Lesson Study Komplet

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 144

LESSON STUDY

Model Pembinaan Profesi Pendidik


dan Tenaga Kependidikan

Ahmad Fadloli,M.Pd.
LESSON STUDY
Model Pembinaan Profesi Pendidik
dan Tenaga Kependidikan

Ahmad Fadloli,M.Pd.

Editor: Rudi G. Aswan


Layout: Tim Halaman Moeka
Desain Sampul: Halaman Moeka
Cetakan Pertama: Januari 2014
ISBN:978-602-26905-6-6

Halaman Moeka Publishing


Penerbit & Jasa Penerbitan Buku
Jl. Manggis IV No.2 RT 07/04
Tanjung Duren Selatan, Jakarta Barat
Weblog: halamanmoeka.com
Email: halamanmoeka@gmail.com
KATA PENGANTAR

A lhamdulillah. Puji syukur ke hadirat Ilahi Rabbi


karena atas perkenan-Nya buku berjudul Lesson
Study: Model Pembinaan Profesi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Teori dan Implementasinya dapat penulis
rampungkan.
Sudah lama penulis berkeinginan untuk berbagi
pengalaman tentang kegiatan lesson study melalui buku.
Keinginan tersebut lebih kuat karena terinspirasi oleh
pertanyaan peserta saat penulis menjadi presenter pada
kegiatan International Confrence for Lesson Study (ICLS)
tahun 2013 yang bertempat di Gedung JICA Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Seorang peserta bertanya tentang bagaimana cara
melaksanakan refleksi pembelajaran pada kegiatan lesson
study sehingga guru yang mengajar tidak “jera” dan guru-
guru yang lain “mau dan berani” menjadi guru model.
Pertanyaan tersebut membuat penulis lebih
bersemangat dalam menyelesaikan buku ini karena isinya
mencakup jawaban dari pertanyaan tersebut.
Selain itu, buku ini ditulis untuk memberikan wacana
dan panduan praktis bagi guru-guru, pengurus KKG/

Lesson Study iii


MGMP, kepala sekolah, pengawas atau stakeholder
pendidikan yang lain tentang pelaksanaan lesson study.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan
semangat, motivasi, serta masukan, terutama kepada
istri tercinta Reni Haerani, S.Pd. serta dua putriku
Thifal Nurkhansa dan Najah Khairunnisa yang sudah
memberikan dorongan secara materiil maupun moril
sehingga menambah semangat untuk menulis dan
menyelesaikan buku ini.
Saya meyakini bahwa buku ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran atau
masukan dari semua pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya, mudah-mudahan tulisan yang sederhana
ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca
serta bernilai ibadah di sisi-Nya. Amin.

Penulis

iv Achmad Fadloli
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan 1
Bab 2 Pengertian Lesson Study 3
Bab 3 Perjalanan Lesson Study di Indonesia 21
Bab 4 Persiapan Sebelum Mengadakan
Lesson Study 25
Bab 5 Tahapan Pelaksanaan Lesson Study 39
Bab 6 Tata Tertib Kegiatan Open Lesson 105
Bab 7 Tata Cara Melakukan Refleksi Pembelajaran
dalam Lesson Study 109
Bab 8 Pola Kegiatan Lesson Study yang
Dikembangkan 115
Bab 9 Kaitan Lesson Study dan Kompetensi
Guru 119
Bab 10 Dampak Pelaksanaan Lesson Study 127

Daftar Pustaka 131


Tentang Penulis 135

Lesson Study v
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kemampuan dasar profesionalisme guru 6


Tabel 2: Persiapan kegiatan lesson study 37
Tabel 3: Rekapitulasi hasil plan 1 53
Tabel 4: Contoh format penilain unjuk kerja 75
Tabel 5: Contoh format penilaian portofolio 78
Tabel 6: Format rubrik penskoran 80
Tabel 7: Hubungan kompetensi guru dengan kegiatan
lesson study 121

vi Achmad Fadloli
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Daur lesson study yang terorientasi pada


praktik 40
Gambar 2: Daur lesson study 40
Gambar 3: Foto kegiatan Plan LSMGMP IPA cluster
D Kabupaten Karawang 41
Gambar 4: Foto Plan 1 pada LSMGMP IPA di Kota
Sukabumi tahun 2011 47
Gambar 5: Foto peer teaching LSMGMP IPA Kota
Sukabumi tahun 2012 90
Gambar 6: Foto kegiatan sharing dengan pakar
LSMGMP IPA Kabupaten Karawang
tahun 2011 92
Gambar 7: Alur kegiatan pada tahap Plan 92
Gambar 8: Foto open lesson LSMaster teacher
Kabupaten Karawang tahun 2010 93
Gambar 9: Foto kegiatan sebelum open lesson
LSMGMP Kota Sukabumi
tahun 2012 94
Gambar 10: Foto guru mengajar open class di SMPN 2
Karawang Barat tahun 2011 95
Gambar 11: Foto pembelajaran 96
Gambar 12: Foto diskusi siswa 96

Lesson Study vii


Gambar 13: Foto observer dalam open lesson 97
Gambar 14: Alur kegiatan pada tahap Do 98
Gambar 15: Foto kegiatan refleksi pada LSMT Kabupaten
Karawang tahun 2011 99
Gambar 16: Alur menulis jurnal reflektif 100
Gambar 17: Alur kegiatan tahap See 103
Gambar 18: Foto guru sedang melakukan refleksi 110
Gambar 19: Pola kegiatan lesson study 118
Gambar 20: Pendapat guru tentang hubungan antara
kegiatan lesson study dengan kompetensi
126

viii Achmad Fadloli


1
PENDAHULUAN

G uru sebagai tenaga pendidik keberadaannya sudah


diakui sebagai tenaga profesional sejak diberlakukan
undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen. Konsekuensi diberlakukannya undang-undang
tentang guru dan dosen tersebut adalah bahwa pemerintah
dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terus
berusaha untuk meningkatkan profesionalitas guru
melalui berbagai program pelatihan dan workshop dengan
metode dan model yang cukup bervariasi.
Lesson study merupakan salah satu model penbinaan
profesi pendidik dan tenaga kependidikan yang sampai
saat ini sudah berkembang cukup pesat di Indonesia.
Kehadiran lesson study turut mengambil bagian
dalam rangka mendorong guru untuk meningkatkan
profesionalitasnya melalui kegiatan di tingkat KKG/
MGMP yang dikenal dengan lesson study berbasis
Kelompok Kerja Guru (KKG) atau lesson study berbasis
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta
kegiatan di tingkat sekolah yang dikenal dengan Lesson
Study Berbasis Sekolah (LSBS).
Buku berjudul Lesson Study Model Pembinaan Profesi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan ini disusun sebagai

Lesson Study 1
sarana berbagi pengalaman terhadap sesama guru dan
stakeholder pendidikan lainnya dalam rangka menambah
wawasan tentang kegiatan yang bermanfaat untuk
meningkatkan profesionalitas pendidik dan tenaga
kependidikan.
Dengan mempelajari buku ini, pembaca akan
mendapatkan pengetahuan tentang kegiatan lesson study
mulai dari latar belakang kegiatan, teori yang berkaitan
dengan kegiatan, petunjuk praktis cara melaksanakan
kegiatan, dan dampak yang dihasilkan dari kegiatan
terhadap kompetensi guru.
Selain itu, bagi kepala sekolah, pengawas, atau
stakeholder pendidikan lain yang berkepentingan dalam
meningkatkan profesionalitas guru, buku ini diharapkan
dapat dijadikan sebagai alternatif panduan dalam
pelaksanaan model pembinaan profesi pendidik sehingga
menjadi pendidik yang profesional.
Bagi mahasiswa umumnya dan khususnya yang berada
di jurusan kependidikan, buku ini dapat dijadikan
sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan untuk
memahami kegiatan yang berada di sekolah/madrasah
dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
menulis karya tulis atau tugas-tugas yang berkaitan
dengan peningkatan profesi pendidik.

2 Achmad Fadloli
2
PENGERTIAN
LESSON STUDY

Sudah lama kata lesson study terdengar


oleh para guru. Kata terebut mulai sangat
familier setelah dilaksanakannya International
Conference on Lesson Study (ICLS) tahun 2008
di gedung JICA Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung.
Namun demikian, sampai saat ini di antara
para guru masih terdapat kekeliruan dalam
memahami lesson study. Di antaranya ada yang
beranggapan bahwa lesson study merupakan
model belajar atau metode belajar.
Benarkah anggapan tersebut? Kita bisa
membaca dan belajar di sini.

S ampai saat ini kegiatan lesson study sudah berkembang


cukup pesat di Indonesia. Bahkan hampir semua
guru pernah mendengar atau sebagian sudah pernah
mengikuti kegiatan tersebut. Kendati demikian,
kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak di antara
para guru yang masih salah persepsi mengenai lesson
study.

Lesson Study 3
Banyak yang beranggapan bahwa lesson study
merupakan model pembelajaran. Atau ada pula yang
beranggapan bahwa lesson study merupakan metode
pembelajaran.
Oleh karena itu, dengan disajikan pengertian
lesson study di bawah ini para pembaca diharapkan
mampu memahami bahwa kegiatan lesson study
bukanlah merupakan metode pembelajaran atau model
pembelajaran.
Hendayana (2008:10) dalam panduan lesson study
mendefinisikan bahwa lesson study merupakan model
pembinaan profesi pendidik dan tenaga kependidikan
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas dan
mutual learning untuk membangun komunitas belajar.
Pengertian lain, seperti dalam www.icls.upi.edu dengan
tulisan yang berjudul Kiat-kiat Praktik Lesson Study
disebutkan bahwa lesson study di Indonesia dapat diartikan
sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik
berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk
membangun komunitas belajar.
Catherine Lewis (2002) dalam http://akhmadsudrajat.
wordpress.com menyebutkan bahwa “Lesson study is a
simple idea. If you want to improve instruction, what could
be more obvious than collaborating with fellow teachers
to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a
simple idea, lesson study is a complex process, supported by

4 Achmad Fadloli
collaborative goal setting, careful data collection on student
learning, and protocols that enable productive discussion of
difficult issues.”
Selanjutnya menurut Lewis (2002) bahwa lesson study
adalah suatu proses yang kompleks, didukung oleh
penataan tujuan secara kolaboratif, percermatan dalam
pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan
yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang
isu-isu yang sulit.
Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp
mengemukakan bahwa lesson study memiliki 4 (empat)
tujuan utama, yaitu untuk: (1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru
mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat
dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta
lesson study; (3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif; (4) membangun
sebuah pengetahuan pedagogis sehingga seorang guru
dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Dari beberapa pengertian lesson study tersebut di atas,
apabila ditelaah secara saksama, maka dapat ditemukan
tujuh kata kunci utama dari kegiatan lesson study, yaitu:
(1) pembinaan profesi; (2) pengkajian pembelajaran;
(3) kolaboratif; (4) berkelanjutan; (5) kolegialitas; (6)
mutual learning; dan (7) komunitas belajar.
Di bawah ini akan dibahas tujuh kunci utama dari
pengertian lesson study yang tersebut di atas, yakni:

Lesson Study 5
1. Pembinaan Profesi
Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen Pasal 1 bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Dari definisi tentang guru tersebut, kita dapat
memahami bahwa pekerjaan sebagai guru telah diakui
sebagai sebuah profesi. Oleh karena itu, seorang guru
dituntut melakukan pekerjaannya secara profesional.
Untuk dapat bekerja secara profesional, seorang guru
harus memahami kemampuan dasar yang harus dimiliki
oleh guru sebagai acuan dalam melaksanakan tugas.
Zainal Aqib (2010:103) menyatakan bahwa ada
sepuluh kemampuan dasar profesionalisme guru dalam
melaksanakan tugas. Hal tersebut dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1: Kemampuan dasar profesional guru

No Kemampuan Dasar Pengalaman Belajar


1 Menguasai bahan
1.1 Menguasai bahan 1.1.1 Mengkaji bahan kurikulum
mata pelajaran dan mata pelajaran
kurikulum sekolah 1.1.2 Mengkaji isi buku-buku
teks mata pelajaran yang
bersangkutan

6 Achmad Fadloli
1.1.3 Melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang disarankan
dalam kurikulum mata
pelajaran yang disarankan
1.2 Menguasai bahan 1.2.1 Mempelajari ilmu yang
pendalaman/aplikasi relevan
pelajaran 1.2.2 Mempelajari aplikasi
bidang ilmu kedalam
bidang ilmu lain(untuk
program studi tertentu)
1.2.3 Mempelajari cara menilai
kurikulum mata pelajaran.
2 Mengelola program belajar mengajar
2.1 Merumuskan tujuan 2.1.1 Mengkaji kurikulum mata
instruksional pelajaran
2.1.2 Mempelajari ciri-
ciri rumusan tujuan
instruksional
2.1.3 Mempelajari tujuan
instruksional mata
pelajaran yang
bersangkutan
2.1.4 Merumuskan tujuan
instruksional mata
pelajaran yang
bersangkutan
2.2 Mengenal dan dapat 2.2.1 Mempelajari macam-macam
menggunakan metode metode mengajar
mengajar 2.2.2 Menggunakan macam-
macam metode mengajar
2.3 Memilih dan menyusun 2.3.1 Mempelajari kriteria
prosedur instruksional pemilihan materi dan
yang tepat prosedur mengajar

Lesson Study 7
2.3.2 Menggunakan kriteria
pemilihan materi dan
prosedur mengajar
2.3.3 Merencanakan program
pelajaran
2.3.4 Menyusun satuan pelajaran
2.4 Melaksanakan program 2.4.1 Mempelajari fungsi dan
belajar mengajar peran guru dalam interaksi
belajar mengajar
2.4.2 Menggunakan alat bantu
belajar mengajar
2.4.3 Menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar
2.4.4 Memonitor proses belajar
siswa
2.4.5 Menyesuaikan rencana
program pengajaran dengan
situasi kelas
2.5 Mengenal kemampuan 2.5.1 Mempelajari faktor-faktor
peserta didik yang mempengaruhi
pencapaian prestasi belajar
2.5.2 Mempelajari prosedur dan
teknik mengidentifikasi
kemampuan siswa
2.5.3 Menggunakan prosedur
dan teknik untuk
mengidentifikasi
kemampuan siswa.
2.6 Merencanakan 2.6.1 Mempelajari faktor-faktor
dan melaksanakan penyebab kesulitan belajar
pembelajaran remedial 2.6.2 Mendiagnosis kesulitan
belajar siswa
2.6.3 Menyusun pengajaran
remedial
2.6.4 Melaksanakan pengajaran
remedial

8 Achmad Fadloli
3 Mengelola kelas
3.1 Mengatur tata ruang 3.1.1 Mempelajari macam-macam
kelas untuk pengajaran pengaturan tempat duduk
dan setting ruangan kelas
sesuai dengan tujuan-tujuan
instruksional yang hendak
dicapai
3.1.2 Mempelajari kriteria
penggunaan macam-macam
pengaturan tempat duduk
dan setting ruangan
3.2 Menciptakan iklim 3.2.1 Mempelajari faktor-faktor
belajar mengajar yang yang mengganggu iklim
serasi. belajar mengajar yang serasi
3.2.2 Mempelajari strategi dan
prosedur pengelolaan kelas
yang bersifat preventif
3.2.3 Menggunakan strategi dan
prosedur pengelolaan kelas
yang bersifat preventif
3.2.4 Menggunakan prosedur
pengelolaan kelas yang
besifat kuratif.
4 Menggunakan Media Sumber Belajar
4.1 Mengenal, memilih, dan 4.1.1 Mempelajari macam-macam
menggunakan media media pendidikan
4.1.2 Mempelajari kriteria
pemilihan media
pendidikan
4.1.3 Menggunakan media
pendidikan
4.1.4 Merawat alat-alat bantu
belajar mengajar

Lesson Study 9
4.2 Membuat alat-alat 4.2.1 Mengenali bahan-bahan
bantu pelajaran yang tersedia di lingkungan
sederhana sekolah untuk membuat
alat-alat bantu
4.2.2 Mempelajari perkakas
untuk membuat alat-alat
bantu mengajar
4.2.3 Menggunakan perkakas
untuk membuat alat-alat
bantu mengajar
4.3 Menggunakan dan 4.3.1 Mempelajari cara-cara
mengelola laboratorium menggunakan laboratorium
dalam rangka proses 4.3.2 Mempelajari cara-cara dan
belajar mengajar aturan pengalaman kerja di
laboratorium
4.3.3 Berlatih mengatur tata
ruang laboratorium
4.3.4 Mempelajari cara merawat
dan menyimpan alat-alat
4.4 Mengembangkan 4.4.1 Mempelajari fungsi
laboratorium laboratorium dalam proses
belajar mengajar.
4.4.2 Mempelajari kriteria
pemilihan alat
4.4.3 Mempelajari berbagai
desain laboratorim
4.4.4 Menilai keefektifan kegiatan
laboratorium
4.4.5 Mengembangkan
eksperimen baru
4.5. Menggunakan 4.5.1.Mempelajari fungsi-fungsi
perpustakaan dalam perpustakaan dalam proses
proses belajar mengajar belajar mengajar.
4.5.2 Mempelajari macam-
macam sumber
perpustakaan

10 Achmad Fadloli
4.5.3 Menggunakan macam-
macam sumber
perpustakaan.
4.5.4 Mempelajari kriteria
penilaian sumber
perpustakaan
4.5.5.Menilai sumber-sumber
perpustakaan.
4.6. Menggunakan 4.6.1 Mempelajari fungsi micro
micro teaching unit teaching dalam proses
dalam proses belajar belajar mengajar.
mengajar. 4.6.2 Menggunakan micro
teaching dalam proses
belajar mengajar.
4.6.3 Menyusun program micro
teaching dengan atau tanpa
hardware.
4.6.4 Melaksanakan program
micro teaching dengan atau
tanpa hardware.
4.6.5 Menlai program dan
pelaksanaan micro teaching.
4.6.6 Mengembangkan program-
program baru.
5 Menguasai landasan- 5.0.1 Mempelajari konsep
landasan pendidikan dan masalah pendidikan
dan pengajaran dengan
sudut tinjauan psikologis,
filosofis, historis, dan
psikologis
5.0.2 Mengenali fungsi sekolah
sebagai lembaga sosial yang
secara profesional dapat
memajukan masyarakat
dalam arti luas serta
pengaruh timbal balik

Lesson Study 11
antara sekolah dan
masyarakat

6 Mengelola interaksi belajar 6.0.1 Mempelajari cara-cara


mengajar memotivasi siswa untuk
belajar
6.0.2 Menggunakan cara-cara
memotivasi siswa
6.0.3 Mempelajari macam-macam
bentuk pertanyaan
6.0.4 Menggunakan macam-
macam bentuk pertanyaan
secara tepat
6.0.5 Mempelajari beberapa
mekanisme psikologis
belajar-mengajar di sekolah
(transfer, reinforcement,
retention, dan sebagainya)
6.0.6 Mengkaji faktor-faktor
positif dan negatif dalam
proses belajar amengajar
6.0.7 Mempelajari cara-cara
berkomunikasi antarpribadi
6.0.8 Menggunakan cara-cara
berkomunikasi antarpribadi
7 Menilai prestasi siswa untuk 7.0.1 Mempelajari fungsi
kepentingan pengajaran penilaian
7.0.2 Mempelajari bermacam-
macam teknik dan prosedur
penilaian
7.0.3 Menyusun teknik dan
prosedur penilaian
7.0.4 Mempelajari kriteria
penilaian teknik dan
prosedur penilaian
7.0.5 Menggunakan teknik dan
prosedur penilaian

12 Achmad Fadloli
7.0.6 Mengolah dan
menginterpretasikan hasil
penilaian
7.0.7 Menggunakan hasil
penilaian untuk perbaikan
proses belajar mengajar
7.0.8 Menilai teknik dan
prosedur penilaian
7.0.9 Menilai keefektifan program
pengajaran
8 Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan
8.1. Mengenal fungsi dan 8.1.1 Mempelajari fungsi
program layanan bimbingan dan penyuluhan
bimbingan dan di sekolah
penyuluhan di sekolah 8.1.2 Mempelajari program
layanan bimbingan di
sekolah
8.1.3 Mengkaji persamaan
dan perbedaan fungsi,
kewenangan, serta tanggung
jawab antara guru dan
pembimbing di sekolah
8.2. Menyelenggarakan 8.2.1 Mengidentifikasi kesulitan-
program layanan dan kesulitan yang dihadapi
bimbingan di sekolah murid di sekolah
8.2.2 Menyelenggarakan program
layanan bimbingan di
sekolah terutama bimbingan
belajar
9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
9.1. Mengenal 9.1.1 Mempelajari struktur
penyelenggaraan organisasi dan administrasi
administrasi sekolah sekolah

Lesson Study 13
9.1.2 Mempelajari fungsi
dan tanggung jawab
administrasi guru, kepala
sekolah, dan Kantor
Wilayah Departemen
Pendidikan Nasional
9.2. Menyelenggarakan 9.2.1 Menyelenggarakan
administrasi sekolah administrasi sekolah
9.2.2 Mempelajari prinsip-prinsip
dan prosedur pengelolaan
program akademi
10 Memahami prinsip-prinsip 10.01 Mempelajari dasar-dasar
dan menafsirkan hasil-hasil penggunaan metode
penelitian pendidikan guna ilmiah dalam penelitian
keperluan pengajaran pendidikan
10.02 Mempelajari teknik
dan prosedur penelitian
pendidkan, terutama
sebagai konsumen hasil-
hasil penelitian pendidikan
10.03 Menafsirkan hasil-hasil
penelitian untuk perbaikan
pengajaran

Berdasarkan Undang-undang nomor 14 tahun 2005


tentang guru dan dosen Pasal 1 ayat 4 bahwa yang
dimaksud dengan profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.

14 Achmad Fadloli
Menurut Meister dalam bukunya True Professionalism
sebagaimana dikutip oleh Suparlan (2005:180),
“Professionalism is predominantly an attitude, not a set of
competencies.” Jadi profesionalisme sama sekali bukan
masalah kompetensi melainkan semata-mata masalah
sikap guru untuk mau dan mampu menjadi guru
yang profesional melalui upaya pengembangan dan
pembinaan guru dengan satu sistem yang mengutamakan
profesionalisme.
Sesuai dengan pengertian profesionalisme di atas, maka
diperlukan pembinaan profesi dengan sistem yang tepat
serta mengutamakan proses profesionalisme. Pemerintah
dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
sudah banyak mengadakan program pembinaan profesi
guru dengan metode dan model yang sangat bervariasi.
Namun yang lebih penting dari itu adalah motivasi dari
guru sendiri dalam meningkatkan profesionalismenya.
Kegiatan lesson study hadir sebagai salah satu
alternatif model pembinaan profesi pendidik dan tenaga
kependidikan dalam rangka mendorong para guru untuk
dapat meningkatkan profesionalisme dengan sistem
kegiatan yang mengutamakan profesionalisme.
Dikatakan demikian karena yang menjadi fokus
dalam kegiatan lesson study adalah masalah pengkajian
pembelajaran.
Pengkajian pembelajaran merupakan faktor yang
penting dalam meningkatkan profesionalisme karena
setiap pembelajaran yang dilaksanakan akan mengalami

Lesson Study 15
berbagai hambatan yang tentunya diperlukan proses
pengkajian.
Pengkajian pembelajaran harus dimulai dari
tahapan proses merancang perencanaan, proses
mengimplementasikan hasil rencana, dan proses
melakukan refleksi setelah pembelajaran berlangsung,
serta proses mengadakan perbaikan hasil refleksi.
Dalam lesson study pengkajian pembelajaran dilakukan
secara kolaboratif dan berkelanjutan. Kedua cara tersebut
dilakukan secara bersama-sama dengan guru-guru beserta
semua yang hadir dalam kegiatan.
Pengkajian pembelajaran dilaksanakan secara
kolaboratif berarti bahwa mulai dari kegiatan membuat
perencanaan sampai melakukan refleksi dilakukan
secara bersama-sama dengan cara saling memberikan
masukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki.
Pada tahap penyusunan rencana pembelajaran,
semua guru peserta saling memberikan masukan
terhadap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
berdasarkan pengalaman masing-masing sesuai dengan
materi yang sedang dibahas, sedangkan pada tahap
selesai pembelajaran semua peserta mengikuti kegiatan
refleksi untuk memperbaiki pembelajaran dengan cara
saling memberikan masukan sesuai pengamatan yang
sudah dilakukan sebagai observer.
Rambu-rambu observer dalam memberikan masukan
pada tahap refleksi harus fokus pada aktivitas siswa dalam

16 Achmad Fadloli
pembelajaran baik secara individu, kelompok, maupun
secara klasikal.
Selain itu observer dan peserta yang lain harus saling
memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi
dalam pembelajaran sehingga solusi tersebut dapat
dijadikan sebagai bekal perbaikan untuk diri sendiri dan
bahan sharing di tempat kerja masing-masing.
Pengkajian pembelajaran juga dilakukan secara
berkelanjutan. Artinya bahwa dalam pelaksanaannya
kegiatan lesson study tidak dilakukan hanya satu atau
dua kali pertemuan, tetapi sebagai pembinaan profesi
guru kegiatan lesson study harus dilakukan secara terus-
menerus melalui siklus atau daur kegiatan. Selain itu,
berkelanjutan juga dapat diartikan bahwa kegiatan
pengkajian pembelajaran bukan hanya dilakukan pada
waktu melakukan kegiatan saja tetapi harus dilakukan
terus-menerus atau hasil dari kegiatan tersebut
diimplementasikan di sekolah tempat peserta mengajar.
Siklus kegiatan lesson study yang dilaksanakan terutama
di Indonesia secara umum terdiri dari tiga tahap yaitu:
Tahap Plan (Perencanaan), Tahap Do (pelaksanaan), dan
Tahap See ( Refleksi).
Selain tahapan tersebut, bagi guru yang sudah sering
melakukan kegiatan, tahap kegiatan yang dilakukan
bisa ditambahkan dengan tahap berikutnya yaitu
tahap Re-Plan (Perencanaan Ulang) sehingga tahapan
kegiatan menjadi Tahap Plan (Perencanaan), Tahap
Do (Pelaksanaan), Tahap See ( Refleksi), dan Re-Plan
(Perencanaan Ulang).

Lesson Study 17
Berdasarkan tulisan yang berjudul Kiat-Kiat
Melaksanakan Kegiatan Lesson Study yang dikutip dari
website www.icls.upi.edu, disebutkan bahwa pengkajian
pembelajaran harus dilakukan secara kolaboratif dan
berkelanjutan karena beberapa alasan di antaranya adalah:
(1) tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada
celah untuk memperbaikinya; (2) setiap siswa memiliki
hak belajar; (3) pembelajaran harus memperhatikan
keseimbangan antara peningkatan kemampuan berpikir
dan peningkatan sikap; (4) pembelajaran harus berpusat
pada siswa.
Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling
belajar) yang diterapkan dalam kegiatan lesson study
adalah bahwa semua peserta dalam kegiatan tersebut
mempunyai kedudukan yang sama yaitu untuk belajar
dan saling memberikan masukan. Demikian pula dengan
kehadiran fasilitator.
Fasilitator kegiatan bisa berasal dari guru besar,
dosen, atau dari guru-guru yang sudah dilatih untuk
memfasilitasi kegiatan. Pada saat kegiatan, semua yang
hadir berbaur dalam komunitas dengan tujuan yang
sama yaitu saling belajar dari proses pembelajaran
yang dilaksanakan dan memberikan masukan dalam
rangka perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan
berikutnya.
Kehadiran guru besar, para dosen, serta fasilitator
dalam kegiatan itu memberikan semangat dan
kebanggaan bagi peserta kegiatan karena mereka hadir
dengan tujuan yang sama yaitu untuk saling berbagi dan

18 Achmad Fadloli
saling belajar. Dengan demikian tidak ada jarak antara
guru besar, para dosen, fasilitator, dan para peserta.
Keadaan seperti itu yang membuat kegiatan lesson study
sangat berbeda dengan kegiatan yang lain.
Dengan keadaan seperti itulah maka diharapkan
terbentuk komunitas belajar (learning community) sebab
komunitas belajar akan terbentuk apabila di antara satu
dengan yang lain pada kegiatan saling terbuka menerima
masukan, berani menerima perbedaan pendapat, dan yang
lebih mengetahui berhak menginformasikan kepada yang
belum mengetahui. Saling memberi masukan dengan
cara yang santun dan tidak memojokkan sehingga semua
peserta merasa nyaman untuk mengungkapkan pendapat
dan menerima masukan.
Selain itu, komunitas belajar akan terbentuk apabila
peserta yang mengikuti kegiatan dapat menjadi virus
yang akan menularkan pengetahuan dan kegiatan
saling belajar di lingkungan tempat kerja masing-
masing. Dengan demikian diharapkan terjadi perubahan
kebiasaan di kantor-kantor sekolah.
Sebagian besar percakapan di kantor atau di ruang
guru adalah percakapan yang membicarakan hal-hal
yang tidak berhubungan dengan profesi. Oleh karena
itu, kehadiran guru yang sudah mengikuti kegiatan
lesson study diharapkan dapat menjadi sisi yang berbeda
sehingga dapat mengubah kondisi tersebut sedikit demi
sedikit. Percakapan di ruang guru yang biasa (percakapan
pasar) diharapkan berubah menjadi percakapan akademis

Lesson Study 19
sehingga tercipta komunitas belajar dalam rangka
meningkatkan profesionalisme.

” Peserta yang mengikuti


kegiatan dapat menjadi
virus yang akan menularkan
pengetahuan dan kegiatan
saling belajar di lingkungan
tempat kerja masing-


masing

20 Achmad Fadloli
3 PERJALANAN
LESSON STUDY DI
INDONESIA

Kita mengetahui bahwa kegiatan lesson study


sampai saat ini berkembang sangat pesat di
Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak
yang belum memahami secara detail bagaimana
perjalanan lesson study di Indonesia.
Untuk mengetahui bagaimana perkembangan
lesson study di Indonesia, mari kita pelajari
uraian berikut ini.

I stilah Lesson study lahir dalam sistem pendidikan


di Jepang dan merupakan terjemahan dari bahasa
Jepang Jugyokenkyu. Jugyou dalam bahasa Inggris berarti
instruction atau pengajaran dalam bahasa Indonesia. Bisa
pula dipadankan dengan lesson yang berarti pembelajaran.
Sedangkan kenkyuu berarti research = penelitian atau
study = kajian. Cikal bakal kegiatan semacam ini mulai
dilakukan di Jepang pada tahun 1870-an.
Jugyokenkyu adalah sebuah pendekatan untuk
melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang
dengan mengadakan pengkajian materi kurikulum

Lesson Study 21
(kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran
matematika bagi guru-guru di Jepang. Perbaikan-
perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui
proses-proses kolaborasi antarguru.
Paradigma tersebut dapat berkembang jika
pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, diskusi, kolaborasi, dan
refleksi secara berkesinambungan. Kegiatan semacam
itu tumbuh dari kesadaran sekelompok guru pendidikan
dasar di Jepang. Sekelompok guru tersebut berkeinginan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kegiatan untuk memperbaiki
proses pembelajaran tumbuh dari kesadaran para
guru bukan dari program pihak yang lain seperti dari
pemerintah atau lembaga yang lain.
Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan lesson
study tampaknya mulai diikuti oleh beberapa negara
lain, termasuk Amerika Serikat yang secara gigih
mengembangkan dan memopulerkan lesson study. Orang
yang secara gigih mengembangkan kegiatan ini adalah
Catherine Lewis dengan cara melakukan penelitian
tentang lesson study di Jepang sejak tahun 1993. Sampai
saat ini kegiatan lesson study berkembang dengan berbagai
variasinya di berbagai negara, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia lesson study baru dikenalkan oleh para
ahli pendidikan Jepang sekitar tahun 2004/2005 melalui
Program Kerja Sama Teknis dengan JICA. Perkembangan
kegiatan lesson study di Indonesia dari tahun ke tahun

22 Achmad Fadloli
semakin pesat dan semakin terlihat berhasil. Keberhasilan
kegiatan lesson study di beberapa kabupaten/kota
terutama di Jawa Barat ternyata menarik minat Dinas
Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan
dan menjadikan program dalam rangka meningkatkan
profesionalisme guru. Maka sejak tahun 2011 kegiatan
lesson study mulai dikembangkan di kabupaten/kota di
wilayah Provinsi Jawa Barat.
Lesson study yang sudah berkembang cukup pesat di
Indonesia sampai saat ini merupakan sebuah perjalanan
yang panjang. Sumar Hendayana, Ph.D dalam tulisannya
berjudul Perkembangan Lesson Study di Indonesia
menjelaskan bahwa kegiatan lesson study yang sampai
sekarang berkembang dimulai dari beberapa fase, yaitu:
1. Fase IMSTEP (Indonesia Mathematic and Science
Teacher Education) yakni kegiatan yang berlangsung
tahun 1998-2003. Fase IMSTEP merupakan
program kerja sama teknis untuk meningkatkan
mutu pendidikan MIPA di Indonesia melalui
penguatan capacity building tiga fakultas penghasil
guru matematika dan IPA di Universitas Pendidikan
Indonesia(UPI), Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), dan Universitas Negeri Malang (UNM).
Program ini didukung oleh Direktorat Perguruan
Tinggi (Dirjen Dikti) dan Japan International
Cooperation Agency (JICA).
2. Fase selanjutnya adalah Fase Follow-up IMSTEP
mulai tahun 2003-2005 yang bertujuan untuk

Lesson Study 23
mengembangkan model diseminasi Best Practice dari
kegiatan piloting.
3. Pada akhir program Follow-up IMSTEP tahun
2005, kegiatan piloting inovasi pembelajaran IPA
dan matematika kemudian disebut lesson study.
Dan selanjutnya lebih berkembang lagi dengan
dilaksanakannya kegiatan tahunan berupa ICLS
(International Conference on Lesson study).

24 Achmad Fadloli
4 PERSIAPAN SEBELUM
MENGADAKAN
LESSON STUDY

Kegiatan apa pun yang akan dilaksanakan tentu


memerlukan persiapan. Demikian pula dengan
kegiatan lesson stud. Dalam pelaksanaannya
dibutuhkan persiapan agar kegiatan berlangsung
sukses sesuai dengan harapan.
Untuk memahami persiapan apa saja yang
harus dilaksanakan, marilah kita mencoba
membahas pada materi berikut ini.

H arapan dari sebuah kegiatan yang dilaksanakan


adalah “sukses” sesuai dengan tujuan. Untuk itu
harus dipersiapkan sebagaimana mestinya. Demikian
pula kesuksesan kegiatan lesson study sangat bergantung
pada persiapan yang dilaksanakan.
Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam rangka
mengadakan kegiatan lesson study adalah persiapan
tempat, persiapan fasilitator, persiapan peserta,
persiapan moderator, persiapan notulen, dan persiapan
dokumentasi.

Lesson Study 25
Untuk lebih jelas bagian-bagian dari persiapan akan
dijelaskan di bawah ini.

A. Persiapan Tempat
Dalam kegiatan lesson study, tempat merupakan bagian
yang cukup penting dan berbeda dengan kegiatan yang
lain. Dikatakan cukup penting karena pemilihan tempat
sangat berkaitan dengan guru model (guru yang akan
mengajar). Dikatakan berbeda dengan kegiatan yang
lain karena kegiatan yang dilakukan dalam lesson study
berhubungan langsung dengan proses pembelajaran
di kelas sehingga tidak membutuhkan tempat yang
khusus.
Terdapat beberapa tempat yang bisa digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan lesson study di antaranya adalah:
1. Di sekolah/madrasah
Apabila pelaksanaan kegiatan ditempatkan di sekolah/
madrasah, maka yang akan menjadi guru model adalah
guru yang mengajar di sekolah/madrasah tempat kegiatan
tersebut berlangsung.
Hal tersebut diperlukan untuk mempermudah guru
model dalam melakukan persiapan pembelajaran yang
akan dilakukan sekaligus mempersiapkan tempat yang
akan digunakan untuk pelaksanaan kegatan.
Sedangkan untuk tempat kegiatan pada tahap Plan
bisa ditempatkan di mana saja. Artinya bisa di sekolah/
madrasah atau di tempat selain sekolah/madrasah.

26 Achmad Fadloli
Terdapat beberapa keuntungan apabila kegiatan
dilaksanakan di sekolah/madarasah di antaranya adalah:
a. Keuntungan dari sisi materi
Persoalan yang paling mendasar dalam kegiatan adalah
masalah anggaran, terutama kegiatan yang dilaksankan
oleh KKG/MGMP secara mandiri.
Apabila kegiatan dilaksankan di sekolah/madrasah,
maka tidak memerlukan anggaran untuk menyewa tempat
sehingga yang diperlukan hanya keperluan yang lain
yaitu konsumsi. Tetapi akan berbeda konsidinya apabila
kegiatan yang dilaksankan mendapatkan anggaran dari
blok grang atau yang lainnya.
b. Keuntungan dari sisi sosial
Dari segi sosial, kegiatan yang dilaksankan dengan
mengambil tempat di sekolah/madrasah akan semakin
mempererat tali silaturahmi antara guru dari satu sekolah
dengan sekolah lain untuk saling bertukar pengalaman.
c. Keuntungan dari sisi merasakan dan memahami orang
lain
Kegiatan lesson study merupakan kegiatan yang
mobilitasnya sangat tinggi karena kegiatan yang
dilaksankan langsung berhubungan dengan proses
pembelajaran.
Dengan demikian, peserta akan berkunjung dari satu
sekolah ke sekolah lain. Jumlah sekolah yang dikunjungi
oleh peserta kegiatan tentu sangat bergantung pada
jumlah pertemuan yang dilaksanakan.

Lesson Study 27
Sebagai ilustrasi, apabila pertemuan dilaksankan
tujuh kali dalam satu semester, maka terdapat tujuh
sekolah berbeda yang dikunjungi oleh peserta kegiatan.
Perbedaan tersebut bisa berupa kondisi sekolah, lokasi
sekolah, dan kondisi jalan.
Kondisi sekolah terdiri dari lingkungan sekolah, siswa,
bangunan, dan ruang kelas. Semua kondisi tersebut
dari beberapa sekolah yang dijadikan tempat kegiatan
memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi peserta
dalam rangka memahami kondisi yang sangat beragam.
Lokasi sekolah yang berada di tempat yang jauh dari
perkotaan hampir tidak pernah dijadikan sebagai tempat
kegiatan sehingga sekolah tersebut tidak pernah didatangi
oleh guru-guru dalam jumlah yang banyak dari sekolah
yang beragam.
Dengan kegiatan lesson study maka sekolah yang
terpencil sekalipun akan dikunjungi oleh peserta karena
dijadikan sebagai tempat kegiatan. Kejadian seperti
itu menjadi kebanggaan bagi sekolah, guru-guru, dan
bahkan siswa.
Dari sisi lain, peserta kegiatan menjadi tahu ternyata
ada sekolah yang berada jauh dari perkotaan yang selama
ini belum pernah dikunjungi.
Kondisi jalan yang terkadang sangat tidak bersahabat
untuk datang ke sekolah tempat kegiatan merupakan
pelajaran yang berharga karena dengan kondisi seperti
itu peserta kegiatan akan lebih mensyukuri keadaan
yang ada serta memahami kondisi guru-guru lain yang
mendapatkan tugas pada tempat seperti itu.

28 Achmad Fadloli
d. Keuntungan dasi sisi peserta
Selain materi dan proses pembelajaran di kelas,
peserta kegiatan akan mendapatkan banyak pengalaman
dan pembelajaran dari kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah yang sangat beragam.
e. Keuntungan dari sisi sekolah
Keuntungan yang didapatkan sekolah yang dijadikan
sebagai tempat kegiatan di antaranya adalah lingkungan
sekolah menjadi lebih bersih dan tertata rapi, guru dan
siswa menjadi lebih bersemangat untuk belajar.
2. Di luar sekolah/madrasah
Apabila kegiatan dilangsungkan di luar lingkungan
sekolah, misalnya kegiatan workshop, maka tahap plan
dilaksanakan di tempat kegiatan, tahap do tetap harus
dilaksankan di sekolah tempat guru model yang akan
mengajar, selanjutnya tahap see dilaksanakan kembali di
tempat kegiatan.
Apabila kegiatan yang dilakukan seperti ini, maka
pemilihan guru model adalah dari peserta kegiatan yang
siap dan bisa dari sekolah mana saja.

B. Persiapan Fasilitator
Fasilitator adalah guru-guru yang sudah dilatih dalam
kegiatan lesson study, bisa berasal dari guru inti dari KKG/
MGMP atau dosen-dosen yang berasal dari perguruan
tinggi yang sudah biasa melaksanakan kegiatan lesson
study.

Lesson Study 29
Fasilitator diperlukan untuk memfasilitasi kegiatan
yang akan dilaksanakan. Di antaranya adalah bahwa
fasilitator dapat memperkenalkan lesson study kepada
peserta apabila peserta tersebut belum pernah mengkuti
kegiatan.
Fasilitator juga dapat memberikan masukan kepada
peserta terhadap pelaksanaan kegiatan berdasarkan
pengalaman fasilitator selama mengikuti kegiatan.
Dalam kegiatan lesson study fasilitator juga bertindak
sebagai peserta. Artinya fasilitator juga ikut bergabung
dalam merancang pembelajaran, melakukan observasi
dalam pelaksanaan pembelajaran, serta mengikuti
kegiatan refleksi sehingga semua yang hadir dalam
kegiatan termasuk fasilitator mempunyai tujuan yang
sama yaitu dalam rangka belajar.

C. Persiapan Peserta
Peserta yang akan mengikuti kegiatan disesuaikan
dengan jenis kegiatan lesson study yang dilaksanakan.
Apabila kegiatan yang dilaksanakan adalah lesson study
berbasis KKG/MGMP, maka pesertanya adalah para guru
yang berada di bawah binaan KKG/MGMP tersebut.
Apabila kegiatan lesson study yang dilaksanakan adalah
lesson study berbasis sekolah (LSBS), maka peserta kegiatan
terdiri dari para guru yang ada di sekolah tersebut dengan
latar belakang mata pelajaran yang berbeda-beda. Apabila
kegiatan yang dilaksanakan adalah workshop lesson study,
maka peserta kegiatan adalah perwakilan dari sekolah-

30 Achmad Fadloli
sekolah dengan pertimbangan di antaranya karena guru-
guru tersebut belum pernah mengikuti kegiatan.
Kendati demikian, sebaiknya ada beberapa peserta
yang sudah pernah mengikuti kegiatan. Peserta tersebut
diberikan tugas sebagai moderator sehingga peserta
lain bisa belajar dari peserta tersebut dalam memimpin
jalannya kegiatan.
Peserta yang mengikuti kegiatan secara umum terbagi
menjadi tiga macam yaitu: (a) peserta pemula; (b) peserta
menengah; dan (c) peserta berpengalaman.
1. Peserta pemula
Peserta pemula adalah peserta kegiatan yang belum
pernah mengikuti kegiatan lesson study. Mereka baru
mendengar tentang lesson study.
Apabila kegiatan diikuti oleh peserta pemula
yakni para guru belum memahami dan belum pernah
mengikuiti kegiatan lesson study, maka persiapan yang
dilakukan akan berbeda dengan para peserta yang sudah
memahami bahkan peserta yang sudah pernah mengikuti
kegiatan lesson study.
2. Peserta menengah
Peserta menengah adalah guru-guru peserta kegiatan
sudah pernah mengikuti kegiatan lesson study namun
baru satu atau dua kali.
Terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka peningkatan kompetensi guru yang di dalamnya
terdapat kegiatan lesson study. Di antaranya adalah
kegiatan yang dilaksanakan di tingkat KKG/MGMP

Lesson Study 31
dapat berupa kegiatan BERMUTU (better education
through reform management universal and teacher up
grading) atau kegiatan diseminasi.
BERMUTU merupakan program pemerintah dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru khususnya di
bidang karya tulis (PTK). Dalam pelaksanaannya, proses
kegiatan yang dilaksankan dalam tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi yang digunakan adalah kegiatan
lesson study.
Di beberapa kabupaten/kota di Indonesia kegiatan
MGMP/KKG melakukan diseminasi lesson study dengan
anggaran dana sharing pemerintah daerah, misalnya di
Kabupaten Karawang dan kabupaten lainnya.
3. Peserta berpengalaman
Peserta berpengalaman adalah peserta kegiatan yang
sudah sering mengikuti kegiatan serta sudah pernah
menjadi guru model, moderator, dan notulen dalam
kegiatan tersebut.

D. Persiapan Moderator
Moderator dipilih dari peserta kegiatan dan diharapkan
agar dalam setiap pertemuan peserta yang menjadi
moderator dilakukan secara bergantian. Moderator
bertugas memandu jalannya kegiatan sehingga kegiatan
berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Dalam kegiatan lesson study, tugas moderator sangat
penting terutama pada tahap refleksi. Pelaksanaan refleksi
diharapkan menjadi tempat sharing dalam memecahkan

32 Achmad Fadloli
permasalahan yang muncul dari kegiatan pembelajaran
yang sudah selesai dilaksanakan.
Seorang moderator diharapkan dapat meramu masalah
yang penting untuk dijadikan permasalahan yang harus
di sharing-kan pada saat itu. Agar dapat terjadi seperti
itu, maka seorang moderator harus dapat menghidupkan
kegiatan refleksi sehingga benar-benar terjadi saling
mengungkapkan pengalaman dari permasalahan yang
ada. Dengan demikian diharapkan mendapatkan solusi
terbaik dari permasalahan yang sedang dibicarakan.
Dengan keadaan seperti itu, maka kegiatan refleksi
bukan hanya sekadar seperti “kelompencapir” atau
sekadar kegiatan “pandangan mata”. Yakni hanya
mengungkapkan permasalahan yang dilihat tetapi
belum menghasilkan solusi dari permasalahan yang bisa
dijadikan pembelajaran.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh peserta pemula,
kegiatan refleksi akan berlangsung seperti itu, tetapi
peran seorang moderator untuk menjadikan kegiatan
refleksi menjadi bermakna, menghasilkan solusi dari
permasalahan pembelajaran terutama aktivitas siswa
dalam pembelajaran.
Solusi itulah yang akan dibawa pulang oleh peserta
kegiatan sebagai oleh-oleh untuk dijadikan sebagai
pedoman dalam membuat perencanaan pembelajaran
yang akan diterapkan di sekolah/madrasah tempat
mereka bekerja.

Lesson Study 33
E. Persiapan Notulen
Selain moderator, kegiatan lesson study juga memerlukan
notulen. Fungsi notulen adalah untuk mencatat semua
hasil pelaksanaan diskusi yang berlangsung. Hasil diskusi
yang didokumentasikan tersebut sangat bermanfaat
untuk disebarkan kepada guru-guru lain sebagai bahan
perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilakukan.
Selain itu, ada sisi penting yang dapat dimanfaatkan
dari hasil dokumen berupa tulisan tersebut di antaranya
adalah bahwa hasil tersebut dapat dijadikan sebagai karya
tulis bagi guru model.

F. Persiapan Dokumentasi
Persiapan dokumentasi dalam kegiatan lesson study
dapat dikategorikan menjadi dua macam, yaitu:
1. Kamera
Kameara diperlukan untuk mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran mulai dari aktivitas guru
model, aktivitas observer, dan aktivitas siswa dalam
pembelajaran.
Pengambilan gambar tersebut dapat dimanfaatkan
untuk keperluan guru model, sekolah, dan untuk
dijadikan sharing dalam perbaikan pembelajaran dalam
kegiatan refleksi.
2. Buku catatan
Buku catatan dalam kegiatan lesson study
mutlak diperlukan. Dalam pelaksanaan observsi

34 Achmad Fadloli
pembelajaran, observer memerlukan buku catatan untuk
mendokumentasikan masalah-masalah yang terjadi pada
siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan
tersebut bermanfaat untuk sharing dalam kegiatan
refleksi.
Selain itu, dalam pelaksanaan refleksi, peserta akan
memerlukan catatan untuk mendokumentasikan
kesepakatan-kesepakatan terhadap solusi permasalahan
yang sedang direfleksikan.
Hasil refleksi yang sudah didokumentasikan akan
diperlukan oleh berbagai pihak yang terkait. Pihak-pihak
yang memerlukan dokumentasi dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1. Pihak sekolah
Dokumentasi berupa video pembelajaran maupun
catatan-catatan hasil refleksi merupakan dokumen
penting untuk sekolah. Dokumaen tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan akreditasi sekolah dan
digunakan untuk kegiatan peningkatan pembelajaran di
antara para guru yang ada di sekolah tersebut.
2. Pihak guru model
Bagi guru model dokumentasi pembelajaran berupa
video dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat
video pembelajaran sebagai publikasi, sedangkan
dokumen berupa foto dapat digunakan sebagai lampiran
untuk membuat tulisan.
Dokumentasi berupa tulisan hasil refleksi dapat
digunakan sebagai data dalam menulis terhadap

Lesson Study 35
pembelajaran yang sudah dilaksankan, serta digunakan
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sudah
dilaksankan dengan cara memperbaiki perangkat
pembelajaran sesuai dengan masukan yang ada di
dokumen tersebut.
3. Pihak fasilitator
Dokumen berupa video/foto dapat digunakan
sebagai bahan dalam melaksankan refleksi dengan cara
menayangkan kembali video atau foto yang sudah
diambil dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tayangan tersebut kemudian dijadikan bahan untuk
sharing untuk mengatasi permasalahan aktivitas siswa
dalam pembelajaran.
4. Pihak observer
Bagi observer, dokumen berupa catatan hasil observasi
pembelajaran dan catatan hasil refleksi adalah sangat
penting.
Dokumen tersebut berguna sebagai bahan refleksi
dan bahan untuk perbaikan pembelajaran yang akan
dilaksankan di sekolah/madrasah tempat bertugas.

36 Achmad Fadloli
Tabel 2: Persiapan dalam melaksanakan kegiatan
lesson study

Lesson Study 37
38 Achmad Fadloli
5 TAHAPAN
PELAKSANAAN
LESSON STUDY

“Kita sering mendengar tentang tahapan dalam


kegiatan lesson study yaitu Plan, Do, dan See.”
Tetapi apakah sebenarnya plan, do, dan see
itu? Dan bagaimanakah tahapan plan, do, dan
see itu dilaksanakan?
Pertanyaan tersebut akan terjawab ketika
kita mengikuti secara langsung kegiatan lesson
study atau membaca materi berikut ini.

S ecara umum terdapat tiga tahapan yang harus


dilaksanakan dalam setiap kegiatan lesson study yaitu
tahap Plan (Perencanaan), tahap Do (Pelaksanaan), dan
tahap See (Refleksi). Ketiga tahapan tersebut kemudian
dinamakan sebagai daur/siklus lesson study.
Untuk memahami daur/siklus lesson study, gambar di
bawah ini dapat dijadikan sebagai acuan.

Lesson Study 39
Gambar 1: Daur lesson study yang terorientasi pada praktik
(Saito, 2005)

Selain gambar di atas, daur kegiatan lesson study


yang senada juga bisa ditemukan dari buku panduan
pelaksanaan lesson study oleh Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 2008 sebagai berikut.

Gambar 2: Daur lesson study (Hendayana, 2008)

40 Achmad Fadloli
Dari dua gambar daur lesson study di atas dapat dilihat
bahwa setiap tahapan terdapat beberapa kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai acuan, yaitu:
1. Pada tahap plan kegiatan yang dilakukan adalah
penggalian akademik, perencanaan pembelajaran
yang berpusat pada siswa, dan penyiapan alat-alat.
2. Pada tahap do kegiatan yang dilakukan adalah
pelaksanaan pembelajaran, pengamatan oleh rekan
sejawat, implementasi pembelajaran berbasis hands-
on dan mind-on activities, daily, local materials;
3. Pada tahap see kegiatan yang dilakukan adalah refleksi
dengan rekan sejawat dan diskusi merefleksikan
pembelajaran berdasarkan fakta dan solusi.

Acuan kegiatan tersebut di atas masih bersifat umum.


Oleh karena itu, secara terperinci kegiatan yang dilakukan
dalam setiap tahapan lesson study adalah sebagai berikut.
1. TAHAP PLAN

Gambar 3: Foto kegiatan Plan LSMGMP IPA cluster D Kabupaten


Karawang

Lesson Study 41
Tahap plan biasa dikenal dengan tahap perencanaan.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk merancang
pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa agar
pembelajaran berpusat pada siswa, siswa berpartisipasi
aktif dan berpikir dalam proses pembelajaran, terjadi
interaksi yang positif antara siswa dalam kelompok, dan
terjadi interaksi yang positif antarkelompok (Kiat-kiat
Praktik Lesson Study, hal.3).
Selain itu, tujuan kegiatan pada tahap perencanaan
berguna untuk merencanakan secara bersama-sama
kegiatan yang akan dilaksanakan selama satu semester,
di antaranya adalah masalah yang berkaitan dengan
guru model, berkaitan dengan jumlah pertemuan yang
akan dilaksanakan, berkaitan dengan sekolah tempat
open lesson dilaksankan, serta berkaitan dengan proses
menentukan kelompok mata pelajaran, menentukan
moderator, dan menentukan notulen.
Dalam rangka menentukan kelompok, terdapat dua
faktor yang yang harus diperhatikan agar kegiatan dalam
kelompok bisa berlangsung sesuai dengan harapan yaitu
pertama adalah faktor jenjang sekolah, dan kedua adalah
faktor mata pelajaran.
a. Faktor jenjang sekolah
Perbedaan yang terdapat dalam pembagian kelompok
pada faktor jenjang sekolah di antaranya adalah: (1)
jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI);
(2) jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah(MTs); (3) jenjang Sekolah Menengah Atas
(SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
Pelaksanaan pembelajaran di SD dilaksanakan oleh
guru kelas kecuali pelajaran agama, bahasa Inggris dan
olahraga. Oleh karena itu, cara menentukan kelompoknya
adalah berdasarkan kelas mengajarnya.
Pelaksanaan pembelajaran di jenjang SMP dilaksanakan
oleh guru mata pelajaran. Kendati demikian, terdapat
perbedaan karakteristik mata pelajaran, di antaranya
adalah mata pelajaran IPA dan mata pelajaran IPS yang
mempunyai karakteristik berbeda dengan mata pelajaran
yang lain.
Perbedaannya adalah bahwa untuk tingkat SMP/
MTs pelajaran IPA merupakan gabungan dari tiga
pelajaran yaitu pelajaran fisika, biologi, dan kimia.
Sedangkan untuk pelajaran IPS di dalamnya tergabung
tiga mata pelajaran yaitu pelajaran geografi, ekonomi,
dan sosiologi. Ditinjau dari latar belakang guru yang
mengajar juga terdapat perbedaan yaitu guru IPA di
tingkat SMP/MTs sebagian yang berlatar belakang
biologi, ada yang berlatar belakang fisika, dan hampir
tidak ada yang berlatar belakang kimia. Sedangkan mata
pelajaran IPS sebagian yang berlatar belakang geografi,
ada yang berlatar belakang sosiologi, dan ada pula yang
berlatar belakang pendidikan ekonomi.
Kita memahami bahwa pelajaran IPA di tingkat
SMP untuk semester ganjil materi kelas 7 masuk pada
pelajaran fisika dan kimia, materi kelas 8 masuk materi
biologi dan kelas 9 masuk materi fisika. Demikian pula
dengan mata pelajaran IPS.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat kendala pada
pembagian kelompok untuk mata pelajaran IPA dan
IPS. Ahmad Fadloli dalam makalah dengan judul
MGMP Based Lesson Study in Karawang menjelaskan
bahwa pada awal kegiatan sebagian besar guru tidak mau
masuk kelompok yang tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikannya yaitu guru yang berlatar belakang biologi
masuk ke kelompok biologi. Meraka tidak mau masuk
ke kelompok fisika/kimia. Demikian pula guru yang
berlatar belakang lain.
Apabila kondisi tersebut terjadi, maka akan terdapat
penumpukan pada kelompok tertentu sesuai dengan
latar belakang pendidikan peserta kegiatan. Lantas
sebaiknya bagaimana yang harus dilakukan agar tidak
terjadi penumpukan peserta pada kelompok tertentu?
Bagi guru IPA atau IPS sebaiknya memasuki kelompok
yang berbeda dengan latar belang pendidikannya.
Misalnya guru dengan latar belakang geografi sebaiknya
memasuki kelompok sosiologi. Demikian pula dengan
yang lainnya. Dengan kegiatan seperti itu tentunya
akan dapat meningkatkan kompetensi pada pelajaran
yang bukan merupakan latar belakangnya dalam satu
rumpun.
Oleh karena dalam melaksanakan tugas sebagai
guru IPA akan mengajarkan materi fisika, biologi, dan
kimia. Demikian pula dalam melaksankan tugas sebagai
guru IPS, ia pasti akan mengajar materi yang terdiri

44 Achmad Fadloli
dari geografi, sosiologi, dan ekonomi dan tentunya ada
yang berbeda dengan latar belakang pendidikan yang
diperoleh dari bangku kuliah.
Selain pemilihan pembagian kelompok seperti itu,
juga dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan peserta
yang menghadiri kegiatan.
Terdapat beberapa kesepakatan yang muncul dalam
pembagian kelompok guru yang mengikuti kegiatan
lesson study khususnya mata pelajran IPA dan IPS di
antaranya adalah: (1) pembagian kelompok berdasarkan
latar belakang jurusan guru yang bersangkutan; (2)
pembagian kelompok berdasarkan kelas yang diampu
oleh guru tersebut.
Inti pengelompokan adalah diharapkan terjadi
sharing antarguru dalam kelompok tersebut dalam hal
pengalaman mengajarkan materi tertentu berdasarkan
materi yang akan di-open-lesson-kan, juga masalah
kedalaman materi dan konsep yang akan disampaikan
sehingga tidak terjadi kesalahan.
2. Faktor mata pelajaran
Untuk pelajaran yang tidak merupakan gabungan
dari beberapa mata pelajaran, pembagian kelompoknya
didasarkan pada jenjang mengajarnya yaitu kelompok
guru yang mengajar di kelas 7, kelompok guru yang
mengajar di kelas 8, dan kelompok guru yang mengajar
di kelas 9.
Setelah pembagian kelompok, langkah selanjutnya
adalah menentukan guru model sesuai dengan kesepakatan

Lesson Study 45
kelompok, melihat jadwal pelajaran, menentukan materi
yang akan disampaikan dengan cara melihat program
tahunan dan program semester. Selanjutnya adalah mulai
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Merancang RPP dalam kegiatan LS dilakukan
dengan sharing pada guru-guru pada kelompok yang ada
dengan menelaah SK dan KD. Intinya adalah: materi
esensial apa yang harus di kuasai oleh siswa? Bagimana
cara menyampaikan materi tersebut? Bagaimana posisi
siswa dalam belajar? Media apa yang digunakan? Alat
evaluasinya bagaimana? Bagaimana Lembar Kerja (LK)
sehingga proses pembelajaran bisa optimal.
Secara umum tahap perencanaan dilaksanakan
sebanyak dua kali pertemuan yaitu plan pertama dan
plan kedua. Mengapa demikian?
Kita memahami bahwa perencanaan pembelajaran
adalah komponen yang sangat penting untuk merancang
pembelajaran menjadi menarik, tidak membosankan,
siswa aktif, terjadi interaksi antarsiswa dalam kelompok
maupun antarkelompok. Dengan kata lain, merancang
agar pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif,
inovatif, dan menyenangkan.
Adapun perincian kegiatan plan satu dan plan dua
adalah sebagai berikut.

46 Achmad Fadloli
PLAN 1

Gambar 4: Foto Plan 1 pada LSMGMP IPA di Kota Sukabumi


tahun 2011

Kegiatan pada tahap plan satu secara umum dibagi


menjadi dua macam yaitu kegiatan yang dilakukan secara
klasikal dan kegiatan yang dilakukan secara kelompok.
Sedangkan kegiatan yang dilakukan secara terperinci
adalah sebagai berikut.
1. Menentukan jumlah pertemuan
Kegiatan Plan 1 diawali dengan menetukan jumlah
pertemuan yang akan dilaksankan selama satu semester
yang dilaksankan secara klasikal.
Jumlah pertemuan yang ditentukan adalah pertemuan
dalam pelaksanaan pada tahap do dan see.
Tahap do yang biasa dikenal dengan open class/open
lesson merupakan kegiatan membuka kelas pada saat
pembelajaran berlangsung atau kegiatan membuka

Lesson Study 47
pembelajaran untuk diamati oleh para observer (guru,
kepala sekolah, pengawas sekolah, dosen, widyaiswara,
pimpinan dinas pendidikan, maupun masyarakat
umum). Kegiatan setelah kegiatan open class adalah
kegiatan diskusi refleksi.
Kegiatan menentukan jumlah pertemuan
dilaksanakan pada tahap pertama karena tahap ini akan
sangat berpengaruh terhadap jumlah guru model yang
akan disiapkan pada tahap berikutnya.
Kegiatan menentukan banyaknya jumlah open class
yang akan dilaksanakan biasanya diselenggarakan sesuai
dengan kesepakatan. Tetapi berdasarkan pengalaman
yang sudah pernah dilaksankan bahwa open class dalam
satu semester secara umum adalah dilaksankan sebanyak
tiga kali, atau lima kali, dan ada yang dilaksankan
sebanyak delapan kali pertemuan.
2. Menentukan kelompok peserta kegiatan
Kegiatan selanjutnya adalah menentukan kelompok
peserta. Kegiatan ini masih dilaksanakan secara klasikal.
Terdapat beberapa alternatif cara dalam menentukan
kelompok di antaranya adalah: (a) penentuan kelompok
berdasarkan kelas. Penentuan kelompok ini bisa
dilakukan pada semua jenjang sekolah.
Apabila kegiatan dilaksanakan pada jenjang Sekolah
Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), para peserta
kegiatan dikelompokkan ke dalam kelompok guru yang
mengajar di kelas tiga, kelas empat, kelas lima, dan kelas
enam. Apabila kegiatan dilaksanakan di tingkat Sekolah

48 Achmad Fadloli
Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah(MTs)
terdapat kelompok guru yang mengajar di kelas 7, 8,
dan 9. Sedangkan untuk jenjang Sekolah Menengah
Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/
Madrasah Aliyah(MA) terdapat kelompok guru yang
mengajar di kelas 10, 11, dan 12; di perguruan tinggi
dilaksankan sesuai dengan kesepakatan dari dosen-dosen
yang ada; (b) menentukan kelompok berdasarkan mata
pelajaran. Kegiatan yang dilaksankan berdasarkan mata
pelajaran yang diampu oleh peserta, misalnya pelajaran
matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan mata
pelajaran yang lain.
Tetapi untuk mata pelajaran yang di dalamnya terdiri
dari beberapa mata pelajaran yang bergabung misalnya
mata pelajaran IPA di dalamnya terdapat pelajaran
biologi, fisika, dan kimia. Mata pelajaran IPS di dalamnya
terdapat pelajaran ekonomi, sosiologi dan geografi, dan
pelajaran lainnya yang mempunyai karakteristik yang
hampir sama.
Untuk kategori mata pelajaran tersebut, dalam
pembentukan kelompok terutama dalam tahap
perencanaan terdapat kelompok fisika, kelompok biologi,
dan kelompok kimia. Dalam mata pelajaran IPS terdapat
kelompok ekonomi, sosiologi, dan geografi.
Tetapi dalam menentukan guru dengan latar belakang
mata pelajaran apa yang harus masuk ke dalam kelompok
fisika atau yang lainnya bisa dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan. Mengapa demikian?

Lesson Study 49
Kita ketahui bahwa di tingkat SMP/MTs mata
pelajaran yang ada bukan pelajaran biologi, fisika, dan
kimia, tetapi pelajarannya adalah IPA. Demikian juga
bukan pelajaran ekonomi, sosiologi, atau georafi tetapi
pelajaran IPS.
Dengan demikian, guru IPA tentu mempunyai latar
belakang pendidikan berbeda-beda yaitu ada yang
berlatar belakang fisika, biologi, atau kimia. Demikian
pula dengan guru IPS, ada yang berlatar belakang
ekonomi, sosiologi, atau geografi.
Dengan keadaan seperti itu, maka guru IPA dan guru
IPS harus mengajar materi yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikan bahkan bukan satu pelajaran tetapi
ada dua pelajaran yang harus disampaikan di luar latar
belakang pendidikan yang didapat selama perkuliahan.
Menyadari kondisi seperti itu, tentu kegiatan lesson
study sangat penting dan memberikan manfaat yang besar
dalam rangka meningkatkan kompetensi terutama dalam
hal penguasaan materi terlebih pada mata pelajaran yang
di dalamnya merupakan gabungan beberapa pelajaran.
Dengan demikian seyogianya dalam memilih
kelompok dalam kegiatan akan lebih baik jika masuk
pada kelompok yang bukan latar belakang pendidikan
yang didapatkan selama kuliah sehingga penguasaan
materi menjadi lebih baik.
3. Menetukan guru yang akan mengajar
Pada kegiatan ini peserta sudah berada pada kelompok
masing-masing sesuai dengan kesepakatan yang sudah
dibuat pada tahap sebelumnya.

50 Achmad Fadloli
Pada kegiatan lesson study guru yang mengajar
dinamakan sebagai guru model. Dapat dikatakan
bahwa guru model adalah guru peserta yang mendapat
kesempatan dan diberikan kepercayaan oleh kelompok
untuk mengimplementasikan rencana yang dibuat
bersama dalam pembelajaran di kelas.
Menjadi guru model tentu sangat berguna untuk
meningkatkan keberanian pembelajaran yang
dilaksanakan dalam observasi oleh pengamat dalam
jumlah yang sangat banyak. Kegiatan seperti ini belum
pernah dialami oleh seorang guru sebelum menjadi guru
model pada kegiatan lesson study.
Pada tahap ini, guru-guru peserta sudah berkelompok
sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan selanjutnya guru-
guru dalam kelompok tersebut menentukan guru model
yang akan mengimplementasikan hasil rencana yang
dibuat secara kelompok ke dalam kelas atau dengan kata
lain akan mengajar dengan menggunakan rancangan
yang dibuat secara kolaboratif.
Diharapkan guru model pada kegiatan berasal dari
sekolah yang berbeda-beda selama kegiatan berlangsung.
Dengan pemilihan guru model yang berasal dari sekolah
yang berbeda-beda tersebut banyak manfaat yang
didapatkan di antaranya adalah: (1) kunjungan sekolah
(2) belajar dari sekolah lain (3) mengambil manfaat dari
kunjungan dalam hal lingkungan, siswa, proses belajar
mengajar, program sekolah, silaturahmi dengan guru
yang lain, serta terjadi pemerataan antara negeri dan

Lesson Study 51
swasta sehingga selain belajar dari proses pembelajaran,
diharapkan terjadi pembelajaran dari sisi yang lainnya
antara lain lingkungan sekolah yang berbeda-beda.
4. Menentukan jadwal mengajar guru model
Tahap selanjutnya setelah menetukan jumlah open
lesson dan menentukan guru model adalah dalam
kelompok menentukan jadwal mengajar yang akan
dilaksanakan.
Kegiatan ini sangat penting karena jadwal mengajar
akan berpengaruh pada materi yang akan disampaikan.
Jadwal mengajar bisa berupa tanggal dan bulan berapa
open class akan dilaksankan. Dengan adanya tanggal
dan bulan tersebut, maka akan menentuan dalam hal
materi yang akan disampaikan serta dirancang RPP-
nya bersama pada tahap selanjutnya.
5. Menentukan materi yang akan disampaikan pada
kegiatan open class
Dengan berpedoman pada kalender pendidikan,
program tahunan, dan program semester serta disesuaikan
dengan jadwal pelajaran yang sudah berlangsung di
sekolah tempat guru model mengajar, setiap kelompok
berdiskusi untuk menentukan materi yang akan
disampaikan pada kegiatan open class.
Setelah terjadi kesepakatan dari semua anggota dalam
kelompok, maka ditetapkan materi yang disepakati
untuk selanjutnya dibuat RPP.

52 Achmad Fadloli
Tabel 3: Rekapitulasi hasil kegiatan plan 1

6. Membuat perangkat pembelajaran


Perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam
open lesson dirancang bersama dengan guru-guru peserta
kegiatan. Perangkat pembelajaran yang akan dirancang
meliputi: (1) rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP);
(2) media pembelajaran; (3) Lembar Kerja (LK);
penilaian dan rubrik pensekoran; (4) termasuk denah
tempat duduk siswa.
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kegiatan merancang RPP harus dilaksanakan
dengan sungguh sungguh. Pada tahap ini diskusi yang
dilaksanakan terfokus pada hal-hal sebagai berikut: (a)
mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar;
(b) dilanjutkan dengan menentukan tujuan pembelajaran

Lesson Study 53
dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran; (c)
menentukan metode, strategi, dan model pembelajaran
yang akan dilaksanakan; (d) menentukan media yang
akan digunakan; (e) menentukan alat evaluasi dan
rubrik penskoran; (f ) merancang Lembar Kerja (LK); (g)
menentukan kelompok dan denah tempat duduk siswa.
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar
proses Pasal 1 (1) Standar proses untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran.
Merancang perencanaan proses pembelajaran yang
akan dilaksanakan merupakan salah satu tugas pokok
guru. Kegiatan ini merupakan tahapan yang penting dan
harus dilaksanakan oleh guru sebelum melaksanakan
kegiatan belajar-mengajar dalam rangka tercapai tujuan
akhir pembelajaran.
Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia
nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan bahwa perencanaan pembelajaran
merupakan penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran untuk setiap muatan Pembelajaran.
Dalam menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) harus memperhatikan prinsip-prinsip penyusunan
RPP.

54 Achmad Fadloli
Berdasarkan Panduan Penyusunan KTSP Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2006 dari BSNP
terdapat enam prinsip dalam menyususn RPP, yaitu:
1) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan
jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau
lingkungan peserta didik.
2) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat
pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat,
kreativitas, produktivitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
dan semangat belajar. Ini berarti bahwa semua kegiatan
guru harus diarahkan untuk mendorong semua siswa
aktif melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam kondisi
ini, peran guru lebih diarahkan pada peran fasilitator
(mempermudah siswa belajar) bukan pada tukang ajar
yang selalu menuangkan informasi ke dalam pikiran
peserta didik.
3) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan,
dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.Untuk
keperluan ini, guru perlu mencegah kebiasaan siswa takut
salah, tidak berani berpendapat, dan tidak mandiri.

Lesson Study 55
4) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
Kegiatan ini perlu dilakukan secara hati-hati agar peserta
didik tidak memvonis dirinya negatif.
5) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan
dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian
kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu
keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan
mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan
lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman
budaya.
6) Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegra­si,
sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah.
Selain berdasarkan prinsip di atas, penyusunan
rencana pembelajaran juga harus berdasarkan pada
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
yang dikembangkan dari silabus yang sudah ada.
RPP yang memuat identitas mata pelajaran, Standar
Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi
ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.

56 Achmad Fadloli
Ada beberapa model RPP yang biasa digunakan oleh
guru di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Model Satuan Pelajaran (SATPEL) sesuai dengan
alur aplikasi dari Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI) dalam Nuryani R (2005:185).

PROGRAM SATUAN PELAJARAN

NOMOR : …………………….
Mata Pelajaran : …………………….
Pokok Bahasan/Konsep : …………………….
Kelas/Semester : ……………………..
Waktu : .... kali pertemuan
(a…. jam pelajaran)
I. Tujuan Pembelajaran Umum
II. Tujuan Pembelajaran Khusus
a. Pertemuan 1 : 1.1…………………….
b. Pertemuan 2 : 2.1…………………….
III. Materi Pembelajaran
a. Pertemuan 1 : 1.1…………………….
b. Pertemuan 2 : 2.1…………………….
IV. Kegiatan Belajar Mengajar
a. Pendekatan dan Metode
b. Langkah-langkah:

V. Alat/Sarana dan Sumber Pembelajaran


VI. Penilaian
a. Prosedur = Penilaian proses dan penilaian hasil
akhir
b. Alat Penilaian

Lesson Study 57
…………..
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah ……………..

(………………………..) (…………………….)

Saran Kepala Sekolah:…………………………………..

2. Model RPP yang dikeluarkan oleh BSNP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : ....................
Kelas/Semester : ....................
Tahun Pelajaran : ....................
Mata Pelajaran : ....................
Standar Kompetensi : ....................
Kompetensi Dasar : ....................
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A. Tujuan Pembelajaran : .......................
Peserta didik dapat : .......................
B. Materi Pembelajaran : .......................
C. Metode Pembelajaran:
1. Model : .......................
2. Metode : .......................
D. Langkah-langkah Kegiatan:
1. Pertemuan Pertama
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
c. Kegiatan Penutup
E. Sumber Belajar : .......................
F. Penilaian:
1. Teknik Penilaian : .......................
2. Bentuk Instrumen : .......................

58 Achmad Fadloli
…………..
Mengetahui Guru Mata Pelajaran
Kepala Sekolah ……………..

(………………………..) (…………………….)

Saran Kepala Sekolah: …………………………………..

3. Model RPP Berkarakter

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


Sekolah : ....................
Kelas/Semester : ....................
Mata Pelajaran : ....................
Alokasi Waktu : ....................
Standar Kompetensi : ....................
Kompetensi Dasar : ....................
Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik dapat:
Karakter siswa yang diharapkan : ....................
Materi Pembelajaran : ....................
Metode Pembelajaran:
Model : ....................
Metode : ....................
Langkah-langkah Kegiatan
PERTEMUAN PERTAMA
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
• Eksplorasi
• Elaborasi
• Konfirmasi
c. Kegiatan Penutup

Lesson Study 59
PERTEMUAN KEDUA
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti
• Eksplorasi
• Elaborasi
• Konfirmasi
c. Kegiatan Penutup
Sumber Belajar
Penilaian:

Indikator
Teknik Bentuk Instrumen/
Pencapaian
Penilaian Instrumen Soal
Kompetensi

4. Model RPP ICARE

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : ....................
Kelas/Semester : ....................
Mata Pelajaran : ....................
Alokasi Waktu : ....................
Standar Kompetensi : ....................
Kompetensi Dasar : ....................
Indikator : ....................
A. Tujuan Pembelajaran
B. Materi Pembelajaran
C. Metode Pembelajaran

60 Achmad Fadloli
D. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Introduction
b. Connection
c. Application
d. Reflecion
e. Extension
E. Sumber Pembelajaran
F. Penilaian Hasil Belajar

5. Model RPP Tematik


Dalam buku Tugas dan Peran Kepala Sekolah dalam
Manajemen Kurikulum (2009:260) dinyatakan bahwa
terdapat enam tahap dalam mengembangkan RPP
tematik, yaitu:
a. Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
b. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator mata
pelajaran yang akan dipadukan.
c. Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
d. Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi
dasar dan tema/topik pemersatu.
Contoh:

Lesson Study 61
e. Menyusun silabus pembelajaran tematik
f. Menyusun RPP tematik dengan format seperti di
bawah ini.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TEMATIK

Nama Sekolah
Alamat sekolah

Tema : ……………………………..
Mata Pelajaran : 1 ……………………………
2 ……………………………
3 ……………………………
4 …………………………..
Kelas/Semester : ..............................
Alokasi Waktu : ..............................
I. Kompetensi Dasar
Tuliskan kompetensi dasar yang dapat dipadukan dari
beberapa mata pelajaran yang akan dicapai dengan
menggunakan pembelajran tematik.
Tuliskan juga nomor kompetensi dasarnya.
II. Indikator
Tuliskan indikator yang Anda kembangkan dari Kompetensi
Dasar di atas dari beberapa mata pelajaran yang akan
dicapai dengan menggunakan pembelajaran tematik.
III. Tujuan Pembelajaran
Tuliskan tujuan pembelajaran yang Anda jabarkan dari
Kompetensi Dasar di atas yang mengandung kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotor (domain tersebut fleksibel
tergantung pada tema yang ditetapkan).
IV. Materi Pokok
Tuliskan pokok-pokok materi (beserta uraian singkat) yang
perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi
dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

62 Achmad Fadloli
V. Metode Pembelajaran
Tuliskan metode yang digunakan untuk pembelajaran
tematik.
VI. Langkah-langkah Kegiatan
Tuliskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran berupa
alur kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai
kompetensi dasar, mencakup kegiatan tatap muka dan
pengalaman belajar.
A. Kegiatan Awal
Kegiatan awal atau pendahuluan merupakan
kegiatan pembuka yang harus ditempuh guru dan
siswa pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran
tematik. Fungsinya terutama memberikan motivasi
dan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif
yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Kegiatan yang dilakukan dalam pendahuluan
pembelajaran di antaranya adalah: (1) melakukan
apersepsi; (2) menginformasikan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai dalam pembelajaran; (3)malakukan
pre-test atau kuis, yaitu untuk mengetahui kemampuan
awal siswa terhadap materi yang akan disampaikan;
penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan
dengan cara mengecek kehadiran, menumbuhkan
kesiapan belajar, menciptakan suasana belajar yang
demokratis, membangkitkan motivasi belajar, serta
membangkitkan perhatian siswa.
B. Kegiatan Inti
C. Kegiatan Akhir dan Tindak lanjut
VII. Alat, Media, dan Sumber
VIII.Penilaian Hasil Belajar

Lesson Study 63
Dalam kegiatan lesson study, tidak ada ketentuan dalam
menggunakan model RPP. Yang menjadi pertimbangan
adalah bahwa RPP yang digunakan memenuhi syarat dan
ketentuan poin-poin yang harus ada di dalam pembuatan
RPP.
Tetapi ada RPP alternatif yang dikembangkan pada
kegiatan lesson study. Dalam rancangan tersebut terdapat
poin yang berbeda dengan RPP lain yaitu terdapat proses
bimbingan yang harus terperinci termasuk prediksi
respons siswa dalam pembelajaran.
Di bawah ini contoh RPP alternatif yang dirancang
dalam kegiatan LSMGMP Kabupaten Karawang tahun
2011.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(KREATIF, INOVATIF, DAN BERKARAKTER BANGSA)

Sekolah : …………………………………
Kelas / Semester : VIII/1
Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Standar Kompetensi : 3. Memahami sistem dalam
kehidupan tumbuhan.
Kompetensi Dasar : 3.2 Pengangkutan air
pada tumbuhan
Tujuan Pembelajaran : Peserta didik dapat:
1) Membedakan peristiwa difusi dan
osmosis
2) Menunjukkan peristiwa difusi dan
osmosis pada proses melarutnya
teh celup ke air
3) Menemukan konsep difusi dan
osmosis

64 Achmad Fadloli
4) Menunjukkan peristiwa
difusi dan osmosis pada
penyerapan air dan mineral
serta pengangkutannya pada
tumbuhan setelah mengadakan
kegiatan praktikum.
Proses Bimbingan:

Kegiatan Guru Respons Siswa Bentuk Keterangan


yang Bisa Kegiatan
Diperkirakan
Menunjukkkan - Airnya berubah Individu Mengeksplorasi
teh celup, air, warna pengalaman siswa
stopwatch. - Teh larut ke yang pernah
dalam air membuat teh.
- Tadinya kering
menjadi basah
Apa yang - Tadinya
akan terjadi kempes jadi
jika teh celup mengembang
dimasukkan
ke dalam gelas
yang berisi air

Pikirkan lebih - Akan sama Individu Memberikan arahan


dari 2 perkiraan warnanya jika kesulitan
kalian. - Beda warnanya menjawab

Apakah warna
air pada akhir
percobaan sama
pada kedua
gelas
Pikirkan
perkiraan kalian
(berpikir kritis)

Lesson Study 65
Memberi - Bagaimana Kelompok Siswa kurang bisa
bantuan kepada memakai menggunakan
kelompok yang stopwacth stopwatch.
mengalami - Airnya berapa
kesulitan banyak Memanfaatkan siswa
yang sudah bisa
Harus cermat dalam kelompok.
dan teliti
menggunakan
stopwatch/jam

Harus cermat,
teliti, dan
jujur dalam
melakukan
pengamatan
Memberikan Waktu Waktu Kelompok Siswa kesulitan
mulai mulai
arahan membuat tabel
Gelas
pembuatan A Individu
tabel Gelas Memberi dorongan
B
apa pun hasilnya
Rata-
Berinovasi rata tidak masalah
Membuat tabel Kel. Kel.
Awal Gab.
pengamatan
dalam kelompok
awal
Kelompok - Tabel yang Kelompok Siswa kesulitan
Gabungan dibuat membuat tabel
Bekerja sama diurutkan dari
Membuat tabel yang tercepat
gabungan dua sampai Individu
kelompok terlambat
Presentasi - Tabel yang
(menulis di dibuat tidak
papan) berurutan

66 Achmad Fadloli
Kembali ke Individu Siswa kesulitan
tempat duduk membuat grafik
masing-masing
dengan disiplin Memberikan
petunjuk
Diberikan Semua
petunjuk poin- Siswa sulit untuk
poin yang ada melakukan
dalam tabel presentasi

Presentasi Diberikan kompetisi


(menulis di antarsiswa
papan)
Dari praktikum - Berubah warna, Kelompok Siswa agak kesulitan
tadi: karena warna membuat kalimat
Apakah seluruh teh bergerak
air dalam gelas dari bawah ke Guru mengarahkan
berubah warna seluruh air siswa
(Teliti)
Dari praktikum - Melewati Kelompok Siswa kesulitan
tadi: selaput/ dengan kata
Amati dengan membran yang membran dan pori
cermat dan teliti berpori
air masuk ke Guru mengarahkan
dalam kantong
teh
Tunjukkan - Di air molekul Kelompok
perbedaan bergerak
gerakan tanpa selaput,
larutan teh konsentrasi
di air dengan tinggi ke rendah
air ke dalam - Air ke dalam
kantong teh kantong
(Membanding- melewati
kan) selaput, dari
konsentrasi
rendah ke tinggi

Lesson Study 67
Dari kegiatan - Kantong Individu Siswa kesulitan
praktikum, teh sebagai memahaminya
tunjukkan membran
pada kegiatan semipermiabel
tersebut yang hanya molekul
termasuk kecil yang lewat
peristiwa (air masuk ke
OSMOSIS kantong teh)
- Konsentrasi di
dalam kantong
lebih tinggi
- Tehnya tidak
keluar hanya air Semua
teh saja
Diberikan bimbingan
Ditanyakan ke pertanyaan
semua siswa pendahuluan
dengan syarat
yang akan
menjawab
angkat tangan
dulu.
Dari kegiatan - Air teh yang Individu Siswa kesulitan
praktikum kental di bawah memahaminya
Tunjukkan kemudian
pada kegiatan merata
tersebut yang
termasuk
peristiwa difusi
(cermat dan Semua
teliti)

Diberikan bimbingan
pertanyaan
pendahuluan

68 Achmad Fadloli
Ditanyakan ke
semua siswa
dengan syarat
yang akan
menjawab
angkat tangan
dulu.
Hubungannya - Pengangkutan
dengan air dari tanah
pengangkutan ke dalam akar
air pada (osmosis)
tumbuhan

Soal 1
Berdasarkan praktikum yang dilaksanakan, tunjukkan 2
perbedaan gerakan larutan teh di air dalam gelas dengan
perpindahan air dari gelas ke dalam kantong teh.

Soal 2
Dari percobaan melarutkan teh celup ke air, tunjukkan manakah
yang termasuk peristiwa OSMOSIS.

Soal 3
Apakah OSMOSIS itu ?

Soal 4
Dari percobaan melarutkan teh celup ke air, tunjukkan manakah
yang termasuk peristiwa DIFUSI.

Soal 5
Apakah DIFUSI itu?

Lesson Study 69
Soal 6
Tuliskan penjelasanmu tentang hubungan antara percobaan
yang dilakukan dengan pengangkutan air dari tanah ke seluruh
tumbuhan.

……………., …….. 20…

Guru Mata Pelajaran

………………………………

NIP. ………………………

Selain itu dikembangkan pula lesson design. Lesson


design dirancang sebagai pelengkap RPP terutama dalam
poin langkah-langkah pembelajaran dengan format
sebagai berikut.

LESSON DESIGN
Sekolah : …………… Mata Pelajaran : ……….
Kelas : …………... Waktu : ……….
Guru : …………...
Materi :……………….
Tujuan :……………
Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Siswa Bantuan/Perhatian Guru

70 Achmad Fadloli
Metode: ..............................

Evaluasi: .............................

Yang menjadi penekanan dalam kegiatan lesson


study adalah bahwa proses merancang RPP yang akan
digunakan berlangsung secara kolaboratif. Artinya RPP
dirancang bersama dengan kelompok mata pelajaran
yang ada dengan cara sharing pengalaman.
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam merancang
RPP secara kolaboratif tersebut di antaranya adalah:
(1) menentukan tujuan pembelajaran; (2) menentukan
materi esensial yang harus disampaikan dan dikuasai
oleh siswa; (3) sharing pengalaman dalam mengajarkan
materi yang sedang dibahas mulai dari apersepsi yang
pernah digunakan, motivasi yang pernah digunakan
dalam menyampaikan materi tersebut, cara pembentukan
kelompok, metode yang digunakan, model pembelajaran
yang digunakan, media yang digunakan, penilaian beserta
rubrik penskoran, lembar kerja, dan denah ruangan.
Cara yang dilakukan dalam pelaksanaan sharing adalah
setiap guru dalam kelompok tersebut secara bergantian
mengungkapkan pengalaman yang pernah dilakukan
dalam mengajarkan materi yang sedang dibahas.

Lesson Study 71
Agar kegiatan sharing dapat berlangsung dengan
sistematis, maka kegiatan dimulai dari tahap poin-poin
RPP yang ada yaitu: (1) kegiatan awal yang mencakup
tujuan pembelajaran, apersepsi, dan motivasi; (2) kegiatan
inti mulai dari pembentukan kelompok materi inti yang
akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
indikator keberhasilan, metode dan model yang sudah
pernah dilaksanakan oleh guru-guru dalam kelompok
dalam mengajarkan materi tersebut, media, evaluasi,
lembar kerja, serta tidak lupa sampai cara pembentukan
kelompok yang efektif dan denah tempat duduk siswa;
(3) penutup yang terdiri dari kesimpulan, penguatan,
dan pendalaman materi.
Dengan adanya sharing pengalaman tersebut tentunya
RPP yang dibuat akan lebih baik dibandingkan RPP yang
dirancang sendiri sehingga diharapkan pembelajaran
yang akan dilaksankaan dapat berlangsung aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007
tentang standar proses dinyatakan “bahwa setiap guru
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.”
Agar penyusunan RPP memenuhi kriteria dalam
Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses

72 Achmad Fadloli
tersebut, maka diperlukan kegiatan yang kolaboratif
termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran,
menentukan apersepsi, menentukan motivasi,
pembentukan kelompok, menentukan metode dan
model pembelajaran yang akan digunakan, merumuskan
penilaian dan penskoran, serta merancang lembar kerja.
RPP yang dirancang secara kolaboratif diharapkan
dapat memenuhi kriteria dalam standar proses dan
menghasilkan rancangan yang lebih baik.
b. Penilaian
Yang tidak kalah penting adalah merancang penilaian.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan Pasal 1 ayat 24 dinyatakan bahwa
“Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik.”
Dari peraturan pemerintah tersebut dapat diketahui
bahwa tugas guru dalam melaksanakan penilaian adalah
untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran
yang sudah dilaksankan.
Penilain yang dilakukan oleh guru seperti itu
dinamakan penilaian internal (internal assessment) yaitu
penilaian berbasis kelas. Dengan tujuan untuk menilai
kompetensi siswa pada saat dan akhir pembelajaran atas
nama satuan pendidikan.

Lesson Study 73
Manfaat penilaian berbasis kelas adalah memberikan
umpan balik bagi siswa agar mengetahui kekuatan dan
kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi;
memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar
yang dialami siswa; umpan balik bagi guru dalam
memperbaiki persiapan pembelajaran; umpan balik bagi
pengambil kebijakan; memberikan informasi kepada
orangtua dan komite tentang efektivitas pendidikan.
Proses dalam mengumpulkan informasi atau data
tentang kemajuan belajar siswa dapat digunakan berbagai
macam teknik. Teknik-teknik penilaian yang dimaksud
adalah penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilaian
portofolio, dan penilaian diri.
1) Penilaian unjuk kerja
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam
melakukan sesuatu. Unjuk kerja yang dapat diamati
seperti bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,
membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan
laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan lain-lain.
Alat pengamatan yang digunakan dapat berupa Daftar
Cek atau Skala Rentang.

74 Achmad Fadloli
Tabel 4: Contoh format penilain unjuk kerja

Aspek yang dinilai


Nama
No Keaktifan Ketepatan Tugas
Siswa
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

2) Penilaian sikap
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni komponen
afektif (perasaan), komponen kognitif (keyakinan), dan
komponen konatif (kecenderungan berbuat). Objek
sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sikap terhadap subjek,
sikap positif terhadap belajar, sikap positif terhadap diri,
sikap terhadap seseorang yang berbeda.
Teknik penilaian sikap dapat berupa observasi
perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-
kejadian berkaitan dengan peserta.
3) Penilaian tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis.
Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespons
dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam
bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar, dan lain sebagainya.
Dalam mengembangkan instrumen penilaian ini,
guru perlu mencermati kesesuian antara soal (materi)

Lesson Study 75
dengan indikator pada kurikulum. Selain itu, rumusan
soal atau pertanyaan (konstruksi) harus jelas dan tegas.
Rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat (bahasa)
yang menimbulkan penafsiran ganda.
4) Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas
(suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian
data) yang harus diselesaikan dalam periode/waktu
tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu,
kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan
tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan
siswa dalam menginformasikan subjek tertentu secara
jelas.
Penilaian cara ini dapat dilakukan terhadap
perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan
hasil akhir proyek. Dalam penilaian ini guru perlu
menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai,
seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis
data, kemudian menyiapkan laporan tertulis. Laporan
tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan
dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat
menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar
cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale).
5) Penilaian produk
Penilaian produk meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi

76 Achmad Fadloli
dan seni, seperti makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari
kayu, keramik, plastik, dan logam. Pada umumnya
pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam
setiap tahapan perlu diadakan penilaian.
Penilaian tahap persiapan meliputi: menilai
kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan
mengembangkan gagasan, dan mendesain produk;
penilaian tahap pembuatan (produk) meliputi: menilai
kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan,
alat, dan teknik; penilaian tahap penilaian (appraisal)
meliputi: menilai kemampuan siswa membuat produk
sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
6) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi
yang menunjukkan perkembangan kemampuan
siswa dalam satu periode tertentu. Portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa
melalui karya siswa, antara lain karangan, puisi, surat,
komposisi, musik, penelitian, dan lain-lain.
Dalam mengembangkan penilaian portofolio, guru
perlu melakukan hal-hal sebagai berikut.
• Menjelaskan maksud penggunaan portofolio
• Menentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio
apa saja yang akan dibuat
• Mengumpulkan dan menyimpan karya-karya setiap
siswa dalam satu map/folder/wadah

Lesson Study 77
• Memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan
informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat
perbedaan kualitas dari waktu ke waktu
• Menentukan kriteria penilaian sampel-sampel
portofolio siswa beserta pembobotannya bersama
para siswa agar dicapai kesepakatan
• Meminta siswa menilai karyanya secara
berkesinambungan
• Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya
belum memuaskan, memberi kesempatan kepada
siswa untuk memperbaiki lagi
• Bila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas
portofolio

Tabel 5: Contoh format penilaian portofolio

Nama :
Kompetensi Dasar Kelas :
Mapel :
Kriteria
Indikator
1 2 3 4 5

Komentar Guru Komentar Orangtua

78 Achmad Fadloli
7) Penilaian diri
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai
aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam menerapkan
penilaian diri ini, guru perlu melakukan hal-hal
berikut.
• Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan
yang akan dinilai
• Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan
• Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman
penskoran, daftar tanda cek, atau skala rentang
• Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri
• Mendorong siswa supaya senantiasa melakukan
penilaian diri secara cermat dan objektif
Yang tidak kalah penting dari penilaian yang sudah
dibuat adalah rubrik penskoran. Rubrik adalah kunci
penskoran yang menggambarkan berbagai tingkat
kualitas kemampuan dari yang sempurna sampai yang
kurang untuk menilai satu tugas, keterampilan, proyek,
esai, laporan penelitian, atau kinerja spesifik. Tujuannya
adalah untuk memberikan umpan balik tentang kemajuan
kerja siswa dan memberikan evaluasi yang rinci mengenai
produk akhir.
Semua rubrik biasanya mempunyai dua ciri yang
sama, yaitu satu daftar kriteria dan gradasi atau tingkat
pencapaian. Kriteria dipilih untuk memberi pedoman
belajar mengajar. Setiap kategori di dalam rubrik
memuat acuan kinerja dan dijadikan dasar untuk menilai

Lesson Study 79
respons siswa. Kategori-kategori juga memuat definisi-
definisi dan contoh-contoh untuk memperjelas makna
dari setiap tingkat. Rubrik adalah pedoman kerja untuk
siswa dan guru. Idealnya, rubrik diberikan kepada siswa
sebelum tugas dilakukan agar siswa memahami kriteria
yang digunakan untuk menilai hasil kerja mereka.

Format Rubrik
Tabel 6: Format rubrik penyekoran
No Kriteria Tingkat Kualitas SKOR
4 3 2 1
1 • • • •

2 • • • •

3 • • • •

4 • • • •

TOTAL

c. Denah ruangan/tempat duduk


Komponen RPP yang lain adalah denah tempat
duduk siswa. Proses menentukan tempat duduk siswa
merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran. Kelas yang nyaman dan tempat duduk
siswa yang tidak monoton dapat menambah semangat
siswa untuk belajar. Selain itu, posisi tempat duduk
siswa juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan belajar
siswa yang aktif.

80 Achmad Fadloli
Oleh karena yang menjadi fokus kegiatan lesson study
adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran, maka dalam
merancang RPP, kegiatan merancang model tempat
duduk siswa juga menjadi kegiatan yang tidak kalah
penting sehingga interaksi antara siswa satu dengan yang
lain dalam kelompok dapat terjalin bahkan interaksi
siswa antarkelompok juga dapat terlaksana.
Melvin L. Silberman (2006:35) merekomendasikan
sepuluh tata letak menyusun kelas dalam rangka
terciptanya belajar aktif, yaitu sebagai berikut.

1. Bentuk U

2. Gaya TIM

Lesson Study 81
3. Meja konferensi

4. Lingkaran

5. Kelompok pada kelompok

6. Ruang kerja

82 Achmad Fadloli
7. Pengelompokan berpencar

8. Formasi tanda pangkat

9. Ruang kelas tradisional

10. Auditorium

Lesson Study 83
d. Lembar kerja
Yang tidak kalah penting dalam kegiatan merancang
RPP adalah sharing dalam merancang lembar kerja siswa
(LK).
Lembar kerja atau yang dikenal dengan lembar
kerja siswa (LKS) yang biasa digunakan oleh para guru
untuk proses pembelajaran adalah LKS yang sudah ada.
Keadaan demikian menyebabkan lembar kerja yang
digunakan terkadang tidak sesuai dengan kondisi siswa
atau kondisi lingkungan siswa berada. Oleh karena itu,
untuk mengatasi kendala tersebut maka lembar kerja
harus dirancang oleh guru yang disesuaikan dengan
kondisi siswa.
Dengan demikian, maka diperlukan pengetahuan dan
pemahaman tentang lembar sehingga para guru dapat
merancang lembar kerja yang sebenarnya merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari RPP.
Lembar kerja merupakan alat untuk membantu
guru dalam mengajar sehingga lembar kerja dirancang
agar pembelajaran berlangsung secara aktif, kreatif, dan
menyenagkan. Terjadi interaksi aktif antara siswa dalam
kelompok. Dengan demikian lembar kerja kedudukannya
berbeda dengan lembar tes yang berisi titik-titik. Siswa
hanya mengisi titik-titik yang ada sementara jawaban dari
titik-titik tersebut ada di buku paket. Dengan keadaan
demikian maka siswa tidak memerlukan berpikir, tidak
memerlukan diskusi dengan anggota kelompok yang lain
untuk menjawab. Sehingga lembar kerja demikian tidak
berbeda dengan lembar tes.

84 Achmad Fadloli
Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam lembar kerja
siswa harus berupa pertanyaan yang dapat memicu siswa
berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi,
atau mengkreasi) sehingga proses interaksi terjadi secara
serius dalam rangka memecahkan permasalahan yang
ada di dalam lembar kerja.
Lembar kerja dirancang di antaranya adalah untuk
memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa. Sebagian
besar pembelajaran yang dilaksankan hanya terjadi
interaksi antarsiswa dalam kelompok, sementara interaksi
siswa antarkelompok juga diperlukan sehingga terjadi
saling belajar dan bertukar pengetahuan dan diharapkan
terjadi interaksi sosial yang positif.
Melihat kenyataan tersebut, dalam kegiatan lesson
study pernah dikembangkan lembar kerja yang dapat
memfasilitasi interaksi bukan hanya dalam kelompok
tetapi juga terjadi interaksi siswa antarkelompok.
Berikut adalah lembar kerja yang memfasilitasi
interaksi siswa antarkelompok yang merupakan dokumen
LSMaster teacher Kabupaten Karawang tahun 2011 guru
model: Ahmad Fadloli open class di SMPN 2 Karawang
Barat.

Lesson Study 85
LEMBAR KERJA KELOMPOK (A, B, C, D, E) I
DIFUSI DAN OSMOSIS

Tumbuhan memerlukan tumbuhan air untuk kelangsungan


hidupnya. Kebutuhan air diperoleh melalui penyerapan air
oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui jaringan sampai
ke seluruh tumbuhan (daun, bunga, buah, batang).
Peristiwa mengalirnya air tersebut dinamakan sebagai
peristiwa OSMOSIS dan DIFUSI.
A. Tujuan:
B. Alat dan bahan
1. Gelas 2 buah 4. Stopwatch/jam tangan
2. Air 5. Teh celup dua buah
3. Air Panas
C. Cara kerja
1. Bagaimana kondisi awal kantong teh sebelum
dicelupkan ke dalam air? ........................

KERJA KELOMPOK AWAL


Duduk sesuai dengan kelompok masing-masing.
Kerja kelompok awal:
- Pengamatan pertama adalah gelas A, siswa bernomor
ganjil pindah ke depan posisi berdiri.
(waktu 5 menit) Isilah ke dalam tabel. Duduk kembali
seperti semula.
- Pengamatan kedua adalah gelas B, siswa bernomor
genap pindah kedepan posisi berdiri.
(waktu 5 menit) Isilah ke dalam tabel. Duduk kembali
seperti semula.

Kerja individu:
Sambil menunggu warna air merata ke seluruh, isikan data
ke dalam tabel masing-masing (waktu 2 menit).

86 Achmad Fadloli
A B
Tabel Pengamatan
Pengamatan Gelas A Gelas B Gelas C
Teh mulai ....... ....... .......
keluar di air detik detik detik
Air mulai
berubah warna ....... ....... .......
pada bagian
Warna merata ke ....... ....... .......
seluruh air detik detik detik

KERJA GABUNGAN 2 KELOMPOK

Memutarlah ke kelompok lain. ( A1 ke A2) ( B1 ke B2) (C1 ke


C2) (D1 ke D2) (E1 ke E2)
- Bertukarlah data hasil pengamatan dengan teman yang
ada di depan kalian. (5 menit)
- Berputar kembali seperti posisi semula.

KERJA INDIVIDU/PERORANGAN
Berkreasilah membuat grafik dari data hasil pengamatan
tentang:
1. Hubungan antara lama waktu melarut teh terhadap
(gelas A) air panas tidak digerakkan, (Gelas B) air biasa
digerakkan, (gelas C) air biasa tidak digerakkan, (Gelas D)
air panas digerakkan.
2. Hubungan antara lama waktu menyebar merata terhadap
(gelas A) air panas tidak digerakkan, (Gelas B) air biasa
digerakkan, (gelas C) air biasa tidak digerakkan, (Gelas D)
air panas digerakkan.

Lesson Study 87
D. Masalah dipecahkan individu
1. Bagaimana perbedaan kondisi kantong teh sebelum
dan setelah dicelupkan? Jelaskan.
2. Mengapa hanya larutan teh yang keluar sedangkan
ampasnya tidak keluar?
3. Tunjukkan peristiwa manakah dalam percobaan tadi
yang termasuk peristiwa OSMOSIS. Jelaskan.
4. Tunjukkan peristiwa manakah dalam percobaan tadi
yang termasuk peristiwa DIFUSI. Jelaskan.
5. Jelaskan hubungan percobaan dengan pengangkutan
air pada tumbuhan.

Berdasarkan Modul BTL 3 dari DBE3 Usaid,


dinyatakan bahwa terdapat dua komponen utama dalam
merancang lembar kerja, yaitu:
a. Ada informasi
Informasi hendaknya ‘menginspirasi’ siswa untuk
menjawab/mengerjakan tugas, tidak terlalu sedikit
atau kurang jelas sehingga siswa ‘tak berdaya’ untuk
menjawab/mengerjakan tugas, tetapi juga tidak terlalu
banyak sehingga mengurangi ‘ruang kreativitas’ siswa.
Informasi dapat diganti dengan gambar, teks, tabel,
atau benda konkret.
b. Pernyataan masalah
Pernyataan masalah hendaknya betul-betul menuntut
siswa menemukan cara/strategi memecahkan masalah
tersebut.
Pernyataan/perintah dalam lembar kerja hendaknya
memicu siswa untuk menyelidiki, menemukan,

88 Achmad Fadloli
memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/
mengkreasi.
Selian itu, jumlah pertanyaan sebaiknya dibatasi
paling banyak tiga buah sehingga LK/LT tidak seperti
‘hutan belantara’ sehingga menjadi beban baca bagi
siswa.
Bila guru memiliki lebih dari tiga pertanyaan bagus,
pertanyaan lebih tersebut hendaknya disimpan dalam
pikirannya dan baru diajukan secara lisan kepada siswa
sebagai tambahan bila diperlukan.

CONTOH LEMBAR KERJA IPA

Apa yang terjadi dengan nyala lilin dan air?


Sebuah lilin yang menyala diletakkan dalam wadah
yang berisi air seperti pada Gambar 1 di bawah ini. Lilin
tersebut kemudian ditutup dengan sebuah gelas kosong
seperti tampak pada Gambar 2.

Gambar 1 Gambar 2

1. Apa yang dapat kamu amati mengenai nyala lilin dan


air setelah beberapa saat?
Mengapa hal itu terjadi?
2. Apakah peristiwa yang terjadi pada air akan terjadi
juga jika lilin tidak dinyalakan?

Ingat bahwa nyala lilin memerlukan oksigen di udara.

Lesson Study 89
Lakukan percobaan kemudian buatlah laporan yang
memuat:
• Tujuan percobaan
• Alat dan bahan yang digunakan
• Langkah-langkah kegiatan percobaan
• Data dan analisis
• Kesimpulan

Sumber: Modul DBE3 Jabar-Banten

Kegiatan terkhir dari Plan 1 adalah mendengarkan


masukan dari fasilitator tentang RPP yang sudah dirancang
terutama masalah materi yang akan disampaikan. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari kesalahan dari
konsep yang akan disampaikan.
Selanjutnya adalah tugas dari guru model untuk
merapikan RPP yang sudah dibuat bersama di rumah.
RPP tersesebut akan dibawa pada kegiatan Plan 2.

PLAN 2

Gambar 5: Foto peer teaching LSMGMP IPA


Kota Sukabumi tahun 2012

90 Achmad Fadloli
Pada tahap perencanaan kedua ini kegiatan yang
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1) Diskusi RPP yang akan dijadikan sebagai bahan peer
teaching
RPP yang sudah dirancang bersama pada Plan 1
dan sudah diperbaiki oleh guru model selanjutnya
didiskusikan kembali dengan kelompok sebelum RPP
tersebut di-sharing-kan bersama dengan semua peserta
kegiatan secara klasikal.
2) Melaksanakan peer teaching
Kegiatan ini dilaksanakan secara klasikal yang diikuti
oleh semua peserta dalam keagiatan. Peer teaching
dilakukan dalam rangka untuk mematangkan kembali
RPP yang sudah dibuat pada Plan 1. Fokus dari kegiatan
ini adalah untuk mendapatkan masukan dari semua
peserta/kelompok lain terhadap perangkat yang sudah
dirancang oleh masing-masing kelompok pada tahap
Plan 1. Dengan demikian maka perangkat pembelajaran
yang dirancang akan lebih lengkap. Setelah kegiatan peer
teaching, dilanjutkan dengan mengadakan refleksi dari
peer teaching dan perbaikan perangkat.
3) Perbaikan RPP
Berdasarkan hasil masukan dari kegiatan peer teaching
yang sudah dilaksanakan, selanjutnya perangkat yang
sudah ada diperbaiki sesuai dengan kesepakatan hasil
masukan untuk kegiatan terakhir.
4) Mendengarkan masukan dari pakar/fasilitator

Lesson Study 91
Gambar 6: Foto kegiatan sharing dengan pakar LSMGMP
IPA Kabupaten Karawang tahun 2011

Secara umum alur kegiatan plan dapat dilihat pada


gambar di bawah ini.
Tahap
Plan 1

Klasikal Kelompok
• Menentukan jumlah • Menentukan guru model
pertemuan • Menentukan materi yang
• Menentukan kelompok akan di-open lesson-kan
• Merancang RPP secara
kolaboratif
• Peer teaching kelompok
Tahap
Plan 2

Klasikal Kelompok
• Peer teaching secara • Perbaikan RPP hasil masukan
klasikal pada peer teaching kelompok
• Masukan dari fasilitator • Perbaikan RPP hasil masukan
pada peer teaching klasikal
• Masukan dari fasilitator

Gambar 7: Alur kegiatan pada tahap Plan

92 Achmad Fadloli
2. TAHAP DO

Gambar 8: Foto open lesson LSMaster teacher Kabupaten


Karawang tahun 2010

Tahap ini biasa dikenal dengan kegiatan open lesson/


open class. Open lesson biasa dikenal dengan istilah
membuka pembelajaran, sedangkan open class dikenal
dengan istilah membuka kelas. Dalam hal ini guru yang
mengajar membuka kesempatan kepada guru-guru lain
yang mengajar mata pelajaran yang sama atau mata
pelajaran lain untuk melihat pembelajaran yang sedang
berlangsung. Selain para guru, kegiatan open lesson juga
bisa dihadiri oleh siapa pun yang akan sama-sama belajar
dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
Sebelum kegiatan open class dilaksanakan, ada
beberapa tahap yang dilakukan, yaitu:

Lesson Study 93
a. Tahap sebelum open lesson
Pada tahap ini semua guru peserta yang akan menjadi
observer pada pembelajaran yang akan dilaksanakan
berkumpul di ruangan untuk mendapatkan gambaran
singkat dari guru model tentang materi, kondisi siswa,
serta tujuan yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran
yang akan berlangsung, menerima RPP yang akan
digunakan untuk open lesson.
Kegiatan tersebut dipandu oleh seorang moderator dan
satu orang notulen. Tugas moderator adalah mengatur
jalannya kegiatan, membacakan/mengingatkan kembali
tata cara observer dalam kegiatan observasi pembelajaran
serta membuat komitmen-komitmen terhadap kegiatan
yang akan dilaksanakan.

Gambar 9: Foto kegiatan sebelum open lesson LSMGMP


Kota Sukabumi tahun 2012

b. Pelaksanaan open lesson


Kegiatan pelaksanaan pembelajaran atau open lesson
memiliki beberapa komponen yang terkait, yaitu:

94 Achmad Fadloli
• Guru model
Guru yang mengajar pada kegiatan open class disebut
guru model. Dinamakan guru model karena semua
persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajan
yang berlangsung merupakan hasil sharing dari semua
guru dalam kelompok tersebut. Dengan demikian,
guru yang mengajar mengimplementasikan persiapan
pembelajaran yang sudah dirancang bersama pada tahap
perencanaan.

Gambar 10: Foto guru mengajar open class di


SMPN 2 Karawang Barat tahun 2011

• Pembelajaran
Pada prinsipnya pembelajaran berlangsung sesuai
dengan jadwal yang sudah ada sehingga kegiatan lesson
study yang dilaksanakan tidak mengganggu proses belajar
mengajar yang sudah berlangsung.

Lesson Study 95
Gambar 11: Foto pembelajaran
Setelah proses belajar mengajar dilaksanakan,
fasilitator membagikan angket pembelajaran kepada
siswa. Tujuan diberikan angket adalah: (1) untuk
mengetahui pendapat siswa tentang ketertarikan
siswa terhadap pelajaran yang sudah dilaksanakan; (2)
pendapat siswa tentang tingkat pemahaman terhadap
materi pada pembelajaran yang sudah dilaksanakan; (3)
pendapat siswa tentang adanya observer di ruangan pada
saat pembelajaran berlangsung.
• Siswa
Siswa yang menjadi peserta dalam open lesson adalah
siswa yang berada pada kelas yang diajar oleh guru
model sesuai dengan jadwal yang sudah ada di sekolah
tersebut.

Gambar 12: Foto diskusi siswa

96 Achmad Fadloli
• Observer
Para guru dan/atau tenaga kependidikan yang lain
yang hadir di kelas pada proses pembelajaran untuk
belajar bersama dari pembelajaran yang dilaksanakan
dinamakan observer.

Gambar 13: Foto observer dalam open lesson

Agar pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan


tidak terganggu oleh kehadiran para observer yang
jumlahnya banyak, maka harus mengikuti aturan yang
ada dalam melaksanakan observasi pembelajaran.
Secara umum alur kegiatan tahap Do dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

Lesson Study 97
Tahap
DO

Sebelum Open Open Lesson


Lesson

• Guru Model • Guru Model


• Moderator • Siswa
• Notulen • Observer (Semua yang
• Kepala hadir dalam kegiatan
Sekolah kecuali guru model dan
• Fasilitator siswa)
• Pembelajaran

Setelah Open
Lesson/Tahap
Refleksi

Gambar 14: Alur kegiatan pada tahap Do

98 Achmad Fadloli
3. TAHAP SEE (REFLEKSI)

Gambar 15: Foto kegiatan refleksi pada LSMT Kabupaten


Karawang tahun 2011

Tahap setelah pelaksanaan open class adalah tahap


refleksi.
Kemampuan guru untuk melakukan refleksi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang sudah dilaksanakan
merupakan faktor yang penting dalam rangka
memperbaiki pembelajaran yang akan dilaksanakan
selanjutnya. Mengapa demikian?
Melakukan refleksi berarti melakukan perenungan
secara saksama terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan, menganalisis masalah yang terjadi, serta
memikirkan cara pemecahannya sehingga kegiatan
selanjutnya menjadi lebih baik.

Lesson Study 99
Proses refleksi tersebut akan sangat bermanfaat
apabila didokumentasikan berupa tulisan sehingga dapat
dijadikan pedoman serta sebagai bahan sharing dengan
sesama guru.
Berdasarkan modul Usaid Prioritas, terdapat pedoman
dalam menuliskan refleksi dalam bentuk tulisan yang
disebut dengan jurnal reflektif; ada alur yang digunakan
sebagai acuan, yaitu seperti tampak dalam bagan
berikut.
Deskripsi
Deskripsikan apa
yang terjadi/apa
yang Anda lihat/
apa yang Anda
Rasa dan pikiran
Rencana ke depan alami/apa yang
Apa yang Anda
Kalau mengalami/
Anda lakukan.
rasakan/pikirkan
melakukan lagi,
sehubungan dengan
apa yang akan
yang Anda alami?
dilakukan?

Kesimpulan Analisis: Evaluasi


Apa yang Apa yang Anda Apa yang baik/tidak
seharusnya pahami dari baik, bermanfaat/
dilakukan/sebaiknya peristiwa/ tidak bermanfaat
dilakukan? pengalaman itu? dari peristiwa/
Mis: Mengapa pengalaman
hanya beberapa tersebut?
anak yang aktif
bekerja dalam
kerja kelompok?

Gambar 16: Alur menulis jurnal reflektif

100 Achmad Fadloli


Alur jurnal reflektif tersebut dilakukan oleh seseorang
yang sudah melaksanakan kegiatan. Dengan kata lain,
refleksi dilakukan oleh diri sendiri.
Dalam lesson study kegiatan refleksi dilakukan oleh
perorangan dan oleh kelompok. Secara perorangan, pada
tahap refleksi guru model diberikan kesempatan untuk
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang baru selesai dilaksankan dengan cara mengungkapkan
hasil refleksinya di depan seluruh peserta kegiatan yang
sudah melakukan observasi pembelajaran.
Secara kelompok, setelah guru model memaparkan
refleksinya, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan
observer menyampaikan refleksinya dengan cara
menyampaikan hasil pengamatan pembelajaran dengan
fokus permasalahan yang dihadapi oleh siswa selama
pembelajaran berlangsung.
Tujuan kegiatan refleksi adalah untuk melihat
permasalahan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung serta mencari solusi terbaik dalam
memecahkan permasalahan tersebut dengan cara sharing
pengalaman.
Kegiatan refleksi akan bermakna apabila observer
bukan sekadar mengungkapkan permasalahan yang
ditemukan selama mengadakan observasi pembelajaran,
tetapi harus dengan mengajukan alternatif pemecahan
berdasarkan pengalaman atau berdasarkan literatur yang
ada.
Pada tahap awal pelaksanaan lesson study kemungkinan
akan terjadi seperti itu. Dengan kata lain, kegiatan refleksi

Lesson Study 101


hanya berlangsung seperti pandangan mata. Apabila
terjadi demikian, maka moderator mempunyai peran
yang strategis untuk menjadikan kegiatan refleksi menjadi
bermakna dengan cara menjadikan permasalahan yang
sangat penting pada saat itu menjadi fokus perbincangan
untuk dicarikan solusi terbaik berdasarkan pengalaman
seluruh peserta yang hadir.
Selain kedua refleksi tersebut, angket siswa setelah
pembelajaran juga dijadikan sebagai bahan refleksi
untuk mengetahui antusiasme siswa, pendapat siswa
tentang kehadiran observer di kelas, tingkat penguasaan
siswa terhadap materi yang disajikan, dan guru yang
mengajar.
Hasil refleksi berupa permasalahan serta solusi hasil
sharing yang sudah dilaksanakan lalu dibukukan oleh
notulen dan selanjutnya dijadikan dokumen oleh sekolah
guru model dan menjadi oleh-oleh bagi seluruh peserta.

102 Achmad Fadloli


Tahap See
(Refleksi

3. Hasil angket
1. Diri sendiri
siswa
2. Kelompok

Oleh guru Oleh peserta Oleh fasilitator


model setelah yang hadir dan hasilnya
pembelajaran dan menjadi dibacakan untuk
di awal observer refleksi diri sendiri
refleksi dalam (guru model) dan
kelompok pembelajaran kelompok (seluruh
peserta)

Gambar 17: Alur kegiatan tahap See

Lesson Study 103


104 Achmad Fadloli
6 TATA TERTIB
KEGIATAN OPEN
LESSON

Kata open lesson mungkin sering kita dengar di


dalam rutinitas kita sebagai guru, dan mungkin
juga pernah kita laksanakan, atau bahkan sering
kita laksanakan.
Kegiatan open lesson akan dapat terlaksana
dengan baik dan berlangsung sesuai dengan
tujuan yang diharapkan apabila dilaksanakan
berdasarkan aturan yang sudah ditetapkan.
Nah, apa saja tata tertib dalam melaksanakan
kegiatan open lesson? Dan bagaimana kegiatan
open lesson itu dilaksanakan?

O pen lesson atau biasa dikenal dengan open class


merupakan tahap pelaksanaan hasil rencana yang
sudah dirancang. Dalam kegiatan lesson study terdapat
tata tertib yang dijadikan pedoman sehingga pelaksanaan
open lesson dapat berlangsung sesuai dengan tujuan.
Tata tertib kegiatan open lesson dibagi menjadi
tiga bagian yaitu sebelum pengamatan, pelaksanaan
pengamatan, dan sesudah pengamatan.
Untuk lebih jelasnya akan dibahas di bawah ini.

Lesson Study 105


A. Sebelum pengamatan
• Peserta datang di sekolah tempat kegiatan paling
lambat 15 menit sebelum pembelajaran dimulai
untuk mengikuti kegiatan paparan guru model
terhadap pembelajaran yang akan dilaksanakan
serta mendapatkan RPP yang akan digunakan.
• Observer menyiapkan buku catatan dan kamera
jika merasa memerlukan dokumentasi berupa
gambar atau video.
• Moderator mengingatkan kembali tentang tata
tertib observasi, kelas yang akan dijadikan open
lesson, dan waktu pelaksanaan open lesson.
• Moderator mengajak secara bersama-sama untuk
men-silent-kan HP serta mengingatkan sebaiknya
tidak mengirim pesan singkat atau menerima
telepon selama pengamatan.
B. Selama pengamatan
• Semua pengamat segera memasuki kelas dengan
tertib pada waktu yang ditentukan sebelum
pembelajaran dimulai. Mereka segera menempati
tempat (berdiri) yang memungkinkan dapat
memperhatikan perubahan raut wajah dan gerak-
gerik siswa ketika belajar.
Terdapat ungkapan bahwa kedatangan observer
ibarat “angin” yang berada di sekitar kita. Artinya
kehadiran observer di kelas tidak mengganggu
pembelajaran terutama siswa. Sebaliknya,
keberadaan observer sangat diperlukan untuk
mengamati aktivitas siswa.

106 Achmad Fadloli


• Cara pengamatan:
• Pengamatan kelompok
• Pengamatan lebih dari satu kelompok
• Pengamatan satu kelas
Ketiga pengamatan tersebut disesuaikan
dengan kebutuhan dan kemampuan pengamat.
Apabila sudah berpengalaman, pengamat dapat
mengamati satu kelas untuk mendapatkan
gambaran pembelajaran secara klasikal.
• Tidak membantu guru dan siswa dalam proses
pembelajaran dalam bentuk apa pun. Biarkan
pembelajaran berlangsung apa adanya walaupun
kadang kala pengamat merasa tidak puas melihat
pembelajaran.
Kejadian-kejadian yang ada selama proses
pembelajaran cukup dicatat atau diambil
gambarnya yang nantinya akan dijadikan sebagai
bahan pada kegiatan refleksi.
• Tidak mengganggu pandangan guru siswa selama
pembelajaran. Jika pengamat sedang mendekati
kelompok atau berada di tengah-tengah kelas,
kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan arahan
secara klasikal, maka segeralah menepi agar tidak
mengganggu pandangan siswa.
• Tidak menganggu konsentrasi siswa dalam belajar,
misalnya berbicara dengan pengamat lain, atau
keluar masuk ruangan.
• Jika menggunakan kamera untuk mengambil
gambar kegiatan belajar, lampu kilat (flash)

Lesson Study 107


hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera
dapat mengganggu atau menghentikan konsentrasi
belajar siswa.
• Pengamatan difokuskan pada aktivitas siswa dalam
belajar dengan berpatokan pada pertanyaan di
bawah ini.
1. Apakah siswa belajar? Bagaimana prosesnya?
2. Adakah siswa yang tidak belajar? Mengapa?
3. Bagaimana usaha siswa dalam menghadapi
kesulitan belajar?
• Pengamat melakukan pengamatan secara penuh
sejak awal sampai akhir pembelajaran.

C. Setelah pengamatan
Setelah kegiatan pengamatan terhadap proses
pembelajaran di kelas selesai, seluruh peserta kegiatan
yang mengadakan observasi (observer) memasuki ruangan
yang sudah ditentukan untuk mengadakan tahapan
selanjutnya yaitu refleksi.

108 Achmad Fadloli


7 TATA CARA
MELAKUKAN REFLEKSI
PEMBELAJARAN DALAM
LESSON STUDY

Refleksi adalah tahapan setelah pelaksanaan


pembelajaran berlangsung. Refleksi yang
berlangsung sebaiknya tidak menghakimi guru
model karena pada dasarnya hasil refleksi
yang dilakukan merupakan pembelajaran
untuk semua yang hadir.
Nah, bagaimana cara mengungkapkan
refleksi yang baik agar guru model tidak
merasa dihakimi? Untuk mempelajari cara
merefleksi yang baik, mari kita baca materi
berikut.

T ahapan kegiatan lesson study setelah tahap do yaitu


tahapan pelaksanaan pembelajaran di kelas oleh
guru model atau biasa dikenal dengan open lesson atau
open class yaitu tahap see (refleksi).
Tujuan pelaksanaan refleksi adalah untuk mendapatkan
masukan tentang proses pembelajaran yang sudah
dilaksanakan dalam rangka perbaikan pembelajaran

Lesson Study 109


pada pertemuan-pertemuan berikutnya. Fokus refleksi
adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran bukan guru
yang sedang mengajar.

Gambar 18: Foto guru sedang melakukan refleksi

Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap


pelaksanaan refleksi pembelajaran:
1. Setting ruangan
Tempat duduk di ruangan hendaknya ditata
membentuk huruf “U” atau sesuai kesepakatan dengan
tujuan agar semua peserta kegiatan dapat berinteraksi
secara mudah. Denah tempat duduk dalam refleksi
tersebut juga merupakan pembelajaran bagi semua peserta
yang hadir bahwa dalam pembelajaran di kelas juga
diperlukan setting tempat duduk yang memungkinkan
semua peserta didik dapat berinteraksi dengan guru, dan
dengan siswa dalam kelompok, maupun dengan siswa
dari kelompok yang lain.

110 Achmad Fadloli


2. Moderator dan guru pengajar (guru model) duduk di
depan. Semua mencatat isu-isu yang dibahas.
Rambu-rambu untuk moderator:
a. Moderator hendaknya orang yang mengikuti
proses pembelajaran yang direfleksi.
b. Moderator memperkenalkan diri dan membuka
diskusi refleksi.
c. Moderator membacakan tata tertib refleksi:
d. Refleksi hendaknya terfokus pada proses belajar
siswa. (Apakah siswa belajar, bagaimana prosesnya?
Adakah siswa yang tidak belajar, mengapa?
Bagaimana usaha siswa menghadapi kesulitan
belajar? Apa lesson learnt dari pembelajaran
tersebut?)
e. Refleksi kali pertama dilakukan oleh guru model
dan dilanjutkan dengan komentar oleh observer.
f. Masalah yang didiskusikan hendaknya masalah
nyata berdasarkan hasil pengamatan selama proses
pembelajaran.
g. Masalah yang sudah disampaikan oleh pengamat
sebelumnya tidak perlu diulang-ulang.
h. Masalah yang disampaikan oleh pengamat
sebelumnya boleh dibahas untuk memperdalam
refleksi.
i. Pada akhir refleksi akan disampaikan refleksi akhir
oleh dosen pendamping.
j. Setelah membacakan tata tertib, moderator
memulai diskusi refleksi dengan mengucapkan

Lesson Study 111


terima kasih kepada guru yang melaksanakan open
lesson dan miminta aplaus dari peserta.
k. Mempersilakan guru pengajar melakukan refleksi
diri terlebih dahulu. Refleksi diri dapat berupa
perasaan sebelum, saat, dan setelah mengajar,
ketercapaian skenario pembelajaran yang telah
dirancang, kondisi-kondisi khusus yang terjadi
pada beberapa siswa saat pembelajaran, dll.
l. Mempersilakan para pengamat menyampaikan
komentar berdasarkan fakta hasil temuan, analisis
penyebab, dan alternatif solusi.
m. Setelah satu orang menyampaikan komentar,
moderator mempersilakan pengamat lain
menanggapi komentar tersebut. Satu masalah
didiskusikan bersama sampai tuntas. Dengan
demikian, diskusi berlangsung menarik dan
mendalam.
n. Moderator memberi kesempatan kepada semua
pengamat untuk menyampaikan komentar.
Moderator tidak perlu menyimpulkan karena
berbagai alternatif solusi dapat diterapkan pada
pembelajaran sehari-hari.
o. Akhirnya moderator memberi kesempatan kepada
dosen pendamping untuk melakukan refleksi akhir
dan penguatan.
p. Sebelum moderator menutup acara refleksi,
moderator mengingatkan tindak lanjut pada
masing-masing kelas/sekolah dan membawa

112 Achmad Fadloli


temuannya untuk berbagi pengalaman pada
pertemuan berikutnya.
Rambu-rambu pengamat dalam menyampaikan
komentar:
a. Komentar yang disampaikan sebaiknya terfokus
pada masalah proses belajar siswa, bukan pada
aktivitas guru mengajar.
b. Komentar yang disampaikan harus berdasarkan
data pengamatan terlebih dahulu, bukan
berdasarkan teori dan opini pengamat.
Gunakan kata “pembelajaran kita” untuk
mengomentari proses pembelajaran ketimbang
“pembelajran guru A atau guru B”.
c. Gunakan kata yang halus dan bijak.
d. Komentar yang disampaikan sebaiknya jauh dari
sifat “menggurui” atau menurut pandangannya
sendiri.
e. Jika menyampaikan data tentang siswa belajar,
kemukakan MENGAPA hal itu terjadi (ini
merupakan interpretasi) dan bagaimana jalan
keluarnya (ini merupakan saran untuk perbaikan
pembelajaran selanjutnya).
f. Kemukakan juga pelajaran apa yang dapat dipetik
dari pembelajaran tersebut.
Refleksi pada dasarnya adalah untuk saling belajar
dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah
berlangsung. Perbaikan tersebut bukan hanya untuk guru
model, tetapi untuk semua yang hadir serta dibagikan

Lesson Study 113


kepada guru-guru di sekolah/madrasah tempat peserta
bekerja.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan refleksi yang
menjadi fokus adalah permasalahan yang terjadi pada
aktivitas siswa dalam pembelajaran, bukan aktivitas guru
model. Tetapi sebenarnya akan tertuju pula kepada guru
model.
Sebagai contoh refleksi dari peserta yang menghakimi
guru model,“Tadi saya melihat guru model menghalangi
pandangan siswa untuk melihat alat yang sedang
diperagakan oleh siswa yang lain. Sebaiknya guru model
berada di temapat yang tidak menghalangi siswa.”
Sebaiknya kalimatnya diubah menjadi, “Saya tadi
melihat siswa yang berada di kelompok … sangat antusias
mengikuti peragaan alat sampai berpindah ke tempat lain
karena pandangannya terhalang.” Kedua kalimat refleksi
tersebut mempunyai maksud yang sama, tetapi dengan
redaksi yang berbeda.
Penggunaan kalimat sepert itu menunjukkan bahwa
refleksi tersebut sebenarnya bukan hanya guru model
yang melakukannya tetapi semua yang hadir termasuk
peserta yang melakukan refleksi tersebut juga mempunyai
kepentingan yang sama yaitu jika saya (siapa pun)
mengajar akan memosisikan diri agar pandangan siswa
tidak terhalang.

114 Achmad Fadloli


8 POLA KEGIATAN
LESSON STUDY YANG
DIKEMBANGKAN

Terdapat banyak program yang dikembangkan


oleh pemerintah dalam rangka meningkatan
kompetensi guru, di antaranya adalah dengan
pengembangan KKG dan MGMP.
Lesson study hadir dengan tujuan agar
kegiatan KKG dan MGMP dapat berlangsung
sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh
kegiatan KKG dan MGMP tersebut.
Untuk mengetahui kegiatan lesson study
yang berlangsung di kelompok KKG maupun
di kelompok MGMP, kita dapat mempelajari
materi berkut ini.

S ecara umum pelaksanaan lesson study dibedakan ke


dalam dua pola yaitu lesson study berbasis KKG/
MGMP, dan lesson study berbasis sekolah (LSBS). Lesson
study berbasis KKG/MGMP
1. LS KKG
KKG atau kelompok kerja guru adalah 
wadah kegiatan  profesional bagi guru SD/MI/
SDLB  di  tingkat  kecamatan  yang  terdiri  dari sejumlah
guru dari sejumlah sekolah.   

Lesson Study 115


Dengan demikian, yang dimaksud dengan lesson study
berbasis KKG (LSKKG) merupakan kegiatan lesson study
yang dilaksanakan di tingkat KKG.
Dalam melaksanakan LSKKG guru-guru yang berada
di gugus tersebut berkumpul dengan jadwal yang sudah
ada untuk melaksanakan lesson study sesuai dengan
tahapan yang ada.
Kita memahami bahwa di tingkat SD/MI guru yang
ada merupakan guru kelas, kecuali guru pendidikan
jasmani dan guru pendidikan agama. Maka kegiatan
bisa dilaksanakan berdasarkan kelas atau berdasarkan
pelajaran.
Berdasarkan kelas misalnya yang melakukan kegiatan
adalah guru kelas empat. Jika demikian, yang berkumpul
di KKG untuk melakukan kegiatan adalah guru kelas
empat di gugus tersebut dengan mengambil tempat di
salah satu sekolah yang disepakati.
Demikian pula jika berdasarkan mata pelajaran, maka
yang berkumpul dalam kegiatan tersebut adalah guru
yang mengajar pelajaran yang sama. Jika demikian, maka
yang menghadiri kegiatan tidak harus kelas yang sama.
Agar kegiatan tidak mengganggu pembelajaran
yang sedang berlangsung mengingat guru tersebut
berkedudukan sebagai guru kelas, maka tahap
perencanaan (plan) sebaiknya dilaksankan di luar jam
kerja yaitu apabila sekolah masuk pagi, maka kegiatan
plan dilaksankan di siang hari. Sebaliknya apabila sekolah
masuk siang, kegiatan plan dilaksanakan di pagi hari.

116 Achmad Fadloli


2. LSMGMP
MGMP (Musyawarah  Guru  Mata Pelajaran) 
merupakan  wadah  kegiatan  profesional bagi 
para  guru mata pelajaran yang sama pada
jenjang SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB,
dan SMK/MAK di tingkat  kabupaten/kota
yang terdiri dari sejumlah guru dari sejumlah sekolah. 
Dengan demikian LSMGMP (Lesson Study berbasis
Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah kegiatan lesson
study di tingkat MGMP.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun
1994 kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) memiliki lima tujuan, yaitu:
a. Mendorong guru untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan mereka dalam merencanakan,
melaksanakan, serta mengevaluasi kegiatan belajar
maengajar;
b. Sebagai wadah untuk merundingkan masalah yang
dihadapi para guru dalam melaksanakan kewajiban
sehari-hari mereka untuk mencari pemecahan sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran yag bersangkutan,
guru, kondisi sekolah, dan masyarakat;
c. Kegiatan KKG dan MGMP dilaksanakan dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru.
3. LSBS (Lesson Study Berbasis Sekolah)
LSBS merupakan kegiatan lesson study yang
dilaksanakan di tingkat sekolah/madrasah dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru.

Lesson Study 117


Dapat dikatakan bahwa LSBS merupakan kegiatan
lesson study yang memberdayakan KKG/MGMP di
tingkat sekolah.
Dalam pelaksanaannya tentunya berbeda dengan
LSKKG/LSMGMP karena dalam pelaksanaan LSBS harus
mengakomodasi semua pelajaran yang ada. Sedangkan
LSKKG/LSMGMP dilaksanakan oleh sekelompok guru
pada satu mata pelajaran yang sama.
Lantas bagaimana pelaksanaan lesson study di tingkat
PAUD, TK/RA, Perguruan Tinggi (PT)? Kita perhatikan
gambar berikut.

Lesson Study
(LS)

LS KKG LSBS
• SD/MI LS MGMP • SD/MI
• SMP/MTs • SMP/MTs
• SMA/MA • SMA/MA
• SMK/MK • SMK/MK

Gambar 19: Pola kegiatan lesson study

118 Achmad Fadloli


9 KAITAN LESSON
STUDY DAN
KOMPETENSI GURU

Setiap kegiatan yang dilaksanakan adalah


dalam rangka meningkatkan kompetensi
guru. Demikian pula dengan pelaksanaan
lesson study, seharusnya dapat meningkatkan
empat kompetensi yang dimiliki oleh guru
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi personal, dan
kompetensi sosial.
Lantas bagaimana peran lesson study
dalam meningkatkan kompetensi guru? Mari
kita pelajari materi berikut ini.

P emerintah sudah melaksanakan berbagai upaya


dengan meluncurkan program-program dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
guru dan dosen, terdapat empat kompetensi guru
yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi profesional,
kompetensi personal, dan kompetensi sosial.

Lesson Study 119


1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang
berkenaan dengan penguasaan terhadap karakteristik
peserta didik, penguasaan terhadap teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran
yang mendidik, pengembangan potensi peserta didik,
komunikasi dengan peserta didik, penilaian dan
evaluasi.
2. Kompetensi profesional
Kompetensi professional merupakan kemampuan
yang berkenaan dengan penguasaan materi
pembelajaran, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu;
mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang
reflektif.
3. Kompetensi personal
Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial,
dan kebudayaan nasional; menunjukkan pribadi yang
dewasa dan teladan, memiliki etos kerja, tanggung jawab
yang tinggi, dan rasa bangga menjadi guru.
4. Kompetensi sosial
Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak
diskriminatif; komunikasi dengan sesama guru, tenaga
kependidikan, orangtua, peserta didik, dan masyarakat.
Untuk melihat keterkaitan antara kegiatan lesson
study dengan kompetensi guru, kita bisa memperhatikan

120 Achmad Fadloli


gambar yang diambil dari buku panduan kegiatan lesson
study (2008:13) seperti di bawah ini.

Tujuan Utama
Lesson Study
Lesson Study Meningkatkan Kompetensi
pengetahuan Guru
Merencanakan tentang materi
pembelajaran ajar
berdasarkan
tujuan dan Meningkatkan Kompetensi
perkembangan pengetahuan Profesional
siswa tentang
pembelajaran
Mengobservasi
pembelajaran Meningkatkan
untuk kemampuan Perbaikan mutu
mengumpulkan mengobservasi pembelajaran
data tentang aktivitas belajar terus menerus
aktivitas belajar
siswa Semakin kuatnya
hubungan antara
Menggunakan pelaksanaan
data hasil pembelajaran
observasi untuk sehari-hari Kompetensi
melakukan dengan tujuan Pedagogik
refleksi jangka panjang.
pembelajaran
secara mendalam Meningkatnya
dan luas kualitas rencana
pembelajaran
Jika perlu Kompetensi
melakukan Semakin kuatnya
Sosial
re-planning hubungan
dengan topik kolegialitas.
yang sama untuk Semakin
pembelajran meningkatnya
kelas yang lain Kompetensi
motivasi untuk Kepribadian
berkembang

Tabel 7: Hubungan kompetensi guru dengan kegiatan lesson


study

Lesson Study 121


1. Keterkaitan antara kompetensi professional dengan
lesson study
a. Meningkatkan pengetahuan tentang materi ajar
Dalam setiap tahapan kegiatan lesson study selalu
terdapat kegiatan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan tentang bahan ajar.
Tahap perencanaan kegiatan yang dilaksankan
adalah merancang perencanaan pembelajaran
sampai selesai. Kegiatan merancang tersebut
dilakukan dengan cara saling tukar pengalaman
dan dibantu dengan pakar di bidang materi yang
sedang dibahas. Pakar bisa berasal dari guru besar,
dosen, atau fasilitator.
Tahap open lesson dan refleksi dibahas pula
materi dari pembelajaran yang sudah dilaksankan.
Dengan kegiatan seperti itu, maka pengetahuan
peserta kegiatan tentang materi akan lebih baik
dan meningkat.
2. Keterkaitan antara kompetensi pedagogik dengan
lesson study
a. Meningkatkan pengetahuan tentang pembelajaran
Memahami pembelajaran bukan sekadar teori
tetapi memerlukan pengamatan langsung karena
terdapat beberapa hal untuk memahami proses
belajar siswa yang harus melalui pemahaman
langsung dalam pembelajaran.
Dengan mengadakan pengamatan langsung
secara serius dan benar-benar untuk belajar

122 Achmad Fadloli


maka pemahaman tentang pembelajaran akan
meningkat.
b. Meningkatkan kemampuan mengobservasi aktivitas
belajar
Kegiatan mengobservasi pembelajaran hampir
bahkan tidak pernah dilakukan. Dengan mengikuti
kegiatan lesson study, maka mengobservasi
pembelajaran merupakan kegiatan yang harus
dilaksankan. Oleh karena itu dengan mengikuti
kegiatan lesson study maka kemampuan untuk
mengobservasi pembelajaran dimulai dan akan
meningkat menjadi lebih baik sejalan dengan
semakin seringnya mengikuti kegiatan.
Dengan pengamatan langsung, maka kita
akan mengetahui kekurangan dan kelebihan
proses pembelajaran yang berlangsung dalam hal
implementasi program yang sudah dirancang. Di
antaranya adalan mengenai model pembelajaran
yang diterapkan, isi dari materi yang disampaikan,
setting tempat duduk yang dirancang, interaksi
siwa dalam kelompok, atau bahkan interaksi siswa
dengan guru.
Dengan pengamatan langsung juga dapat
bermanfaat untuk mengetahui karakteristik siswa
dalam belajar serta aktivitas siswa selama
pembelajaran.
c. Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran
Adanya kegiatan kolaboratif dalam merancang
RPP artinya bahwa RPP yang dirancang adalah

Lesson Study 123


hasil masukan dari kelompok berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan dalam mengajar.
Selain itu, masukan dari fasilitator yang berasal dari
guru besar, dosen, atau guru inti sangat membantu
dalam meningkatkan kualitas RPP yang sedang
dirancang.
3. Keterkaitan antara kompetensi sosial dengan lesson
study
a. Semakin kuatnya hubungan kolegialitas
Lesson study merupakan kegiatan yang dilaksankan
melalui siklus. Artinya, dalam satu kali putaran
dalam kegiatan peserta akan bertemu sebanyak
tujuh kali, sembilan kali. Berarti dalam satu tahun
peserta akan bertemu selama 14 kali atau 18 kali.
Selain itu, semakin kuatnya hubungan
kolegialitas juga didapatkan dari model kegiatan
yang berkunjung dari satu sekolah ke sekolah yang
lain. Artinya, apabila kegiatan dalam satu siklus
dilaksankan sebanyak tujuh kali, maka ada tujuh
sekolah yang dikunjungi oleh peserta.
Dengan keadaan seperti itu, maka hubungan
kolegialitas semakin kuat.
4. Keterkaitan antara kompetensi kepribadian dengan
lesson study
a. Semakin meningkatnya motivasi untuk berkembang
Kegiatan lesson study membawa dampak yang
positif dalam meningkatkan motivasi untuk

124 Achmad Fadloli


berkembang di antaranya adalah banyak di antara
peserta yang menjadi presenter pada kegiatan
international conference on lesson study setiap tahun,
pembelajaran lebih berkualitas dengan metode
dan model yang bervariasi, banyak melaksanakan
penelitian, dan sebagainya.
Ahmad Fadloli dalam MGMP Based Lesson Study
in Karawang menuliskan hasil penyebaran angket
terhadap 30 guru yang mengikuti kegiatan lesson
study.
Angket tersebut berisi pendapat guru-guru
tentang kegiatan lesson study terhadap peningkatan
kompetensi. Hasil angket menunjukkan bahwa
terdapat 38 persen yang mengatakan sangat
setuju, 57 persen mengatakan setuju, lima persen
mengatakan tidak setuju, dan nol persen yang
tidak setuju.
Hasil tersebut dapat kita lihat pada charta di
bawah ini.

Lesson Study 125


Gambar 20: Pendapat guru tentang hubungan antara
kegiatan lesson study dengan kompetensi

126 Achmad Fadloli


10 DAMPAK
PELAKSANAAN
LESSON STUDY

Setiap kegiatan yang dilaksanakan tentu


diharapkan membawa dampak yang positif.
Demikian pula dengan kegiatan lesson study.
Lesson study yang dilaksanakan juga membawa
dampak yang posistif, di antaranya adalah
dampak terhadap guru yang melaksanakan
kegiatan, dampak terhadap sekolah, dampak
terhadap pembelajaran.
Untuk mengetahui dampak kegiatan lesson
study tersebut di atas, sebaiknya kita pelajari
bersama bahasan berikut.

S etiap kegiatan tentu memberikan dampak ke arah


yang posistif. Demikian pula dengan kegiatan
lesson study. Menurut Ahmad Fadloli dalam tulisannya
berjudul MGMP Based Lesson Study in Karawang yang
dipresentasikan pada sesi pleno International Confrence
for Lesson Study ke-3 tahun 2010 di gedung JICA UPI
bahwa dampak kegiatan lesson study meliputi dampak
terhadap guru, sekolah, dan pembelajaran.

Lesson Study 127


1. Guru
- Mengubah paradigma guru terhadap pelatihan
dari profit-oriented kepada kebutuhan untuk
berkembang dan belajar
- Menumbuhkan kesadaran untuk meningkatkan
kompetensi
- Menumbuhkan keberanian untuk diobservasi.
Kebiasaan guru yang belum pernah dilihat
oleh guru-guru lain dalam jumlah yang banyak
tentu menjadi hal yang baru dan membutuhkan
keberanian pada saat kegiatan lesson study harus
menjadi guru model.
- Meningkatkan motivasi untuk mengadakan penelitian
2. Sekolah
- Lingkungan sekolah menjadi lebih bersih.
- Karena kedatangan guru dalam jumlah yang banyak
dari sekolah lain, maka mau tidak mau sekolah
harus berbenah, termasuk di dalam kelas yang akan
digunakan untuk open lesson.
- Kebanggan sekolah karena dikunjungi oleh guru-
guru sekolah lain, bahkan dari pejabat dinas dan
dari perguruan tinggi
3. Pembelajaran
- Metode dan model pembelajaran lebih bervariasi.
- Perubahan dari teacher center ke student center.
- Setting tempat duduk siswa lebih bervariasi.

128 Achmad Fadloli


I Wayan Santyasa dalam makalah berjudul Implementasi
Lesson Study dalam Pembelajaran yang disajikan dalam
Seminar Implementasi Lesson Study dalam Pembelajaran
bagi Guru-Guru TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah
Menengah Pertama di Kecamatan Nusa Penida, tanggal
24 Januari 2009, di Nusa Penida bahwa Ada 8 (delapan)
peluang yang dapat diperoleh oleh guru apabila dia
melaksanakan lesson study secara berkesinambungan,
yaitu:
1. Lesson study memungkinkan guru memikirkan dengan
cermat mengenai tujuan pembelajaran, materi pokok,
dan bidang studi.
2. Lesson study memungkinkan guru mengkaji dan
mengembangkan pembelajaran yang terbaik yang
dapat dikembangkan.
3. Lesson study memungkinkan guru memperdalam
pengetahuan mengenai materi pokok yang diajarkan.
4. Lesson study memungkinkan guru memikirkan secara
mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai
yang berkaitan dengan siswa.
5. Lesson study memungkinkan guru merancang pembelajaran
secara kolaboratif.
6. Lesson study memungkinkan guru mengkaji secara
cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku
siswa.
7. Lesson study memungkinkan guru mengembangkan
pengetahuan pedagogis yang kuat penuh daya.

Lesson Study 129


8. Lesson study memungkinkan guru melihat hasil
pembelajaran sendiri melalui respons siswa dan
tanggapan para kolega.

130 Achmad Fadloli


D A F TA R
PUSTAKA

Aqib, Zainal, 2010, Profesionalisme Guru dalam


Pembelajaran, Surabaya: Insan Cendikia.
Fadloli, Ahmad, 2010, MGMP Based Lesson Study in
Karawang, Makalah Pleno 3rd Internaional Confrence
for Lesson Study (ICLS), JICA UPI, Bandung. Tidak
diterbitkan.
Suparlan, 2006, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Suparlan, 2005, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta:
Hikayat Publishing.
Silberman, Melvin L., 2006, Active Learning 101Strategic
to Teach Any Subject, Bandung: Nusamedia.
Hidayat, Topik, dkk., 2010, Teori Paradigma, Prinsip,
dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Kontek
Indonesia, Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
________.2005, Definisi tentang Guru, Undang-Undang
tentang guru dan dosen Nomor 14 tahun 2005.
Hendayana, Sumar, dkk., 2008, Pedoman Implementasi
Kegiatan Lesson Study Kabupaten Karawang, Pasuruan,
dan Kota Surabaya, Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Lesson Study 131


________.2009. Modul Pelatihan Pengajaran Profesional
dan Pembelajaran Bermakna 3, Konsorsium Proyek
Decentralized Basic Education (DBE3) tahun 2009.
Ibrohim, Suryanto, A., dan Sukirman, 2008, Panduan
Belajar Generik PTK dalam Pembelajaran Modul
Better Education Through Reformed Management and
Universal Teacher Upgrading (BERMUTU), Jakarta:
Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan
Dirjen PMPTK.
R, Nuryani, 2005, Strategi Belajar Mengajar Biologi,
Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Santyasa, I Wayan, 2009, Implementasi Lesson Study
dalam Pembelajaran, Makalah Seminar Implementasi
Lesson Study dalam Pembelajaran bagi Guru-guru
TK, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama
di Kecamatan Nusa Penida, Universitas Pendidikan
Ganesha, Bali. Tidak diterbitkan.
________.2013, Definisi tentang Perencanaan Pembelajaran,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan.
________.2013, Definisi tentang Penilaian Pembelajaran,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor
32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar
nasional pendidikan.

132 Achmad Fadloli


________.2007, Definisi tentang Proses Pembelajaran,
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41
tahun 207 tentang standar proses.
________.2010, Lesson Study, http://akhmadsudrajat
.wordpress.com
________.1994, Tujuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 38
tahun 1994 tentang kegiatan kegaiatan MGMP.
________.2009, Modul POS Penyelenggaraan KKG dan
MGMP, Jakarta: Direktorat Jendral Peningkatan
Mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan.
________.2013. Modul Pelatihan Usaid Prioritas Jawa
Barat, Konsorsium Proyek Decentralized Basic
Education (DBE3) tahun 2013.
________.2011, Kiat-kiat Praktik Lesson Study, http://
icls.upi.edu.
________.2009. Tugas dan Peran Kepala Sekolah
dalam Manajemen Kurikulum, Direktorat Manajemen
Depdiknas, Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

Lesson Study 133


134 Achmad Fadloli
TENTANG
PENULIS

Ahmad Fadloli, M.Pd. dilahirkan


di Lamongan tanggal 31 Januari
1970. Menyelesaikan pendidikan
dasar, pendidikan menengah
pertama dan pendidikan menengah
atas di Lamongan, Jawa Timur.
Penulis tamat dari MIM pada
tahun 1982 dan lulus SMAM
tahun 1988. Diploma tiga Biologi
tamat tahun 1992 dan Sarjana Biologi diselesaikan tahun
1999 di UNHALU Kendari, Sultra. Tahun 2010 penulis
menyelesaikan S2 jurusan Manajemen Pendidikan di
Universitas Pakuan Bogor.
Tahun 2011 ia mendapat tugas tambahan sebagai
kepala sekolah di SMPN 7 Karawang Barat sampai
sekarang.
Aktivitas yang dijalani adalah sebagai fasilitator lesson
study Kabupaten Karawang tahun 2008-2011. Tahun
2012 ia dipercaya menjadi fasilitator lesson study Provinsi
Jawa Barat.

Lesson Study 135


Tahun 2009-2012 penulis menjadi fasilitator DBE
3 (Decentralized Basic Education) program Usaid dan
tahun 2013 menjadi fasilitator Usaid Prioritas.
Mulai tahun 2013 ia menjadi penulis Unit of Learning
CPD Principal kerja sama Ausaid dengan Pusbangtendik,
Kemendikbud.
Tahun 2009 dan 2013 menjadi presenter pada
International Conference Lesson Study (ICLS) di JICA
UPI Bandung. Tahun 2010 menjadi keynote speaker pada
ICLS di gedung JICA UPI Bandung.
Pelatihan yang pernah diikuti di antaranya adalah
TOT Nasional pendidikan karakter budaya bangsa dan
ekonomi kreatif tahun 2009, Pelatihan Nasional Menulis
Buletin BERMUTU tahun 2010. Penulis tergabung
dalam tim Pengembang Kurikulum Kabupaten Karawang
tahun 2008-2010.

136 Achmad Fadloli

Anda mungkin juga menyukai