Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR BUNGIN

KECAMATAN BINGIN KUNING KABUPATEN


LEBONG TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Amin Khusaini*, Yudhia Pratidina Pastalozi, Fenty Wisnuwahardahani


Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pro. DR. Hazairin. SH Bengkulu
Jl. Ahmad Yani NO 01, Kota Bengkulu, Bengkulu-50275

*corresponding author : aminkhusainibkl@gmail.com

INTISARI
Pasir bungin yang digunakan secara umum oleh masyarakat di Desa Bungin
Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu Utara sebagai
bahan pembuatan adukan beton.Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan asam, sulfur, lumpur dan untuk mengetahui nilai kuat
tekan beton menggunakan pasir bungin. Metode yang digunakan adalah
xkperimental yaitu suatu penelitian yang menggunakan bahan percobaan untuk
mendapatkan suatu hasil, hasil tersebut akan mengetahui sebab dan akibat dari
percoaan tersebut. Hasil dari penelitian ini bahwa setelah dilakukan uji
penyaringan dan uji lab pasir bungin mengandung asam 0,06 %, sulfur 0,83 % dan
lumpur 10,03 %, setelah itu dibuat 9 benda uji berbentuk silinder dengan ukuran
15 cm x 30 cm dan direndam selama 28 hari dengan mutu rencana Fc 25 Mpa,
setelah dilakukan uji tekan dari 9 benda uji didapat nilai kuat rata-rata 19,06 Mpa
terdapat penurunan sebesar 21,06 % dari mutu yang di rencanakan Fc 25 Mpa.
Hal ini menunjukkan bahwa pasir bungin yang terdapat di Desa Bungin
Kabupaten Lebong Profinsi Bengkulu Utara tidak baik sebagai bahan pembuatan
beton.
Kata Kunci : Pasir, Kuat Tekan, Beton.

1
PENDAHULUAN
Pasir di Desa Bungin Kecamatan Bingin Kuning Kabupaten Lebong sering
disebut juga basir bungin, merupakan material alami yang sangat melimpah di
desa Bungin. Pasir ini sering diguakan oleh masyarakat untuk membuat campuran
beton, tidak sedikit masyarakat yang menambang pasir di desa tersebut dan dijual
sampai ke desa tetangga,
Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang di hasilkan dari beberapa
campuran antara agregat halus dan agregat kasar dengan bahan pengikat, agregat
halus seperti pasir sering kita jumpai di daerah indonesia dengan kandungan zat-
zat yang berbeda pada setiap daerah trutama agregat halus yang terdapat di
kecamatan Bungin, kabupaten lebong terletak di daerah pegunungan sehingga
pasir yang di hasilkan banyak mengandung zat-zat dan lumpur yang dapat
mempengaruhi mutu beton yang akan di rencanakan.
Agregat mengandung bahan yang tidak di kehendaki.Ada dua klompok
yaitu.kelompok fisik dan kelompok kimiawi. Kelompok fisik adalah kotoran dari
tanah liat lumpur atau kotoran halus kadar lumpur maksimum 5% untuk agregat
halus dan 1% untuk agregat kasar.Gumpalan tanahliat dan partikel yang mudah di
serpihkan maksimum 3%. Kelompok kotoran kimiawi terdiri dari kotoran
organikdan garam. Kotoran organik seperti gula, misalnya akan memperlambat
pengikatan. Dengan kekuatan tidak kurang dari 95% terhadap mortar dengan pasir
standar. Arang danlignit maksimum 0,5-1%. Adanya garam dapat menyebabkan
korosi pada tulangan, terutama apabila kualitas betonnya jelek(Nugraha &Antoni,
2007). Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian
dengan judul ”Pengaruh Penggunaan Pasir Bungin Kecamatan Bingin Kuning
Kabupaten Lebong Terhadap Kuat Tekan Beton” untuk mengetahui mutu beton.
Pengujian kuat tekan beton, benda uji berdiamter 15 cm dan tinggi 30 cm
ditekan dengan beban P sampai runtuh. Karena ada beban P, maka terjadi
tegangan pada beton (c) sebesar beban P dibagi luas penampang (A) sehingga
dirumuskan :
c=P/A………………………….…..……………………………………..(1)
Keterangan
- P = Beban maksimum (N)

2
- A = Luas Penampang (mm2)
- c = tegangan tekan beton (MPa) (Asroni, 2010).
Langkah pengujian kuat tekan beton adalah:
- Benda uji diukur diameter dan tingginya.
- Letakkan benda uji dalam mesin tekan secara sentris. - Jalankan mesin tekan
dengan pembebanan.
-Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur, kemudian catat beban
maksimal yang terjadi selama pengujian (Pratama, 2016).
Tidak boleh satu pun hasil uji tekan (rata-rata dari 2 silinder dan diuji pada umur
28 hari) berada di bawah (F’c-3,5) MPA = 21,1 MPa (SNI 2847, n.d.).
METODOLOGI PENELITIAN
Pengambilan sampel yang digunakan sebagai benda uji, diambil dari daerah
Bungin Kuning Kabupaten Lebong. hal ini dilakukan karena menurut pengamatan
di lapangan terdapat banyak pasir Bungin Kuning di daerah tersebut. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 3 karung , sedangkan jumlah benda uji yang akan
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 9 benda uji untuk pengujian kuat tekan
beton 4 benda uji berbentuk kubus.
Tempat pembuatan sampel benda uji, perawatan benda uji, pemeliharaan
benda uji, dan pengujian kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton
Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Prof. DR. HAZAIRIN,
SH Bengkulu penelitia yang penulis lakukan adalah Pengaruh Pasir Daerah
Bungin Kuning Kabupaten Lebong Terhadap Kuat Tekan Beton

3
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

Pemeriksaan kadar kapur pada sampel Pasir Bungin untuk mengetahui


seberapa besar kandungan lumpur yang terdapat dalam Pasir Bungin yang akan
digunakan sebagai bahan untuk membuat adukan beton.

Tabel 1 Hasil pemeriksaan kandungan asam dan sulfur (secara keseluruhan pada
pasir Bungin.
No Nama sempel Parameter analisa
Asam (%) Sulfur (%)
1 Pasir bungin 0,06 % 0,83 %
(SO2)
Sumer : hasil penelitian, 2021.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui kandungan asam secara
keseluruhan dan sulfur yang terdapat dalam pasir Bungin namun terdapat juga
kandungan zat-zat seperti logam, besi dan emas dimana terdapat beberapa titik
penambangan emas pada bukit-bukit disekitar sungai matrial tersebut dapat
terbawa turun kesungai saat hujan,pasir bungin yang akan digunakan sebagai
bahan pembuatan adukan beton. memiliki Kandungan asam sebesar 0.06% dan
sulfur sebesar 0,83 % dimana kandungan asam yang berlebih pada pasir akan
mempengaruhi mutu/kualitas beton Pemeriksaan Analisa Saringan Agrergat
bertujuan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat. Hasil pengujian
agregat halus dan agregat kasar tertera sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Halus

Berat sampel SSD : 502,0 Gram


  Jumlah Persen
Saringan Lewat
Berat Jumlah Berat thd
Tertahan Tertahan Tertaha seluru
Lewat
(gram) (gram) n h
conto
  h
100,0
9.52 (3/8") - - 0,00  
0
No. 4 4,6 4,6 0,92 99,08  

4
No. 8 14,4 19,0 3,78 96,22  
No. 16 39,0 58,0 11,55 88,45  
No. 30 130,4 188,4 37,53 62,47  
No. 100 144,4 479,3 95,48 4,52  
No. 200 20,6 499,9 99,58 0,42  
PAN 2,1 502,0 100,00 0,00  
Fineness
Modulus= 2,16
Sumber : Hasil pengujian LAB, 2021
Dari hasil pengujian analisa saringan pada agregat halus yang tertera
pada Tebel 5.2 dapat dilihat bahwa hasil pemeriksaan analisa saringan agregat
halus dengan modulus kehalusan agregat halus sebesar 2,16.
Tabel 3 hasil pengujian analisa saringan agregat kasar
Berat sampel SSD : 1007 Gram
  Jumlah Persen
Jumlah
Berat Lewat
Saringan Berat
Tertahan thd
Tertahan Tertahan Lewat
(gram) seluruh
(gram)
  contoh
100,0
36.10 (1 1/2") 0,00  
    0
25.40 (1") 82,1 82,1 8,15 91,85 100,00
19.10 (3/4") 166,9 249 24,73 75,27 81,95
12.70 (1/2") 609,7 858,7 85,29 14,71 16,02
9.52 (3/8") 110,1 968,8 96,23 3,77 4,11
No. 4 37,4 1006,2 99,94 0,06 0,06
PAN 1,1 - - - -
Fineness Modulus
= 7,21
Pengujian analisa saringan agregat kasar adalah untuk menetukan gradasi agregat
kasar. Pada Tabel 5.3 didapat nilai modulus kehalusan agregat kasar sebesar 7,21
% , nilai ini memenuhi spesifikasi maksimum nilai yang ditetapkan oleh (Badan
Standardisasi Nasional, 1990)adalah 8 %.

Tabel 4 hasil pengujian berat jenis agregat halus


Pengujian Penyerapan Air Agregat Halus A B Satuan
Berat benda uji kering - 500   500 500 Gram

5
permukaan jenuh (SSD)        
Berat benda uji kering – oven Bk   493,0 479,0 Gram
o
Berat piknometer diisi air (25 C)   679,8 678,9 Gram
Berat piknometer + benda Bt   959,8 938,8 Gram
o
uji (SSD) + air (25 C)        
Perhitungan Pengujian Penyerapan Air Rata
A B Satuan
Agregat halus - rata
Berat jenis (Bulk) Bk  
2,24 2,00 2,12 -
( B + 500 - Bt )  
Berat jenis kering 500  
permukaan jenuh 2,27 2,08 2,18 -
( B + 500 - Bt )  
SSD
Berat jenis semu Bk  
2,31 2,19 2,25 -
(apparent) ( B + Bk - Bt )  
Penyerapan 500 - Bk
x100 1,42 4,38 2,90 %
(absorption) Bk %
Tabel 5 hasil pengujian berat jenis agregat kasar
I II Sat
Pengujian Penyerapan Air Agregat Kasar
A B uan
Berat benda uji kering Gra
Bk   950 1000
open m
Berat benda uji kering Bj  
permukaan jenuh  
Berat benda uji didalam Gra
Ba   578 592,3
air m
Perhitungan Pengujian Penyerapan Air Rata Sat
A B
Agregat Kasar - rata uan
Berat jenis Bk  
2,49 2,37 2,43 -
(Bj - Ba)  
Berat jenis kering Bj
permukaan jenuh 2,51 2,40 2,46 -
(Bj - Ba)
SSD
Berat jenis semu Bk
2,55 2,45 2,50 -
(apparent) (Bk - Ba)  
Penyerapan Bj - Bk x
100 1,04 1,42 ,231 %
(absorption) Bk %
Pemeriksaan berat jenis bertujuan untk menentukan berat jenis agregat halus dan
kasar dalam kondisi SSD. Hasil pemeriksaan ini digunakan dalam penetapan
besarnya komposisi volume agregat halus dan kasar dalam campuran adukan

6
beton. Dari tabel 4 dan tabel 5 berat jenis agregat halus dalam kondisi SSD
sebesar 2,18 dan berat jenis agregat kasar sebesar 2,46

Tabel 6 pengujian kadar lumpur agregat halus


Ukuran Maksimum
Agregat Sat
No. Contoh uan
No. 4 (4.75 mm)
I II  
Berat Kering Benda Uji +
    W1 326,2 326,6 Gr
Wadah
Berat Wadah     W2 126,2 126,6 Gr
W3 = W1 -
Berat Kering Benda Uji Awal     200,0 200,0 Gr
W2
Berat Kering Benda Uji Sesudah
W4 305,3 307,0 Gr
Pencucian + Wadah
Berat Kering Benda Uji Sesudah W5 = W4 -
  179,1 180,4 Gr
Pencucian W2
Persen Bahan Lolos Saringan
     
No.200 (0.075 mm) %

( W3 -
W 100  
= W5 ) x 10,45 9,80
6 %
W3      
Rata – rata         (I + II)/2 10,13 %

Tabel. 5.7 Hasil pengujian kadar lumpur agregat kasar


Ukuran
Maksimum Sat
Agregat ua
No. Contoh n
No. 4 (4.75 mm)
I II  
Berat Kering Benda Uji +
    W1 326,2 326,6 Gr
Wadah
Berat Wadah     W2 126,2 126,6 Gr
W3 = W1
Berat Kering Benda Uji Awal     200,0 200,0 Gr
- W2
Berat Kering Benda Uji Sesudah
W4 319,2 319,4 Gr
Pencucian + Wadah
Berat Kering Benda Uji Sesudah W5 = W4
  198 199 Gr
Pencucian - W2
Persen Bahan Lolos Saringan No.200
      %
(0.075 mm)
W ( W3 - W5 ) 100  
= x 1 0,05
6 W3 %      

7
Rata - rata         (I + II)/2 0,75 %
Pemeriksaan kadar lumpur dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
kandungan lumpur yang terdapat pada agregat. Menurut (03-2647, 1991) atau
ASTM C 33 kandungan lumpur maksimum untuk agregat kasar sebesar 1 % dan
kadar lumpur maksimum agregat halus sebesar 5 %. Tabel 5.8 dan Tabel 5.9
menunjukan hasil periksaan kadar lumpur untuk agregat halus sebesar 10,3 % dan
kadar lumpur agregat kasar sebesar 3,15 %.

5.8 hasil penujian kuat tekan beton

Dari Tabel 5.8 Pengujian kuat tekan beton menggunakan alat compressing
testing machine merek MBT bahwa kuat tekan beton pada usia pengujian 28 hari
pada variabel benda uji air dengan menggunakan pasir bungin. Tidak satupun dari
9 benda uji mencapai kuat tekan yang direncanakan sebelumnya sebesar 25 Mpa.
Untuk nilai uji tekan tertinggi 22,647 Mpa dan nilai uji kuat terendah 16,917 Mpa,
nilai kuat tekan rata-rata dari 9 benda uji adala 19,604 Mpa terjadi penurunan 21,6
% dari mutu yang telah di tentukan

Dari tabel 5.6 diatas setelah dilakukan uji tekan maka hasil yang didapat
tidak sesuai dengan(SNI 2847, n.d.) Pasal 7.6.3, dimana hasil rata-rata hanya
mencapai 19,6225 yang mana mutu beton yang di inginkan 25 Mpa

8
HASIL UJI KUAT TEKAN (MPa)
25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9

.Gambar 5.1 Grafik hasil uji kuat tekan beton usia 28 hari
Sumber : Hasil Penelitian, 2021

25000

20000

15000

10000

5000

0
3 5 7 0 2 5 7 0 2 5 7
0 0 0 02 3 0 46 0 69 09 3 0 16 03 9 06 2 0 86 00 9 0 32 0 55
0 0,0 0,0 0,0 0,0 1,0 1,0 1,0 1,0 2,0 2,0 2,0
0.

.Gambar 5.2 Grafik regangan menggunakan response 2000


Sumber : Hasil Penelitian, 2021

Tabel 9 Model summary


summary
Mode R R Adjusted R Std. Error of Change Statistics
l Square Square the Estimate R Square F df1df2 Sig. F
Change Change Change
a
1 .152 .023 -.303 .596 .023 .071 1 3 .807
a. Predictors: (Constant), kuat tekan peton pasir bungin
b. Dependent Variable: kuat tekan beton 25 Mpa
Sumber : Hasil penelitian, 2021

9
Tabel 5.10 Nilai R adalah suatu ukuran untuk mengukur tingkat (keeratan)
hubungan linear antara variabel terkait dengan seluruh variabel bebas secara
bersama-sama. Nilai R menjelaskan besarnya nilai korelasi/hubungan (R) yaitu
sebesar 0,152 Dari hasil tersebut diperolah koefisien determinasi 0,023 (R.
Suqure) yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel benda uji air
tanah berkapur tanpa penyaringan terhadap variabel benda uji air tanah berkapur
dengan penyaringan adalah sebesar 2,3 %. Nilai R adalah 0,152 berada antara (
0,00-0,199) yang interprestasinya termasuk dalam katagori adanya relasi yang
sangat rendah.

Tabel 10 ANOVAa
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
Regression .025 1 .025 .071 .807b
1 Residual 1.065 3 .355
Total 1.090 4
a. Dependent Variable: kuat tekan beton 25 Mpa
b. Predictors: (Constant), kuat tekan peton pasir bungin
Sumber : Hasil penelitian, 2021

Dari Tabel 5.11 diketahui nilai F hitung adalah 0,071 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,807 > 0,009, maka model regresi tidak dapat dipakai untuk
memprediksi variabel partisipasi atau tidak ada pengaruh antara variabel benda
uji air tanah berkapur tanpa penyaringan terhadap variabel benda uji air tanah
berkapur dengan penyaringan.

Tabel 10 Coefficientsa
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 26.320 4.197 6.271.008
1 kuat tekan -.053 .200 -.152 -.266.807 1.000 1.000
peton pasir
bungin
a. Dependent Variable: kuat tekan beton 25 Mpa
Sumber : Hasil penelitian, 2021

10
Dari Tebel 5.12 bahwa nilai Constanta (a) sebesar 26,320, sedang nilai
benda uji air tanah berkapur tanpa penyaringan (b)/ koefisien regresi sebesar –
0,053, sehingga persamaan regresinya ditulis :
Y = a + bX
Y = 26,320 – 0,053X
Bahwa nilai konstanta sebesar 26,320 mengandung arti bahwa nilai konstanta
variabel partisipasinya adalah 26,320. Koefisien regresi benda uji air tanah
berkapur tanpa penyaringan sebesar – 0,053 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 % nilai benda uji air tanah berkapur tanpa penyaringan , maka nilai
benda uji air tanah berkapur dengan penyaringan berkurang -0,053. Koefisien
regresi bernilai negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa arah pengaruh variabel x
dan y adalah negatif.
Berdasarkan nilai signifikansi dari Tabel 5.12 diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,807> 0,008, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel benda uji air
tanah berkapur tanpa penyaringan tidak berpengaruh terhadap variabel benda uji
air tanah berkapur dengan penyaringan.
Berdasarkan nilai t diketahui t hitung sebesar -2,66< t. Tabel 0,075 sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel benda uji air tanah berkapur tanpa penyaringan
/ X tidak berpengaruh terhadap variabel benda uji air tanah berkapur dengan
penyaringan/Y.
Cara menghitung t Tabel adalah ;
t Tabel = (α/2) ; n-k-1)
= 0,05/2 ; 5-1-1 = 0,025 ; 3 = 0,075
KESIMPULAN
Kandungan lumpur yang terdapat pada pasir bungin adalah 10,13%,
dimana jumlah kandungan lumpur ini tidak sesuai dengan (SK SNI S-04-1989-F)
bahwa batas maksimal kadar lumpur yang di perolehkan untuk ahregat halus yg
digunakan sebagai campuran pembutan beton normal adalah 5%.Di dalam pasir
bungin terdapat kandungan asam sebesar 0,06 % dan kandungan sulfur sebesar
0,83 %, dimana kandungan ini dapat menyebabkan korosi pada tulangan beton
dan dapat memperlambat pengerasan pada peton.Dari hail uji kuat tekan pada 9
buah beton berbentuk silinder yang berukuran 30 cm x 15 cm adalah 19,748 mpa,

11
dengan mutu awal yang direncanakn adalah 25 mpa oleh sebab itu pasir bungin
tidak baik digunakan sebagai bahan pembuatan beton.
DAFTAR PUSTAKA
03-2647, S. (1991). Agregat Ringan Untuk Beton Struktural Sni 03-2461-1991
Ruang Lingkup : Ringkasan : 2461.

03-2647, S. (1991). AGREGAT RINGAN UNTUK BETON STRUKTURAL SNI


03-2461-1991 RUANG LINGKUP : RINGKASAN : 2461.

Anggara, V. (2021). SKRIPSI 9 VERON BELLA ANGGARA.Univesitas Prof. Dr.


Hazairin: Bengkulu

Asroni, A. (2010). Beton dan Plat Beton Bertulang. Graha Ilmu.

Badan Standardisasi Nasional. (1990). SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian


Tentang Analisis Saringan Agregat Halus dan Kasar. Badan Standar
Nasional Indonesia, 1–5.

Nugraha, P., & Antoni. (2007). Teknologi Beton. CV. Andi Offset.

Setiawan, A. (2016). Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI


2847 : 2013. Erlangga.

SNI 2847. (n.d.). Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung Dan
Penjelasan Sebagai Revisi Dari Standar Nasional Indonesia. SNI 03-
2847:2019. Sni 03-2847, 8, 1–695.

Pratama, Y. (2016). Pengaruh Penambahan Air Kelapa Sebagai Bahan Tambah


Terhadap Kuat Tekan Beton. Skripsi

12

Anda mungkin juga menyukai