ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan perkenan-Nya, sehingga buku
bantuan hidup lanjut (Advanced Life Support) dan penaganan trauma (Basic Trauma
Cardiac Life Support), kegawat daruratan. Sejalan dengan makin kritisnya penilaian
klien baik (individu, keluarga, maupun masyarakat) terhadap pelayanan kesehatan yang
mereka peroleh, tantangan makin besar pula bagi tenaga pelayanan kesehatan terutama
perawat. Menyikapi tantangan tersebut perawat harus menyiapkan diri baik secara
keilmuan maupun personal.
Perawat tidak saja dituntut untuk trampil melakukan prosedur keperawatan tetapi
juga harus peka terhadap kebutuhan fisiologis dan psikososial klien. Disisi lain perawat
dituntut untuk mampu memadukan antara kompetensi kegawat daruratan dan kepekaan
dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian perawat mampu melihat kliennya
sebagai seorang individu yang unik dan memiliki kebutuhan dasar fisiologis unik pula.
Buku bantuan hidup lanjut (Advanced Life Support) dan penaganan trauma
(Basic Trauma Cardiac Life Support), kegawat daruratan, ditulis sehingga memperoleh
wawasan pengetahuan peserta didik, bagi perawat klinis (IGD, ICU, ICCU), dan
kepekaan yang mereka butuhkan sehingga menjadi perawat yang sensitif. Pembahasan
tentang trauma kapitis disajikan dengan maksud untuk melengkapi pengetahuan dasar
tentang penatalaksaan klien dengan gangguan sistem persyarapan akibat trauma kapitis.
Dengan demikian apa yang disajikan dalam bab ini sifatnya umum, untuk informasi
lebih lanjut terinci pembaca disarankan merujuk literature lain,
Dengan perkembangan Iptek yang sangat cepat tentu saja buku ini belum dapat
dikatakan sempurna, oleh karena itu masih tetap memerlukan masukan, saran, dan kritik
dari pengguna buku ini. Namun demikian penyusun mengharapkan semoga buku ini
bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan layanan kegawat daruratan.
Akhir kata penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah mendukung, sehingga karya tulis ini dapat terwujud dalam bentuk buku, semoga
buku ini bermanfaat bagi mahasiswa, staf pengajar, serta seluruh komponen terkait
dalam proses pendidikan sarjana keperawatan, sarjana kesehatan masyarakat
Universitas Halu Oleo, khususnya dan bidang kesehatan secara umum.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ...... i
Kata Pengantar ......................................................................................... ....... ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .. 1
B. Rumusan Masalah .. 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. 4
E. Batasa 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ... 5
B. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (A-B-Cs) .. 5
C. Tujuan Penerapan Resusitasi (A-B-Cs) 6
D. Prosedur Pelaksanaan Resusitasi (A-B-Cs) .. 6
E. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan (Kognitif) .. . 16
F. Pentingnya Resusitasi (A-B-Cs) Pasien Trauma Kapitis 18
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Model Kerangka Konsep . 21
B. Definisi Operasional ....... 21
BAB IV METODOLOGI PEN LIT I AN
A. Jenis Penelitian 24
B. Populasi dan Sampel ..... 24
C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 25
D. Intrumen Pengumpulan data 25
E. Pengolahan Dan Penyajian Data 26
F. Etika Penelitian 27
BAB V HASIL PENELITIAN ... 28
BAB VI PEMBAHASAN . 30
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. 33
B. Saran 33
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan penyediaan darah berisi oksigen keotak dan organ vital lainya adalah
penyebab kematian yang paling cepat. Untuk mencegah hipoksemia diperlukan jalan
napas yang bebas dan pernapasan yang cukup. Kedua hal ini merupakan prioritas utama
diatas segala gangguan fungsi tubuh yang lain, dimana jalan napas harus dipastikan
bebas.
Untuk menghindari hal yang dapat membahayakan pasien, maka dilakukan
tindakan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) untuk mencegah "mati
klinis" (mati suri, otak berhenti berfungsi) menjadi "mati biologis" (otak dan organ vital
rusak irreversible).
Tindakan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) dilakukan jika
terjadi respirasi arrest atau apnea atau napas berhenti dan cardiac arrest atau jantung
berhenti berdenyut. Pertolongan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability)
harus diberikan setelah diketahui bahwa napas dan denyut jantung tidak lagi mencukupi
kebutuhan oksigenasi otak, bukan ketika jantung benar-benar sudah terhenti. Keadaan
ini tampak sebagai hilangnya kesadaran dan hilangnya denyut nadi leher (pulsasi arteri
carotis tidak teraba (Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118).
Diagnosis cardia arrest tidak berdasarkan atas rekaman elektro kardio gram
meski dalam layar elektro kardio gram masih ada gelombang aktivitas jantung, tetapi
jika nadi karotis atau femoralis sudah tidak teraba, berarti kardia output tinggal 20%
saja dan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) harus dilakukan.
Pemberian Airway, Breathing dan Circulation, Desability penting dan sangat mendasar
karena otak adalah organ vital yang peka terhadap Hipoksia dan Anoksia. Jika suplai
oksigen keotak terhenti 10 detik saja akan terjadi kehilangan kesadaran, jika terhenti 15-
30 detik gelombang elektro kardio gram akan flat (brain arrest) dan jika berlangsung 3-
5 menit maka sel-sel otak mulai mengalami kerusakan. Jika pertolongan baru berhasil
setelah lewat 5-6 menit otak akan menderita cacat sisa (sequelle). Makin lambat
pertolongan yang diberikan maka makin, jelek prognose korban (Ikatan Dokter
Spesialis Anastesi Indonesia Cab. Sul-Sel).
2
aktifitas organisasi dan pada hakikatnya merupakan suatu aktifitas manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian
dan juga termasuk berfikir, berprestasi dan emosi.
Perilaku dapat dibagi dalam tiga ranah meskipun pembagian ranah ini tidaklah
mempunyai batasan yang jelas dan tegas di mana pembagian tersebut terdiri dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotor (Benyamin Bloom, 1908). Prilaku dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti genetika dan lingkungan. Oleh karena itu dalam penelitian
ini saya mencoba melihat analisis kemampuan kognitif (pengetahuan, pemahaman,
penerapan) perawat dalam penerapan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation,
Desability) pada klien trauma kapitis di Instalasi Rawat darurat dan Intensive Care Unit
di Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dapat merumuskan masalah yaitu
"Bagaimana analisis kemampuan kognitif (pengetahuan, pemahaman, pelaksanaan)
perawat dalam resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) di Perjan RS Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar ".
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang analisis
kemampuan kognitif (pengetahuan, pemahaman, pelaksanaan) perawat dalam
resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada klien trauma kapitis,
di Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Diperolehnya pelatihan kegawat-daruratan perawat IRD dan ICU tentang
resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma
kapitis.
b. Dioperolehnya pengetahuan perawat dalam resusitasi (Airway, Breathing,
Circulation, Desability) pada klien trauma kapitis di IRD dan ICU Perjan RS
Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar..
4
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini dapat menjadi suatu stimulus dalam rangka penelitian lain yang
berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan khususnya pada Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
2. Sebagai ajang aplikasi ilmu keperawatan yang diperoleh dalam pengembangan
wawasan dan kemampuan khususnya dibidang penelitian.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para penentu
kebijakan dalam rangka pengembangan pembinaan dan peningkatan kualitas
pelayanan keperawatan umumnya dan klien pada khususnya.
4. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang analisis
kemampuan kognitif perawat dalam menerapkan resusitasi (Airway, Breathing,
Circulation, Desability) pada klien trauma kapitis di Perjan RS Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
E. Batasan Masalah
Oleh karena banyaknya hal yang berhubungan dengan resusitasi jantung paru
otak dan permasalahannya, keterbatasan peneti dana serta kemampun penulis, maka
penelitian ini hanya meneliti tentang "analisis kemampuan kognitif (pengetahuan,
pemahaman, penerapan) sedangkan analisis, sintesis dan evaluasi tidak dilakukan oleh
perawat dalam penerapan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada
pasien Trauma Kapitis" di Perjan RS Dr. Wahiddin Sudirohusodo Makassar.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Resusitasi "A-B-Cs" adalah usaha yang dilakukan untuk mempertanankan
kehidupan pada saat klien mengalami keadaan yang mengancam jiwanya dimana dalam
usaha bantuan hidup ini tanpa memakai cairan intravena, obat ataupun kejutan listrik
dikenal sebagai bantuan hidup dasar (Basic Life Support) yakni A= Airway Control
(kontrol pernapasan) B= Breathing Support (pertahankan pernapasan) C= Circulation
Support (pertahankan sirkulasi).
D. -B
1) Lihat (Look)
a) Gerak dada dan perut
b) Tanda distress nafas
c) Warna mukosa mulut, kulit
d) Kesadaran
2) Dengar (Listen)
a) Gerak udara nafas dengan telinga
b) Raba (Feel)
b. B = BREATHING (Pernafasan)
a. Menilai pernafasan
1) Inspeksi (lihat)
2) Palpasi (raba)
3) Perkusi (ketuk)
4) Auskultasi (dengar)
5) Ada nafas (nafas normal atau distress) ?
6) Adakah luka dada terbuka atau menghisap ?
7) Adakah pneumothoraks ?
8) Adakah patah iga garida ?
9) Adakah hemathoraks ?
10) Adakah emfisema bawah kulit
10
4) Hemothorax 2 liter
5) Fraktur iga (tiap satu) 150 ml
6) Luka sekepal tangan 500 ml
7) Bekuan darah sekepal 500 ml
d. Sedangkan perdarahan tersembunyi
1) Rongga perut
2) Rongga pleura atau paru
3) Panggul atau pervis
4) Tulang paha atau femur
5) Kulit kepala anak
e. Efek perdarahan pada sirkulasi dan oksigenasi sel
1) Ketidak cukupan ferfusi organ dan oksigenasi jaringan
2) D02 = oxygen content x cardiac output
3) Oxygen content tergantung Hb dan sa02
4) Sa02 tergantung faktor airway dan breathing
5) Cardiac output dan Hb adalah faktor circulation
f. Shock
1) Jenis Shock
a) Hipovolemik
b) Kardiogenik
c) Neurogenik
d) Septik
e) Anafilaktik
2) Tanda klinis shock
a) Nafas cepat
b) Kulit dingin, pucat, basah, sianosis
c) Capillary refilltime > 2 detik
d) Nadi cepat > 100
(1) Nadi radialis (+) > 80 mm Hg
(2) Nadi carotis (+) 60 mm Hg
e) Tekanan darah < 90-100 mm Hg
f) Kesadaran gelisah sampai coma
14
j. Shock Kardiogenik (jantung sebagai pompa gagal karena gangguan aliran masuk
sebagai akibat) :
1) Konsutio miokard
2) Tamponade jantung
3) Pneumotoraks tension
4) Lukatusukjantung
5) Infark miokard
a. Pengetahuan (Knowledge)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali suatu yang
spesifik.
b. Memahami (Compreshensif)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
jelas tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi yang benar.
c. Penerapan (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Domain ini dapat diartikan
sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penelitian terhadap suatu materi atau objek. Pada dasarnya peningkatan pengetahuan
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain pendidikan, sedangnkan faktor-faktor seperti
demonstasi, ceramah, poster, dan mas media lain cukup besar perannya di dalam
merubah komponen tersebut.
F. -B
Pada saat terjadi trauma dapat terjadi refleks laring dan faring secara mendadak
yang memungkinkan terjadinya aspirasi lendir, benda asing atau isi lambung. Keadaan
ini dapat berkembang menjadi atelektasis, edema paru atau bronchopneumonia
sekunder.
Hipoksia dan hiperventilasi spontan terjadi 30-50% pada pasien trauma kapitis
akut, meskipun tanpa disertai obstuksi jalan nafas. Sementara itu cedera kepala
18
menyebabkan perubahan pola dan kedalaman napas pada pasien. Tachypnea (RR
>25/menit), Dyspnea pernapasan tidak teratur dan pernapasan Cheyne Stokes
berjalannya waktu (Matjasko, 2002).
Trauma kapitis memberi efek terhadap sistem pernapasan yang etiologinya dapat
berasal dari paru atau sistim syaraf atau neurology. Pasien dapat ditemukan adanya
peningkatan perfusi pada alveoli yang mengalami Hipoventilasi, diperkirakan 20%
pasien trauma kapitis mengalami gagal napas akut, dengan hipoksemia dan CPAP
(continues positive aieway pressure). Gagal nafas ini berkaitan dengan menurunnya
FRC (fungsional residual capacity), Compliance paru, serta terjadi hipertensi pulmonal
yang pada pemeriksaan rontgent paru menunjukan gambaran " Shock Lung ".
Pasien trauma kapitis harus selalu di waspadai adanya fraktur servikal,
pengelolaan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pasien trauma
kapitis berat bukan hanya membebaskan jalan napas tetapi perbaikan fungsi oksigenasi
paru. Trauma kapitis merupakan faktor risiko yang besar untuk terjadinya penyulit paru
paska trauma.
Gangguan Airway dan Breathing sangat berbahaya pada pasien trauma kapitis
karena dapat menimbulkan Hipoksia dan Hiperkarbia yang kemudian akan
menyebabkan kerusakan otak sekunder. Sedangkan sirkulasi yang terganggu
menyebabkan gangguan perfusi darah ke otak dan kerusakan otak sekunder, dengan
demikian syok dengan trauma kapitis harus dilakukan penanganan yang lebih agresif
(Chasnak St, 2002 ).
Indikasi intubasi pada pasien trauma kapitis berat ketidak mampuan
mempertahankan dan proteksi jalan napas, juga ventilasi dan oksigenasi yang tidak
memadai untuk mencegah hipoksia otak, hemodinamik untuk mempertahankan
oksigenasi dan mengendalikan karbon dioksida diatas prioritas pemberian obat-obatan
untuk mengendalikan ICP (intra cranial pressure).
Pengambilan keputusan untuk melakukan intubasi pada trauma kapitis berat
seharusnya lebih cepat karna hipoksia dan hiperkarbia yang menyebabkan ICP ini
terjadi penurunan CCP (tekanan perfusi otak) yang selanjutnya menyebabkan kerusakan
iskemik.
Tujuan yang ingin dicapai pada pengelolaan resusitasi (Airway, Breathing,
Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis adalah mempertahankan Pa02 >80
19
BAB III
KERANGKA KONSEP
Keterangan :
B. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan (Knowledge) perawat.
Definisi operasional : kemampuan perawat mengungkapkan kembali cara
resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada klien trauma kapitis
di Instalasi Rawat Darurat dan Intensive Care Unit Perjan Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Alat ukur : Kuesioner, observasi
Skala ukur : Ordinal
Katagorik : Kualitatif pengelompokan (a. Baik, b. Kurang)
2. Pemahaman (Komprehensif) perawat
Definisi Operasional : Cara perawat mengidentifikasi masalah pasien dan
merencanakan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien
22
trauma kapitis di Instalasi Rawat darurat dan Intensive Care Unit Perjan Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Katagorik : Kualitatif pengelompokan
3. Penerapan (Aplikasi) Perawat
Defenisi Operasional : Tindakan langsung yang dilakukan oleh perawat
pelaksana dalam resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada
pasien trauma kapitis di Instalasi Rawat Darurat dan Intensive Care Unit Perjan
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Alat ukur : Kuesioner
Skala ukur : Ordinal
a. Baik
b. Kurang
Katagorik : Kualitatif pengelompokan (a. Baik, b. Kurang)
4. Tindakan Resusitasi
Defenisi Operasinal : Bantuan hidup dasar yang diberikan perawat kepada
pasien trauma kapitis berupa tindakan resusitasi (Airway, Breathing, Circulation,
Desability) ketika jantung berhenti berdenyut dan napas berhenti di Instalasi
Rawat Darurat dan Intensive Care unit Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
5. Tindakan Airway
Defenisi Operasinal : Tindakan perawat dalam megidentifikasi sumbatan
jalan napas dan membebaskan jalan napas atau mengangkat dagu, mendorong
rahang keluar pasien trauma kapitis dan selalu waspada jika disertai fraktur leher,
dengan prioritas jalan napas bebas di Instalasi Rawat Darurat dan Intensive Care
Unit Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
6. Tindakan Breathing
Defenisi Operasiopnal : Tindakan perawat dalam menilai pernapasan
pasien dan jika napas berhenti maka perawat memberikan napas buatan, pijat
jantung guna mempertahankan adekuatnya pernapasan pasien trauma kapitis di
23
Instalasi Rawat Darurat dan Intensive Care Unit Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
7. Tindakan Circulation
Defenisi Operasional : Tindakan perawat dalam mengidentifikasi
perdarahan yang berlebihan dan memberikan balutan tekan pada luka permukaan
dan posisi syock jika pasien syock dimana tungkai bawah di tinggikan, sedangkan
luka yang dalam bekerja sama dengan time kesehatan lain misalnya pasang infus
dan transfusi darah jika hemoglobin <7mg/dl serta pembedahan guna
mempertahankan sirkulasi pasien trauma kapitis di Instalasi Rawat Darurat dan
Intensive Care Unit Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
8. Trauma Kapitis dan Desability
Defenisi Operasional : Kemampuan perawat dalam menentukan derajat
trauma kapitis berdasarkan pemeriksaan penurunan kesadaran pasien dengan
menggunakan GCS (Skala Coma Glasgow) dimana dalam penilaian berdasarkan
skor atau komponen : berat (3-7), sedang (8-13), ringan (14-15), dan tanda laserasi
di Instalasi Rawat darurat dan Intensive Care Unit Perjan Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar (Asadul Islam, 2002).
24
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan
gambaran atau informasi yang jelas tentang analisis kemempuan kognitif perawat dalam
resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis di
Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
proses pengumpulan data. Uji coba instrumen adalah responden yang memiliki
karakteristik sama dengan responden penelitian, hanya saja responden tersebut tidak
lagi diikut sertakan dalam proses penelitian sebenarnya.
F. Etika Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan melindungi hak-hak respoden yaitu setelah
mendapat ijin dari pihak Rumah Sakit, peneliti melakukan pendekatan dengan calon
respoden. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti menjelaskan kepada calon
responden tentang tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang dilakukan. Peneliti
memberikan/menyampaikan pada calon responden lembaran persetujuan untuk
ditandatangani.
Dalam penelitian ini, peneliti menjamin kerahasiaan identitas subyek peneliti,
dan responden berhak membatalkan keikutsertaannya dalam penelitian ini tanpa
kehilangan hak, apabila ada hal-hal yang menimbulkan respon negatif terhadap
mereka. Semua berkas yang mencantumkan identitas subyek hanya digunakan pada
penelitian ini saja dan akan dimusnahkan saat penelitian selesai dilaksanakan.
28
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dari tabel. 1 menunjukan bahwa hampir semua responden instalasi rawat darurat
dan intensive care unit pernah mengikuti pelatihan terbanyak BLS, PPGD, BTLS,
ACLS (96%) dan pelatihan perawatan kritikal hanya (3,77%).
Tabel 2
Distribusi responden berdasarkan pengetahuan perawat instalasi rawat darurat dan
intensive care unit tentang resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada
pasien trauma kapitis Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Tabel 4
Distribusi responden berdasarkan penerapan perawat instalasi rawat darurat dan
intensive care unit tentang resusitasi (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada
pasien trauma kapitis Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidi Sudirohusodo Makassar.
BAB VI
PEMBAHASAN
Telah dilakukan penelitian kemampuan kognitif perawat dalam resusitasi
(Airway, Brathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis diruangan
instalasi rawat darurat dan intensive care unit Perjan RS Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar dengan jumlah responden 40 orang perawat yang pernah melakukan tindakan
resusitasi (Airway, Breathing, Cirkulation, Desability) pada pasien trauma kapitis.
1. Keterbatasan penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian yang dirasakan selama melaksanakan
penelitian diantaraya :
a. Intrumen penelitian
Intrumen penelitian menggunakan kuesioner yang telah disiapkan oleh
peneliti. Namun masih terdapat beberapa kelemahan (bentuk pertayaan monoton
atau hanya multipel jois tidak diselingi dengan observasi khususnya penerapan
resusitasi) karena keterbatasan peneliti, dan masih perlu dikembangkan secara
baik dan lebih sempurna sehingga instrumen penelitian lebih valid dan relibel.
b. Sampel
Karena keterbatasan peneliti dan jumlah sampel tidak memenuhi kriteria,
maka pengambilan sampel hanya berjumlah 40 responden dan dilakukan selama
10 hari yaitu dari tanggal 10 hingga 19 Februari 2004.
2. Hasil penelitian
a. Pelatihan kegawat daruratan
Perawat instalasi rawat darurat dan intensive care unit sebagian besar telah
mengikuti pelatihan kegawat daruratan (BTLS, PPGD, ATLS, ACLS) sebanyak
(96,23%), dan pelatihan Perawatan kritikal sebanyak (3,77%).
Hal ini mengacu pada pendapat Anton, 1908 dalam Suciati, 2001 segala
sesuatu yang diketahui atau tingkat kepandaian yang dimiliki seseorang yang
didapatkan melalui pendidikan pelatihan maupuin pengalaman.
Dari data ini terlihat bahwa semakin seringnya perawat mengituti pelatihan
kegawat daruratan maka presentase keberhasilan ketepatan dalam memberikan
resusitasi semakin baik, sebaliknya semakin minimnya untuk tidak mengikuti
pelatihan kegawat daruratan maka keberhasilan atau ketepatan dalam memberikan
31
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di instalasi rawat darurat dan intensive care
unit Perjan Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari tanggal 10 Februari
hingga 19 Februari 2004 dapat disimpulkan :
1. Latar belakang pelatihan kegawat daruratan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi dalam melaksanakan resusitasi (Arway, Breathing, Circulation,
Desability) pada pasien trauma kapitis. Dimana jika perawat sering mengikuti
pelatihan kegawat daruratan, maka semakain baik perawat dalam melaksanakan
peran dan tanggung jawabnya.
2. Pengetahuan perawat instalasi rawat darurat dan intensive care unit tentang resusitasi
(Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis terlihat
bahwa semua lebih baik dan mudah untuk termotivasi serta mempunyai dedikasi
yang tinggi dalam memberikan pelayanan keperawatan secara profesional
dibandingkan dengan perawat yang mempunyai pengetahuan yang kurang.
3. Pemahaman perawat instalasi rawat darurat dan intensive care unit tentang
resusitasai (Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis
terlihat bahwa pemahaman perawat sudah baik sehingga lebih mudah memahami
hal-hal yang dapat membahayakan gangguan saluran pernapasan pasien sehingga
dapat meminimalkan akibat yang dapat ditimbulkan.
4. Penerapan perawat instalasi rawat darurat dan intensive care unit tentang resusitasi
(Airway, Breathing, Circulation, Desability) pada pasien trauma kapitis telihat
bahwa penerapan perawat sudah baik sehingga lebih mudah dalam memberikan
tindakan resusitasi dan tingkat keberhasilannya lebih baik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang perlu disampaikan oleh
peneliti kepada pihak-pihak terkait yang berkompeten dalam memotivasi dan
mengembangkan kemampuan kognitif perawat dalam resusitasi (Airway, Breathing,
Circulation, Desability) adalah sebagai berikut :
34
DAFT AR PUSTAKA
Azis Alimul A, H, (2003), Riset keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta :
Salemba Medika
Baradero M., Dayrit M.W. & Siswadi Y, (2009), Prinsip & Praktik Keperawatan
Perioperatif. Cetakan 1. Jakarta : EGC
Bandini, N. S, (1982), Manual of Newogical Nursing, CV. Mosby Company, ST. Louis
Balu R, Detre JAA, Levine JM, (2013), Clinical assessment in the neurocritical care
unit. Dalam: Leroux PD, Levine JM, Kofke WA., eds. Philadelphia: Elsevier
Saunders; 84-98.
Bendo AA, (2010), Perioperative management of adult patients with severe head injury.
Bisri T, (2012), Penanganan neuroanesthesia dan critical care: cedera otak traumatik.
Bandung: Universitas Padjadjaran; Curry P, Viernes D, Sharma D. Perioperative
management of traumatic brain injury. Int J Crit Illn Sci;1(1):27-35.
Danin S, (2003), Sejarah dan Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta, Kedokteran EGC
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1990), Kamus Besar Bahasa. Balai Pustaka
Ditjen PP & PL Depkes RI, (2012), Laporan Triwulan Situasi Perkembangan cidera
kepala di Indonesia Sampai Dengan 30 Juni 2012. www.depkes.go.id
Fildes, John, (2012), Advanced Trauma Life Support for Doctors eight edition, Amerika
: American College of Surgeons Committe on Trauma.
Japardi I, (2002), Cedera Kepala. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 35 No. 2 FK-
USU Hal. 87-90.
Mangat HS, (2012), Severe traumatic brain injury. American Academy of Neurology. 8
(3):532-46.
Raharjo Eddy, (2002), and Symphosium Life Support & Critical Care on Trauma &
Emergency Patients, Surabaya : Himpunan Dokter Spesialis Anastesi Indonesia.
Schoolfield B, (2010), Highlights of the American Heart Association Guidlines for CPR
and ECC
Tim Penyusun, (2016), Staf Pengajar Departemen Anasteologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Buku Panduan Pendidikan Dokter
Spesialis Anastesiologi Dan Terapi Intensif
Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, Buku Pandan, Basic Trauma Cardiac Life
Support.
37
Biodata