Anda di halaman 1dari 7

TETAPAN PEGAS

Benda akan berubah bentuk ketika didorong, ditarik, dan dipelintir (gaya dan tekanan dari
luar). Elastisitas adalah ukuran jumlah benda yang dapat kembali ke bentuk semula setelah gaya
dan tekanan eksternal ini berheni atau dihilangkan. Sedangkan kebalikan dari elastisitas adalah
plastisitas ketika sesuatu diberikan gaya dan mengalami perubahan bentuk (deformasi) maka
benda tersebut tidak dapat kembali kepada bentuk sebelumnya.

Gambar 1 Deformasi pada Benda

Pegas merupakan benda elastis, gegas merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk
menerima beban dinamis. Pegas juga merupakan benda elastis yang digunakan untuk
menyimpan energi mekanis dimana jika pegas diberikan suatu energi mekanis maka dapat
menyimpan dan melepaskan energy mekanis yang sama besarnya. Pegas tidak bisa dibuat
menggunakan material yang bersifat plastis karena energi mekanik akan hilang setiap kali suatu
benda mengalami deformasi plastis. Setiap benda elastis pun memiliki kapasitas atau batas dari
keelastisitasan nya sehingga ketika benda elastis diberikan tegangan atau gaya yang melebihi
batas elastisitas nya maka akan mengalami deformasi plastis bahkan putus.
Gambar 2 Diagram tegangan dan regangan

Pegas juga dapat berosilasi, osilasi adalah gerak bolak-balik benda yang melalui
titik keseimbangan. Osilasi juga merupakan gerak yang bersifat periodik atau gerak benda yang
berulang sendiri dalam interval waktu yang sama. Dimana pada sistem osilalasi pegas bekerja
gaya balik atau pemulih (restoring force) yang besarnya sebanding dengan jarak dari posisi
setimbangnya. Gaya pemulih cenderung mengembalikan system pada posisi kesetimbangan.

Gambar 3 Osilasi pegas

Semakin besar konstanta pegas nya, semakin kaku materialnya sehingga regangan elastis
yang dihasilkan dari penerapan tegangan yang diberikan lebih kecil. Dengan kata lain, konstanta
pegas adalah gaya yang dibutuhkan atau yang harus diberikan sehingga terjadi perubahan
panjang sebesar satu satuan panjang, dimana satuan konstanta pegas adalah N/m. Dalam
menentukan besarnya konstanta pegas dapat dengan melalui dua metode, yaitu metode statis dan
metode dinamis.

Dalam menentukan konstanta pegas dengan metode statis berlaku Hukum Hooke yang
berbynyi “Semakin besar gaya pegas yang diberikan, maka semakin panjang juga benda pegas
tersebut”.
Gambar 4 grafik linier Hukum Hooke

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam suatu bidang ilmu
fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besar gaya hooke (gaya
pemulih) ini secara proposional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

F = -k x

Dimana: F = Gaya Pemulih (N)

k = konstanta (tetapan) pegas (N/m)

x = jarak simpangan (m)

Dengan cara statis maka akan dapat dilihat pengaruh pertambahan massa terhadap
perubahan panjang pegas yang dimana jika masih dalam batas elastisitasnya akan terlihat linier
pada grafik.

Terdapat beberapa pengecualian dalam Hukum Hooke yaitu:

1. Jika pada suatu pegas diberikan tegangan berlebih yang membuat pegas mengalami
deformasi plastis maka pegas akan berhenti untuk mengikuti hukum Hooke.
2. Pegas berdiameter variable atau tidak sama, seperti pegas kerucut, gaya pada pegas
kerucut akan bervariasi secara non-linier setiap pertambahan gaya yang berarti tidak
mengikuti hukum Hooke.
3. Pegas dengan pich (jarak antar kumparan) variable, pegas dengan pich bervariasi
biasanya digunaka sebagai pegas kompresi dengan diameter konstan.
Menentukan nilai konstanta pegas dengan menggunakan metode dinamis diamati
hubungan massa terhadap periode getaran suatu pegas. Nilai dari konstanta pegas dapat dicari
dengan menurunkan persamaan periode dan frekuensi getaran selaras pada pegas pada saat
terjadi osilasi pegas. Penurunan rumus dalam mencari nilai tetapan pegas melalui metode
dinamis dengan osilasi ialah sebagai beritut:

∑ F=m .a

−k =m .a ( tanda (-) pada nilai k menandakan bahwa pada gaya pegas selalu berlawanan
arah dengan arah gaya yang diberikan F = -k.x)

−k
a= x ...................................................................................................................................(1)
m

Persamaan getaran pegas selaras:

x= A sin ωt

∂x
v= = Aω cos ωt
∂t

a=−ω 2 A sin ωt

a=−ω 2 x ....................................................................................................................................(2)

Substitusikan persamaan 2 dengan persamaan 1

−k
−ω 2 x= x
m

k
ω 2 x=
m


ω=
T

4 π2 k
=
T2 m
m
T 2=4 π 2
k

m

T = 4 π2
k

m
T =2 π
√ k

Sehingga:

4 π2 m
k= ...................................................................................................................................(3)
T2

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pertambahan panjang pegas atau nilai
tetapan pegas (k) yaitu jenis bahan atau kerapatan massa, diameter pegas, jumlah lilitan atau luas
permukaan pegas dan suhu.

 Suhu sangat berpengaruh pada nilai tetapan pegas, pada saat suhu tinggi maka
pegas akan memuai atau merenggang, sedangkan pada suhu rendah pegas akan
merapat, hal ini akan memberikan dampak pada kerapatan massa. Dimana.
semakin tinggi suhu dari pegas maka kerapatan massanya rendah atau bahan
mengalami pergeseran atau dislokasi dan akan mengurangi ketahanannya, maka
nilai konstanta pegas nya kecil dan begitupun sebaliknya. Dimana jika semakin
rendah suhu dari pegas maka kerapatan masanya akan tinggi dan menyebabkan
nilai konstanta pegasnya besar.
 Lilitan pada pegas juga mempengaruhi nilai konstanta pegas, jika lilitannya
semakin banyak maka pegas akan semakin kaku sehingga nilai konstanta pegas nya
semakin tinggi.
 Luas permukaan pegas juga mempengaruhi nilai konstanta pegas, dimana jika
luas penampang semakin besar maka nilai konstanta nya juga semakin besar.
 Diameter pegas, jika semaki lebar diameter pegas maka niai konstanta nya akan
semakin kecil hal ini dikarenakan semakin lebar diameter pegas maka semakin
besar pula daerah pergeseran elemen pegas sehingga menghasilkan pertambahan
panjang yang semakin besar yang akibatnya nilai konstanta pegas semakin kecil.
Selain dapat digunakan secara tunggal, pegas juga dapat digunakan dengan dirangkai atau
digabungkan untuk tujuan dan fungsi yang lain. Dengan kata lain pegas dirangkai dengan tujuan
mendapatkan pegas pengganti dengan konstanta yang sesuai dengan kebutuhan. Adapun
rangkain dari pegas yaitu rangkaian seri dan parallel serta rangkaian campuran.

1. Rangkaian seri pegas

Rangkian seri berfungsi untuk menghasilkan pegas dengan konstanta yang lebih
kecil sehingga pertambahan panjang yang akan dihasilkan pada sistem pegas akan lebih
besar. Untuk dapat menentukan nilai konstanta pegas pada rangkaian seri dapat
digunakan persamaan bertikut:

F total=F1 =F 2=F 3

x total =x 1+ x2 + x 3

F 1 F 2 F3
x total = + +
k1 k2 k3

F F F F
= + +
k seri k 1 k 2 k 3

1 1 1 1
= + +
k seri k 1 k 2 k 3

2. Rangkaian Paralel Pegas


Rangkaian paralel berfungsi untuk menghasilkan pegas dengan konstanta yang
lebih besar sehingga pertambahan panjang yang akan dihasilkan pada sistem pegas akan
lebih kecil. Untuk dapat menentukan nilai konstanta pegas pada rangkaian parallel dapat
digunakan persamaan bertikut:

x total =x 1=x 2=x 3

F total=F1 + F 2+ F 3

F total=k ¿ x total =k 1 x +k 2 x+ k 3 x

k ¿=k 1+ k 2 +k 3

Pada pegas juga terdapat energi potensial elastis apabila pegas tersebut di kompresi
(tekan) atau di regangkan (tarik). Energi potensial elastis adalah energi potensial yang disimpan
oleh deformasi suatu bahan elastis. Energi potensial dari pegas dipengaruhi oleh jarak regangan
pegas dan konstanta pegas itu sendiri. Energi potensial elastis secara matematis dapat ditulis
sebagai berikut:

1
Eelastis = k x 2
2

Dimana: k = konstanta (tetapan) pegas (N/m)

x = jarak simpangan (m)

Anda mungkin juga menyukai