Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Mutu Benih Bibit Ternak
Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Mutu Benih Bibit Ternak
PELAKSANAAN
OPERASIONAL
PENGAWAS BIBIT
TERNAK TAHUN 2015
OPERASIONAL
PENGAWAS BIBIT TERNAK TAHUN
2015
Syukur Iwantoro
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.………………………………….…................ i
DAFTAR ISI ………….………………………...…………........…… ii
ii
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWAN
NOMOR : 1223/Kpts/F/12/2014
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN
OPERASIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK TAHUN 2015
Menetapkan :
KESATU :
Memberlakukan Pedoman Pelaksanaan
Operasional Pengawas Bibit Ternak Tahun
2015 sebagaimana tercantum dalam lampiran
Peraturan ini.
Ditetapkan : Di Jakarta
Pada tanggal : 12 Desember 2014
Syukur Iwantoro
PEDOMAN PELAKSANAAN
OPERASIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
6
kepada kelompok pembibit dan UPTD/BIBD serta peningkatan skill
Wasbitnak dengan pendidikan dan latihan, selain itu keberhasilan
pengawasan sangat terkait erat dengan kinerja para pejabat fungsional
Pengawas Bibit Ternak. Sehingga diperlukan pengawas bibit ternak
yang kompeten dan profesional dalam bekerja.
Agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan baik dan lancar maka
disusun Pedoman Pelaksanaan Pengawas Bibit Ternak sebagai upaya
peningkatan Pengawasan, Pengetahuan dan Keterampilan Sumber
Daya Manusia, sebagai acuan bagi Dinas Provinsi yang membidangi
Peternakan dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
1. Maksud
Maksud pedoman ini sebagai acuan dalam melaksanakan
operasional Pengawas Bibit Ternak sesuai tugas dan fungsinya.
2. Tujuan
a. Meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan
sikap Pengawas Bibit Ternak.
b. Meningkatkan koordinasi Pengawas Bibit Ternak di daerah
dengan pusat maupun antar provinsi dengan Kab/Kota;
c. Meningkatkan tugas dan fungsi Pengawas Bibit Ternak di
lapangan dalam hal pengawasan penerapan prinsip-prinsip
perbibitan (Pedoman Pembibitan yang Baik dan Standar
Nasional Indonesia) di Dinas, Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD/BIBD) Perbibitan dan kelompok pembibit;
C. Keluaran
D. Sasaran
8
3. Pembibitan di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD/BIBD)
4. Kelompok pembibit
E. Pengertian
10
o. Ternak Asli adalah ternak yang kerabat liarnya berasal dari
Indonesia, dan proses domestikasinya terjadi di Indonesia.
F. Ruang Lingkup
1. Peningkatan SDM,
12
BAB III
A. Persiapan
1. Perencanaan operasional
2. Sosialisasi Kegiatan
B. Pelaksanaan
3. Persyaratan Pengawasan
Persyaratan peningkatan fungsi pengawas bibit ternak ini di
tujukan kepada seluruh pejabat fungsional pengawas bibit ternak
terutama di daerah dengan tujuan agar terjaminnya kemanan,
ketersediaan dan kontinyuitas dari bibit ternak yang ada dengan
mengacu kepada GBP (Good Breeding Practice) dan SNI
(Standar Nasionak Indonesia)/PTM dari setiap produk yang telah
di tetapkan.
14
b. Kunjungan dan Pembinaan
Kunjungan terhadap kelompok pembibit dan/atau UPTD/BIBD
dilakukan secara terencana dan kontinyu untuk memberikan
pemahaman dalam penerapan prinsip-prinsip perbibitan.
c. Prasarana dan Sarana
Menyediakan bahan pengawasan seperti alat pelindung diri,
alat ukur, dan buku rekording.
Peningkatan SDM
16
pengawasan (identitas diri), pita ukur, tongkat ukur dan peralatan
lainnya yang mendukung dalam kegiatan pengawasan di lapangan.
B. Indikator Keberhasilan
B. Pelaporan
1. Dinas melaporkan hasil kegiatan kepada Direktur Perbibitan Ternak
dikirim ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan,
Jl. Harsono RM No.3 Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung
C, lantai 8, Jakarta Selatan.
2. Pengawas Bibit Ternak yang melaksanakan kegiatan Operasional
Wasbitnak wajib membuat dan menyampaikan laporan secara
tertulis kepada Koordinator Wasbitnak atau penanggung jawab
kegiatan di Provinsi paling lambat 7 (tujuh) hari setelah kegiatan.
BAB VI
18
PENUTUP
JENDERAL PETERNAKAN DAN
KESEHATAN HEWAN
SYUKUR IWANTORO
NO PROVINSI Rp.
1 Aceh 30.000.000
2 Sumatera Utara 25.000.000
3 Sumatera Barat 75.000.000
4 Riau 30.000.000
5 Jambi 30.000.000
7 Sumatera Selatan 75.000.000
7 Bangka Belitung 50.000.000
8 Bengkulu 50.000.000
9 Lampung 30.000.000
10 Banten 50.000.000
11 Jawa Barat 75.000.000
12 Jawa Tengah 100.000.000
13 Daerah Istimewa Yogyakarta 50.000.000
14 Jawa Timur 100.000.000
15 Bali 25.000.000
16 Nusa Tenggara Timur 75.000.000
17 Nusa Tenggara Barat 50.000.000
18 Kalimantan Barat 50.000.000
19 Kalimantan Timur 75.000.000
20 Sulawesi Tengah 75.000.000
21 Sulawesi Selatan 75.000.000
22 Sulawesi Utara 75.000.000
23 Sulawesi Barat 30.000.000
24 Gorontalo 75.000.000
25 Maluku 50.000.000
26 Papua 75.000.000
20
Kanpus Kementerian Gd. C Lt. 8, Jl. RM Harsono No.3 Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550 Telp. +62.21.7815781 Fax. +62.21.7811385