TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Efisiensi
Secara umum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010: 138), pengertian
berdasarkan besarnya biaya atau sumber daya yang digunakan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Dalam hal ini, semakin sedikit sumber daya yang
dikatakan semakin efisien. Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien jika ada
perbaikan pada prosesnya, misalnya menjadi lebih cepat atau lebih murah.
yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain
a) Untuk mencapai suatu hasil atau tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
melakukan kegiatan.
maksimal.
Dari penjelasan diatas kita mengetahui bahwa tujuan dari berbagai upaya
2. Konsep Efisensi
1. Kaldor-Hicks Efisiensi
membuat beberapa hal lebih buruk jika hal ini menyebabkan keuntungan
yang lebih besar bagi masyarakat luas. Gagasan ini berhubungan, tetapi
2. Pareto efisiensi
yang diberikan adalah efisien apabila dan hanya bila terjadi distribusi
sumber daya dengan cara realokasi yang dapat membuat setidaknya satu
orang lebih baik sementara tidak meninggalkan orang lain lebih buruk.
Situasi ini disebut sebagai Pareto optimal atau ketika hasil tertentu mustahil
adalah untuk mencapai tanpa membuat setidaknya satu orang lebih buruk
1. Pengertian Kemitraan
dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership dan berakar
dari kata partner. Partner dapat diterjemahkan sebagai pasangan, jodoh, sekutu,
perkongsian.
suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu
kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat
kemitraan adalah proses interaksi dua pihak atau lebih yang diwujudkan dalam
pemerintah. Beberapa pihak ini bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
2. Prinsip-prinsip Kemitraan
yaitu:
Pendekatannya bukan top down atau bottom up, bukan juga berdasarkan
b. Prinsip Transparansi
pengelolaan keuangan.
c. Saling Menguntungkan
Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat.
transparansi, memiliki azaz formal dan legal, melakukan alih pengetahuan dan
kemitraan secara garis besar yaitu adanya kesetaraan dalam hal kedudukan,
3. Pola Kemitraan
diantaranya:
Pola ini akan terjadi jika perusahaan masih berpijak pada pola konvensional
juga tidak ambil peduli, sedangkan masyarakat tidak memiliki akses apapun
untuk memelihara orang-orang tertentu saja. Hal ini dipahami, bahwa bagi
yang kondusif kepada dunia usaha dan masyarakat bersifat pasif. Pola
kemitraan ini masih mengacu pada kepentingan jangka pendek dan belum
masih lebih dianggap sebagai objek. Dengan kata lain, kemitraan masih
yang tinggi, pemerintah memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha
bisa jadi mitra dilibatkan pada pola hubungan resourced based patnership,
4. Syarat-syarat Kemitraan
Syarat-syarat prinsip kemitraan menurut Gumbira Said dan Intan (2000: 230-
mungkin sangat baru bagi para pelaku pembangunan, juga pemahaman diri
masing aktor harus dapat memahami kondisi dan posisi komponen yang
Kesepakatan bersama adalah aspek yang penting sebagai tahap awal dari
Kesepakatan ini hanya dapat diraih dengan adanya saling pengertian seperti
yang disebutkan di atas. Hal ini merupakan dasar-dasar untuk dapat saling
dilakukan tentu berbeda antara pihak yang satu dengan pihak yang lain
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja
karakteristik lainnya.
b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini
karena setiap mitra memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap
seimbang satu dengan yang lainnya. Bahkan pada suatu pihak belum tentu
dan untuk tujuan apa itu semua serta disepakati. Ada suatu yang unik
25
dalam kemitraan semacam ini, bahwa kedua belah pihak atau lebih sama-
manfaatnya apa.
pengembangan.
kemampuan masing-masing.
pendekatan program menurut Ditjen P2L & PM (dalam Yanti Andi, 2009:174)
1. Indikator input
Tolok ukur keberhasilan input dapat diukur dari tiga indikator, yaitu:
pengembangan kemitraan.
terkait.
Hasil evaluasi terhadap input dinilai berhasil apabila adanya ketiga tolok
ukur di atas
2. Indikator proses
frekuensi dan kualitas pertemuan tim atau sesuai kebutuhan. Hasil evaluasi
terhadap proses nilai berhasil, apabila tolok ukur tersebut terbukti adanya
yang dilengkapi dengan agenda pertemuan, daftar hadir dan notulen hasil
pertemuan.
3. Indikator output
28
Tolok ukur keberhasilan output dapat diukur dari indikator sebagai berikut:
4. Indikator Outcome
yang terjadi.
total perkiraan nilai investasi sebesar Rp 1,26 trilyun. Proyek SPAM ini
merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang bertumpu pada
Lampung, PDAM Way Rilau Kota Bandar Lampung, dan PT. Penjaminan
Februari 2018 antara PDAM Way Rilau dan PT. Adya Tirta Lampung sebagai
Tim KPBU dan Panitia Pengadaan Badan Usaha SPAM Kota Bandar
Lampung.
Untuk memenuhi besaran tarif air minum SPAM Kota Bandar Lampung yang
perizinan dan penempatan pipa di Ruang Milik Jalan (Rumija) pada jalan
Selatan dan perizinan untuk konstruksi bangunan intake dan penerbitan Surat
Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan (SIPPA) dari Ditjen Sumber
Daya Air.
Selain PT Adhya Tirta Lampung ditunjuk sebagai pelaksana tugas, ada pula
badan usaha lain yang terlibat dalam proyek Kerja Sama Pemerintah dan
30
konsultan pengawas dan PT Bangun Cipta Kontraktor selaku badan usaha yang
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dasar hukum yang
mengatur terkait pemenuhan kebutuhan air adalah UUD 1945 Pasal 33 yang
kesehatan.
Ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa ketika air berlimpah ruah seperti
air. Selain cenderung boros dalam menggunakan air, mereka juga sering
padat dan akibat industri yang menggunakan air dalam jumlah besar terus
bagi kehidupan mereka. Penyediaan air bersih harus aman, higenis, tidak
berbau, tidak berwarna dan tidak mengandung zat-zat berbahaya agar aman
1. Persyaratan Fasis Kualitas fasis yang harus perlu dilihat dari segi kesehatan,
fasis air bersih antara lain: Tidak berbau dan tidak berasa Temperatur 10-
250C Tidak berwarna Rasa segar dan tidak memberikan rasa lain
pengotoran.
jumlah bakteri dan kuman-kuman penyakit atau bakteri golongan coli yang
akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia. Deklarasi ini
dipastikan dalam sidang umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli
tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya
pada Tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan
akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam Millenium
penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi.
sampai dengan Tahun 2008 sedikitnya 900 juta penduduk dunia tidak
memiliki akses terhadap air bersih yang baik dan 2,6 milyar penduduk dunia
Terbatasnya ketersediaan air baku menjadi salah satu masalah yang dihadapi
Bappenas (dalam Santono 2010: 3), jumlah rumah tangga yang memiliki
akses terhadap air bersih yang layak sebanyak 47,71% dan rumah tangga
yang memiliki akses sanitasi sebanyak 51,19%. Target yang ingin dicapai
Indonesia pada tahun 2015 sebesar 68,87% untuk air bersih dan 62,41%
49,8 45,72 20 60 23 57
yang diterbitkan oleh Unicef dan WHO dengan laporan yang diterbitkan oleh
UNESCAP, ADB, dan UNDP serta laporan yang dibuat oleh Bappenas.
Laporan yang disusun oleh UNICEF dan WHO baik pada tahun 2008 maupun
angka, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada off track untuk tercapainya
MDGs air bersih dan sanitasi. Jika dilihat lebih dalam lagi, semua laporan
perpipaan, padahal air perpipaan dipandang sebagai air yang memiliki kualitas
yang dapat diandalkan dan lebih sehat dibandingkan dengan sumber air
Malaysia misalnya, akses masyarakat terhadap air bersih telah mencapai 100%,
dimana 97% berasal dari air perpipaan. Demikian pula dengan Thailand yang
didapatkan tanpa perlu mengeluarkan uang lebih, namun sekarang air bersih
dan air minum sudah banyak di perjual belikan ini menjadi bukti bahwa
pemenuhan air bersih dan air minum oleh pemerintah masih kurang. Adanya
akan air bersih maupun air minum dengan menjamin kualitas dan kuatitas air
yang dihasilkan.
D. Kerangka Fikir
Konsep good governance yang saat ini coba diterapkan di Indonesia, memiliki
yang baik dimana konsep ini mengurangi peran pemerintah dalam menjalankan
good governance, dalam dunia usaha atau korporasi ada good corporate
saat ini bersama-sama pemerintah dan masyarakat. Salah satu dari prinsip good
Baik atau buruknya sebuah kemitraan ini akan berdampak pada pelaksanaan
2. Aspek Mitra, PT. Adhiya Tirta Lampung sebagai mitra Pemerintah Kota
Bandar Lampung.
Selain melihat pola kemitraan yang dijalankan oleh pemerintah dengan PT.
Ditjen P2L & PM (dalam Yanti Andi, 2009:174) dijelaskan bawha ada empat
indikator yang dilihat berupa, indikator Input, Proses, Output, dan indikator
berupa Outcome.
Oleh karena itu, program SPAM dapat tersusun sesuai dengan kebutuhan,
menjadi alur kerangka pikir dalam penelitian ini yang dapat diilustrasikan
Aspek
Implementasi
Eisiensi kemitraan
Masyarakat yang
Pemerintah dengan
merasakan dampak
Badan Usaha
dari pembangunan
SPAM di Kota
Bandar Lampung