Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah factor mutlak yang harus ada pada diri individu. Apalagi
dalam urusannya dengan kemasyarakatan individu memiliki peran yang cukup
penting. Kesehatan juga sering dikaitkan dengan budaya dan penyakit. Budaya
dapat terdiri dari beberapa factor seperti kebiasaan, adat-istiadat, tradisi, dan lain
sebagainya. Sedangkan penyakit dapat terjadi karena banyak factor seperti factor
budaya tadi, pola makan, lingkungan, individu sendiri, dan juga keturunan.

Pada pembahasan kali ini akan dikaitkan antara penyakit dan budaya. Di
Indonesia sendiri terdiri berbagai macam suku dengan kebudayaan yang berbeda-
beda. Banyak kebudayaan diantara suku-suku tersebut yang kurang baik dan
bahkan dapat menimbulkan penyakit. Seperti kebiasaan pada suku Asmat.

Suku Asmat adalah salah satu suku di Papua. Suku ini memiliki kebiasaan
yang aneh salah satunya adalah memakan mayat musuhnya. Saat mereka
membunuh musuhnya kemudian dia membawa musuhnya ke rumah dan
dipotong-potong bagian tubuh musuhnya. Potongan-potangan tubuh tersebut
kemudian dimakan bersama-sama dengan penduduk suku di sana. Selain itu,
mereka juga memenggal bagian kepalanya dan dikeluarkan otaknya kemudian
dibungkus dengan daun sagu. Otak tersebut kemudian dipanggang dan dimakan
bersama penduduk suku Asmat.

Kebiasaan aneh suku Asmat tersebut dapat menimbulkan banyak penyakit.


Pada dasarnya tubuh manusia bukan bahan makanan yang dapat dikonsumsi. Jika
tubuh manusia dikonsumsi akan menyebabkan maslah-masalah kesehatan yang
sangat banyak. Jika hal itu diteruskan dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit. Akibatnya tubuh juga tidak akan seimbang kekebalannya.

TUJUAN

1
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan di suku Asmat


2. Mengetahui apakah kebiasaan yang dilakukan itu berdampak baik atau
buruk untuk kesehatan
3. Mengetahui penyakit yang akan ditimbulkan jika kebiasaan yang aneh
itu terus-menerus dilakukan
4. Memberi solusi bagaimana cara mengatasi masalah yang disebabkan
oleh kebiasaan yang mereka lakukan
5. Memberi pengarahan agar kebiasaan itu lama-lama dapat ditinggalkan

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah kebiasaan aneh yang sering dilakukan oleh suku Asmat?


2. Apakah kebiasaan tersebut dapat menimbulkan sebuah penyakit?
3. Mungkinkah jika kebiasaan tersebut ditinggalkan oleh suku Asmat?
4. Jika kebiasaan tersebut menimbulkan penyakit, adakah solusi untuk
menyembuhkannya?
5. Bagaimana pengarahan yang dapat dilakukan untuk membuat suku
Asmat meninggalkan kebiasaannya yang buruk tersebut?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

Suku Asmat dari Papua sangat terkenal dari keuletannya membuat ukiran
patung. Seni ukiran suku Asmat sangat terkenal dikalangan wisatawan domestic
maupun mancanegara. Rumah adat suku Asmat adalah tysem, yaitu rumah adat
yang berbentuk rumah-rumah panggung. Orang suku Asmat menganggap kepala
adatnya sama seperti yang lain, namun kepala adat harus lebih pandai dan ahli
dalam aktivitas social. Orang suku Asmat menganggap bahwa dirinya adalah
keturunan dewa, yaitu dewa yang berasal dari seberang laut ufuk yaitu tempat
terbenamnya matahari setiap hari.
Suku Asmat tinggal di dataran rendah yang berawa-rawa dan berlumpur.
Mereka mendirikan pemukiman dan kampong-kampung di pinggir kelas. Suku
Asmat terdiri dari beberapa suku yaitu Unisurau, Bismam, Simai, Emari-Ducur,
Betch-Mbup, Kaimo, Safan, Brazza, dan Joerat. Daerah persebaran suku Asmat
meliputi daerah bagian selatan. Tepatnya daerah di bagian sungai Aswets, Pomats,
Undir, Bets, Sirets, Brazza. System kepercayaan suku Asmat yaitu animisme dan
dinamisme sedangkan kekerabatannya adalah patrilineal.
Orang Asmat juga memiliki beberapa upacara adat yang dilakukan dengan
memberi sajian rutin setiap hari yang digunakan untuk berkomunikasi dan
menghormati para ruh leluhur. Diantaranya upacara Mbismbu yaitu upacara adat
dengan cara menghias perisai-perisai dan mengukir topeng, yentpokmbu yaitu
upacara adat berupa pembuatan dan pengukuhan rumah yew, tsyimbu yaitu upacar
berupa pembuatan dan pengukuhan perahu lesung, yamasy pokombu yaitu upacara
perisai, dan mbipokombu yaitu upacara topeng.
Suku pemburu Asmat tinggal di desa-desa dengan 35 keluarga dan 2000
jiwa. Kini populasinya mencapai 50.000-70.000 jiwa. Suku Asmat sangat terkenal
dengan pahatan dan ukirannya karena pahatan dan ukiran suku Asmat
melambangkan kehormatan mereka terhadap para leluhurnya. Selain itu, pahatan
mereka juga dibuat karena tradisi untuk memuaskan roh leluhur mereka. Benda-
benda yang paling penting bagi suku Asmat adalah perisai, pahatan leluhur, dan
tiang kayu besar yang disebut bijs. Tiang setinggi lima meter tersebut dihiasi

3
ukiran manusia yang menonjolkan alat kelaminnya yang disebut tsjemen (penis).
Pembuatan bisj diawali dengan penebangan pohon, yang mengandung makna
penting yaitu pembunuhan bagi musuh.
Makanan pokok suku Asmat terdiri dari sagu yang dilengkapin dengan
ikan dan daging, sedangkan saat hari-hari besar ditambahi dengan ulat-ulat sagu.
Oleh karena itu berburu dan menangkap ikan merupakan kesibukan pokok
disamping mengambil sgu yang merupakan pekerjaan dari kaum wanita. Cara
masyarakat suku Asmat memasak makanan adalah dengan membembam atau
memanggang di dalam abu yang panas. Sebuah desa terdiri dari sederetan rumah
pada kedua pinggir sungai. Rumah mereka semuanya berdiri di atas tonggak-
tonggak, satu meter yang dapat dicapai melalui potongan kayu, tumpukan
sampah, dahan-dahan pohon, dan waktu air pasang langsung dari dalam perahu.
Namun diantara kebudayaan-kebudayaan tadi ada satu kebudayaan yang
sangat aneh dari suku Asmat. Salah satu kebudayaan mereka yang kurang wajar
dan sulit untuk diterima akal sehat, yaitu saat membunuh musuhnya mereka
membawa mayat musuhnya pulang ke kampung. Setelah sampai kampung mayat
tersebut kemudian dipotong-potong. Para penduduk berkumpul dan menyanyikan
lagu kematian bersama-sama. Tak hanya itu mereka juga memenggal kepala si
mayat. Kemudian otaknya diambil dan dibungkus dengan daun sagu. Setelah itu
otak tersebut dipanggang dan dimakan bersama-sama.
Dari perilaku kebiasaan di atas suku Asmat dapat menderita sebuah
penyakit. Peyakit kuru adalah penyakit yang diderita karena memakan otak mayat.
Penyakit ini ditandai dengan hilangnya koordinasi sehingga membuat seseorang
goyah saat sedang berjalan. Lalu diikuti dengan gejala lain seperti tremor,nyeri
sendi, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, serta perubahan suasana hati yang
parah. Perubahan suasana hati yang parah ini seperti marah secara tiba-tiba
kemudian diikuti dengan tertawa yang menakutkan. Dalam bahasa inggris kuru ini
diartikan sebagai The Sickness Laughing. Sebagian orang mengira ia menderita
penyakit mental atau karena kutukan.
Ciri khas dari penyakit ini adalah adanya gumpalan protein di dalam
molekul otak. Masa inkubasi dari penyakit ini panjang sehingga dibutuhkan
beberapa tahun setelah infeksi awal hingga timbulnya gejala. Kuru pada dasarnya

4
merupakan penyakit yang jarang terjadi. Kuru adalah penyakit yang menyerang
fungsi otak.otak tersebut terserang karena terkontaminasi. Kuru disebabkan oleh
protein infeksius. Pada awalnya kuru terjadi di Papua Nugini yang memakan otak
manusia sama seperti yang dilakukan ole suku Asmat. Kuru lebih sering terjadi
pada wanita dan anak-anak karena mendapat bagian otak untuk dimakan.
Gangguan neorologis yang disebabkan oleh prion menular. Prion adalah
protein abnormal yang melukai otak. Penyebab penyakit kuru adalah praktik
kanibalisme. Para peneliti menemukan bahwa beberapa orang yang selamat dari
kuru membawa gen mutasi yang disebut V127. Gen V127 dicurigai sebagai
pelindung kuru yang mematikan.
Selain penyakit karena memakan otak manusia ini disebabkan oleh adanya
protein abnormal yaitu prion, yang dapat menyerang otak. Penyakit dapat
disebabkan karena konsumsi otak manusia yang dapat mengaktifkan protein prion
ini yaitu penyakit Creutzfeldt-Jacob yaitu penyakit yang disebabkan oleh mutasi
di gen Prp. Mutasi mengakibatkan kemungkinan merubah protein baik menjadi
buruk.
Prion bersifat menular dan resisten terhadap penyinaran sinar X dan UV,
juga tahan terhadap suhu 100ºC dan disinfektansia, dan sangat sukar
dimusnahkan. Prion terbagi menjadi 2 yaitu prionbaik dan salah yang dapat
berubah secara spontan. Penyakit prion terjadi karena prion-prion terlipat salah.
Penyakit prion merupakan penyakit fatal yang terjadi pada manusia seperti
penyakit kuru, dan CDJ.penyakit ini bercirikan adanya ruang kosong pada otak
yang menyerupai bunga karang.
Salah satucontoh penyakit karena kanibalisme tadi adalah Creutzfeldt-
Jacob yaitu penyakit yang disebabkan kelainan otak yang ditandai penurunan
cepat fungsi mental dan disertai kelainan motoric. Penyebab dapat dikarenakan
terjadinya kerusakan jaringan otak oleh organisme menyerupai virus. Risiko
penyakit Creutzfeldt-Jacob rendah. Penyakit ini tidak dapat ditularkan lewat
kontak fisik, batuk, bersin, ataupun seksual.
Prion yang menyebabkan Creutzfeldt-Jacob memperlihatkan setidaknya 2
konformasi yang stabil. Konformasi dalam sel asli itu larut dalam air dan juga ada
yang terdapat pada sel sehat. Protein cacat dapat ditularkan oleh produk hormone

5
pertumbuhan manusia, cangkokan kornea, cangkokan dura atau implant elektroda,
dapat diwarisi, atau muncul pertama kali. Dalam bentuk herediter dapat terjadi
pada mutasi gen untuk Prp, PRNP (prion protein).
Prion agen Creutzfeldt-Jacob, mungkin tidak terinaktivasi jika
menggunakan prosedur sterilisasi peralatan bedah secara rutin. Organisasi
kesehatan dunia dan US Centers for Desease Control and Prevention
merekomendasika dekontaminasi panas dan kimiawi digunakan untuk dua-duanya
untuk memproses peralatan yang terkena jaringan infektiv. Tembaga-hidrogen
peroksida telah diusulkan sebagai alternative sodium hidroksida atau sodium
hiplokorit yang sekarang juga direkomendasikan. Depolimerasi termal juga
merusak prion pada bahan organic dan anorganik yang terjangkit, karena proses
itu merusak protein di tingkat molekul.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah demensia skala
cepat, menimbulkan kehilangan ingatan, perubahan kepribadian, dan halusinasi,
disertai masalah fisik seperti menurunnya kecakapan berbicara, gerakan bertegun-
tegun (mioklonus), disfungsi keseimbangan dan koordinasi (ataksia), perubahan
gaya berjalan, postur kaku, dan serangan jantung. Durasi penyakit ini bervariasi,
bila fatal dalam beberapa bulan bahkan minggu. Pada beberapa orang gejala
tersebut dapat berlangsung sampai beberapa tahun. Pada beberapa pasien gejala
tersebut dapat diikuti dengan gerakan spontan dan munculnya gambaran
elektroensefalogram yang khas.
Gejala Creutzfeldt-Jacob disebabkan oleh kematian sel saraf otak
berkelanjutan, yang dikaitkan dengan bertambahnya protein prion abnormal. Di
bawah mikroskop tambak banyak lubang kecil akibat seluruh areal sel mati. Kata
Spongiform pada enselopati spongiform merujuk pada kemunculan pori pada
jaringan otak. Diagnosis penyakit ini seperti :
1. Kemunduran fungsi mental yang terjadi cepat
2. Kedutan otot dan kejang (mioklonus). Ketegangan otot meningkat atau
bias terjadi kelemahan dan penyusutan otot.
3. Reflex abnormal atau peningkatan respon reflex normal.
4. Terganggunya lapang pandang.

6
5. Gangguan koordinasi yang berhubungan dengan perubahan persepsi
visuo-spasial dan perubahan serebelum.

EEG menunjukkan gambaran paku trifasik yang khas, dari biopsy ditemukan
gambaran otak berpori. Analisis cairan serebrospinal untuk protein 14-3-3. MRI
otak sering menunjukkan sinyal tinggi di nucleus kaudatus dan putamen bilateral
pada T2-WI (T2-Weigthed images). Difussion Weighted Imaging (DWI) paling
sensitive, dimana pada 24% kasus, DWI hanya menunjukkan hiperintensitas
korteks, 68% abnormalitas korteks dan subkorteks, dan 5% hanya anomaly
subkorteks. Keterlibatan thalamus dapat ditemukan pada sCJD (sporadic
ceutzfeldt-jacob), dapat lebih kuat dan konstan daripada vCDJ (variant ceutzfeldt-
jacob).

Pada sepertiga pasien sCJD, endapan protein prion (scrapie) PrpSc, dapat
ditemukan di otot rangka dan atau limpa. Diagnosis vCDJ dapat didukung dengan
biopsy tonsil yang mengandung PrspSc dalam jumlah besar, namun biopsy
jaringan otak lebih menentukan.

Dari berbagai macam penjelasan tentang penyakit yang dapat ditimbulkan


oleh memakan otak mayat. Suku Asmat masih berpegang teguh pada tradisi
mereka. Tradisi menurut mereka adalah hal yang sacral, jadi ketika mereka
membunuh musuhnya kemudian mayatnya tidak dimakan, maka akan terjadi
beberapa hal yang kurang. Sampai saat ini mungkin di suku Asmat pedalaman
masih melestarikan kebiasaan-kebiasaan mereka tersebut. Meskipun kebiasaan
tersebut dapat berbahaya bagi kesehatan tapi mereka tetap melestarikannya. Untuk
itu sebagai penerus generasi kesehatan itulah tugas kita untuk memberi
pengarahan kepada penduduk suku Asmat agar mereka bisa menghentikan
kebiasaan buruk tersebut.

Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kanibalisme belum ada obatnya.


Salah satunya cara adalah dengan mengurangi praktek kanibalisme yang berada di
suku Asmat. Saat ini belum ada pengobatan untuk pengobatan penyakit kuru dan
penyakit TSEs lainnya. Mirip dengan yang lain TSEs, kuru memiliki
masainkubasi yang panjang, bias setahun atau bahkan puluhan tahun sebelum

7
yang terinfeksi menunjukkan gejala. Karena kuru termasuk yang pertama
mempengaruhi otak, yang berpengaruh terhadap koordinasi tubuh, maka
gejalanya seperti tremor bicara cadel. Tubuh lama-kalamaan akan susah untuk
makan dan berdiri. Dan kemungkinan besar mereka mati dalam keadaan koma
dari 6 sampai 12 bulan dari gejala awal.

Sedangkan untuk penyakit Creutzfeldt-Jacob sampai tahun 2007 tidak ada


pengobatannya. Pengobatan eksperimental menggunakan pentosan polisulfat
(PPS) yang biasa digunakan untuk sistisis interstisial, diinfuskan ke ventrikel
lateral otak. PPS tidak terlihat dapat menghentikan penyakit ini, dan fungsi
jaringan dan otak terus menghilang. Namun, penyakit ini mungkin dapat
menghambat penyakit dan mungkin memperpanjang kelangsungan hidup. CDJ
therapy advisory group menyebutkan bahwa data itu tidak cukup mendukung
bahwa klaim pentosan polisulfat efektif untuk mengobati penyakit ini.

Para ilmuwan telah meneliti bahwa penggunaan interferensi RNA


(ribonucleic acid) untuk memperlambat pertumbuhan scarpie pada tikus. RNA
memblokir produksi protein yang mengubah proses creutzfeldt-jacob menjadi
prion. Prognosis biasanya sangat jelek. Dimensia total biasanya terjadi dalam
enam bulan. Penderita menjadi benar-benar tidak mampu merawat diri. Biasanya
penyakit ini fatal dalam waktu tujuh bulan. Kematian biasanya terjadi akibat
infeksi, gagal jantung atau kegagalan pernafasan. Beberapa penderita bertahan
hidup antara 1-2 tahun setelah terdiagnosis.

Cara untuk merubah kebiasaan buruk suku Asmat ini dengan cara :

1. Melakukan sosialisasi

Pemerintah bersama masyarakat yang sudah mengerti akan buruknya budaya


ini, dapat mengarahkan masyarakat suku Asmat dengan cara yang lebih
bersahabat. Cara ini adalah cara yang lebih baik untuk mengubah kebiasaan buruk
suku Asmat. Salah satu caranya adalah dengan mensosialisasikan secara pelan-
pelan dan tidak memaksa, lebih sabar dalam mensosialisasikan kepada suku
Asmat.

8
2. Merangkul pemuka adat

Untuk merubah kebiasaan buruk suatu masyarakat ataupun suku, cara yang
baik adalah dengan merangkul pemuka adatnya terlebih dahulu. Setelah pemuka
adatnya mau mengikuti kebudayaan yang baru dan lebih baik bagi suatu suku,
kemungkinan besar suku tersebut akan mengikuti ketua adatnya. Karena sampai
saat ini orang yang terkemuka pada suatu suku, pasti akan lebih diikuti. Namun,
dalam hal ini kita harus melakukan pendekatan secara intensif dengan pemuka
adat terlebih dahulu agar pemikiran mereka dapt terbuka, setelah pemikiran para
pemuka adat dapat disadarkan barulah kerjasama dalam menghilangkan budaya
buruk dalam suku Asmat dapat berjalan secara efektif.

3. Potong generasi

Apibila kedua cara di atas masih belum berhasil maka diperlukan pemahaman
yang lurus bagi masyarakat yang masih muda. Generasi muda adalah generasi
yang masih sangat mungkin diubah pemikirannya. Karena pada masa itu adalah
masa-masa transisi, dimana mereka masih mencari-cari hal yang baik dan buruk.
Jika kita dapat mengarahkannya ke kebiasaan yang baik, mungkin kebiasaan itu
buruk itu bisa hilang. Caranya dengan memisahkan generasi muda suku Asmat
dengan generasi tuanya, agar tidak terpengaruh dengan budaya generasi tuanya.
Dengan memadukan pendidikan modern dan pendidikan agama, generasi muda
dapat dididik secara intensif. Dengan cara itu generasi muda suku Asmat dapat
menolak kebiasaan-kebiasaan buruk bagi dirinya, bahkan mungkin juga bagi
lingkungannya.

4. Melakukan tindakan tegas

Tindakan ini memang cara yang paling ampuh, tapi kita juga harus melihat dulu
bagaimana kondisi masyarakatnya. Bila kita lihat suku Asmat adalah suku yang
masih primitive, jadi sudah cukup susah jika kita melakukan tindakan yang tegas,
karena tindakan tersebut dapat membuat suku Asmat memberontak atau bahkan
melakukan perlawanan.

9
BAB 3

KESIMPULAN

Indonesia adalah Negara memiliki banyak suku. Salah satunya adalah suku
Asmat. Suku Asmat memiliki banyak kebudayaan yang unik dan bahkan ada yang
sedikit mengerikan. Kebiasaan suku Asmat memakan mayat serta otak musuhnya
merupakan kebudayaan yang aneh. Selain itu, kebiasaan itu juga dapat
meimbulkan penyakit. Karena menurut penelitian pernah terjadi hal serupa di
suku Fore Papua Nugini, yang juga memakan otak manusia yang telah meninggal.

Setelah di teliti akibat dari kebisaan buruk tersebut dapat menimbulkan


berbagai penyakit. Salah satunya adalah penyakit kuru. Penyakit tersebut
termasuk penyakit yang sangat langka, karena dari penyebabnya pun juga sangat
langka. Gejala dari penyakit itupun juga baru terlihat setelah beberapa tahun.
Pengobatan penyakit tersebut pun juga belum ada sampai sekarang. Satu-satunya
cara adalah dengan mengurangi penyebabnya.

Cara mengurangi penyebabnya yaitu dengan car memberikan pengarahan


pada suku Asmat yang belum tahu. Pengarahan-pengarahan tersebut dapat berupa
sosialisasi, pendekatan dengan pemuka adat, pemberian edukasi pada generasi
yang masih muda, dan dengan tindakan tegas. Namun, diantara cara-cara di atas,
cara-cara yang paling efektif adalah dengan sosialisasi, pendekatan dengan
pemuka adat, dan pemberian edukasi pada generasi muda. Sebab jika dengan
tindakan tegas, kita juga harus melihat terlebih dahulu masyarakatnya. Karena
disini yang kita hadapi adalah suku Asmat yang masih kurang mengetahui akan
pendidikan secara menyeluruh, maka lebih baik, kita menghindari cara yang
terakhir, jika ketiga cara yang sebelumnya masih dapat dilakukan secara
maksimal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brokes, Martin. Bengkel Ilmu : Genetika. Erlangga : Jakarta.

Maryam, Andi, dkk. Ensiklopedia Tokoh Biologi. Balai Pustaka : Jakarta, 2008.

Munawir, dkk. Cakrawala Geografi 1. Yudhistira Ghalia Indonesia.

Sudarman, Dea. Asmat, Menyingkap Budaya Suku Pedalaman Irian Jaya. Sinar

Harapan, 1984.

Supriatna, Jatna. Melestarikan Alam Indonesia. Yayasan Obor Indonesia.

Supriatna, Nana, Mamat Ruhimat, dan Kosim. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu

(Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah). PT Grafindo Media Pratama.

Tjay, Tan Hoan, dan Kirana Rahardja. Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan,

Dan Efek-efek Sampingnya. PT Elex Media Komputindo: Jakarta, 2007.

Universitas Indonesia. Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Jurusan

Antropologi. Berita Antropologi. Facultas Sastra. Djurusan Antropologi,

Universitas Indonesia, 1980.

Yatim, Faisal. Pikun (Demensia), Penyakit Alzheimer, dan sejenisnya:


Bagaimana

Cara Menghindarinya. Pustaka Populer: Jakarta, 2008.

11
12

Anda mungkin juga menyukai