Anda di halaman 1dari 11

BAB VII.

ANOMALI
Anda tidak mempelajari tingkah laku umum hewan ternak pada Kegiatan Belajar
I Modul 3 ini. Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, anda akan mempelajari tingkah laku yang
tidak normal / abnormal atau sering disebut dengan Anormali. Disamping itu, yang akan
dibahas adalah kesejahteraan dan kebebasan ternak.
a. Kaitan Stres dan Tingkah Laku Ternak
Stres pertama kali didefinisikan oleh Hans Seyle, MD sebagai “the nosspecific
response of the body to any demand”. Stres mengindentifikasi bahwa kondisi lingkungan
merugikan bagi ternaik, baik eksternal (makanan, cuaca, faktor sosial) maupun internal
(penyakit, parasit)
Stres yang merugikan ternak begitu banyaknya, diantaranya cuaca dingin, cuaca
panas, kekeringan, ventilasi tidak baik, gangguan kegaduhan, adanya makhluk lain,
kelelahan, ternak bercampur-baur, terlalu banyak ternak di kandang, luasan kandang,
perubahan pangonan, da kawan sepangonan, penyapihan, perubahan menu, kelaparan,
kehausan, sanitasi burut, penyakit, parasit, lepas operasi pembedahan, luka kecelakaan
dan manejemen yang kurang baik.
Kuda pacu dan kuda sirkus selalu ada dalam kondisi stres, semakin kencang
larinya berate ia semakin lelah dan stres. Semakin tinggi stres semakin perlu diperhatikan
kebutuhan makanannya, sehingga ransum kuda pacu dan kuda sirkus harus disusun
secara alamiah.

Ternak dapat dipersiapkan dan disesuaikan dengan lingkungannya dengan


maksud agar stres dikurangi. Sebagai contoh, anak-anak sapi dipersiapkan atau
diprekondisikan menjelah disapih (mulai dari makan, divaksinasi, diberi obat cacing dst)
sehingga stres pada penyapihan dan kepindahan ke fleedlot dapat diminimalkan.
Di dalam kehidupan seekor ternak ada stres normal, yang menguntungkan
baginya, yang mungkin dapat memperbaiki kehidupan ternak tersebut. Dengan demikian
kita dapat membedakan stres dan distres. Distres, maksudnya ia tidak sanggup
beradaptasi dan beresiko terkena stres. Untuk mengatasinya adalah dengan mengolah
stres sehingga tidak menjadi distres dan mengenal tanda-tanda awal distres. Sebagai
contoh, telah ada yang membuktikan bahwa pemberian vitamin C pada makanan dan air
minum mengurangi beberapa hal yang membahayakan kesehatan yang berkaitan dengan
berbagai stress pada ayam, seperti cuaca panas, interaksi dengan ayam lain dalam kondisi
berdesak-desakan atau tertekan oleh cuaca dan penyakit.
Prinsip dasar yang digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur seseorang sehat
atau stres adalah tens darah yang meningkat, tensi otot meningkat, suhu tubuh meningkat,
denyut jantung cepat, pernapasan cepat, dan perubahan fungsi kelenjar endokrin. Dari
semua ini, sistem syaraf dan sistem endoktrin yang sangat berperan dalam merespon
stres.
Prinsip yang digunakan untuk mengukur ternak sehat atau stres adalah melihat
laju pertumbuhan dan produksinya, efisiensi makanan yang digunakan, efisiensi
reproduksi, suhu tubuh, denyut jantung, laju pernapasan, mortalitas dan morbiditasnya.
Ternak yang sehat memiliki tanda-tande seperti : terlihat senang dan gembira, selalu
bersikap waspada, nafsu makan baik, bulu mengkilap, kulit lembut dan elastis, maka
cerah dengan membran mata merah jambu serta feses urin yang normal.
Stres tidak dapat dihindari, terutama pada hewan liar sering jadi sasaran stres
gawat. Hal tersebut dikarenakan tidak ada pengemban (caretakers) yang dapat
memodifikasi cuaca bagi mereka dan mengatur jumlah ternak yang sesuai untuk sat
padang angonan. Disamping itu, terkadang terjadi malnutrisi pada hewan liar tersebut,
selain adanya predaktor, penyakit serta parasit yang mempengaruhi kondisinya.
Ternah piaran sama dengan hewan liar lebih peka terhadap stres daripada satwa
moyangnya. Hal ini disebabkan terutama oleh karena luas kandang yang terbatas
sementara jumlah ternak jauh lebih padat. Dengan demikian, agar usaha di bidang
perternakan ini dapat menguntungkan, maka masalah stres dan distres ini harus dikelola
sedemikian rupa agar dapat diminimalkan.
B. Kesejahteraan dan Kebebasan Ternak (Animal Welfare and Animal Rights)
Belakangan ini, tingkah laku dan lingkungan dari ternak dipelihara terkurung
semakin giat diteliti dengan cermat oleh kelompok “peri-keternakan” / “kebebasan
ternak” di seantero dunia.
Sebagai contoh, tahun 1987 negara Swedia mengeluarkan peraturan yang bertujuan :
1. menghapus sistem kotak kandang luntuk ayam petelur segera selaha mengganti
ditemukan.
2. menghentikan penggunaan sistem kecangkeng bagi induk babi dan karangkeng
melahirkan.
3. menyarankan memperlua lantai dan jerami alas tidur untuk babi potong.
4. melarang penggunaan rekayasa genetic (genetic engineering), hormaon-hormon
pertumbuhan (growth hormons), dan obat-obatan lainnya untuk peternakan, kecuali
untuk tujuan pengobatan veteriner (laws) tersebut juga menetapkan hukuman dan
sanksi bagi para pelanggarnya.

Orang yang peduli hewan ternak (animal welfarists) melihat banyak praktek
peternakan modern tidak lagi alamiah dan tidak baik bagi kesehateraan ternak. Umumnya
mereka menafsirkan kesejahteraan ternak sebagai makhluk yang harus hidup, sehat dan
bahagia. Mereka yakin sistem intensif untuk menghasilkan produksi ternak yang
maksimal selama ini dipandang kejam dan harus dihapuskan. Bahkan para pendukung
kebebasan ternak (animal rightists) berpendapat lebih jauh lagi, mereka mempertahankan
pendapat bahwa manusia adalah juga hewan, dan bahwa semua hewan harus diberikan
perlindungan moral yang sama. Disamping itu, mereka meperjuangkan bahwa ternak
memiliki kebutuhan isensial fisik dan tingkah laku yang bila tidak dipertahankan akan
menyebabalkan stres dan penderitaan sehingga mereka berkesimpulan bahwa semua
ternak atau hewan mempunyai kebebasan untuk hidup.
Para produsen ternak tahu bahwa perlakuan yang tidak baik terhadap ternak
dalam pemeliharaan intensif / pengurungan akan berakibat rendahnya produksi dan
pendapatan. Sebaiknya jika perlakuan baik, maka keuntungan yang akan diperoleh.
Pemeliharaan dengan mengurangi biaya tenaga kerja dan perkandangan sering
mengakibatkan kondisi fisik dan sosial yang justru menambah problem peternakan. Oleh
sebab itu tindakan mengurangi stres terhadap tingkah laku dan lingkungan dibutuhkan
untuk mengurangi biaya kerjadan perkandangan sebagai akibat dari turunya produktifitas
ternak. Akan tetapi para pembela ternak menganggap bahwa eveluasi kesejahteraan
ternak berdasar bukan saja produksi tetapi juga tingkah laku, fisiologis dan lingkungan
kesehatan. Dengan demikian pertentangan dan beda pendapat berlanjut terus.
Penderitaan stres lebih sering terjadi pada hewan (satwa liar) daripada ternak
pemeliharaan. Pada satwa liar tidak ada yang membantu menyimpan makanan di musim
dingin atau menyediakan air di musim kering, atau melindungan terhadap angin topan,
temperatur ekstrem dan predaktor, serta tidak ada yang membantu mengontrol adanya
penyakit atau parasit. Di Amerka, pernah terjadi seluruh populasi kuda mati pada zaman
Pleistosen. Fosil-fosil membuktikan bahwa sebagian keluarga kuda mengembara ke
daratan Amerika hamper selama periode tersier, yang berawal 58 juta silam. Namun kuda
tidak dijumpai sewaktu Columbus menemukan Amerika di Tahun 1492. Mengapa
mereka bilang hanya beberapa ribu tahunb sebelumnya, hingga kini masih misteri yang
belum dapat diterangkan. Karena kepunahan itu demikian, komplit dan tiba-tiba,
beberapa pakar menduga hal tiu pasti disebabkan oleh penyakit menular atau oleh parasit
pembunuh. Pakar-pakar lain menduga bahwa peristiwa itu dusebabkan oleh sebab
berganda, termasuk 1) perubahan iklim, 2) kompetisi, dan / atau gagal beradaptasi. Lepas
dari persoalan mengapa kuda lenyap, jelas diketahui bahwa kondisi yang baik tersedia
lagi bagi mereka suatu penempatan kembali oleh penakluk-penakluk Spanyol sekitar 500
tahun yang lalu.
Bagi mereka, peternak dan pronsip-prinsip dan aplikasi tingkah laku dan
lingkungan ternak sebaiknya dipahami, dimana ternak harus disediakan lingkungan yang
senyaman mungkin., baik bagi segi kemanusiaan maupun dari segi pandangan ekonomis.
Hal ini memerlukan kesejahetaan tingkah laku ternak maupun kenyamanan fisiknya,
dengan memperbaiki dua hal yang paling mempengaruhi semua tingkah laku dan ternak.
Yakni makanan dan perkandangan/pengurungan.
Isu kesejahteraan itu semakin meningkat bersama dengan derasnya urbanisasi.
Sayangnya semakin banyak orang, urban yang berlatar belakang petani, sehingga
kesejahteraan ternak di kota dan di desa semakin lebar. Juga, media cetak maupun para
legislatif semakin banyak memperoleh informasi dari pusat-pusat kota. Hal ini diikuti
oleh pandangan kota dengan pengajuan yang semakin gencar di masa depan.
C. Tingkah laku Abnormal (Anomali) pada Ternak
Beberapa tingkah laku ternak yang bermanfaat di alam bebas kemungkinan tidak
dapat disesuaikan (maladaptive) oleh ternak tersebut dalam lingkungan buatan. Juga telah
diketahui dari penelusuran penangkara satwa liar bahwa jika kuantitas dan kualitas,
termasuk variabilitas lingkungan ternak dikurangi, ada kemungkinan berkembang tingkah
laku abnormal.
Mengurung ternak dalam kandang yang terlalu ruang (space)nya sering
mengakibatkan perubahan habitat dan interaksi sosial karena spesies telah baik
beradaptasi selama evolusi ribuan tahun. Hal ini disebabkan oleh gaya genetik (genetic
time lag), dimana pemeliharaan kelompok ternak lebih cepat mengubah lingkungan
daripada mengubah genetik ternak tersebut. Sebagai akibatnya muncul tingkah laku
abnormal pada ternak piaraan kita.
Tingkah laku homoseksual, umum pada ternak dewasa berkelamin sama yang
dikurung dalam satu kandang. Misalnya, terlihat pada sapi muda, domba dan babi dimana
sesame mereka saling menghisap putting susu pasar atau skrotum. Pica, yakni menggigit
benda aneh sering terlihat pada beberapa spesies ternak dan paling terjadi pada sapid an
kuda.
1. Tingkah laku abnormal pada sapi
a. Menendang
Sapi yang diperah terkadang menendang karena ia merasa sakit, perih atau marah
karena mungkin diperlakukan kurang baik.
b. “Mean Bull” Complex
Terdapat perubahan karena stres dalam hal temperamen sapi. Perlu diingat bahwa
stres terus menerus akan mengubah temperamen seekor ternak. Oleh sebab itu,
bila seekor sapi jantan untuk kawin buntu (hand mating) di kurung di petak
kandangnya, kemudian sapi-sapi betina lewat dari setiap situ setiap hari. Karena si
jantan tak mempunyai kesempatan mengawini si betina, maka ia kana menjadi
seekor “mean bull”
c. Pica
Memakan sesuatu benda aneh disebut pica. Pada sapi munculnya pica (memakan
kotoran, rambut atau bulu, tulang, feses) karena merasa jemu atau bosan
(boredom), defistensi, nutrisi atau mengalami stres fisiologis. Meskipun telah
dicoba mempebaiki tingkah lakunya ini, keadaan tersebut tetap berlangsung
sehingga pica menetap pada ternak tertentu, menjadi suatu kebiasaan.
2. Tingkah laku abnormal pada domba
Tingkah laku abnormal pada domba banyak ragamnya, seperti mengunyah
batang katu, atau metal, menubruk kepala dan mencabut bulu wol. Hanya
yang terakhir inilah yang menyakut kepentingan ekonomi.
Mencabut Bulu Wol
Sifat abnormal ini terjadi pada domba, terutama pada domba yang
dikurung dalam kandang dan yang diberi makanan olahan atau ransum
pelet serta terbatas hijauan. Tingkah laku abnormal ini merugikan sebab
merusak bulu wol.
3. Tingkah laku abnormal pada babi
Ada beberapa tingkah laku abnormal pada babi, terutama pada yang
dipelihara secara intensif, yakni dikurang dalam kandang dengan batasan
tertentu. Untuk wilayah Indonesia, peternakan babi terdaoat di tempat-
tempat tertentu. Berbeda dengan peternakan sapi, kamibing, ayam dan
kerbau yang menyebar di seluruh daerah.
a. Berkelahi (agonistic behavior)
Saling berkelahi adalah suatu aksi menyerang yang buruk dan kejam yang segera
mengundang balasan dari yang menjadi korban (kalah). Perkelahian ini timbul diantara
sesama anak babi sebagai akibat dari : 1) memperebutkan putting susu induk, 2) serangan
sekitar peluang tempat makan), 3) menggigit ekor (tail biting), 4) karena penyatuan anak-
anak babi sehingga terjadi perebutan hierarki dominan, dan 5) penyatuan babi-babi
dewasa kelamin, terutama babi jantan.
Faktor-faktor yang meningkatkan munculnya berkelahiarn adalah : ketidak nyamanan
fisik, frustasi, dan intensitas cahaya yang tinggi. Hasil penelitian, dengan penyemprotan
androstenone, suatu senyawa kimia ekstraksi dan lemak babi yang memiliki semacam
bau pejantan, akan menyetop perkelahian diantara babi, namun penggunaan produk
tersebut belum diijinkan FDA (Food and Drunk Administration) sebagai pencega
perkelahian babi. Penelitian di Swedia juga menunjukkan hasil penelitian yang menarik
yang menunjukkan keefektifan amperozide untuk mengurangi tingkah laku berkelahi
diantara bab-babi yang baru disatukan dalam satu kelompok.
b. Saling menghisap (Intersucking)
Anak babi yang baru disapih, kadang menyuyut (mengulum, menghisap) perut temanya
sekandang, meniru kelakuan menyusu seperti periode sebelumnya. Bila terus menerus
menyuyut perut, dapat menyebabkan borok dan nekrosis (kerusakan jaringan).
c. Sindrom Induk Ganas
Terkadang seekor induk menjadi ganas/kejam selama atau segera sesudah melahirkan.
Pada saat itu, induk menerkam, membunuh bahkan memakan sebagian atau semua
anaknya. Penyebab tingkah laku ini belum diketahui, hal iu lebih sering terjadi pada
induk tang baru pertama kali melahirkan, atau pada induk yang kurang dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya tempatnya melahirkan. Bila menemui sindrom
ini dianjurkan : 1) induk tersebut sebaiknya dimasukkan di tempatnya melahirkan
beberapa hari sebelum saat melahirkan sehingga ada kesempatan baginya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkuangan baru sebelum melahirkan. 2) penunggu
menyingkirkan setiap anak segera setelah lahir dan menjauhkannya sementara sampai
induk tenang, barulah mengembalikan semua anak ke induknya. Biasanya beberapa
peternak menggunakan obat penenang (tranculizer) dan sering berhasil.
d. Menggigit ekor
Menggigit ekor biasanya sering terjadi pula pada babi di lingkungan yang tertutup.
Lingkungan yang tidak baik, makanan yang jelek, dan faktor-faktor lain meningkatkan
terjadinya menggigit ekor. Memotong hamper seluruh ekor setelah anak lahir adalah
tindakan yang paling efektif mencegah perbuatan menggigit ekor pada babi.
Penyemprotan dengan bau-penutup (odor-masking) terkadang juga efektif mengurangi
perkelahian dan tindakan menggigit ekor, terutama sewaktu membaurkan atau
memindahkan ke kandang yang lain. Sebagai peternak menyediakan berbagai benda
untuk bahan gigitan atau mainan babi, seperti menggantungkan rantai dan mobil bekas,
atau bola bowling. Pada mulanya tindakan ini bermanfaat tetapi nampaknya babi menjadi
cepat terbiasa dengan hal baru tersebut.
Pada peternakan modern, disarankan agar tindakan memotong ekor menjadi
regular dalam managemen, yakni memotong ekor bersamaan dengan memotong gigi susu
sewaktu anak babi berumur tigs hari. Tang tipe pemotong-samping sangat baik untuk
tujuan ini, tetapi pendarahan ekor lebih sedikit bila menggunakan pisau tumpul. Alat
emaskalkulator dan alat pemotong paruh ayam baik juga digunakan. Untuk memotong
ekor, ekor sebaiknya dibersihkan kemudian dipotong 1, 0-1, 5 cm dari pangkal ekorm
dengan mengangkat ekor pelan-pelan dan jangan menegangkan kulitnya. Kulit tidak akan
lekas menutup tulang bekas pemotongan, jika ekor ditarik ke belakang dianjurkan untuk
tidak memotong ekor kurang dari 1,℃m sebab akan mengakibatkan banyak pendarahan
dan lambat sembuh.
Pada peternakan tradisional, mislanya di Tapanuli, babi banyak digunakan untuk
upacara adat dimana, daging bagi dipotong-potong dengan ukuran tertentu untuk
disuguhkan. Tanpa ada ekor yang utuh, suguhan tersebut tidak resmi, sehingga
bertentangan dengan pemotongan ekor untuk menghindari tingkah laku menggigit ekor
tadi.

4. Tingkah Laku Abnormal dari Ayam


Dengan mengurung dan pembatasan ruangan per kelompok ayam muncul
beberapa tingkah laku abnormal yang diuraikan berikut ini:
a. Kanibalisme
Inilah tingkah laku abnormal yang paling umum muncul akibat pengurungan
ayam di kandang. Tingkah laku abnormal ini ditemuai pada semua umur
ayam. Ada beberapa tipe kanibalisme yang ditemui pada ayam. Sifat
kanibalisme yang paling sering muncul adalah :
1) Mematuk Kaki
Tipe kanibalisme ini paling sering terjadi pada anak ayam, hal ini
disebabkan karena lapar.
2) Mematuk Lobang Dubur
Patok lubang dubur atau di bawah dubur adalah bentuk kanibalisme yang
paling parah. Tipe kanibalisme ini umum terlihat pada ayam betina yang
berproduksi tinggi. Faktor predisposisinya adalah prolapus atau robeknya
jaringan oleh lintasan telur yang besar.
3) Mematok Kepala
Tipe kanibalisme ini biasanya muncul setelah ada luka pada pial atau
jengger karena perkelahian.
Kanibalisme mungkin muncul karena kejenuhan dan kebosanan atau
terlalu banyak sinar, dan ditunjang oleh kurangnya makanan. Tindakan
yang terbaik untuk mencegah kanibalisme adalah memotong paruh
(debeaking) dan memotong jengger serta piar (dubbing).
Pemotongan paruh adalah memotong sebagian paruh atas dan sering juga
sebagai paruh bawah ayam. Banyak produser ayam broiler dan sebagai
produsen telur memotng paruh ayamnya sewaktu masih dalam penetasan.
Parah ayam petelur dapat dipotong sewaktu ayam dimasukkan ke kandang
petelur.
4) Memakan Telur
Memakan telurnya sendiri merupakan sifat buruk ayam yang merugikan.
Faktor-faktor dalam hal ini adalah telur yang pecah, sarang dan bahan
yang tidak menyenangkan, telur yang tidak sering dipungut, dan kulit telur
yang lunak atau tipis. Hal yang penting diperhatikan adalah hal
pencegahan. Sekali ayam mulai makan telurnya, akan sulit untuk
menghentikannya, bahkan tidak jarang tingkah laku ini cepat menular
pada ayam-ayam di dekatnya. Seandainya ayam belum dipotong paruhnya,
segera lakukan hal ini. Selain itu, sangkar dibuat gelap dan telur harus
sering diambil.
5) Mematuk Bulu
Salah satu sifat kanibalisme pada ayam adalah kebiasaan mematuk bulu
ayam temannya yang mengakibatkan kulit ayam korban menjadi luka.
6) Histeria
Terkadang mucnul kemarahan yang berlebihan di antara ayam betina
muda maupun petelur. Misalnya, ayam-ayam yang bergerombol di pojok
kandang saling menyerang dan mengakibatkan korban-korban mati lemas.
Ayam petelur dalam sangkar kadang mencoba untuk terbang, akibatnya
ayam tersebut menderita luka-luka pada sayap dan kaki atau patah kaki.
Biasanya episode histeria ini hanya berlangsung sekitar satu menit, tetapi
yang menjadi korban cukup banyak dan sangat merugikan. Penyebab
histeria masih belum diketahui tetapi mungkin dipicu oleh adanya bunyi
bising, gerakan yang mengejutkan dan perubahan intensitas sinar yang
mencolok.
7) Polidipsia
Polidipsia adalah perilaku ayam yang meminum air secara berlebihan. Hal
ini dapat muncul pada ayam yang dikurung dalam sangkar, karena jemu ia
mempermainkan sumber air minumnya. Polidipsia ini akan
mengakibatkan ayam memuntahkan air dan makanan.
Dengan memahami tingkah laku yang normal dan abnormal pada ternak,
dapat diketahui bahwa cara mengurangi stres, bagaimana cara mengatasi
dan bagaimana menajemen terbaik yang dapat dilakukan pada ternak
intensif.
Latihan 2
Untuk menjajagi penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2
modul ini secara mandiri. Anda diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan
di bawah ini:
1. Sebutkan beberapa hal yang dapat menyebabkan stres pada hewan
ternak!
2. Apa pengertian dan tingkah laku anomaly pada ternak dan berikan
contohnya.
3. Sebutkan beberapa jejak kanibalisme yang sering terjadi pada ayam.!
Petunjuk Menjawab Latihan 2
Setelah anda mempelajari materi Kegiatan Belajar 2 Modul 3 ini,
cobalah menjawab pertanyaan latihan di atas tanpa menbaca modul.
Jawablah pertanyaan semampu anda bisa, bila anda masih mampu
untuk menjawab pertanyaan belum dengan sempurna, maka pelajari
kembali materi Kegiatan Modul 2 terutama materi yang belum anda
kuasai.
Rangkuman
Terdapat bermacam-macam stres pada ternak seperti stres, cuaca
dingin, cuaca panas, kekeringan, ventilasi kurang baik, gangguan
kegaduhan, kelelahan, luas kandang yang tidak cukup, penyampiahan,
perubahan makanan, kelaparan, kehausan, kesalahan manajemen dan
lain-lainnya. Olah yang peduli terhadap kesejahteraan hewan, selalu
menganjurkan agar kesejahteraan ternak juga diperhatikan. Ternak
jangan hanya “dipaksa” untuk berproduksi.
Terdapat tingkah laku abnormal pada hewan ternak seperti
menendang, (mean bull complex) dan pica pada sapi, mencabut bulu
wol pada domba, saling menghisap dan menggigit ekor pada babi,
kanibalisme, memakan telur, mematuk bulu, hysteria dan polidipsia
pada ayam.
Tes Formatif 2
Pilihlah jawaban yang benar diantara 4 jawaban yang ada pada soal 1,2
dan 3 di bawah ini.
1. Hal di bawah ini yang meminimalkan stres pada ternak adalah ….
a. pindah kandang
b. penyapihan
c. pemberian vitamin C
d. penggantian makanan
2. Kejadian hewan memakan benda-benda aneh yang tidak lazim dimakan disebut .,…
a. Pica
b. Mean bull complex
c. Agonistic bahaviour
d. Polidipsia

3. Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kanibalisme pada ayam adalah ….
a. pemotongan paruh
b. peningkatan konsumsi air minum
c. peningkatan jumlah ayam dipelihara pada kandang yang sama
d. pengurangan konsumsi ayam

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ketentuan sebagai berikut :


Jawaban A, bila pertanyaan pertama dan kedua dan mem

Anda mungkin juga menyukai