Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN SPINAL ANESTESI DENGAN KEJADIAN


HIPOTHERMIA PASCA OPERASI DI RUANG PEMULIHAN
KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT JIH YOGYAKARTA

Disusun untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan Program Sarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta

Disusun Oleh :
MARFUAH
19110015

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul “Hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia

pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta”,

ini telah disetujui untuk diseminarkan pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Tempat :

Penguji I Penguji II

Maryudella Afrida Erika


NIP

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal berjudul “Hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia pasca

operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta”, ini

telah disyahkan dan disetujui untuk dilaksanakan, pada :

Hari :

Tanggal :

Jam :

Penguji I
Maryudella Afrida
NIP ...............................................
Penguji II
Erika
NIP .............................................
Penguji III
--------------
NIP ..........................................
Mengetahui,
Ketua Program Studi

NIP

iii
NIP. 19531122 197903 2 001KATA PENGANTAR

Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad serta hidayahNya

kapada penulis sehingga berkesempatan dapat menuntut ilmu di STIKES Guna

Bangsa Yogyakarta dan dapat menyusun skripsi yang berjudul “Hubungan spinal

anestesi dengan kejadian hipothermia pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar

Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta” dalam rangka memenuhi sebagian

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, peneliti telah mendapatkan

bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah penulis

menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. ..................., selaku Ketua STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.

2. .................selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan STIKeS Guna

Bangsa Yogyakarta.

3. Maryudella Afrida, selaku pembimbing 1 yang sudah memberikan masukan


dan mengarahkan peneliti dalam menyusun proposal penelitian.
4. Erika, selaku pembimbing 2 yang telah memberikan masukan dan
mengarahkan peneliti dalam menyusun proposal penelitian.
5. Dosen dan seluruh staf Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah banyak

mengajarkan ilmu dengan penuh dedikasi, kesabaran dan keikhlasannya.

6. Orangtua, suami dan keluarga, yang selalu memberi semangat bagi penulis

baik dalam suka maupun duka.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

iv
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh sempurna. Atas

kekurangan dan kesalahan dalam skripsi ini, penulis mohon maaf. Demi

kebaikan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi

ini bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, Maret 2020

Peneliti

v
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : MARFUAH

NIM :19110015

Program Studi : S1 Keperawatan

Menyatakan bersungguh-sungguh untuk membuat tugas akhir sendiri (tidak

dibuatkan/dibeli/ dari orang/ pihak lain). Bilamana saya mengingkari pernyataan ini

saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan tugas akhir saya tersebut.

Yogyakarta, Maret 2020

Yang menyatakan

MARFUAH

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................ i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................... ii
HALAMAN
PENGESAHAN.............................................................................. iii
KATA PENGANTAR....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME vi
DAFTAR ISI ......................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................... ix
DAFTAR TABEL......................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................. 1
B. Rumusan masalah................................................ 3
C. Tujuan penelitian..................................................... 4
D. Manfaat penelitian.................................................. 4
E. Keaslian penelitian........................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 9
1. Anastesi 12
a. Pengertian Anestesi 12
b. Tujuan Anestesi 12
c. Macam - Macam Anestesi 13
2. Spinal anestesi 15
a. Pengertian Spinal Anestesi 15
b. Indikasi Spinal Anestes 15
c. Kontra Indikasi Spinal Anestesi 16
d. Jenis - Jenis Obat Spinal Anestesi 16
e. Gangguan Pasca Anestesi 18
3. Hipothermia 19
a. Pengertian Hipothermia 19
b. Faktor Penyebab Hipothermia 20
c. Klasifikasi Hipotermia 23
B. Kerangka Konsep 25
C. Kerangka Penelitian 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Dan Rancangan Penelitian 26
B. Waktu Dan Lokasi Penelitian ................................ 27

vii
C.
Populasi Dan Sampel ...................................... 27
D.
Variabel Penelitian ....................................... 28
E.
Definisi Operasional ..................................... 29
F.
Instrumen Penelitian 30
G.
Tehnik Pengumpulan Data 30
H.
Uji Validitas dan realibilitas 31
I.
Tehnik Analisis Data 32
Rencana Jalan Penelitian ............................... 33
Etika Penelitian............................ 36
DAFTAR PUSTAKA ............................................... 40

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................... 25


Gambar 2.2 Kerangka Penelitian .................................................. 26

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional................................................ 29

x
DAFTAR LAMPIRAN

Surat permohonan menjadi responden.................... 34


Rencana jadwal penelitian................................ 38
Lembar konsultasi bimbingan proposal penelitian............. 43

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Seiring perkembangan zaman pasien yang mendapat tindakan operasi

bedah semakin meningkat. Pembedahan merupakan semua tindakan

pengobatan yang menggunakan cara infasif dengan membuka atau

menampilkan sebagian tubuh yang akan dilakukan tindakan operasi dengan

terlebih dulu dilakukan anestesi (Win De Jong, 2005 dalam Praditha, 2016).

World Health Organization (WHO) menunjukan bahwa selama lebih dari

satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan

kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan

bedah dilakukan di seluruh dunia (WHO, 2009). Data tabulasi nasional

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009, menjabarkan bahwa

tindakan bedah menempati urutan ke 11 dari 50 pola penyakit di Indonesia

dengan presentase 12,8 %. Pasien yang sudah dilakukan tindakan pembedahan

kemudian dirawat di ruang pemulihan sampai kondisi baik dan di lakukan

transport pasien kembali ke ruang rawat inap.

Nyeri paska bedah merupakan satu dari masalah dan keluhan pasien

tersering di rumah sakit. Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas dari

sensasi yang meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi selama pra

anestesi, intra anestesi dan pasca anestesi. Secara umum fungsi anestesi adalah

1
menghilangkan rasa nyeri, menidurkan, relaksasi otot dan stabilitas otonom

(Soenarjo, 2010).

Jenis anestesi digolongkan menjadi anestesi umum, anestesi lokal dan

anestesi regional. Anestesi umum adalah membuat sebuah keadaan tidak sadar

yang terkontrol selama keadaan di mana pasien tidak merasakan apapun dan

digambarkan sebagai terbius. Anestesi lokal merupakan hilangnya rasa pada

daerah tertentu yang diinginkan (sebagian kecil daerah tubuh) sedangkan

Anestesi spinal adalah hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari

tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau saraf yang

berhubungan dengannya (Zunilda, 2007).

Salah satu komplikasi yang muncul setelah tindakan anestesi adalah

hipotermi (Setiyanti, 2016). Setiap obat anestesi, baik opioid maupun obat

sedasi, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan kontrol otonom

termoregulasi, hal ini memfasilitasi terjadinya hipotermia (Mathews, 2002

dalam Pamuji, 2008). Hipotermia adalah keadaan suhu inti tubuh dibawah

36ºC (normotermi: 36,6º C-37,5ºC) (Guyton & Hall, 2008). Tamsuri (2007)

menambahkan Hipotermi dapat diartikan suhu tubuh kurang dari 360 º C. Setiap

pasien yang menjalani operasi berada dalam risiko mengalami kejadian

hipotermi (Setiyanti, 2016). Menurut Fauzi Akbar (2014) kejadian hipotermi

33-65% dari keseluruhan post operasi dengan anastesi umum dan 33-56,7%

dari keseluruhan post operasi dengan anastesi spinal di RSUD Karawang.

Marta (2013) menambahkan kejadian hipotermia terjadi 60%-90% dari

2
keseluruhan pasien post operasi yang menggunakan anastesi spinal.

Tindakan anastesi spinal merupakan salah satu cara untuk menghilangkan

sensasi motorik dengan jalan memasukkan obat anastesi ke ruang subarachnoid

(Fauzi, 2014). Frank, El- Rahmany, etc (2000) mengemukakan korelasi antara

blokade spinal di tingkat dermatom tinggi dan penurunan suhu tubuh inti selama

anestesi spinal konsisten dengan efek fisiologis dari anestesi spinal. Tonis

vasomotorik dan shivering menjadi terhambat pada tingkat di bawah blokade

spinal melalui blokade neural simpatis dan somatis. Semakin luas proporsi

tubuh yang diblokir maka fungsi termoregulasi akan semakin terganggu. Leslie

dan Sessler menunjukkan penurunan ambang batas shiverng yang sebanding

dengan tingkat blokade spinal. Para peneliti ini menunjukkan bahwa ambang

batas suhu tubuh menurun hingga 0,06oC untuk setiap tingkat dermatom yang

dibloir. Penelitian kami juga menunjukkan bahwa tingkat dermatom blokade

yang tinggi merupakan faktor risiko untuk hipotermia. Menurut analisis kami,

setia tingkat dermatom blokade spinal menurunkan suhu 0,15 º C suhu tubuh

saat admisi ke PACU.

Anestesi spinal dapat mengganggu otonomi normal kontrol termoregulasi

karena efek vasodilatasi. Sebagian besar narkotik mengurangi mekanisme

vasokonstriksi, hal ini adalah cara menghemat kehilangan panas karena efek

simpatolitiknya. Anestesi regional menghasilkan blok simpatis, relaksasi otot,

dan blok sensoris terhadap reseptor suhu perifer sehingga menghambat respon

kompensasi terhadap suhu (Mirza, 2011). Tindakan anastesi spinal terjadi blok

3
pada sistem simpatis sehingga terjadi vasodilatasi ini yang mengakibatkan

perpindahan panas dari kompartemen sentral ke perifer, hal ini menyebabkan

hipotermia (Fauzi, 2014).

Hipotermi post operasi ini ditimbulkan oleh tindakan anestesi dan paparan

suhu lingkungan yang rendah, suhu ruangan yang dingin dapat mempengaruhi

kejadian hipotermi pada pasien post operasi. Selain pengaruh suhu ruangan

kamar yang dingin, yang mengakibatkan kulit tidak dapat mempertahankan

keluarnya panas tubuh sehingga terjadi hipotermi adalah cairan intravena yang

dingin saat tindakan intraoperative (Harahap, 2014). Secara garis besar

mekanisme penurunan suhu selama anestesi, melalui kehilangan panas pada

kulit oleh karena proses radiasi, konveksi, konduksi, dan juga evaporasi, yang

lebih lanjut menyebabkan redistribusi panas dari inti tubuh ke perifer, dan

produksi panas tubuh yang menurun oleh karena penurunan laju metabolisme

(Harahap, 2014). Penyebab lain menurut mubarokah (2017) yaitu faktor

luasnya luka yang terbuka dan tidak tertutup kain selama di ruang operasi dan

dilihat dari hubungan faktor lama operasi, dan faktor Indeks Massa Tubuh

(IMT) yang kurus dapat menjadi pendukung dari terjadinya hipotermi. Selain

itu menrut Hanifa (2017) penggunaan agen inhalasi dan lama operasi turut

menjadi faktor penyebab hipotermi.

Hipotermi post operasi adalah suhu inti lebih rendah dari suhu tubuh normal

yaitu 36ºC setelah pasien dilakukan operasi. Keadaan normal tubuh manusia

mampu mengatur suhu di lingkungan yang panas dan dingin melalui

4
refleks pelindung suhu yang diatur oleh hipotalamus. Selama anestesi spinal,

reflek tersebut berhenti fungsinya sehingga pasien akan rentan sekali

mengalami hipotermia. Kejadian ini didukung dengan suhu ruangan operasi

dan ICU di bawah suhu kamar. Hipotermia postoperasi sangatlah merugikan

bagi pasien.

Hipotermia post operasi dapat menyebabkan disritmia jantung,

memperpanjang penyembuhan luka operasi, menggigil, syok, dan penurunan

tingkat kenyamanan pasien (Marta, 2013). Gambaran klinis pada pasien

hipotermi seperti penurunan suhu tubuh < 35º C, rasa baal atau kesemutan di

kulit atau ekstremitas, kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba,

menggigil pada awalnya kemudian kaku pada kondisi yang memburuk,

penurunan tingkat kesadaran, mengantuk dan konfusi (Corwin, 2009). Bila

terjadi hipotermi, maka kompensasi tubuh untuk meningkatkan temperature

inti tubuh adalah dengan menggigil (Nazma, 2008).

Hipotermian post operasi sangat mengganggu kenyamanan pasien

dalam proses pemulihan. Hipotermia ini disebabkan karena ruang operasi

dan ruang ICU memiliki suhu yang rendah. Hipotermia post operasi juga

dapat terjadi karena luka terbuka, aktifitas otot-otot inhalasi gas-gas yang

dingin infus dengan cairan yang dingin, agens obat-obatan

(bronkodilator, fenotiasin, anesthesia), usia lanjut dan neonatus (Black,

2009). Bila tidak ditangani dengan segera, orang yang terpajan dingin yang

ekstrim selama hampir 20-30 menit biasanya akan meninggal karena henti

5
jantung ataufibrilasi jantung (Guyton, 2008). Pemberian anastesi umum

ataupun spinal sangat mempengaruhi terjadinya hipotermia.

Indonesia ataupun di Yogyakarta belum ditemukan data konkrit tentang

angka kejadian hipotermia, karena selama ini belum ada pencatatan tentang

angka kejadian hipotermia post operasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh

Harahap (2014) di RS Hasan Sadikin Bandung, telah membuktikan dampak

negatif hipotermi terhadap pasien, antara lain risiko perdarahan meningkat,

iskemia miokardium, pemulihan pasca anestesi yang lebih lama, gangguan

penyembuhan luka, serta meningkatnya risiko infeksi.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan di rumah sakit “JIH” Yogyakarta

Bulan Desember 2019 sejumlah 123 pasien operasi dengan regional anastesi,

sejumlah 40 - 45% mengalami hipotermi di kamar operasi rumah sakit “JIH”

Yogyakarta.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai hubungan regional anestesi terhadap kejadian hipotermi

pada pasien pasca operasi di ruang pemulihan kamar operasi rumah sakit “JIH”

Yogyakarta.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut “Adakah hubungan spinal

anestesi dengan kejadian hipothermia pasca operasi di Ruang Pemulihan

Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta?”

6
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia pasca

operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden pasca tindakan spinal

anastesi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH

Yogyakarta.

b. Mengetahui frekuensi tindakan pembedahan dengan metode spinal

anastesi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH

Yogyakarta.

c. Mengidentifikasi kejadian hipothermia di Ruang Pemulihan Kamar

Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

d. Mengetahui hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia

pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH

Yogyakarta.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dapat menjadi kajian ilmiah di bidang keperawatan pada umumnya, serta

ilmu bedah dan syaraf pada khususnya,, sehingga dapat menjadi bahan teori

keperawatan profesional bagi tenaga kesehatan dan ilmu kesehatan lainnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit JIH Yogyakarta

7
Dapat mengetahui metode yang tepat tentang metode yang tepat dalam

penangaan hipothermi pasca spinal anastesi, sehingga dapat menjadi

bahan masukan bagi Rumah Sakit dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat umum.

b. Program Studi Keperawatan Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

Dapat menambah bahan bacaan penelitian tentang hubungan spinal

anestesi dengan kejadian hipothermia pasca operasi di Ruang

Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian yang

lebih mendalam dan diketahui penyebab terjadinya hipothermia pasca

spinal anastesi.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia

pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH

Yogyakarta merupakan kajian yang perlu mendapatkan perhatian dari peneliti

kesehatan. Berikut ini beberapa penelitian terkait:

8
Tabel 1. Keaslian Penelitian

Nama

Peneliti& Metode Populasi &


No Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan & Perbedaan
Tahun Sample

Penelitian

1. Amila Hubungan Hipotermi Metode penelitian Hasil uji chi square didapat p Persamaan pada

Hanifa Dengan Waktu Pulih Cross Sectional. value (0,026<0,05), terdapat penelitian ini adalah pada

(2017) Sadar Pasca General Lokasi di Intalalasi hubungan hipotermi dengan variabel hipthermia, dan

Anestesi Di Ruang Bedah Sentral RSUD waktu pulih sadar pasca general mengguunakan tehnik,

Pemulihan RSUD Wates Wates Yogyakarta. anestesi. Cross Sectional.dan

Yogyakarta Teknik pengambilan tehnik Consecutive

sampel Consecutive Sampling Sedangkan

Sampling perbedaanya adalah

Penelitian tersebut

9
menggunakan instrumen

kuesioner, variabel

hipothermi merupakan

variabel bebas.

Sedangkan pada

penelitian ini

menggunakan total

sampling.

10
2 Anggita Angka Kejadian Metode penelitian Terdapat hubungan bermakna Persamaan pada

Marissa Hipotermia dan Lama deskriptif kasus control, (p≤0,05) antara kejadian penelitian ini adalah pada

Harahap, Perawatan di Ruang sample pada pasca hipothermia dan lama perawatan instrumen lembar

Rudi Pemulihan pada Pasien operasi geriatri. Dengan di ruang pemulihan pasien observasi, dan analisis

Kadarsah, Geriatri Pasca operasi tehnik total sampling geriatri yang telah menjalani bivariat menggunakan

Ezra Elektif Bulan Oktober operasi elektif, Chi Square. Sedangkan

Oktaliansah 2011–Maret 2012 di perbedaan terletak pada

(2012) Rumah Sakit Dr. Hasan variabel terikat general

Sadikin Bandung anastesi, tehnik total

sampling, dan metode

penelitan kasus kontrol

3 Nur Akbar Gambaran Kejadian Metode penelitian : Hasil penelitian adalah 19 Persamaan pada

Fauzi, Menggigil (Shivering) deskriptif dengan Cross kejadian menggigil dari jumlah penelitian ini adalah

Santun pada pasien dengan Sectional, dengan total sample 65 orang dalam penelitian menggunakan instrumen

11
Bekti tindakan operasi yang sampling ini. lembar observasi,

Rahimah, menggunakan anastesi pendekatan Cross

Arief Budi spinal di RSUD Sectional dan variabel

Yulianti Karawang periode Juni spinal anestesi.

(2014) 2014 Sedangkan perbedaan

terletak pada analisis

bivariat menggunakan

Chi Square dan tehnik

Total Sampling.

4 Putri Prastiti Faktor - Faktor yang Metode penelitian Ada hubungan antara faktor usia Persamaan pada

Mubarokah, Berhubungan dengan kuantitatif dengan jenis (p = 0,011) dengan hipotermi, penelitian ini adalah pada

Titik Hipotermi penelitian observasional ada hubungan antara IMT (p = variabel hipothermia,

Endarwati, Pasca General Anestesi analitik dengan metode 0,032) dengan hipotermi, ada menggunakan instrumen

Sari Candra di Instalasi Bedah Consecutive Sampling. hubungan antara jenis kelamin (p lembar observasi, dengan

12
Dewi Sentral (IBS) = 0,046), ada hubungan antara metode Consecutive

(2017) RSUD Kota Yogyakarta lama operasi (p = 0,001) dengan Sampling dan analisis

hipotermi pasca bivariat menggunakan

general anestesi. Chi Square. Sedangkan

perbedaan terletak pada

variabel terikat general

anastesi, tehnik total

sampling.

5 Andri Hubungan Body Massa Metode yang digunakan Terdapat hubungan IMT dengan Persamaan pada

Susilowati, Index dengan Kejadian observasional analitik kejadian shivering pada pasien penelitian ini adalah pada

Sri Shivering pada Pasien dengan pendekatan dengan spinal anestesi dengan p instrumen lembar

Hendarsih, dengan Anastesi Spinal Cross Sectional. Teknik value <0,05 observasi, dan analisis

Jenita Doli di RS PKU pengambilan sampel bivariat menggunakan

Tine Donsu Muhammadiyah menggunakan total Chi Square. Sedangkan

13
(2017) Yogyakarta sampling. perbedaan terletak pada

variabel bebas maupun

terikat dan metode

Consecutive Sampling

14
15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Anastesi

a. Pengertian Anestesi

Hipotermia menurut Suswita (2019) hipothermia adalah

penurunan suhu tubuh yang berada dibawah batas normal fisiologis,

yaitu 36 C. Anestesi adalah menghilangnya rasa nyeri, dan menurut

jenis kegunaannya dibagi menjadi anestesi umum yang disertai

hilangnya kesadaran, sedangakan anestesi regional dan anestesi local

menghilangya rasa nyeri disatu bagian tubuh saja tanpa

menghilangnya kesadaran (Sjamsuhidajat & Jong, 2012). Anestesi

merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan

pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit

pada tubuh (Morgan, 2011)

b. Tujuan Anestesi

Menurut Brunton, dkk (2011) pemberian anestesi disebabkan

oleh tiga tujuan umum :

1) Meminimalkan potensi efek membahayakan dari senyawa dan

teknik anestesi

2) Mempertahankan homeostatis fisiologis selama dilakukan

16
prosedur pembedahan yang mungkin melibatkan kehilangan

darah, iskemia jaringan, reperfusi jaringan yang mengalami

iskemia, pergantian cairan, pemaparan terhadap lingkungan

dingin, dan gangguan koagulasi.

3) Memperbaiki hasil pasca operasi dengan memilih teknik yang

menghambat atau mengatasi komponen - komponen respons

stress pembedahan, yang dapat menyebabkan konsekuensi

lanjutan jangka pendek ataupun panjang.

c. Macam - Macam Anestesi

Menurut Makarim (2019)., pasien yang akan pembedahan

menerima anestesi salah satu dari tiga cara sebagai berikut:

1) Anestesi umum

Anestesi umum atau sering juga disebut bius total dilakukan

untuk membuat pasien menjadi tidak sadar sepenuhnya selama

proses pembedahan berlangsung, serta tidak memiliki ingatan

apapun mengenai proses pembedahan. Anestesi umum diberikan

kepada pasien melalui 2 cara yaitu:

a) Menggunakan intravena

Obat akan diberikan dengan suntikan melalui infus. Metode

ini merupakan metode paling cepat dalam memberikan

anestesi.

b) Menggunakan inhalasi

17
Pasien akan menghirup gas anestesi melalui masker yang

dipasang di atas hidung dan mulut. Jenis pemberian anestesi

ini lebih umum diberikan untuk anak-anak. Selama proses

operasi, kadar anestesi yang diberikan akan dikontrol sesuai

dengan kebutuhan.

2) Anestesi lokal

Anestesi lokal atau sering juga disebut dengan istilah bius lokal

yang merupakan upaya untuk memblok sensasi dan rasa sakit

pada bagian tubuh tertentu. Anestesi lokal dapat dipergunakan

untuk berbagai prosedur pembedahan, namun paling umum

dipergunakan untuk operasi mata, prosedur perawatan gigi,

biopsi, vasektomi, dalam proses menjahit luka kecil, dan berbagai

operasi minor lainnya. Anestesi lokal umumnya diberikan dengan

cara:

a) Suntikan, yaitu dengan memasukkan obat anastesi kedalam

pembuluh darah pasien.

b) Menggunakan semprotan atau krim. Untuk anestesi dalam

bentuk semprotan biasanya menggunakan cocaine untuk

menghilangkan sensasi pada bagian dalam hidung dan

tenggorokan.

3) Anestesi regional

Anestesi regional merupakan upaya untuk memblok sensasi rasa

sakit pada sebagian besar anggota tubuh. Pasien akan tetap terjaga

18
namun tidak mampu merasakan sebagian dari anggota tubuhnya.

Anestesi regional ini sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu,

Anestesi spinal, Anestesi epidural, Nerve block.

2. Spinal anestesi

a. Pengertian Spinal Anestesi

Anestesi spinal merupakan teknik anestesi regional yang

dihasilkan dengan menghambat saraf spinal di dalam ruang

subaraknoid oleh zat-zat anestetik lokal (Nainggolan, 2014). Anastesi

spinal dilakukan dengan penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam

ruang sub arachnoid di regio vertebra Lumbalis 2-3, Lumbalis 3-4,

Lumbalis 4-5 dengan jarum spinal yang sangat kecil dengan tujuan

untuk mendapatkan ketinggian blok atau analgesi setinggi dermatom

tertentu dan relaksasi otot rangka. Blokade sensorik dan motorik

secara memuaskan tercapai dalam 12-18 menit dan hanya dengan

sejumlah kecil obat yang yang diperlukan, serta adanya pertimbangan

bahwa operasi yang akan dilakukan berada pada bagian abdominal

bawah yang sesuai dengan indikasi (Mangku, 2009).

b. Indikasi Spinal Anestesi

Anestesi spinal dapat diberikan pada tindakan yang melibatkan

tungkai bawah, panggul, daan perineum. Anestesi ini juga digunakan

pada keadaan khusus seperti bedah endoskopi, urologi, bedah rektum,

19
perbaikan fraktur tulang panggul, bedah obstreti-ginekologik, dan

bedah anak (Majid, 2011).

c. Kontra Indikasi Spinal Anestesi

Anestesi regional yang luas seperti spinal anestesi tidak boleh

diberikan pada kondisi hipovolemia yang belum terkorelasi karena

dapat mengakibatkan hipotensi berat (Sjamsuhidayat & De Jong,

2010).

d. Jenis - Jenis Obat Spinal Anestesi

Obat-obatan yang sering dipakai dalam tindakan spinal

anastesi diantaranya adalah Lidokain, Bupivakain, dan tetrakain.

Lidokain efektif untuk 1 jam, dan bupivacaine serta tetrakain efektif

untuk 2 j am sampai 4 j am (Reeder, S., 2011). Berikut ini uraian obat

spinal anestesi :

1) Lidokain

a) Onset kerja: cepat

b) Dosis maksimum: 3-5mg/kg

c) Durasi kerja: Pendek 60-180 menit tergantung penggunaan

d) Efek samping: toksisitas kardiak lebih rendah dibanding

bupivakain.

e) Metabolisme: di hati, n-dealkylation yang diikuti dengan

hidrolisis untuk menghasilkan metablit yang dieksresikan di

urin.Lidocain sangat popular dan digunakan untuk blok saraf,

20
infitrasi dan anestesi regional intravena begitu juga topical,

epidural dan itratekal. Bagaimanapun juga ini termasuk

antiaritmik kelas 1B dan dapat digunakan untuk terapi

takikardi.

2) Bupivakain

a) Onset kerja: blok nervous 40 menit, epidural 15-20 menit,

intratekal 30 detik

b) Durasi kerja: blok saraf sampai 24 jam; pidural 3-4 jam;

intrakardial 2-3 jam

c) Efek samping: lebih cenderung mengakibatkan toksisitas

kardiak berupa penurunan tekanan darah dibandingkan obat

anestesi lokal lainnya

d) Eliminasi: N-dealkylation menjadi pipecolyoxylidine dan

metabolit lainnya yang diekskresikan di urin. Bupivakain

lazim digunakan untuk spinal anestesi. Menggunakan plain

bupivacaine membuatnya dapat naik ke atas atau turun ke

bawah, yang dapat mengakibatkan peningkatan blok yang

membahayakan fungsi respirasi dan kardio. Jika dekstrosa

ditambahkan akan menjadi berat (heavy) dan akan mengalir

lebih dapat diprediksi turun ke tulang belakang, hanya

memengaruhi saraf yang non esensial. Larutan plain dapat

menyebabkan hipotensi yang lebih sedikit tapi pasien harus

tidur terlentang (Keat, 2013)

21
3) Tetrakain

Tetrakain (pantocaine), suatu ester amino kerja - panjang, secara

signifikan lebih paten dan mempunyai durasi kerja lebih panjang

daripada anestetik lokal jenis ester lain yang umum digunakan.

Obat ini banyak digunakan pada spinal anestesi ketika durasi

kerja obat yang panjang diperlukan.Tetrakain juga ditambahkan

pada beberapa sediaan anestetik topikal. Tetrakain jarang

digunakan pada blokade saraf perifer karena sering diperlukan

dosis yang besar, onsetnya yang lambat, dan berpotensi

menimbulkan toksisitas (Brunton, dkk, 2011).

e. Gangguan Pasca Anestesi

Berbagai gangguan pasca anastesi menurut Potter dan Perry

(2010) diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Pernapasan terganggu

Penyebab yang sering dijumpai sebagai penyulit pernapasan

adalah sisa anastesi dan sisa pelemas otot yang belum

dimetabolisme dengan sempurna, selain itu lidah jatuh

kebelakang menyebabkan obstruksi hipofaring dan dapat

menyebabkan hipoventilasi,serta menyebabkan apnea pada

pasien pasca operasi.

2) Sirkulasi darah tidak lancar

Penyulit yang sering di jumpai adalah hipotensi syok dan aritmia,

22
hal ini disebabkan oleh kekurangan cairan karena perdarahan

yang tidak cukup diganti, selain itu adalah sisa anastesi yang

masih tertinggal dalam sirkulasi.

3) Regurgitasi dan Muntah

Regurgitasi dan muntah disebabkan oleh hipoksia selama

anastesi.

4) Hipotermia

Gangguan metabolisme mempengaruhi kejadian hipotermia, dan

karena efek obat-obatan yang dipakai. Anestesi mempengaruhi

ketiga elemen termoregulasi yang terdiri atas elemen input aferen,

pengaturan sinyal di daerah pusat dan juga respons eferen, selain

itu dapat juga menghilangkan proses adaptasi serta mengganggu

mekanisme fisiologi pada fungsi termoregulasi yaitu menggeser

batas ambang untuk respons proses vaso konstriksi, menggigil,

vaso dilatasi, dan juga berkeringat.

5) Gangguan faal lain

Diantaranya gangguan pemulihan kesadaran yang disebabkan

oleh kerja anestesi yang memanjang karena dosis berlebih,

penderita syok, hipotermi, usia lanjut dan mal nutrisi sehingga

sediaan anestesi lambat dikeluarkan dari dalam darah

23
3. Hipothermia

a. Pengertian Hipothermia

Hipotermia adalah keadaan klinis suhu tubuh subnormal

dimana produksi panas tidak cukup untuk menyediakan energi agar

tubuh berfungsi. Dibawah suhu ini, shivering dan respon otonom tidak

mampu berkompensasi secara komplit tanpa bantuan penghangatan

(Miller, 2010). Hipothermia didefinisikan sebagai suhu tubuh < 36 ̊C

dan sering terjadi selama anestesi dan pembedahan sampai dengan

tahap kembalinya kesadaran di ruang pemulihan.

b. Faktor Penyebab Hipothermia

Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipotermia pasca

operasi menurut Mangku dan Senapathi (2010) sebagai berikut :

1) Suhu kamar operasi

Paparan suhu ruangan operasi yang rendah dapat mengakibatkan

pasien menjadi hipotermia, hal ini terjadi akibat dari perambatan

antara suhu permukaan kulit dan suhu lingkungan. Suhu kamar

operasi selalu dipertahankan dingin (20ºC –24ºC) untuk

meminimalkan pertumbuhan bakteri.

2) Luasnya luka operasi

Kejadian hipotermia dapat dipengaruhi dari luas pembedahan

atau jenis pembedahan besar yang membuka rongga tubuh, misal

pada operasi ortopedi, rongga toraks.

3) Cairan

24
Faktor cairan yang diberikan merupakan salah satu hal yang

berhubungan dengan terjadinya hipotermi. Pemberian cairan

infus dan irigasi yang dingin (sesuai suhu ruangan) diyakini dapat

menambah penurunan temperatur tubuh (Madjid, 2014).

4) Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan

suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Secara

biologis, Depkes (2009) membagi golongan usia menjadi masa

balita (0-5 tahun), kanak-kanak (5-11tahun), remaja awal (12-16

tahun), remaja akhir (17-25 tahun), dewasa awal (26-35 tahun),

dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), lansia

akhir (56-65 tahun), manula (65 sampai ke atas). Harahap (2014),

menyebutkan pasien lanjut usia (lansia) termasuk ke dalam

golongan usia yang ekstrem, merupakan risiko tinggi untuk

terjadi hipotermipada periode perioperatif.

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Metabolisme seseorang dipengaruhi oleh ukuran tubuh yaitu

tinggi badan dan berat badan yang dinilai berdasarkan indeks

massa tubuh yang berdampak pada sistem termogulasi (Guyton,

2008). Pada orang yang gemuk memiliki cadangan lemak lebih

banyak akan cenderung menggunakan cadangan lemak sebagai

sumber energi dari dalam, artinya jarang membakar kalori dan

25
menaikkan heart rate (Indriati, 2010). Parameter yang berkaitan

dengan pengukuran IMT, yaitu:

1) Berat Badan

Berat badan adalah salah satu parameter massa tubuh yang

digunakan yang dapat mencerminkan jumlah zat gizi. Untuk

mengukur IMT, berat badan dihubungkan dengan tinggi

badan (Proverawati & Kusuma, 2010).

2) Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan

dapat merefleksikan pertumbuhan skeletal (Proverawati dan

Kusuma, 2010).

6) Jenis Kelamin

Jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan

laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Pada penelitian

Harahap (2014), mendapatkan hasil bahwa kejadian hipotermi

lebih banyak terjadi pada perempuan yaitu 51,2% dibanding laki-

laki.

7) Obat anestesi

Pada akhir anestesi dengan thiopental, halotan, atau enfluran

kadang-kadang menimbulkan hipotermia sampai menggigil. Hal

itu disebabkan karena efek obat anestesi yang menyebabkan

gangguan termoregulasi (Aribowo, 2012).

8) Lama operasi

26
Lama tindakan pembedahan dan anestesi bepotensi memiliki

pengaruh besar khususnya obat anestesi dengan konsentrasi yang

lebih tinggi dalam darah. Induksi anestesi mengakibatkan

vasodilatasi yang menyebabkan proses kehilangan panas tubuh

terjadi secara terus menerus. Durasi pembedahan yang lama,

menyebabkan tindakan anestesi semakin lama pula dan

menyebabkan efek akumulasi obat dan agen anestesi di dalam

tubuh sebagai hasil pemanjanan penggunaan obat di dalam tubuh.

Pembedahan pada pasien dengan pembedahan besar, seperti

operasi abdomen dan thorax, dengan durasi yang lama, akan

menambah waktu terpaparnya tubuh dengan suhu dingin (Depkes

RI, 2009).

9) Jenis operasi

Jenis operasi besar yang membuka rongga tubuh, misal pada

operasi rongga toraks, atau abdomen, akan sangat berpengaruh

pada angka kejadian hipotermia.

c. Klasifikasi Hipotermia

Hipotermia menurut Suswita (2019) hipothermia adalah

penurunan suhu tubuh yang berada dibawah batas normal fisiologis,

yaitu 36 C, dapat dapat diklasifikasikan sebagai ringan, yaitu suhu

tubuh antara 32ºC-36°C, hipothermia sedang yaitu suhu tubuh

antara 28ºC-32ºC, dan hipothermia berat, yaitu suhu tubuh antara (<

28°C). Pada kondisi hipothermia berat, pasien rentan mengalami

27
fibrilasi ventrikular, penurunan kontraksi miokardium koma, nadi

sulit ditemukan, tidak ada reflek, apnea, dan oliguria.

B. Kerangka Konsep

Kerangka teori ini disusun dengan modifikasi konsep-konsep yang

diuraikan di atas. Adapun kerangka teori penelitiannya sebagai berikut :

Anastesi

Anastesi umum Anastesi regional Anastesi lokal

Sirkulasi Gangguan faal lain


Spinal anastesi

Pernapasan Regurgitasi dan


Hipothermia muntah

Suhu kamar operasi IMT

Luas luka operasi Jenis kelamin

Cairan Obat anastesi

Usia Jenis Lama operasi


operasi

28
Gambar 1. Kerangka konsep menurut Potter, Perry. (2010), Harahap (2014),
Mangku dan Senapathi (2010)

C. Kerangka Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat

Tindakan spinal Hipothermia


anestesi

Variabel
pengganggu
Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Hipothermia :

1. Suhu kamar operasi

2. Luas luka operasi

3. Cairan

4. Obat anastesi

5. Jenis operasi

6. Usia

7. Jenis kelamin

8. IMT

9. LamaGambar
operasi2. Kerangka Penelitia

29
Keterangan :

: diteliti

D. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia pasca operasi

di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

Cross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan sebab

akibat antara dua variabel pada suatu situasi atau sekelompok subyek yang

dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini alasan yang mendasari peneliti menggunakan

pendekatan kuantitatif karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

data angka sebagai alat menentukan suatu keterangan tertentu, sehingga

pendekatan penelitian yang paling tepat digunakan adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari penggunaan data, penafsiran terhadap data

tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian juga pemahaman akan

kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik,

bagan, gambar atau tampilan lain. Penelitian ini akan menggunakan data dari

pasien pasca tindakan spinal anastesi dengan tehnik observasi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui hubungan spinal anestesi dengan kejadian

hipothermia pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit

JIH Yogyakarta.

31
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan yang akan dilaksanakan

pada bulan Mei 2020 sampai dengan bulan Juni 2020 di Ruang Pemulihan

Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai

karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2011). Populasi penelitian ini adalah

pasien pasca tindakan spinal anastesi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi

Rumah Sakit JIH Yogyakarta.

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo 2012). Tehnik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah menggunakan Consecutive Sampling, yaitu pengambilan sampel

diambil dari pasien pasca tindakan spinal anastesi di Ruang Pemulihan

Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta, dengan kriteria sebagai

berikut :

a. Kriteria Inklusi:

Pasien pasca operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi

b. Kriteria Eksklusi :

Pasien dengan gangguan pasca anastesi selain hipothermia

32
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah dari subjek

ke subjek lain (Sastroasmoro, 2011). Variabel penelitian ini terdiri dari tiga

variabel, yaitu :

1. Variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab atau berubahnya variabel

terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pasca tindakan spinal

anastesi.

2. Variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada penelitian ini adalah

kejadian hipothermi pasca tindakan spinal anastesi.

3. Variabel pengganggu, yaitu secara kongkrit pengaruhnya tidak kelihatan,

tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi hubungan antara variabel bebas

dan terikat yang sedang diteliti. Oleh karena itu pada penelitian ini variabel

pengganggu tidak diteliti, akan tetapi dikesampingkan. Variabel

pengganggu pada penelitian ini adalah faktor-faktor yang penyebab

terjadinya hipothermia pasca tindakan spinal anestesi, yaitu sebagai berikut:

a. Suhu kamar operasi

b. Luas luka operasi

c. Cairan
d. Obat anastesi
e. Jenis operasi
f. Usia
g. Jenis kelamin
h. IMT
i. Lama operasi.

33
E. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Kategori

Pasca tindakan Adalah responden Lembar Nominal 1. Ya

spinal anestesi pasca operasi observasi dikotomi


2. Tidak
dengan tindakan

spinal anestesi

Kejadian Yaitu hasil dari Lembar Nominal a. Hipot

Hipothermi pengukuran suhu badan observasi dikotomi hermia

a pasien dengan cara (<36º C)

meletakkan b. Tidak

termometer digital di hipothermi

dahi pasiean, dan a (>36ºC)

segera diketahui

langsung ( dalam

satuan derajat celcius)

segera setelah pasien

dibawa di ruang

pemulihan

Tabel 3.1 Definisi Operasional

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan dalam

pengukuran hubungan spinal anestesi dengan kejadian hipothermia pasca

operasi di Ruang Pemulihan Kamar Operasi Rumah Sakit JIH Yogyakarta

34
adalah sebagai berikut :

1. Lembar observasi

Lembar observasi yang digunakan yaitu : biodata responden, usia, jenis,

kelamin, jenis tindakan anestesi, catatan suhu tubuh, serta catatan checklist

terjadi hipothermia atau tidak (Mubarokah, 2017).

2. Termometer digital

Alat termometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh pasien pasca

tindakan spinal anestesi.

G. Tehnik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

(Notoatmodjo, 2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Metode observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi merupakan

metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek

penelitian yang dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung

(Notoatmodjo, 2012). Pengamatan adalah suatu prosedur yang terencana,

antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencabut sejumlah taraf

aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan

masalah yang diteliti. Dalam penelitian, observasi yang dilakukan adalah

observasi partisipatif partial (sebagian), dimana peneliti hanya mengambil

35
bagian pada kegiatan-kegiatan tertentu saja (Notoatmodjo, 2012).

2. Metode pengukuran

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui nilai kuantitatif dari suatu variabel

yang diteliti. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah

pengukuran suhu tubuh dengan termometer dan penghitungan IMT pasien.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas dilakukan

untuk mengetahui sejauh mana alat ukur mampu menunjukkan korelasi

antara butir-butir pertanyaan dalam suatu penelitian. Pengujian validitas

menggunakan teknik korealsi pearson product moment dengan

menggunakan taraff signifikansi p value < 0,05 dan atau Confidence

Interval (CI) tidak mencakup angka satu (Sunyoto, 2013). Pada penelitian

ini akan dilakukan uji validitas di lokasi yang berbeda.

2. Reliabilitas

Reliabilitas memberikan nilai yang sama atau hampir sama pada

penelitian yang dilakukan berulang-ulang (Sastroasmoro, 2011). Suatu

pertanyaan dalam kuesioner dikatakan reliabel apabila diujicobakan dari

suatu kondisi ke kondisi yang lain hasilnya konsisten, dan ini merupakan

syarat penting suatu penelitian, sehingga berdasarkan hal tersebut diatas

maka kuesioner ini diuji reliabilitas untuk mengetahui tingkat

36
konsistensinya (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas penelitian

menggunakan Alpha Cronbach, yaitu dikatakan signifikan apabila nilai

Alpha Cronbach lebih dari 0,6 (Sunyoto, 2013). Pada penelitian ini tidak

belum dilakukan uji reliabilitas karena hanya observasi kepada responden

pasca spinal anestesi.

I. Tehnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dan dianalisis dengan

komputer, yang terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat

dilakukan untuk memperoleh gambaran umum karakteristik responden dan

setiap variabel, yaitu usia, jenis kelamin, lama operasi dan IMT pasien

dalam penelitian dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya dalam

bentuk tabel, kemudian analisis dilakukan dengan menggunakan

komputerisasi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah metode analisis terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo,2012). Analisis bivariat

menggunakan metode Chi Square, untuk melihat faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipothermia pasca tindakan spinal anastesi.

37
Tingkat kepercayaan yang digunakan 95% dan p value < 0,05, yang artinya

hipotesis diterima jika p value < 0,05 dan atau Confidence Interval (CI) tidak

mencakup angka satu. Analisa untuk mengetahui nilai Rasio Prevalens (RP)

dengan tingkat signifikan atau nilai probabilitas antara variabel bebas dan

variabel terikat menggunakan α= 5% dan Confidence Interval (CI) 95%

(Sastroasmoro, 2011). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

program aplikasi statistik. Hasil pengolahan dan analisis data dilakukan

dengan menyusun uraian, dilengkapi dengan penjelasan serta penyajian

dalam bentuk tabel dari masing- masing faktor yang diteliti.

J. Rencana Jalan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni

2020, pengumpulan data dilakukan sendiri tanpa asisten. Sedangkan jalan

penelitian ini akan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap persiapan :

a. Penyusunan proposal

Meliputi menentukan judul, menentukan subjek penelitian dan lokasi

penelitian, mengajukan permohonan ijin studi pendahuluan, menyusun

rencana penelitian, mengadopsi instrumen penelitian serta mengatur

rencana jadwal penelitian beserta rencana anggarannya, kemudian dari

setiap kegiatan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing I dan II.

Setelah proposal disetujui dosen pembimbing I dan II, kemudian

dilakukan ujian proposal, dan disempurnakan dengan revisi atas dasar

38
masukan dari tim penguji proposal.

b. Perijinan

Mengajukan permohonan surat ijin penelitian dari STIKES Guna

Bangsa Yogyakarta ditujukan kepada Rumah Sakit JIH Yogyakarta,

kemudian surat ijin diterbitkan dan melapor kepada Managemen RS

JIH Yogyakarta.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai jadwal yang sudah ditentukan

(jadwal terlampir). Tahap ini dimulai dari peneliti menemui responden dan

menjelaskan maksud serta tujuan penelitian ini, apabila responden

menyetujui, kemudian dilanjutkan dengan penandatangan inform concent,

selanjutnya peneliti langsung melakukan observasi langsung kepada

responden pada saat pasca dilakukan tindakan spinal anastesi di Ruang

Pemulihan Kamar Operasi RS JIH Yogyakarta. Selain itu peneliti akan

melakukan pengukuran suhu tubuh dan IMT sesuai penelitian, kemudian

dilakukan pengumpulan data.

3. Tahap pengolahan data

Beberapa tahap yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah :

a. Editing, yaitu proses memeriksa kembali data yang telah terkumpul dari

responden untuk melihat jawaban yang sudah terisi lengkap atau belum.

b. Coding, yaitu memberikan kode pada setiap jawaban dengan angka

ataupun kode laintertentu. Coding juga dilakukan pada inisial

responden penelitian.

39
c. Scoring, yaitu pemberian nilai atau harga berupa angka pada jawaban

pertanyaan untuk memperoleh data kuantitatif. Pada penelitian ini

dilakukan scoring atas faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipothermia pasca tindakan spinal anastesi.

d. Tabulating, yaitu penyusunan data berdasar tabel-tabel pada masing-

masing aspek. Pada penelitian ini penyajian data dalam bentuk dammy

tabel sebanyak tujuh buah, yang akan digunakan untuk hasil analisis

univariat dan bivariat.

e. Analisis data, tahap ini merupakan rangkaian dari keseluruhan

prosespenelitian. Analisa data pada penelitian ini menggunakan Chi

Square dengan tingkat kemaknaan 95% dan nilai signifikansi <0,05,

kemudian diambil kesimpulan akhir. Pengolahan data dengan cara

komputerisasi. Pemeriksaan hasil pengukuran dengan menggunakan

program Microsoft Excel dan program aplikasi statistik.

4. Penyusunan laporan

Tahap ini merupakan akhir dari proses penelitian, kemudian hasilnya

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing I dan II untuk kesempurnaan

laporan penelitian.

5. Pendadaran (Sidang Skripsi)

Seluruh hasil penelitian akan dipresentasikan kepada penguji skripsi dan

akan mendapat koreksi dan masukan dari tim penguji agar penelitian lebih

sempurna.

6. Revisi

40
Setelah sidang skripsi dan mendapatkan masukan koreksi dari tim penguji,

maka penelliti melakukan revisi demi kesempurnaan hasil penelitian.

7. Pengumpulan laporan

Setelah dilakukan revisi dan ditandatangani tim penguji serta mengetahui

Kaprodi Stikes Guna Bangsa, maka dilakukan penjilidan, digandakan

berupa hardcopy dan softcopy dalam bentuk CD, kemudian dikumpulkan di

STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.

K. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut (Loiselle et

al., (2004) dalam Palestin (2007) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait

dengan rinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu

termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti memperhatikan

41
hak-hak dasar individu tersebut.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperi

kemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,

kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

42
DAFTAR PUSTAKA

Aribowo, N. K. (2012). Hubungan Lama Tindakan Anestesi dengan Waktu Pulih


Sadar Pasien Pasca General Anestesi di IBS RSUD Muntilan Magelang.
Skripsi. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Brunton, L., Keith L., Blumenthal, Donald, K., Lain L.., (2011), Goodman &
Gilman: Manual Farmakologi dan Terapi, (diterjemahkan oleh: Elin Yulinah
Sukandar dkk), Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Danang, Sunyoto. 2013. Metode Penelitian Akuntansi. Bandung : PT. Refika
Depkes RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta

Fajar. K. (2018). Efek Samping dan Komplikasi yang Mungkin Timbul Dari Obat
Anestesi . https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/dampak-dan-efek-
samping-obat-anestesi/ diakses pada tanggal 2 Maret 2020

Fauzi Rahimah, Yulianti.( 2014). Gambaran Kejadian Menggigil (Shivering) pada


Pasien Dengan Tindakna Operasi Yang Menggunakan Anastesi Spinal Di
RSUD Karawang periode Juni 2014. Jurnal Vol 1, No 2, Prosiding
Pendidikan Dokter (Agustus, 2015)
Fauzi, N. A. (2014). Gambaran Kejadian Menggigil (Shivering) pada Pasian
dengan Tindakan Operasi yang Menggunakan Anestesi Spinal di RSUD
Karawang Periode Juni 2014. Jurnal Prosiding Pendidikan Dokter
Guyton, A. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran.Jakarta.
Hanifa, A (2017). Hubungan Hipotermi Dengan Waktu Pulih Sadar Pasca General
Anestesi Di Ruang Pemulihan RSUD Wates Yogyakarta. Skripsi. Poltekkes
Yogyakarta
Harahap, A. M. (2014). Angka Kejadian Hipotermia dan Lama Perawatan di IBS
pada Pasien Geriatri Pasca operasi Elektif Bulan Oktober 2011-Maret 2012
di Rumah Sakit Dr.Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif
Volume 2(1) No: 36-44. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Harahap, Kadarsah, Oktaliansah,(20120). Angka Kejadian Hipotermia dan Lama
Perawatan di Ruang Pemulihan pada Pasien Geriatri Pascaoperasi Elektif
Bulan Oktober 2011–Maret 2012 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, JAP. 2014 ; 2(1): 36–44]
Harahap,A, Kadarsah. K, Oktaliansyah.E, (2014). Angka Kejadian Hipotermia dan
Lama Perawatan di Ruang Pemulihan pada Pasien Geriatri Pascaoperasi
Elektif Bulan Oktober 2011–Maret 2012 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin
Bandung, Jurnal Anestesi Perioperatif JAP, Volume 2 Nomor 1, April 2014

43
Hardisman,D (2014). Gawat Darurat Medis Praktis.Yogyakarta.Gosyen
Publishing.

Haryanti L, Hegar B, Pudjiadi AH, Irfan EKB, Thayeb A, Idham A (2013).


Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Pasien Pasca Bedah. Sari
Pediatri; 15: 207-212.
Haryanti, dkk. (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat
di Intalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen
Keperawatan volume 1 no 1 Mei 2013
Hujjatulislam, A. (2015). Perbandingan Antara Penggunaan Asam Amino dan
Ringer Laktat Terhadap Penurunan Suhu Inti Pasien yang Menjalani Operasi
Laparatomi Ginekologi dengan Anestesi Umum. Jurnal Anestesi
Perioperatif 2015, 3(3): 139-45
Indriati, E. (2010). Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi dan
Olahraga. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama.
Keat Sally, et al. (2013). Anaesthesia on The Move. Jakarta : Indeks
Kemenkes RI.( 2013). Riset Kesehatan Dasar. RISKESDAS. Jakarta : Balitbang
Madjid, A. K. I. (2014). Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Shivering
PascaAnestesi Spinal di IBS IBS RSUD I La Galigo Kab. Luwu Timur
SulawesiSelatan. Skripsi .DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Mahalia, S. M. (2012). Efektivitas Tramadol Sebagai Pencegah Menggigil Pasca
Anestesi Umum. Skripsi S1 Kedokteran Umum Uniersitas Diponegoro
Semarang
Majid, dkk.(2011). Keperawatan Perioperatif. Gosyen Publishing: Yogyakarta

Makarim. RF. (2019). Ini Jenis-Jenis Anestesi yang Perlu Diketahui.


https://www.halodoc.com/jenis-jenis-anestesi-yang-perlu-diketahui diakses
pada tanggal 2 Maret 2020

Mangku Gde, Senapathi TGA. (2009).Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta:

Mangku, G., &Senapathi, T. G. A. (2010).Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta:


PT. Indeks
Mangku, Senapathi,(2010). Buku Ajar Ilmu Anestesi dan Reanimasi. Jakarta: PT.
Indeks
Mashitoh.D, Mendri. NK, Majid,. A (2018). Lama Operasi Dan Kejadian Shivering
Pada Pasien Pasca Spinal Anestesi. Jurnal Keperawatan Terapan, Volume
4, NO. 1, MARET 2018: 14-20
Miller, C.,(2010). Factors Affecting Blood Pressure and Heart Rate. Available

44
from:http://www.livestrong.com/article/196479factorsaffectingbloodpressu
re- heart-rate/ diakses tanggal 28 Januari 2020
Mubarokah, Endarwati, Dewi. (2017). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan
Hipotermi Pasca General Anestesi di Instalasi Bedah Sentral (IBS)
RSUD Kota Yogyakarta. Skripsi. Poltekkes Yogyakarta.
Nainggolan D.H.(2014). Perbandingan Anestesi Spinal Menggunakan Ropivakain
Hiperbarik 13,5 mg Dengan Ropivakain Isobarik 13,5 mg Terhadap Mula
Dan Lama Kerja Blokade Sensorik. Jurnal Anestesi Perioperatif JAP.
2014;2(1): 45–54. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah
Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
Notoatmodjo,(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Palestin, B. (2007). Model Kemitraan Keperawatan Komunitas dalam
Pengembangan Kesehatan Masyarakat. Diambil pada tanggal 12 Januari
2020 dari http//bondankomunitas.com
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta : EGC
Pradita, N. A & Jadmiko, A. W. (2016). Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik
Terhadap Tekanan Darah Dan Denyut Jantung Pasien Pasca Operasi Dengan
Anestesi Umum Di RS Dr. Moewardi Surakarta (Universitas
Muhammadiyah Surakarta). http://eprints.ums.ac.id/ 42065/ diakses tanggal
5 Maret 2020
Proverawati, A., & Kusuma, E. (2010). Ilmu Gizi untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas :
Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC
Sabiston, D. C. 2011. Buku Ajar Bedah.Jakarta : EGC
Sastoasmoro, S., Ismael, S.(2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : Sagung Seto, Jakarta
Sjamsuhidajat R .De Jong. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta : EGC.
Soenarjo,dkk. (2010). Teknik Anestesi Spinal dan Epidural. Semarang: Ikatan
Dokter Spesialis Anestesi dan Reanimasi Cabang Jawa - Tengah ; 2010.
p325-326
Susilowati. (2017). Hubungan Body Massa Index dengan Kejadian Shivering pada
Pasien dengan Anastesi Spinal di RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. Skripsi. Poltekkes Yogyakarta

Suswita (2019). Efektifitas penggunaan electricblanket pada pasien yang


mengalami hipothermia post operasi di instalasi bedah sentral (IBS) rumah
sakit umum daerah palembang bari tahun 2018.Jurnal ilmiah kesehatan
8.48-56.10.35952/jik.v8i1.137

45
World Health Organization (2009). WHO guidelines for safe surgery : safe surgery
saves lives. WHO Press, Switzerland, 2009.

46
LAMPIRAN

Rencana Jadwal Penelitian

Bulan/ Minggu ke
Kegiatan Desemb
er Maret April Mei Juni Juli
Observasi awal
x
Penyusunan proposal
x x x x x
Seminar proposal penelitian
x
Pelaksanaan penelitian dan x
pengolahan data x x x x x x x x x x x
Penyusunan laporan
x x x x x x x x x x x x
Pendadaran
x
Revisi dan Penjilidan
x

47

Anda mungkin juga menyukai