Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau dikenal dengan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi
adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatantekanan darah diatas normal
sehingga mengakibatkan peningkatanangka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah
fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa olehjantung dan fase
diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali kejantung. Hipertensi hasil
pengukuran mengikuti kriteria JNC VII yaitu bila tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Riskesdas, 2018). Berdasarkan pengertian oleh
beberapa sumber tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Berdasarkan faktor penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua, yakni hipertensi


primer dan sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensisal terjadi pada 90 persen
pada penderita penyakit tekanan darah tinggi. Pada umumnya penyebab hipertensi primer
disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan sedangkan hipertensi sekunder dipicu oleh
suatu kondisi atau penyakit (Kompas, 2020). Gejala yang sering dikaitkan dengan darah
tinggi dan paling umum terjadi yaitu bercak merah pada mata, pusing, sakit kepala, sesak
nafas, muncul darah dalam urine, detak jantung tida beraturan, hidung mengeluarkan darah
atau mimisan, penglihatan buram, rasa cemas yang berlebihan, mual atau muntah, tampak
kebingunan, nyeri didaerah dada, mati rasa atau lemah dibagian lengan, kaki, wajah, dan
area tunuh lainnya dan kejang (Fadila, 2020).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar
orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang  yang terkena hipertensi, dan diperkirakan setiap
tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya (Kemkes RI,
2019). Di Indonesia Provinsi terbanyak yang mengalami hipertensi yaitu Kalimantan
Selatan (44,13%), Jawa Barat (39,60 %) Kalimantan Timur (39,30 %), sedangkan Sumatera
Barat sebanyak 25,16 % (Riskesdas, 2018). Hipertensi peringkat ke 3 penyakit terbanyak di
Sumatera Barat (13,8 %) (Dinkes Sumbar, 2017). Di Sumatera Barat kota terbanyak
penderita hipertensi adalah Sawahlunto (33,30 %) sedangkan Solok Selatan sebanyak 4457
orang (Dinkes Solsel, 2017)

Tindakan yang diberikan pada penderita dapat secara farmakologis dan non farmakologis.
Pengobatan medis dengan penggunaan obat antihipertensi. Obat anti hipertensi yang
dipergunakan salah satunya adalah kaptopril yang merupakan golongan angiotensin
converting enzyme (ACE) inhibitor. Obat ini dipergunakan dikarenakan tidak berpengaruh
pada kecepatan denyut jantung dan curah jantung serta tidak menurunkan aliran darah ke
otak, arteri koroner, maupun ginjal, yang kerjanya menghambat konversi angiotensin I
menjadi angiotensin II yang berakibat penurunan sekresi aldosteron dan penurunan
vasokonstriksi sehingga dapat menurunkan tekanan darah (Raharja dan Tjay, 2003). Namun
sebagian masyarakat beranggapan bahwa obat antihipertensi tergolong mahal.

Tingginya harga obat antihipertensi yang tidak diimbangi oleh daya beli masyarakat, karena
biaya pengobatan dan obat yang sering kaliberlangsung seumur hidup yang justru dapat
menimbulkan beberapa efek samping yang bisa merugikan tubuh pasien hipertensi, seperti
hipotensi, pusing, sakit kepala, mual, letih, batuk kering dan gangguan ginjal ( Crawford,
2011 dalam Izziati & Lutfiani, 2017). Hal tersebut membuat penderita lebih memilih
menggunakan obat tradisional.
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral dan atau
campuran dari bahan - bahan tersebut terolah sederhana atas dasar pengalaman dan
digunakan dalam pengobatan tradisional. Salah satu pengobatan tradisional menggunakan
bawang putih. Bawang putih (Allium sativum) telah banyak digunakan oleh masyarakat
sebagai bahan obat tradisional. Bawang putih (Allium Sativum) merupakan salah satu
bumbu masakan dan memiliki berbagai manfaat untuk mencegah berbagai penyakit
obesitas yang disertai penyakit degeneratif tetapi pemakaian bawang putih hasilnya tidak
langsung instan. Kandungan vitamin dalam umbi bawang putih cukup lengkap yaitu
Vitamin A, Vitamin B1, Vitamin B2 dan Vitamin C. Senyawa yang ada pada bawang putih
adalah aliin. Ketika bawang putih dimemarkan/dihaluskan, zat aliin yang sebenarnya tidak
berbau akan terurai. Akibat dorongan enzim alinase, aliin terpecah menjadi alisin, amonia,
dan asam piruvat. Bau tajam alisin disebabkan karena kandungan zat belerang. Aroma khas
ini bertambah menyengat ketika zat belerang (sulfur) dalam alisin diterbangkan ammonia
ke udara, sebab ammonia mudah menguap. Senyawa alisin berkhasiat menghancurkan
pembentukan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi gejala diabetes dan mengurangi
tekanan darah. Selain alisin, bawang putih juga memiliki senyawa lain yang berkhasiat
obat, yaitu alil. Senyawa alil paling banyak terdapat dalam bentuk dialil-trisulfida yang
berkhasiat memerangi penyakit-penyakit degeneratif dan mengaktifkan pertumbuhan sel-
sel baru.

Berdasarkan penelitian yang sudah diteliti sebelumnya oleh (Junaedi, 2013, dalam
Mohanis, 2015) menyatakan bahwa Senyawa alisin dalam bawang putih berkhasiat
menghancurkan pembentukan pembekuan darah dalam arteri, mengurangi gejala diabetes
dan mengurangi tekanan darah. Berdasarkan hasil uji statistic yang dilakukan oleh Junaedi,
dkk didapatkan adanya penurunan yang sangat signifikan antara tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan terapi seduhan bawang putih pada kelompok intervensi bawang putih,
dimana p value sistol dan diastol =0,000 dengan α 5% (nilai p<0,05) dapat disimpulkan
bahwa terapi seduhan bawang putih sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah baik
sistol maupun diastole. Hal ini dibuktikan oleh penelitan Noviantasari (2009) yang
menunjukkan hasil ada pengaruh (nilai p = 0,001) konsumsi bawang putih terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi di Desa Demangrejo. Hasil yang sama
juga terdapat pada penelitian Izzati & Luthfiani (2017) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh pemberian air rebusan bawang putih terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi di wilayah kerja puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi.

Survey awal yang peneliti lakukan di kabupaten Solok Selatan pada tanggal 10 Oktober
2020 diketahui Puskesmas Lubuk Gadang memiliki 416 orang pasien Hipertensi.
Puskesmas Lubuk Gadang juga termasuk puskesmas yang mengalami peningkatan jumlah
penderita hipertensi tertinggi. Hasil wawancara secara acak pada tanggal 23 Oktober
dengan 7 orang penderita hipertensi, 5 diantaranya mengatakan tekanan darah tinggi sering
kambuh dan tidak rutin minum obat yang diresepkan dokter, 2 orang mengatakan selalu
control dan minum obat secara teratur. Semua penderita mengatakan pernah mencoba obat
tradisional. 6 orang dari 7 pasien hipertensi tersebut mengatakan pernah mencoba
menggunakan remasan daun saledri, 1 orang mengatakan menggunakan jus mentimun.
Semua penderita menjawab tidak tahu cara menggunakan bawang putih sebagai obat untuk
menurunkan hipertensi. Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengaruh Rebusan Bawang putih terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pasien Hipertensi di Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan Tahun 2020.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitin ini adalah “Apakah ada pengaruh Rebusan Bawang
Putih dengan Penurunan Tekanan Darah di Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok
Selatan tahun 2020”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui Pengaruh rebusan bawang putih terhadap
penurunan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan
tahun 2020”
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui rata-rata tekanan darah pasien hipertensi sebelum diberikan rebusan bawah
putih di Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan tahun 2020”
b. Diketahui rata-rata tekanan darah pasien hipertensi sesudah diberikan rebusan
bawang putih di Puskesmas Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan tahun 2020”
c. Diketahui pengaruh Rebusan bawang putih pada pasien hipertensi di Puskesmas
Lubuk Gadang Kabupaten Solok Selatan Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan penulis dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi ilmiah tentang
manfaat bawang putih (Allium sativum) terhadap penurunan Tekanan Darah
penderita hipertensi.
3. Bagi Puskesmas Lubuk Gadang
Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terkait dengan hipertensi.
4. Bagi Asuhan Keperawatan
Dapat memberikan masukan sebagai bahan pertimbangan ilmiah tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dengan terapi herbal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. HIPERTENSI
1. Defenisi
Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah
diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatanangka morbiditas maupun
mortalitas, tekanan darah fase sistolik140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa olehjantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang
kembali kejantung (Triyanto, 2014). Hipertensi juga merupakan faktor utama
terjadinya gangguan kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mengakibatkan gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E-journal keperawatan volume 4 nomor
1, Mei 2016)

2. Penyebab dan Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi


Penyebab hipertensisesuai dengan tipe masing-masing hipertensi, yaitu :
a. Etiologi
1) Hipertensi Esensial
Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab
sekunder dari hipertensi esensial jugatidak ditemukan. Pada hipertensi esensial
tidak ditemukanpenyakit renivaskuler, gagalginjal maupun penyakit lainnya,
genetik serta ras menjadi bagian dari penyebab timbulnyahipertensi esensial
termasuk stress, intake alkohol moderat,merokok, lingkungan dan gaya hidup.

2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui sepertikelainan pembuluh darah
ginjal, gangguan kelenjar tiroid(hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit
parenkimal
b. Faktor Resiko
1) Faktor Yang Tidak dapat di control
a) Jenis Kelamim
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita diketahui
mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria ketika berusia 20-30
tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita ketika berumur 55 tahun,
sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh pada wanita. Hal ini dikaitkan
dengan perubahan hormon pada wanita setelah menopause.

b) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di usia 20-40
tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara cepat. Sehingga,
semakin bertambah usia seseorang maka tekanan darah semakin meningkat. Jadi
seorang lansia cenderung mempunyai tekanan darah lebih tinggi dibandingkan
diusia muda.

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yangberpengaruh terhadap


hipertensi karena denganbertambahnya usia maka semakin tinggi pula
resikomendapatkan hipertensi. Insiden hipertensi meningkatseiring dengan
bertambahnya usia, hal ini disebabkan olehperubahanalamiah dalam tubuh yang
mempengaruhipembuluh darah, hormon serta jantung.

c) Keturunan
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang telah menderita
hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua
cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar dibandingan
dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi.
d) Lingkungan
Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruhterhadap hipertensi. Hubungan
antara stress denganhipertensi melalui saraf simpatis, dengan adanyapeningkatan
aktivitas saraf simpatis akan meningkatkantekanan darah secara intermitten.
e) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan darah. Tingginya
resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah, kemungkinan kurangnya pengetahuan
dalam 14 menerima informasi oleh petugas kesehatan sehingga berdampak pada
perilaku atau pola hidup sehat

2) Factor yang dapat di control


a) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya melakukan aktivitas
sehingga asupan kalori mengimbangi kebutuhan energi, sehingga akan terjadi
peningkatan berat badan atau obesitas dan akan memperburuk kondisi.

b) Kurang Olah Raga


Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk mengurangi peningkatan
tekanan darah tinggi yang akan menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot
jantung untuk terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi
tertentu.

c) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan didalam kandungan
nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah
d) Kosumsi Garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi peningkatan
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram)

e) Minum Alkohol
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam satu cangkir kopi
dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.

f) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan meningkatkan frekuensi
jantung, curah jantung dan resistensi vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan
tekanan darah. Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30 mmHg.
Jika individu meras cemas pada masalah yang di hadapinya maka hipertensi akan
terjadi pada dirinya. Hal ini dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan
mempengaruhi detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah
keseluruh tubuh akan semakin cepat.

3. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering dijumpai
dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus. Berdasarkan
penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014):
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa
penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan antara riwayat keluarga penderita
hipertensi (genetik) dengan resiko menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar
menunjukan stres sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah
lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan
resikonya seperti obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.

b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder


Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang sering terjadi adalah karena tumor kelenjar
adrenal. Garam dapur akan memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor
penyebab.

Table 1. Klasifikasi Tekanan darah Pada orang Dewasa


Kategori Sistolik mmHG Diastolic mmHg
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal Tinggi 130 - 139 85 – 89
Stadium 1 (Hipertensi Ringan ) 140 - 159 90 – 99
Stadium 2 (hipertensi sedang 160 - 179 100 - 109
Stadium 3 (hipertesi berat) 201 atau lebih 120 atau lebih
Sumber (Triyanto, 2014)
Klasifikasihipertensiberdasarkan tekanan darah sistolik dan tekanandarah diastolik dibagi
menjadi empat klasifikasi, klasifikasi tersebutdapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. Klasifikasi berdasarkantekanan darah sistolik dan diastolic


Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Pra hipertensi 120 – 139 80 – 89
Stadium 1 140 149 90 – 99
Stadium 2 ≥ 160 ≥ 100

4. Patofisilogi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darahterletak dipusat
vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat vasomotoryang dihantarkan dalam bentuk
impuls bergerak menuju ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak
melanjutkankeneuron preganglionuntuk melepaskan asetilkolin sehinggamerangsang saraf
pascaganglion bergerak ke pembuluh darah untukmelepaskan norepineprin yang
mengakibatkan kontriksi pembuluhdarah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan
mekanisme sarafyang juga ikut bekerja mengaturtekananpembuluh darah. Mekanisme ini
antara lain :
a. Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin
Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan eksitasipembuluh darah juga
menyebabkan pelepasan norepineprin danepineprin oleh medulla adrenal ke dalam
darah. Hormonnorepineprin dan epineprin yang berada di dalam sirkulasi darahakan
merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi.Faktorseperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi responpembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriktor.
b. Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin
Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecahplasma menjadisubstrat renin untuk
melepaskan angiotensin I,kemudian dirubahmenjadi angiotensin II yang merupakan
vasokonstriktor kuat.Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini
masihmenetap didalam darah

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darahperifer memiliki


pengaruh pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia(Smeltzer & Bare,
2008). Perubahan struktural danfungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikatdan penurunan kemampuanrelaksasi otot polos pembuluh darah
akanmenurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah, sehingga
menurunkan kemampuan aorta dan arteri besar dalammengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatant ahanan perifer.

5. Mekanisme Klinik
Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2012) muncul setelah penderita mengalami
hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain
a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidak
mantap.
b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai mual dan muntah.
c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang diderita.
d. Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat
vasokonstriksi pembuluh darah.
e. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.
f. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan aliran
darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi olehglomerulus.

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namuntanda-tanda klinis seperti


tekanan darah yang menunjukkan kenaikanpada dua kali pengukuran tekanan darah secara
berturutan danbruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta
abdominalisatau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosisatau
aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensisekunder, tandamaupun gejalanya dapat
berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah
sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarnakebiruan,
sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat
dan perspirasi yang sangatbanyak.

6. Komplikasi
Komplikasi pada penderita hipertensimenurut Corwin (2009) menyerang organ-organ vital
antar lain :
a. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infarkmiokard menyebabkan
kebutuhan oksigen pada miokardium tidakterpenuhi kemudian menyebabkan iskemia
jantung serta terjadilahinfark
b. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkankerusakan progresif
sehingga gagal ginjal. Kerusakan padaglomerulus menyebabkan aliran darah ke
unitfungsional juga ikutterganggu sehinggatekanan osmotik menurun kemudian
hilangnyakemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia
c. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas daripembuluh darah di
otak, sehingga terjadi stroke.Stroke dapatterjadi apabila terdapat penebalan pada arteri
yang memperdarahiotak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi
otakberkurang.

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan farmakalogis
Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan
menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Dieretik (hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebihdalam tubuh sehingga
daya pompa jantung menjadi lebihringan
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untukmenghambat aktifitas
saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)


Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkandaya pompa jantung,
dengan kontraindikasi pada penderitayang mengalami gangguan pernafasan seperti
asma bronkial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darahdengan relaksasi otot
polos pembuluh darah
5) Angiotensin Converting Enzyme(ACE)inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zatangiotensinII dengan efek
samping penderita hipertensi akanmengalami batuk kering, pusing, sakit kepala
dan lemas.
6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenispenghambat reseptor
angiotensin II diberikan karena akanmenghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptor
7) Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologisangat penting untuk
mencegah tekanan darah tinggi.Penatalaksanaan nonfarmakologispada penderita
hipertensibertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan caramemodifikasi
faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuaiBody MassIndexdengan rentang 18,5–
24,9 kg/m2. BMI dapat diketahuidengan rumus membagi berat badan dengan tinggi
badan yangtelah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas yang terjadi dapat diatasi
dengan melakukan diet rendah kolesterol kayaprotein dan serat. Penurunan berat badan
sebesar 2,5–5 kg dapat menurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5mmHg.
2) Mengurangi asupan antrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan dietrendah garam yaitu tidak
lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan
mengurangikonsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satusendok teh
setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistoliksebesar 5 mmHg dan tekanan darah
diastolik sebesar 2,5mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan
garammenjadi ½ sendok teh/hari.
3) Batasi kosumsi alcohol
Mengonsumsi alkohollebih dari 2 gelas per hari pada pria ataulebih dari 1 gelas per
hari pada wanita dapat meningkatkantekanan darah, sehingga membatasi atau
menghentikankonsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah
(PERKI, 2015)
4) Makanan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkanjumlah natrium yang
terbuang bersamaan dengan urin.Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali
dalamsehari dapat membuat asupan potassium menjadi cukup. Caramempertahankan
asupan dietpotasium (>90 mmol setara 3500mg/hari) adalah dengan konsumsi diet
tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari Merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderitahipertensi seperti penyakit
jantung dan stroke. Kandunganutama rokok adalah tembakau, didalam tembakau
terdapatnikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karenamempersempit
pembuluh darah dan meningkatkan frekuensidenyut jantung serta tekanan darah.
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanandarah sementara.
Menghindari stress pada penderita hipertensidapat dilakukan dengan cara relaksasi
sepertirelaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol sistem sarafsehingga
menurunkan tekanan darah yang tinggi.

7) Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternative yang menggunakan
minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah
aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan
aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan menurunkan
tekanan darah.
8) Terapi masase
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energidalam tubuh sehingga
meminimalisir gangguan hipertensibeserta komplikasinya, saat semua jalur energi
terbuka danaliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot makaresikohipertensi
dapat diminimalisir.
9) Obat tradisional
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut, yang
secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Perkembangan selanjutnya obat tradisional kebanyakan berupa campuran yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan sehingga dikenal dengan obat herbal atau obat bahan alam
Indonesia. Obat Herbal atau Obat Bahan Alam Indonesia adalah obat tradisonal yang
diproduksi oleh Indonesia dan berasal dari alam atau produk tumbuhan obat Indonesia.

Diketahuinya penerapan terapi non farmakologik pengendalian tekanan darah pada


pasien hipertensi dari berbagai perbandingan. Sumber perncarian jurnal pada penelitian
ini adalah Google Schoolar, DOAJ dan Portal Garuda artikel yang diterbitkan dari
tahun 2015-2018, jurnal intervensi untuk mengatasi tekanan darah pada pasien
hipertensi, merupakan intervensi non farmakologi, merupakan intervensi yang efisien
berdasarkan hasil penelitian dan intervensi yang mudah dilakukan. Berdasarkan pada
sepuluh artikel sesuai dengan kriteria inklusi. Berdasarkan sepuluh artikel tentang
terapi non farmakologik dalam pengendalian tekanan darah pada pasien hipertensi
membuktikan bahwa 100% terapi non farmakologik efektif dalam menurunkan tekanan
darah pada pasien hipertensi. Diantara terapi non farmakologik yang dimaksud adalah
kayu manis, kapulaga, kumis kucing, saledri, mentimun dan bawang putting.

B. BAWANG PUTIH
1. Gambaran Umum Bawang putih
Bawang putih dengan nama ilmiahnya Altium Sativan I merupakan tanamam anggota
liliceaceaae yang tumbuh liar di asia tengah. Dari sini bawang putih menyebar
keseluruh Asia, Eropa, dan akhirnya keseluruh dunia. Di Indonesia bawang putih
dibawa oleh pedangang cina dan arab, kemudian dibudidayakan ke daerah pesisir atau
pantai. Seiring dengan berjalannya waku kemudian masuk ke daerah pedalaman dan
akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Bawang putih tidak hanya terkenal sebagai bumbu penyedap masakan tapi juga sebagai
obat mujarab. Sebagai obat umbi tanaman asli Asia Tengah yang sudah menyebar
keseluruh dunia ini bukan barang baru. Diperkirakan setidaknya tahun 3000 SM
masyarakat Timut Tengah, India dan Cina sudah menggunakan bawang putih. Bukti
tertulis tertua tentang penggunaan Bawang putih adalah yang ditulis diatas kertas
papyrus oleh masyarakat Mesir pada tahun 1500 SM. Kemudian tanaman asli ini bukan
Cuma diakui kegunaannya untuk obat oleh masyarakat timur tapi juga masyarakat di
Barat.

Bawang putih yang penting bagi obat adalah umbinya yang mempunyai bau khas
aromatic, rasanya agak pedas. Adanya bau yang khas karena umbi segar yang
mengandung aliin atau bahan yang mengandung sulfur dan inaktif. Bila umbi
dihancurkan. Enzim aliianase dalam jaringan terlepas dan mengoksidasi aliin menjadi
asama alsufonat tidak stabil, lalu berkondensasi dengan alliil sulfide membentuk
allisin, asam piruvat dan amino. Allusion ini memberikan bau bawang putih yang khas.

2. Komposis dan Kandungan Bawang Putih


Bawang putih mengandung minyak asiri yang sangat mudah menguap di udara bebas.
Minyak asiri dari bawang putih ini diduga mempunyai kemampuan sebagai antibakteri dan
antiseptic. Sementara itu, zat yang diduga berperan memberi aroma bawang putih yang
khas adalah alisin karena alisisn mengandung sulfur dengan struktur tidak jenuh dan dalam
beberapa detik saja terurai menjadi senyawa dialil disulfide. Didalam tubuh, alisin merusak
protein kuman penyakit, sehingga kuman penyalit tersebut mati. Alisin merupakan zat aktif
yang mempunyai adaya antibody cukup ampuh. Banyak yang membandingkan zat ini
dengan si Raja antibody yakni penisilin. Bahkan banyak yang menduga kemampuan alisin
15 kali daripada penisilin.
Sebagai kandungan kimia yang ada pada bawang putih dalam setiap 100 gram
sebagai berikut :
Table 3. Kandungan Bawang Putih dalam 100 gram
No Kandungan Nilai gisi bawang
putih
1 Kadar air 66,2 - 71,0 gr
2 Kalori 95 – 122 kal
3 Sulfur 60 – 120 mg
4 Protein 4,5 – 7 gr
5 Lemak 0,2 – 0,3 g
6 Karbohidrat 23,1 - 24,6 gr
7 Fosfor 15 – 109 mg
8 Besi 1,4 – 1,5 mg
9 Kalium 346 – 377 mg
Beberapa vitamin juga terdapat dalam umbi bawang putih seperti thiamin,
riboflavin, niasin dan asam askorbat. Sementara itu, beta karotennya yang merupakan
bentuk vitamin A dalam bahan nabati, sangat kecil sekali jumlahnya. Beta karoten ini justru
banyak dijumpai dalam daun bawang putih. Disamping vitamin bawang putih juga
mengandung kalium yang bersifat menenangnkan sehingga cocok sebagai pencegahan
hipertensi, sebesar 26 – 42 mg.

3. Manfaat Bawang Putih


Penggunaan rutin dalam jangka panjang membantu menjaga kualitas hidup melalui
kemampuannya untuk mengatur tekanan darah, kadar gula darah, kadar lemak darah, dan
mencegah infeksi trauma yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Bawang putih
mengandung senyawa balerang yang bersifat mengencerkan darah, jika darah encer resiko
penyumbatan pembuluh darah dapat ditekan. Sementara itu alisin merupakan senyawa yang
dapat membuat butir darah merah lebih licin dan tidak menggumpal, sehingga mampu
mencegah penumpukan deposit lemak didinding pembuluh darah. Pada akhirnya peredaran
darah menjadi lancer tanpa hambatan. Efeknya, gdarah tidak berlebihan, tekanan darah
menjadi normal, suplai darah ke jantung lancer, serta stroke akibat tekannan darah yang
tinggipun dapat dihindari.

4. Dosis Bawang Putih


Menurut G. karta Sapoetra dalam bukunya “Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat”
dituliskan bahwa dengan dosis sekitar 2 gram samapai dengan 8 gram bawang putih dapat
digunakan sebagai obat antiseptika, antispasmodika dan antilritansia. Kosumsi satu suing
bawang putih segar setara dengan 4 gram bawang putih apabila dikosumsi secara rutin
selama 3 bulan dapat menyembuhkan penyakit hipertensi. Sama halnya menurut
widyowidagdo dan Sitanggang, dosis bawang putih untuk menyembuhkan tekanan darah
tinggi yaitu 4 gram suing bawang putih. Sedangkan menurut syamsudin dan Tajudin, dosis
yang dianjurkan untuk dimakan adalah 1 – 3 siung bawang putih per hari. Apabila bawang
putih dikosumsi lebih dari 3 siung per hari dapat menimbulkan diare, kentut, sembab dan
demam, bahkan bisa mengakibatkan pendarahan lambung. Selain itu, juga bisa merebusnya
selama lima menit kemudian dikonsumsi bersama makanan lainnya

5. Prosedur Penggunaan Rebusan Bawang Putih


Alat yang dibutuhkan dalam merebus bawah putih adalah panci, air 400 ml, bawang
putih 1 siung yang telah dikupas. Setelah alat tersebut disiapkan maka rebus bawang
putih yang telah dikupas dengan air 400 ml selama 5 menit dengan api sedang hingga
mendididh, kemudian diamkan beberapa menit hingga hangat dan minumlah 2 x
sehari. Minumlah rebusan bawang putih disaat perut kosong, sebaiknya diminum
sebelum sarapan dan sebelum makan.
C. KERANGKA TEORI
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, kerangka teori yang dipergunakan dapat
digambarkan sebagai berikut:

Terapi farmakologik
1. Dieuretik
2. Penghambat Simpatetik
(metildopa, klonidin, reserpine)
3. Betabloker
4. Vasodilator
5. Angiotensin
6. Valsartan
7. Antagonis Kalisium

Penurunan tekanan darah


Terapi Non farmakologik Pasien Hipertensi
1. Mepertehankan berat badan Ideal
2. Mengurangi asupan antrium
3. Batasi kosumsi Alkohol
4. Makanan K dan Ca yang cukup
dari diet
5. Menghindari merokok
6. Penurunan Stress
7. Aroma Therapi
8. Terapi massage
9. Obat Tradisional

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Design Penelitian
Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan peneliti untuk
melakukann suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian
(Dharma, 2011). Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Quasi
experiment pre and post test with control group” dengan tindakan pemberian rebusan
bawang putih. Desain penelitian ini yaitu eksperimen semu (quasi eksperimen) karena
desain ini tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, sedangkan
tipe penelitinya adalah analitik dengan pendekatan atau rancang bangun separate
sample pretest- posttest.

kelompok pre test post test


X
intervensi 01 02

Skema 4.1
Rancangan penelitian Pre – Post test Kontrol Group
Keterangan :
X : Tindakan Rebusan Bawang Putih
1 : Tekanan Darah sebelum diberikan rebusan bawang putih
2 : Tekanan Darah setelah diberikan rebusan bawang putih

B. Waktu dan tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Pakan Rabaa. Waktu penelitian akan dimulai
pada bulan Desember 2020 sampai Januari 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu yang
karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan – satuan tersebut dinamakan unitalisis,
dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, benda-benda, dst (Djawranto,
1994 dalam Nasrudin, 2019). Populasi dalam penelitian ini 416 orang

2. Sampel
Sampel adalah salah satu contoh dari sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti (Djarwanto, 1994 dalam Nasrudin 2019). Sampel yang baik, yang
kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi adalah sampel yang bersifat
representative atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Untuk
mengurangi hasil penelitian yang bias diperlukan kriteria inklusi dan eklusi. Sampel
dalam penelitian ini sejumlah 20 orang pasien hipertensi.

Adapun kriteri inklusi dan eklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Kriteri Inklusi
1) Bersedia menjadi sampel
2) Penderita hipertensi berusia ≥ 20 tahun
3) Penderita hipertensi tanpa komplikasi lain
4) Penderita hipertensi yang mengkosumsi kesamaan obat penurun tekanan darah
b. Kriteri ekslusi
1) Sampel membatalkan kesediaannya
2) Berhalangan hadir atau tidak ditempat ketika pengumpulan data

Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok


eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sampel masing-masing 20 sampel
(Sugiono, 2017)
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini terlebih dahulu dilihat rekam medis
Puskesmas Pakan Rabaa khususnya pasien hipertensi. Dari data tersebut diambil langsung
sebanyak 40 orang sampel yang akan dibagi menjadi 20 untuk kelompok control dam 20
untuk kelompok intervensi, semua calon sampel tersebut telah memenuhi kriteria
pengambilan sampel.

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data dapat dimaknai sebagai kegiaan peneliti dalam upaya sejumlah data
lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji
hipotesis. Data tersebut terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang secara langsung diambil dari objek penelitian oleh
peneliti baik perorangan maupun organisasi. Data primer pada penelitin ini
diperoleh dari respondes yang menjadi sampel yaitu pasien hipertensi di wilayah
kerja puskesmas Pakan Rabaa kabupaten Solok Selatan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari objek penelitian.
Data sekunder penelitian didapat dari data puskesmas Pakan Rabaa kabupaten
Solok Selatan.

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dengan 3 cara yaitu :


1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data saat peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
2. Observasi
Dalam observasi data yang paling efektif adalah melangkapinya dengan format
atau blangko pengamatan. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap
riwayat tekanan darah pasien.
3. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan datayang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden.
Dlam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data
demografi pasien
.
E. Analisis data
Sesuai dengan defenisi operasional variable, data tekanan darah yang diperoleh pada
penelitian ini merupakan data kuantitatif bertipe rasio. Sehingga untuk mengetahui
pangaruh pemberian rebusan bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi dengan tiga taraf perlakuan yang berbeda ditambah satu data
digunakan uji perbandingan sampel dengan metode Uji Wilcoxon, dengan tingkat
kemaknaan p value < 0.05

F. Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Rebusan bawang putih terhadap
Penderita Hipertensi. Pretest dalam penelitian ini yaitu pengukuran tekanan darah
sebelum diberi perlakuan, dan posttest nya adalah pengukuran tekanan darah setelah
pemberian terapi.

Pretest Perlakuan Post test

.
Pemberian bawang Penurunan tekanan
G.
putih darah
H.

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

G. Defenisi Operasional
Variable Defenisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
Operasional ukur
Perubahan Keadaan Tensi Pengkuran Rata-rata Rasio
tekanan dimana terjadi meter dan dengan tekanan
darah perubahan stetoskop menggunak darah pasien
sistolik tekanan darah an alat tensi hipertensi
dari meter
pengukuran
tekanan darah
sebelumnya
Rebusan Bawang putih Perlakuan . 1. Nomin
bawang yang diambil al
putih sarinya dan
dibuat rebusan
kemudian
dimasukkan
dalam kapsul

H. Hipetesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang hendak peneliti uji kebenarannya. Hipotesis

penelitian ini adalah : Adanya Pengaruh Rebusan Bawang putih Terhadap Penurunan

Tekanan Darah.

Anda mungkin juga menyukai