Anda di halaman 1dari 15

ANTROPOLOGI KESEHATAN

SUKU ASMAT DI PAPUA


- BUNGA EKA APRILIA (18010)
- ELISYA CINDY .K (18019)
- INTAN NUR NABILA (18030)
- M. NURUL HAKIKI (18039)
- PUTERI BUNGA ESTA (18050)
- SYAIFUL BAHRI (18070)
- RINI AMELIANSYAH (18056)
UPACARA ADAT SUKU ASMAT

Seperti kebanyakan suku-suku di Indonesia lainnya, Suku Asmat juga memiliki upacara adat
tersendiri yang berbeda dengan suku lain. Upacara adat yang dimiliki oleh Suku Asmat
seperti:
RITUAL KEMATIAN

• Suku Asmat memiliki pemikiran yang unik mengenai kematian. Pasalnya, mereka menganggap
kematian bukanlah hal yang alamiah. Kematian diartikan sebagai adanya roh jahat yang
mengganggu si meninggal tersebut. Sehingga, ketika kerabat mereka sakit maka mereka akan
membuatkan pagar dari dahan pohon nipah.
• Pagar tersebut dimaksudkan agar roh jahat yang berkeliaran disekitar mereka tidak akan bisa
mendekati si sakit lagi. Mereka juga hanya akan berkerumun di sekeliling si sakit tanpa
mengobati atau memberinya makan. Namun, ketika si sakit meninggal, mereka akan berebutan
memeluk dan keluar menggulingkan badan di lumpur.
ADAT ISTIADAT SUKU ASMAT

Di dalam kehidupan kesehariannya, Suku Asmat memiliki adat yang menjadi pegangannya
secara turun temurun. Adat istiadat ini sampai sekarang masih dijaga oleh penduduk Suku
Asmat. Berikut beberapa adat istiadat yang berasal dari Suku ini:
KEHAMILAN.

Masyarakat Suku Asmat sangat menjaga kehamilan seorang wanita ditengah-tengah keluarga
mereka. Mereka memperlakukan wanita hamil dengan baik hingga tercapainya proses
persalinan dengan selamat.
KELAHIRAN.

Setelah mencapai proses persalinan, keluarga tersebut akan mengadakan upacara selamatan
dengan pemotongan tali pusar menggunakan sembilu. Sembilu yang digunakan untuk
memotong dibuat dari bambu yang dilanjarkan. Untuk perkembangannya, si bayi akan disusui
oleh ibunya selama usia 2-3 tahun.
PERNIKAHAN.

Pernikahan dilaksanakan ketika mencapai usia 17 tahun atau lebih. Tentunya hal ini telah
mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak. Selain itu, ada uji keberanian dari pria
untuk membeli wanita menggunakan piring antik yang nilainya disesuaikan penafsiran harga
perahu Johnson.
KEMATIAN.

Pengecualian dalam mengurus orang meninggal berlaku bagi kepala adat. Kepala suku atau
kepala adat yang meninggal mayatnya akan dimumikan dan dipajang di depan joglo Suku
Asmat.
TRADISI UNIK SUKU ASMAT

• Tradisi unik Suku Asmat yang lain adalah ketika seorang wanita harus menyusui anak babi
hingga berusia lima tahun. Hal ini sudah dilakukan secara turun-temurun sehingga bukan
merupakan hal yang asing lagi bagi penduduk Suku Asmat.
• Bertempat tinggal di alam bebas membuat suku ini sangat bersahabat dengan alam tidak
heran bila masih ada diantara mereka yang tinggal di pohon yang disulap menjadi sebuah
rumah tinggal.
POLA PENGOBATAN SUKU PAPUA

• Pola Pengobatan Jimat.


• Pola Pengobatan Kesurupan.
• Pola Pengobatan Penghisapan Darah.
• Pola Pengobatan Injak
• Pola Pengobatan Pengurutan.
• Pola Pengobatan Ukup.
SUDUT PANDANG KESEHATAN

• Kelompok masyarakat yang masih mempercayai adanya gangguan makhluk halus yang
menyebabkan seseorang sakit memberikan dampak konservatif untuk lingkungan, dimana
pada akhirnya suatu anggota kelompok tidak dengan semena-mena menebang pohon
dihutan.
• Dengan system teori penyakit maka selanjutkan dilakukan System perawatan kesehatan.
Sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai
masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan pengetahuan tentang
penyakit untuk menolong pasien.
DAMPAK KEBUDAYAAN BAGI KESEHATAN

• IBU MELAHIRKAN
Penduduk menganggap tabu perempuan membuka aurat atau paha di depan orang yang
belum dikenal baik itu laki-laki maupun perempuan.
Kepercayaan ini makin memperkuat ibu- ibu untuk tidak berani meminta melakukan
persalinan di rumah sakit, klinik, puskesmas, meskipun jaraknya dekat dan tidak membayar.
Ibu khawatir disalah artikan mau melanggar tradisi, mau memanjakan diri makan tidur
sementara di rumah tidak ada yang mengurus makanan bagi keluarga.
LANJUTAN……

• Sebanyak 47,5% ibu melakukan persalinannya di rumah. Ibu-ibu suku Papua ini melakukan
persalinan di rumahnya dan ruangan yang dipakai adalah kamar mandi dan dapur.
• Ruangan tersebut tidak memenuhi syarat dan tidak terjamin kebersihannya sehingga sangat
memungkinkan terjadi komplikasi infeksi pada ibu dan bayi.
• Luka-luka perdarahan yang terjadi dalam proses persalinan, sangat rentan untuk terjadinya
infeksi pada ibu dan bayi.
• Rasa pasrah dan tidak waspada dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi,
membuat mereka tetap memilih cara seperti itu.
LANJUTAN……

• Bahkan untuk persalinan yang tak terduga, sering terjadi di atas pasir di pinggir pantai atau
di atas rumput di pinggir hutan dengan beratapkan pohon, beralaskan rumput.
• Hal ini disebabkan budaya atau kebiasaan keluarga yang memberikan contoh sehingga
tidak merasa takut lagi. Bahkan ada rasa malu bila tidak berani mengikuti cara itu, dan
dapat dianggap melanggar budaya.

Anda mungkin juga menyukai