Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ROSNATI

NIM : 041465521

PROGRAM STUDI : 54/MANAJEMEN

JAWABAN

1. Asumsi dalam Perspektif Teoritis dalam Hubungan Industrial


Dalam perspektif teoritis dalam hubungan industrial, terdapat dua asumsi yang mendasari
pendekatan tersebut. Berikut adalah penjelasan mengenai kedua asumsi tersebut:
1) Asumsi Konflik: Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antara pekerja dan
pengusaha cenderung bersifat konflik. Asumsi ini didasarkan pada pemahaman
bahwa terdapat perbedaan kepentingan antara kedua pihak, di mana pekerja
berusaha untuk memperoleh kondisi kerja yang lebih baik dan upah yang lebih
tinggi, sedangkan pengusaha berusaha untuk memaksimalkan keuntungan
mereka. Konflik ini dapat muncul dalam bentuk perundingan buruh, mogok kerja,
atau tindakan kolektif lainnya. Pendekatan yang didasarkan pada asumsi konflik
ini cenderung melihat hubungan industrial sebagai pertempuran kepentingan
antara pekerja dan pengusaha.
2) Asumsi Konsensus: Asumsi ini menyatakan bahwa hubungan antara pekerja dan
pengusaha cenderung bersifat konsensus. Asumsi ini didasarkan pada pemahaman
bahwa kedua pihak memiliki kepentingan yang saling terkait dan dapat mencapai
kesepakatan yang menguntungkan bagi keduanya. Pendekatan yang didasarkan
pada asumsi konsensus ini cenderung melihat hubungan industrial sebagai
kolaborasi antara pekerja dan pengusaha untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
pendekatan ini, perundingan dan dialog antara kedua pihak dianggap penting
untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Dua asumsi ini memberikan dasar pemahaman yang berbeda dalam memahami hubungan
industrial. Pendekatan yang didasarkan pada asumsi konflik cenderung melihat hubungan
industrial sebagai pertempuran kepentingan, sementara pendekatan yang didasarkan pada
asumsi konsensus cenderung melihat hubungan industrial sebagai kolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama.

2. Partnership (kemitraan) adalah suatu bentuk hubungan kerja antara serikat pekerja dan
manajemen perusahaan yang didasarkan pada kerjasama, saling menghormati, dan saling
menguntungkan. Terdapat beberapa faktor yang relevan dengan partnership, antara lain:
1) Keterlibatan Karyawan: Partnership melibatkan partisipasi aktif karyawan dalam
pengambilan keputusan yang mempengaruhi mereka. Karyawan diberikan
kesempatan untuk memberikan masukan, ide, dan saran dalam perencanaan dan
pelaksanaan kebijakan perusahaan.
2) Komunikasi yang Terbuka: Partnership membutuhkan komunikasi yang terbuka
dan transparan antara serikat pekerja dan manajemen. Informasi yang relevan
harus disampaikan dengan jelas dan tepat waktu kepada karyawan, sehingga
mereka dapat memahami keputusan dan perubahan yang terjadi.
3) Keadilan dan Kesetaraan: Partnership memerlukan perlakuan yang adil dan setara
terhadap semua karyawan. Ini termasuk memberikan kompensasi yang adil,
kesempatan pengembangan karir yang sama, dan perlindungan terhadap
diskriminasi.
4) Pengakuan dan Penghargaan: Partnership mengakui kontribusi karyawan dan
memberikan penghargaan atas kinerja yang baik. Ini dapat berupa penghargaan
formal, promosi, atau insentif lainnya yang mendorong motivasi dan keterlibatan
karyawan.
5) Pengembangan Keterampilan: Partnership melibatkan investasi dalam
pengembangan keterampilan karyawan. Perusahaan memberikan pelatihan dan
pendidikan yang diperlukan agar karyawan dapat meningkatkan kemampuan
mereka dan berkontribusi secara lebih efektif.
6) Keseimbangan Kepentingan: Partnership mencari keseimbangan antara
kepentingan karyawan dan kepentingan perusahaan. Tujuannya adalah
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, di mana kedua belah
pihak merasa dihargai dan diuntungkan.
Dengan menerapkan faktor-faktor ini, partnership dapat menciptakan hubungan kerja
yang saling menguntungkan antara serikat pekerja dan manajemen perusahaan.

3. Perundingan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) memiliki beberapa kelebihan yang


dikemukakan oleh Suwarto (2009). Berikut adalah penjelasan mengenai tiga kelebihan
perundingan PKB tersebut:
1) Meningkatkan saling percaya: Melalui perundingan PKB, pekerja yang diwakili
oleh serikat pekerja dan wakil manajemen dapat berkomunikasi dan berinteraksi
secara langsung. Proses ini dapat meningkatkan saling percaya di antara kedua
belah pihak. Dengan saling percaya, hubungan kerja antara pekerja dan
manajemen dapat menjadi lebih harmonis dan produktif.
2) Menghasilkan kesepakatan bersama: Perundingan PKB memungkinkan kedua
belah pihak untuk mencapai kesepakatan bersama mengenai pengaturan hak dan
kewajiban. Dalam proses perundingan, kedua belah pihak dapat saling
mendengarkan dan mempertimbangkan kepentingan masing-masing. Dengan
demikian, kesepakatan yang dihasilkan akan lebih adil dan dapat diterima oleh
kedua belah pihak.
3) Mengurangi konflik: Dengan adanya perundingan PKB, potensi konflik antara
pekerja dan manajemen dapat dikurangi. Melalui perundingan, kedua belah pihak
dapat membahas dan menyelesaikan perbedaan pendapat atau masalah yang
muncul. Dengan demikian, perundingan PKB dapat menjadi sarana untuk
mengelola konflik secara konstruktif dan mencegah eskalasi konflik yang dapat
merugikan kedua belah pihak.
Dalam keseluruhan, perundingan PKB memiliki kelebihan dalam meningkatkan saling
percaya, mencapai kesepakatan bersama, dan mengurangi konflik antara pekerja dan
manajemen. Kelebihan-kelebihan ini dapat membantu menciptakan hubungan kerja yang
lebih baik dan produktif di antara kedua belah pihak.

Anda mungkin juga menyukai