Anda di halaman 1dari 149

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAHAN AJAR
PELATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN
BAGI BINTARA POLRI

FUNGSI POLAIR

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


NOMOR: KEP/ 322 /IV/2019 TANGGAL 22 APRIL 2019
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SAMBUTAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Salam sejahtera bagi kita semua.

D
engan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya hanjar
Pelatihan Search And Rescue (SAR) bagi Bintara Polri
Fungsi Polair dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah

KOMJEN POL Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si


ditentukan.
KALEMDIKLAT POLRI

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang kepolisian Negara Republik


Indonesia, korps Kepolisian perairan dan udara adalah satuan didalam Kepolisian
Negara Republik Indonesia dimana tugas pokok Polisi perairan adalah membina dan
menyelenggarakan fungsi Kepolisian perairan tingkat pusat dalam rangka melayani,
melindungi, mengayomi, serta memelihara keamanan dan kertertiban masyarakat
dan penegakkan hukum di wilayah perairan.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peranan Kepolisian perairan sangatlah


penting dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang merupakan
program utama Presiden RI.

Sebagai negara kepulauan terbesar didunia, Indonesia memiliki potensi besar


menjadi poros maritim merupakan suatu gagasan strategis yang di wujudkan untuk
menjamin konektifitas antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan
perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim.

Dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, Presiden Jokowi


memaparkan lima pilar utama dan akan menjadikan Indonesia untuk dapat
mewujudkan cita-citanya sebagai poros maritim dunia. Disinilah peran serta
Kepolisian khususnya Kepolisian perairan dan udara dalam menjaga keselamatan
pelayaran dan keamanan maritim agar kekayaan maritim kita tetap terjaga.
Untuk…..
Untuk mewujudkan program ini di butuhkan anggota Kepolisan perairan yang
professional,sehingga dibutuhkan peltihan pelatihan khusus terkait dengan fungsi
Kepolisian perairan,agar tercipta anggotsa Polisi perairan yang promoter dibutuhkan
pelatihan fungsi Kepolisian perairan yang diselenggarakan oleh Lemdiklat polri.

Sebelum melaksanakan kegiatan pelatihan tersebut, Lemdiklat Polri selaku unsur


pelaksana menyiapkan materi berupa kurikulum dan hanjar. Dalam penyusunan
hanjar ini melibatkan narasumber dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Korpolairud
dan Pusdik Polair Lemdiklat Polri. Penyusunan modul pelatihan Search and Rescue
(SAR) bagi Bintara fungsi polair berisikan materi yang meliputi pengetahuan konsep
SAR, peralatan SAR dan alat pendukungnya.

Saya selaku Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri menyampaikan


apresiasi dan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada narasumber dan tim
kelompok kerja yang telah menyelesaikan hanjar pelatihan ini, semoga bermanfaat
bagi anggota Polri dengan harapan memiliki kompetensi dan selanjutnya kepada
pengguna/praktisi diharapkan dapat memberikan saran serta kritik yang membangun
untuk perbaikan hanjar pelatihan ini.

Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 22 April 2019


KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Paraf:
1. Konseptor/Kbg Kurhanjarlat :.........
2. Kaurtu Biro Kurikulum : …….
3. Karo Kurikulum :......... Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si
4. Kataud Lemdiklat Polri : ……. KOMISARIS JENDERAL POLISI
5. Waka Lemdiklat Polri :……..

ii
MARKAS BESAR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI


Nomor: Kep/ 322 /IV/2019
tentang

HANJAR
PELATIHAN SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN BAGI BINTARA POLRI
FUNGSI POLAIR

KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Menimbang : bahwa dalam rangka penyelenggaraan pelatihan search and


rescue (SAR) perairan bagi Bintara Polri maka perlu ditetapkan
keputusan untuk dijadikan dasar dan pedoman pelaksanaan
pelatihan fungsi.
Mengingat : 1. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pelatihan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;

2. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor 14 Tahun 2015 tentang Sistem Pendidikan
Kepolisian Negara Republik Indonesia;

3. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia


Nomor: Kep/1974/XII/2018 tanggal 21 Desember 2018
tentang Program Pendidikan dan Pelatihan Polri T.A. 2019;

4. Surat Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan


Pelatihan Polri No. Pol. : Skep/461/XII/2007 tanggal
13 Desember 2007 tentang Standar Komponen Kurikulum
Pelatihan Polri;

5. Keputusan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan


Polri Nomor: Kep/220/III/2019 tanggal 18 Maret 2019
tentang Kurikulum Pelatihan search and rescue (SAR)
perairan bagi Bintara Polri.

Memperhatikan: hasil survei/penelitian program pelatihan Polri di kewilayahan pada


tahun 2018, saran serta masukan para pembina Fungsi Teknis
Operasional maupun Pembinaan dan para pelaksana pelatihan
Polri.
MEMUTUSKAN.....
2 KEPUTUSAN KALEMDIKLAT POLRI
NOMOR : KEP/ 322 /IV/2019
TANGGAL : 22 APRIL 2019

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


POLRI TENTANG HANJAR PELATIHAN SEARCH AND RESCUE
(SAR) PERAIRAN BAGI BINTARA POLRI

1. mengesahkan hanjar pelatihan search and rescue (SAR)


perairan bagi Bintara Polri sebagaimana tersebut dalam
lampiran keputusan ini;

2. hal-hal lain yang berhubungan dengan penyelenggaraan


hanjar pelatihan search and rescue (SAR) perairan bagi
Bintara Polri yang belum diatur dalam hanjar pelatihan fungsi
ini akan diatur kemudian, dan sebelum ada ketentuan baru
maka ketentuan yang sudah ada selama ini serta tidak
bertentangan dengan keputusan ini dinyatakan tetap berlaku;

3. keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di: Jakarta


pada tanggal: 22 April 2019
KEPALA LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Kepada Yth.: Drs. ARIEF SULISTYANTO, M.Si.


KOMISARIS JENDERAL POLISI
Para Ka SPN Polda
Paraf :
Tembusan : 1. Konseptor/Kabag Kurhanjarlat : ..........
2. Kaurtu Rokurikulum : ..........
1. Kapolri.
2. Wakapolri. 3. Karo Kurikulum :............
3. Irwasum Polri.
4. Kabaharkam Polri. 4. Kataud Lemdiklat Polri : ..........
5. Para Kapolda.
5. Waka Lemdiklat Polri : ..........
6. Kapusdik Polair Lemdiklat Polri.
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

IDENTITAS BUKU

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN

Penyusun :

Tim Pokja Lemdiklat Polri

Editor :

1. Kombes Pol Drs.Syamsudin Lubis, SH


2. AKBP I Nyoman Tika, S.Ag., S.H., M.H.
3. AKBP Tatok Ries Goldhanto
4. Kompol Faried, S.ST., S.H.
5. Pembina J. Seladwijaja, S.H.
6. Bripda Meilana Utomo Putri.

Hanjar Pelatihan Polri

Diterbitkan oleh:

Bagian Kurikulum dan Hanjar Pelatihan


Biro Kurikulum
Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri
Tahun 2019

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang menggandakan sebagian atau seluruh isi Bahan Ajar (Hanjar) Pelatihan
Polri ini, tanpa izin tertulis dari Kalemdiklat Polri

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN iv


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................. i

Sambutan Kalemdiklat Polri ............................................................................... ii

Keputusan Kalemdiklat Polri............................................................................... iii

Lembar identitas buku ........................................................................................ iv

Daftar isi ............................................................................................................ v

HANJAR 1 KONSEP SEARCH AND RESCUE (SAR)................................... 1

Pengantar....................................................................................... 1
Standar Kompetensi ...................................................................... 1
Kompetensi Dasar ......................................................................... 1
Materi Pelajaran ............................................................................. 2
Metoda Pembelajaran ................................................................... 2
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ......................................... 2
Kegiatan Pembelajaran ................................................................. 3
Tagihan / Tugas ............................................................................ 3
Lembar Kegiatan ........................................................................... 4
Bahan Bacaan ............................................................................... 4
POKOK BAHASAN :
4
SAR................................................................................................
1. Pengertian dan dasar hukum SAR ....................................... 4
2. Sejarah dan unsur-unsur SAR .............................................. 4
3. Persyaratan personel SAR ................................................... 6
4. Operasi SAR da tahapan-tahapannya .................................. 7
5. Survival dan Teknik pencarian dalm SAR ............................. 11
6. Wilayah tanggung jawab SAR Polri ...................................... 34
7. Dukungan operasional SAR Polri ......................................... 35
8. Komando dan pengendalian SAR ......................................... 36
9. Struktur organisasi SAR........................................................ 40

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN v


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10. Pangkalan SAR .................................................................... 43


Rangkuman .................................................................................. 44
Latihan ......................................................................................... . 45

HANJAR 2 PERALATAN SAR ........................................................................ OLAH


46 TEMPAT K

Pengantar...................................................................................... 46
Standar Kompetensi ..................................................................... 46
Kompetensi Dasar ........................................................................ 46
Materi Pelajaran ............................................................................ 46
Metoda Pembelajaran .................................................................. 47
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 47
Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 47
Tagihan / Tugas ........................................................................... 48
Lembar Kegiatan .......................................................................... 48
Bahan Bacaan .............................................................................. 49

POKOK BAHASAN:
49
ALAT PENYELAMAT/PENOLONG DAN PENGGUNAANNYA ..
1. Macam-macam alat penyelamat/penolong dan 49
penggunaannya ....................................................................
2. Alat Selam dan penggunaannya ........................................... 52
Rangkuman ................................................................................... 66
Latihan .......................................................................................... 66

HANJAR 3 KEMAMPUAN PELAKSANAAN SAR .......................................... OLAH


67 TEMPAT K

Pengantar...................................................................................... 67
Standar Kompetensi ..................................................................... 67
Kompetensi Dasar ........................................................................ 67
Materi Pelajaran ............................................................................ 68
Metoda Pembelajaran .................................................................. 69
Alat/Media, Bahan dan Sumber Belajar ........................................ 70
Kegiatan Pembelajaran ................................................................ 70

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN vi


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tagihan / Tugas ........................................................................... 71


Lembar Kegiatan .......................................................................... 72
Bahan Bacaan .............................................................................. 74
POKOK BAHASAN 1 :
PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD) ......... 74

1. Prinsip-prinsip umum PPGD ................................................. 74


2. Teknik pernapasan buatan, penanganan pendarahan,
syok, luka bakar, melepuh dan tersengat listrik .................... 91

POKOK BAHASAN 2 :
WATER RESCUE ......................................................................... 101

1. Cara berenang ...................................................................... 101


2. Cara menyelam .................................................................... 115
3. Cara mendayung .................................................................. 124

POKOK BAHASAN 3 :
MENGOPERASIKAN MOTOR TEMPEL DAN PERAHU 125
KARET ..........................................................................................

- Tahapan-tahapan mengoperasikan motor tempel dan teori 125


api ........................................................................................
POKOK BAHASAN 4 :
126
BASIC SAFETY TRAINING (BST) ...............................................
1. Prinsip-prinsip keselamatan dan teori api ............................. 126
2. Pencegahan kebakaran ........................................................ 126
3. Peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap .......... 127
4. Metode pemadam kebakaran ............................................... 134
5. Cara penyelamatan jiwa di laut dan evakuasi korban ........... 134
Rangkuman .................................................................................. 138
Latihan........................................................................................... 139

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN vii


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR KONSEP SEARCH AND RESCUE (SAR)


01
2 JP ( 90 menit)

Pengantar

Hanjar ini membahas materi tentang konsep SAR yang meliputi


pengertian, dasar hukum, sejarah, unsur-unsur, persyaratan personel,
operasi dan tahapan–tahapannya, survival, teknik pencarian, wilayah
tanggung jawab SAR Polri, dukungan operasional SAR Polri, Komando
dan pengendalian SAR, struktur organisasi SAR dan pangkalan SAR.

Tujuan diberikan materi agar peserta pelatihan memahami Search and


Rescue (SAR).

Standar Kompetensi

Memahami Search and Rescue (SAR).

Kompetensi Dasar
Memahami SAR.
Indikator hasil pelatihan:
1. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum SAR;
2. Menjelaskan sejarah dan unsur-unsur SAR;
3. Menjelaskan persyaratan personel SAR;
4. Menjelaskan operasi SAR dan tahapan – tahapannya;
5. Menjelaskan survival dan teknik pencarian dalam SAR;
6. Menjelaskan wilayah tanggung jawab SAR Polri ;
7. Menjelaskan dukungan operasional SAR Polri;
8. Menjelaskan Komando dan pengendalian SAR;
9. Menjelaskan struktur organisasi SAR;
10. Menjelaskan pangkalan SAR.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 1


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:
SAR.

Sub Pokok Bahasan:


1. Pengertian dan dasar hukum SAR;
2. Sejarah dan unsur-unsur SAR;
3. Persyaratan personel SAR;
4. Operasi SAR dan tahapan – tahapannya;
5. Survival dan teknik pencarian dalam SAR;
6. Wilayah tanggung jawab SAR Polri ;
7. Dukungan operasional SAR Polri;
8. Komando dan pengendalian SAR;
9. Struktur organisasi SAR;
10. Pangkalan SAR.

Metoda Pembelajaran

1. Metoda ceramah.
Ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang konsep
SAR.

2. Metoda tanya jawab.


Digunakan dalam setiap penjelasan pelatih yang belum
dimengerti peserta pelatihan serta permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran maupun berdasarkan pengalaman
peserta pelatihan.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media:
a. Infocus;
b. Laptop;
c. Flipchart;
d. Sound system;
e. Wireless;
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 2
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2. Bahan:
a. Alat tulis;
b. Kertas Flipchart/HVS.

3. Sumber Belajar:
- Modul SAR.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal: 10 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan;
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.

2. Tahap inti : 65 menit


a. Pelatih/Instruktur menyampaikan Konsep SAR;
b. Pelatih /instruktur memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.

3. Tahap akhir : 15 menit


a. Penguatan materi.
Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan
materi secara umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada
peserta pelatihan.
c. Learning point.
Pelatih/instruktur merumuskan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.

Tagihan / Tugas

---------------------------------------------------------------------------------------------

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 3


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Lembar Kegiatan

-----------------------------------------------------------------------------------------------

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN
SEARCH AND RESCUE (SAR)

1. Pengertian dan Dasar Hukum SAR

Search and Rescue yang selanjutnya disingkat SAR adalah


usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa
manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi
bahaya dalam musibah pelayaran, penerbangan, bencana atau
musibah lainnya yang timbul karena faktor manusia maupun
alam.

SAR Polri adalah kemampuan anggota Polri dalam ikatan tim,


unit atau satuan meliputi usaha dan kegiatan pencarian dan
pertolongan terhadap korban manusia akibat bencana, musibah
pelayaran, penerbangan atau musibah lainnya.

Dasar hukum SAR:


a. Undang-Undang No. 02 Tahun 2002 tentang Undang-
Undang pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal
14 ayat 9 huruf ” i “;
b. Peraturan pemerintah No. 36 Tahun 2006 tentang
pencarian dan pertolongan;
c. Peraturan Presiden No. 99 tahun 2007 tentang
BASARNAS;
d. Peraturan Presiden No. 52 tahun 2010 tentang susunan
organisasi dan tata kerja Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
e. Peraturan Kapolri Nomor 25 tahun 2011 tentang SAR Polri.

2. Sejarah dan Unsur-unsur SAR

a. Sejarah SAR
Operasi SAR ada sejak manusia memerlukan bantuan
pihak lain untuk menentukan dirinya yang sedang ditimpa
musibah didaerah terisolir guna menyelamatkannya.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 4
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Organisasi SAR ada secara formal sejak tahun 1790 di


Amerika Serikat dengan sebutan US COAST GUARD.
Organisasi ini merupakan usaha penyelamatan terhadap
perenang-perenang yang terbawa arus di pantai atau
perahu-perahu nelayan yang diserang gelombang / badai
dan sesuai dengan perkembangan jaman atau kehidupan
masyarakat maupun tekhnologi organisasi ini pun
berkembang sesuai ketentuan kebutuhan.

Dinegara Belanda pada tahun 1940 berdiri organisasi SAR


yang bernama AMTIR, sesuai dengan namanya maka
organisasi ini disusun apabila terjadi suatu musibah.

Di Indonesia pada tahun 1950 telah dibentuk organisasi


SAR yang diberi nama WING CATALINA yang menjadi
bagian dari AURI. Tugasnya adalah melakukan operasi
SAR terhadap pilot-pilot AURI yang meloncat meninggalkan
pesawatnya karena kerusakan mesin atau terhadap
pesawat-pesawat AURI yang mengalami musibah. Karena
kemampuan dan kewenangan WING CATALINA masih
terbatas maka pemerintah membenahi organisasi SAR di
Indonesia. Dengan membentuk BASARI ( Badan SAR
Indonesia ) dengan Kepres No. 11 Tahun 1972 Kepres No.
28 Tahun 1979 tentang Anggota BASARI termasuk anggota
BAKORNAS PBA.

b. Unsur-Unsur SAR
Potensi SAR adalah sumber daya manusia, sarana dan
prasarana yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kegiatan operasi SAR.

Unsur SAR bertugas melaksanakan operasi SAR dibawah


koordinasi dan pengendalian Badan SAR Nasional, unsur
SAR ini dapat berupa :
1) Potensi SAR TNI meliputi TNI Darat , Laut dan Udara.
2) Potensi SAR Kepolisian Republik Indonesia.
3) Potensi SAR Pemerintah meliputi Pemerintah Daerah,
Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai. Direktorat
Keselamatan Penerbangan, Hansip, Palang Merah
Indonesia dan alin-lain.
4) Potensi SAR Organisasi hobby meliputi organisasi
Aerosport Indonesia, Penyelam, Pramuka, Pecinta
Alam, Pendaki Gunung, ORARI, KRAP dan lain-lain.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 5


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Persyaratan Personel SAR

Untuk menghadapi / melaksanakan operasi SAR diperlukan


personel maupun fasilitas yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Memiliki dedikasi yang tinggi.
b. Memilki fisik dan mental yang baik.
c. Memiliki moril dan disiplin yang tinggi.
d. Memiliki Intelegensi yang cukup.
e. Memiliki standar kemampuan SAR.

Standarisasi kemampuan SAR sesuai dengan Peraturan Kapolri


Nomor 25 tahun 2011 meliputi:
a. Standar kemampuan SAR Umum, sekurang kurangnya
meliputi kemampuan:
1) Pertolongan pertama pada korban (Medical First
Responder)
2) SAR Hutan (Jungle Rescue)
3) Penanganan Kebakaran (fire Rescue)
4) Penanganan Gedung, dataran tinggi, dan jurang
(Vertical Rescue)
5) Penanganan kecelakaan di perairan (Water Rescue)
6) Penanganan kecelakaan (Accident Rescue).

b. Standar kemampuan SAR tingkat dasar, sekurang


kurangnya meliputi kemampuan:
1) Menguasai Ilmu Medan dan Peta kompas
2) Survival
3) Mounteneering
4) Pioneering
5) Pertolongan Pertama Pada Korban (P3K)
6) Sandi dan jejak
7) Mengemudi
8) Renang
9) Membuat hellypad dan
10) Rapling

c. Standar kemampuan SAR tingkat lanjutan, sekurang


kurangnya meliputi kemampuan :
1) Kemampuan SAR dasar
2) Manuver dengan perahu dayung maupun mesin
3) Navigasi
4) Selam dasar
5) Rapling helly
6) Jumping helly, dan
7) Fast roping

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 6


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d. Standar kemampuan SAR tingkat spesialisasi, sekurang


kurangnya meliputi kemampuan :
1) Kemampuan SAR Lanjutan
2) Rescue Diver
3) Jump Master
4) Pandu udara (Forward air control)
5) Terjun di segala medan
6) Perencanaan dan pengendalian operasi

4. Operasi SAR dan Tahapan–tahapannya

Operasi SAR adalah rangkaian kegiatan dari personel yang


terlatih dengan dukungan peralatan yang dapat digunakan untuk
memberikan bantuan pencarian dan pertolongan secara efektif
dan efisien terhadap korban manusia dan harta benda akibat
bencana, musibah pelayaran, penerbangan atau musibah
lainnya.

a. Operasi SAR Polri Meliputi


1) Kegiatan SAR yang dilakukan secara mandiri oleh
satuan-satuan Polri dibawah koordinasi pejabat yang
ditunjuk dalam Peraturan Kaporli No. 25 tahun 2011
2) Kegiatan SAR yang dilakukan atas permintaan
BASARNAS/Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dibawah koordinasi dan pengorganisasian
BASARNAS/BPBD

b. Tahap-Tahap Operasi SAR


Dalam menyelenggarakan operasi SAR, dikenal pentahapan
tindakan sebagai berikut :

1) Tahap menyadari
Merupakan saat diketahui, disadari terjadinya keadaan
darurat musibah, kegiatannya :
a) Menerima laporan tentang terjadinya suatu
bencana atau musibah yang membutuhkan
pelaksanaan operasi SAR.
b) Mencari informasi tentang peristiwa yang
terjadi,meliputi :
(1) jenis musibah yang terjadi
(2) posisi atau tempat kejadian
(3) waktu kejadian
(4) kemungkinan korban yang ditimbulkan
c) Mencari informasi tentang data - data pendukung
operasi SAR, meliputi :

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 7


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(1) keadaan cuaca


(2) arah dan kecepatan angin
(3) jarak pandang yang kemungkinan
dipengaruhi oleh adanya penghalang,
seperti kabut, asap dan sejenisnya
(4) kemungkinan adanya gas beracun
(5) tanda-tanda medan

2) Tahap Persiapan
Merupakan saat dilakukan suatu tindakan sebagai
tanggapan (respons) adanya musibah yang terjadi,
kegiatannya :
a) Menggolongkan keadaan darurat yang terjadi
b) Menyiapkan Tim, Unit, atau Satuan SAR Polri
yang akan ditugaskan
c) Menyiagakan peralatan dan perlengkapan
perorangan, Tim, Unit atau Satuan SAR Polri.
d) Mencari data – data tambahan, meliputi :
(1) Perkembangan situasi terakhir dari musibah
atau bencana yang terjadi
(2) Perkembangan keadaan cuaca terakhir
serta kondisi medan
(3) lingkungan pada lokasi musibah

3) Tahap Perencanaan
Merupakan pembuatan rencana operasi yang efektif
berupa :
a) Penentuan titik duga
b) Penghitungan luas area musibah
c) Pemilihan dan penggunaan peralatan dan
perlengkapan
d) Cara bertindak
e) Pelaksanaan koordinasi dengan pihak terkait
Kegiatannya :
a) Mengevaluasi seluruh data yang telah didapat
baik data awal maupun data akhir yang berkaitan
dengan musibah yang terjadi
b) Membuat rencana pencarian yang meliputi
c) Perkiraan kemungkinan posisi musibah atau
MPP (The Most Probable Position)
d) Luas area pencarian
e) Pola pencarian.
f) Menentukan peralatan dan perlengkapan yang
diperlukan.

4) Tahap pelaksanaan / Operasi

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 8


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Merupakan saat dilakukannya operasi pencarian,


pertolongan atau pencarian dan pertolongan serta
penyelamatan korban manusia, harta benda,
kerusakan lingkungan dan psikologis akibat bencana
atau musibah, sekaligus menganalisa dan
mengevaluasi informasi perkembangan dari lapangan
hingga operasi SAR mencapai tujuan.

Kegiatannya :
a) Menyiapkan dan memberi briefing kepada
personel, meliputi:
(1) Informasi tentang peristiwa yang terjadi, dan
gambaran permasalahan yang dihadapi
(2) Pembagian tugas
(3) Cara bertindak
(4) hal-hal lain yang terkait pelaksanaan tugas
b) Melakukan pengecekan peralatan dan
perlengkapan
c) Operasi sesuai dengan tugas dan cara bertindak
yang telah direncanakan dan disesuaikan
dengan keadaan medan yang dihadapi
d) Setelah lokasi korban ditemukan, langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut :
(1) Pemeriksaan keadaan terakhhir korban
(2) menstabilkan kondisi korban yang masih
hidup sebelum dilakukan prosedur
berikutnya
(3) Identifikasi terhadap korban meninggal
dengan bantuan ahli
(4) Evakuasi terhadap korban hidup maupun
yang meninggal dunia
(5) Jika korban dalam jumlah banyak, maka
dilakukan proses pemilahan korban (triage)
berdasarkan tingkat kegawatan, dengan
tujuan untuk memberikan prioritas
pemberian tindakan medis awal
e) Melaporkan hasil yang didapat kepada OSC oleh
pimpinan lapangan (Katim,Kanit, atau Kasat),
tentang :
(1) Tindakan yang telah dilakukan, dan
langkah-langkah yang akan
diambilberikutnya
(2) Jumlah korban
(3) Kondisi korban
(4) Permintaan bantuan jika diperlukan, baik
dukungan medis lanjutan maupun ban
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 9
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pimpinan lapangan bertanggung jawab penuh atas


teknis pelaksanaan dilapangan, teknik manuver yang
akan dilakukan, dan berwenang untuk memutuskan
perubahan cara bertindak yang akan dilaksanakan
untuk menjamin keberhasilan operasi SAR.

Setelah tugas selesai dilaksanakan, maka pimpinan


lapangan memerintahkan anggotanya untuk menuju
kedaerah yang telah ditentukan untuk konsolidasi
personel, peralatan dan perlengkapan yang digunakan
dan koordinasi dengan OSC untuk kegiatan
selanjutnya.

5) Tahap Akhir penugasan / kegiatan akhir


Dilakukan pada saat operasi SAR dinyatakan selesai,
kegiatannya :
a) Menarik personel, peralatan dan perlengkapan
dari lapangan
b) Pimpinan lapangan melakukan konsolidasi dan
pemeriksaan terhadap keadaan personel,
peralatan dan perlengkapan yang telah
digunakan
c) Pimpinan lapangan membuat laporan akhir tugas
secara tertulis dan melaporkan kepada kesatuan
sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan
tugas.
d) Mengadakan pemberitaan (public information)
oleh SMC
e) Melakukan analisa dan evaluasi terhadap
kegiatan operasi SAR yang telah dilaksanakan
f) SMC mengembalikan personel, peralatan dan
perlengkapan SAR Polri kepada instansi Polri,
dalam hal SAR Polri bertugas secara gabungan
dengan SAR Lain dibawah kendali SMC

c. Lamanya Operasi SAR


Operasi SAR dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama
7 (tujuh) hari, dalam hal dipandang perlu dapat
diperpanjang paling lama 7 (tujuh) hari.

Operasi SAR yang telah dinyatakan selesai atau ditutup,


dapat dibuka kembali dengan pertimbangan adanya
informasi baru mengenai indikasi ditemukannya korban,
lokasi terjadinya bencana atau musibah.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 10


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Survival dan Teknik Pencarian dalam SAR

SURVIVAL

a. Pengertian Survival

Survival yaitu keadaan kondisi tidak menentu yang dihadapi


oleh seorang atau sekelompok orang pada suatu tempat di
daerah terasing dan terisolir dimana dalam menghadapi
keadaan kondisi tidak menentu ini dituntut harus Survival
atau mampu untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Sedangkan orang atau kolompok orang yang
sedang menghadapi keadaan tidak menentu ini tidak bisa
diduga sebelumnya. Bisa terjadi dalam waktu relative
singkat, satu sampai dua hari atau tiga hari, mungkin
berminggu-minggu bahkan bisa sampai berbulan-bulan.

Keadaan tidak menentu (Survival) ini bisa terjadi pada setiap


pencinta alam dan pendaki gunung atau siapa saja yang
sedang melakukan perjalanan petualangan ataupun
penjelajahan dialam bebas. Sehingga pengetahuan Survival
merupakan bagian dari pengetahuan dasar tehnik hidup di
alam bebas yang harus di pahami dan di kuasai oleh setiap
pecinta alam dan pendaki gunung.

Dengan memahami dan menguasai pengetahuan Survival


paling tidak telah mempunyai suatu gambaran, tindakan apa
yang harus dilakukan apabila pada suatu saat di hadapkan
pada kondisi tidak menentu ini.

Berhasil atau tidaknya keluar dari keadaan tidak menentu ini,


semuanya tergantung kepada diri sendiri dalam
menghadapinya. Salah satu keberhasilan untuk menghadapi
situasi ini yaitu bagaimana menanamkan atau
menumbuhkan dalam diri semangat * HARUS HIDUP *
Dimana semangat harus hidup ini bisa dijadikan sebagai
pedoman atau kunci pada saat menghadapi keadaan
SURVIVAL dan dapat diartikan sebagai berikut :
H : Hadapilah setiap situasi atau kondisi, apakah itu
berupa rintangan, kesulitan dengan tenang, bijaksana
dan riang gembira.
A : Akal sehat adalah senjata paling ampuh dalam setiap
menghadapi keadaan kondisi tidak menentu.
R : Rasa takut, resah, panik, segera diatasi dengan
jalan menggiatkan diri untuk menghindar dari pikiran
yang tidak-tidak.
U : Utamakan kesehatan dan keselamatan diri kita.
S : Semangat dan tekad untuk tetap hidup kobarkan dalam
diri kita.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 11


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

H : Hindari atau jauhi tempat-tempat berbahaya yang


mungkin mengancam keselamatan diri kita.
I : Istirahatlah dengan santai bila merasa lelah,
bingung, kecewa guna menenangkan pikiran sambil
mengingat kembali apa yang telah dilakukan atau yang
akan dilakukan.
D : Derita yang berkepanjangan harus segera diakhiri dan
kita segera bisa kembali ke rumah dengan selamat.
U : Upayakan mencari jalan keluar secepat mungkin untuk
membebaskan diri dari keadaan kondisi tidak menentu
ini.
P : Praktekkan dan latih kembali pengetahuan dan
keterampilan Jungle Survival yang pernah kita dapat.

Pengaruh yang timbul pada umumnya dengan sendirinya


dan berkaitan dengan keadaan situasi yang dihadapi oleh
yang bersangkutan pada saat survival, seperti :
1) Pengaruh psikologis yang disebabkan karena
perasaan, terasing, kesepian, takut, cemas, bosan,
tertekan, panik dan putus asa.
2) Pengaruh fisiologi yang disebabkan karena
kelelahan, lapar, haus, sakit, luka dan kurang tidur.
3) Pengaruh lingkungan yang disebabkan karena
beratnya medan, hutan lebat, panas, dingin, hujan
dan angin.

b. Survival Individu

Berada pada keadaan Survival seorang diri selain


menghadapi masalah teknis juga akan menghadapi
masalah kejiwaan yang kadang-kadang lebih berat dari
masalah teknisnya sendiri. Kesepian dan bosan adalah
suatu keadaan yang tidak akan datang secara tiba-tiba,
sangat lain dengan rasa takut dan panik. Kesepian dan
bosan akan datang secara perlahan dan tidak terduga,
biasanya akan timbul pada saat semua pekerjaan teknis
survival telah dikerjakan dan kebutuhan untuk survival
sudah didapatkan seperti air, makanan dan tempat
berlindung.

Secara psikologi mencegah kesepian dan kebosanan sama


seperti menanggulangi rasa takut dan panik. Jaga pikiran
kita dengan kesibukan kerja dan pekerjaan yang bisa
menyenangkan diri agar memungkinkan pertolongan
datang, terus siapkan diri dan kebutuhan untuk
kemungkinan waktu survival yang panjang. Pada saat
survival seorang diri, selalu bekerja untuk hal sepi dan
bosan.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 12


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Survival Kelompok

Berkelompok pada saat survival lebih baik dari pada


survival perorangan, karena pada survival perorangan
seluruh bahaya dan resiko akan di hadapi sendiri. Dengan
berkelompok akan tersedia banyak tangan untuk melakukan
pekerjaan dan adanya teman berkomunikasi, yang mana
komunikasi adalah salah satu faktor penting untuk
mengatasi rasa sepi dan tertekan oleh rasa kesendirian.

Untuk menjaga kebersamaan tetap terkontrol pada saat


survival kelompok seluruh anggota harus segera memilih
seorang pemimpin dan setiap anggota harus selalu didalam
kelompok.

Apabila seorang pemimpin sudah di tunjuk segeralah


lakukan tindakan sebagai berikut :
1) Susun rencana kegiatan.
Pada saat menyusun rencana libatkan seluruh
anggota, dengan melibatkan seluruh anggota
tanggung jawab dan keselamatan menjadi milik
bersama.
2) Lakukan pembagian tugas pekerjaan kepada setiap
anggota.
Dengan pembagian tugas pekerjaan akan cepat di
selesaikan dan membina rasa kebersamaan.
3) Kembangkan rasa kebersamaan dan kepercayaan
didalam kelompok.

d. Survival Kit

Survival kit adalah satu set peralatan atau satu kotak/tas


peralatan survival yang umumnya dapat digunakan untuk
semua jenis daerah seperti gunung, hutan, padang pasir,
pantai serta laut. Survival kit biasanya digunakan para
penerbang pesawat militer.

Untuk seorang penjelajah ataupun petualang survival kit


adalah salah satu perlengkapan dasar yang harus dimiliki.
Survival kit dapat dibuat sendiri sesuai dengan tujuan
perjalanan dan kebutuhan pribadi dengan cara :

Carilah sebuah kaleng yang bertutup dan tidak bocor,


ukuran cukup kecil tetapi dapat memuat alat yang
diperlukan. Gosoklah bagian dalam kaleng sampai
mengkilat sehingga dapat digunakan sebagai cermin.Untuk
membuat lebih kedap air berilah paking pada tutupnya dan
balutlah dengan selotip setelah ditutup.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 13
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pada saat mengisi kotak survival usahakan tidak ada ruang


kosong yang akan memungkinkan peralatan didalam kotak
bergerak yang mengakibatkan kerusakan alat.Untuk
menghindari ini isilah bagian kosong dikotak dengan kapas
atau sobekan kain yang nantinya juga kapas dan sobekan
kain dapat digunakan sebagai bahan penyala api.

Isi survival kit dan kegunaannya

1) Korek Api
Korek api yang kedap air dapat dicari tetapi harganya
mahal. Kita dapat membuat kedap air dengan cara
memasukkan batang korek dan penyala kedalam
sebuah tabung plastic bekas film, atau kita teteskan
lilin keatas kepala batang korek api sehingga
terselaput seluruh kepala batang korek tersebut, dan
untuk memakainya kita buang lilinnya terlebih dahulu
baru digoreskan kepenyala.

2) Lilin
Sangat baik untuk memulai menghidupkan api dan
juga untuk penerangan. Apabila terbuat dari lemak
maka dapat dimakan atau untuk menggoreng ( harus
yakin terbuat dari lemak ). Lilin dari bahan lain atau
paraffin wax tidak dapat dimakan.

3) Batu Api/Geretan
Batu api dapat bekerja didalam keadaan basah dan
dapat tahan lama sekali. Bawalah batu api sekalian
dengan gergaji penggoresnya.

4) Suryakanta/Kaca Pembesar
Dapat menimbulkan panas dan api dengan sinar
matahari langsung, juga dapat dipakai untuk melihat
dan mendeteksi duri dalam jaringan.

5) Jarum dan Benang


Beberapa jarum dimana satu diantaranya mempunyai
lubang benang yang besar, sehingga dapat memakai
urat daging sebagai benang apabila diperlukan.

6) Kail dan Senar


Pilihlah beberapa kail yang berbeda ukuran dan
letakkan didalam kotak atau bungkus. Kail yang kecil
akan dapat menangkap ikan kecil dan besar,
sedangkan kail yang besar hanya dapat menangkap
ikan besar saja serta tali pancing untuk menjerat.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 14


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

7) Kompas
Sebuah kompas yang cukup baik tapi sederhana dan
pastikan diri kita bahwa kita dapat memakai kompas
dengan baik. Kompas dengan cairan didalamnya
adalah yang terbaik, pastikan tidak bocor dan juga
tidak ada gelembung udara didalamnya.

8) Senter Kecil (Beta Light)


Sebuah lampu kristal, sering dipakai untuk gantungan
kunci mobil/rumah. Lampu ini dapat dipakai untuk
membaca peta, memasang umpan pada waktu
memancing dimalam hari.

9) Kawat Jerat
Kawat kuningan sepanjang 60-90 Cm, dapat dipakai
dan sangat banyak kegunaannya, antara lain untuk
jerat, memasak, dll.

10) Kawat Gergaji


Biasanya diujungnya diberi bundaran untuk pegangan
yang besar, ini sangat banyak memakai ruangan
sebaiknya dibuang saja ruangan tersebut, karena
dapat diganti dengan sepotong kayu apabila dipakai.
Untuk mencegah berkaratnya gergaji ini sebaiknya
disimpan dalam tempat dari plastic dan diberi minyak
gemuk sebelumnya. Gergaji ini dapat dipakai untuk
memotong kayu yang sangat besar.

11) Obat – Obatan


Obat yang kita bawa adalah yang sering diperlukan
didalam perjalanan dan juga obat-obatan yang pribadi
diperlukan tentunya.
a) Analgetik
Obat penahan sakit seperti ; sakit kepala, sakit
gigi, sakit otot. Terkilir dan lain-lain.
Dosis : 1 tablet setiap 6 jam.
Contoh Ponstan, Antalgin, Metaneuron, naspro,
Aspirin dan lain – lain.
b) Anti mencret
Sebagai obat penghenti mencret – mencret,
tetapi tidak menghilangkan sebab penyakitnya.
Dosis : 2 tablet sekaligus apabila masih tetap
mencret setelah 1 jam dapat diberi 1 tablet
lagi. Max 3 tab/hari.
Contoh : Motilex, Lodya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 15


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Anti Histamin
Untuk mengatasi problem alergi, gatal-gatal,
gigitan serangga, tidak dapat tidur. Tetapi efek
tidur disini sangat ringan sehingga tidak efektif
bagi orang yang sering memakai obat tidur.
Dosis : 3 x 1 tablet/hari.
Contoh : CTM, Benadryl tab/inj, insidal.
d) Kalium Permanganat.
Biasanya dikenal dengan nama PK, dijual
dengan berat 1 gram, 5 gram dll.
Dosis : 1 gram untuk 1 liter air, dijadikan larutan
ungu untuk membuat steril, apabila warna lebih
ungu dapat dipakai sebagai antiseptic,
sedangkan warna ungu pekat dapat dipakai
untuk membasmi jamur.
e) Anti malaria
Hanya apabila kita memasuki daerah malaria,
dimulai dua minggu sebelum memasuki daerah
malaria dan dua minggu setelah keluar dari
daerah endemis malaria.
f) Anti Biotik.
Untuk mengobati infeksi yang telah ada
nanahnya ataupun untuk pengobatan yang
memerlukan antibiotik lainnya.
Dosis : 4 x 500 mg/hari (Ampicilin ) selama 4 hari.

12) Pisau Bedah


Sebaiknya dua bilah pisau bedah dengan ukuran yang
berbeda. Untuk gagang dapat kita buat dari sepotong
kayu apabila diperlukan.

13) Plester Kupu-Kupu


Dibuat dari plester yang dipotong mirip bentuk kupu-
kupu, dipakai untuk mendekatkan dan merapatkan
pinggir luka yang perlu dijahit.

14) Plester
Beberapa buah plester dengan ukuran yang berbeda,
sebaiknya yang kedap air. Untuk menutup luka yang
kecil dan menjaga agar tetap bersih. Plester ini dapat
juga dipotong untuk menutup luka kecil ataupun dibuat
plester kupu-kupu.

15) Kondom
Dapat dibuat sebagai tempat air yang baik dimana
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 16
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dapat menampung air sebanyak 1 liter.

e. Tempat Berlindung

Kondisi survival adalah kondisi yang tidak menentu, kondisi


dimana harus selalu siap pada segala kemungkinan dengan
fasilitas dan saran sederhana yang ada disekitarnya.
Membuat tempat berlindung untuk mangatasi cuaca seperti
hujan, panas dan angin ataupun mengatasi lingkungan
alam sekitarnya seperti binatang buas, aliran air pada saat
hujan, dan lintasan binatang, adalah suatu tindakan yang
bijaksana, karena dengan melindungi tubuh dari gangguan
tersebut kesempatan keluar dengan selamat akan semakin
besar. Membuat tempat berlindung harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan situasi disekitarnya.

Buatlah tempat berlindung yang nyaman dan selalu terjaga


kehangatannya agar terhindar dari dingin dan hilangnya
panas tubuh (hypothermia) yang bisa mengakibatkan
kematian:
1) Untuk berapa lama
Dengan merencanakan akan berapa lama berlindung
disuatu tempat, penghematan tenaga dan kesadaran
emosi akan selalu terjaga.
2) Sendiri atau berkelompok
Pada saat berkelompok pembagian tugas kerja saat
pembuatan tempat berlindung adalah cara yang tepat
untuk penghematan tenaga dan menyadari situasi
untuk selalu bekerjasama dan saling Bantu membantu.
Buatlah tempat berlindung yang luasnya sesuai
dengan kebutuhan kelompok.
3) Memilih tempat
Untuk menjaga kenyamanan dan tetap hangatnya
tepat berlindung serta menghindari cepatnya
penurunan daya tahan tubuh perhatikan hal sbb :
a) Dirikan pada tempat yang terlindung dari terpaan
angin
b) Dirikan tempat berlindung pada tempat rata dan
kering, untuk daerah yang berhumus tebal, tanah
berlumut dan ber rawa-rawa .
Tidak mendirikan tempat berlindung di daerah
yang mungkin dialiri air pada saat hujan.Tidak
mendirikan tempat berlindung didasar lembah
dan lereng pegunungan.
c) Dirikan tempat berlindung dibawah kerindangan
pohon yang kokoh tetapi masih dapat di tembus

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 17


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sinar matahari.
d) Pada situasi tempat berlindung yang tidak
berpindah-pindah (permanent) usahakan
mendirikannya mendekati sumber air. Tidak
mendirikan tempat berlindung pada jalur lintasan
binatang.
4) Pembuatan tempat berlindung.
Tempat berlindung pada saat survival dapat dibuat
dengan bahan dan peralatan yang ada atau yang
dibawa, juga dengan bahan disekitarnya yang
disediakan oleh alam dan ingat pisau atau golok tebas
yang ada akan sangat membantu pekerjaan ini, maka
rawat dan jagalah selalu pisau itu.

Peralatan yang dibawa yang dapat digunakan sebagai


tempat berlindung adalah :
a) Ransel
Ransel dapat kita gunakan sebagai alat
berlindung dari tiupan angin dan dinginnya udara.
Jika disekitar sukar diperoleh sesuatu dari alam
yang bisa cepat untuk digunakan membuat
tempat berlindung sementara cuaca cepat
memburuk serta tenaga sudah menurun,
gunakanlah ransel untuk berberlindung. Untuk
mengurangi tiupan angin berlindunglah dibalik
batu besar sambil bersandar dan alasilah tempat
duduk dengan dedaunan yang bisa mencegah
penghantar dingin tanah.
b) Ponco atau fly sheer.
Dengan bahan ini dapat dibuat tempat berlindung
dengan bermacam bentuk yang sesuai dengan
situasi dan kondisinya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 18


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Bahan yang tersedia disekitar kita (bahan dari


alam)

c. Goa atau cekungan lereng

f. Air

Air adalah bagian kehidupan yang tidak dapat dipisahkan


dari kebutuhan manusia sehari-hari. Dengan hanya
meminum air sebanyak empat sampai lima liter sehari
manusia dapat bertahan hidup dua sampai tiga minggu,
sedangkan tanpa air manusia akan sulit untuk bertahan
hidup.

Tubuh manusia mengandung air sebanyak 75 %, yang


berperan untuk mempertahankan suhu tubuh tetap normal.
Untuk mempertahankan fungsi ginjal secara optimal untuk
membuang zat sampah dalam tubuh. Kehilangan air dari
tubuh harus segera diganti atau akan menderita gangguan
kesehatan dan juga kemampuan bergerak akan menurun
sekali.

Pada saat survival di hutan tropis seperti di Indonesia,


mendapatkan air untuk keperluan minum saja bukanlah

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 19


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sesuatu yang sulit dilakukan. Jangan meminum air dari


rawa laut atau rawa air tawar terutama bila air tersebut
berwarna kehitaman atau kehijauan dan berbau busuk.

Dalam kondisi survival jangan menunggu kehabisan


persediaan air, baru memulai mencari. Hematlah air yang
ada dan segera mencari sumber air terdekat pada daerah
yang kita lalui sewaktu berjalan mencari arah keluar.

Seorang akan kehilangan air sebanyak 2 sampai 3 liter


setiap hari, bahkan bila beristirahat ditempat teduh tetap
akan kehilangan air kurang lebih 1 liter air. Kesemua ini
perlu penggantian air sehingga tidak menimbulkan
kerusakan pada tubuh akibat kekurangan air.

Sumber air yang dapat langsung diminum dan cara


mendapatkannya :
1) Hujan
Meskipun hujan asam yang dibuat oleh negara-negara
industri, yang dapat membuat pencemaran ditanah, air
hujan dapat diminum dimana-mana, hanya diperlukan
cara mengumpulkannya. Usahakan membuat
penampungan sebesar yang dapat kita buat. Menggali
lubang dan dipulas dengan tanah liat dapat
menampung air dengan baik, tetapi harus ditutup
atasnya. Setelah mendapat air dari penampungan
maka kita harus memasaknya hingga mendidih.
2) Dari tumbuhan
Selubungkan sebuah ranting dan daunnya dengan
sebuah kantung plastic yang ujungnya diikat.
Penguapan dari daun akan menyebabkan timbul
pengembunan pada plastik bagian dalam. Caranya :
Pilih bagian daun yang sehat dan banyak daunnya.
Pada pohon pertahankan ujung kantung plastik pada
bagian atas dan sebuah sudut tergantung kebawah
untuk mengumpulkan air.

3) Embun
Pada daerah yang mempunyai iklim sangat ekstrim
dimana sangat panas pada siang hari dan sangat
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 20
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dingin pada malam hari, kita dapat menampung


embun sangat banyak, apabila pengembunan ini
terjadi pada permukaan besi sebaiknya embun diambil
dengan busa atau kain dengan cara menyapu embun
diatas besi tersebut. Kita dapat memakai kain bersih
yang di rendam didalam air untuk mengambil keluar air
tersebut. Untuk mengumpulkan embun dari daun yang
terdapat disemak belukar, kita mengikat baju/kain
bersih sekeliling kaki dan lutut kita kemudian di bawa
berjalan menembus belukar tersebut. Secara tidak
langsung kain bersih menampung air. INGAT ‼ apabila
anda ingin minum air, ambilah sedikit demi sedikit
jangan terlalu banyak agar tidak terjadinya muntah.

4) Tanaman rambat di hutan atau rotan


Potonglah dengan pisau setinggi mungkin yang dapat
di jangkau kemudian potong juga bagian bawahnya
yang dekat dengan tanah.

Air yang menetes dari tumbuhan tersebut dapat di


tampung langsung diteteskan kemulut.

5) Air yang tertampung pada daun-daun lebar, biasanya


setelah hujan ataupun embun di pagi hari, pada ruas
bambu dan pada bunga kantung semar. Untuk air dari
bunga kantung semar sebaiknya ditampung dan di
masak dulu karena sering terdapat serangga yang
sudah mati.
Sumber air yang harus dimasak dulu.
a) Air tergenang.
b) Air sungai besar.
c) Air yang didapat dari menggali pasir pada dasar
sungai kering ataupun daerah aliran sungainya.

Tanda dari hewan ke sumber air.


a) Hewan bertulang belakang.
Sebagian hewan bertulang belakang memerlukan
air secara tetap. Hewan memamah biak biasanya
hidup didekat air, dan akan selalu berusaha
berada disekitar sumber air. Jejak hewan ini akan
sangat jelas menuju kelembah kearah sumber
air.

b) Burung
Pemakan buah seperti burung merpati dll, tidak
akan jauh dari sumber air, binatang ini minum
pada pagi dan sore hari. Apabila burung ini

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 21


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terbang langsung dan rendah maka itu tanda


binatang menuju air, setelah minum burung
tersebut akan terbang dari pohon ke pohon dan
sering beristirahat.

Burung air dapat terbang jauh tanpa memerlukan


air sehingga tidak dapat digunakan sebagai
penolong pencari sumber air.

Burung pemakan daging mengambil air dari


darah mangsanya sehingga lintasan terbangnya
tidak dapat digunakan sebagai patokan lokasi
sumber air.

c) Hewan melata
Tidak dapat menjadi tanda dekat air karena
hewan ini mengumpulkan embun dan uap
lembab dari mangsa yang ditangkapnya.

d) Serangga
Sebagai tanda yang baik terutama lebah, mereka
bisa terbang sekitar 6,5 km dari sarang tetapi
tidak mempunyai jadwal tetap mencari air.
Semut sangat memerlukan air, sekumpulan
semut berbaris menuju pucuk pohon untuk
mengambil air yang terperangkap disana,
seringkali penampungan air ini satu-satunya
didaerah yang kering.
Beberapa jenis lalat berdiam sejarak 90 meter
dari sumber air.

Menahan air di dalam tubuh :


(1) Hindari pergerakan, istirahatlah.
(2) Jangan merokok.
(3) Bertahan ditempat yang sejuk, berteduhlah.
Jika tidak ada buatlah atap tempat
berlindung.
(4) Jangan berbaring ditempat yang panas atau
dipermukaan tanah yang dipanaskan.
(5) Makanlah sedikit mungkin, karena untuk
pencernaan makanan, kita memerlukan air
yang akan diambil dari tubuh kita apabila
kita kurang minum.
(6) Jangan minum alkohol/mengandung
alkohol.
(7) Jangan berbicara.
(8) Bernapas melalui hidung, jangan dengan
mulut
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 22
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

g. Api

Pada waktu akan menyalakan api harus diingat akan segi


tiga api, yaitu tiga unsur dimana api dapat menyala, unsur
tersebut adalah : UDARA, PANAS dan BAHAN BAKAR.
Pada saat menyalakan api dan membuat api unggun
pastikan selalu bahwa lokasi api unggun tersebut tidak
berdekatan dengan ranting dan daun kering atau benda lain
yang mudah terbakar.

Pada daerah yang lembab dan basah, sebelum menyalakan


api, kumpulkan dulu ranting-ranting kecil yang kering
sebagai penyala awal yang mudah terbakar, apabila ranting
kering ini sulit didapat buatlah serpihan kayu dengan
mengiris setipis mungkin kayu yang ada. Selain untuk
memasak, api pada malam hari adalah penghangat tubuh.
Menjaga serta memelihara api unggun saat malam hari
dalam keadaan survival akan sangat membantu menjaga
emosi dan kesadaran.

Untuk menyalakan api banyak cara yang dapat dilakukan


selain menggunakan korek api, tetapi ingat pada saat
menyalakannya diperlukan ketekunan dan kesabaran.

Cara yang dapat di lakukan :


1) Dengan lensa.
Dapat digunakan lensa kamera atau lensa teropong.
Jatuhkan titik api ( sinar matahari ) yang sudah melalui
lensa pada bahan yang mudah terbakar, yang paling
baik dan mudah terbakar adalah kawul, sejenis serat
halus yang ada pada ketiak pelepah aren atau kelapa.
2) Gesekan bambu dengan bambu ( Kayu kering )
Gesekanlah dua bilah bambu/kayu kering dan keras
sehingga panas dan mengeluarkan asap, simpanlah
didekat sumber panas bahan penyala dan gosok
kembali bambu tersebut hingga bahan penyala
terbakar.
Cara menggesek bambu ini harus tidak terputus-putus
dengan tempo gesekan yang cepat ( gerakan seperti
menggergaji) sampai penyala terbakar.
3) Pisau dengan batu
Bila pisau baja dibenturkan dengan batu ( jenis batu
yang keras ) hal ini akan mengeluarkan bunga api
yang dapat digunakan sebagai pembakar penyala,
tetapi bila bahan penyala tidak kering sekali bahan
penyala tidak akan cepat terbakar.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 23


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tindakan membuat api dengan cara ini akan efektif


bila menggunakan bahan penyalanya mesiu atau
cairan yang mudah terbakar.
4) Busur dan gurdi
Buatlah busur dan gurdi yang kuat dengan
menggunakan tali atau kawat halus, dengan busur itu
gurdikan sebelah kayu keras pada kayu yang lain,
sehingga panas dan mengeluarkan asap dan
segeralah taburkan / letakan bahan penyala agar
terbakar.

TEKNIK-TEKNIK PENCARIAN SAR

a. Perlengkapan Portable
Perlengkapan yang dibawa unit SAR hendaknya
diperhitungkan terlebih dahulu oleh SMC, secara umum
menyangkut hal sebagai berikut :
1) Komunikasi
Berupa radio, signal mirror maupun sarana komunikasi
lainnya.
2) Peralatan medis
Meliputi obat-obatan baik untuk korban maupun untuk
team pencari itu sendiri dan dapat diberikan droping
melalui udara.
3) Peralatan Navigasi
Berupa peta daerah pencarian yang menunjukkan
tanda-tanda alam maupun tanda buatan yang mudah
dikenal dimengerti oleh team SAR.
4) Perlengkapan operasi SAR
Perlengkapan yang memadai dan cocok untuk
dipergunakan dalam operasi pelaksanaan pencarian
seperti peralatan mountenering, gergaji, payung terjun
dan sarana lainnya.
5) Perbekalan/Makanan maupun minuman
Jatah makan dan minum untuk team pencari
hendaknya cukup untuk 48 sampai 72 jam.
6) Peralatan Dokumentasi
Berupa kamera maupun handycam untuk mengambil
gambar bukti adanya tanda-tanda terjadinya korban
untuk dianalisa kejadian musibah.
7) Peralatan untuk pertolongan korban
Berupa peralatan antara lain pemotong metal, kapak,

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 24


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tandu, body slit dan lainnya yang memungkinkan


dibutuhkan dalam usaha pertolongan korban.
8) Pengeras suara
Alat ini untuk mengatur pergerakan team pencari.

b. Pelaksanaan Operasi Pencarian

Operasi pencarian bila dilaksanakan di darat, laut maupun


dari udara disesuaikan dengan bentuk kejadiannya
Pencarian lewat udara lebih efektif, karena pesawat terbang
mempunyai kecepatan jelajah yang tinggi serta mempunyai
jangkauan panjang/pengamatan yang luas. Pencarian lewat
udara setidak-tidaknya berhasil memperkecil atau
mempersempit Search Area, sekali usaha
pencarian/penemuan tidak berhasil.

Sekalipun pada akhirnya korban dapat ditemukan, tetapi


untuk menentukan bagaimana korban yang sebenarnya
serta jumlahnya masih sangat sulit, mengingat bahwa pada
umumnya pesawat pencari bergerak dengan kecepatan 100
knots perjam. Untuk itu dari hasil penemuan lokasi kejadian
cepat dan untuk pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
macam cara yaitu :
1) Penyelamat dapat diterjunkan dengan payung udara.
2) Penyelamat diteruskan dengan Repling Helly.
3) Apabila memungkinkan pesawat dapat mendarat.
4) Penyelamat bergerak melalui darat.

Pelaksanaan pencarian meliputi beberapa tahap yaitu :


1) Persiapan
Dititik beratkan pada pengumpulan informasi tentang :
a) Lintasan obyek yang dicari.
b) Daerah pencarian/lokasi.
c) Titik star regu pencari.
d) Ukuran pesawat bila jumlah korban tidak
diketahui.
e) Methode yang harus dipakai.
f) Info tentang medan ( Flora, Fauna dan Cuaca).
2) Gerakan
a) Diawali dengan Doa.
b) Pelajari hasil pencarian 1 jam sekali.
c) Cek dan evaluasi pencarian hari itu.
d) Hentikan pencarian apabila cuaca buruk.
e) Jangan membuang bekas makanan, rokok dan
lainnya yang dapat mengaburkan survivor.
3) Menentukan Tehnik, Formasi dan Pola pencarian
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 25
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

4) Rescue ( Operasi Penyelamatan )


Sebenarnya didalam SAR Team Rescue ada tersendiri
namun demikian apabila team pencari dapat
menemukan korban, maka team pencari inilah yang
harus bertindak sebagai team Rescue sekalipun pada
tahap pertolongan pertama saja.
5) Emergency Care ( Pertolongan Penyelamat )
a) Pindahkan korban dari lingkungan yang
berbahaya.
b) Buatlah tempat istirahat yang baik.
c) Sediakan makan, minum dan kehangatan.
d) Laporkan pada OSC atau SMC.
e) Berikan PPPK sebatas kemampuan.
f) Mintalah identitas korban bila mungkin.
g) Berikan dukungan moril.
h) Tanyakan pada korban bila alergi obat-obatan.
i) Catat kejadian medis, Psikis dan hal yang
diklasifikasikan.
j) Periksa selalu keadaan korban dan ikuti terus
perkembangannya.
k) Bila mungkin mintalah keterangan pada korban
tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan
musibah yang terjadi untuk membantu
memudahkan pencarian lebih lanjut.
l) Bila evaluasi belum dilakukan, amankan korban
sedemikian rupa sehingga keadaannya tidak
menjadi lebih parah.
6) Aid ( Pertolongan )
Tujuan agar dapat dicapai jumlah maksimal yang
dapat diselamatkan dengan kemampuan team yang
terbatas.
Triage (Pengelompokan) ialah proses pengelompokan
korban dan memberikan fasilitas untuk pertolongan
pertama dan memberikan evakuasi nantinya.
Pelaksanaannya dilakukan sekaligus sambil
memberikan pertolongan pertama.
Adapun pengelompokannya sebagai berikut :
a) Korban luka ringan yang dapat diatasi sendiri
oleh survivor diberi tanda kartu warna HIJAU.
b) Korban luka yang tidak terlalu parah tetapi
memerlukan pertolongan agar tidak lebih parah
diberi kartu warna KUNING.
c) Korban dengan luka berat apabila tidak
mendapat pertolongan medis akan meninggal
dunia diberi tanda kartu warna MERAH
d) Korban yang luka sedemikian beratnya sehingga
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 26
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sekalipun mendapat pertolongan medis ia tetap


tidak bisa diselamatkan jiwanya diberi kartu
warna PUTIH.
e) Korban meninggal dunia diberi kartu warna
HITAM.

c. Sasaran SAR Polri

1) Menemukan kembali orang atau materil yang hilang


karena musibah.
2) Mencegah dan mengurangi kemungkinan dari
kerugian yang lebih besar.
3) Menyelamatkan dan memberi pertolongan kepada
korban.
4) Hindarkan hasil SAR Polri dari lingkungan yang tidak
menguntungkan dilokasi kejadian.
5) Bentuk usaha-usaha kemanusiaan dan membantu
meningkatkan moril kesatuan.
6) Membantu mempermudah penyelidikan.

d. Teknik Pencarian

1) Teknik pasif :
a) Teknik Menunggu
Disini team pencari menunggu hingga
korban/orang yang dicari muncul sendiri ke
tempat terbuka.
b) Teknik pembatasan/Pengepungan
Disini team mencoba membatasi ruang gerak
sasaran dengan menutup jalan keluar,
menempatkan pengamatan/ pencarian di tempat
yang strategis.
c) Menarik perhatian
Disini team mencoba menarik perhatian dengan
panggilan lewat pengeras suara dan lainnya.
2) Teknik Aktif
Teknik ini meliputi 4 cara :
a) Mencari tanda-tanda
Team pencari berusaha menemukan tanda-tanda
yang menjurus kepada adanya sasaran yang
dicari.
b) Pencarian Cepat
Team melakukan pencarian cepat dengan
mengikuti rute yang mungkin ditempuh sasaran,
menghindari rute yang penuh rintangan dan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 27
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

memeriksa daerah yang mencurigakan.


c) Pencarian Grid
Pencarian dilakukan oleh sejumlah orang diatur
dalam suatu garis lurus dengan tujuan bergerak
yang teratur dalam arah yang sama dengan
sasaran korban dan tanda-tandanya
d) Parameter Cut
Team melakukan pencarian guna menemukan
jejak, yang dikerjakan tegak lurus pada arah rute
perjalanan yang mungkin dilalui korban dan
pelaksanaannya melakukan
penerobosan/pemotongan terus menerus dan
bila menemukan tanda akan terus mencari
disekelilingnya.
e) Kombinasi
Demi mencapai hasil yang efektif, sering pula
ditempuh dengan cara menggabungkan antara
pasif dan aktif yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan sifat-sifat korban, cuaca, medan dan
sarana yang ada.

e. Formasi Pencarian

Formasi pencarian ada 2 macam yaitu :


1) Formasi bentuk untuk menuju kesuatu titik sasaran.
2) Formasi bentuk sebar untuk penyapuan lokasi
kejadian.

Bentuk bersap/sebar lebar

5 3 1 2 4

Keterangan gambar :
No. 1 : Dan Regu/penentu arah
No. 2 : Pembawa peta
No. 3 : PHB
No. 4 : Lines man/pembatas
No. 5 : Lines man/pembatas
Cara bergerak dalam penyapuan
1) Regu bergerak dari satu garis start ditentukan
dengan kompas.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 28


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Jarak antara anggota 2X pandangan mata.


3) Hubungan antara anggota dengan peluit atau
teriak.
4) Kalau mungkin setiap anggota dilengkapi dengan
radio atau HT
5) Jumlah anggota yang efektif 5 orang
6) Gerakan dari titik start dengan formasi sebar
lebar.
7) Selama bergerak perhatikan kelurusan dan
keadaan sekitarnya.
8) Jarak yang dicapai yakinkan dengan langkah.
9) Lines Man adalah poros putaran gerak.
10) Bila ada anggota yang tersesat, temukan lebih
dahulu baru bergerak kembali.
11) Hal-hal yang perlu diperhatikan selama bergerak:
a) Adanya potongan-potongan kecil atau
reruntuhan pesawat.
b) Bau-bauan yang selain bau hutan
c) Suara yang aneh.
d) Pohon / ranting yang patah
e) Kehadiran burung / binatang lain ditempat
itu
f) adanya tetesan minyak.
g) Tanda jejak manusia.
h) Suara-suara panggilan / rintihan.
i) Segala sesuatu yang mungkin akan
menunjukkan adanya korban

Bentuk sejajar

5 4 3 2 1

Keterangan Gambar :
No.1 : Penebas
No.2 : Penentu arah
No.3 : PHB
No.4 : Pengawas atau pembawa makanan
cadangan
No.5 : Pengukur Jarak

f. Pola-Pola Pencarian

1) Pola garis tunggal :

Dalam pola ini team terdiri dari sejumlah orang,


SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 29
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bersifat garis lurus, jarak antara masing-masing


anggota diatur sesuai dengan medannya. Pola ini
sukar pengaturannya apabila jumlah anggota semakin
banyak.

2) Pola garis dengan poros putar

Pola ini dapat dilaksanakan apabila team pencari


jumlahnya sedikit, sedangkan daerah pencarian lebih
luas.

3) Pola garis berganda:

I II III

a) Pola ini membantu memudahkan pengaturan


pencarian
b) Pemberangkatan diatur secara bertahap
c) Masing-masing team memadai batas pencarian
agar team lainnya tidak keliru mencari jalur
lainnya.

4) Pola silang berganda :

a) Daerah pencarian dijelajahi dari 2 (dua) arah


b) Kemungkinan menemukan korban lebih cepat
c) Arah pencarian saling silangnya harus tegak
lurus

g. Personel Pencari

Personel yang dipergunakan di darat sebaiknya benar-


benar dipilih yang berkondisi fisik yang sehat, kuat,
mengenal cara hidup diluar dan berpengalaman dalam
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 30
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tugas-tugas pencarian.

Besar kecilnya dan jumlah unit-unit pencari sangat


ditentukan oleh :
1) Jumlah personel yang tersedia.
2) Bentuk /macam medan yang dihadapi dimana
pencarian akan dilaksanakan.

Standarisasi Susunan Tim Pencari menurut Peraturan


Kapolri Nomor 25 Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

1) Personel Tim SAR Polri:


a) Tim SAR darat berjumlah 10 personel terdiri dari:
(1) Kepala Tim (Katim) : 1 orang;
(2) Penebas 1 : 1 orang;
(3) Penebas 2 : 1 orang;
(4) Pembidik Kompas : 1 orang;
(5) Pembidik Kompas 2 : 1 orang;
(6) Kesehatan lapangan : 1 orang;
(7) Logistik 1 : 1 orang;
(8) Logistik 2 : 1 orang;
(9) Komunikasi elektronika : 1 orang;
(10) Wakil Kepala Tim : 1 orang

b) Tim SAR air berjumlah 10 personel terdiri dari :


(1) Kepala Tim (Katim) : 1 orang;
(2) Juru mudi Perahu Karet: 1 orang;
(3) Penyelam 1 : 1 orang;
(4) Penyelam 2 : 1 orang;
(5) Penyelam 3 : 1 orang;
(6) Penyelam 4 : 1 orang;
(7) Pendayung/Keslap : 1 orang;
(8) Pendayung/Keslap : 1 orang;
(9) Pendayung/Keslap : 1 orang;
(10) Pendayung/Keslap : 1 orang.

2) Standarisasi Peralatan dan Perlengkapan:


a) Perorangan:
(1) PDL SAR : 1 stel;

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 31


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(2) Survival Kit : 1 set;


(3) Karabiner : 4 buah;
(4) Tali Prusik 3 meter : 2 buah;
(5) Figur 8 : 1 buah;
(6) Senter : 1 buah;
(7) Harnest : 1 set;
(8) Alat Komunikasi / HT : 1 buah;
(9) Helm pengaman : 1 buah;
(10) Ponco/Jas hujan : 1 pasang;
(11) Sarung tangan karet : 1 pasang;
(12) Sleeping Bed : 1 buah;
(13) Penunjuk waktu : 1 buah;
(14) Masker : 1 buah;
(15) Ransel : 1 buah;
(16) Tablet penjernih air : 1 kotak;
(17) Obat-obatan ringan : 1 kotak;
(18) Sebo : 1 buah;
(19) Wet Suit : 1 set;
(20) Goggle and Snorkel : 1 pasang;
(21) Webbing Set : 1 set;
(22) Fins : 1 pasang;
(23) Peralatan scuba : 1 set;
(24) Jaket pelampung
(life vest) : 1 bh
(25) Sepatu selam : 1 buah;
(26) Pisau selam : 1 buah;
(27) Jam tangan selam : 1 buah;
(28) Smoke signal
(isyarat asap) : 1 buah .

b) Unit atau Setingkat Regu (SRU)


(1) Tali kern mantel 50-100 m : 2 rol;
(2) GPS : 2 Unit;
(3) Kompas : 2 Unit;
(4) Pisau Penebas : 2 Buah;
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 32
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(5) Peta Digital & Laptop : 1 Unit;


(6) Solar Cell : 1 Unit;
(7) Handycam : 1 Unit;
(8) Holmatro : 1 Unit;
(9) Chain saw : 1 Unit;
(10) Peta : 3 lembar;
(11) Ascender set : 2 set;
(12) Descender set : 2 set;
(13) Tandu Lipat/Stretcher : 1 set;
(14) Peralatan P3K : 1 set;
(15) Teropong range vander : 3 Unit;
(16) Teropong malam : 3 Unit;
(17) Handphone satelit : 2 Unit;
(18) Alat penjernih air : 1 Unit;
(19) Breathing Apparatus : 3 Unit;
(20) Pistol Isyarat/Flare : 2 pucuk;
(21) Granat asap : 3 buah;
(22) Ransar : 1 Unit;
(23) Camera digital : 2 buah;
(24) Police line : 1 buah;
(25) Perahu Karet : 1 buah
(26) Dayung : 6 buah
(27) Ring Buoy/Pelampung : 2 buah
(28) Senter selam : 2 buah
(29) Motor Tempel : 1 set
(30) Kompresor Selam : 1 buah
(31) Tali Lempar : 4 buah
(32) Motor Selam : 2 unit
(33) GPS Marine : 2 unit
(34) Pistol isyarat/Flare : 2 pucuk
(35) Kamera kedap air : 2 buah
(36) Jangkar : 4 buah
(37) kantong mayat : 5 buah
(38) Kain Helly pad : 2 set

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 33


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(39) Wind shock : 1 buah


(40) Bendera isyarat : 1 set
(41) Teropong : 2 buah
(42) Megaphone : 2 buah
(43) Leg bag : 2 buah
(44) Senso : 2 buah
(45) senso Pemecah beton : 2 buah
(46) Alat pendeteksi : 2 buah.

c) Sub Detasemen :
(1) Tenda Peleton : 5 buah
(2) Generator Portable : 1 buah
(3) Kendaraan Roda 2 : 10 unit
(4) Ransar : 5 unit ;
(5) Kendaran APC : 2 unit ;
(6) Hellycopter : 1 unit ;
(7) Peralatan Berat : 3 unit ;
(8) Mesin Penjernih Air : 5 unit.

d) Untuk Komposisi Standar Peratan pada tingkat


Detasemen maupun Satuan Tugas SAR
merupakan penyatuan Standar Peralatan dari
satuan-satuan yang ada di tingkat bawahnya
sebagaimana telah diatur di atas.

6. Wilayah tanggung jawab SAR Polri

Wilayah tanggung jawab SAR meliputi seluruh wilayah territorial


Republik Indonesia, untuk efisiensi dan pembagian wilayahnya
ditetapkan oleh Kepala Basarnas.

untuk wilayah operasi SAR Polri diatur berdasarkan wilayah


hukum meliputi :
a. SAR Tingkat Mabes Polri bertanggung jawab atas seluruh
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. SAR Tingkat Polda bertanggung jawab atas seluruh wilayah
hukum Polda dan wajib memberikan bantuan serta
pengerahan potensi SAR kepada Polda terdekat yang
mengalami bencana atau musibah, pengerahan potensi
SAR dimaksud disesuaikan dengan situasi, kondisi dan
dampak bencana dan atau musibah yang terjadi.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 34


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Spesifikasi secara khusus terhadap Potensi SAR yang


dimiliki oleh Polri, pengerahannya disesuaikan dengan
situasi, kondisi dan dampak bencana atau musibah yang
terjadi, meliputi :

1) Potensi SAR yang dimiliki oleh Direktorat Polair


Baharkam Polri memiliki wilayah tanggung jawab SAR
diwilayah perairan sesuai dengan kewenangan yang
dimilikinya.
2) Potensi SAR yang dimiliki oleh Korps Lalu lintas Polri
memiliki wilayah tanggung jawab SAR terhadap
kecelakaan Lalu lintas.
3) Potensi SAR yang dimiliki oleh Korps Brimob Polri
memiliki wilayah tanggung jawab SAR darat
khususnya didaerah gunung, hutan dan atau dapat
diperbantukan dalam operasi SAR diwilayah perairan
maupun kecelakaan Lalu lintas yang memiliki resiko
yang cukup tinggi dalam penanganannya.
4) Potensi SAR yang dimiliki oleh Direktorat Sabhara
Baharkam Polri memiliki wilayah tangggung jawab
SAR darat kecuali daerah hutan.
5) Potensi SAR yang dimiliki oleh Poludara Baharkam
Polri merupakan satuan pendukung dalam
pelaksanaan operasi SAR baik SAR darat maupun
SAR Air dengan menggunakan sarana dan prasarana
yang ada.
6) otensi SAR yang dimiliki oleh Direktorat Satwa
Baharkam Polri merupakan satun pendukung dalam
pelaksanaan operasi SAR Darat dengan
menggunakan satwa.

7. Dukungan operasional SAR Polri

Dalam rangka mendukung kelancaran operasional SAR


diperlukan dukungan berupa :
a. Administrasi berupa Surat Perintah Tugas
b. Sarana prasarana, menggunakan sarana prasarana yang
ada pada kesatuan masing masing potensi SAR, atau
gabungan satuan fungsi Polri atau dari instansi pemerintah,
swasta dan atau unsur lainnya
c. Anggaran
d. Dukungan dalam pelaksanaan operasi SAR bersumber
pada:
1) Anggaran Dipa Polri, apabila operasi SAR dilaksanakan
oleh Mandiri Polri.
2) Anggaran Pemda (APBD) apabila SAR Polri
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 35
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

melaksanakan operasi gabungan dengan Unsur SAR


lain atas permintaan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah.
3) Penggunaan keuangan Negara (APBN), apabila SAR
Polri melaksanakan operasi gabungan atas permintaan
kepala BASARNAS, sesuai dengan kemampuan
keuangan Negara serta sumber pembiayaan lainnya
yang tidak mengikat.

8. Komando dan Pengendalian SAR

Agar dapat dilakukan koordinasi pengendalian dari unsur-unsur


yang ada, sehingga kegiatan menjadi efektif dan diharapkan
dapat mencapai hasil yang optimal maka perlu disusun tugas dan
tanggung jawab serta hubungan koordinasi atau pengendalian
antara lain :

a. SC ( SAR COORDINATOR)
Adalah pejabat pemerintah yang mempunyai wewenang
penyediaan fasilitas dalam rangka mendukung Operasi SAR
dan mengerahkan unsur-unsur SAR yang selanjutnya unsur
ini diserahkan kepada SMC untuk digunakan dalam operasi
SAR.
Tugas SC ( SAR COORDINATOR ) sebagai berikut :
1) Menyiapkan rencana yang matang.
2) Menunjuk SMC.

b. SMC (SAR MISSION COORDINATOR)


Adalah pejabat yang ditunjuk oleh kepala BASARNAS /
menentukan area pencarian, strategi pencarian yang telah
ditentukan atau telah melalui pendidikan SMC yang diakui.
disesuaikan dengan musibah yang terjadi. SMC
bertanggung jawab mengkoordinir dan mengendalikan
jalannya operasi SAR dari awal hingga akhir operasi.
Tugas SMC antara lain :
1) Mencari dan mengumpulkan serta mengelola informasi
yang ada hubungannya dengan musibah yang terjadi,
selanjutnya dituangkan dalam rencana operasi yang
antara lain mencakup :
a) Penentuan Search Area / Datum / MPP.
b) Fasilitas yang ada dan yang akan digunakan.
c) Unsur SAR yang akan digunakan.
d) Pola / Metode yang akan diterapkan.
e) Droping perbekalan bagi SRU maupun Korban.
2) Memberikan brifing pada unsur SAR yang akan / telah

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 36


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dilibatkan.
3) Mengevaluasi setiap perhubungan berdasarkan
laporan yang diterima, selanjutnya melaporkan
perhubungan tersebut kepada SC / SKR / KKR /
BASARNAS.
4) Menghentikan dan membebaskan unsur SAR jika
dipandang bantuan tidak diperlukan.
5) Menghentikan operasi SAR dengan pertimbangan
yang telah diperhitungkan.

Persyaratan-persyaratan SMC antara lain :


1) Memiliki kualifikasi tertentu serta kewenangan yang
dimilikinya.
2) Cepat dan tanggap dalam mengikuti perkembangan
dalam pelaksanaan operasi SAR.

c. OSC (ON SCANE COMANDER)


Adalah seorang pejabat yang ditunjuk oleh SMC untuk
mengkoordinasikan dan mengendalikan jalannya operasi
SAR di lapangan, yang berarti OSC melaksanakan
sebagian tugas dari SMC yang didelegasikan kepadanya.
OSC ditunjuk apabila SMC memandang perlu guna
membantu kelancaran tugas SMC. Dengan demikian
persyaratan seorang OSC sama dengan yang dimiliki
seorang SMC. Di Indonesia seorang OSC masih dirasakan
perlu, mengingat belum lancarnya komunikasi dan luasnya
wilayah Negara Indonesia.

Tugas OSC antara lain :


1) Mengembangkan rencana operasi SAR sesuai dengan
perubahan kondisi di lapangan.
2) Mengontrol dan mengkondisikan semua unit SAR
yang ditugaskan didaerahnya.
3) Senantiasa berkoordinasi dengan SMC melalui stasiun
radio dengan menggunakan canel yang telah
ditentukan.
4) Melaksanakan komunikasi dengan semua unsur SAR.
5) Menampung dan mengevaluasi informasi dari semua
unit.
6) Memberikan brifing dan instruksi pada unit-unit yang
masuk.
7) Mengumpulkan hasil pencarian setiap unit yang
diberangkatkan.
8) Jika terpaksa meninggalkan lapangan, OSC
memindahkan atau menyerahkan tugasnya kepada
unit SAR yang dapat dipercaya untuk melaksanakan
tugasnya sebagai OSC.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 37


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Informasi yang dibutuhkan OSC dari SMC antara lain


1) Unit SAR waktu tiba di lapangan, keberangkatan dan
posisi keberangkatan.
2) Cuaca dan Kondisi lapangan/daerah.
3) Semua perkembangan yang mempunyai hubungan
dengan misi dan perencanaan SAR seperti :
a) Modifikasi besar terhadap rencana SAR.
b) Permohonan untuk bantuan tambahan.
c) Search Area yang berhasil disapu dan perkiraan
tentang penemuan suatu target tertentu.
d) Penandaan terjadinya bencana atau musibah.
e) Rekomendasi unit tentang rencana operasi SAR
berikutnya.
f) Masuknya unit baru.

d. SRU (SEARCH AND RESCUE UNIT)


Adalah unsur-unsur SAR yang digerakan pada operasi SAR
dan mengikuti pertahapan penyelenggaraan operasi SRU
yang berupa unsur dari berbagai instansi yang
diperbantukan / ditugaskan oleh instansi induknya atau
merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang ingin
berpartisipasi dalam operasi tersebut.

Tugas SRU yaitu :


1) Mengerjakan rencana operasi SAR.
2) Melaporkan waktu tiba.
3) Memberitahukan kepada OSC tentang pencarian,
lama ditempat, perkiraan saat meninggalkan tempat
pencarian / kejadian.
4) Melaporkan kepada OSC setelah korban ditemukan.
5) Menyiapkan peralatan untuk menandai posisi semua
penemuan.
6) Apabila menemukan korban lakukan prosedur yang
berlaku.
7) Selesai melaksanakan tugas SAR membuat laporan
tertulis kepada OSC yang meliputi :
8) Hasil pencarian.
9) Cuaca, waktu dan sebagainya.
10) Cara pencarian yang dilakukan.

e. Petugas Brifing SAR


Apabila unsur SAR yang dilibatkan jumlahnya cukup besar
maka didalam pemberian brifing kepada para petugas SAR
, SMC menunjuk pembantu untuk tugas tersebut. Petugas
ini juga ditugaskan untuk memberikan brifing kepada media
massa tentang kemajuan serta hasil-hasil operasi SAR yang
sedang dilakukan.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 38


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f. LO ( LEASON OFFICER / PEJABAT PENGHUBUNG)


Apabila pejabat yang ditunjuk selama adanya misi SAR

Tugas LO antara alain :


1) Menyelenggarakan koordinasi yang lancar antara
unsur-unsur SAR yang diperbantukan kepada KKR
serta memberitahukan kepada KKR tentang fasilitas
yang diperbantukan / diperoleh dari unsur-unsur SAR.
2) Pabung dari pihak SAR dapat membantu memberikan
keterangan penting seperti latar belakang musibah,
situasinya dan kondisi korban.

g. KOMANDO BASE CAMP / POSKO DARURAT


Dalam melaksanakan SAR darat harus ditunjuk seorang
pejabat yang memimpin di posko / pangkalan. Syarat
komando posko haruslah orang yang sudah berpengalaman
memimpin suatu markas sehingga dapat lancar dalam
memberikan / menyeleggarakan hubungan bagi seluruh unit
SAR.
Tugas Base Camp antara lain :
1) Memberikan dukungan bagi petugas dari unit SAR
meliputi administrasi, komunikasi, angkutan dan
kesehatan.
2) Menyiapkan dan mengatur fasilitas pangkalan.
3) Merupakan depot bagi perlengkapan dan unit SAR.

Dalam operasi SAR Polri, pengerahan potensi SAR Polri


dilakukan atas perintah :
1) Kapolri melalui Asisten Kapolri bidang operasi (Asops
Kapolri) untuk tingkat Mabes Polri.
2) Kapolda melalui Kepala Biro Operasi (Karo Ops) Polda
untuk tingkat Polda.

Satuan kewilayahan penerima kekuatan potensi SAR Polri


dapat menggunakan kekuatan sesuai dengan kebutuhan
dan perkembangan musibah maupun bencana yang terjadi
diwilayahnya.

Penentuan penempatan personel SAR Polri berdasarkan


pertimbangan situasi dan kondisi musibah maupun bencana
yang terjadi, atas perintah SMC setelah berkoordinasi
dengan OSC yang ditugaskan oleh Polri berdasarkan surat
perintah.

OSC maupun pimpinan lapangan SAR Polri wajib


memberikan penjelasan kepada Kepala Satuan
Kewilayahan tentang prosedur maupun langkah-langkah

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 39


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang akan diambil dalam operasi SAR yang akan


dilaksanakan setelah menganalisa situasi dan kondisi yang
terjadi di lapangan.

Dalam keadaan darurat atau bencana yang berskala


nasional Kapolri bertindak selaku SC dan menunjuk Pejabat
dibawahnya untuk bertindak sebagai SMC dalam rangka
tanggap darurat terhadap musibah dan atau bencana yang
terjadi, sampai dengan SMC yang ditunjuk oleh Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) datang.

9. Struktur Organisasi SAR.

STRUKTUR ORGANISASI
BADAN SAR NASIONAL

BADAN SAR NASIONAL

INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA

RO REN ROKUM & RO


KEPEGAWAI
& KTLN AN UMUM

DEPUTI BIDANG DEPUTI BIDANG


POTENSI SAR OPERASI SAR
PUSDATIN
DIT SARPRAS BALAI
DIT SARPRAS
DIKLAT SAR KELOMPOK
DIT DILLAT &
JABATAN DIT DILLAT &
PEMASYARAKATAN
FUNGSIONAL PEMASYARAKATAN
SAR
SAR

KANTOR SAR
TIPE A/B

a. Pimpinan Basarnas berkedudukan dibawah dan bertanggung


jawab kepada Menteri Perhubungan.
b. Badan SAR Nasional bertugas melaksanakan pembinaan,
pengkoordinasian dan pengendalian potensi Search And
Rescue ( SAR ) dalam kegiatan SAR terhadap orang hilang
atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi hilang atau
menghadapi bahaya dalam penerbangan serta memberikan
bantuan SAR dalam penanggulangan bencana dan musibah

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 40


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lainnya sesuai dengan peraturan SAR Nasional dan


Internasional.
c. Kantor SAR adalah unit pelaksana tekhnis di bidang Search
And Rescue yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan SAR Nasional.
d. Kantor SAR dalam mempunyai tugas melaksanakan tindak
awal, koordinasi dan pengerahan potensi SAR dalam operasi
SAR terhadap musibah pelayaran dan penerbangan serta
memberikan bantuan SAR dalam rangka penanggulangan
bencana dan musibah lainnya.
e. Kantor SAR secara tekhnis administrative dibina oleh
Sekretaris Basarnas dan secara tekhnis fungsional dibina
oleh Kepala Pusat Bina Potensi SAR dan Kepala Pusat Bina
Operasi SAR.
f. Kantor SAR diklasifikasikan dalam 2 ( dua ) tipe yaitu :
1) Kantor SAR tipe A.
2) Kantor SAR tipe B

NAMA. TIPE DAN LOKASI KANTOR SAR

NO NAMA TIPE LOKASI


1. Kantor SAR Medan A Propinsi Sumut
2. Kantor SAR Jakarta A Propinsi DKI Jkrt.
3. Kantor SAR Surabaya A Propinsi Jawa Timur
4. Kantor SAR Denpasar A Propinsi Bali
5. Kantor SAR Makasar A Propinsi Sulut
6. Kantor SAR Biak A Propinsi Papua
7. Kantor SAR Banda Aceh B Propinsi NAD
8. Kantor SAR Padang B Propinsi Sumbar
9. Kantor SAR Pekan Baru B Propinsi Riau
10. Kantor SAR Tajng Pinang B Propinsi Kepri
11. Kantor SAR Palembang B Propinsi Sumsel
12. Kantor SAR Semarang B Propinsi Jateng
13. Kantor SAR Mataram B Propinsi NTB
14. Kantor SAR Kupang B Propinsi NTT
15. Kantor SAR Pontianak B Propinsi Kalbar
16. Kantor SAR Banjarmasin B Propinsi Kalsel
17. Kantor SAR Balikpapan B Propinsi Kaltim
18. Kantor SAR Kendari B Propinsi Sultenggr
19. Kantor SAR Manado B Propinsi Sulut
20. Kantor SAR Ambon B Propinsi Maluku
21. Kantor SAR Sorong B Propinsi Papua
22. Jayapura B Propinsi Papua
23. Kantor SAR Timika B Propinsi Papua
24. Kantor SAR Merauke B Propinsi Papua

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 41


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

ORGANISASI PELAKSANAAN SAR

1) Sederhana

sc

SMC

SRU

2) Sedang

SC

PA BUNG SMC PA BRIF

OSC

SRU SRU

3) Diperbesar

SC

SMC SMC

OSC OSC OSC OSC

SRU SRU SRU SRU SRU SRU SRU SRU

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 42


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

10. Pangkalan SAR

a. Untuk mendukung agar usaha-usaha Pencarian Dan


Pertolongan korban dapat berjalan lancar, sangat diperlukan
adanya pangkalan SAR yang sering kita sebut Posko.
Beberapa pangkalan SAR adalah sebagai berikut :
1) Portable Camp adalah pangkalan SAR yang
bersifatsementara dan digunakan dalam jangka waktu
pendek.
2) Splik Camp adalah pangkalan SAR yang sifatnya
sementara tetapi dapat dipergunakan untuk jangka
waktu lebih lama dibanding Portable Camp.
3) Base Camp adalah pangkalan SAR yang sifatnya lebih
mantap untuk dipergunakan untuk jangka waktu cukup
lama, memiliki perlengkapan cukup memadai, dapat
memberikan logistic utama.
4) Staging Area adalah tempat tertentu yang masih dalam
lingkungan Base Camp, mempunyai fungsi khusus
seperti mengurus masalah angkutan, perbekalan,
administrasi dan lainnya.
b. Fungsi dari pangkalan ini meliputi :
1) Posko atau pusat pengendalian pencarian dan
pertolongan.
2) Pusat komunikasi dimana diatur dan diselenggarakan
komunikasi dengan unsur-unsur SAR yang dilibatkan
dalam operasi.
3) Memberikan layanan kebutuhan perorangan.
4) Menyediakan peralatan perorangan yang berkaitan
dengan usaha-usaha SAR yang sedang dilakukan.
5) Merupakan demo angkutan.
c. Pemilihan suatu daerah/tempat untuk dapat dipergunakan
sebagai pangkalan SAR didasari pada
1) Letaknya dipilih cukup dekat dengan tempat pencarian
/musibah.
2) Ada sasaran jalan ke tempat itu sehingga angkutan
kedalam dari pangkalan tidak menjadi masalah/lancar.
3) Medannya cukup aman dalam arti tidak tebing, tempat
berbahaya bila turun hujan.
4) Tempatnya cukup luas bila dipergunakan bagi Heli Ped,
parkir kendaraannya, penyimpanan bahan bakar, pusat
komunikasi dan lain-lain.
5) Memiliki fasilitas air dan lainnya.
6) Bila tempat tersebut milik seseorang agar minta ijin
peminjaman untuk digunakan sebagai pangkalan SAR
serta pemberian ganti rugi apabila perlu melakukan
penebangan pohon yang ada, misalnya untuk
pembuatan Heli Ped dan lainnya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 43


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Pengertian Search And Rescue


Search And Rescue yang selanjutnya disingkat SAR adalah
usaha dan kegiatan mencari, menolong, dan menyelamatkan
jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau
menghadapi bahaya dalam musibah pelayaran, penerbangan,
bencana atau musibah lainnya yang timbul karena faktor
manusia maupun alam.

2. Unsur SAR bertugas melaksanakan operasi SAR dibawah


koordinasi dan pengendalian Badan SAR Nasional, unsur SAR
ini dapat berupa :
a. Potensi SAR TNI meliputi TNI Darat , Laut dan Udara.
b. Potensi SAR Kepolisian Republik Indonesia.
c. Potensi SAR Pemerintah meliputi Pemerintah Daerah,
Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai. Direktorat Keselamatan
Penerbangan, Hansip, Palang Merah Indonesia dan alin-
lain.
d. Potensi SAR Organisasi hobby meliputi organisasi
Aerosport Indonesia, Penyelam, Pramuka, Pecinta Alam,
Pendaki Gunung, ORARI, KRAP dan lain-lain.

3. Persyaratan Personel SAR


Untuk menghadapi / melaksanakan operasi SAR diperlukan
personel maupun fasilitas yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Memiliki dedikasi yang tinggi.
b. Memilki fisik dan mental yang baik.
c. Memiliki moril dan disiplin yang tinggi.
d. Memiliki Intelegensi yang cukup.
e. Memiliki standar kemampuan SAR

4. Operasi SAR dan tahapan-tahapannya


Operasi SAR adalah rangkaian kegiatan dari personel yang
terlatih dengan dukungan peralatan yang dapat digunakan untuk
memberikan bantuan pencarian dan pertolongan secara efektif
dan efisien terhadap korban manusia dan harta benda akibat
bencana, musibah pelayaran, penerbangan atau musibah
lainnya.
a. Operasi SAR Polri Meliputi
1) Kegiatan SAR yang dilakukan secara mandiri oleh
satuan-satuan Polri dibawah koordinasi pejabat yang
ditunjuk dalam Peraturan Kaporli No. 25 tahun 2011
2) Kegiatan SAR yang dilakukan atas permintaan
BASARNAS / Badan Penanggulangan Bencana
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 44
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Daerah dibawah koordinasi dan peng- organisasian


BASARNAS / BPBD
b. Lamanya Operasi SAR
Operasi SAR dilaksanakan dalam jangka waktu paling lama
7 (tujuh) hari, dalam hal dipandang perlu dapat
diperpanjang paling lama 7 (tujuh) hari
Operasi SAR yang telah dinyatakan selesai atau ditutup,
dapat dibuka kembali dengan pertimbangan adanya
informasi baru mengenai indikasi ditemukannya korban,
lokasi terjadinya bencana atau musibah.

Latihan
1. Jelaskan pengertian dan dasar hukum SAR !
2. Jelaskan sejarah dan unsur-unsur SAR !
3. Jelaskan persyaratan personel SAR !
4. Jelaskan operasi SAR dan tahapan – tahapannya !
5. Jelaskan survival dan teknik pencarian dalam SAR !
6. Jelaskan wilayah tanggung jawab SAR Polri !
7. Jelaskan dukungan operasional SAR Polri !
8. Jelaskan Komando dan pengendalian SAR !
9. Jelaskan struktur organisasi SAR !
10. Jelaskan pangkalan SAR !

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 45


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

HANJAR PERALATAN SAR


02
5 JP ( 225 menit)

Pengantar

Hanjar ini membahas materi tentang peralatan SAR yang meliputi


peralatan alat penyelamat/penolong dan peralatan menyelam.

Tujuan diberikan materi agar peserta pelatihan memahami peralatan


SAR dan cara penggunaannya

Standar Kompetensi

Memahami alat penyelamat/penolong dan selam serta penggunaannya

Kompetensi Dasar

Memahami alat penyelamat/penolong dan selam serta penggunaannya


Indikator hasil pelatihan:
1. Menjelaskan macam-macam alat penyelamat/penolong dan
penggunaannya;
2. Menjelaskan alat selam dan penggunaannya.

Materi Pelajaran

Pokok Bahasan:
Alat penyelamat/penolong dan penggunaannya.
Sub Pokok Bahasan:
1. Macam-macam alat penyelamat/penolong dan penggunaannya;
2. Alat selam dan penggunaannya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 46


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metoda Pembelajaran

1. Metoda ceramah.
Ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang peralatan
SAR.

2. Metoda tanya jawab.


Digunakan dalam setiap penjelasan pelatih yang belum
dimengerti peserta pelatihan serta permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran maupun berdasarkan pengalaman
peserta pelatihan.

3. Metoda Demontrasi.
Metoda ini digunakan dalam mendemontrasikan cara
penggunaan alat penolong dan alat selam.

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar

1. Alat/media:
a. Infocus;
b. laptop;
c. flipchart;
d. Sound system;
e. Wireless.

2. Bahan:
a. Alat tulis;
b. Kertas Flipchart/HVS.

3. Sumber Belajar:
a. Modul SAR;
b. Modul Menyelam.

Kegiatan Pembelajaran

1. Tahap awal: 10 menit


a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada para
peserta pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan,
bernyanyi, kegiatan yang menarik);

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 47


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan


indikator hasil belajar.

2. Tahap inti : 200 menit


a. Pelatih/Instruktur menyampaikan materi tentang peralatan
alat penolong dan selam
b. Pelatih/Instruktur mendemonstrasikan alat penolong dan
selam
c. Pelatih /instruktur memberi kesempatan peserta pelatihan
untuk bertanya tentang materi yang disampaikan.

3. Tahap akhir : 15 menit


a. Penguatan materi.
Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan
materi secara umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi pelatihan
dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada
peserta pelatihan.
c. Learning point.
Pelatih/instruktur merumuskan learning point, koreksi dan
kesimpulan dari materi pelatihan yang disampaikan kepada
peserta pelatihan.

Tagihan / Tugas

Peserta pelatihan mengumpulkan laporan hasil demontrasi peralatan


alat penolong dan selam

Lembar Kegiatan

-----------------------------------------------------------------------------------------------

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 48


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN
ALAT PENYELAMAT/PENOLONG

1. Macam-macam Alat Penyelamat/Penolong

a. Immersion suit
Dibuat dari bahan tahan air.
1) Dapat dilepas dari kemasan dan dikenakan tanpa
bantuan dalam waktu dua menit.
2) Dapat menutupi seluruh tubuh keuali muka, bagian
tangan harus dilindungi dengan sarung tangan khusus.
3) Dapat digunakan melompat dari ketinggian 4,5 meter
tanpa dimasuki air.
4) Pakaian cebur harus dimiliki setiap orang yang
terdaftar di sekoci penyelamat, pada kapal penumpang
dan barang dengan sekoci tertutup paling sedikit tiga
set harus dibawa.
5) Pakaian cebur akan melindungi panas tubuh dengan
cukup baik (ketika digunakan dengan tambahan baju
berenang), si pemakai dalam waktu satu jam di air
tenang dengan temperatur 5º C, temperatur tubuh
tidak turun lebih dari 2º

b. Thermal protective aid


1) Dibuat dari bahan tahan air dan mempunyai daya
serap panas tidak lebih dari 0,25 W/mk dibuat
sedemikian rupa sehingga mengurangi panas karena
kedinginan.
2) Mudah dipakai menutupi seluruh badan kecuali mata.
3) Harus berfungsi dengan baik pada suhu air laut antara
30º C – 20º C.

c. Rocket parachute
Rocket Parachute Flare/roket Obor Payung.
1) Saat ditembakkan roket harus vertikel, mencapai
ketinggian minimal 300 meter.
2) Menyala dengan warna merah terang dengan
kekuatan cahaya tidak kurang dari 30000 lilin.
3) Parasut tidak rusak selama obor menyala.

d. Hand flare
1) Menyala dengan warna merah terang dengan

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 49


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kekuatan cahaya 15000 lilin.


2) Waktu menyala tidak kurang dari satu menit.
3) Harus menyala setelah terendam air dalam waktu
sepuluh detik pada kedalaman 100 meter.

e. Bouyant smoke signal


1) Mengeluarkan asap dengan warna yang mudah
terlihat dalam waktu tidak kurang dari tiga menit bila
terapung di air tenang.
2) Tidak mengeluarkan api selama waktu penyalaan.
3) Terus-menerus mengeluarkan asap bila masuk ke
dalam air dalam waktu 10 setik dengan kedalaman
100 meter.
4) Ketiga alat tersebut ditempatkan/disimpan di dalam
tabung tahan air.

2. Kegunaan dan Tatacara Alat Penyelamat/Penolong

a. Immersion suit
Tata caranya:
1) Bentangkan immer suit di lantai
2) Masukan kedua kaki kanan dan kiri dalam posisi
duduk
3) Ikat kaki kanan dan kiri dengan pengikat yang ada di
imersuit,
4) Setelah kaki selesai selanjutnya berdiri dan masukkan
tangan kanan terlebih dahulu ke dalam imersuit
5) Gunakan penutup kepala dengan menarik
menggunakan tangan kiri dari belakang kepala
6) Masukan tangan kiri
7) Tarik risleting kearah atas untuk mengunci
8) Rekatkan penutup mulut dari kanan kiri
9) Cari daerah yang aman untuk melakukan lompatan
10) Setelah siap melompat ke dalam air dan posisi tubuh
terlentang diatas air

Kegunaannya

Untuk menormalkan suhu tubuh agar tidak terkena


hyporthermia

b. Thermal protective aid


Tata caranya:
1) Bentangkan tpa di lantai
2) Buka resleting TPA
3) Posisikan korban disamping TPA
4) Masukan tubuh korban kedalam TPA

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 50


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Setelah tubuh korban masuk lalu resletingkan kembali


TPA
6) Selalu ukur suhu tubuh korban
7) Setelah suhu tubuh korban dalam keadaan normal 27-
30 c lalu tubuh korban dikeluarkan kembali dalam
keadaan siuman

Kegunaannya:
Untuk menormalkan suhu tubuh

c. Rocket parachute
Tata caranya:
1) Cari posisi terbuka dan tidak terhalang untuk
meluncurkan roket parachute
2) Buka tutup yang berada dibawah tabung
3) Arahkan parachute kearah atas tegak lurus
4) Tarik tali picu pada bagian bawah tabung
5) Lakukan tembakan searah mata angina jangan
berlawanan

Kegunaannya
Untuk penanda meminta pertolongan siang dan malam hari

d. Hand Flare
Tata caranya:
1) Baca intruksi penggunaan yang tertera pada tabung
hand flare tersebut
2) Cari posisi aman dan terlihat dari segala penjuru
3) perhatikan arah angin
4) posisi hand flare tegak lurus keatas tidak mengarah ke
orang atau benda
5) Posisi badan kita membelakanginarah angina
6) buka tutup tabung
7) Dorong pengait kebawah tegak lurus dengan tabung
8) pegang dengan tangan kanan atau kiri dan acungkan
keatas
9) tarik klep pemicu kesamping atau keatas

Kegunaannya:
Untuk penanda posisi kapal/korban

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 51


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Alat selam dan penggunaannya

a. Jenis-jenis perlengkapan selam

HOO
D
BCD

SECOND STAGE
MASKER

WET SUIT
OCTOPUS

GLOVE
HOSE INFLATOR

DIVE WATCH

WIGHT BELT
SNORKEL

DIVE KNIFE

BOOTS

OPEN HELL/
ADJUSTABL
E HELL

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 52


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Kegunaan jenis-jenis perlengkapan dan peralatan selam

1) Snorkeling

Perlengkapan snorkeling adalah sub system


penyelamatan total dan perlengkapan dasar yang
digunakan untuk snorkeling. Peralatan snorkeling
terdiri dari dua peralatan yaitu :
a) Masker
Masker merupakan komponen pertama di system
snorkeling yang berfungsi sebagai jendela untuk
melihat dunia bawah air. Masker selam terbuat
dari bahan silicon bening atau berwarna karena
pertimbangan lebih tahan lama dari pada karet.

Ada dua tipe masker selam yaitu : yaitu masker


yang bervolume rendah dan masker bervolume
tinggi.

Ciri-ciri masker yang ideal adalah :


(1) Lensa masker harus terbuat dari tempered
glass (kaca yang sangat kuat) dengan
lapisan film yang dapat dibersihkan dengan
pembersih masker.
(2) Bingkai masker harus terbuat dari bahan
anti karat seperti plastik keras atau stainless
steel.
(3) Tali pengikat (strap) harus dapat
disesuaikan dengan mudah dan tidak
melorot. Tali harus terbagi dua di belakang
kepala atau cukup melebar untuk melekat
dengan aman di kepala.
(4) Alat pengunci otomatis (positive locking
device) yaitu alat pengunci otomatis yang
berfungsi mengatur tali pengikat dengan

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 53


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

cepat dan menguncinya di tempat.


(5) Kantong hidung (nose pockets/finger
pockets) berfungsi untuk menyesuaikan
tekanan di dalam telinga dan sinus sewaktu
penyelem turun semakin ke bawah dan
tekanan meningkat.
b) Snorkel
Snorkel adalah komponen kedua dalam sistem
snorkeling yang berfungsi untuk mengatur
pernafasan sewaktu berenang agar tidak
mengangkat kepala keluar dan dapat melihat ke
bawah dari permukaan air. Snorkel terbuat dari
pipa solid ada juga dari pipa flekibel.

Bagian-bagian snorkel adalah :

(1) Katup pembuang satu arah otomatis


Katup pembuang satu arah otomatis
berfungsi sebagai tempa penyimpanan
kelebihan air (reservoir) yang akan dibuang
secara efektif dari snorkel dengan setiap
hembusan nafas.
(2) Mouthpiece
Mouthpiece bentuknya lembut dan nyaman
sesuai dengan bentuk mulut dan dapat
diputar, yang berfungsi untuk mengatur
posisi yang paling nyaman dan didesain
dapat diganti apabila sudah rusak.
(3) Ventilasi kering atau setengah kering
Ventilasi kering atau setengah kering
berada di atas snorkel yang berfungsi
membantu mencegah percikan air masuk di
permukaan atau ke dalam pipa snorkel.

2) Sepatu katak (fins) dan alas kaki selam (sepatu


bot)

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 54


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Ada dua jenis sepatu katak (fins) yaitu :


a) Open heel
Sepatu katak (fins) jenis open heel adalah jenis
sepatu katak yang terbuka di tumit dengan tali
pengikat yang bisa diatur sesuai ukuran sepatu
bot /ukuran kaki. Open heel terbuat dari dari
bahan karet hitam polyurethane, thermoplastic
dan berbagai campuran plastik.
b) Full foot
Sepatu katak (fins) jenis Full foot yaitu jenis
sepatu katak yang menutup seluruh kaki. Full
foot terbuat dari dari bahan karet hitam
polyurethane, thermoplastic dan berbagai
campuran plastik.

Fungsi sepatu katak untuk memaksimalkan


dorongan dan meminimalkan upaya yang harus
dikerahkan (mengurangi gerakan kaki).

3) Perlengkapan pelindung selam

Perlengkapan pelindung terdiri dari :


a) Pakaian tipis untuk perairan hangat
Pakaian tipis untuk perairan hangat terbuat dari
bahan lycra/nilon, polypropylene atau neoprene
dan bahan kain lain yang direkatkan yang
merupakan laminasi dari berbagai bahan kain.
Jika dikombinasikan akan menjadi pakaian selam
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 55
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

yang lebih hangat dan lebih baik, tahan air, tahan


angin yang memungkinkan kulit bernafas dan
berdaya apung netral dibandingkan dengan
bahan lain.
b) Pakaian Selam Basah (Wet Suits). Pakaian ini
bisa menyimpan air di antara pakaian selam
basah Anda dengan kulit sehingga bisa
menyimpan panas. Pakaian selam ini digunakan
bila suhu air berkisar antara 50°F sampai 80°F
(I0°C-17oC).
c) Pakaian Selam Kering (Dry Suits). Pakaian ini
membantu agar penyelam tetap kering. Pakaian
ini dipakai bila suhu air di bawah 60°F (16°C).
Penyelam disarankan untuk tidak memakai
pakaian selam kering kecuali sudah pernah
mendapat penyuluhan atau kursus keahlian
khusus pakaian selam kering SSI.

4) Perlengkapan pada sistem pengaliran udara


a) Tabung udara (The Cylinder).
Tabung berisi udara agar penyelam bisa
bernapas di dalam air. Tabung udara yang
dikombinasikan dengan sistem pengaliran udara
membentuk satu unit peralatan scuba.

Ukuran normalnya mencakup 50 kaki kubik (1415


liter), 65 kaki kubik (1840 liter), 70 kaki kubik
(1981 liter), 80 kaki kubik (2264 liter). Bahan
(Materials tabung udara yang baik adalah besi
danalumunium.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 56


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Regulator

Alat regulator scuba memiliki dua mekanisme


yang terpisah, yaitu : regulator tahap pertama
dan regulator tahap kedua.
(1) Regulator Tahap Pertama (The First-Stage)
Sistem pengaliran udara tahap pertama
terpasang pada tabung udara. Kegunaan
Regulator Tahap Pertama mengurangi
tekanan pada tabung hingga tingkat
menengah yaitu sekitar 140 psi (10 bar) di
atas tekanan sekeliling, dan menjaga agar
tekanan tetap konstan saat penyelam turun
dan naik.
(2) Regulator Tahap Kedua (The Second-
Stage)
Kegunaan regulator tahap kedua adalah
untuk mengurangi tekanan menengah pada
selang hingga mencapai tekanan sekeliling
yang mempermudah pemapasan. Cara
kerjanya, di dalam regulator tahap kedua
terdapat sebuah ruang udara, pada saat
penyelam menarik napas, diafragma yang
fleksibel tertarik ke arah dalam, mengangkat
katup dari tempatnya, dan memasukkan
udara dari selang. udara sisa pernapasan
dikeluarkan melalui katup pembuangan satu
arah.
(3) Katup Pembuangan (Purge Valve)
Tombol di bagian luar mouthpiece
membantu udara memasuki ruang udara.
Katup ini digunakan untuk mengeluarkan air
dari mouthpiece dan mengalirkan udara
sebelum memindahkannya dari tabung.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 57


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) Sumber Udara Alternatif (Alternative Air


Sources).
Semua peralatan scuba harus mencakup
sebuah sumber udara kedua untuk
keamanan. Ini akan membantu agar dua
orang penyelam bisa bernafas dari sistem
scuba yang sama. Ini bisa digunakan dalam
keadaan kehabisan udara atau keadaan
darurat kerusakan regulator.
Ada beberapa pilihan disain sumber udara
altematif antara lain :
(a) Altematif Tahap Kedua (Alternate
Second-Stage).
Ada dua buah regulator tahap kedua
yang berasal dari satu regulator tahap
pertama yang sama. Yang pertama
disebut primary dan yang kedua
disebut secondary.
(b) Pompa yang lerpadu dengan Sumber
Udara Onfltor-lntegrated Air Source).
Sebuah regulator tahap kedua
dipasang pada pompa alat pengatur
daya apung (BC = buoyancy
compensator), atau pada selang
pompa tekanan rendah.
(c) Sistem Pernapasan Cadangan
(Redundant reathing System).
Sebuah tanki berukuran kecil yang
memiliki regulator sendiri dan terpisah
dari sistem scuba utama.

5) Perlengkapan pada sistem informasi (The


Information System)
a) Komputer Selam (Dive Computer).
Komputer selam adalah sebuah alat untuk
memproses data yang bisa memonitor waktu dan
kedalaman sambil menghitung teori muatan
nitrogen Anda. Komputer menawarkan banyak
fitur dengan merek dan jenis yang beragam.

Komputer selam menggunakan sebuah model


teoritis yang bisa memperkirakan fisiologi rata-
rata manusia, jadi tubuh penyelam bisa berbeda
dengan model komputer.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 58


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Alat Penghitung Tekanan Bawah Air (SPG


Submersible Pressure Gauge).
Alat ini bisa "menghitung bahan bakar"
penyelam. Disarankan agar penyelam memonitor
SPG terus-menerus selama penyelaman.
Alat ini dipasang pada regulator tahap pertama
(first-stage) dari sistem pengaliran udara pada
bagian katup tekanan tinggi. Alat ini bisa
menunjukkan seberapa banyak tekanan udara,
atau gas pernapasan, yang tersisa di dalam
tabung udara.

c) Alat Pengukur Kedalaman (Depth Gauge).

Memonitor kedalaman pada saat anda berada


saat itu. dengan demikian bisa diyakinkan bahwa
batas kedalaman yang direncanakan tidak
dilewati. Hal ini sangat penting untuk rencana
penyelaman. Manfaat alat pengukur kedalaman
memberitahu penyelam tentang kedalaman
tempat mereka berada.

d) Alat Penghitung Waktu (Timing Device).


Alat ini berguna untuk memberitahu
berapa lama penyelam telah berada dalam air.
Alat ini juga sangat penting untuk membuat dan
mengikuti rencana penyelaman.

(1) Komputer Selam (Dive Computer)


Biasanya komputer selam sudah memiliki
alat penghitung waktu.
(2) Jam Selam (Dive Watch)

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 59


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Jam ini bisa memiliki penunjuk analog atau


digital. Jam dengan penunjuk yang analog
harus memiliki penahan kaca satu arah dan
harus bisa tahan pada kedalaman paling
tidak 200 meter atau pada tekanan 20 ATM.
(3) Alat Penghitung Waktu Selam (Dive Timer)
Alat ini memiliki penunjuk digital dan
diaktivasi oleh tekanan seraya penyelam
naik/ turun. Alat ini merupakan fitur standar
pada komputer selam.
e) Kompas (Compass).
Kompas membantu penyelam untuk mengetahui
arah saat navigasi alami tidak dimungkinkan.
(1) Kompas Sisi Miring (Side-Reading
Compass)
Alat ini dipasang di pergelangan tangan
atau di panel pengendali. Alat ini bisa di
baca dari bagian atas atau samping.
(2) Kompas Navigasi Atas (Top-Reading
Navigational Compass)
Alat ini bisa menunjukkan jalan yang ada di
depan dengan akurat untuk membantu
navigasi kembali. Alat ini dipasang pada
pergelangan tangan atau pada panel
pengendali.
(3) Kompas Digital (Digital Compass)
Alat ini menyediakan lebih banyak informasi
daripada Kompas yang standar.
Catatan: Penggunaan kompas akan
dipraktekkan pada kursus ini, sedangkan
untuk mempelajari keahlian navigasi di

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 60


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

bawah air dengan baik direkomendasikan


agar Anda mengambil sebuah kursus ahli
navigasi SSI.
f) Thermometers.
Alat ini mencatat suhu pada lokasi penyelaman.
Banyak alat digital dan komputer selam yang
sudah memiliki thermometer.
g) Konfigurasi Sistem Informasi (Information System
Configurations).
Ada tiga konfigurasi sistem informasi utama yang
kemungkinan akan Anda temui.
(1) Sistem Pertama (System 1)
Sistem ini merupakan Sistem komputer
udara dan kompas terpadu (Air Integrated
Computer and Compass). Ini merupakan
kombinasi terbaik untuk memberikan
penyelam dengan informasi yang paling
banyak.
(2) Sistem Kedua (System 2)
Sistem ini merupakan gabungan antara
komputer selam, SPG dengan petunjuk
analog dan kompas. Sistem ini adalah
konfigurasi yang paling umum digunakan.
Sistem ini memenuhi kebutuhan penyelam
tetapi tidak memberikan keuntungan
mengenai peghitungan udara terpadu.
(3) Sistem Ketiga (System 3)
Sistem ini merupakan penel pengedali
analog. Sistem ini merupakan sistem
tradisional dengan SPG petunjuk analog,
alat pengukur kedalaman, dan
kemungkinan sebuah kompas. Alat ini tidak
memberikan perhitungan penyerapan
nitrogen seperti layaknya sebuah komputer
selam.

6) Perlengkapan pada sistem catatan penyelaman


total (The Total Dive Log System)
Sistem ini memperkenalkan catatan penyelaman SSI.
Tujuannya adalah untuk mulai menekankan
pentingnya catatan penyelaman sebagai alat
penyimpan catatan.

7) Perlengkapan pada Sistem Pengatur Daya Apung


(The Buoyancy Control System)

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 61


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a) Alat Pengukur Daya Apung (The BC = The


Buoyancy Compensator).
(1) Tujuan. Alat ini bisa mempermudah naik,
turun, daya apung netral dan mengambang
di permukaan dengan menetralkan daya
apung negatif di bawah air. Desain BC
dibuat berdasarkan prinsip Archimedes.
(2) Prinsip Archimedes (Archimedes's
Principle). Prinsip ini menyatakan bahwa
sebuah benda (penyelam) terapung jika
diberikan daya yang setara dengan berat air
yang ditempati. BC akan menggantikan
berat penyelam dan
perlengkapan, dan jenis sistem pelindung
sehingga penyelam bisa naik, turun, atau
mendapat daya apung netral.
b) Fitur Sistem Pengendali Daya Apung (Buoyancy
Control System Features)
(1) Inflator / Pompa
Mekanisme pompa mencakup inflator daya
dan mulut.
(a) Inflator Daya (Power Inflator)
Pompa ini menggunakan udara
bertekanan rendah dari tabung udara
untuk memompa BC.
(b) Pipa penambah udara dengan
menggunakan mulut (Oral Inflator)
Alat ini secara manual akan
memompa BC dengan meniupkan
udara ke dalam mouthpiece.
(2) Deflator / Pengempis
Udara dilepaskan dari BC dengan
menggunakan dua metode.
(a) Tombol Kontrol Manual (Manual
Control Button)
Jika menekan tombol mengempiskan
pada mekanisme pompa maka udara
akan dibuang secara perlahan dari
BC.
(b) Katup Pembuangan (Dump valve)
Katup ini diaktifkan dengan menarik
tali atau tuas, atau menarik selang
pompa.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 62


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Sumber Pompa Udara Terpadu (Inflator-


lntegrated Air Source).
Berfungsi mengkombinasikan pemasangan
pompa dengan sumber udara cadangan.
(4) Sistem Pemberat terpadu (Integrated
Weight System).
Sistem ini biasanya dipasang pada BC,
sehingga ikat pinggang pemberat tidak
dibutuhkan. Lihat lah panduan pabrik untuk
mengetahui informasi cara melepaskan
sistem pemberat.
(5) Daya Angkat SDA
Daya Angkat adalah jumlah beban yang
bisa ditahan oleh BC. Daya ini ditentukan
oleh volume udara yang akan ditahan BC.
c) Beban yang Tepat (Proper Weighting).
Beban akan menetralkan daya apung netral dari
tubuh penyelam dan daya apung dari pakaian
pelindung bila tujuan penyelam adalah daya
apung netral.
Ikat Pinggang Pemberat (Weight Belts)

(1) Ikat Pinggang (Belt)


Ikat pinggang yang dianyam dengan nylon
dan neoprene dengan kantung pemberat,
ikat pinggang anyaman dengan kantung
pemberat. Bila perlu kecilkan panjang ikat
pinggang agar tidak ada kelebihan bahan
saat dikaitkan.
(2) Gesper (Buckle), gesper sebaiknya mudah
dilepaskan.
(3) Pemberat
Pemberat bisa terbuat dari timah hitam,
timah hitam yang dilapisi, dan paket berisi
gotri (logam bulat).
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 63
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

8) Perlengkapan tambahan
a) Bagasi Penyelam (Diver's Luggage).
Berfungsi untuk melindungi, menyimpan dan bisa
dibawa bersama dengan perlengkapan.
Persyaratan untuk bagasi penyelam :
(1) Ukurannya harus cukup besar untuk
menyimpan perlengkapan.
(2) Mempunyai daya tahan dan berguna
(Durable and Versatile).
(3) Bagasi harus tahan terhadap perjalanan
tetapi mudah dibawa.
(4) Alat pengunci (Locking Device).
Alat Pengunci berguna untuk mengunci tas
saat bepergian.
(5) Roda (Wheels).
Roda berguna untuk mempermudah
gerakan saat bepergian
b) Bendera dan Pelampung (Flags and Floats)
Bendera dan pelampung digunakan di
permukaan untuk menunjukkan kepada para
pengguna kapal bahwa ada penyelam di bawah
air.
(1) Bendera Penyelam rekreasi (Recreational
Diver's Flag).
(2) Bendera Alpha (Alpha Flag) di gunakan di
dunia intemasional.
c) Alat Pemberi Isyarat (Signaling Devices)
Alat ini digunakan untuk menarik perhatian saat
terjadi masalah. Alat ini bisa berupa :
(1) Peluit dan Alarm (Whistles and Alarms).
(2) Suar Isyarat (Signal Flares).
(3) Penanda Permukaan Air yang Dapat Di
pompa (Inflatable Surface Marker).
(4) Peralatan yang Dapat lerdengar di Dalam
Air (Underwater Audible Devices).

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 64


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

9) Lampu penerangan bawah air

Lampu ini bisa menambah warna pada penyelaman.


Alat ini diperlukan untuk penyelaman di malam hari.
a) Senter Bertenaga Baterai Bawah Air (Battery
Powered Underwater Flashight)
(1) Senter ini sebaiknya tahan air dan tersedia
dalam ukuran yang bermacam-macam,
berdaya tahan dan berdaya penerangan
(Watt).
(2) Senter ini bisa menggunakan baterai yang
dapat diisi ulang atau baterai yang tidak
dapat diisi ulang.
b) Lampu Penerangan Berbahan Kimia (Chemical
Glow Lights)
Lampu ini menggunakan bahan bakar kimia
campuran untuk pencahayaan. Lampu ini bisa
membantu penyelam agar dapat menemukan
partner menyelamnya saat menyelam di malam
hari.
c) Lampu Penerangan Bertenaga Baterai (Battery
Powered Glow Lights).
Lampu ini merupakan lampu pribadi, dan tidak
seperti lampu penerangan berbahan kimia,
lampu ini bisa digunakan berulang kali.
d) Peralatan Penyelam (Diver's Tool)
Peralatan ini merupakan peralatan yang
berguna tetapi bukan senjata

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 65


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Macam-macam alat penyelamat/penolong


a. Immersion suit
b. Thermal protective aid
c. Rocket parachute
d. Hand flare
e. Bouyant smoke signal
2. Jenis-jenis perlengkapan selam
a. Snorkeling
Peralatan snorkeling terdiri dari dua peralatan yaitu :
1) Masker
2) Snorkel
b. Sepatu katak (fins) dan alas kaki selam (sepatu bot)
Ada dua jenis sepatu katak (fins) yaitu :
1) Open heel
2) Full foot
c. Perlengkapan pelindung selam
3. Perlengkapan pada sistem pengaliran udara
a. Perlengkapan pada sistem informasi (The Information
System)
b. Perlengkapan pada sistem catatan penyelaman total
(The Total Dive Log System)
c. Perlengkapan pada Sistem Pengatur Daya Apung (The
Buoyancy Control System)
4. Perlengkapan tambahan
a. Bagasi Penyelam (Diver's Luggage).
b. Bendera dan Pelampung (Flags and Floats)
c. Alat Pemberi Isyarat (Signaling Devices)

Latihan

1. Jelaskan macam-macam alat penyelamat/penolong !


2. Jelaskan kegunaan dan tatacara alat penyelamat/penolong !
3. Jelaskan alat selam dan penggunaannya !

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 66


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

KEMAMPUAN PELAKSANAAN SEARCH


HANJAR
AND RESCUE (SAR)
03
50 JP ( 2.250 menit)

Pengantar

Hanjar ini membahas materi tentang kemampuan pelaksanaan SAR


yang meliputi PPGD, Water Rescue, pengoperasian motor tempel dan
Basic Safety Training (BST)

Tujuan diberikan materi agar peserta pelatihan memahami serta


memiliki kemampuan pendukung dalam kegiatan SAR.

Standar Kompetensi

Terampil melaksanakan SAR perairan.

Kompetensi Dasar

1. Memahami dan terampil melakukan Pertolongan Pertama Gawat


Darurat (PPGD)
Indikator hasil pelatihan:
a. Menjelaskan prinsip-prinsip umum PPGD;
b. Menjelaskan teknik pernapasan buatan, penanganan
pendarahan, syok, luka bakar, melepuh dan tersengat listrik
c. Mensimulasikan PPGD.

2. Memahami dan terampil melakukan water rescue.


Indikator hasil pelatihan:
a. Menjelaskan cara berenang;
b. Menjelaskan cara menyelam;
c. Menjelaskan cara mendayung;
d. Mempraktikkan berenang, menyelam dan mendayung.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 67


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Memahami dan terampil dalam mengoperasikan motor tempel


dan perahu karet.
Indikator hasil pelatihan:
a. Menjelaskan tahapan-tahapan mengoperasikan motor
tempel dan perahu karet;
b. Mempraktikkan pengoperasian motor tempel dan perahu
karet.

4. Memahami dan terampil dalam melakukan Basic Safety Training.


Indikator hasil pelatihan:
a. Menjelaskan prinsip-prinsip keselamatan dan teori api;
b. Menjelaskan pencegahan kebakaran;
c. Menjelaskan peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak
tetap;.
d. Menjelaskan metode pemadam kebakaran;
e. Menjelaskan cara penyelamatan jiwa di laut dan evakuasi
korban;
f. Mensimulasikan Basic Safety Training (BST).

5. Terampil dalam melakukan SAR perairan secara terintergrasi


Indikator hasil pelatihan:
- Mempraktekkan SAR perairan secara terintergrasi

Materi Pelajaran

1. Pokok Bahasan:
Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)
Sub Pokok Bahasan:
a. Prinsip-prinsip umum PPGD;
b. Teknik pernapasan buatan, penanganan pendaraan, syok,
luka bakar, melepuh dan tersengat listrik.

2. Pokok Bahasan:
Water Rescue
Sub Pokok Bahasan:
a. Cara berenang;
b. Cara menyelam;

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 68


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Cara mendayung.

3. Pokok Bahasan:
Mengoperasikan motor tempel dan perahu karet
Sub Pokok Bahasan:
- Tahapan-tahapan mengoperasikan motor tempel dan
perahu karet.

4. Pokok Bahasan:
Basic Safety Training (BST)
Sub Pokok Bahasan:
a. Prinsip-prinsip keselamatan dan teori api;
b. Pencegahan kebakaran;
c. Peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap;.
d. Metode pemadam kebakaran;
e. Cara penyelamatan jiwa di laut dan evakuasi korban.

Metoda Pembelajaran
1. Metoda ceramah.
Ceramah digunakan untuk menjelaskan materi tentang
pendukung SAR.

2. Metoda tanya jawab.


Digunakan dalam setiap penjelasan pelatih yang belum
dimengerti peserta pelatihan serta permasalahan yang muncul
dalam proses pembelajaran maupun berdasarkan pengalaman
peserta pelatihan.

3. Metoda praktek.
Metoda ini digunakan dimana peserta melakukan Water Rescue,
dan pengoperasian motor temple.

4. Metoda Simulasi.
Metoda ini digunakan dimana peserta melakukan PPGD dan
BST.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 69


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat/media, Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat/media:
a. Infocus;
b. laptop;
c. flipchart;
d. Sound system;
e. Wireless;
2. Bahan:
a. Alat tulis;
b. Kertas Flipchart/HVS.

3. Sumber Belajar:
a. Modul PPGD;
b. Modul Basic Safety Training (BST).

Kegiatan Pembelajaran
1. Tahap awal: 15 menit.
a. Pelatih/instruktur memperkenalkan diri kepada parapeserta
pelatihan;
b. Pelatih/instruktur melakukan pencairan (permainan,
bernyanyi, kegiatan yang menarik);
c. Pelatih/instruktur menyampaikan kompetensi dasar dan
indikator hasil belajar.

2. Tahap inti : 2.225 menit


Tahap inti I : 425 menit.
a. Peserta pelatihan mensimulasikan PPGD di bawah
bimbingan pelatih/instruktur;
b. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi PPGD
c. Pelatih/instruktur membahas hasil simulasi dan
memberikan saran masukan untuk penyempurnaan.
Tahap inti II : 450 menit
a. Peserta pelatihan mempraktekkan water rescue di bawah
bimbingan pelatih/instruktur;
b. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya praktek water
rescue
c. Pelatih/instruktur membahas hasil praktik dan memberikan
saran masukan untuk penyempurnaan.
Tahap inti III : 450 menit

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 70


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

a. Peserta pelatihan mempraktikkan pengoperasian motor


tempel dan perahu karet
b. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya praktik
pengoperasian motor temple dan perahu karet
c. Pelatih/instruktur membahas hasil praktik dan memberikan
saran masukan untuk penyempurnaan.
Tahap inti IV : 450 menit
a. Peserta pelatihan mensimulasikan Basic Safety Training
(BST)
b. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya simulasi Basic
Safety Training (BST)
c. Pelatih/instruktur membahas hasil simulasi dan memberikan
saran masukan untuk penyempurnaan.
Tahap inti V : 450 menit
a. Peserta pelatihan mempraktikkan dan mensimulasikan SAR
perairan secara terintegrasi berdasarkan skenario yang ada
b. Pelatih/instruktur memfasilitasi jalannya praktik dan
simulasi SAR perairan secara terintegrasi
c. Pelatih/instruktur membahas hasil praktik dan simulasi serta
memberikan saran masukan untuk penyempurnaan.

3. Tahap Akhir: 10 menit.


a. Penguatan materi.
Pelatih/instruktur memberikan ulasan dan penguatan materi
secara umum.
b. Cek penguasaan materi.
Pelatih/instruktur mengecek penguasaan materi dengan
bertanya secara lisan dan acak kepada peserta pelatihan;
c. Learning point.
Pelatih/instruktur merumuskan learning point/koreksi dan
kesimpulan dari materi yang disampaikan kepada peserta
latihan.
Pelatih memberi tugas kepada peserta pelatihan secara
individual untuk merangkum materi

Tagihan / Tugas

-----------------------------------------------------------------------------------------------

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 71


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Lembar Kegiatan

SKENARIO
Pada hari senin tanggal 25 Maret 2019 KM. Maju Utama mengalami
kebakaran dikamar mesin, asap memenuhi ruang kamar mesin dan
akomodasi, perwira jaga kapal menghidupkan alarm kebakaran, dan
memerintahkan seluruh ABK berkumpul di muster station (titik kumpul),
setelah seluruh ABK berkumpul dibagi tugas sesuai dengan peran-
peran dalam kebakaran dalam sijil kapal.

ABK kapal KM Maju Utama berjumlah 25 orang, sesuai dengan peran-


peran penanganan kebakaran maka ABK dibagi menjadi 5 kelompok :

1. Kelompok pemadaman api


a. Mempersiapkan Peralatan pemadam kebakaran yang terdiri
dari
1) Pemadam api jinjing yang multi fungsi
2) Alat pendobrak pintu
3) Pakaian tahan api
4) Masker udara beserta tabung
5) Senter
6) Tali jiwa untuk pengaman tubuh
b. Pelaksanaan
1) Menuju ke ruangan yang merupakan sumber api
2) Melakukan pemdaman dengan cara menyemprotkan
pemadam api jinjing
3) Pencarian korban dalam ruangan tersebut serta
mengevakuasi korban ke tempat aman

2. Kelompok meluncurkan life raft


a. Pelaksanaan
1) Menuju ke life raft yang akan diluncurkan
2) Melemparkan life raft kelaut
3) Menarik Tali pengembang liferaft
4) Apabila liferraft mengembang terbalik maka ABK
bertugas membalikan posisi life raft
5) Setelah liferaft mengembang dengan sempurna tali
pengaman jangan dilepaskan sebelum abk dan korban
masuk kedalam life raft tersebut

3. Kelompok perahu karet dan motor temple


a. Tahap Persiapan
1) Bawa perahu karet yang belum terpasang ke deck
terbuka
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 72
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Lakukan pemasangan perahu karet tahap pertahap


3) Siapkan mesin temple beserta kuncinya
4) Siapkan tanki BBM beserta selangnya
b. Tahap pelaksanaan
1) Luncurkan perahu karet ke laut
2) Ikatkan tali perahu karet pada reling kapal
3) Turunkan mesin temple dan perlengkapannya
4) Lakukan pemasangan mesin

4. Kelompok Selam
a. Persiapan
1) Siapkan peralatan selam beserta kelengkapannya
2) Cek tabung udara
3) Cek karet karet seal pada peralatan tersebut
b. Pelaksanaan
1) Gunakan pakaian selam
2) Pakai peralatan selam
3) Lakukan back roll ke laut untuk melakukan pencarian
korban tenggelam

5. Kelompok PPGD
a. Persiapan
1) Siapkan peralatan PPPK
2) Siapkan Tandu
3) Siapkan Tabung oksigen beserta kelengkapannya
4) Siapkan thermal protective aid
b. Pelaksanaan
1) Lakukan pertolongan pertama pada korban
2) Untuk korban pingsan akibat asap lakukan
pemasangan oksigen
3) Untuk korban tenggelam lakukan Cardiopulmonary
resuscitation ( CPR)

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 73


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

POKOK BAHASAN 1
PERTOLOGAN PERTAMA GAWAT DARURAT (PPGD)

1. Prinsip-prinsip umum PPGD

1. Pengertian PPGD

PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat


PMD : Pertolongan Medik Darurat
Arti nya memberi perawatan darurat bagi korban, sebelum
mendapat pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau
petugas kesehatan lainnya.

Tujuan PPGD :
a. Menyelamatkan jiwa korban.
b. Mencegah, membatasi bahaya cacat, dan infeksi.
c. Meringankan penderitaan korban

2. Pokok-pokok tindakan PPGD


1) jangan panik dan bertindak cekatan.
2) perhatikan pernapasan dan denyut jantung, bila perlu
lakukan Cardiopulmonary resuscitation (tindakan
pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti
napas karena sebab-sebab tertentu).
3) hentikan pendarahan, bila ada.
4) perhatikan tanda-tanda syok.
5) jangan buru-buru memindahkan korban, kecuali dalam
keadan kebakaran.
6) cegah aspirasi muntahan dengan cara memiringkan
kepala ke kiri atau ke kanan.

3. Obat dan peralatan PPGD


1) Obat-obatan
a) Pelawan rasa sakit :
(1) Acetosal.
(2) Antalgin.
(3) Paracetamol.
(4) Ponstan.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 74


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) Diare/Mules :
(1) Trisulfa.
(2) Norit.
(3) Papaverin.
(4) Baralgin.
(5) Oralit.
(6) Diatab.
c) Obat anti alergi :
(1) CTM.
(2) Incidal.
(3) Avil.
d) Obat mata :
(1) Tets mata (Sulfa zinsi, colme).
(2) Zalf mata antibiotic (kemicin zalf mata).
(3) Boor water.
e) Obat luka/luar :
(1) Mercurichroom 2%.
(2) Betadhin Solution.
(3) Rivanol Solution 0,02%.
(4) Bioplacenton Jelly.
(5) Zal antibiotic.
f) Obat-obat lain :
(1) Amoniak.
(2) Obat gosok.
(3) Cologne.
(4) Garam dapur/soda kue.
(5) Ephedrin.
g) Obat Anti Infeksi
Antibiotik :
(1) Ampicyllin.
(2) Chloramphenicol.
(3) Tetracyclin.
Sulfa :
(1) Bactrim.
(2) Trisulfa.
(3) Septrim.

2) Peralatan
a) Alat balut :
(1) Pembalut pita pajang 4 meter x lebar
(2,5cm, 5 cm, 7 cm, 10 cm).
(2) Pembalut segitiga (mitella).
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 75
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Kasa steril.


(4) Kapas putih.
(5) Plester.
(6) Sofratulle.
b) Alat perawatan :
(1) Bidai
(2) Gunting
(3) Pinset
(4) Senter
(5) Thermometer
(6) Torniket
c) Lain-lain, seperti : Tandu, tabung CO2

4. Penilaian tanda kehidupan


1) Kesadaran
Compos Mentis (kesadaran normal), Apatis, Somnelent
(kesadaran menurun), Soporus (kondisi tidak sadar),
Koma
2) Pernafasan
Penilaian dengan melihat/meraba dinding perut/dinding
dada. Frekuensi normal 18-25/menit
3) Nadi
pemeriksaan dilakukan dengan memegang pembuluh
nadi pada pergelangan tangan.
4) Tekanan darah
alat yang digunakan: Tensimeter, cara penggunaannya:
a) Pasang manset tensimeter pada lengan atas
penderita (2 jari atas lipat siku)
b) Pompa air raksa sampai atas
c) Stetoskop dipasang pada telinga, platnya
diletakan pada lipat siku penderita
d) Air raksa diturunkan sampai kemudian terdegar
bunyi pertama (sistolik) dan bunyi terakhir (distolik)
5) Suhu
Alat yang digunakan Thermometer (celcius), cara
penggunaan:
a) Letakkan Thermometer pada ketiak penderita ± 10
menit, lihat hasilnya (normal 36%)
b) Thermometer dapat pula dilettakkan di mulut atau
anus
6) Pupil
Pupil ialah anak bola mata yang diperiksa reflexnya.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 76
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Alat yang digunakan adalah senter.


Cara penggunaan :
a) Sinari dengan senter
b) Bila pupil bergerak menjadi kecil, berarti reflex
pupil positif, dalam artian masih ada tanda
kehidupan.

5. Luka
Luka adalah peristiwa dimana jaringan tubuh ada yang
terputus, tersobek, rusak oleh sesuatu sebab, misal karena
kecelakaan, tertusuk, tertembak, terpukul, jatuh, dsb.
Sebagai akibatnya menimbulkan pendarahan, patah tulang,
inpeksi, dan lainnya.

Jenis-jenis luka berdasarkan sebabnya,terdiri dari :


1) Luka iris.
2) Luka gigitan binatang,
3) Luka gores/parut,
4) Luka bakar,
5) Luka tusuk,
6) Luka akibat zat kimia, atau penyakit, dsb.

Jenis-jenis luka berdasarkan tempat luka itu, adalah :


1) Luka dalam (jika luka terjadi di dalam tubuh), terdapat
darah yang menetes atau mengalir keluar.
2) Luka luar (pendarahan di dalam tubuh, memar)

Pertolongan terhadap luka, yaitu :


1) Hentikan terjadinya pendarahan.
2) Siram/usap dengan obat merah (mercurochrome) atau
yodium tinctuur (antiseptic lain).
3) Berilah Sulfatilamide powder (jangan terkena air).
4) Tutuplah dengan kain kasa steril/kain yang bersih.
5) Jangan sekali-kali melekatkan kapas tanpa obat/salep.

Keterangan (catatan tambahan) :


1) Obat merah (yodium) dapat digunakan untuk
mematikan hama/kuman.
2) Yodium harus disimpan dalam keadaan tertutup
(berbahaya kalau menguap maka yang tertinggal
adalah yodium kental atau yang konsentrasinya besar.

6. Cara-cara pertolongan luka bakar :


1) Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan,
memadamkan api dengan cara menggulingkan badan
si korban, dengan kain basah/pasir.
2) Cegahlah dari kemungkinan infeksi.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 77
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3) Tutuplah luka dengan kain steril.


4) Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat III,
tidak perlu dibalut).
5) Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air gula
hangat (mengembalikan cairan yang hilang).
6) Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak
kedinginan dan mencegah gangguan serangga.
7) Segera bawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih
lanjut.

7. Luka gigitan
Gejala-gejala luka gigitan (biasanya gigitan), yaitu :
1) Pada tempat terjadinya gigitan, timbul bengkak dan kulit
membiru.
2) Terasa sakit, panas dan terasa kaku.
3) Penderita gelisah dan berkeringat.
4) Timbul pendarahan.
5) Pada luka gigitan ular, ada bekas berupa titik-titik
(bekas taring) harus diperhatikan letak gigitannya.

Pertolongan :
1) Antara luka gigitan dengan jantung harus dipasang
bebat putar (penasat/tornikuet).
2) Pada luka hewan biasa (bukan ular/binatang berbisa)
luka dibersihkan yodium/air yang mengalir.
3) Pada luka gigitan binatang berbisa, jangan banyak
diganggu, dan jangan dihisap sembarangan, korban
juga jangan banyak bergerak karena dapat
mempercepat nadi, sehingga bisa (racun) dapat
semakin cepat menyebar, dan segeralah bawa ke
dokter atau ahlinya.
4) Pada gigitan anjing, cepat berangkat ke dokter, rumah
sakit untuk di vaksin/suntik, dan anjing yang menggigit
harus ditangkap (dikarantina) untuk mengetahui apakah
anjing itu mengidap rabies atau tidak.

8. Patah tulang
1) Pengertian fraktur (patah tulang)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.Fraktur adalah
Gangguan kontinuitas yang biasanya disebabkan oleh
adanya rudapaksa yang timbul secara mendadak.
2) Tanda dan gejala fraktur
a) Adanya nyeri disebabkan oleh adanya spasme
otot yang diakibatkan oleh fraktur tersebut dan
terjadi perlukaan.
b) Hilangnya fungsi organ yang terkena.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 78
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Deformitas (perubahan bentuk).


d) Krepitasi (suatu dering tulang diakibatkan oleh
gesekan satu fragmen dengan lainnya).
e) Pembengkakan pada daerah fraktur.
f) Perubahan warna pada kulit sebagai akibat
trauma dan pendarahan.

9. Prinsip penata laksanaan fraktur


1) Primary Survey (ABC).
2) Secondary Survey meliputi :
a) LOOK : Inspeksi (penting : ada luka)
b) FEEL : Raba (palpasi)
c) MOVE : Gerakan : bisa/tidak bisa digerakkan
3) Imobilisasi dengan membidai tulang yang patah
dengan teknik yang benar.
4) Menjauhi segala tindakan yang dapat mengakibatkan
cedera penderita/korban tambah banyak. Jangan
melakukan reposisi pada pertolongan pertama.
Reposisi/reduksi harus dilakukan di rumah sakit.
Reduksi adalah proses mengembalikan fragmen tulang
pada kesejajaran dan rotasi anatomis.

10. Pertolongan pertama pada korban fraktur (patah


tulang)/pembidaian
Membidai dengan teknik yang benar:
Patah tulang diperlukan imobilisasi dua sendi dari ujung-
ujung tulang yang patah untuk mencegah pergerakan-
pergerakan yang dapat menambah cedera. Untuk imobilisasi
diperlukan bidai.
Alat-alat yang dapat dipergunakan sebagai berikut :
1) Anggota tubuh sendiri.
2) Bambu pagar, cabang pohon, pelepah pisang dan
papan.
3) Selimut atau kain digulung, guling dan bantal.
4) Majalah, Koran dan karton.
5) Bidai dari kayu, metal atau bidai udara (pneuomo
splint).

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 79


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar 1
Bidai Udara

11. Patah tulang anggota badan atas


1) Patah tulang selangka
Ada beberapa cara yang dipakai :
a) Membidai dengan ransel balut (ransel perban).
b) Membidai dengan pembalut segitiga (mitela).
c) Membidai dengan pembalut gulung.

Gambar 2
Membidai dengan ransel balut (ransel perban)

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 80


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar 3
Membidai dengan pembalut segitiga (mitela)

2) Patah tulang belikat


Patah tulang disini biasanya mempunyai kelainan letak
yang minimal, tetapi kalau ada rasa nyeri yang hebat,
belikat dapat diikat dengan angkin (tali pengikat) pada
rusuk dan lengan disokong dengan kain gendongan.

Gambar 4
Patah Tulang Belikat

Gambar 5
Patah Tulang Lengan Atas

3) Patah tulang sekitar siku


Patah tulang sekitar siku sering terjadi terutama pada
anak-anak, dapat menyebabkan kerusakan yang luas
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 81
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

pada jaringan sekitarnya, syaraf dan pembuluh darah.


Jika pertolongan tidak benar, akan menimbulkan
kecacatan yang permanen. Cara pembidaian :
a) Tergantung posisi lengan pada waktu kecelakaan,
bidai dipasang dengan dua cara :
(1) Lengan dalam keadaan lurus, bidai
dipasang sebagai alas mulai ketiak sampai
tangan.
(2) Lengan dalam keadaan tertekuk, bidai
dipasang seperti gambar 5.
b) Jangan menarik, membengkokkan atau memutar
lengan
c) Jika ada luka terbuka, tutup luka dengan kassa
steril atau kain bersih sebelum bidai dipasang

Gambar 6
Membidai dengan pembalut gulung yang cukup lebar

12. Patah tulang lengan bawah dan pergelangan tangan


Sering terjadi patah tulang pada ujung tulang pengumpil
(radius) dan bisa disertai patah pada tulang pangkal tangan.
Patah disini disebabkan terjatuh dengan tekanan pada
lengan dalam keadaan lurus (disebut patah tulang Colles).
Dapat juga terjadi patah tulang lengan atas (satu atau kedua
tulang) pada bagian atas pergelangan tangan akibat
rudapaksa langsung pada daerah tersebut.
Cara membidai :
Memakai bidai sebagai alas sepanjang lengan bawah
dengan telapak tangan menghadap ke bawah, lengan
digantung dengan pembalut segitiga.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 82


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar 7
pembalut segitiga atau pembalut gulung

13. Patah tulang tangan


1) Patah tulang tapak tangan
Cara membidai : Memakai bidai sepanjang lengan
bawah sebagai alas, dengan posisi tangan seperti
memegang gelas dan digantung dengan kain
gendongan
2) Patah tulang jari
Cara membidai :
a) Memakai bidai pada jari yang patah
b) Memplester kepada jari yang patah

Gambar 8
Membidai Jari

14. Patah tulang iga dan dada


1) Patah Tulang Iga
Patah tulang iga sering terjadi karena jatuh atau
kecelakaan lalu lintas.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 83


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gejala-gejala :
a) Sakit waktu bernafas dalam.
b) Nyeri setempat terutama pada penekanan.
c) Jika ujung tulang iga yang patah menembus paru-
paru, penderita susah bernafas, batuk
mengeluarkan darah berbusa dan adanya udara
dibawah kulit (krepitasi).
Tindakan pertolongan ada dua macam :
a) Imobilisasi dengan pembalut dasi atau pembalut
gulung yang lebar.
a) Jika ada luka terbuka, tutup dengan kassa steril
atau kain bersih yang tebal.
b) Jika terdapat tanda-tanda paru-paru tertembus
oleh bagian yang patah, jangan dilakukan
pembidaian, segera bawa ke rumah sakit.
b) Fixasi dengan plester yang lebar
c) Plester dipasang dari pertengahan dada
(menutupi tulang dada) sejajar dengan tulang iga
ke belakang sampai ke tulang belakang, mulai
dari bawah (iga ke 11 dan 12) sampai tulang iga
pertama.
d) Pada wanita, buah dada sebaiknya dibiarkan
terbuka dan pada pria puting susu ditutup dengan
kain.

Cara 1 Cara 2

Gambar 9
Patah Tulang Iga

15. PatahTulang Dada


Tulang dada dapat patah karena rudapaksa langsung oleh
benda tumpul.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 84


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Tindakan pertolongan seperti gambar di bawah ini :

Gambar 10
Patah Tulang Dada

16. Patah tulang anggota bawah


1) Patah tulang panggul
Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan
kendaraan bermotor. Dapat juga karena tetjepit antara
dua benda yang bergerak. Yang perlu diperhatikan
adalah :
a) Kerusakan alat tubuh dalam panggul
b) Perdarahan hebat di dalam
Gejala :
a) Terdapat rasa sakit pada penekanan kedua sisi
panggul.
b) Pada pengerahan anggota gerak bawah
dirasakan sakit.
Tindakan pertolongan :
a) Letakan penderita/korban terlentang.
b) Letakan lipatan selimut diantara kedua paha.
c) Usahakan jangan banyak bergerak dengan
membidai pada dada panggul dan tungkai.
d) Segera bawa ke rumah sakit.

Cara membidai :Caranya dengan kedua kaki disatukan

Gambar 11
Membidai dengan kedua kaki disatukan

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 85


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Patah tulang tungkai atas (paha)


Sering keliru dengan patah tulang panggul
Gejala :
a) Nyeri setempat.
b) Perubahan warna karena berpindahnya darah ke
jaringan sekitar.
c) Saat berbaring penderita/korban tidak dapat
mengangkat kakinya.
d) Kaki yang sakit terbuka keluar mungkin juga
memendek.
Tindakan pertolongan :
a) Periksa nadi dan syaraf.
b) Imobilisasi (ketidakmampuan untuk bergerak
secara aktif akibat berbagai penyakit atau
impairment (gangguan pada alat atau organ
tubuh) yang bersifat fisik atau mental).
Cara membidai ada dua macam :
a) Pembidaian dengan kedua tungkai yang
disatukan (seperti gambar 10).
b) Pembidaian hanya pada tungkai yang patah,
dimana satu bidai dipasang sampai perut dan
dada.

Gambar 12
Cara membidai hanya pada 1 tungkai

3) Patah tulang lutut


Gejala : Nyeri lunak dan biasanya penderita/korban
tidak dapat meluruskan kakinya.
Cara membidai ada dua macam :
a) Tungkai tertekuk.
b) Tungkai lurus.
Pembidaian dilakukan seperti saat didapatkan untuk
mengurangi bertambah rusaknya syaraf dan pembuluh
darah.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 86
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar 13
Pembidaian dengan tungkai tertekuk

Gambar 14
Pembidaian dengan tungkai lurus, jangan
mengadakan tarikan-tarikan

4) Patah tulang tungkai bawah


Patah tulang tungkai bawah sering disebabkan oleh
benturan bumper mobil. Disini sering berbentuk luka
terbuka karena tulang hanya diliputi kulit yang tipis.
Gejala : Nyeri dan pembengkakan tanpa disertai
kelainan bentuk

Gambar 15
Patah tulang tungkai bawah

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 87


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5) Patah tulang kaki


Sulit membedakan patah tulang kaki dengan nyeri
disebabkan gangguan pada otot
Cara membidai :

Gambar 16
Patah tulang kaki

6) Patah tulang muka dan tengkorak


Pada patah tulang daerah kepala yang perlu mendapat
perhatian adalah pendarahanya. Tindakan pertolongan
dengan pembidaian dapat diberikan pada patah tulang
rahang bawah dengan memakai pembalut segitiga
(mitela) yang digantungkan pada satu ujungnya atau
memakai pembalut dasi.

Gambar 17
Patah tulang rahang belakang

7) Patah tulang belakang


Patah tulang belakang harus ditolong dengan hati-hati.
Biasanya patah tulang disini disebabkan kecelakaan
lalulintas, jatuh dari tempat yang tinggi, kesemuanya
patah tulang yang disebabkan adanya tekanan. Akibat
dari tekanan tersebut menimbulkan kerusakan jaringan

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 88


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

syaraf (sumsum tulang belakang) yang tidak dapat


sembuh kembali (regenerasi).
Ada dua hal yang dapat terjadi pada penderita patah
tulang belakang :
a) Kalau pertolongan pertama dilakukan secara
benar, kemungkinan tidak akan menyebabkan
kerusakan sumsum tulang belakang sehingga
tidak terjadi kelumpuhan yang menetap.
b) Kalau pertolongan pertama tidak benar, pecahan
tulang belakang dapat mencerai sumsum tulang
belakang sehingga penderita dapat lumpuh
seterusnya kalau tidak meninggal.
Gejala :
Kalau penderita/korban dalam keadaan sadar maka,
dapat menunjukkan dimana tempat rasa sakit
sepanjang tulang belakangnya. Juga dapat diketahui
dengan cara menggerakkan bagian badannya. Kalau
patah tulang leher tidak dapat menggerakkan lengan
dan tangan sedang patah tulang pinggang tidak dapat
menggerakkan tungkai dan kakinya.

8) Patah tulang leher


Sering terjadi pada korban kecelakaan lalu lintas,
terutama pengemudi. Bahaya utama dalam
penanganan korban/penderita adalah pergerakan
tulang leher yang cedera tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan sumsum tulang belakang
yang lebih berat sehingga mengakibatkan kematian.
Cara membidai :

Gambar 18 Membidai patah tulang leher

a) Bidai dibuat dengan menggunakan dua buah


papan sepanjang dua meter dengan penguat
silang ditiga tempat.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 89
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b) 4 orang penolong secara serentak mengangkat


penderita/korban dengan salah seorang penolong
khusus memegang kepala penderita.
c) Sewaktu memindahkan penderita/korban ke
tandu harus diperhatikan agar kepala dalam
keadaan tidak bergerak, tetap dalam bidang
datar.
d) Pada patah tulang harus diganjal dengan bantal
pasir atau benda yang keras seperti kayu atau
sepatu atau bahan lain yang tidak mudah
bergerak.
e) Kemudian tubuh penderita/korban bebas pada
beberapa tempat seperti tampak pada gambar
16.

9) Patah Tulang Punggung atau Tulang Pinggang


Pada patah tulang punggung atau tulang pinggang,
transportasi penderita/korban harus dalam keadaan
telungkup supaya kerusakan pada tulang punggung
atau tulang pinggang tidak meluas dan merusak
sumsum tulang belakang lebih berat. Bila posisi
penderita/korban waktu kejadian dalam keadaan
terlentang maka pembidaian diusahakan dalam posisi
telungkup, bila hal ini masih tidak memungkinkan
karena sebab tertentu maka, usahakan mengangkat
penderita/korban sama seperti penderita/korban pada
cedera tulang leher.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 90


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar 19
Cara mengangkat dengan sepotong terpal atau selimut
pada penderita/korban cedera tulang belakang
Diusahakan agar sekurang-kurangnya 4 orang penolong
menarik terpal atau selimut tersebut setegang mungkin.

2. Teknik Pernapasan Buatan, Penanganan Pendarahan, Syok,


Luka Bakar, Melepuh dan Tersengat Listrik.

a. Tindakan Yang Harus dilakukan terhadap korban yang


mengalami situasi darurat
1) Yang harus dilakukan apabila menemukan penderita :
a) Harus tenang, jangan panik
b) Lakukan 3 A (aman diri, aman korban dan aman
lingkungan)
c) Lakukan pertolongan pertama
d) Aktifkan SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu)
e) Tertibkan masyarakat
2) Yang harus dilakukan untuk dapat memeriksa keadaan
penderita :
a) Kesadaran
b) Nafas
c) Nadi
d) Kulit
e) Mata
3) Pertolongan Pertama Gawat Darurat
a) Lakukan 3 A (aman diri, aman korban dan aman
lingkungan)
b) Aktifkan SPGDT
c) Penolong berada disebelah kanan korban.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 91
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Pertolongan Pertama pada Korban Henti Nafas


Apabila korban tidak sadar atau henti nafas, maka segera
kita laksanakan pernafasan buatan dari mulut ke mulut.
Caranya :
1) Buka jalan nafas
2) Bersihkan semua kotoran yang dapat menyumpat jalan
nafas
3) Tutup rapat lubang hidung penderita dengan jari
telunjuk dan ibu jari tangan kiri
4) Alasi mulut penderita dengan kain bersih, ambil nafas
dan tempelkan serta ketatkan bibir penolong
disekeliling mulut penderita
5) Tiupkan udara kuat ke paru-paru dan perhatikan
penderita
6) Lepas bibir penolong dan penutupan pada hidung
supaya terjadi pengeluaran udara pasif dari paru-paru
7) Lakukan 2 (dua) kali berturut-turut
8) Periksa denyut nadi leher, apabila terapa pertahankan
nafas buatan sebanyak 12 x
9) Hentikan nafas buatan bila pederita dapat bernafas
kembali dengan spontan
10) Apabila denyut nadi tidak teraba, segera lakukan RJP

c. RJP (Resusitasi Jantung Paru)


Adalah tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan
dan fungsi jantung yang terganggu guna kelangsungan
hidup penderita
Tindakannya :
1) Penderita Dewasa
a) Pangkal telapak tangan kiri ditindihkan pangkal
telapak tanga kanan dan letakkan 3 jari diatas
ujung tulang dada (Xp) penderita.
b) Posisi penolong mengapit tegak pada lutut dan
serong ke depan, sehingga kedua lengan
penolong dapat berada ditengah dada korban
dengan posisi tegak lurus.
c) Ditekan kurang lebih 4-5 cm) kearah tulang
belakang dengan kecepatan 100 x/menit
d) Pertama : lakukan RJP dengan perbandingan 30
x kompresi dada (ditekan) dan 2 x ventilasi (nafas
buatan) dengan kecepatan 100 x/menit dan
lepaskan sepenuhnya. Minimalkan penghentian
pada kompresi.
e) Cek nadi carotis selama 10 detik, apabila teraba
dan ada nafas pertahankan posisi sym sampai
dengan tenaga kesehatan tiba ditempat kejadian.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 92
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bila nadi tidak teraba dan nafas tidak ada lakukan


kembali RJP dengan perbandingan 30 x kompresi
dada dan 2 x ventilasi (pernafasan buatan melalui
mulut) sampai dengan ada tanda-tanda
kehidupan (nafas ada, nadi teraba).
f) Penderita Anak-anak
g) Tehnik sama dengan dewasa, hanya penekanan
kurang lebih 1/3 sampai ½ dada dengan
kedalaman 2-3 cm dan kecepatan 120 x/menit
h) Untuk bayi, penekanan kurang lebih 1-2 cm
dengan menggunakan 2 jari.
2) Tindakan RJP dihentikan
a) Bila selama 30 menit tidak ada tanda-tanda
kehidupan pada korban.
b) Penolong kelelahan
c) Petugas kesehatan telah tiba ditempat kejadian
d) Sudah terjadi lebam mayat
3) Perbandingan RJP yaitu : Baik 1 atau 2 orang
penolong tetap 30 x kompresi dada dan 2 x ventilasi
bagi orang dewasa dan anak-anak atau bayi : 1
penolong 30 x kompresi dada dan 2 x ventilasi,
sedangkan 2 orang penolong 15 x kompresi dada dan
2 x ventilasi.
4) Skema RJP

1. Cek Jalan Nafas 2. Raba Nadi Carotis

3. Buka & Bersihkan Jalan Nafas 4. Pastikan Kembali Nafas

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 93


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

5. Tentukan Procesus Xhipoid 6. Lakukan Tiupan

7. Lakukan Kompresi Sesuai Usia 8. Nafas Normal

d. Pendarahan
1) Pengertian
Perdarahan adalah “Pecahnya pembuluh darah
disertai dengan keluarnya darah dari pembuluhnya
atau keadaan dimana tubuh banyak mengeluarkan
darah“. Biasanya diakibatkan oleh adanya luka,
benturan, penyakit dan lain-lain. Pada umumnya yang
banyak menimbulkan perdarahan kalau ada luka atau
benturan di kepala, tetapi ada juga di lokasi tubuh yang
lain yang dapat menimbulkan perdarahan yang banyak
misalnya patah tulang besar (tulang pangkal paha) dan
luka yang luas serta dalam.

Perdarahan merupakan kejadian yang emergency dan


membutuhkan tindakan pertolongan yang cepat, tepat
dan akurat. Dalam keadaan seperti ini sangat
berbahaya bila tidak segera mendapatkan pertolongan
maka, penderita/korban akan mengalami pusing,
menurunnya fungsi tubuh, tubuh lemah bahkan bisa
sampai syok dan kemungkinan akan meninggal dunia.

Langkah-langkah penanggulangan perdarahan, yaitu :


a) Lihat dan teliti dari mana asalnya keluar darah.
b) Telaah apakah ada pembuluh darah yang robek
atau putus
c) Ambil tindakan dengan tujuan mengurangi atau
menghentikan perdarahan.
2) Jenis-Jenis Perdarahan
a) Perdarahan Ke Luar
Perdarahan yang keluar dari bagian tubuh

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 94


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

penderita/korban dan dapat terlihat.


b) Perdarahan Ke Dalam
Perdarahan yang terjadi dari luka di dalam tubuh
dan berkumpul dalam satu rongga tubuh serta
tidak dapat terlihat

3) Perdarahan Keluar
a) Perdarahan Pembuluh Darah Kapiler/Rambut
Perdarahan yang timbul merembes diatas
lapisan kulit
(1) Tanda :
(a) Asal pembuluh tidak terlihat
(b) Keluarnya darah secara merembes
(c) Warna darah merah biasa
(2) Tindakan pertolongan :
(a) Dihentikan dengan bantuan
plester/kain bersih
(b) Ataupun kompres dingin

Perdarahan didaerah kepala dan leher

b) Perdarahan Pembuluh Darah Balik/Vena


Perdarahan yang timbul karena pembuluh darah
tertusuk, terpotong atau pecah
(1) Tanda :
(a) Jika vena cukup besar akan terlihat
asal pembuluhnya
(b) Keluarnya darah secara mengalir dan
tidak berdenyut
(c) Warna darah merah tua kehitaman
(2) Tindakan pertolongan :
(a) Longgarkan segala pakaian yang
mengikat disebelah atas luka (antara
luka dan jantung)
(b) Gunakan pembalut penekan (jangan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 95
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mengganti kain penekan karena akan


merusak gumpal darah yang telah
terbentuk)
(c) Menekan langsung pada pembuluh
darah balik/vena dengan jari
(d) Anggota tubuh yang luka diletakkan
lebih tinggi dari jantung
(e) Letakkan kompres dingin diatas luka
c) Perdarahan Pembuluh Darah Nadi/Arteri
Perdarahan pembuluh darah nadi/arteri jarang
terjadi dan tidak seperti pembuluh darah
balik/vena. Hal ini karena pembuluh darah
nadi/arteri pada umumnya terletak lebih dalam
dan sering terlindung tulang atau alat-alat tubuh
lainnya
(1) Tanda :
(a) Asal pembuluh darah jelas terlihat
(b) Keluarnya darah secara memancar
disertai berdenyut
(c) Warna darah merah muda/cerah
(2) Tindakan pertolongan :
(a) Tekan langsung dengan kompres
dingin, tutup luka dengan kompres
tebal menggunakan tangan atau
pembalut
(b) Tekanan pada titik-titik tertentu dari
pembuluh darah nadi/arteri dibagian
tubuh yang dapat membantu
mengurangi perdarahan sementara
(c) Angkat bagian tubuh yang luka lebih
tinggi dari tubuh dan jangan banyak
bergerak

4) Perdarahan Ke Dalam
Perdarahan yang terjadi dari luka di dalam tubuh dan
berkumpul dalam satu rongga tubuh serta tidak dapat
terlihat. Kalau dilihat dari fisik maka sulit untuk
diketahui namun ada tanda-tanda yang dapat tampak
dari perubahan umum :
a) Muka pucat
b) Penderita/korban gelisah
c) Nadi teraba menjadi kecil dan frekuensinya cepat
d) Tekanan darah menurun
e) Keluar keringat dingin
f) Nafas menjadi dalam dan cepat
g) Jika perdarahan di dalam rongga perut maka

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 96


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

terasa kembung
h) Jika perdarahan di dalam rongga paru/dada
maka nafas menjadi sesak

Tindakan pertolongan :
a) Penderita/korban tidak boleh banyak bergerak
b) Istirahatkan penuh dan segala keperluannya
ditolong
c) Tidak boleh diberi makan dan minum lewat mulut
sebab kemungkinan penderita/korban akan
dilakukan operasi
d) Lekas bawa ke rumah sakit

e. Penanganan Shock
Shock/renjatan adalah suatu keadaan yang timbul dimana
sistim pendarahan tubuh menunggu sehingga tidak
memenuhi keperluan.
Macam-macam shock
1) Normovelik Shock, volume darah normal
Misalnya : cardiogenic shock, neurogenic shock,
anafilatic shock.
2) Hypovoiemik shock : terjadi pengurangan jumlah cairan
tubuh.
Misalnya : pendarahan, luka bakar, muntah berak.
Gejalanya :
1) Kesadaran menurun
2) Nadi cepat, lemah, lambat dan menghilang
3) Muka pucat dsn berkeringat
4) Kulit lembab dan dingin
5) Mual
6) Nafas dangkal dan kadang tidak teratur
7) Mata nampak hampa dan pupil melebar
Tindakan :
1) Hentikan pendarahan (bila ada)
2) Baringkan terlentang dengan kaki lebih tinggi, kecuali
luka pada hidung/mulut, gangguan pernapasan
3) Longgarkan pakaian
4) Lak, pernafasan buatan bila perlu
5) Beri minum sedikit-sedikit (bila sadar)
6) Atasi rasa sakit.

f. Luka Bakar, Melepuh Dan Tersengat Listrik


1) Luka Bakar dan Melepuh
Yang disebut luka bakar, adalah kerusakan jaringan
tubuh yang disebabkan oleh panas yang suhunya di
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 97
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

atas 60 derajat celcius.


Luka bakar, dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan atau
disebut juga stadium :
a) Luka bakar tingkat I ;
Kulit kemerahan, terbakar hanya kulit luar oleh
panas sekitar 60 derajat celcius.
b) Luka bakar tingkat II ;
Kulit melepuh, bengkak, merah dan perih, luka
pada kulit ari/jaringan, panas sekitar 100 derajat
celcius.
c) Luka bakar tingkat III;
Kulit hangus, pembakaran sampai ke bagian
dalam tubuh, terjadi banyak kerusakan.

Penyebab luka bakar, antara lain :


a) Api (bara yang menyala)
b) Cairan gas (benda yang menyala).
c) Bahan kimia.
d) Sinar matahari.
e) Listrik, dsb.
Cara-cara pertolongan :
a) Hilangkan penyebabnya terlebih dahulu. Misalkan,
memadamkan api dengan cara menggulingkan
badan si korban, dengan kain basah/pasir.
b) Cegahlah gugat dari kemungkinan infeksi.
c) Tutuplah luka dengan kain steril.
d) Pembalut agak longgar (pada luka bakar tingkat
III, tidak perlu dibalut).
e) Berilah minum sebanyak-banyaknya dengan air
gula hangat (mengembalikan cairan yang hilang).
f) Tutuplah si korban dengan selimut, agar tidak
kedinginan dan mencegah gangguan serangga.
Cepat bawa ke ahlinya/dokter.

2) Tersengat Listrik
Listrik sangat berbahaya bahkan dapat berujung pada
kematian jika salah dalam penggunaannya. Berikut ini
beberapa hal yang dapat menjadi tips untuk
menghindari bahaya listrik.
a) Akibat dari sengatan aliran listrik
Arus yang mengalir melalui tubuh (tersengat
listrik) dapat mengakibatkan :
(1) Jantung berhenti berdenyut.
(2) Otot berkontraksi (mengerut).
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 98
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Pernafasan terhenti dimana pusat saraf di


otak yang mengatur pernafasan lumpuh.
(4) Luka bakar.

b) Perawatan
(1) Minta pertolongan (berteriak).
(2) Matikan listrik (putuskan hubungan/kontak).
(3) Amankan penderita dari bahaya fisik yang
langsung.
(4) Periksa denyut nadi dan pernafasan serta
rawat si korban seperlunya.
(5) Bila pernafasan dan denyut nadi sudah pulih,
rawatlah luka bakar atau luka lainnya bila
ada.
(6) Pindahkan korban ke lokasi yang aman
untuk perawatan selanjutnya.
(7) Korban perlu selalu ditunggui selama tim
dokter menangani korban

c) Langkah-langkah Yang Dilakukan


(1) Amankan korban dari bahaya.
(2) Usahakan jalan udara untuk pernafasan
lancar.
(3) Bila ada muntah/darah atau benda lain di
mulut korban, keluarkan segera.
(4)
(5) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang, tarik rahangnya ke depan agar
lidah tidak menutup lubang tenggorokan.
(6) Lakukan pernafasan mulut ke mulut 3 - 4 kali
secepat mungkin.
(7) Pulihkan fungsi jantung dengan melakukan
urutan jantung (cardiac resuscitation).
(8) Untuk orang dewasa : Frekuensi pengurutan
dilakukan 60 kali setiap menit
(9) Untuk anak kecil :Frekuensi pengurutan
dilakukan 90 kali setiap menit
(10) Catatan:
(11) Hindari tekanan yang terlalu keras agar tidak
mengakibatkan tulang rusuk korban rusak.
(12) Upayakan pemulihan denyut nadi maupun
pernafasan.
(13) Pernafasan mulut ke mulut
(14) Telentangkan si korban, tekuk kepalanya ke
belakang.
(15) Buka mulut dan tarik nafas Anda, kemudian
tutup mulut dan tiupkan udara ke mulut
korban sekuat-kuatnya sampai rongga paru-
paru terangkat.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 99
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(16) Pijit hidungnya agar udara yang ditiupkan


tidak keluar.
(17) Amati turunnya dada kembali.
(18) Faktor penentu adalah kecepatan dalam
bertindak, karena itu 3 atau 4 kali peniupan
pertama dilakukan secepat mungkin.
(19) Penipuan selanjutnya diulang lebih kuarng
10 kali setiap menit.
(20) Catatan:
(21) Bila paru-paru tidak mengembang, segera
periksa mulut, hidung atau kerongkongan.
(22) Untuk anak kecil : seyogianya mulut si
penolong mencakup hidung dan mulut
korban, dengan frekuensi 20 kali setiap
menit.
(23) Bila satu dan lain hal, sipenolong tidak dapat
meniup melalui mulut, maka dapat dilakukan
peniupan melalui hidung.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 100


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 2
WATER RESCUE

1. Cara berenang

a. Teknik Dasar Renang dengan Gaya Dada


1) Pengertian renang gaya dada.
Adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke
permukaan air dengan gerakan yang beraturan.
2) Pelaksanaan latihan renang gaya dada.
a) Latihan dasar/drill dasar :
Pada tahap ini posisi kaki kuda kuda di dalam air
sebatas pundak dilanjutkan dengan teknik
beberapa teknik sebagai berikut :
(1) Cara mengambil dan membuang nafas :
(a) Cara mengambil nafas
Mengambil nafas atau menghirup
udara lewat mulut dengan penuh pada
saat kepala di atas permukaan air.
Gambar mengambil nafas :

(b) Cara membuang nafas


Kepala masuk dalam air dengan
membuang udara pelan–pelan sampai
habis.
Selanjutnya dalam tahap latihan
dilakukan berulang-ulang dengan cara
pengambilan nafas dilanjutka cara
buang nafas begitu seterusnya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 101


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Cara membuang nafas

(2) Latihan tangan dan nafas (drill tangan


dikombinasi dengan drill nafas)
(a) Pada waktu membuang nafas pelan–
pelan di dalam air kedua tangan lurus
ke depan di atas kelapa.
(b) Pada waktu mengambil nafas kedua
tangan dibuka kesamping
(c) Setelah udara penuh kepala
dimasukkan kembali ke air bersamaan
itu tangan diluruskan ke depan seperti
gerakan 1 dilipat lewat depan dada.
Gambar Latihan tangan dan nafas

(3) Latihan kaki (drill kaki).


(a) Dengan berpasangan telungkup di
permukaan permukaan air diangkat
oleh kawannya kedua tangan berada
pada dada dan perut.
(b) Dengan posisi tangan lurus diatas
kepala dan kaki rapat lurus ke
belakang.
(c) Hitungan 1 kaki dilipat lutut dibuka
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 102
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

talapak kaki saling bertemu.


Gambar kaki dilipat

(d) Hitungan 2 buka lebar ke samping


Gambar kaki dibuka kesamping

(e) Hitungan 3 tutup kembali lurus begitu


seterusnya.
Gambar kaki ditutup kembali

(4) Latihan kombinasi tangan dan kaki (Drill


gerakan tangan kombinasi dengan gerakan
kaki)
(a) Pada saat ambil nafas kedua kaki lurus
ke belakang
(b) Pada saat membuang nafas tangan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 103
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

lipat tusuk di atas kepala dilanjutkan


gerakan kaki lipat, buka, tutup.
(c) Pada waktu membuang nafas dan
meluncur di dalam air posisi kedua
tangan lurus di atas kepaladan posisi
kaki rapat lurus ke belakang
(d) Begitu seterusnya gerakan diulang-
ulang.
Gambar gerakan tangan kombinasi
dengan gerakan kaki :

(5) Sikap badan di permukaan air.


(a) Sikap badan di permukaan air
sebaiknya sejajar dengan permukaan
air, agar tahanan terhadap air terjadi
sekecil mungkin.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 104


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar Sikap badan di permukaan air

(b) Badan dan seluruh anggota badan


dalam keadaan rileks agar
mempermudah posisi badan di atas
permukaan air.
(c) Sewaktu meluncur ke depan, posisi
badan sedatar mungkin kepala masuk
ke dalam permukaan air kira-kira 80%
dengan muka sedikit terangkat ke atas.
b) Peluncuran di air.
(1) Persiapan berpasangan salah satu kaki bertumpu
pada dinding kolam.
(2) Sebagai Kut(pasangan renang) duduk di
belakangnya dengan memegang kedua siku yang
akan melaksanakan peluncuran.

(3) Ada aba–aba “ ya “ atau peluit kedua tangan


dilepas didorong ke depan.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 105


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(4) Bersamaan itu yang akan melaksanakan


meluncur, menendang dengan kedua kaki
sehingga maju ke depan.

(5) Dilanjutkan hanya dengan erakan kaki saja lipat


buka tutup.
(6) Pada saat mengambil nafas kepala dinaikkan
diatas permukaan air dan kedua ibu jari tetap
terkunci lurus ke depan.
c) Gerakan gaya dada (3 – 1)
(1) Persiapan kuda-kuda berlutut di tepi kolam kedua
tangan lurus keatas.
(2) Ada aba-aba “ awas “ setengah kuda – kuda
bongkok.
(3) Ada aba-aba “ya“ atau peluit meloncat di
permukaan air.
(4) Dilanjutkan gerakan lipat buka tutup 3 kali ambil
nafas 1 kali
(5) Gambar sikap 3 – 1.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 106


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Gerakan gaya dada (2 – 1)


(1) Persiapan kuda – kuda di tepi kolam kedua
tangan lurus keatas.
(2) Ada aba – aba “ awas “ setengah kuda – kuda
bongkok.
(3) Ada aba – aba “ya” atau peluit meloncat di
permukaan air.
(4) Dilanjutkan gerakan lipat buka tutup 2 kali ambil
nafas 1 kali.
Gambar sikap 2 – 1

e) Gerakan gaya dada (1 - 1).


(1) Persiapan kuda-kuda sejajar di tepi kolam kedua
tangan lurus ke bawah.
(2) Ada aba–aba “awas“ setengah kuda kuda
bongkok tangan di buang ke belakang sehingga
rata-rata air dengan punggung.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 107


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

(3) Ada aba-aba “ya“ atau peluit meloncat di


permukaan air.
(4) Dilanjutkan gerakan lipat buka tutup 1 kali ambil
nafas 1 kali.
Gambar sikap persiapan1 – 1 Sikap sikap Start

f) Persiapan renang gaya dada.


(1) Cara start :
(a) Aba–aba persiapan berdiri ditepi kolam/
tempat start dengan kedua kaki dibuka dan
jari mengkait tepi kolam dan pandangan ke
depan.
(b) Aba–aba awal, badan jongkok kedepan,
kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke
belakang serong atas pandangan ke depan
Gambar sikap persiapan1 – 1 Sikap sikap Start

(2) Cara membalik.


(a) Tangan menepuk dinding kolam.
(b) Putar badan kekiri/kanan.
(c) Kaki bertolak pada kolam dan berangkat.

g) Gerakan koordinasi renang gaya dada.


Gerakan koordinasi renang gaya dada adaiah tahapan
dimana seluruh teknik dasar yang telah dipelajari
mulai digabungkan. Pada mulanya akan terasa bahwa
seluruh gerakan seolah bertentangan, sehingga timbul
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 108
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kebingungan kapan menggerakkan lengan, kapan


menggerakkan kaki.
Lama-kelamaan, ketika latihan diulang cukup banyak,
koordinasi gerak keseluruhan akan tercapai. Semakin
sedikit peran pikiran dalam gerakan keseluruhan,
koordinasinya akan semakin baik
a) Dengan gerakan lambat selebar kolam.
b) Sama dengan a tapi gerakan dipercepat.
c) Dua kali lebar kolam.
(1) Dengan gerakan lambat.
(2) Dengan gerakan dipercepat.
d) Jarak 30 m langsung.
e) Jarak 150 m langsung.

gambar: Gerakan Renang dengan Dada.

b. Teknik Dasar Renang dengan gaya bebas (Crawl)


1) Pengertian gaya bebas.
Suatu gaya renang yang bisa membuat berenang lebih
cepat dimana posisi badan menghadap ke permukaan
air, serta banyak menggunakan gerakan tangan
dengan mengayuh dan mendorong dengan kaki.
2) Cara melaksanakan renang gaya bebas.
a) Teknik gerakan lengan.
Teknik gerakan lengan terdiri dari tiga tahap,
yaitu : menarik (pull), mendorong (push) dan
istirahat atau pengembalian (recovery).
(1) Tahap menarik.
Tahap menarik dilakukan setelah siku
masuk ke dalam air pada sedang vertikal,
dengan menarik lengan ke bawah siku tidak
boleh keluar terlalu jauh dari garis vertikal.
Kemudian dilanjutkan dengan gerakan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 109
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

mendorong.
(2) Tahap mendorong.
Tahap mendorong dilakukan setelah
gerakan menarik. Gerakan mendorong
dilakukan sampai lengan lurus ke belakang
dilanjutkan dengan gerakan istirahat
(recovery).
(3) Tahap istirahat (recovery).
Lengan lurus ke belakang dengan cara
mengangkat siku keluar dari air diikuti
lengan bawah, jari-jari secara reliks digeser
dari belakang ke depan dekat permukaan
air dan badan. Setelah siku mendekati
kepala, jari-jari dimasukkan ke dalam air,
disebelah depan dari kepala. Tangan dan
siku saat masuk ke air harus mengikuti jalur
atau lubang yang dimasuki oleh jari-jar
tangan.
b) Teknik gerakan kaki.
Gerakan kaki dilakukan secara naik turun,
bergantian di dalam air. Ketika pukuian ke bawah
dan ke atas, sumbu gerakan kaki berada pada
pangkal paha, lutut lurus, pergelangan kaki
tegang. Gerakan dilakukan secara bergantian. Di
dalam gerakan kaki kita mengenal macam-
macam gerakan pukulan yaitu:
(1) Dua pukulan (two beats stroke), artinya dua
kali gerakan kaki dua kali gerakan lengan.
(2) Empat pukulan (four beats stroke), artinya
enam kali gerakan kaki, dua kali gerakan
lengan.
(3) Enam pukulan (six beats stroke), artinya
enam kali gerakan kaki, dua kali gerakan
lengan.
(4) Delapan pukulan (eight beats stroke),
artinya delapan kali gerakan kaki, dua kali
gerakan lengan.
Dengan demikian, semakin banyak gerakan
kakinya frekuensi pukulannya semakin banyak,
sedangkan keseimbangannya (amplitudo)
semakin kecil. Untuk menentukan mana gerakan
kaki yang lebih baik, bergantung pada orangnya.
c) Gerakan pengambilan nafas.
Gerakan pengambilan nafas dapat dilakukan ke
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 110
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

arah kanan atau kiri, bergantung pada kebiasaan


masing-masing. Caranya adalah memutar kepala
menurut sumbu longitudinal. Pemutaran kepala
cukup sampai seluruh mulut atau sebagian mulut
keluar dari permukaan air.
Pada waktu mengambil udara, sikap badan tidak
berubah dari permukaan air. Pemutaran kepala
dimulai pada akhir tarikan lengan dan
dimasukkan kembali ke air sebelum gerakan
istirahat untuk lengan. Menurut caranya,
pengambilan nafas ada 2 cara yaitu :
(1) Pengambilan nafas secara eksplosif, yaitu :
Pengambilan nafas dilakukan melalui mulut
dan hidung. Ketika kepala diputar ke
samping, udara dikeluarkan melalui mulut
dan hidung di luar permukaan air, tepat
sebelum memulai pengambilan nafas.
(2) Pengambilan nafas secara ritmis.
Pengambilan nafas dilakukan melalui mulut
dan hidung sedikit demi sedikit, ketika mulut
masih di dalam air.
d) Sikap badan di permukaan air.
(1) Posisi badan di permukaan air diusahakan
sejajar dengan permukaan air (stream line).
(2) Sebagian kecil punggung, pantat, dan tumit
berada di atas permukaan air.
(3) Kepala dan telinga juga berada di atas
permukaan air.
(4) Badan yang tidak horizontal akan
memberikan tekanan air (resistensi) yang
besar.
e) Gerakan koordinasi.
Yang dimaksud koordinasi di sini adaiah gerak
gabungan secara keseluruhan yang terbangun
oleh setiap teknik dasar yang dibicarakan diatas.
Untuk mencapai koordinasi yang baik dari
kesemua gerakan dasar tadi, maka perlu
ditempuh lamanya dan ulangan latihan yang
tinggi. Karena yang latihanlah semuanya dapat
dicapai.

c. Teknik Dasar Renang Gaya Punggung


1) Pengertian renang gaya punggung.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 111


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Suatu gaya renang dengan posisi punggung


menghadap ke permukaan air dimana gerakan kaki
dan tangan serupa dengan gaya bebas tapi dengan
posisi tubuh terlentang di permukaan air.
2) Cara melaksanakan renang gaya punggung.
a) Sikap badan di permukaan air.
Sikap badan di permukaan air tetap harus
horizontal. Akan tetapi sedikitnya harus diubah
berdasarkan pertimbangan, bahwa kalau sejajar
dengan permukaan air, akan menyebabkan kaki
dalam posisi terlalu tinggi untuk melakukan
gerakan yang efektif.
b) Teknik gerakan tungkai dan kaki.
Gerakan kaki sama seperti pada gerakan kaki
gaya bebas. Kaki ke atas ke bawah secara
bergantian, sedangkan kedalaman kaki pada
saat masuk/dalam air kira-kira 30 cm. Ketika
pukulan kaki ke atas, gerakan telapak kaki
berupa gerakan mencambuk dan jari kaki boleh
keluar sedikit dari air. Poros gerakan terjadi pada
pangkal paha.
c) Teknik gerakan lengan gaya punggung.
Gerakan lengan untuk gaya punggung dibagi
menjadi 3 tahap yaitu :
(1) Tahap menarik (Pull).
Tahap menarik dijalankan setelah telapak
tangan masuk beberapa inchi dari
permukaan air sampai titik maksimal.
Tekukkan siku sampai telapak tangan tepat
berada di samping luar bahu.
(2) Tahap dorongan (Push)
Setelah tahap menarik, dilanjutkan dengan
dorongan lengan dari akhir tarikan. Tangan
mendorong ke belakang dan ke bawah
dalam seperempat lingkaran hingga telapak
tangan mendekati paha.
(3) Tahap istirahat/mengembalikan tangan
(Recovery).
Setelah melakukan dorongan, lanjutkan
dengan gerakan lengan istirahat, yaitu
tangan keluar dari permukaan air, ibu jari
keluar lebih dahulu. Setelah tangan berada
di atas bahu, tangan diputar keluar, lalu
masuk ke dalam permukaan air dengan jari
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 112
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

kelingking lebih awal. Tahap istirahat dari


satu lengan harus bersamaan dengan
gerakan menarik lengan yang lain.
d) Teknik gerakan pengembalian nafas.
Pengambilan nafas dilakukan ketika kedua
lengan berada dialam air yaitu, sewaktu tangan
yang satu akan keluar dari permukaan air dan
tangan yang lain baru masuk ke air.
Hal ini perlu dilakukan demikian terutama untuk
menghindari percikan air ke hidung, jika
mengambil nafas ketika lengan bergerak dekat
hidung.
e) Gerakan koordinasi renang gaya punggung.
Untuk gaya ini, koordinasi gerakan hanya
mempersoalkan kesesuaian antar gerakan
lengan dan gerakan kaki, karena pengambilan
nafas tidak akan mengganggu kelancaran
gerakan lengan dan kaki. Karena 2 hal saja yang
perlu diperhatikan, maka koordinasi gerakan
gaya punggung akan lebih cepat tercapai.

Gambar : Renang Gaya Punggung

d. Teknik Dasar Renang Gaya Kupu-kupu


1) Pengertian renang gaya kupu-kupu.
Salah satu teknik berenang dengan posisi dada
menghadap ke permukaan air dimana kedua belah lengan
secara bersamaan ditekan ke bawah dan digerakkan
ke arah luar sebelum diayunkan ke depan.
Renang gaya kupu-kupu merupakan renang yang sulit
dipelajari dibandingkan renang gaya bebas, gaya dada
dan gaya punggung. Oleh sebab itu apabila seseorang
sudah dapat melakukan renang gaya kupu-kupu,
biasanya orang tersebut menguasai semua gaya
dalam renang.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 113
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

2) Cara melaksanakan renang gaya kupu-kupu.


Dalam melaksanakan renang dengan gaya kupu-kupu,
langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut :
a) Kedua lengan diluruskan ke depan, pinggul
sedikit diangkat kedua tumit menuju ke
permukaan dengan kedua lutut sedikit
dibengkokkan, dan kepala masuk ke dalam air
menghadap ke bawah.

b) Kedua tangan secara bersamaan mulai menarik


air ke bawah, kedua tumit sampai ke permukaan
air dan kedua ibu jari kaki lurus. Pinggul
diturunkan, kepala ke bawah air, serta
mengeluarkan nafas melalui mulut dan hidung.

c) Kedua tangan diputar ke dalam dan menarik


dengan kuat ke belakang, kearah tubuh. Kedua
kaki mendorong bersama secara serentak
sampai kedua lutut lurus, diikuti gerakan lanjutan
pergelangan kaki dan telapak kaki.
d) Sewaktu kembali, telapak kaki menuju
permukaan air. Telapak kaki menghadap ke atas,
kedua tangan menarik ke garis tengah tubuh
atau pusat, serta keluarkan udara melalui mulut
dan hidung.

e) Saat kedua tangan berada pada akhir gerakan


menarik, kepaia mulai dinaikkan ke permukaan
air.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 114


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

f) Kedua tangan mendorong ke belakang kearah


paha, kepala dan mulut berada diatas
permukaan air untuk mengambil nafas melalui
mulut, dan kedua kaki melakukan gerakan
kecutan.
g) Pada akhir pengambilan nafas, kedua tangan
mulai digerakkan kembali, diangkat keiuar dari
permukaan air, dan kedua kaki lurus dalam
melakukan gerakan kecutan.

2. Cara Menyelam.

a. Memasuki Air
Anda harus selalu menggunakan cara masuk yang paling
baik pada situasi biasa. Cara masuk yang terbaik
merupakan hal yang paling mudah dan tidak
membingungkan bagi seorang penyelam pada situasi
tersebut. Cara masuk ke dalam air tidak boleh mengejutkan
atau membuat peralatan terlepas; dan pada waktu Anda
telah berada di dalam air, Anda harus dapat melihat,
bernapas, dan mengapung. Sebelum memasuki air, penting
untuk membuat rencana penyelaman.
1) Beberapa langkah penting yang harus Anda ambil,
sebagai tim selam, sebelum penyelaman snorkel :
a) Putuskan arah masuk dan arah yang akan
ditempuh.
b) Putuskan di mana akan keluar dari air tanpa
halangan.
c) Cari tahu apakah ada arus dan ke arah mana
arus tersebut akan membawa anda.
d) Lakukan pemeriksaan pada rekan anda untuk
memastikan bahwa perlengkapannya lengkap,
dan juga sebaliknya pada perlengkapan anda,
terpasang, distel, dan beroperasi dengan benar.
e) Pompa BC anda sehingga anda akan
mengapung setelah anda masuk ke dalam air.
f) Putuskan siapa yang lebih dahulu akan masuk
ke air atau jika anda berada di pantai, apakah
anda akan masuk bersamaan.
2) Masuk dari Pantai

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 115


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Jika berada di pantai dengan ombak mcmecah dekat


pesisir, berjalanlah mundur dengan mengenakan
sepatu katak sampai anda berada di tempat yang
cukup dalam untuk berenang, lain berbaliklah dan
berenang di bawah atau melalui ombak. Jika
kondisinya tenang di tepi pantai, menceburlah tanpa
sepatu katak sampai kira-kira setinggi lutut atau
pinggang, kenakan sepatu katak Anda di sana, lalu
terus berenang.
3) Cara Masuk dengan Posisi Duduk Terkendali.
Cara masuk posisi duduk terkendali merupakan
metode yang paling mudah dan tidak membingungkan
untuk memasuki air. Cara ini dilakukan dari dek kolam
rendah, dok, atau lantai kapal, dan hanya di perairan
yang tenang. Duduk pada tepi dengan kaki anda
menggantung ke dalam air :
a) Tumpukan kedua tangan anda di satu sisi tubuh
berpegangan pada lantai jika memungkinkan.
b) Topang tubuh anda dengan lengan, berbalik dan
masuk perlahan ke dalam air.
c) Keuntungan dari cara masuk ini adalah anda
dapat mempertahankan kestabilan dengan
memiliki kontak tetap dengan lantai, dan hanya
ada sedikit pengaman dari air.

4) Cara masuk dengan melangkah ke dalam (Step-in).


Melangkah ke dalam, atau "langkah raksasa,"
merupakan cara masuk yang umum. Cara ini
dilakukan dari posisi berdiri di dok atau dek perahu
untuk penyelaman.
Permukaan air harus cukup kokoh agar
keseimbangan dapat dipertahankan:
a) Posisikan diri dengan sepatu katak Anda saling
merapat pada titik masuk penyelaman.
b) Pegang masker dengan satu tangan dan ikat
pinggang pemberat dengan tangan lainnya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 116


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c) Melangkahlah dengan satu kaki di depan kaki


yang lain, jari kaki ke atas, tumit ke bawah dan
masuk ke air dengan posisi kaki terbuka seperti
gaya "gunting". Melangkahlah cukup jauh untuk
benar-benar mengosongkan lantai.
d) Peganglah perlengkapan anda sampai
mendarat di permukaan air dan dapat melihat,
bernafas, dan mengapung.

5) Cara melompat masuk dengan kaki lebih dulu (feet


first jumping entry)
Cara masuk yang tepat dari lantai kapal yang lebih
tinggi adalah melompat masuk dengan kaki lebih dulu.
Jika Anda telah meninggalkan lantai tempat titik
masuk, rapatkan sepatu katak anda, dan tetap
posisikan secara horizontal agar anda mendarat pada
bagian telapak kaki dengan lutut sedikit menekuk
untuk mengurangi dampak lompatan.
Pada cara melompat masuk dengan kaki lebih dulu,
sepatu katak akan sangat memperlambat masuknya
anda ke dalam air, tetapi tetap perlu untuk
memegangi masker dan ikat pinggang pemberat anda
pada waktu melompat.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 117


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6) Menggunakan Snorkel.
Kosongkan snorkel dengan meniupkan hembusan
udara dengan cepat dan tajam ke dalamnya, cara ini
disebut metode letup. Sewaktu menggunakan metode
lain selain masuk dengan posisi duduk, genggamlah
masker dan ikat pinggang pemberat anda untuk
menjaganya tetap berada di tempat selama proses
masuk ke dalam air, snorkel tetap berada di dalam
mulut, dan BCS terpompa langsung masuk ke dalam
air, setelah lebih dulu memastikan bahwa area titik
masuk selam anda kosong.

Bernapas dengan snorkel berbeda dari bernapas


secara normal. Hal ini dilakukan dengan proses tiga
langkah yang membantu menjamin agar anda akan
selalu dapat bernapas tanpa dipengaruhi air di dalam
pipa.

Cara menggunakan snorkel adalah dengan popping


methode yang dilaksanakan dengan cara :
a) Anda perlu mengosongkan lagi untuk
menyingkirkan air yang tersisa sebelum
bernapas. Bemapaslah dengan hati-hati melalui
snorkel.
b) Tahanlah napas tadi sehingga anda dapat
"meniup" lagi untuk mengosongkan snorkel.
c) Biasakanlah diri anda dengan pola ini:
kosongkan, tarik napas, dan tahan, lalu ulangi
lagi.
Air akan memasuki snorkel sewaktu Anda menyelam
di bawah air. Cara untuk mengosongkan snorkel pada
waktu berada di dalam air dan naik ke permukaan
disebut metode pengembangan (expansion methode).

b. Prosedur di permukaan.
Setelah melatih metode popping untuk memompa BCS oral,
tunjukkan prosedur di permukaan yang tepat. Prosedur di
permukaan harus segera dilakukan saat penyelam
mencapai permukaan, dan merupakan latihan keselamatan
yang penting. Prosedur ini mencakup tiga fase:
1) Memompa BCS.
Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengapung.
Memompa BC dengan metode popping (Naik Turun di
dalam Air). Metode popping, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1-3, adalah cara terbaik untuk
memompa inflator oral di permukaan. Peringatkan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 118
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

para siswa bahwa prosedur dikatakan benar jika


mereka tidak memakai beban yang terlalu berat. Jika
mereka membutuhkan usaha keras agar tetap berada
di permukaan air, maka mereka harus melepas ikat
pinggang pemberat. Mintalah mereka untuk melatih
hal ini beberapa kali untuk memastikan kompetensi
mereka. Prosedur yang harus dilakukan adalah :
a) Menendang air agar naik ke permukaan
(trappen) dan tariklah napas dalam-dalam sambil
memegang selang inflator di tangan kiri.
b) Relaks dan tenggelamlah dengan wajah
menghadap ke bawah, dan hembuskan sebagian
udara ke dalam BCS melalui selang inflator.
c) Ulangilah gerakan menendang air agar naik ke
permukaan (trappen), tariklah napas Iagi dan
ulangi prosedur pengisian udara ke dalam BCS
melalui selang inflator.
Gambar : Memompa Bc Dengan Metode Popping
(Naik Dan Turun)

2) Menstabilkan diri.
Hal ini dilakukan agar tetap berada di permukaan.
3) Beristirahat.
Hal ini dilakukan agar mereka dapat relaks dan
mengembalikan tenaga yang telah terpakai.

c. Posisi Penyelaman
1) Menyelam dengan posisi kepala masuk terlebih dahulu
(Head-First Dive).
Menyelam dengan posisi kepala masuk terlebih dahulu
adalah posisi yang paling efisien bagi para penyelam
snorkel. Jika dilakukan dengan tepat di perairan
terbuka, penyelam dapat melakukan penyelaman dan
masuk 10-15 kaki di bawah permukaan dan pada
posisi relaks. Tujuannya adalah memberikan daya
angkat yang diperlukan tubuh bagian bawah untuk
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 119
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dapat masuk kedalam air secepat mungkin sehingga


beban yang ada dapat mendorong seluruh tubuh untuk
turun. Prosedur tepatnya ditunjukkan oleh gambar
1- 4.
a) Usahakan agar kaki berada dekat dengan
permukaan untuk mengurang: usaha daya
angkat.
b) Bila sudah siap, bungkukkanlah tubuh dari
pinggang dan tundukkan kepala ke arah bawah.
c) Pada saat yang sama, Naikkan kaki ke atas.
Posisi yang diinginkan adalah agar tubuh
membentuk garis vertikal, dengan kepala berada
di bawah, dar
kaki sepenuhnya berada di luar air. Jika siswa
dapat melakukan posisi ini beban yang ada di
kaki akan mendorong tubuh untuk turun.
d) Jagalah agar tubuh tetap berada dalam posisi
lurus untuk mengurangi dayi tahan air dan untuk
membantu tubuh masuk ke dalam air.

2) Menyelam dengan posisi kaki masuk terlebih dahulu.


Menyelam dengan posisi kaki masuk terlebih dahulu,
seperti ditunjukkan oleh gambar 1-5, terutama
digunakan untuk daerah yang ditumbuhi oleh rumput
laut, Tujuannya adalah untuk membuka jalan di antara
rumput laut, untuk itu pertama-tama turunkan kaki
terlebih dahuiu di bawah lapangan rumput laut di
permukaan, lalu berbaliklah dan berenang ke bawah
dengan posisi kepala terlebih dahulu. Setelah Anda
membuka jalan, menendanglah dengan keras dan
doronglah tubuh bagian atas sejauh mungkin dari air.
Angkatlah tangan melewati kepala dan jatuhkan
sejauh mungkin dibawah permukaan. Setelah itu,
gulungkan tubuh, arahkan kepala ke bawah, dan
berenanglah menuju dasar. Karena hanya sedikit
orang di luar pesisir barat yang berenang di daerah
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 120
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

berumput laut, maka bila instruktur menginginkannya


maka latihan ini dapat ditiadakan.

untuk masuk ke dalam air dan berada di sepanjang sisi


kolam renang. Dengan masker terpasang dan snorkel
berada di mulut, Peserta didik diperintahkan untuk
mengempiskan BCS sepenuhnya dan
menghembuskan napas. Berdasarkan ciri daya apung
pribadi, perkirakan jumlah beban yang dibutuhkan.
Untuk memberikan pemberat dapat dipergunakan
dengan ikat pinggang pemberat.

d. Tendangan Kibasan
1) Di permukaan
Berenang di permukaan membutuhkan daya apung
dan tendangan yang tepat. Para perenang biasanya
tidak ingin sepatu kataknya memecah permukaan. Hal
ini hanya akan membuang-buang tenaga. Posisi
terbaik adalah dengan menekuk sepatu katak dengan
sudut yang kecil mengarah ke bawah. BCS harus terisi
cukup udara agar dapat memberikan daya angkat
pada paru-paru.

Selain itu, dengan posisi ini, kaki berada cukup jauh di


bawah permukaan sehingga saat menendang kaki
tidak keluar dari air dan menghasilkan tendangan yang
panjang, kuat, dan lurus, seperti yang ditunjukkan
pada gambar 1-2.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 121


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar-2 Tendangan Kibasan

2) Di bawah air
Tendangan kibasan adalah sebuah tendangan yang
panjang dan lurus. Jagalah kaki selurus mungkin
dengan menjadikan tumit sebagai engsel bagi sepatu
katak. Tendangan yang panjang dan dalam sehingga
dapat memindahkan banyak air adalah jenis
tendangan yang terbaik. Peserta didik harus berusaha
untuk menghasilkan tendangan yang relaks dan efisien
sehingga dapat memberikan hasil yang maksimal
dengan usaha yang minimal. Ingatkan peserta didik
agar tidak berenang dengan cepat. Untuk menambah
kecepatan di dalam air dibutuhkan usaha empat kali
lipat.

3) Tendangan Lumba-lumba (Pilihan).


Tendangan lumba-lumba adalah pilihan lainnya.
Tendangan ini sebenarnya memiliki nilai praktis, tetapi
tendangan ini dapat menghilangkan sepatu katak.
Berenang dengan hanya menggunakan satu sepatu
katak dapat menjadi hal yang sulit, tetapi bila Anda
menempatkan kaki Anda bersama-sama, dengan satu
kaki berada di atas satu kaki lainnya, lalu
menggerakkan tubuh dalam gerakkan seperti lumba-
lumba, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 1-6,
Anda dapat berenang dengan efisien menggunakan
tendangan ini.

Gambar 1-3 Tendangan Lumba-Lumba

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 122


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Muncul ke Permukaan
1) Tahan tangan kiri sedikit di atas kepala.
Tujuan dan menggunakan tangan kiri adalah karena
inflator oral pada BCS terletak di sebelah kiri dan
pada praktiknya anda dapat meminta peserta didik
untuk memegang inflator oral sebagai latihan.
2) Gunakan tangan kanan untuk menemukan beban
pada ikat pinggang pemberat dan gerakkan tangan
pada ikat pinggang pemberat. Tujuan dari menemukan
kepala ikat pinggang adalah agar peserta didik
mengetahui pentingnya dari menemukan letak dari
kepala ikat pinggang sebelum naik dan menjadikan hal
ini sebagai kebiasaan.
3) Lihat lah ke atas dan menendang lah dengan lembut
ke permukaan. Gerakkan memutar saat naik ke atas
membantu meningkatkan daya penglihatan.
f. Menemukan lokasi sistem pemberat (metode tank dengan
cepat)
Penggunaan pemberat yang tepat, sebelum memulai
latihan menyelam di permukaan, banyak peserta didik yang
akan membutuhkan sedikit beban untuk menetralkan daya
apung positif.
Setelah peserta didik di timbang dengan tepat, tunjukkan
pada mereka bagaimana cara untuk menemukan lokasi dan
sistem pemberat, dalam rangka menyiapkan mereka untuk
menunjukkan bagaimana cara untuk melepas sistem
pemberat.
Untuk saat ini, sudah cukup bagi peserta didik mengetahui
bagaimana cara menemukan lokasi dari sistem pemberat,
dan agar menyadari pentingnya melepas sistem pemberat
di saat darurat. Prosedurnya adalah :
1) Letakkan tangan pada paha.
2) Gerakkan tangan ke atas sampai menemukan ikat
pinggang.
Gerakkan tangan kanan ke arah dalam untuk menemukan
kepala ikat pinggang (jika menggunakan jenis ikat pinggang
yang dilepas dengan menggunakan tangan kanan).

3. Cara Mendayung.

Cara mendayung ada dua macam :


a. Mendayung lambat
Adalah suatu kegiatan mendayung yang dilakukan oleh
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 123
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sekelompok orang dengan gerakan dan hitungan lambat.


Cara mendayung lambat :
1) Aba-aba ”Persiapan” dayung diletakkan melintang di
atas paha dengan pegangan yang benar.
2) Hitungan ”satu” dayung didorong ke depan ujung
daun dayung berada di permukaan air dengan posisi
badan bungkuk.
3) Hitungan ”dua” daun dayung di masukkan ke dalam
air.
4) Hitungan ”tiga” setelah daun dayung masuk ke air
ditarik bersama – sama ke belakang sehingga perahu
bergerak.
5) Hitungan ”empat” kembali ke tindakan awal.
b. Mendayung cepat
Suatu kegiatan mendayung yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan gerakan dan dengan hitungan
cepat.
Cara mendayung cepat :
1) Aba-aba ”Persiapan” dayung diletakkan melintang
pada kedua paha dengan pegangan yang benar.
2) Hitungan ”satu” daun dayung langsung dimasukkan
ke air dengan posisi badan bungkuk.
3) Hitungan ”dua” dayung ditarik ke belakang dengan
bersama-sama sehingga perahu bergerak.
4) Kembali ke hitungan satu dilanjutkan hitungan dua
begitu seterusnya.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 124


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 3
PENGOPERASIAN MOTOR TEMPEL

1. Tahapan-tahapan Mengoperasikan Motor Tempel dan Perahu


Karet.

a. Bentangkan perahu karet yang masih tergulung di lantai


b. siapkan pompa udara buka penutup pentil udara yang
terletak pada sisi kiri dan kanan pada perahu karet
c. pompakan udara /alirkan udara kedalam perahu karet
sampai posisi karetnya tidak terlalu kencang
d. siapkan kerangka dan papan lantai perahu karet
e. pasangkan lantai dibagian depan di dalam perahu karet
terlebih dahulu
f. posisikan lobang pada papan sejajar dengan lobang
pengisisan udara lunas perahu karet
g. pasang papan lantai sesuai dengan urutannya
h. sestelah papan lantai terpasang semua masukan besi
pengunci pada sisi kiri dan kanan perahu karet
i. pompa kembali perahu karet sampai mengencang
j. persiapkan mesin tempel perahu karet
k. turunkan perahu karet kedalam air
l. turunkan mesin tempel keatas perahu karet
m. pasang mesin tempel kebagian bagia papan buritan perahu
karet
n. kencangkan klam pengikat mesin dengan papan perahu
dasar
o. setelah siap siapkan tangki dan selang bahan bakar keatas
perahu karet
p. sambungkan selang bahan bakar ke tangki bahan bakar dan
ke mesin
q. tekan pompa bahan bakar pada selang sebanyak 7 sampai
10 x tekanan
r. kaitkan kunci starter pada tombol stater dimesin tempel
s. tarik tali stater untuk menyalakan mesin
t. setelah mesin menyala perahu karet siap digunakan.

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 125


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

POKOK BAHASAN 4
BASIC SAFETY TRAINING (BST)

1. 10 Prinsip Bertahan Hidup di Laut dan Teori Api.

a. 10 prinsip bertahan hidup di lut.


1) pengetahuan ,peralatan dan kemauan hidup adalah
modal utama
2) jangan panic,jangan membuang waktu segera lengkapi
pakaian dan alat penyelamat
3) lakukan dengan tertib petunjuk awak kapal/pemimpin
penyelamat
4) jangan meloncat ke laut bila tidak perlu
5) jangan meloncat lebih dari ketinggian 4.5 meter bila
menggunakan baju renang (life jacket)
6) jangan meloncat ke dalam rakit penolong kembung
atau pada pusaran air
7) hemat tenaga bila anda terapung-apung
8) Gunakan survival di kapal yang anda temukan
9) jangan minum air laut,berhemat dan atur pemakaian air
tawar yang ada
10) Jangan makan/minum bahan bahan yang mengandung
protein (misalnya susu) karena akan menambah
kebutuhan akan air
b. Teori api
Bahan yang mudah terbakar- Barang padat, cair atau gas
(kayu, kertas, textil, bensin, minyak, acetelin dll).
Panas (suhu) - pada lingkungannya memiliki suhu yang
demikian tingginya, (sumber panas dari sinar matahari, Listrik
(kortsluiting, panas energimekanik (gesekan), Reaksi Kimia,
Kompresi Udara).
Oksigen (O2) - adanya Zat Asam (O2) yang
cukup.Kandungan (kadar) O2 ditentukan dengan persentasi
(%), makin besar kadar oksigenmaka api akan menyala
makin hebat, sedangkan pada kadaroksigen kurang dari 12
% tidak akan terjadi pembakaran api. Dalamkeadaan normal
kadar oksigen diudara bebas berkisar 21 %, makaudara
memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

2. Pencegahan Kebakaran.

a. Waspadai rokok bagi mereka yang perokok


b. Hindarkan pemantik dan korek api dari jangkauan anak-anak
c. Jauhkan benda yang mudah terbakar
d. Gunakan alat-lat kelistikan secukupnya
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 126
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

e. Rencanakan jalur evakuasi

3. Peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap

Peralatan pemadam kebakaran tetap

a. Pengertian
Sistem pemadam api tetap adalah sistem pemadaman yang
instalasinya dipasang tetap, yang dapat mengalirkan dan
menyalurkan media pemadam ketempat kebakaran dengan
jumlah yang cukup.

Dan diharapkan kebakaran dapat dipadamkan tanpa banyak


melibatkan aktifitas orang (regu pemadam), walaupun biaya
pemasangannya cukup mahal namun kemampuan
menanggulangi berbagai tingkat resiko kebakaran sangat
akurat/ efektif.

Faktor yang harus diperhatikan waktu pemasangan :


1) Klasifikasi kebakaran (A,B,C,D) yang mungkin terjadi.
2) Media pemadam yang digunakan.
3) Lokasi lokasi dan bahaya khusus.
4) Kemungkinan terjadi ledakan.
5) Pengaruh terhadap keseimbangan kapal.
6) Metode dari fire detector
7) Perlindungan terhadap awak kapal.

Jenis jenis pemadam api tetap :


1) Fire main system
2) Carbon dioxide & foam system
3) Instalasi spinkler tekanan dan pemancar air
4) Pompa kebakaran darurat
5) Dry chemical System

Fire Main system :


1) Sistem utama menghadapi kebakaran
2) Setiap awak kapal harus mengetahui bagaimana
menggunakan dan mengoperasikan sistem ini
3) Sistem ini mensuplai air keseluruh bagian kapal.
4) Mengalirkan air kelokasi kebakaran hanya dapat
dibatasi oleh sistem ini sendiri

Sistem ini terdiri dari :


1) Pompa kebakaran
2) Pipa pipa (pipa main dan branch lines)
3) Katup katup pengontrol
4) Selang dan pemancar
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 127
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. System penyelimutan karbon dioksida :


Pada umumnya peralatan instalasi pemadam tetap CO2
terdiri dari lima bagian pokok yaitu :
1) Alat alat deteksi bahaya kebakaran
2) Panel kontrol
3) Alarm/bel
4) Tabung tabung utama pemadam Co2
5) Tabung start CO2

Gambar
Pemadam system CO2

Cara kerja operasional :


1) Pada tabung tabung utama CO2 yang berisi bahan CO2
cair dan bertekanan, merupakan bagian pokok yang
befungsi untuk memadamkan kebakaran.
2) Katup katup pengeluaran masing masing tabung diatas
dihubungkan satu sama lain dengan suatu pipa, untuk
nantinya berhubungan dengan satu nozzle
pengeluaran (eruption head)
3) Nozzle pengeluaran akan memancarkan semua isi
tabung tabung utama setelah sistem otomatisasi
pemadam dijalankan.
4) Tabung start CO2 adalah bagian yang berfungsi untuk
menstart tabung tabung utama. Caranya dengan
memberikan tekanan gas yang cukup besar sehingga
katup katup pengeluaran bagian utama terbuka dan
bahan pemadam CO2 memancar keluar melalui Nozzle
pengeluaran.
5) Dalam melaksanakan fungsinya tabung start CO2

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 128


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

tersebut dilengkapi dengan peralatan peralatan


elektronis diantaranya dikendalikan dari panel solenoid,
yang bekerjanya dikendalikan dari panel kontrol yaitu
dengan menekan tombol start.
6) Dan biasanya tabung start Co2 terdiri dari dua atau tiga
tabung berukuran kecil berisi gas CO2 dengan tekanan
besar, namun ada pula yang menggunakan satu
tabung dengan ukuran yang agak besar.

c. Foam Fixed Instalation


Bahan pemadam busa efektif untuk memadamkan
kebakaran kelas B (minyak, solar dan cairan lainnya). Untuk
memadamkan kebakaran benda padat (klas A) kurang baik,
karena ada kemungkinan api masih tetap menyala terutama
yang berada diantara benda benda yang terbakar, karena
disitu masih terdapat udara.

Menurut proses pembuatannya terdapat dua jenis busa,


yaitu busa kimia dan busa mekanis, busa kimia lebih kental
dan kenyal sehingga cocok untuk menutupi lapisan
permukaan minyak yang terbakar, karena busa dapat
dengan cepat disemprotkan keseluruh permukaan daerah
kebakaran, busa kurang sesuai untuk disemprotkan
kepermukaan cairan karena busa lebih mudah larut dalam
air.

Untuk menghasilkan busa mekanis digunakan sebuah


generator dimana bubuk bahan busa dimasukan kemudian
air dan udara dialirkan melalui sebuah injektor dibagian
bawah generator dalam perbandingan tertentu, begitu bubuk
busa bercampur dengan air dan udara dan diberi tekanan
maka akan terbentuklah busa mekanik itu.

Gambar
Sistem Instalasi Foam

d. Sistem pendingin alat pemadam api percik otomatis,


pancaran tirai api bertekanan.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 129
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

1) Instalasi Sprinkler
Instalasi ini biasanya dipasang di gedung gedung atau
kapal kapal penumpang pada ruang kantor, ruang tidur,
ruang makan, ruang merokok dsb.

Sebagai bahan pemadam digunakan air, sehingga


hanya digunakan untuk memadamkan kebakaran klas
A sehingga didalam kamar mesin, palka, gudang
minyak/cat tidak dipasang instalasi ini.

Peralatannya terdiri dari :


a) Pipa pipa (pipings)
b) Katup katup (valve)
c) Sprinkler heads
d) Pompa (pump)
e) Alarm
f) Pensuplai air (water supply)

Sprinkler ini berfungsi sebagai katup penutup yang


dipasang diujung ujung penyalur yang menuju keruang
ruang diatas plafon menghadap kebawah.

Gambar
Sprinkler sistem manual

Cara kerja sistem sprinkler manual :


Sprinkler tipe kering menggunakan pegas dan timah
tipis sebagai penahan (penutup) keluarnya air dari pipa
penyalur. Apabila terjadi kebakaran maka akan timbul
panas dan panas ini (kurang lebih 700 C) akan
mencairkan timah dan putus, akibatnya pegas akan
terlepas dan lubang air terbuka, air akan memancar

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 130


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keluar ditahan oleh deflektor untuk disebar dan


dikabutkan keruangan.

Gambar
Sprinkler sistem otomatis

Cara kerja spinkler sistem otomatis :


Dalam keadaan normal tidak ada bahaya kebakaran
apabila sisten ini dioperasikan maka pompa akan
berjalan menghisap air dari tangki air, dimasukan
kedalam tangki tekan kemudian dialirkan kepipa
penyalur sampai keujung-ujung sprinkler didalam
ruangan ruangan tertentu.

Karena sprinkler ini dalam keadaan tertutup air tidak


dapat keluar dan tertahan. Akibatnya tekanan air
didalam tangki tekan bertambah besar dan pada
tekanan tertentu akan menjalankan alat kontak listrik
untuk memutuskan listrik pada pompa dan pompa akan
berhenti (stop).

Hal ini akan demikian seterusnya selama tidak ada


kebakaran dituangan tersebut atau tidak terdapat
kebocoran pada pipa penyalurannya, apabila terjadi
kebakaran diruangan tersebut maka diruangan ter
sebut terdapat kenaikan panas, setelah panas cukup
tinggi botol kaca pada sprinkler akan pecah dan
bersamaan dengan itu sumbat akan terbuka dan air
segera memancar kebawah, diterima oleh deflektor
kemudian dipancarkan menyebar kesebagian ruang- an
dan sebagian air sudah ada yang mengabut.

Dengan keluarnya air melalui lubang sprinkler tadi


tekanan didalam tangki akan berkurang sehingga
kontak bekerja kembali untuk menjalankan pompa
untuk menyuplai air ke sprinkler (tekanan air kurang).
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 131
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Dengan demikian instalasi ini dapat memadamkan


kebakaran secara otomatis pada instalasi ini dapat pula
dihubungkan dengan alarm (bel) atau tanda lampu
untuk memberitahukan adanya bahaya kebakaran.

e. International Ship/ Shore Connection


Pada saat ini semua kapal diharuskan mempunyai suatu alat
yang dapat digunakan untuk menyambung selang selang air
dengan pipa air yang ada didarat, pelabuhan, alat tersebut
dikenal dengan sebutan International Ship Connection.

Standar ukuran untuk International Ship Connection adalah


sbb :
1) Diameter luar : 7 inchi (170 mm)
2) Diameter tengah : 5,25 inchi (132 mm)
3) Diameter dalam : 2,5 inchi (64 mm)
4) Diameter parit kopling : 0,75 inchi (19 mm)
5) Tebal kopling : min 14,5 mm
6) Mur dan baut berjumlah 4 buah masing masing panjang
50 mm dan diameter 16 mm.

Syarat syarat yang harus dipenuhi untuk ISC adalah :


1) Dibuat dari material yang mampu menahan tekanan
sebesar 10,5 kg/cm atau 150 PSI
2) Salah satu permukaan kopling harus rata, sedangkan
sisi yang lain sesuai ukuran kopling kapal
3) Alat ini harus dipasang tetap pada lambung kiri dan
kanan kapal lengkap dengan mur dan bautnya, supaya
sewaktu waktu diperlukan mudah digunakan

Gambar
International Ship Connection

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 132


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Pemadam tidak tetap

Gambar
Pemadam busa

Gambar
Pemadam CO2

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 133


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Gambar
Pemadam Dry Chemical

4. Teknik pemadaman

Teknik pemadaman ada empat cara, yaitu :


a. Starvation (menghilangkan atau mengurangi bahan bakar
sampai dibawah batas bisa terbakar)
b. Smothering (menyelimuti atau menghilangkan atau
memisahkan udara dengan bahan bakar, sedang dilution
(mengurangi/ memisahkan kadar zat asam)
c. Cooling (mengurangi panas sampai bahan bakar mencapai
suhu dibawah titik nyala atau mendinginkan)
d. Cut chain Reaction (memutuskan rantai reaksi pembakaran,
baik secara kimiawi maupun mekanis)

5. Cara Penyelamatan Jiwa di Laut dan Evakuasi Korban.

Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak


buah kapal serta pemilik kapal maupun Iingkungan taut bahkan
juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar taut,
sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu
sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat
mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi
tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun
kerjasama dengan pihak yang terkait.

Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat


dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada
jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat
disusun sebagai berikut :
a. Tubrukan
b. Kebakaran/ledakan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 134
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

c. Kandas
d. Kebocoran/tenggelam
e. Orang jatuh ke laut
f. Pencemaran.

Dalam keadaan darurat atau bahaya setia awak kapal wajib


bertindak sesuai ketentuan sijil darurat, oleh sebab itu sijil darurat
senantiasa dibuat dan diinformasikan pada seluruh awak kapal.

Sijil darurat di kapal perlu di gantungkan di tempat yang strategis,


sesuai, mudah dicapai, mudah dilihat dan mudah dibaca oleh
seluruh pelayar dan memberikan perincian prosedur dalam
keadaan darurat, seperti :
a. Tugas-tugas khusus yang harus ditanggulangi di dalam
keadaan darurat oleh setiap anak buah kapal.
b. Sijil darurat selain menunjukkan tugas-tugas khusus, juga
tempat berkumpul (kemana setiap awak kapal harus pergi).
c. Sijil darurat bagi setiap penumpang harus dibuat dalam
bentuk yang ditetapkan oleh pemerintah.
d. Sebelum kapal berangkat, sijil darurat harus sudah dibuat
dan salinannya digantungkan di beberapa tempat yang
strategis di kapal, terutama di ruang ABK.
e. Di dalam sijil darurat juga diberikan pembagian tugas yang
berlainan bagi setiap ABK, misalnya:
1) Menutup pintu kedap air, katup-katup, bagian mekanis
dari lubang-lubang pembuangan air di kapal d1l,
2) Perlengkapan sekoci penolong termasuk perangkat
radio jinjing maupun perlengkapan Iainnya.
3) Menurunkan sekoci penolong.
4) Persiapan umum alat-alat penolong / penyelamat
lainnya.
5) Tempat berkumpul dalam keadaan darurat bagi
penumpang.
6) Alat-alat pemadam kebakaran termasuk panel kontrol
kebakaran.
f. Selain itu di dalam sijil darurat disebutkan tugas-tugas
khusus yang dikerjakan oleh anak buah kapal bagian CID
(koki, pelayan d1l), seperti :
1) Memberikan peringatan kepada penumpang.
2) Memperhatikan apakah mereka memakai rompi renang
mereka secara semestinya atau tidak.
3) Mengumpulkan para penumpang di tempat berkumpul
darurat.
4) Mengawasi gerakan dari para penumpang dan
memberikan petunjuk di gang-gang atau di tangga.
5) Memastikan bahwa persediaan selimut telah dibawa ke

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 135


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

sekoci / rakit penolong.


g. Dalam hal yang menyangkut pemadaman kebakaran, sijil
darurat memberikan petunjuk cara-cara yang biasanya
dikerjakan dalam terjadi kebakaran, serta tugas-tugas
khusus yang harus dilaksanakan dalam hubungan dengan
operasi pemadaman, peralatan-peralatan dan instalasi
pemadam kebakaran di kapal.
h. Sijil darurat harus membedakan secara khusus semboyan-
semboyan panggilan bagi ABK untuk berkumpul di sekoci
penolong mereka masing-masing, di rakit penolong atau di
tempat berkumpul untuk memadamkan kebakaran.
Semboyan-semboyan tersebut diberikan dengan
menggunakan ruling kapal atau sirine, kecuali di kapal
penumpang untuk pelayaran internasional jarak pendek dan
di kapal barang yang panjangnya kurang dari 150 kaki
(45,7m), yang harus dilengkapi dengan semboyan¬-
semboyan yang dijalankan secara elektronis, semua
semboyan ini dibunyikan dan anjungan.

Semboyan untuk berkumpul dalam keadaan darurat terdiri


dari 7 atau lebih tiup pendek yang diikuti dengan 1 tiup
panjang dengan menggunakan suling kapal atau sirine dan
sebagai tambahan semboyan ini, boleh dilengkapi dengan
bunyi bel atau gong secara terus menerus.

Jika semboyan ini berbunyi, itu berarti semua orang di atas


kapal harus mengenakan pakaian hangat dan baju renang
dan menuju ke tempat darurat mereka. ABK melakukan
tugas tempat darurat mereka. Sesuai dengan apa yang
tertera di dalam sijil darurat dan selanjutnya menunggu
perintah.

Setiap juru mudi dan anak buah menuju ke sekoci dan


mengerjakan :
a. Membuka tutup sekoci, lipat dan masukkan ke dalam sekoci
(sekoci-sekoci kapal modern sekarang ini sudah tidak
memakai tutup lagi tetapi dibiarkan terbuka).
b. Dua orang di dalam sekoci masing-masing seorang di depan
untuk memasang tali penahan sekoci yang berpasak (cakil)
dan seorang yang dibelakang untuk memasang pro sekoci.
c. Tali penahan yang berpasak tersebut dipasang sejauh
mungkin ke depan tetapi sebelah dalam dari lapor sekoci
dan disebelah luar tali-tali lainnya, lalu dikencangkan.
d. Memeriksa apakah semua awak kapal dan penumpang telah
memakai rompi renang dengan benar/tidak.
e. Selanjutnya siap menunggu perintah.

Untuk mampu bertindak dalam situasi darurat maka setiap awak


kapal harus mengetahui dan terampil menggunakan perlengkapan
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 136
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

keselamatan jiwa di laut dan mampu menggunakan sekoci dan


peralatannya maupun cakap menggunakan peralatan pemadam
kebakaran.
a. Evakuasi
1) Meninggalkan kapal
Perintah “meninggalkan kapal atau abandon ship”
adalah suatu perintah terakhir yang diambil dari
Nahkoda bilamana terjadi keadaan darurat di atas
kapal seperti : terbakar, kandas, bocor yang
diakibatkan oleh tubrukan lain-lain tidak dapat diatasi.
Apabila ada perintah/order meninggalkan kapal, maka
seluruh awak kapal harus menuju ke tempat berkumpul
yang telah ditentukan untuk melaksanakan tugas
sesuai sijil meninggalkan kapal.
2) Persiapan perorangan sebelum meninggalkan kapal
Tindakan pertama mendengar isyarat tanda bahaya
a) Gunakan seluruh pakaian sebagai pelindung
Bila anda harus meninggalkan kapal pakailah
pakaian sebagai pelindung. Pakaian akan
melindungi diri dari dinginnya air dan udara di
laut, teriknya matahari dan ikan-ikan buas di laut.
Pakaian sebagai pelindung memperpanjang
waktu hidup anda.
b) Kenakan life jacket
Walaupun pandai berenang, kenakan life Jacket
karena akan memungkinkan anda terapung
dalam waktu lama.
c) Terjun ke laut memakai rompi renang
Bila terpaksa harus terjun ke laut, lakukan sesuai
petunjuk berikut :
(1) Berdiri tegak di sisi kapal, lihat ke
permukaan laut untuk memastikan adanya
pusaran air atau benda-benda yang
menghalangi;
(2) Tutup hidung dan mulut dengan sebelah
tangan untuk mencegah air masuk ketika
terjun;
(3) Pegang bagian atas life jacket di satu sisi.
Sebaiknya silangkan kedua tangan.
(4) Loncatlah dengan kaki tertutup rapat dan
lurus/disilangkan, pandangan ke depan.
(5) Hindari meloncat langsung ke life boat atau
life raft, dan ingat jangan terjun dari
ketinggian lebih dari ketinggian 4,5 meter.
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 137
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

d) Penguasaan diri dari kepanikan


Tiga faktor di dalam penguasaan diri dari
kepanikan :
(1) Kemauan yang besar untuk tetap hidup
secara psikis dapat timbul dari adanya
tanggung jawab moral terhadap keluarga
atau dinas, disamping dorongan dan
semangat pribadi;
(2) Jangan lari dari ketakutan itu, pelajari apa
yang menyebabkan ketakutan itu, setelah
jelas ambil tindakan atau persiapan untuk
mengurangi rasa takut tersebut.
(3) Berdoa adalah cara yang tepat untuk
memperkuat mental pribadi.

b. Cara bertahan hidup di air


Cara bertahan hidup perorangan, tindakan ketika berada
di air:
1) Bila telah meloncat dari kapal usahakan erapung
dengan posisi terlentang ;
2) Diam terapung sebelum pertolongan tiba;
3) Jangan minum air laut;
4) Bila dekat dengan kapal penolong, berenanglah
dengan posisi terlentang dan gunakan kedua tangan/
lengan sebagai pengayuh;
5) Selalu berhemat energi dalam tubuh agar bertahan
hidup sampai pertolongan tiba.

Rangkuman

1. Pengertian PPGD

PPGD : Pertolongan Pertama Gawat Darurat


PMD : Pertolongan Medik Darurat
Arti nya memberi perawatan darurat bagi korban, sebelum
mendapat pertolongan yang lebih lanjut oleh dokter atau petugas
kesehatan lainnya.

2. Tujuan PPGD :
a. Menyelamatkan jiwa korban.
b. Mencegah, membatasi bahaya cacat, dan infeksi.
c. Meringankan penderitaan korban

3. Cara berenang
a. Teknik dasar renang dengan gaya dada
SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 138
HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Teknik dasar renang dengan gaya bebas


c. Teknik dasar renang dengan gaya punggung
d. Teknik dasar renang gaya kupu-kupu

4. Cara menyelam
a. memasuki air
b. prosedur di permukaan
c. posisi penyelaman
d. tendangan kibasan
e. muncul ke permukaan
f. Menemukan lokasi sistem pemberat (metode tank dengan
cepat)

5. Cara mendayung
a. mendayung lambat
b. mendayung cepat

6. Pencegahan kebakaran
a. Waspadai rokok bagi mereka yang perokok
b. Hindarkan pemantik dan korek api dari jangkauan anak-anak
c. Jauhkan benda yang mudah terbakar
d. Gunakan alat-lat kelistikan secukupnya
e. Rencanakan jalur evakuasi

7. Teknik pemadaman
a. Starvation (menghilangkan atau mengurangi bahan bakar
sampai dibawah batas bisa terbakar)
b. Smothering (menyelimuti atau menghilangkan atau
memisahkan udara dengan bahan bakar, sedang dilution
(mengurangi/ memisahkan kadar zat asam)
c. Cooling (mengurangi panas sampai bahan bakar mencapai
suhu dibawah titik nyala atau mendinginkan)
d. Cut chain Reaction (memutuskan rantai reaksi pembakaran,
baik secara kimiawi maupun mekanis)

Latihan
1. Jelaskan prinsip-prinsip umum PPGD !
2. Jelaskan teknik pernapasan buatan, penanganan pendaraan,
syok, luka bakar, melepuh dan tersengat listrik !
3. Jelaskan cara berenang !
4. Jelaskan cara menyelam !
5. Jelaskan cara mendayung !

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 139


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

6. Jelaskan metoda rescue !


7. Jelaskan tahap persiapan motor tempel dan perahu karet !
8. Jelaskan pengoperasian motor tempel dan perahu karet !
9. Jelaskan prinsip-prinsip keselamatan dan teori api !
10. Jelaskan pencegahan kebakaran !
11. Jelaskan peralatan pemadam kebakaran tetap dan tidak tetap !
12. Jelaskan metode pemadam kebakaran !
13. Jelaskan cara penyelamatan jiwa di laut dan evakuasi korban !
14. Jelaskan tentang perlengkapan keselamatan jiwa di laut !
15. Jelaskan peralatan isyarat dan piroteknik !

SEARCH AND RESCUE (SAR) PERAIRAN 140


HPP-LAT BINTARA FUNGSI POLAIR

Anda mungkin juga menyukai