Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No.

1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

STRATEGI KOLABORASI ORANGTUA DENGAN KONSELOR DALAM MENGEMBANGKAN


SUKSES STUDI SISWA

Ariadi Nugraha
Fuad Aminur Rahman
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Ahmad Dahlan
e-mail: ariadi.@bk.uad.ac.id

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel Keluarga merupakan faktor penting dalam pengembangan
Diterima April 2017 kepercayaan diri, akademik dan kesuksesan hidup siswa. Sejumlah
Disetujui Mei 2017 literatur telah menunjukkan bahwa keluarga, termasuk status sosial
ekonomi, keterlibatan orang tua, dan harapan orang tua,
Dipublikasikan Juni
mempengaruhi perkembangan belajar dan pengembangan karir siswa
2017
(Weiser dan Riggio 2010). Oleh karenanya berdasarkan hal diatas
Kata Kunci: konselor sekolah perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan
Kolaborasi, Konselor, interaksi serta kolaborasi dengan orangtua siswa dan berusaha
Orangtua, Sukses mengembangkan persepsi positif tentang siswa dalam hal sukses studi
Studi siswa. Kolaborasi adalah kegiatan dimana terjadi kerjasama antara
Keywords: berbagai pihak dalam mewujudkan tujuan pendidikan, baik pihak
Collaboration, dari dalam maupun dari luar lembaga pendidikan. Kolaborasi dalam
bimbingan dan konseling adalah kegiatan kerjasama antara guru
Counselor, Parent,
BK/konselor dengan sejumlah pihak terkait demi tercapainya tujuan
Successful Study
program layanan bimbingan dan konseling, oleh karenanya perlu
adanya strategi kolaborasi yang baik antara konselor dengan orangtua
khususnya dalam hal mengembangkan sukses studi siswa
Abstract
Family is an important factor in the development of self-confidence, academic
and student life success. Some literature has shown that family background,
including socioeconomic status, parental involvement, and expectations of
parents, influenced the development of students' learning and career
development (Weiser and Riggio, 2010). Therefore, based on the above school
counselors need to consider to improve interaction and collaboration with
parents and trying to develop a positive perception of the students in terms of
the students' success. Collaboration is an activity where there is cooperation
between the various parties in realizing the goal of education, both parties
from both inside and outside the institution. Collaboration in guidance and
counseling is the cooperation activities between BK teacher / counselor with a
number of parties in order to achieve the purpose of guidance and counseling
programs, therefore, need their good collaboration strategy between counselor
and parents, especially in terms of developing successful students study
DOI: http://dx.doi.org/10.24176/jkg.v3i1.1605
© 2017 Universitas Muria Kudus
Print ISSN 2460-1187
Online ISSN 2503-281X

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 128
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

PENDAHULUAN baik dan bermutu. Pengembangan dan


implementasi dari program bimbingan dan
Era bimbingan dan konseling konseling komprehensif berkembang secara
perkembangan menitikberatkan pada cepat di Amerika. Penelitian Martin, Carey,
kolaborasi antara konselor dengan stakeholder dan De Coster (dalam Gysbers 2012)
sekolah, masyarakat, pihak profesional dan menemukan, ”bahwa baru 17 negara bagian
juga orangtua yang berfungsi untuk memiliki model program yang tetap, 24
mengembangkan potensi dan kompetensi negara bagian dalam proses implementasi
siswa. Peserta didik yang bermutu hanya model program, dan 10 negara bagian masih
dibentuk melalui pendidikan bermutu. pada tahap awal pengembangan model.
Menurut Tilaar dalam Juntika (2011) untuk Seiring dengan perkembangan ilmu
mencapai hasil pendidikan yang bermutu, bimbingan dan konseling di Amerika,
diperlukan proses pendidikan yang bermutu. perkembangan program bimbingan dan
Kemampuan yang diberikan melalui proses konseling komprehensif mulai banyak
pendidikan bermutu tidak hanya menyangkut dibicarakan dalam forum ilmiah serta dengan
aspek akademis saja, tetapi juga menyangkut didukung Permendiknas No. 27 Tahun 2008.
berbagai aspek kehidupan yang komprehensif Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008
yakni perkembangan pribadi, sosial, termaktub bahwa salah satu standar
kematangan individu, dan sistem nilai. kualifikasi akademik dan profesional konselor
Pendidikan saat ini menuntut adanya dalam aspek kompetensi sosial yakni
kolaborasi dengan berbagai pihak dalam menguasai kemampuan komunikasi inter dan
berbagai kegiatan pendidikan. Kolaborasi antar profesi dan kolaborasi professional inter
adalah kegiatan dimana terjadi kerjasama dan antar profesi, menyatakan bahwa seorang
antara berbagai pihak dalam mewujudkan konselor perlu untuk melakukan komunikasi
tujuan pendidikan, baik pihak dari dalam dan juga kolaborasi professional inter dan
maupun dari luar lembaga pendidikan. antar profesi. Dengan demikian, maka
Kolaborasi dapat dilakukan dengan sekolah secara sistematis para konselor sekolah harus
itu sendiri, universitas, masyarakat, orang memulai hubungan kolega dengan beragam
ahli, yang memiliki pengaruh positif pada ahli pendidikan dan medis yang menyediakan
pencapaian prestasi peserta didik dan layanan tambahan bagi populasi atau peserta
pengalaman sekolah. Dengan demikian, didik di sekolah. Dalam membentuk
kolaborasi merupakan langkah konkret dan kolaborasi yang baik, memerlukan
sistematis di lingkungan pendidikan yang pemahaman yang jelas mengenai layanan
berdampak langsung pada peningkatan yang diperlukan, serta pengetahuan mengenai
kualitas pendidikan. Bimbingan dan konseling tipe-tipe layanan yang ditawarkan di
sebagai bagian integral proses pendidikan masyarakat. Pada waktu yang bersamaan,
memiliki kontribusi dalam penyiapan SDM profesional yang bekerja dalam agen di
bermutu. Dalam perspektif bimbingan dan masyarakat, departemen kesehatan, pusat-
konseling, peserta didik merupakan individu pusat keluarga, dan organisasi lain perlu
yang sedang berada dalam proses mengetahui peran dan pelatihan konselor
berkembang atau menjadi (becoming), yaitu sekolah. Dengan memperoleh pemahaman
berkembang ke arah kematangan atau timbal balik mengenai peran dan fungsi
kemandirian (Bhakti, 2015). Untuk mencapai profesi masing-masing, maka konselor sekolah
kematangan, individu memerlukan dan para praktisi masyarakat dapat
bimbingan, karena masih kurang memahami mengembangkan hubungan yang
kemampuan dirinya, lingkungannya dan menguntungkan dengan para siswa, guru, dan
pengalaman untuk mencapai kehidupan yang

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 129
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

keluarga seperti halnya hubungan kolaboratif untuk membantu mengarahkan


tersebut. perkembangan siswa di tengah kompleksitas
masalah dan tantangan masa depan,
Hubungan kolaboratif ini tidak terbatas hendaknya memiliki komitmen secara
hanya pada profesional di sekolah dan bersama-sama dengan konselor sekolah.
masyarakat, tetapi juga termasuk dan
mungkin dimulai dengan asosiasi kooperatif PEMBAHASAN
yang diciptakan oleh konselor sekolah dari 1. Hakikat Kolaborasi
keberhasilan program konseling sekolah pada Kolaborasi adalah suatu teknik
setiap tingkat. Dengan demikian, konselor pengajaran dengan melibatkan sejawat
sekolah harus berupaya untuk untuk saling mengoreksi. Kolaborasi
mengembangkan garis komunikasi dengan adalah ajang bertegur sapa dan
rumah, mengundang orangtua untuk bersilaturahmi ilmu pengetahuan. Selain
merencanakan tujuan pendidikan bagi anak itu ada pembelajaran bersama (social
mereka, menawarkan layanan program learning) (Alwasilah, 2007). Salah satu
konseling sekolah, dan bila memungkinkan, prinsipnya adalah bahwa setiap orang
melibatkan orangtua dalam mempelajari memiliki kelebihan tersendiri. Dalam
masalah-masalah kritis anak dan remaja kolaborasi setiap orang dibiarkan
mereka. mengembangkan potensi dan
kesenangannya masing-masing.
Orang tua sejatinya merupakan pendidik Komitmen dan niat masing-masing
utama bagi siswa ketika berada di luar individu menetukan pula keberhasilan
lingkungan sekolah. Orang tua terlibat mereka dalam menjalankan tugas.
dalam proses komunikasi timbal balik Metode ini biasa digunakan utuk melatih
tentang program BK dan perkembangan dan memberdayakan tindakan dalam
peserta didik. Orang tua juga membantu kegiatan belajar mengajar. Seperti halnya
dalam pengumpulan data dan informasi, pada kelas besar, biasanya siswa dibuat
serta membantu kesuksesan layanan BK menjadi kelompok-kelompok kecil untuk
dengan monitoring di luar sekolah. Berbagai berkolaborasi. Dalam setiap
peranan di atas menjadi kontribusi penting kelompoknya, siswa membaca tulisan
dalam penyelenggaraan program BK di hasil menulis teks pidato temannya,
sekolah secara efektif dan efisien kemudian mengoreksinya. Kolaborasi ini
bukan arena untuk mencari kesalahan
Oleh karenanya berdasarkan uraian diatas
orang lain, tetapi untuk belajar dari
maka disini konselor sekolah perlu memiliki
kesalahan-kesalahan itu, kemudian sama-
strategi kolaborasi yang baik serta tepat
sama memperbaikinya supaya kesalahan
antara orangtua khususnya dalam hal
serupa bisa dihindari. Dalam metode
mengembangkan sukses studi siswa di
kolaborasi ini, pendekatan proses lebih
sekolah. Karena keberhasilan studi siswa di
ditekankan
sekolah akan sulit tercapai jika tidak adanya
Metode kolaborasi digunakan sebagai
keterlibatan orangtua dalam perkembangan
kelancaran kegiatan pembelajaran.
anaknya di sekolah.
Keberhasilan guru dalam pembelajaran
Peran orangtua di sekolah adalah ujung bergantung pada metode apa yang
tombak pendidikan dalam mewujudkan digunakan dalam pembelajaran tersebut.
tujuan pendidikan juga untuk Setiap metode pasti ada kelebihan dan
menghantarkan peserta didik memiliki dan kelemahannya.
dapat mengembangkan potensi dan Bimbingan dan konseling kolaboratif
kompetensi diri mereka. Oleh karena itu, adalah suatu proses intervensi konselor
orangtua sebagai navigator yang berfungsi melalui kerja sama dengan kepala

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 130
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

sekolah, guru serta orangtua siswa dalam mempengaruhi sekolah dengan


rangka memberikan layanan kepada menambahkan komponen konseling.
konseli dengan cara mengubah Diharapkan mampu memimpin dan
pandangan, tindakan, dan suasana advokasi bagi karyawan sekolah. Dengan
dirinya, memahami, menyadari, demikian melalui proram kemitraan yang
memaksimalkan dan mengefektifkan selalu terjaga akan membuat pola-pola
potensinya seoptimal mungkin dalam
hubungan kondusif untuk dapat
hubungan kemitraan.
menjangkau dan memperluas layanan
konseling.
Konselor dan pihak yang terlibat
2..Hakikat Kolaborasi Dalam Bimbingan
dalam kolaborasi hendaknya memahami
dan Konseling
secara jelas karakteristik kolaborasi,
Meskipun konselor sekolah memiliki
sehingga memungkinkan pihak-pihak
tanggung jawab utama dalam
yang berkolaborasi berpartisipasi secara
mengembangkan program-program
optimal sesuai dengan tugas, peran dan
komprehensif, namun mereka tidak dapat
tanggung jawab masing-masing. Layanan
memenuhi tantangan global ini tanpa
bimbingan dan outreach counseling hanya
bantuan dan dukungan dari para
dapat tercapai optimal jika terjadi
profesional lain, sistem sekolah, dan
kolaborasi profesional antar guru dan
masyarakat (Bhakti, 2016). Dengan
implementasi layanan harus ditopang
demikian, maka secara sistematis para
oleh manajemen dan kepemimpinan
konselor sekolah harus memulai hubungan
sekolah yang kokoh.” (Surakhmad, 2009).
kolega dengan beragam ahli pendidikan
Koordinasi dan kolaborasi berbagai
dan medis yang menyediakan layanan
tim bertujuan untuk mengatasi masalah
tambahan bagi populasi atau peserta didik
sistemik siswa yang berisiko atau bila
di sekolah (Hidayat, 2013). Dalam
tidak berfungsi secara efektif di sekolah.
Permendikbud 111 Tahun 2014, dijelaskan
Koordinasi dan kolaborasi pekerjaan
bahwa kolaborasi adalah kegiatan
pendidik khusus dan profesional lainnya
fundamental layanan BK dimana konselor
di sekolah untuk; a) memberikan
atau guru bimbingan dan konseling bekerja
dukungan layanan pendidikan sebagai
sama dengan berbagai pihak atas dasar
transisi khusus bagi siswa yang cacat, b)
prinsip kesetaraan, saling pengertian,
selalu mendukung pengembangan
saling menghargai dan saling mendukung.
holistik siswa dengan ketidakmampuan
Semua upaya kolaborasi diarahkan pada
belajar yang berisiko dan kekerasan
suatu kepentingan bersama, yaitu
pemuda (Barr & Parrett, 2009).
bagaimana agar setiap peserta
Mengintegrasikan layanan berbasis
didik/konseli mencapai perkembangan
sekolah dalam menyediakan layanan
yang optimal dalam aspek perkembangan
kesehatan mental di sekolah kesehatan
pribadi, sosial, belajar dan karirnya.
berbasis klinik kesehatan mental, untuk
Kolaborasi dilakukan antara konselor atau
menyediakan one-stop akses. Lebih
guru bimbingan dan konseling dengan
mengintegrasikan layanan dari konselor
guru mata pelajaran, wali kelas, orang tua,
sekolah dengan psikolog sekolah untuk
atau pihak lain yang relevan untuk
mengurangi tumpang tindih.
membangun pemahaman dan atau upaya
Mengkoordinasikan dan kolaborasi
bersama dalam membantu memecahkan
evaluasi iklim sekolah untuk kekerasan,
masalah dan mengembangkan potensi
rasisme, pelecehan seksual, dan aktivitas
peserta didik/konseli. Dalam melakukan
geng, untuk membantu dalam seleksi
kolaborasi konselor memerlukan
guru baru, agar lebih efektif dengan
pengetahuan dan ketrampilan untuk
masalah-masalah disiplin yang
menunjang keterlaskanaan kolaborasi

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 131
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

intern maupun ekstern. Dettmer, Dyck & memastikan bahwa hal ini tidak terjadi
Thurston dalam Hidayat (2013) adalah untuk mempelajari semua hal
menawarkan sudut pandang lain dengan mengenai layanan berdasarkan sekolah
mengajukan pendekatan konsultan sekolah dan para profesional yang menampilkan
kolaboratif (collaborative school consultant) fungsi-fungsi tersebut. Pada waktu yang
yang memerlukan keterampilan bersamaan, konselor mempelajari orangtua
komunikasi fasilitatif konselor, hubungan dan wali siswa di sekolah. Seperti yang
kooperatif dengan personel sekolah, dan telah dijelaskan sebelumnya, kolaborasi
koordinasi layanan yang diperlukan. dengan orangtua dan wali memiliki
Dalam Hidayat (2013) dijelaskan bahwa dampak signifikan terhadap layanan
ada banyak kelompok dan profesional konseling langsung dengan siswa.
yang berkolaborasi bersama sekolah untuk Sekolah memiliki agen utama di
mengembangkan layanan yang efektif bagi masyarakat, tetapi sekolah tidak dapat
para siswa. Kelompok-kelompok ini menawarkan semua layanan manusia yang
diklasifikasikan kedalam dua kategori, diperlukan untuk membantu kota, desa
yakni layanan sekolah dan agen atau lembaga untuk mendidik warganya;
masyarakat. menyediakan perawatan kesehatan, dan
Sekolah dan sistem sekolah terdiri menawarkan layanan dasar untuk
dari sejumlah besar profesional dan meningkatkan kondisi manusia. Misi
sukarelawan yang menyediakan layanan utama sekolah, khususnya misi utama
tak terbatas bagi para siswa, orangtua dan program konseling sekolah adalah untuk
guru. Dalam program-program memastikan perkembangan pendidikan
komprehensif, konselor sekolah semua siswa. Dalam upaya mereka
berinteraksi secara langsung maupun tidak mencapai tujuan ini, personel sekolah
langsung dengan semua kelompok ini. menawarkan sejumlah layanan yang
Memang hal ini bukan merupakan berhubungan seperti konseling, evaluasi
pencapaian yang mudah. Tuntutan waktu psikologis dan layanan sosial. Mereka
seringkali menghambat para konselor menawarkan layanan ini untuk membantu
dalam mencari layanan suportif di balik sekolah dalam misi pendidikan utamanya.
program konseling mereka sendiri. Karena Asumsinya adalah bahwa ketika
peran utama konselor adalah untuk kebutuhan pribadi, masalah kesehatan dan
menyediakan layanan langsung bagi siswa kesulitan belajar siswa teridentifikasi, maka
di sekolah, konselor jarang sekali kemajuan pendidikan siswa dipastikan
menciptakan fokus yang dangkal bagi akan berkembang, dan kesempatan
program mereka, namun sangat keberhasilan siswa dalam hidup dapat
menekankan layanan konseling dan tercapai. Bila layanan yang ditawarkan
konsultasi sendiri dengan siswa. Sebagai oleh sekolah tidak cukup untuk
hasilnya, konselor tidak melakukan memperbaiki masalah siswa dan keluarga,
kolaborasi dan konsultasi dengan agen dan para konselor dan guru beralih kepada
individu yang dapat mendukung layanan- sumber-sumber masyarakat. Karena tidak
layanan tersebut. Pada beberapa kasus, semua masyarakat memiliki layanan yang
kecenderungan untuk mengawasi program mencukupi, maka konselor sekolah
sekolah atau masyarakat, sering menempatkan layanan yang tersedia dan
melewatkan layanan penting yang dapat mengembangkan hubungan profesional
digunakan konselor untuk membantu kolaboratif untuk menguntungkan siswa,
siswa secara langsung dan efektif apabila orangtua, dan guru. Hubungan kolaborasi
dibandingkan dengan melakukannya yang berhasil, sebagian terletak pada
sendiri. Langkah pertama dalam kemampuan sekolah untuk memenuhi

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 132
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

peran dan misinya pada sumber dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar
masyarakat ini, sambil mempelajari peran menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu
agen. Misi utama dari agen masyarakat ”kognitif, afektif dan psikomotorik”.
dan para praktisi pribadi di masyarakat Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah
adalah untuk membantu satu atau lebih aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan,
wilayah layanan manusia. Misalnya, pemahaman, dan penerapan. Prestasi
belajar ditunjukkan dengan skor atau
kebanyakan masyarakat memiliki akses
angka yang menunjukkan nilai-nilai dari
kepada departemen kesehatan yang
sejumlah mata pelajaran yang
menawarkan sejumlah layanan medis dan
menggambarkan pengetahuan dan
program pendidikan kesehatan
keterampilan yang diperoleh siswa, serta
3. Hakikat Sukses Studi untuk dapat memperoleh nilai digunakan
Sukses studi atau keberhasilan studi tes terhadap mata pelajaran terlebih
merupakan suatu indikator untuk dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan
mengetahui sejauh mana kemajuan siswa keadaan tinggi rendahnya prestasi yang
dalam menyelesaikan suatu aktivitas. dicapai oleh siswa. Prestasi belajar sebagai
Keberhasilan belajar yang tinggi hasil dari proses belajar siswa biasanya
menggambarkan bahwa siswa mampu pada setiap akhir semester atau akhir
mencapai tujuan belajarnya, sedangkan tahun ajaran yang disajikan dalam buku
keberhasilan belajar yang rendah laporan prestasi belajar siswa atau raport.
memperlihatkan siswa belum dapat Melihat dari pengertian prestasi atau hasil
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa
Bagi siswa dengan keberhasilan belajar prestasi belajar adalah perubahan tingkah
yang rendah perlu diadakan perbaikan laku yang berwujud perubahan ilmu
agar tujuan dapat tercapai. Sukses studi pengetahuan, keterampilan motorik, sikap
sama halnya dengan prestasi belajar siswa. dan nilai yang dapat diukur secara aktual
Menurut Djalal (2009) bahwa “prestasi sebagai hasil dari proses belajar. Sebuah
belajar siswa adalah gambaran ikhtisar bidang keterampilan utama sedang
kemampuan siswa yang diperoleh dari disediakan, didukung oleh penelitian yang
hasil penilaian proses belajar siswa dalam sedang berlangsung di bidang
mencapai tujuan pengajaran” Prestasi pembelajaran sosial-emosional, bersamaan
belajar merupakan hasil yang telah dicapai dengan strategi dan aktivitas berbasis
dari suatu proses belajar yang telah penelitian yang telah ditemukan untuk
dilakukan, sehingga untuk mengetahui meningkatkan hasil akademik dan sosial
sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak bagi semua siswa. Kunci untuk pelajaran
diperlukan suatu pengukuran. bimbingan di dalam kelas disertakan dan
“Pengukuran adalah proses penentuan disertai dengan panduan spesifik untuk
luas/kuantitas sesuatu” (Nurkancana, bagaimana konselor sekolah dapat
2009). Dalam kegiatan pengukuran hasil menerapkannya, penelitian terbaru telah
belajar, siswa dihadapkan pada tugas, memberikan bukti efektif yang kuat bagi
pertanyaan atau persoalan yang harus siswa yang dipimpin oleh konselor yang
dipecahkan/dijawab. Hasil pengukuran berhasil mendapatkan keterampilan dalam
tersebut masih berupa skor mentah yang menerapkan secara positif prestasi
belum dapat memberikan informasi akademis dan kompetensi sosial dari siswa
kemampuan siswa. Agar dapat (Webb, 2006). Selain itu, konselor sekolah
memberikan informasi yang diharapkan memberikan intervensi tidak langsung
tentang kemampuan siswa maka diadakan untuk meningkatkan kinerja akademis
penilaian terhadap keseluruhan proses siswa seperti mengidentifikasi hambatan
belajar mengajar sehingga akan siswa terhadap keberhasilan akademik dan
memperlihatkan. banyak hal yang dicapai berkolaborasi dengan orang tua, guru dan
selama proses belajar mengajar. Misalnya administrator dan konselor sekolah
pencapaian aspek kognitif, aspek afektif memahami peran mereka dalam

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 133
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

keberhasilan akademik adalah kunci untuk pihak yang penting bagi proses
meningkatkan hasil akademis dan perkembangan siswa berhak
melanjutkan evolusi konseling sekolah menerima layanan bimbingan dan
(Niforos, 2016) konseling.
4..Implikasi Kolaborasi Antara Konselor c) Bagi guru BK/konselor sekolah agar
dan Orangtua meningkatkan lagi kerjasamanya
Orangtua sejatinya merupakan dengan sesama guru di sekolah; agar
pendidik utama bagi siswa ketika berada berusaha memasuki setiap organisasi
di luar lingkungan sekolah. Orang tua profesi BK yang ada; dan agar
terlibat dalam proses komunikasi timbal meningkatkan lagi kerjasama
balik tentang program BK dan dengan tenaga profesi lain (Efendi,
perkembangan peserta didik. Orang tua dkk, 2013)
juga membantu dalam pengumpulan Keluarga adalah tempat lahirnya
data dan informasi, serta membantu benih generasi berkarakter dan sekolah
kesuksesan layanan BK dengan adalah tempat tumbuh kembangnya
monitoring di luar sekolah. Berbagai generasi tersebut. Mengingat peran
peranan di atas menjadi kontribusi orangtua sebagai pendidik terpenting
penting dalam penyelenggaraan program dalam masa tumbuh kembang anak,
BK di sekolah secara efektif dan efisien. maka orangtua adalah mitra sejati bagi
Hal ini mengingat bahwa masing-masing pendidik. Sebagai orangtua, tidak
pihak memiliki kebutuhan tersendiri cukup hanya berdiri di luar pagar
dalam peranannya sebagai stakeholder sekolah mengamati proses pendidikan
bimbingan dan konseling. Jika anak-anak kita dari jauh. Tentu perlu
kebutuhan-kebutuhan berbagai pihak kerja keras dari dua sisi. Kolaborasi
tersebut hendak dipenuhi, ada implikasi yang aktif dan positif antara orangtua
berikut ini yang harus dilakukan, yaitu dan konselor sekolah untuk
sebagai berikut: menyukseskan dan menyelaraskan
a) Keadaan dan kebutuhan pihak-pihak program pendidikan yang
yang memberi sumbangan signifikan dikembangkan sekolah, termasuk
pada perkembangan siswa harus pendidikan budi pekerti anak-anak kita.
dipertimbangkan dan dijadikan Berikut adalah bentuk kolaborasi
dasar untuk merumuskan program orangtua di sekolah (Sukiman dkk,
BK yang realistis. Oleh karena itu, 2016):
orang tua dan warga komunitas 1. Hadir dalam pertemuan dengan
(kelompok masyarakat asal siswa) wali kelas pada hari pertama
sudah harus dilibatka sejaka proses masuk sekolah
asesmen. Keterlibatan mereka dalam 2. Mengikuti pertemuan dengan
hal ini dapat berupa: menjadi wali kelas, minimal dua kali
sumber data yang akurat tentang dalam satu semester
keadaan (latar belakang keluarga, 3. Mengikuti kelas orangtua
latar belakang pendidikan, latar minimal dua kali dalam satu
belakang sosial-ekonomi) dalam tahun
panggilan kebutuhan. 4. Hadir sendiri pada setiap
b) Layanan bimbingan dan konseling pembagian rapor
(guidance services) tidak hanya 5. Hadir sebagi narasumber kelas
disediakan bagi siswa, tetapi juga inspirasi
bagi semua pihak yang akan terlihat
dalam proses tumbuh kembang
siswa. Dengan kata lain, semua

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 134
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

6. Terlibat aktif dan hadir pada tujuan pendidikan, baik pihak dari dalam
acara pentas kelas pada akhir maupun dari luar lembaga pendidikan.
tahun ajaran Program bimbingan dan konseling sekolah
7. Terlibat aktif pada paguyuban juga menekankan adanya kolaborasi. Adapun
orangtua di kelas anak kolaborasi dalam bimbingan itu sendiri
Berbagai kolaborasi orangtua di melibatkan berbagai stakeholder, mulai dari
sekolah tersebut dapat memberikan kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
dukungan serta hal positif bagi koordinator BK, guru BK, guru mata
perkembangan siswa di sekolah, dan pelajaran, wali kelas, staf administrasi, komite
alasan perlu adanya keterlibatan sekolah sampai dengan orang tua. Orang tua
orangtua dalam kegiatan di sekolah sejatinya merupakan pendidik utama bagi
(Sukiman dkk, 2016): siswa ketika berada di luar lingkungan
1.Orangtua dapat lebih memahami dan sekolah. Orang tua terlibat dalam proses
mendukung program sekolah komunikasi timbal balik tentang program BK
2.Orangtua dapat menyelaraskan dan perkembangan peserta didik. Orang tua
kegiatan anak di rumah juga membantu dalam pengumpulan data dan
3.Orangtua dapat saling berbagi dan informasi, serta membantu kesuksesan
menambah pengetahuan dalam layanan BK dengan monitoring di luar
mendukung keberhasilan sekolah. Berbagai peranan di atas menjadi
pendidikan anak kontribusi penting dalam penyelenggaraan
4.Orangtua dapat mengetahui dan program BK di sekolah secara efektif dan
berperan aktif dalam mengantisipasi efisien. Sehingga berbagai keterlibatan
berbagai ancaman yang ada di orangtua di sekolah tersebut dapat
sekitar anak seperti kekerasan, memberikan dukungan serta hal positif bagi
narkoba, pornografi, paham radikal, perkembangan siswa di sekolah.
dan tindakan amoral lainnya
5.Orangtua dapat memberikan masukan DAFTAR PUSTAKA
untuk kemajuan sekolah Alwasilah, Chaedar. (2007). CTL Menjadikan
6.Orangtua dapat mengikuti kemajuan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan
belajar dan memberikan dukungan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning
untuk kemajuan anak Center.
Berikut adalah prinsip kemitraan
Barr, R. D., & Parrett, W. H. (2009). The kids left
keluarga dengan sekolah (Sukiman dkk,
behind: Catching up the underachieving
2016):
children of poverty. Solution Tree Press.
1.Kesamaan hak, kesejajaran, dan saling
menghargai Bhakti, C. P. (2015). Bimbingan Dan Konseling
2.Semangat gotong royong dan Komprehensif: Dari Paradigma Menuju
kebersamaan Aksi. Jurnal Fokus Konseling, 1(2), 93-106.
3.Saling melengkapi dan memperkuat Bhakti, C, Safitri, N & Rahman, F. (2016).
4.Saling asah, saling asih, dan saling Improving Quality Of Education Through
asuh Collaboration System In The Perspective
PENUTUP Of Comprehensive Guidance And
Counseling. Proceeding International
Pendidikan saat ini menuntut adanya Conferences On Education And Training,
kolaborasi dengan berbagai pihak dalam 2016, 1218-1223. Malang: Faculty Of
berbagai kegiatan pendidikan. Kolaborasi Education State University Of Malang
adalah kegiatan dimana terjadi kerjasama
Calvery, Suzannah V., & Jung H. Hyun. (2013).
antara berbagai pihak dalam mewujudkan Sustaining Education Through Enhanced

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 135
Jurnal Konseling GUSJIGANG Vol. 3 No. 1 (Januari-Juni 2017)
Print ISSN 2460-1187, Online ISSN 2503-281X

Collaboration Between Teachers and Webb, L., & Brigman, G. (2006). Student
School Counselors. Educational Research success skills: Tools and strategies for
Journal, Vo. 28, No. 1 & 2, 2013, Hong improved academic and social outcomes.
Kong Educational Research Association. Professional School Counseling, 10(2), 112-
120.
Djalal, M.F. (2009). Penilaian Dalam Pengajaran
Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang Weiser, D. A., & Riggio, H. R. (2010). Family
background and academic achievement: does
Efendi, Gusfar, dkk. (2013). Kompetensi Sosial
self-efficacy mediate outcomes? Social
Guru BK/Konselor Sekolah (Studi
Psychology of Education, 13, 367–383.
Deskriptif Di SMA Negeri Kota Padang).
Jurnal Ilmiah Konseling, Vol. 2, No. 1,
Januari 2013, hlm. 162-166.
Gysbers, N. C. (2012). Developing and Managing
Your School Guidance and Counseling
Program Fifth Edition. Alexandria:
American Counseling Assosiation.
Hidayat, Dede Rahmat. (2013). Bimbingan dan
Konseling Kesehatan Mental Di Sekolah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Juntika. (2011). Membangun Peradaban Bangsa
Indonesia Melalui Pendidikan dan
Komprehensif Bernutu. Pidato Pengukuhan
Prof. Dr. H. Juntika, M.Pd sebagai Guru
Besar/Profesor dalam Bidang Bimbingan
dan Konseling Pada Fakultas Imu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.

Niforos, A. G. (2016). Middle school


counselors' use of academic interventions
to enhance student success (Doctoral
dissertation, Oakland University).

Nurkancana, Wayan dan Sunartana. (2009).


Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.

Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan RI Nomor 111 Tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling Pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.
Sukiman, Safitrie dkk. (2016). Menjadi Orang
Tua Hebat. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan kebudayaan
Surakhmad, Winarno. (2009). Pendidikan
Nasional: Strategi dan Tragedi, Kompas:
Jakarta

Dipublikasikan oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Muria Kudus 136

Anda mungkin juga menyukai