Anda di halaman 1dari 6

Lampiran 1.

Pemicu Diskusi Kelompok PBL


Trigger 1. Lumpuh sebelah kanan secara tiba-tiba dan Bicara Meracau
Arman seorang mahasiswa kedokterang mengalami hari yang sangat berat dikar
enakan kedua orang tuanya sakit dalam waktu berdekatan.
Ayah Arman, Tn. Yudi, berusia 50 tahun diantar ke IGD RS karena lumpuh seb
elah kanan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejadiannya sangat cepat d
an berlangsung tiba-tiba saat Tn.Yudi sedang bekerja di kantor. Tn.Yudi juga ti
dak bisa bicara dan tidak mengerti isi pembicaraan. Pemeriksaan tanda vital dip
eroleh tekanan darah: 120/80 mmHg dan terdapat pulsus deficit (denyut nadi 80
x/menit, Heart rate=110x/menit). Pada pemeriksaan neurologis ditemukan kesa
daran komposmentis, hemiplegi dekstra dan parese nervus fasialis dektra tipe U
MN. Pemeriksaan EKG diperoleh gambaran atrial fibrilasi. Pasien diberikan oks
igen dan pemasangan akses intra vena serta pemasangan monitor EKG, dan seg
era dilakukan pemeriksaan labor rutin, kimia klinik, dan selanjutnya Brain CT S
can tanpa kontras.
Satu hari sebelumnya, ibu Arman, Ny. Natri juga dirawat di RS. Ibu Natri dikon
sulkan ke Bagian Psikiatri dengan keluhan bicara kacau, berteriak dan mengatak
an ada ular di tempat tidurnya. Saat pagi hari, Ny. Natri terlihat normal namun
malam hari gelisah dan sulit tidur. Tiga hari ini, Ny.Natri
kurang nafsu makan, minum juga sedikit. Pemeriksaan tanda vital diperoleh tek
anan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84 kali/menit. Pada pemeriksaan status
mental diperoleh kesadaran fluktuatif, disorientasi dan halusinasi visual. Tidak
ditemukan adanya hemiparesis. Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 18
0 mg/dL, elektrolit Natrium 108 mg/dL. Ibu Arman tidak dilakukan pemeriksaa
n Brain CT Scan.
Dokter memberikan penjelasan kepada Arman tentang penyakit yang dialami T
n.Yudi. Arman bertanya kenapa Bapaknya bisa mengalami serangan seperti ini
padahal tidak pernah menderita hipertensi ataupun DM. Arman juga meminta p
enjelasan untuk hasil Brain CT Scan tanpa kontras Tn.Yudi. Arman juga menan
yakan kenapa ibunya tidak dilakukan Brain CT Scan tanpa kontras?
STEP 5
A. Sroke Iskemik
1. Definisi dan epidemiologi
Stroke kardioemboli merupakan salah satu subtipe stroke Infark yang terjadi kar
ena oklusi arteri serebral oleh emboli yang bersumber dari jantung atau melalui
jantung.
Epidemiologi
The National Institute of Neurogical Disorders and stroke (NINDS) mendapatka
n dari 1273 penderita stroke Infark, 246 (14%) penderita merupakan stroke kard
ioemboli.
Prevalensi stroke kardioemboli lebih tinggi pada usia dibawah 45 tahun, antara
23-36%,

2. Etiologic dan factor resiko


3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Diagnosis
6. Tatalaksana
7. Komplikasi dan prognosis
8. Diagnose banding
9. Edukasi dan pencegahan
B. Delirium
1. Definisi
Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteristikkan d
engan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai oleh gangg
uan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan kognitif se
cara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatrik yang
umum; tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia urin merup
akan gejala neurologis yang umum.
2. Factor resiko
Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain: • Usia • Kerusakan otak • Ri
wayat delirium • Ketergantungan alkohol • Diabetes • Kanker • Gangguan panca
indera • Malnutrisi • Alkohol, obat-obatan dan bahan beracun • Efek toksik dari
pengobatan • Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalnya kalsium, natrium at
au magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehidrasi atau penyakit te
rtentu • Infeksi Akut disertai demam • Hidrosefalus bertekanan normal, yaitu su
atu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak diserap sebagaimana me
stinya dan menekan otak • Hematoma subdural, yaitu pengumpulan darah di ba
wah tengkorak yang dapat menekan otak. • Meningitis, ensefalitis, sifilis (penya
kit infeksi yang menyerang otak) • Kekurangan tiamin dan vitamin B12 • Hipoti
roidisme maupun hipotiroidisme • Tumor otak (beberapa diantaranya kadang m
enyebabkan linglung dan gangguan ingatan) • Patah tulang panggul dan tulang-t
ulang panjang • Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk dan menyebabkan re
ndahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksida di dalam darah • St
roke
3. Manifestasi klinis
Gambaran dapat bervariasi tergantung pada masing-masing individu. Mood, per
sepsi, dan tingkah-laku yang abnormal merupakan gejala-gejala psikiatrik umu
m; tremor, asteriksis, nistagmus inkoordinasi, inkontinensia urin, dan disfasia m
erupakan gejala-gejala neurologik umum. Gejala yang dapat ditemui antara lain
gangguan kognitif global berupa gangguan memori (recent memory= memori ja
ngka pendek), gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), atau gangguan proses piker
(disorientasi waktu, tempat,orang). Gejala yang mudah diamati namun justru ter
lewatkan adalah bila terdapat komunikasi yang tidak relevan, atau autonamnesis
yang sulit dipahami; kadang-kadang pasien terlihat seperti mengomel terus atu t
erdapat ideide pembicaraan yang melompat-lompat. Gejala lain meliputi peruba
han aktifitas psikomotor baik hipoaktif(25%), hiperaktif (25%) maupun campur
an keduanya (35%); sebagian pasien (15%) menunjukkan aktivitas psikomotor
normal; gangguan siklus tidur (siang hari tertidur sedangkan malam hari terjaga)
Rudolph dan marcantonio (2003) memasukkan gejala perubahan aktifitas psiko
motor ke dala klelompok perubahan kesadaran, yakni setiap kondisi kesadaran s
elain compos mentis, termasuk didalamnya keadaan hipoaktivitas dan hiperakti
vitas
4. Diagnose dan diagnose banding
Diagnosa Klasifikasi dan kriteria diagnosis delirium dapat berdasarkan DSM V
(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th edition). Kriteria DS
M V tahun 2013 tidak berbeda dengan pada DSM IV-TR tahun 2000. DSM V
mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut: 1. Delirium yang ber
hubungan dengan kondisi medik umum 2. Delirium intoksikasi substansi (penya
lahgunaan obat) 3. Delirium penghentian substansi 4. Delirium diinduksi substa
nsi (pengobatan atau toksin) 5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi mul
tipel 6. Delirium tidak terklasifi kasi. Diagnosis delirium memerlukan 5 kriteria
(A-E) dari DSM V, yaitu: a) Gangguan kesadaran (berupa penurunan kejernihan
kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan fokus, mempert
ahankan atau mengubah perhatian. b) Gangguan berkembang dalam periode sin
gkat (biasanya beberapa jam hingga hari) dan cenderung berfluktuasi dalam perj
alanannya. c) Perubahan kognitif (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan
bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak dapat dimasukkan ke
dalam kondisi demensia. d) Gangguan pada kriteria (a) dan (c) tidak disebabkan
oleh gangguan neurokognitif lain yang telah ada, ter bentuk ataupun sedang ber
kembang dan tidak timbul pada kondisi penurunan tingkat kesadaran berat, sepe
rti koma. e) Temuan bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau laboratorium ya
ng mengindikasikan gangguan terjadi akibat konsekuensi fisiologik langsung su
atu kondisi medik umum, intoksikasi atau penghentian substansi (seperti penyal
ahgunaan obat atau pengobatan), pemaparan terhadap toksin, atau karena etiolo
gi multipel.
5. Tatalaksana dan edukasi

STEP 6
A. Sroke Iskemik
1. Definisi dan epidemiologi

2. Etiologic dan factor resiko


3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Diagnosis
6. Tatalaksana
7. Komplikasi dan prognosis
8. Diagnose banding
9. Edukasi dan pencegahan
B. Delirium
1. Definisi
2. Factor resiko
3. Manifestasi klinis
4. Diagnose dan diagnose banding
5. Tatalaksana dan edukasi

Definisi Delirium adalah diagnosis klinis, gangguan otak difus yang dikarasteris
tikkan dengan variasi kognitif dan gangguan tingkah laku. Delirium ditandai ole
h gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan fungsi gangguan ko
gnitif secara global. Kelainan mood, persepsi dan perilaku adalah gejala psikiatr
ik yang umum; tremor, asteriksis, nistagmus, inkoordinasi dan inkontinensia uri
n merupakan gejala neurologis yang umum.
Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola g
ejala serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. P
enyebab utama adalah berasal dari penyakit susunan saraf pusat (seperti epileps
y), penyakit sistemik (seperti gagal jantung), dan intoksikasi atau reaksi putus o
bat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf
pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan a
dalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat. Area yang terutama terkena adalah f
ormasio retikularis. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain: • Usia •
Kerusakan otak • Riwayat delirium • Ketergantungan alkohol • Diabetes • Kank
er • Gangguan panca indera • Malnutrisi • Alkohol, obat-obatan dan bahan berac
un • Efek toksik dari pengobatan • Kadar elektrolit, garam dan mineral (misalny
a kalsium, natrium atau magnesium) yang tidak normal akibat pengobatan, dehi
drasi atau penyakit tertentu • Infeksi Akut disertai demam • Hidrosefalus bertek
anan normal, yaitu suatu keadaan dimana cairan yang membantali otak tidak dis
erap sebagaimana mestinya dan menekan otak • Hematoma subdural, yaitu peng
umpulan darah di bawah tengkorak yang dapat menekan otak. • Meningitis, ens
efalitis, sifilis (penyakit infeksi yang menyerang otak) • Kekurangan tiamin dan
vitamin B12 • Hipotiroidisme maupun hipotiroidisme • Tumor otak (beberapa di
antaranya kadang menyebabkan linglung dan gangguan ingatan) • Patah tulang
panggul dan tulang-tulang panjang • Fungsi jantung atau paru-paru yang buruk
dan menyebabkan rendahnya kadar oksigen atau tingginya kadar karbon dioksid
a di dalam darah • Stroke

Anda mungkin juga menyukai