arsitektur kerajaan sebagai latar belakang visual yang memikat.
Penggunaan cahaya alami dan bayangan untuk menonjolkan suasana mistis dan kerahasiaan tradisi.
2. Komposisi
Menekankan simbolisme dalam setiap adegan, dengan framing yang cermat untuk menyoroti kekayaan detail
pusaka dan ekspresi wajah peserta upacara. Penggunaan simetri dan pola visual untuk menciptakan tatanan
yang memukau.
3. Warna
Mewakili makna budaya dan spiritual dengan memilih palet warna yang kaya dan berarti.
Memanfaatkan warna-warna tradisional yang mencerminkan kearifan lokal dan keindahan kerajaan.
Pendekatan Artistik
4. Audio/Suara
Mendesain soundscape yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di sekitar kerajaan, menciptakan atmosfer
yang membenamkan penonton dalam tradisi. Penggunaan musik etnis atau ritualistik untuk meningkatkan
nuansa spiritual.
5. Potret Manusia dan Emosi yang Mendalam
Menggambarkan potret peserta upacara dengan fokus pada ekspresi dan emosi mereka. Menceritakan kisah
pribadi dan perasaan yang terkait dengan warisan dan tanggung jawab menjaga tradisi.
Karya ini berbentuk Film Dokumenter Observasi Seni dan Budaya dengan durasi 30 menit.
Melalui pendekatan artistik ini, film dokumenter tidak hanya menjadi rekaman visual, tetapi juga sebuah karya
seni yang memikat dan merenung, mengangkat tradisi kirab pusaka di Kerajaan Talaga Manggung menjadi
pengalaman sinematik yang mendalam dan tak terlupakan.
Relevansi Tema
Kurangnya kesadaran masyarakat muda terhadap pengetahuan budaya kirab pusaka. Kurangnya kesadaran
masyarakat muda terhadap pengetahuan budaya kirab pusaka (heritage procession) adalah masalah serupa
dengan kurangnya kesadaran terhadap budaya daerah secara umum. Kirab pusaka adalah salah satu aspek
penting dari warisan budaya yang melibatkan prosesi atau perayaan yang diorganisir untuk menghormati
benda-benda bersejarah, warisan budaya, atau tradisi leluhur.
Membantu anak muda menghargai warisan budaya dan sejarah nenek moyang mereka. Dengan
menggunakan film dokumenter secara efektif sebagai alat pendidikan dan hiburan, anak muda dapat lebih
mudah dan menarik untuk terlibat dalam pembelajaran tentang warisan budaya dan sejarah nenek moyang
mereka, yang pada gilirannya dapat membantu mereka menghargainya dengan lebih dalam.
Pentingnya melestarikan warisan budaya. Tanpa adanya pemahaman dan penghargaan terhadap kirab
budaya, tingkat risiko kehilangan warisan budaya berharga menjadi lebih tinggi.
Dengan kondisi yang serba digital sekarang ini, film dokumenter menjadi media yang tepat untuk kami dalam
membantu mengenalkan dan mempromosikan budaya daerah kepada generasi muda.
Motivasi Sutradara
• Pelestarian Budaya
Motivasi untuk menyelamatkan dan mempertahankan tradisi kirab pusaka sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari warisan budaya lokal yang berharga. Sutradara dapat merasa tanggung jawab untuk memastikan bahwa
penonton global dapat menghargai dan memahami kekayaan budaya yang unik ini.Membantu anak muda
menghargai warisan budaya dan sejarah nenek moyang mereka.
• Penyadaran Terhadap Ancaman Terhadap Tradisi
Kesadaran terhadap potensi hilangnya tradisi ini karena modernisasi dan globalisasi. Sutradara mungkin ingin
mencatat dan mendokumentasikan warisan ini sebelum mengalami penurunan atau bahkan kepunahan.
• Penghormatan Terhadap Nenek Moyang dan Tradisi
Rasa hormat terhadap nenek moyang dan generasi sebelumnya yang telah merawat dan mewariskan tradisi ini.
Film dokumenter bisa menjadi bentuk penghormatan terhadap usaha mereka dalam melestarikan kearifan
lokal.
Film Referensi
• NEGERI DI BAWAH KABUT
Penilaian Risiko
• Kerahasiaan dan Kepercayaan
Resiko: Beberapa elemen dalam tradisi kirab pusaka mungkin memiliki aspek yang sangat kerahasiaan atau sakral. Mengungkapkan
terlalu banyak detail atau mengambil gambar di area yang dianggap suci dapat merusak kepercayaan masyarakat setempat.
Mitigasi: Komunikasi terbuka dan penuh rasa hormat dengan komunitas setempat untuk mendapatkan persetujuan dan pedoman
mengenai batasan-batasan yang ada.

• Kondisi Cuaca dan Alam


Resiko: Cuaca yang buruk atau perubahan alam dapat mempengaruhi kualitas pengambilan gambar dan membuat proses produksi
menjadi lebih sulit.
Mitigasi: Memasukkan perencanaan cadangan untuk cuaca buruk, persiapan peralatan yang sesuai, dan fleksibilitas dalam jadwal
produksi.

• Logistik dan Akses


Resiko: Mungkin sulit untuk mendapatkan akses ke lokasi-lokasi khusus atau mendokumentasikan upacara yang bersifat sangat terbatas.
Mitigasi: Perencanaan yang cermat, koordinasi dengan pemangku kepentingan lokal, dan kesiapan untuk menyesuaikan rencana sesuai
dengan kondisi lapangan.
Lini Masa Produksi
• Tahap Persiapan (Minggu 1)
Penelitian Mendalam: Studi menyeluruh tentang tradisi kirab pusaka, sejarah Kerajaan Talaga Manggung, dan
konteks budaya.
Pengembangan Konsep dan Naskah: Merumuskan visi dan tujuan film, menyusun naskah, dan merencanakan
pendekatan naratif.
• Tahap Pra-produksi (Minggu 2)
Persetujuan dan Izin Lokasi: Berkomunikasi dengan pemangku kepentingan setempat dan mendapatkan izin
untuk merekam di lokasi-lokasi krusial.
Perencanaan Logistik: Menyusun rencana perjalanan, akomodasi, dan perizinan produksi.
Rekrutmen Pemeran dan Wawancara: Mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci, pemimpin masyarakat, dan individu
yang memiliki pengalaman langsung dengan tradisi kirab pusaka.
Lini Masa Produksi
• Tahap Produksi (Minggu 3)
Pengambilan Gambar Utama: Memulai proses pengambilan gambar, fokus pada adegan utama seperti upacara
kirab dan wawancara dengan tokoh-tokoh kunci.
Merekam Detail dan Budaya Lokal: Menyajikan elemen kecil dan unik dari tradisi serta memperkenalkan
kehidupan sehari-hari di masyarakat setempat.
Mengatasi Tantangan Produksi: Menanggapi kondisi cuaca, perubahan jadwal, atau kendala teknis lainnya yang
mungkin muncul selama proses produksi.
Lini Masa Produksi
Anggaran Produksi
Rencana Distribusi
Target Audiens

Anda mungkin juga menyukai