Disusun oleh :
Kelompok 4
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2021
KATA PENGANTAR
1
Segala puji bagi Allah SWT pencipta dan pemilik alam ini, yang telah memberikan
kepada kita berupa rahmat dan nikmat yang begitu besar yakni nikmat sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan Modul Auditing pada “pertemuan 10 Kertas kerja Pemeriksaan”,
“Pertemuan 11 Bukti Audit”, dan pada “ pertemuan 12 Pemeriksaan kas dan setara kas”
ini dengan baik.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar, suri tauladan bagi
seluruh umat Rasulullah SAW. Tak lupa bagi sanak keluarganya, para sahabatnya, dan
kerabatnya serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa kami sampaikan rasa terima kasih kepada Ibu Napisah S.E., M.Ak. selaku
Dosen mata kuliah Auditing yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan bagi kami dan para pembaca.
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Mudah – mudahan makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
Universitas Pamulang khususnya masyarakat luas pada umumnya.
Penulis
PERTEMUAN 10
2
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
1.1 Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan juga disebut sebagai data audit. Standar audit (SA dan SA
Seksi 339) menetapkan bahwa kertas kerja memiliki dua fungsi:
Kertas Kerja Pemeriksaan menurut Sukrisno Agoes adalah Semua berkas-berkas yang
dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari:
a. Pihak Klien : Neraca Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation),
Analisis Umur Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule), Rincian Persediaan (Final
Inventory List), Rincian Utang, Rincian Beban Umum dan Administrasi, Rincian Beban
Penjualan dan Surat Pernyataan Langganan.
b. Analisis yang dibuat oleh Auditor : Berita Acara Kas (Cash Count Sheet), Pemahaman
dan Evaluasi Internal Control termasuk Internal Control Questionnaires, Analisis
penarikan aktiva tetap, analisis mengenai cukup tidaknya allowance forbad debts, working
Balance Sheet (WBS), Working Profit Loss (WPL), Top Schedule, Supporting Schedule,
Konsep Laporan Audit (konsep Audit report) dan Management Letter.
c. Pihak Ketiga : Misalnya jawaban konfirmasi Piutang, Utang, Dari Bank, Dari penasihat
hukum perusahaan. Dalam menjalankan pemeriksaanya (General Audit) KAP harus
berpedoman kepada SPAP, khususnya standard auditing, standard pengendalian mutu,
kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dan aturan etika IAI Kantor Akuntan Publik.
3
Standar audit (SA Seksi 339 Nomor 05) menjelaskan bahwa kuantitas, tipe, dan isi kertas
kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh auditor, namun harus cukup
memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain
yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati.
Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
a.) Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b.) Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c.) Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian
yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menunjukkan
diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.
Kebanyakan Kantor Akuntan Publik mengelola kertas kerja pemeriksaan dalam dua
jenis arsip: permanen dan tahun berjalan. Arsip permanen (permanent files) berisi data
historis mengenai klien yang tetap relevan bagi audit. Di sisi lain, arsip tahun berjalan
(current files) meliputi informasi dan data yang terkait secara khusus pada pemakaian tahun
berjalan.
Contoh informasi yang termasuk alam arsip permanen dan arsip tahun berjalan:
4
pensiun, kontrak serikat kerja, reklasifikasi.
sewa, dan lain lain.
6 Persyaratan penerbitan sahamKertas kerja yang mendukung
dan obligasi. akun laporan keuangan.
7 Hasil prosedur analitis tahun
lalu.
Neraca Saldo
Berita Acara Kas Opname
Rekonsiliasi Bank
Rincian Piutang
Rincian Persediaan
Rincian Utang
Rincian Biaya, dll
Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, harus dipenuhi kriteria
berkut ini:
5
b. Hindari penulisan ulang.
Penulisan ulang seperti halnya menyalin menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya,
risiko salah tulis, ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah
sedapat mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas isi atau pokok
yang menjadi fokus auditor dari hasil analisis bukti audit, misalnya buku besar,dokumen
pendukung dan lain-lain yang disusun dalam kertas kerja audit secara rapi dan lengkap serta
dapat menyediakan informasi yang cukup dalam format yang jelas dan mudah dipahami. Staf
audit di lapangan harus menyadari bahwa pekerjaan mereka akan ditelaah oleh auditor senior
yang menangani klien tertentu ( in charge) yang mempunyai waktu lebih berharga dibanding
asisten tersebut. Kertas kerja audit yang disusun dengan baik memungkinkan untuk selalu siap
ditelaah baik on the spot di lapangan maupun oleh supervisor manajer.
6
1) Sifat dari perkiraan yang diperiksa
2) Prosedur pemeriksaan yang dilakukan
3) Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa
h. Hal-hal tambahan
i. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan index kertas
kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tm pemeriksa yang terlibat dalam penugasan
audit tersebut.
7
pesan klien tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan klien yang
tidak berhak untuk mengetahuinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat
aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai
berikut: “Anggota Kompartemen Akuntan Publik tidak diperkenankan mengungkapkan
informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien”. Seorang auditor tidak dapat
memberikan informasi kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Jika
misalnya seorang akuntan publik akan menjual praktik kantor akuntannya kepada akuntan
publik lain, terlebih dahulu akuntan publik penjual tersebut harus meminta izin dari kliennya,
jika akuntan publik penjual akan menyerahkan kertas kerjanya kepada akuntan publik
pembeli. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana),kemungkinan auditor
diperintahkan oleh hakim untuk mengungkapkan informasi yang tecantum dalam kertas
kerjanya. Tanpa memerlukan izin kliennya, dalam hal ini auditor dapat mengungkapkan
informasi tersebut kepada hakim di pengadilan. Dalam program pengendalian mutu, profesi
akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review ini, kertas kerja
kantor akuntan publik yang satu akan di-review oleh kantor akuntan publik lain, untuk me-
review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku. Dalam peer review ini,
informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan
publik lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja
tersebut.
b. Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang klien, dari
catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas kerja tersebut
sepenuhnya berada ditangan kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi
auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi informasi yang diperoleh auditor dari catatan
klien saja, tetapi berisi pula program audit yang akan dilakukan oleh pihak auditor, maka
tidak semua informasi yang tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.
Terdapat berbagai jenis kertas kerja. Kertas kerja pemeriksaan yang biasa ditemukan
meliputi rencana dan program audit, kertas kerja neraca saldo, analisis dan daftar akun
8
memorandum audit, dan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. Berikut penjelasannya secara
lebih rinci:
Rencana audit berisi strategi yang diikuti auditor dalam melakukan audit. Dokumen ini
menggambarkan pemahaman auditor mengenai klien dan potensi risiko audit. Dokumen ini
berisi kerangka kerja dasar mengenai bagaimana sumber daya audit (jam audit yang
dianggarkan) harus dialokasikan ke berbagai perikatan. Program audit berisi prosedur audit
yang akan dilaksanakan oleh auditor. Secara umum, tiap proses bisnis dan saldo akun
memiki program audit yang terpisah.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam audit karena :
1) Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
3) Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item
laporan keuangan
Kertas kerja analisis akun biasanya memasukkan aktivitas di akun tertentu selama
periode tersebut.
Kertas kerja pemeriksaan harus memasukkan jurnal penyesuaian dan reklasifikasi yang
diidentifikasi oleh auditor atau klien. Jurnal penyesuaian dibentuk untuk mengoreksi salah
saji di catatan klien. Misalnya, jika auditor menemukan bahwa hal-hal persediaan tertentu
telah dinilai dengan tidak benar, jurnal penyesuaian dibukukan di catatan klien maupun
kertas kerja neraca saldo. Jurnal reklasifikasi dibuat untuk menyajikan informasi dengan
benar mengenai laporan keuangan. Jurnal reklasifikasi mempengaruhi akun laporan laba rugi
atau akun neraca, tetapi tidak keduanya. Misalnya, jurnal reklasifikasi mungkin perlu untuk
menyajikan kewajiban lancar dari porsi utang jangka panjang yang akan jatuh tempo.
Kertas kerja pemeriksaan dapat disiapkan baik dalam cetakan maupun secara elektronik.
Banyak auditor saat ini menggunakan komputer pribadi dan memiliki program dokumentasi
elektronik. Baik dokumen yang disiapkan secara manual ataupun elektronik, format dokumen
kertas kerja pemeriksaan biasanya terdiri atas tiga karakteristik umum:
i. Judul
Semua dokumentasi harus memiliki judul yang tepat. Judul harus memasukkan nama
klien, judul kertas kerja, dan tanggal akhir tahun klien.
Dokumen audit harus diorganisasikan sehingga anggota tim audit atau kantor akuntan
dapat menemukan bukti audit yang relevan. Beberapa kantor menggunakan sistem surat-
menyurat; kantor lain menggunakan beberapa jenis sistem penomoran. Misalnya, kertas kerja
umum mungkin diberi label “A”, kertas kerja sistem pengendalian internal “B”, kertas kerja
“C”, dan seterusnya. Jika auditor melakukan pekerjaan audit di satu kertas kerja dan
informasi pendukung didapat dari kertas kerja lain, auditor memberikan referensi silang
(dapat “dihubungkan” dalam perangkat lunak audit) atas informasi di tiap kertas kerja. Proses
pemberian indeks dan referensi silang memberi jejak dari laporan keuangan ke dokumen
10
audit individual sehingga reviewer dapat dengan mudah mengikuti.
Kertas kerja pemeriksaan perlu diorganisasikan sehingga anggota tim audit (dan
lainnya) dapat menemukan bukti audit untuk mendukung tiap akun laporan keuangan.
Meskipun tidak ada panduan khusus yang mendikte bagaimana hal ini harus dicapai. Laporan
keuangan berisi akun dan jumlah yang ditampilkan di laporan audit. Akun ini berasal dari
kertas kerja neraca saldo, yang meringkas akun buku besar umum yang terdapat di setiap
skedul utama. Setiap skedul utama meliputi akun buku besar umum yang merupakan bagian
dari akun laporan keuangan. Jenis kertas kerja pemeriksaan yang berbeda (analisis akun,
daftar akun, konfirmasi dan seterusnya) kemudian digunakan untuk mendukung setiap
akun buku besar umum. Tiap dokumen audit ini diberi indeks dan semua jumlah yang
penting diberi referensi silang di antara dokumen audit.
Kertas kerja pemeriksaan adalah milik dari auditor. Hal ini termasuk bukan hanya
dokumen audit yang disiapkan oleh auditor tetapi juga dokumen yang disiapkan oleh klien
atas permintaan auditor. Auditor harus menyimpan dokumen audit untuk suatu periode yang
wajar dalam rangka memenuhi kebutuhan prakteknya dan kewajiban hukum atas
penyimpanan catatan. Beberapa Kantor Akuntan Pubik menyimpan dokumen audit ke dalam
mikrofilm, sedangkan kantor lain menghancurkannya setelah waktu terpenuhi. Meskipun
auditor memiliki dokumen audit, dokumen tersebut tidak boleh diperlihatkan, kecuali dalam
kondisi tertentu, kepada orang lain dengan persetujuan klien.
11
1.11 Pengarsipan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan
Standar legal dan audit telah lama mengharuskan auditor untuk menyimpan berkas
auditnya untuk beberapa tahun setelah laporan audit diterbitkan. Di Amerika Serikat
misalnya setelah skandal Enron-Andersen, UU Sarbanes-Oxley menerbitkan panduan baru
mengenai pengarsipan dan penyimpanan berkas audit. Arthur Andersen diberi dakwaan dan
tuduhan federal atas pelanggaran hukum untuk menghapus dan menghilangkan kertas kerja
pemeriksaan yang berkaitan dengan audit Enron.
Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut yakni file
permanen dan file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang
diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien di masa
mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang
berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
3. Struktur organisasi
6. Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun,
perjanjian pembagian laba dan bonus
Contoh Kasus :
Permasalahan
12
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada
audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih
sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa
(HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober
2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah
ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan
yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau
24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku
yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral
berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar
Farmasi berupam overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan
sebesar Rp 10,7 miliar. Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul
karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma,
melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices)
pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan
nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31
Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan
penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia
Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan
tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen melakukan
kecurangan tersebut.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan
masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.
Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor
8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di
Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif
berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Sesuai Pasal 5 huruf n
Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka: Direksi Lama PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan membayar sejumlah Rp
1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena melakukan kegiatan
praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.
Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)
untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap
diwajibkan membayar denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan
Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor
Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan
profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan
dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Keterkaitan Akuntan Terhadap
14
Skandal PT Kimia Farma Tbk. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan
pemeriksaan atau penyidikan baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk.
ataupun terhadap akuntan publik Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik
(Hans Tuanakotta dan Mustofa) harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga
yang mengaudit Kimia Farma tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30
Juni tahun 2002. Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan
pencatatan atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans
Tuanakotta Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan.
Sehingga Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat
Akuntansi dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai
kewenangan untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas
keterlibatan akuntan publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia
Farma Tbk. untuk tahun buku 2001. Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik
bertindak secara independen karena mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan
melaporkan adanya ketidakwajaran dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar
Modal 1995 disebutkan apabila di temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam
tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila
temuannya tersebut tidak dilaporkan maka auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada
ketentuan yang mengatur bahwa setiap profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau
ada emiten yang melakukan pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan
penyajian kembali laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan
pencatatan yang mendasar, akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah
mengaudit sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans
Tuanakotta & Mustofa ikut bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai
auditor independen akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya
mengetahui laporan-laporan yang diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.
Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam kasus
dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan milik
15
negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan itu
menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu
telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa
dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya akan
dipublikasikan kepada publik. Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan
Publik Hans Tuanakotta & Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma
juga siap melakukan revisi dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti
ternyata ditemukan kesalahan dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum
pemegang saham luar biasa sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik.
Meskipun nantinya laba bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor
akan tetap menilai bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang
bertanggung jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan laba terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam laporan
keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai tindak pidana
di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa keuangan dan
menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah dilakukan secara tidak
sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun, pelanggarannya tetap ada
karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk bertransaksi. Seperti diketahui,
perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar Rp 132 miliar dalam laporan
keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha Milik Negara selaku
pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan keuangan tersebut.
Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM)
16
menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001. HTM sendiri telah
mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99 milliar. Koreksi ini
dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati para pemegang saham
Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam rapat tersebut,
akhirnya pemegang saham
Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan
publik.
Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak terlepas
dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi yang
menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair. Akuntan sudah
melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan keuangan yang
menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair membuat
pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur profesi akuntan
dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar etika oleh para
akuntan publik.
PEMBAHASAN
Keterkaitan bukti audit pada kasus Kimia Farma di atas adalah bukti yang diperoleh oleh
KAP HTM auditor independen yang memeriksa Kimia Farma telah dimanipulasi oleh
manajemen. Manipulasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan penjualan yang pada
akhirnya akan meningkatkan laba perusahaan. Bukti yang diberikan manajemen berupa
master prices telah digelembungkan nilainya sehingga lebih besar dari yang seharusnya. Hal
tersebut menyebabkan adanya overstated pada penjualan dan laba. Bukti yang didapat auditor
tidak sesuai dengan bukti yang sebenarnya. Dapat dilihat bahwa, bukti audit yang didapat
oleh auditor tidak kompeten. Kompetensi bukti audit berhubungan dengan kualitas atau
keandalan data akuntansi dan informasi penguat. Bukti audit yang kompeten seharusnya
bebas dari kepalsuan dan manipulasi. Selain di sisi bukti audit, sisi professional auditor juga
menjadi issue. Auditor harus professional yaitu cermat dalam melaksanakan tugas audit yang
juga mencakup cermat dalam mengevaluasi bukti. Kemampuan untuk mengevaluasi bukti
audit secara tepat adalah keahlian penting lain yang harus dikembangkan oleh seorang
17
auditor. Evaluasi yang tepat atas bukti membutuhkan pemahaman auditor atas jenis yang
tersedia dan keandalan relatif atau diagnosisnya. Auditor harus mampu menentukan kapan
jumlah yang cukup dari bukti kompeten yang telah didapat dalam rangka memutuskan
apakah kewajaran asersi manajemen dapat didukung.
Di sisi lain, bukti audit juga harus cukup, yaitu cukup dilihat dari segi kuantitas serta
pengambilan sample yang tepat. Pengambilan sample terkait dengan banyaknya populasi
dan karakteristik populasi. Semakin besar populasi semakin banyak bukti yang diperlukan.
Karakteristik populasi ditentukan oleh homogenitas anggota populasi. Semakin homogen
suatu populasi maka jumlah bukti audit yang dipilih lebih kecil dibandingkan dengan
populasi yang heterogen. Dilihat dari kasus Kimia Farma, sample yang diambil belum
sepenuhnya mewakili populasi yang ada sehingga terdapat unit yang tidak disample dan unit
tersebut melakukan kecurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Elder, Randal J., Mark S. Beasley, Alvins A. Arens. 2010. Auditing and Assurance Services: An
Integrated Approach. Pearson Education. New Jersey.
http://palembang.bpk.go.id/?p=759
http://www.kompasiana.com/www.bobotoh_pas20.com/kasus-kimia-farma-etika-
bisnis_5535b4d46ea8349b26da42eb
18
PERTEMUAN 11
BUKTI AUDIT
1.1 Pengertian Bukti Audit
Bukti Audit merupakan dokumen pendukung atas pemeriksaaan yang telah dilakukan
oleh seorang auditor, dimana di dalam bukti audit tersebut meliputi angka-angka yang bersifat
informasi atas laporan keuangan yang akan disampaikan oleh auditor kepada kliennya.
Menurut Mulyadi (2002), “bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.”
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf (2003),
“bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan kesesuian
19
informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.”
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran
keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor
independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal
evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Perusahaan umumnya selalu
menyediakan bukti atas informasi yang diberikan kepada auditor. Bahkan, bukti yang dihadirkan
terkadang berjumlah besar dan bertumpuk antara satu jenis bukti dengan bukti lainnya. Diantara
berbagai bukti yang disediakan seringkali perusahaan menyuguhkan bukti-bukti yang
sesungguhnya tidak relevan dengan maksud dilakukannya audit. Oleh karena itu, umumnya
auditor akan melakukan seleksi terhadap kelayakan bukti audit ini.
Adapun beberapa hal yang umumnya dijadikan dasar oleh auditor untuk mengukur
kelayakan audit evidence adalah sebagai berikut:
Auditor wajib menguasai bidang keilmuan baik teoritis maupun praktis terhadap objek yang
diaudit. Dalam audit hukum, auditor harus menguasai keilmuan bidang hukum. Demikian halnya
dalam bidang audit keuangan, auditor haruslah seorang akuntan publik. Kompetensi tersebut
nantinya akan digunakan oleh auditor melakukan screening secara cepat dan tepat terhadap
laporan keuangan atau dokumen hukum yang disediakan oleh perusahaan. Melalui pertimbangan
profesional, seorang auditor akan dengan mudah menilai mana bukti yang relevan dan bukti non-
relevan.
2. Integritas Manajemen
Terkadang seorang auditor juga menilai track record dari pihak manajemen, bagaimana selama
ini profil mereka, bagaimana tingkat integritas mereka. Ini juga mempengaruhi keyakinan
auditor terhadap segala bukti yang diajukan.
Status badan hukum dari suatu perusahaan juga akan mempengaruhi cara penilaian bukti oleh
auditor. Badan hukum perseroan terbatas tentu akan dinilai lebih detail dibandingkan dengan
badan hukum CV, dan seterusnya.
20
4. Kondisi Keuangan
Dalam audit keuangan, financial condition menjadi faktor yang sangat menentukan apakah
auditor akan menilai secara detail (satu per-satu) bukti yang disodorkan atau hanya melihat
sampel saja. Semakin baik kondisi keuangan yang baik tentu buktinya berbeda dengan ketika
kondisi keuangan perusahaan buruk.
b. Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan persediaan. Bukti
inibanyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksaan langsung auditor secara
fisikterhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva
yangbersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
c. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data untuk membuat
laporankeuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan objek yang diperiksa
dalam auditlaporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akuntansi merupakan objek audit. Objek
audit adalahlaporan keuangan.
d. Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari
pihakketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadapasersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya
karena berisiinformasi yang berasal dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi
sangat banyakmenghabiskan waktu dan biaya.
21
1) Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
menyatakanpersetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
e. Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumber dan
tingkatkepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekening koran bank,
danbermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantung sumber dokumen,
caramemperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dokumen mengacu tingkat
kemungkinanterjadinya kesalahan atau kekeliruan yang mengakibatkan kecacatan dokumen.
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang individu yang
bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening, kondisi, atau kejadian tertentu. Bukti
suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen atau organisasi klien maupun
sumbereksternal termasuk bukti dari spesialis. Representasi tertulis yang dibuat oleh manajemen
merupakanbukti yang berasal dari organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli
teknik yangberkaitan dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang
berasal dari pihakketiga
23
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa
dalam laporan laba rugi diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.
Bukti audit yang kompeten cukup harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan,
pengajuanpertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporankeuangan yang di audit.Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah
menentukan jenis dan jumlah bukti audityang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan
keyakinan yang memadai yang tepat untukdikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yang
memadai bahwa berbagai komponen dalamlaporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan
yang telah disajikan dengan wajar.Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit
dapat dipilah kedalam 4 (empat) subkeputusan berikut ini. Adappun 4 (empat) keputusan
mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan danberapa banyak :
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah dan relevan.
Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pemerolehan bukti tersebut.
Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum mengenai dapat diandalkannya berbagai
macam bukti audit, tergantung pada pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian
yang penting dapat diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,
meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat :
a) Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk tujuan audit
auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan yang lebih daripada bukti
yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
24
b) Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan mengenai
keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c) Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi fisik,
pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan dibandingkan dengan
yang diperoleh secara tidak langsung.
Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat
dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian intern klien,
semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bukti yang berupa informasi
penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
1. Relevansi
Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu. Sebagai
contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunakan untuk menentukan
keberadaan persediaan. Namun, pengamatan fisik persediaan tidak relevan digunakan untuk
menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar dimiliki perusahaan.
2. Sumber
Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang independen
merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini memberikan tingkat keyakinan
keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan dan diperoleh dari dalam perusahaan.
3. Ketepatan waktu
Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut. Ketepatan waktu sangat
penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan rekening laporan rugi laba
terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah cutoff telah dilakukan secara tepat.
4. Objektifitas
Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti subjektif. Dalam
menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus mempertimbangkan
kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan ketepatan proses
pembuatan keputusan dalam membuat judgement.
25
1.6 Prosedur Audit
Adapaun prosedur audit yang digunakan adalah sebagai berikut :Setiap prosedur audit
mendapat satu atau lebih jenis - jenis bukti audit, sebagai berikut :
b. Konfirmasi (confirmation)
c. Dokumentasi (documentation)
f. Rekalkulasi (recalculation)
h. Obsevasi (observation)
Berikut penjelasan dan contoh dari prosedur audit atas jenis bukti-bukti audit :
Konfirmasi Konfirmasi adalah penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independ
enbaik dalam bentuk wawancara maupun tertulis untuk memverifikasi
ketepatandari informasi yang dinyatakan oleh auditor
Dokumentasi Dokumentasi adalah pemeriksaan yang dilakukan auditor atas catatan dan
dokumen auditan untuk membuktikan informasi dalam laporan keuangan
atauyang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan.
Kategori Bukti audit Penjelasan
26
Prosedur Analitis Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan hubungan-
hubungan(korelasi) untuk memperkirakan apakah saldo akun atau data
yang lain telahdisajikan dengan layak
AnalisisTren Analisis kecenderungan adalah dengan membandingkan unsur-unsur utam
(Horisontal) adalam laporan keuangan yang diaudit dengan laporan keuangan
tahunsebelumnya dan menyelidiki perubahan yang signifikan.
Analisis Vertical Menyajikan semua unsur laporan keuangan dalam bentuk persentase
terhadapsebuah dasar yang biasa (common base)
Analisis Rasio Analisis rasio membandingkan hubungan-hubungan antara saldo akun.
27
DAFTAR PUSTAKA
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2, Airlangga, Jakarta, 2006
Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Pemeriksaan Akuntan olrh Akuntan Publik Buku 1 dan 2,
Edisi 6, Selemba Empat, Jakarta, 2013
28
PERTEMUAN 12
PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
1.1. Definisi kas & setara kas adalah sebagai berikut:
a. Menurut sak 1994:
Kas adaah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
perusahaan.
Bank adalah sisa rekening giro perusahaan yang dapat dipergunakan secara bebas guna
membiayai kegiatan umum perusahaan.
b. Menurut sak etap (iai, 2009 : 28)
Bahwa setara kas adalah investasi jangka pendek dan sangat likwid yang dimiliki untuk
memenuhi komitmen jangka pendek dan bukan untuk tujuan investasi dan lainnya.
c. Menurut psak no.2 hal. 2.2 dan 2.3 (iai:2002)
Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening girosetara kas (cash equivalent) adalah
investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan
kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan.
29
a. Merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah diselewengkan. Kas
merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas sehari-hari dapat disamakan
dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas
yang cukup maka perusahaan akan beroperasi dengan lancar terutama dalam kegiatan
pengeluaran kas yang meliputi pembelian barang dan jasa, memiliki harta, membayar
hutang, membiayai operasi serta kegiatan-kegiatan lainnya.
b. Banyak transaksi peusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas.kas dapat
dikatakan merupakan satu-satunya pos yang paling penting dalam neraca. Karena berlaku
sebagai alat tukar dalam perekonomian kita, kas terlihat secara langsung atau tidak
langsung dalam hampir semua transaksi usaha.
Contoh kas:
a. Kas kecil [rupiah/asing
b. Saldo rekening giro di bank [rupiah/asing
c. Bon sementara (iou)
d. Bon kas kecil yang belum direimbursed
e. Cek tunai yang akan di depositokan
Contoh bukan kas:
a. Deposito berjangka (time deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan
b. Check mundur dan check kosong
c. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
d. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik didalam maupun diluar negeri.
Setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan. Pada umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang
memenuhi syarat sebagai setara kas.
Persyaratan setara kas:
a. Investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam jumlah yang telah diketahui (jatuh
tempo dalam waktu ≤ 3 bulan dari tanggal perolehan) tanpa menghadapi risiko perubahan
nilai yang signifikan
30
b. Cerukan (bank overdraft)
c. Dapat dicairkan segera dengan bentuk kas
d. Jatuh tempo pendek, kecil kemungkinan terjadi perubahan nilai akibat perubahan suku
bunga.
1.2. Tujuan pemeriksaan (audit objectives) kas dan setara kas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas
yang dapat dilakukan dengan membuat internal control questioner (icq) dimana atas keyakinan
internal control yang baik akan mempersempit dalam melakukan substantive test. Serta
pemeriksaan terhadap transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-
betul ada dan dimiliki perusahaan (existence) yang dapat dilakukan dengan melakukan cash
opname baik pada cash on hand maupun pada cash on bank pada periode audit.
3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk menggunakan saldo kas dan setara kas.
4. Untuk memeriksa seandainya saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo
tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah bi pada tanggal neraca
dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi tahun
berjalan.
1.3 Pembagian kas dalam perusahaan kas didalam perusahaan dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kas di tangan (kas kecil) dana kas kecil adalah uang kas yang disediakan untuk membayar
pengeluaranpengeluaran yang jumlahnya relatif kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan
cek.
2. Kas di bank dana kas di bank adalah uang kas yang berada di dalam rekening suatu bank yang
digunakan untuk pengeluaran yang jumlahnya relatif besar dan tidak dimungkinkan diberikan
secara langsung dalam transaksi dikarenakan jumlah nominal dan rawannya dari segi keamanan.
Kas dibank selalu berhubungan rekening koran yang dihasilkan oleh bank kepada perusahaan.
Ada 2 metode dalam pencatatan kas kecil yaitu:
1 . Metode imprest dalam sistem ini jumlah rekening dalam kas kecil selalu tetap, yaitu sebesar
yang diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Apabila dan kas kecil
tinggal sedikit dan juga pada akhir periode, kasir kas kecil akan meminta pengisian kembali kas
kecilnya sejumlah jumlah yang sudah dibayar dari kas kecil. Dengan cara ini jumlah uang dalam
31
kas kecil kembali lagi seperti semula. Pengisian kembali pada akhir periode ini perlu dikatakan
agar biaya-biaya yang sudah dibayar dari kas kecil bisa dicatat, karena dalam sistem imprest,
pengeluaran-pengeluaran kas kecil baru dicatat pada saat pengisian kembali.
2. Metode fluktuasi dalam metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara
yang sama seperti dalam sistem imprest. Perbedaannya dengan sistem imprest adalah bahwa
dalam metode fuktuasi, saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi berfluktuasi sesuai dengan
jumlah pengisian kembali dan pengeluaran-pengeluaran dari kas kecil.
1.4 Prosedur pemeriksaan kas dan setara kas
Menurut pendapat soekrisno agoes (2012:169), prosedur pada pemeriksaaan kas dan
setara kas mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Memahami dan mengevaluasi internal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan kas dan bank. Istilah siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-to-grave) membuat
auditor sangat menaruh perhatian terhadapa internal control perusahaan/entitas. Internal control
questionnaire (icq) dapat digunakan sebagai sebuah alat untuk mendapatkan pandangan
terhadap internal control perusahaan. Selanjutnya auditor dapat membuat flowchart dan
penjelasan narrative sebagai tidak lanjut dari proses tanya jawab kepada klien dengan icq
tersebut. Hasil pengujian internal control atas kas dan setara kas akan menentukan luasnya
lingkup uji substantif yang akan dilakukan auditor. Semakin besar resiko internal control suatu
perusahaan, atau dapat dikatakan bahwa internal control perusahaan tersebut tidak berjalan
efektif, maka lingkup uji substantif akan diperluas serta bukti audit yang diperlukan kuantitasnya
menjadi lebih banyak.
2. Membuat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per 31-12-2011), atau
kalau belum selesai,boleh per 31-10-2011 atau 31-11-2011; penambahan mutasi akan diperiksa
kemudian, apakah ada hal-hal yang unusual (di luar kebiasaan) atau tidak. Top schedule adalah
salah satu kertas kerja pemeriksaan (kkp) yang berfungsi sebagai lembar awal yang
menunjukkan hasil pemeriksaan auditor secara umum atau kesimpulan atas pos yang
bersangkutan.
3. Melakukan cash count (perhitungan fisik uang kas)/ kas opname per tanggal neraca, bisa
juga sebelum atau sesudah tanggal neraca. Cash count/kas opname selain dapat digunakan pada
kas besar perusahaan/entitas, dapat dilakukan juga pada petty cash/kas kecil yang dimiliki
32
perusahaan/entitas tersebut, dengan memperhatikan sistem yang digunakan, yaitu imprest fund
system atau fluctuating fund system.
4. Mengirim konfirmasi atau mendapatkan pernyataan saldo dari kasir dalam hal tidak
dilakukan kas opname. Hal ini terkait dengan pertimbangan cost-benefit oleh auditor atas saldo
kas pada cabang perusahaan yang jauh tidak terlalu besar.
5. Mengirim konfirmasi untuk seluruh bank yang dimiliki perusahaan. Surat konfirmasi atas
saldo kas bank biasanya juga berisi jumlah kredit perusahaan tersebut, pendiskontoan wesel
tagih, dan lain-lain.
6. Meminta rekonsiliasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2011), kalau terpaksa,
kalau belum selesai yang desember, dapat diminta untuk tanggal neraca per 31-11-2011.
7. Melakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut. Hal ini dilakukan untuk memeriksa
rekonsiliasi tersebut serta mengusulkan audit adjustment jika terdapat kesalahan.
8. Melakukan pengkajian ulang (review) jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan
perjanjian kredit untuk mengetahui apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki
perusahaan. Pembatasan dapat terjadi karena pembekuan rekening bank yang dimiliki
perusahaan oleh pihak dirjen pajak sehubungan dengan permasalahan pajak perusahaan. Selain
itu juga terdapat kemungkinan pembatasan yang disebabkan oleh pembentukan “sinking fund”
untuk pelunasan obligasi atau ekspansi perusahaan.
9. Memeriksa interbank transfer (transfer antarbank) ± 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal
neraca, untuk mengetahui adanya kitting dengan tujuan window dressing. Kasus kitting dapat
terjadi jika perusahaan memiliki lebih dari satu rekening bank dan perusahaan melakukan
transfer antarbank namun pencatatan pembukuan terkait mutasi pada salah satu bank belum
dilakukan, khususnya mutasi berkurangnya saldo kas bank karena transfer dana. Hal tersebut
menimbulkan overstated yang selanjutnya akan menimbulkan window dressing agar laporan
keuangan terlihat lebih “cantik”.
10. Memeriksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent
collection) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Hal ini dilakukan untuk
memastikan apakah kewajaran angka piutang per tanggal neraca atau terdapat unrecorded
liabilities (kewajiban yang belum tercatat).
33
11. Memeriksa pengakuan dan konversi kas dan setara kas (jika ada) dalam mata uang asing.
Konversi kas dalam mata uang asing harus menggunakan kurs tengah bi per tanggal neraca pukul
16.00 dan mencatat selisih kurs yang timbul akibat konversi tersebut.
12. Memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca dan catatan atas laporan keuangan
(calk), sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia (sak/etap/ifrs). Menurut sak etap
bab 7 tentang laporan arus kas, giro yang mengalami overdraft/cerukan bank akibat kelebihan
penarikan melebihi saldo pada umumnya termasuk aktivitas pendanaan sejenis dengan pinjaman.
Oleh karena itu giro bersaldo kredit perlu direklasifikasi ke dalam pos utang lancar.
13. Membuat kesimpulan di top schedule kas dan setara kas atau memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan cash on bank, setelah seluruh pekerjaan dalam prosedur
pemeriksaan kas dan setara kas pada poin 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) telah dijalankan.
Kesimpulan pada top schedule memberikan gambaran menyeluruh terkait hasil pemeriksaan kas
dan setara kas perusahaan/entitas. Kewajaran atau ketidakwajaran kas dan setara kas
perusahaan/entitas akan menjadi tolok ukur siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-to-grave)
sudah berjalan baik atau belum bagi perusahaan tersebut. Hal tersebut selanjutnya dapat menjadi
masukan dalam management letter kap kepada manajemen perusahaan.
1.5. Membuat KKP
Dalam membuat kertas kerja pemeriksaan (kkp) yang berupa top, supporting schedule
dan test transaksi kita bersumber pada buku besar klien, namun buku besar ini juga perlu
dipastikan kebenarannya.
Buku besar yang kita terima dari klien dapat berbentuk hardcopy yaitu berupa lembaran buku
besar dan atau berbentuk softcopy yaitu berupa disk yang berisi file buku besar tersebut. Jika
buku besar yang kita terima dalam bentuk :
1. Hardcopy dan softcopy, maka tugas kita adalah memeriksa perhitungan saldo (penjumlahan,
pengurangan dan total saldo) yang ada dalam softcopy, memeriksa ketepatan pembukuan (d/k)
dan yaitu yang terakhir adalah memeriksa kecocokan antara softcopy dan hardcopy.
2. Softcopy, tugas kita adalah memeriksa perhitungan saldo (penjumlahan, pengurangan dan total
saldo) yang ada dalam softcopy, memeriksa ketepatan pembukuan (d/k).
3. Hardcopy, maka tugas kita akan lebih sulit karena kita harus menghitung ulang secara manual
atau (sebaiknya) menggunakan computer untuk menghitung kebenaran buku besar tersebut.
34
Akan lebih mudah bagi kita untuk melengkapi kkp kita dengan mendapatkan buku besar dalam
bentuk softcopy, namun pada kenyataanya tidak semua perusahaan dapat memberikan buku
besar dalam bentuk softcopy tersebut mungkin salah satunya dikarenakan perusahaan terkadang
menggunakan aplikasi atau program tertentu sehingga tidak dapat memisahkan atau mengcopy
buku besarnya saja.
Top schedule
Top schedule adalah salah satu jenis kkp yang berfungsi sebagai lembar awal yang
menunjukkan hasil audit kita secara umum tau kesimpulan atas pos yang bersangkutan. Top
schedule ini akan memperlihatkan ; saldo per book (bersumber dari buku besar atau trial balance
klien), audit adjusment (mutasi), saldo per-audit, setelah saldo tahun lalu (bersumber dari kertas
kerja pemeriksaan tahun lalu atau laporan hasil audit tahun lalu).
Supporting schedule
Supporting schedule adalah jenis kkp yang berfungsi untuk mendukung atau menjelaskan
angka-angka yang disajikan dalam top schedule (saldo per-audit). Sehingga antara top dan
supporting schesule harus dilakukan cross index. Bentuk dari supporting schedule sendiri dapat
berbagai macam biasanya setiap kantor akuntan sudah mempunyai bentuk standar, yang intinya
adalah menjelaskan top schedule.
Test transaksi (test of recorded transaction)
Untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern suatu perusahaan, akuntan
publik harus melakukan compliance test atau test recorded transaction. Compiance test (test
ketaatan) adalah test terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan
system dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Dalam melaksanakan compliance test, auditor
harus memperhatikan hal-hal berikut :
A. Kelengkapan bukti pendukung (supporting document)
B. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
C. Otorisasi dari pejabat yang berwenang
D. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/ kredit e. Kebenaran posting ke buku besar dan sub
buku besar.
35
Untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan neraca dan laba rugi, akuntan publik harus
melakukan subtantive test dan analytical review. Subtantive test adalah test terhadap kewajaran
saldo-saldo perkiraan laporan keuangan. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam subtantive
test antara lain :
inventarisasi aktiva tetap
kas opname
36
Audit plan (perencanaan audit) meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah egagement
letter disetujui oleh klien. Isi audit plan mencakup :
1. Hal-hal mengenai klien
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien
3. Rencana kerja auditor
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan.
audit program yang baik mencantumkan :
Tujuan pemeriksaan
Kesimpulan pemeriksaan
Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam melaksanakan
pemeriksaanya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan. Audit
procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan bukti yang cukup untuk mendukung
pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan. Untuk itu diperlukan audit teknik. Audit
teknik merupakan cara-cara untuk memperoleh bahan bukti (audit evidence) seperti konformasi,
observasi, dll.
Resiko audit adalah resiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material. Jenis resiko audit :
a. Resiko bawaan, adalah kerentangan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait.
b. Resiko pengendalian, adalah resiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
C. Resiko deteksi, adalah resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.
Materialitas
37
Materialitas : besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji dalam lk dianggap material jika
pengetahuan atas salah saji mempengaruhi keputusan pemakai laporan. Tingkat materialitas :
1. Jumlah tidak material.
2. Jumlah material tidak mengganggu lk secara keseluruhan.
3. Jumlah sangat material sehingga kewajaran menyeliruh dari laporan dipertanyakan. Konsep
materialitas mengakui bahwa beberapa hal baik, baik secara individual atau keseluruhan, adalah
penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku secara umum di indonesia, sedangkan bebrapa hal lainnya adalah tidak penting.
Berikut akan kita pelajari tatacara pemeriksaan kas di tangan dan kas di bank tahap demi tahap
samapi dengan terciptanya laporan hasil pemeriksaan (kkp) kas dan setara kas. Kkp terdiri dari
tiga bagian yaitu supporting schedule, top schedule dan test transaksi
38
DAFTAR PUSTAKA
Sukrisno agoes, auditing: petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh akuntan publik buku 1 dan
2, edisi 4, salemba empat, jakarta, 2012
Mulyadi, auditing buku 1 dan 2 , edisi 6, salemba empat, jakarta, 2013
Alvin a. Arens, randal j.elder, mark s.beasley, buku 1 dan 2 , airlangga, jakarta, 2006
https://stie-igi.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/audit-i-lesson-ix-pemeriksaan-kas-setara-kas-
11-juni-2020-1.pdf
2012, audit proses pendanaan: kas dan investasi, [online],
(http://zetzu.blogspot.com/2010/12/audit-proses-pendanaan-kas-dan.html, diakses tanggal 2
november 2012).
39