FEMINISME
FEMINISME
TESIS
Oleh
KIKI AMELIA
077009012/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
IDEOLOGI FEMINISME DALAM KARYA SASTRA
ANGKATAN 1970 DAN ANGKATAN 2000
TESIS
Oleh
KIKI AMELIA
077009012/LNG
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Judul Tesis : IDEOLOGI FEMINISME DALAM KARYA SASTRA
ANGKATAN 1970 DAN ANGKATAN 2000
Nama Mahasiswa : Kiki Amelia
Nomor Pokok : 077009012
Program Studi : Linguistik
Konsentrasi : Analisis Wacana Kesusastraan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing,
(Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D.) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc.)
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Telah diuji pada
Tanggal 30 Juni 2009
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
ABSTRAK
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
ABSTRACT
The feminism ideology was developing in all parts of the world including
Indonesia. This Ideology has penetrated the aspects of life, including the literary
works.
This thesis deals with the ideology contained in literary works of 1970 and
2000 and some factors underlying the ideological shifts. The theory used in this
reseach was critical discourse analysis and feminist literary criticism. This research
method used the qualitative method.
The results of research indicates that feminism ideology in literary works
include the figures of women, context, history, power, and ideology. However the
factors of education, socioeconomic status, political, cultural and religion have been
found to be factors underlying the feminism ideology shifts.
Key words: the feminism ideology, literary works of 1970, and literary works of 2000.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
KATA PENGANTAR
Penulis,
Kiki Amelia
077009012
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah karena atas karunia-Nya serta bantuan
dari berbagai pihak akhirnya tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & H., Sp.A (K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana.
3. Ibu Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing I
yang telah banyak memberikan masukan dan nasihat yang berharga bagi penilis.
4. Bapak Drs. Umar Mono, M. Hum. selaku Sekretaris Program Studi Linguistik
Sekolah Pascasarjana yang selalu memberikan kemudahan dan masukan-masukan
berharga.
5. Bapak Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku pembimbing II yang selalu
menyediakan waktu, meminjamkan bahan-bahan rujukan untuk penyusunan tesis,
serta memberikan kritik dan saran yang berarti selama proses penyusunan tesis
ini.
6. Bapak Rabullah, S.H. selaku staf di Program Studi Linguistik Universitas
Sumatera Utara yang selalu membantu penulis dalam urusan administrasi.
7. Seluruh dosen pada Program Studi Linguistik Konsentrasi Analisis Wacana
Kesusasteraan yang telah memberikan ilmu yang berguna selama masa perkuliah
berlangsung.
8. Ayahanda tersayang, Alm. Ahmad Fuad dan Ibunda tercinta, Hj. Nazad Farida
yang selalu memberikan dukungan serta telah banyak berkorban demi penulis.
Kepada ayah dan ibu pula tesis ini penulis persembahkan.
9. Saudara-saudara yang sangat penulis kasihi, Kakanda Syahril Fuad beserta kak
Eby Suryani Rizki dan Kakanda Harun Al Rasyid beserta kak Maimuni Astuti.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Kepada para keponakan yang lucu-lucu, Nadia Shafira Fuad, Hafidza Yumna Al
Khansa, M. Gibran Al Fathir, dan Syaamil Al Rasyid.
10. Teristimewa untuk suami terkasih, Irsan Bastari, S.T. sang belahan jiwa yang
selalu memberikan cinta dan kasih sayang tulus serta dukungan bagi penulis yang
menjadikan hidup lebih berarti.
11. Sahabat-sahabat mahasiswa Program Studi Linguistik Angkatan 2007, Muharrina,
Kak Rosliani, Kak Zuraidah, Putri Nst., Kak Lela, Kak Kamalia, Halimah, Nur
Chalida, Andi, Muhajir, Yeni, Juli, Bu Roswani, Bu Rosita, Bu Erma, Kak Tina,
Bang Rahmat, Bang Rudi, Bang Ramlan, Bang Elisten, Bang Yunus, Bang Kadir,
Pak Jamorlan, Pak Amhar, dan Pak Gustaf.
12. Seluruh staf di Program Studi Liguistik, Kak Nila, Kak Karyani, Puput yang
selalu membantu para mahasiswa dalam berbagai urusan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang tidak
disebut namanya namun turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Kiki Amelia
077009012
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1987-1994 : SD Negeri 14, Tanjungbalai
Tahun 1994-1996 : SMP Negeri 1, Tanjungbalai
Tahun 1996-1999 : SMA Negeri 1, Tanjungbalai
Tahun 1999-2003 : S1 Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, USU,
Medan.
Tahun 2004-2005 : Akta IV, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNIMED,
Medan.
Tahun 2007-2009 : S2 Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana
USU.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
UCAPAN TERIMA KASIH.................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 35
3.1 Metodologi ........................................................................................ 35
3.2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 35
3.3 Teknik Analisis Data .......................................................................... 36
3.4 Teknik Penyajian Analisis Data ......................................................... 37
3.5 Sumber Data ...................................................................................... 38
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Tindakan Tokoh-Tokoh Perempuan .......................................................... 49
2. Konteks yang Memengaruhi ..................................................................... 59
3. Konteks Historis ........................................................................................ 71
4. Aspek Kekuasaan ...................................................................................... 82
5. Tipologi Ideologi Feminisme .................................................................... 100
6. Faktor-Faktor Pergeseran Ideologi Feminisme ......................................... 119
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu karya sastra pada dasarnya merupakan hasil pemikiran dan perenungan
pengarang terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dunia nyata. Tentu saja karya
sastra yang dihasilkan tersebut tidak terlepas dari kondisi sosial budaya yang
dituangkan dalam bentuk karya sastra yang tentunya sudah dibumbui dengan
Pencerapan keadaan sosial melalui karya sastra merupakan hal yang harus
peristiwa faktual kemudian digubah ke dalam bentuk yang bersifat imajinasi. Hal ini
sesuai dengan fungsi karya sastra yaitu berguna dan memberikan hiburan bagi
pernah habis digali. Dalam berbagai wilayah kehidupan baik sosial, politik, ekonomi,
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
agama, maupun budaya, posisi perempuan selalu dan masih saja dimarjinalkan
dibawah dominasi superioritas kaum laki-laki. Kondisi yang telah mapan inilah yang
hendak diubah oleh para aktivis perempuan yang merasa peduli dengan nasib kaum
berbagai kontrol dan dominasi kaum laki-laki terhadap kaum perempuan yang
berasal dari asumsi yang selama ini dipahami bahwa perempuan bisa ditindas dan
dieksploitasi dan dianggap makluk kelas dua. Maka feminisme diyakini merupakan
Asal pemikiran feminisme ini sebenarnya berasal dari Prancis, yaitu ketika
terjadi revolusi Prancis dan masa pencerahan di Eropa Barat. Berbagai perubahan
maupun moral. Hal ini berdampak pada pemutusan ikatan-ikatan dan norma-norma
tradisional (Ollenburger dan Helen, 2002: 21). Meskipun pemikiran feminisme ini
bersumber dari negeri menara Eiffel tersebut, namun gerakannya sangat gencar
perempuan terhadap sistem patriarki yang dirasakan telah lama menindas hak-hak
perempuan.
menyebut “all men are created equal”. Padahal masyarakat dunia telah menjadikan
Amerika sebagai barometer keadilan dan kebebasan hak asasi manusia. Mereka selalu
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
mendengung-dengungkan persamaan derajat di antara manusia, namun sayangnya hal
tersebut tidak dialami oleh kaum perempuan. Hal yang sama berlaku pula pada
masyarakat yang berkulit hitam. Masyarakat kulit putih sangat memandang rendah
dan kemarahan dari kaum perempuan yang merasa tidak dihargai (Sikana, 2007:
tahun 1848 kaum feminis menyebut “all men and women are created equal”. Kalimat
tersebut dapat dikatakan versi lain dari deklarasi kemerdekaan Amerika sebelumnya
yang dirasakan tidak adil oleh kaum perempuan (Djajanegara, 2000:1). Selain itu ada
juga yang lebih menekankan bahwa gerakan feminisme lebih pada gerakan politik
seperti yang dinyatakan oleh Moi (1991: 204), “Feminism are political labels
indicating support for the aims of the new women’s movement…” (“Feminisme
merupakan gerakan yang bemuatan politis yang menunjukkan dukungan untuk tujuan
memengaruhi terjadinya gerakan feminisme, yaitu aspek politik seperti yang telah
disebut sebelumnya, yaitu ketika kaum perempuan merasa tidak dianggap oleh
berkaitan dengan politik diabaikan. Lalu ada pula aspek agama serta aspek ideologi.
Dari aspek agama disebutkan bahwa kaum feminis menuding pihak gereja
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
bawah hegemoni kaum laki-laki. Ajaran gereja juga berpendapat bahwa kaum
perempuan mewarisi Original Sin atau dikenal dengan Dosa Turunan yang
menyebabkan manusia terusir dari surga hingga terlempar ke bumi. Bahkan kaum
Yahudi kuno secara lugas selalu mengucapkan terima kasih kepada Tuhan karena
menjadi ciri khas masyarakat patriarkis. Perempuan mewakili kaum proletar atau
kaum tertindas, sedangkan laki-laki disamakan dengan kaum borjuis atau kelas
penindas. Selain itu dalam konsep sosialisme ini, perempuan dianggap tidak memiliki
nilai ekonomis karena pekerjaan mereka hanya mengurus urusan domestik rumah
tangga.
pada berbagai ranah kehidupan sosial, politik, budaya, dan termasuk karya sastra
yang notabene merupakan salah satu wujud kebudayaan. Hal ini dapat dimaklumi
karena sebuah karya sastra bisa dikatakan wadah untuk menanggapi berbagai
peristiwa yang berkecamuk dalam kehidupan nyata yang sekaligus sebagai kritik
sosial dari sang pengarang. Seperti yang dikemukakan oleh Wellek dan Austin (1989:
109), “… sastra menyajikan kehidupan, dan “kehidupan” sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial walaupun karya sastra juga meniru alam dan subjektif manusia”.
Dalam karya sastra dunia telah diketahui bahwa banyak tokoh yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
yang selama ini dirasa telah mengungkung keberadaan perempuan di berbagai aspek
kehidupan. Sebut saja Virginia Woolf seorang pengkritik sekaligus penulis yang
selalu menuliskan karya-karya yang beraroma feminis. Salah satu karyanya berjudul
A Room of One’s Own yang berbicara tentang perang dan perasaan perempuan
(Arivia, 2006:164). Perempuan lain seperti Alice Walker, penulis feminis kulit hitam
pemenang Pulitzer Prize yaitu penghargaan di bidang jurnalisme untuk bukunya The
Color Purple. Pesan inti kedua karya ini setali tiga uang bahwa perempuan memiliki
hak dan kebebasan atas dirinya. Orang lain, siapa pun itu, tidak berhak untuk
Demikian pula halnya yang terjadi pada karya sastra Indonesia. Sejak masa
kelahirannya di awal tahun 1920-an atau yang dikenal dengan Angkatan Balai
Pustaka, para pengarang yang didominasi oleh laki-laki banyak menciptakan karya-
ketidakberdayaan mereka terhadap aturan-aturan tradisi yang telah melekat erat pada
sebagian besar masyarakat di Indonesia. Kelemahan ini bahkan tidak jarang berujung
pada kematian. Meskipun ada beberapa karya sastra yang mulai menunjukkan
emansipasi perempuan seperti karya Sutan Takdir Alisyahbana pada tahun 1930-an
yaitu pada novel Layar Terkembang yang mulai membangkitkan semangat dengan
sastra. Kebanyakan dari mereka mulai menulis novel. Hal ini ditandai dengan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
lahirnya novel-novel yang menghadirkan tokoh–tokoh perempuan yang tidak lagi
digambarkan sebagai makluk yang lemah dan pasrah pada keadaan. Para tokoh
perempuan dituliskan menjadi pribadi yang kuat, memiliki pendirian, bahkan berani
dipengaruhi oleh budaya populer yang berkembang pada waktu itu. Di antara karya-
karya pengarang perempuan yang sangat dikenal pada tahun 1970-an, seperti Karmila
yang diusung Marga T, Pada Sebuah Kapal karya Nh. Dini, Kabut Sutra Ungu yang
ditulis Ike Soepomo, Selembut Bunga ciptaan Aryanti. Di samping itu para pengarang
perempuan lain yang cukup dikenal di tahun 1970-an adalah Titi Said, Titis Basino,
banyak yang lain. Ramainya para pengarang perempuan yang mewarnai khazanah
memahami kondisi perasaan yang dialami oleh kaumnya selain tentunya alasan
komersil dan desakan dari penerbit untuk menerbitkan karya-karya mereka. Hal
tersebut dapat dimaklumi sebab pada masa itu masyarakat sangat menyukai karya-
karya mereka karena dirasa lebih menyentuh perasaan perempuan, baik remaja
Iwan Simatupang, Putu Wijaya maupun Sutardji Calzoum Bachri, namun di sisi lain
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
tidak menyurutkan semangat pengarang perempuan memeriahkan jagat kesusastraan
Apabila dibandingkan dengan Angkatan 1970, maka apa yang dilakukan oleh
pengarang perempuan Angkatan 2000 telah mengalami lompatan yang cukup jauh.
tubuh dan tanpa banyak kata seorang tokoh perempuan dapat dengan mudahnya
seksual seperti yang berkembang pada karya sastra sekarang yakni di tahun 2000-an.
Di masa sekarang, khususnya setelah terjadi reformasi pada medio 1998, karya-karya
sastrawan, kritikus, dan pembaca sastra pada umumnya. Ada yang memaklumi karena
hal tersebut bagian dari kehidupan yang jamak terjadi dalam kehidupan nyata dan
tidak perlu ditutup-tutupi. Sebagian lain kurang menyetujui karena dianggap karya-
karya yang vulgar dengan mengatasnamakan seni. Ayu Utami dan Djenar Maesa
Ayu, misalnya. Mereka contoh para pengarang perempuan dari Angkatan 2000 yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
berbau seksualitas yang terkadang dilukiskan secara gamblang dan tanpa tedeng
aling-aling sebenarnya hanya salah satu dari sekian banyak masalah yang ingin
dikemukakan oleh mereka, sebut saja Helvy Tiana Rosa, misalnya. Pengarang yang
juga termasuk dalam sastrawan Angkatan 2000 ini sangat menjaga jarak dengan
tema-tema seputar aktivitas seksualitas seperti yang banyak ditulis oleh pengarang-
perempuan dari berbagai belahan dunia yang berjiwa kuat, relijius, dan tegar dalam
dalam kumpulan cerpennya Lelaki Kabut dan Boneka. Begitupun dengan pengarang
lain, seperti Abidah El Khalieqy. Pengarang yang juga mantan santriwati pada salah
satu pesantren di Jawa Timur ini banyak menciptakan tokoh-tokoh perempuan yang
berjiwa pemberani dan pemberontak terhadap aturan-aturan yang dirasakan tidak adil
bagi perempuan serta tidak ingin kaum perempuan menjadi makluk yang pasrah
terhadap keadaan yang menimpa yang mengakibatkan mereka menjadi kaum yang
terpinggirkan.
Hal ini tentu agak berbeda jika mengamati karya-karya pengarang perempuan
pada Angkatan 1970. Perbedaan itu dikarenakan telah terjadi pergeseran konsep
yang digunakan pengarang dalam karya-karya kedua angkatan yang berbeda beberapa
dekade itu menjadi salah satu pergeseran nilai yang terjadi. Pola pemikiran yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
semakin maju dan mengglobal dari para pengarang perempuan turut memengaruhi
mereka dalam memilih dan menggunakan kata demi kata serta kalimat demi kalimat.
Bahasa perempuan yang diutarakan tentu memiliki nuansa yang berbeda dengan apa
perempuan masa kini yang semakin tinggi membuat para pengarang perempuan
tersebut semakin maju pola pikirnya. Tentu saja hal tersebut turut memengaruhi cara
tersebut. Hal tersebut juga bisa dilihat dari kehidupan nyata. Sangat banyak kaum
laki-laki takluk dan tidak berdaya menahan godaaan dan bisikan dari kaum
perempuan. Meski banyak mendapatkan kritikan dari pengamat sastra karena banyak
mendeskripsikan aktivitas seksualitas, tidak membuat para pengarang feminis ini risih
kedigdayaan perempuan.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Hal yang menyebabkan pergeseran ideologi feminisme antara kedua angkatan
tersebut di antaranya karena perjuangan kaum perempuan masa kini yang ingin
benar-benar dihargai sebagai perempuan dan tidak ingin dijadikan makluk kelas dua
tanpa ada dukungan dari laki-laki. Agak berbeda jika dibandingkan dengan pemikiran
dan perjuangan kaum feminis di tahun 1970-an yang belum seterbuka dan seberani
Angkatan 1970 dan Angkatan 2000, maka penulis mencoba untuk mengkaji masalah
yang berkaitan dengan hal yang telah disebutkan di atas. Dalam penelitian ini penulis
Secara garis besar pemasalahan yang ingin dikemukakan dalam penelitian ini
adalah idelogi feminisme yang terdapat dalam karya sastra Angkatan 1970 dan
ideologi feminisme dalam karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000?
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
1.3 Batasan Masalah
Mengingat begitu banyak karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000,
maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini dibatasi hanya ideologi
feminisme dalam karya-karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000 yang ditulis
oleh pengarang perempuan. Karya-karya sastra tersebut berbentuk karya sastra prosa,
yaitu novel.
5. Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) karya Abidah El Khalieqy.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
1.4 Tujuan Penelitian
1. Memperkaya kajian yang menerapkan teori analisis wacana kritis dan kritik
serta dapat menjadi referensi bagi penelitian sastra mengenai adanya ideologi
feminisme yang terdapat dalam novel Karmila dan Bukan Impian Semusim
(BIS) karya Marga T, Namaku Hiroko (NH) dan Pada Sebuah Kapal (PSK)
dari Nh. Dini, Perempuan Kedua(PK) karya Mira W serta Melati di Musim
Kemarau (MdMK) dari Maria A. Sardjono yang mewakili Angkatan 1970 dan
novel Larung dan Saman dari Ayu Utami, Perempuan Berkalung Sorban
(PBS) dan Geni Jora (GJ) karya Abidah El Khalieqy, Supernova: Ksatria,
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) dan Supernova: Akar karya Dewi ”Dee”
Lestari, Nayla dari Djenar Maesa Ayu yang mewakili Angkatan 2000.
Angkatan 2000.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB II
dan Angkatan 2000 sepanjang penulis ketahui belum ada. Namun penelitian-
antaranya adalah (1) Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan pada tahun 2007 secara
penelitian mereka terhadap novel Nyai Dasima. Dalam penelitian mereka tersebut
yang ditekankan adalah pemasalahan jender dan perempuan yang menjadi kaum
Perempuan: Praktik Kritik Sastra Feminis. (2) Penelitian lain juga pernah dilakukan
oleh Suyono Suratno pada tahun 2000. Beliau mengkaji novel Nh. Dini yang berjudul
La Barka. Judul penelitian yang dipilih Suyono yaitu Ideologi Gender dan Refleksi
Semangat Feminis: Catatan Novel La Barka yang terefleksi di dalam novel tersebut.
Penelitian ini juga melakukan pendekatan kritik sastra feminis. (3) Selain itu
penelitian tentang analisis kritik sastra feminis juga dilakukan oleh Nurelide di tahun
2005. Novel Perempuan di Titik Nol menjadi bahan kajian Nurelide yang bertajuk
Point Zero) Karya Nawal El Saadawi. (4) Penelitian kritik sastra feminis tentang
Citra Dominasi Laki-Laki atas Perempuan dalam Saman pernah pula dilakukan oleh
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Sugihastuti pada tahun 2000. Penelitian ini memfokuskan pada citra atau gambaran
tersebut diimbangi dengan tema penolakan atas dominasi laki-laki tersebut. (5) Jurnal
mengenai kritik sastra feminis lainnya pernah pula dilakukan oleh Muhammad Nur
Latif pada tahun 2006. Pada penelitiannya yang berjudul Analisis Kritik Sastra Arab
Karya Nawal El Sadaawi, dosen jurusan Sastra Asia Barat Universitas Hasanuddin
ini menekankan bahwa fenomena yang terjadi dalam masyarakat, tidak terkecuali
tidak adil dan sewenang-wenang dengan dalih ajaran agama. Hal ini sebenarnya
bukanlah bagian dari tuntunan syariat Islam. Islam justru membela dan mengakui
hak-hak perempuan serta memperbaiki kedudukan mereka. (6) Adapun Rahimah Haji
A. Hamid, seorang guru besar sastra di Universitas Sains Malaysia pernah membahas
masalah feminisme dalam karya sastra pada tahun 2007. Jurnal ilmiah tersebut
berjudul Bahasa Wanita dalam Karya Sastra: Tentangan Terhadap Hegemoni Lelaki.
novelnya Saman dan Larung dibandingkan dengan ragam bahasa yang dipergunakan
mengenai feminisme cukup banyak, terlebih pada masa sekarang ketika perempuan-
perempuan dan juga laki-laki sudah banyak yang peduli tentang kondisi kaum
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
perempuan yang masih saja mengalami ketertindasan dan dijadikan objek
ketidakadilan.
2.2 Konsep
Secara etimologi ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu idea yang diartikan
sebagai cita-cita; gagasan. Sedangkan logos merupakan ilmu. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ideologi ilmu tentang gagasan, cita-cita, sistem kepercayaan yang telah
Sargent dalam Suryadi (2007:63), ideologi didefinisikan sebagai, ”Sistem nilai atau
sistem kepercayaan yang diterima secara nyata atau kebenarannya oleh suatu
dianggap besar dan mapan seperti ideologi Pancasila, ideologi Liberal, ideologi
Sosialis, ideologi Komunis, dan lain-lain, tetapi juga yang terkait dengan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
permasalahan feminisme, keagamaan, paham filosofis tertentu serta termasuk paham
ideologi secara berbeda-beda sesuai dengan berbagai disiplin ilmu. Secara garis besar
Louiss Althusser. Althusser melalui Ratna (2008: 373) juga menghubungkan ideologi
representasi suatu masyarakat tertentu. Ideologi tidak hanya sekadar konsep dan
gagasan semata, melainkan meluas pada simbol, misalnya: mitos, gaya hidup, selera,
mode, media massa serta keseluruhan cara-cara hidup dalam masyarakat (Ratna,
2008: 373). Dengan demikian ideologi berfungsi ibarat semen untuk membuat
ini bahwa sebuah ideologi bisa memberikan kontribusi dan upaya untuk
Ideologi terbesar dari dahulu hingga masa kini dapat dikatakan terjadinya
dikotomi antara Barat dan Timur serta orientalisme pada umumnya. Implikasinya,
kebudayaan Barat selalu dianggap lebih kuat, tinggi dan bermutu dibandingkan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dengan hasil cipta dan karsa manusia Timur. Sepertinya masyarakat Timur sudah
mengerti bahwa kebudayaan Barat seperti pergaulan dan seks bebas, kapitalisme,
perlombaan senjata, hegemoni terhadap negara yang lemah dianggap wajar bagi
Hubungan ideologi dengan karya sastra tentu tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Di samping bertujuan sebagai hiburan, suatu karya sastra diciptakan karena ada
sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarangnya. Meskipun perlu dicatat bahwa
karya sastra bukanlah media yang resmi untuk mengemukakan ideologi, doktrin, atau
norma-norma. Hal ini tentu disebabkan sifat karya sastra yang imajinatif meski
berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya diambil dari beberapa peristiwa nyata.
Salah satu ideologi yang berkembang di masa sekarang ini adalah feminisme.
perempuan dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, dan budaya. Tuntutan dasar
kaum ini sebenarnya adalah persamaan hak antara laki-laki dan perempuan
feminisme adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial pada umumnya. Hal
yang senada juga dikatakan oleh Arivia (2006: 18) “… feminisme mengajukan
feminisme di atas, dalam Alwi, dkk (2005: 315), dikatakan bahwa yang dimaksud
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara
harus memilih yang paling sesuai dengan penelitian ini. Untuk itu pilihan dijatuhkan
pada pendapat Agger (2003: 215-230). Beliau membagi feminisme dalam empat
jenis, yaitu feminisme liberal, feminisme radikal atau kultural, feminisme sosialis, dan
feminisme Africana.
yaitu menuntut kesempatan yang sama dan hak yang sama bagi setiap individu,
termasuk di dalamnya kaum perempuan. Tidak boleh ada perbedaan antara laki-laki
selain sikap yang juga masih berpegang teguh pada nilai-nilai tradisional.
pernikahan dan membentuk keluarga merupakan hal yang alami dan wajar. Mereka
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dilakukan oleh sistem patriarki. Masa feminisme ini mucul sekitar akhir 1960-an dan
awal 1970-an. Bagi penganut feminisme radikal ideologi patriarki adalah dasar dari
dengan tanggung jawab dan kewajiban perempuan jika turut dalam heteroseksis
tersebut. Hal ini sekaligus mengupayakan wacana homoseksual sehingga pada masa
Feminisme jenis ini berpendapat bahwa perempuan tidak akan dapat meraih keadilan
aspek jender dan ekonomis dalam penindasan atas kaum perempuan. Menurut
mereka, selama ini kaum perempuan dianggap menampilkan pelayanan berharga bagi
kapitalisme baik sebagai pekerja maupun istri yang tidak menerima upah atas biaya
keuntungan dengan menyuruh istri mereka untuk mengasuh anak serta melakukan
berbagai pekerjaan rumah. Selain itu, dunia pekerjaan dalam masyarakat telah
menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dan tentunya dengan
Jenis feminisme yang keempat disebut dengan feminisme Africana atau Black
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
feminisme lain. Para feminis kulit hitam keturunan Afrika di Amerika Serikat
berpendapat bahwa masalah yang dihadapi oleh kaum perempuan kulit hitam jauh
lebih sulit jika dibandingkan persoalan yang dihadapi oleh kaum perempuan kulit
putih. Oleh karena itu mereka mengharapkan adanya perbaikan keadaan diri dari
konsep baru dalam feminisme yang menyentuh kehidupan kelam para perempuan
kulit hitam.
dahulu tentang konsep seks dan konsep jender (Fakih, 2004:7-9). Pengertian seks
atau jenis kelamin merupakan penyifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia
yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Jenis
kelamin ini bentuknya permanen dan tidak bisa berubah karena hal tersebut
Sedangkan konsep lainnya adalah konsep jender, yakni sifat yang melekat
pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat secara sosial
dan kultural. Contohnya selama ini perempuan dikenal dengan sifat lemah lembut,
emosional serta keibuan. Di sisi lain laki-laki dianggap kuat, rasional atau perkasa.
Konsep jender ini dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan sifat laki-laki serta
Setelah jelas perbedaan antara konsep seks (jenis kelamin) dan jender maka
perbedaan jender? Hal ini tentu akan mengakibatkan ketidakadilan yang ditimbulkan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
bersumber dari sistem patriarki inilah yang menjadi faktor pendorong lahirnya
kehidupan nyata, misalnya kekerasan dalam rumah tangga, baik secara fisik maupun
psikologis. Orang yang melakukannya pun selalu orang yang seharusnya menjadi
tersebut bisa saja suami, ayah, atau majikan jika ia seorang pekerja rumah tangga.
Contoh lain yang dianggap ketidakadilan untuk perempuan adalah ruang publik yang
masih saja didominasi oleh kaum adam karena pencarian ekonomi dilakukan oleh
mereka dan kalaupun pada masa sekarang ini sudah banyak perempuan yang
beraktivitas di wilayah publik, tetapi selalu saja mendapat perlakuan yang kurang
Oleh karena penelitian ini mengkaji masalah ideologi femisme yang dikaitkan
dengan angkatan sastra, maka hal yang perlu pula diperhatikan adalah adanya
berbagai penafsiran beberapa pihak mengenai angkatan sastra. Terlebih dahulu harus
ditinjau kembali pengertian angkatan sastra dari beberapa sastrawan dan pemerhati
sastra. Adapun yang dimaksud dengan angkatan sastra menurut Yudiono (2007: 47)
ialah sekumpulan sastrawan yang hidup pada satu kurun atau masa yang menempati
gagasan, atau semangat sebagai akibat logis dari interaksi mereka yang hidup
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
sezaman. Sedangkan menurut Toer, dkk. melalui Yudiono (2007: 170), “Angkatan
adalah suatu golongan yang diikat oleh kesatuan semangat dalam rangkuman tempat,
Adapun dari pihak Pradopo, dkk. yang pendapat mereka masih dikutip oleh
yang dibatasi oleh sistem norma kehidupan yang berkaitan dalam proses sejarah.
estafet atau penerus pembaruan yang dilahirkan oleh zaman tentang dinamika suatu
zaman.
(jabatan, pangkat); kelompok sastrawan yang bertindak sebagai suatu kesatuan yang
berpengaruh pada masa tertentu dan secara umum menganut prinsip yang sama untuk
Satu angkatan tidak muncul begitu saja karena hitungan tahun atau dasawarsa.
Suatu angkatan muncul disebabkan ada yang ingin diungkapkan oleh para seniman
dan angkatan yang baru dalam kesenian dengan sendirinya memiliki ciri-ciri khas
Masalah angkatan ini sering juga disamakan dengan periodisasi sastra, namun
periodisasi lebih menekankan pada pembabakan atau periode yang dikuasai oleh
sistem dan norma sastra, standar, serta konvensi sastra yang kemunculannya,
keberagamannya, dan kelenyapannya dapat dirunut. Para pakar sastra mencoba untuk
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
melakukan pembabakan angkatan yang dimulai dengan lahirnya kesusasteraan
Indonesia baru. Di antara yang melakukan hal tersebut sebut saja seperti Pradopo
(dalam Yudiono 2007: 48) yaitu Balai Pustaka (1920-1940), Pujangga Baru (1930-
1984).
I. Masa Kelahiran atau Masa Kebangkitan yang mencakup kurun waktu 1900-1945
2. Periode 1933-1942
3. Periode 1942-1945
periode, yaitu
1. Periode 1945-1953
2. Periode 1953-1961
3. Periode 1961-1968.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
4. Periode Angkatan ‘50: 1950-1970, dan
munculnya sastra-sastra yang lebih “ringan” dibaca atau dikenal dengan istilah sastra
bermunculannnya sastra populer, pada Angkatan 1970 ini juga ditandai dengan
lahirnya karya-karya sastra yang eksperimental dan tidak mudah dicerna oleh semua
sastrawan yang terkenal di era 1970-an ini seperti Putu Wijaya, Danarto, Sutardji
Perlu diingat kembali bahwa pada masa itu pihak penguasa sangat mengawasi
sastra yang dianggap mengkritik dan berseberangan dengan pemerintah tentu tidak
dibiarkan beredar begitu saja. Jika telanjur beredar, pembredelan dan pemberangusan
tidak akan terelakkan lagi. Oleh sebab itulah dengan caranya sendiri para sastrawan
tersebut ingin mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakannya tentang kondisi
sosial budaya dan politik pada waktu itu dan tentunya menggunakan kata-kata yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
agak kacau dan penuh simbol supaya selamat dari kecaman penguasa yang tidak
bersedia dikritik.
Jika pada karya-karya sastra eksperimental ala Putu Wijaya, dkk. penuh
dengan simbol dan jungkir balik, maka hal tersebut tidak terjadi dengan karya-karya
mudah dipahami dan tidak sampai mengernyitkan dahi ketika membacanya karena
perempuan dan hal tersebut ternyata disukai pembaca yang umumnya didominasi
kaum perempuan sehingga model-model cerita seperti itu laris manis di pasaran.
Berbanding terbalik dengan karya sastra yang beredar di tahun 1970-an, karya
pemerintahan orde baru, sudah sedemikian bebas dalam bertutur dan dengan beraneka
tema. Sastrawan yang lahir dan tumbuh di masa reformasi ini akhirnya tergabung
dalam Angkatan 2000. Para pengarang tidak perlu khawatir lagi dengan adanya
mengutarakan apa yang dirasakan dan dipikirkannya, termasuk sastrawan yang juga
masyarakat bahwa telah hadir suatu angkatan yang berbeda dengan angkatan-
tepatnya di tahun 1998 terbit dua novel yakini Saman karya Ayu Utami dan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Hempasan Gelombang karya Taufik Ikram Jamil. Kedua sastrawan ini mencoba
tidak lazim.
Seiring dengan itu bermunculan karya-karya dari pengarang muda dan dapat
seperti yang telah disinggung pada bab pendahuluan. Pembaruan terjadi dalam karya
sastra pada masa ini bukan hanya dalam kata-kata yang sudah bebas dan lugas, tetapi
juga pada unsur-unsur intrinsik yang dibangun dengan cara yang tidak biasa sehingga
2.2.3 Novel
Secara garis besar karya sastra dibagi atas tiga bentuk, yaitu puisi, prosa, dan
drama. Salah satu bentuk karya sastra yang mengalami perkembangan yang sangat
signifikan adalah novel. Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah karya sastra
yang berbentuk prosa, khususnya novel. Novel di Indonesia muncul sejak terbitnya
buku Si Jamin dan Si Johan karya Merari Siregar pada tahun 1919 (Semi,1988: 32).
Konsep novel yang lain dikemukakan oleh Semi (1988: 32). Menurutnya
novel dapat diartikan sebagai bentuk karya sastra yang memberikan konsentrasi
kehidupan yang lebih tegas. Panjang cerita novel tentunya berbeda dibanding cerpen.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Jika cerpen memusatkan perhatian pada perwatakan dan satu masalah, maka novel
lebih luas dari itu. Kedudukan perwatakan dan jalan cerita yang ditampilkan
bebas, menyajikan sesuatu secara lebih rinci, lebih detil, dan lebih kompleks.
Para pakar sastra lain, seperti Wellek dan Austin (1989: 281) mengatakan
bahwa novel-novel modern melukiskan manusia lahir, tumbuh, dan mati. Tokoh-
Novel dapat dikatakan sebagai salah satu wujud kontemplasi dan reaksi
fiksi, namun sebuah novel yang baik tentu berisikan perenungan secara intens, penuh
kebudayaan. Penelitian suatu karya sastra memiliki manfaat agar manusia lebih
pengarang. Untuk mengetahui hal-hal tersebut maka dalam membedah sebuah karya
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
sastra peneliti harus memiliki pisau yang tepat dan tajam agar isi karya tersebut dapat
Dalam penelitian ini tentu dibutuhkan landasan teori yang berguna untuk
merupakan kerangka dasar dalam penelitian. Teori yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah teori analisis wacana kritis dan teori kritik sastra feminis.
menganalisis ideologi feminisme, yang salah satunya bisa dilihat dalam arena
masyarakat. Dalam analisis wacana kritis, wacana atau teks tidak hanya menganalisis
bahasa dalam arti studi linguistik atau aspek kebahasaan semata, melainkan bahasa
bermaksud bahwa bahasa tersebut dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
1. Tindakan
2. Konteks
menganalisis konteks dari latar, situasi, peristiwa, serta kondisi. Kepada siapa
dan mengapa komunikasi tersebut dilakukan. Ada tiga hal yang penting yang
menyangkut konteks dalam pembahasan analisis wacana kritis ini, yaitu teks,
konteks, dan wacana.Teks merupakan semua bentuk bahasa, tidak hanya kata-
kata yang tertulis melainkan untuk semua jenis ekspresi komunikasi yang
dilakukan manusia. Konteks memasukkan semua situasi dan hal yang berada
teks tersebut dihasilkan. Adapun wacana dimaknai sebagai teks dan konteks
3. Historis
diperoleh jika diketahui bagaimana situasi sosial, budaya, dan politik pada
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
waktu teks tersebut tercipta. Oleh sebab itu ketika menganalisis teks perlu
4. Kekuasaaan
Kekuasaan juga menjadi elemen penting dalam analisis wacana kritis. Setiap
wacana yang muncul dalam berbagai bentuk, tidak dianggap sebagai sesuatu
putih terhadap kulit hitam dalam wacana rasisme. Hal ini mengindikasikan
analisis wacana kritis tidak membatasi pada detil teks atau struktur wacana
saja, tetapi juga mengaitkannya dengan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan
5. Ideologi
Ideologi termasuk konsep sentral dalam analisis wacana kritis. Hal ini karena
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka
Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus permasalahan tentu saja ideologi
Adapun teori analisis wacana kritis ini akan digunakan untuk membedah
rumusan masalah yang pertama, yaitu menguraikan ideologi feminisme yang terdapat
Teori kritik sastra feminis ini merupakan salah satu teori yang berkembang
terbuka dengan kata seksisme (Sugihastuti, 2000: 82). Istilah ini pula membuka
lembaran baru dalam kehidupan perempuan, baik yang berkaitan dengan keluarga,
(Djajanegara, 2000:15).
Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
perempuan, pengarang menulis novel sebagai perempuan, dan mengungkapkan citra
Pada umumnya, karya sastra menampilkan tokoh wanita bisa dikaji dari segi
feministik. Baik dari cerita rekaan, lakon, maupun sajak bisa diteliti asal terdapat
tokoh perempuan di sana. Penelitian dengan menggunakan kritik sastra ini tentu akan
lebih mudah untuk dikaji apabila dikaitkan dengan tokoh laki-laki yang terdapat pada
tahapan, yakni,
II. 1) Tokoh lain (laki-laki) yang memiliki keterkaitan dengan tokoh wanita
feminis cenderung penelitian dari berbagai disiplin ilmu. Dengan demikian, kajian
sastra yang objeknya khas berupa karya sastra tetap dikaitkan dengan disiplin ilmu
lain, misalnya dengan ilmu sosial, budaya, ekonomi, psikologi, hukum, antropologi,
dan sejarah.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Endraswara (2003:147) berpendapat bahwa melakukan kajian analisis
feminis, peneliti sedapat mungkin harus bisa mengungkapkan secara jelas aspek-
aspek tekanan dan penindasan yang dialami perempuan. Peneliti juga harus
memiliki keterkaitan dengan masalah keyakinan, ideologi dan wawasan hidup dan
karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000 digunakan teori kritik sastra feminis.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam
metode kualitatif memfokuskan perhatian pada data yang alamiah, data dalam
kualitatif ini dapat pula diartikan sebagai prosedur untuk memecahkan masalah yang
sedang diteliti dengan menggambarkan subjek dan objek penelitian pada saat
(Nawawi,1998: 63).
catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian. Hal senada
juga diungkapkan oleh Whitney dalam Nazir (1988:63) metode penelitian kualitatif
hampir sama dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode dengan pencarian fakta
Angkatan tahun 1970 dan Angkatan tahun 2000 menggunakan teknik kepustakaan.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data-data dan informasi-informasi mengenai
objek penelitian (Semi, 1993: 8). Teknik ini digunakan karena pada penelitian ini,
sebagai berikut.
menafsirkan. Oleh sebab itu menurut Palmer dalam Sumaryono (2000: 24)
menjadi mengerti.
sastra (Ratna, 2004: 44). Hermeneutika sangat relevan untuk menafsirkan berbagai
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
gejala, peristiwa, simbol, dan nilai yang terkandung dalam ungkapan bahasa atau
bahasa, atau pada teks-teks serta karya budaya lainnya (Kaelan, 2005: 80-81). Jadi,
yang harus dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah pembacaan
awal yang perlu dilakukan. Heuristik merupakan pembacaan dari awal sampai akhir
(Pradopo, 2001: 84). Dalam penelitian ini data-data dianalisis berdasarkan setiap
tersebut harus merekonstruksikan berbagai makna yang terdapat dalam karya sastra
peneliti harus dapat menginterpretasikan maksud pengarang, dalam hal ini khususnya
Teknik penyajian analisis data tesis ini menggunakan metode formal dan
informal, sesuai dengan pandangan Sudaryanto melalui Nasution (2007: 66) yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
menguraikan bahwa secara formal dijelaskan dalam bentuk bagan, grafik, lambang,
gambar, matrik, dan tabel. Sedangkan secara informal digunakan bentuk deskripsi
atau narasi.
Dalam penyajian hasil analisis yang ada di tesis ini diutamakan dengan cara
yang informal daripada yang formal agar uraian dapat dijelaskan dengan lebih
terperinci.
Sumber data dalam penelitian ini berjumlah tiga belas novel dari pengarang
2000 adalah:
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
4. Geni Jora (GJ) karya Abidah El Khalieqy.
5. Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) karya Abidah El Khalieqy.
Ketigabelas novel ini akan menjadi sumber data primer sedangkan sumber
data pendukung dipeoleh dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet serta makalah
dari berbagai diskusi dan seminar. Semua ini dijadikan sebagai data sekunder dalam
penelitian.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB IV
4.1 Tindakan
Hal pertama yang harus diperhatikan ketika menganalisis karya sastra bahwa
karya sastra tersebut harus dipahami sebagai sebuah tindakan (action). Karya sastra
dapat dikatakan sebagai bentuk interaksi antara pengarang dan pembaca (masyarakat)
serta tidak bisa ditafsirkan secara denotatif. Dengan pemahaman seperti ini maka
sebuah karya sastra dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai tujuan. Seseorang,
dalam hal ini pengarang, dalam berbicara atau menulis pasti memiliki maksud dan
tujuan tertentu. Tujuan tersebut boleh jadi merupakan kata-kata yang berupa
itu kata-kata yang diekspresikan tersebut harus dilakukan secara sadar dan terkendali,
1970 dan Angkatan 2000, maka karakteristik pertama analisis wacana kritis ini dapat
disaksikan dalam beberapa kutipan novel seperti yang terdapat dalam novel
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Nah, itulah kelemahan perempuan bangsa kita! Tiba-tiba saja Dora
bersemangat seperti orator di atas podium. ”Takut bercerai! Malu,
kasihan anak, resah memikirkan masa depan, macam-macamlah.
Akhirnya? Laki-laki pun jadi merajalela! Toh dikhianati bagaimana
pun istrinya tetap tidak berani minta cerai. Rela saja dihina! Yah,
daripada anak-anak kehilangan bapak. Daripada malu sama tetangga.
Daripada mesti kesepian kalau malam...Bah! Nih, contoh aku! Begitu
aku tahu dia menyeleweng, cerai! Habis perkara. Tanpa dia pun aku
masih dapat mencari makan. Usahaku malah bertambah maju pesat
setelah aku menjadi janda!” (PK: 115-116).
Dalam kutipan di atas telah terjadi perdebatan antara tokoh Rani dan
temannya, Dora. Kedua perempuan ini berdebat karena tindakan Rani yang ragu-ragu
telah berselingkuh setelah belasan tahun hidup berumah tangga. Sedangkan Dora
Tindakan Dora yang cepat mengambil keputusan boleh jadi disebabkan seringnya ia
ditambah Dora seorang pengusaha yang notabene bisa mencari nafkah. Jadi,
meskipun tanpa ada dukungan dari suami, Dora merasa bisa berdiri sendiri. Tidak
heran Dora bisa mengambil keputusan untuk bercerai dengan sang suami.
yang dilakukan Sri yaitu tindakan tegas kepada suaminya, dapat dilihat pada cuplikan
”Ya, memang itu yang kumaksudkan. Mulai hari ini aku tidur sendiri.
Empat bulan lagi anak kita lahir. Aku telah terlampau lelah dengan
kepadatan perasaanku. Kalau kau mau, aku segera menyetujuinya.”
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Kau gila,” serunya cepat.
”Memang harus ada salah satu yang gila di antara kita berdua, sebab
itu kita kawin. Kalau kita berdua berpikiran waras, kita tidak akan
kawin.”
”Aku mencintaimu, Sri, katanya.
Dia berdiri hendak mendekatiku. Aku mundur selangkah.
”Kau lelah. Pikiranmu kacau,” suaranya perlahan.
Ah, betapa aku tidak akan lelah. Betapa pikiranku tidak akan kacau.
”Keluar,” aku membuang pandang dan menguatkan suaraku (PSK:
122).
Tindakan yang dilakukan tokoh Sri pada tokoh Charles Vincent adalah
puncak kemarahannya setelah berkali-kali Sri disakiti secara psikologis dengan selalu
dimarahi, dibentak, dan tidak dihargai sebagai seorang istri. Sri merasa sudah tidak
tahan hidup dengan suami yang sedari awal tidak dicintainya itu. Untuk itu Sri mulai
berani mengambil sikap yang tegas pada suaminya. Sebagai perempuan, ia tidak ingin
direndahkan. Dia tidak ingin terus menerus diperlakukan sebagai objek kekerasan
yang dilakukan suaminya, dia harus berani mengekspresikan dirinya tidak hanya
Pada novel Nh. Dini yang lain, Namaku Hiroko, tindakan yang dilakukan
tokoh Hiroko terhadap laki-laki yang mendekatinya adalah mencoba melepaskan diri
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Aku harus berani melepaskan diri dari laki-laki itu. Lebih-lebih dari
cengkeraman pengaruh materi yang dimilikinya. Sebagai laki-laki
berpengalaman,dia mengetahui kelemahanku.Dengan
kedermawanannya suatu kali dia berkata akan membuka nomor
tabungan di bank kota atas namaku. Ini merupakan tantangan yang
berat bagiku. Di samping itu pula merupakan keinginannya agar aku
tetap melayaninya kemauannya, yang berarti aku harus menjadi
miliknya. Hanya didorong oleh kemauan yang luar biasa kuatnyalah
aku berhasil menolaknya. Kujelaskan terus terang, aku tidak ingin
menjadi perempuan kedua yang selalu siap sedia di mana diperlukan.
Aku lebih suka bebas...”(NH: 141).
sangat lugu dan pemalu, namun lama kelamaan sikapnya berubah tatkala ia lama
tinggal dikota. Berbagai pekerjaan ia lakoni, mulai menjadi pembantu rumah tangga,
pengasuh anak, penjaga toko hingga menjadi penari telanjang (striptease) yang
memberinya limpahan materi. Orientasi hidup dan keinginannya juga tidak terlepas
dari kekayaan materi yang akhirnya membuat Hiroko memilih jalan yang tidak baik
menurut ukuran kebanyakan orang. Setelah lama hidup di kota Kobe pun Hiroko
Aku puas dengan hidupku, dengan apa yang kumiliki waktu itu.
Dengan umurku yang muda, aku seakan-akan telah mencapai apa yang
kuidamkan.
”Dalam arti kebendaankah yang Anda maksudkan?”tanyanya
kemudian.
”Ya. Karena memang kebendaanlah yang saya cari. Saya tidak ingin
hidup dalam kekurangan.”
”Tidak ada orang yang ingin hidup kekurangan,” sahut Suprapto.
”Tetapi, adakah Anda memiliki ambisi, mempunyai keinginan buat
mencapai yang lebih tinggi lagi?”
”Tentu saja saya mempunyai ambisi, yaitu mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya.”
”Lalu untuk apa?”
”Untuk hidup tentu saja.”
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Suprapto terdiam, meneruskan makan.
”Lalu menurut pikiran Anda, ambisi apa yang baik bagi saya.”
”Seperti kebanyakan wanita: kawin.”
Mengapa hal itu tak pernah terpikirkan olehku. Atau barangkali
pernah. Tetapi demikian selintas, demikian ringan dan kabur
secepatnya sehingga terlupa atau tak kuanggap sesuatu yang
menguasai diriku, lalu lepas entah kemana tanpa kusesali. Barangkali
pula oleh kuatnya cengkraman pikiran, kehendak hidup semaunya
dengan bebas.
(NH: 156).
yang pada awalnya diceritakan sangat membenci Feisal yang telah memerkosanya
dan menolak untuk menyusui anak hasil perkosaan Feisal. Betapa pun kasarnya
perlakuan Karmila terhadap Feisal, namun Feisal tetap bersabar untuk menebus rasa
bersalahnya kepada gadis yang masih duduk di bangku kuliah fakultas kedokteran
tersebut.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dari atas kursinya, nenekku mulai berceramah. Bahwa perempuan
harus selalu mau mengalah. Jika perempuan tidak mau mengalah,
dunia ini akan jungkir balik berantakan seperti pecahan kaca. Sebab
tidak ada laki-laki yang mau mengalah. Laki-laki selalu ingin menang
dan mengusai kemenangan. Sebab itu perempuan harus siap me-nga-
lah (pakai awalan me-).
”Jadi selama ini Nenek selalu mengalah?”
”Itulah yang harus dilakukan, Cucu.”
”Pantas Nenek tidak pernah diperhitungkan.”
”Diperhitungkan?”Nenek terlonjak.
”Benar. Nenek tidak pernah diperhitungkan. Nenek tahu apa
sebabnya?
”Apa sebabnya, Cucu?”
”Sebab Nenek telah mematok harga mati, dan harga mati Nenek
adalah kekalahan. Siapakah yang mau memperhitungkan pihak yang
kalah?”
(GJ: 61).
perempuan yang berani menantang siapa saja yang mencoba untuk menindas hak-
haknya sebagai seorang perempuan, tidak terkecuali pemikiran sang nenek pun
dibantahnya. Bagi Jora, perempuan dan laki-laki adalah mitra sejajar. Perempuan
tidak berhak untuk disakiti dan dinomorduakan. Sikap memberontak ini juga banyak
dideskripsikan dalam dialog yang merupakan refleksi dari pemikiran yang sangat
Sorban juga sangat kental nuansa feminismenya yang dilukiskan dalam bentuk
“Lagi pula, tak ada satu pun di antara orang-orang bertaqwa, baik
laki-laki atau perempuan, yang diperintahkan untuk menjauhi atau
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
berjauhan dengan ayat-ayat Allah. Alangkah sialnya jadi perempuan.
Bukan hanya itu. Perempuan yang sedang menstruasi juga dilarang
masuk masjid. Padahal wak Tompel yang setiap malam minum tuak
dan berjudi di kedai Yu Sri, tidak dilarang tidur menggelosor di dalam
masjid dan tak seorang pun berani mengatakan bahwa itu haram.
Kepada Mbak May aku bertanya, benarkah semua yang kudengar dari
kitab itu? Ia tersenyum ragu-ragu dan mengangguk. Maka aku pun
ragu-ragu dan tak pernah mau mengangguk dan menjadi keledai…”
(PBS: 73-74).
Dari dua cuplikan di atas, pengarang tampak sangat jelas mengusung warna
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan yang hingga kini dirasakan masih sangat
diskrimatif. Kedua cerita yang berlatar pesantren ini dapat dimaklumi karena sang
pengarang juga pernah mengenyam pendidikan di salah satu pesantren modern puteri
dikutip oleh Pradopo (1995: 80), “Suatu karya sastra tidak lahir dalam kekosongan
kebudayaan”. Artinya, pengarang tidak serta merta menciptakan suatu karya sastra
karier, cerdas, serta berani menyatakan diri sebagai perempuan yang membutuhkan
seks lebih dari apa yang bisa diberikan para lelaki dalam kehidupan mereka. Tokoh-
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
tokoh tersebut merasa harus mengambil tindakan terhadap budaya patriarkal yang
patriarki ini. Mulai menyatakan sikap dan jati diri, berupaya memegang kendali
sejak masih remaja. Selain tentunya memiliki tokoh laki-laki, di antaranya Romo
Wis (Saman), Sihar, dan Anson. Keempat tokoh perempuan yang ada di novel ini
adalah Cokorda Gita Magaresa, Laila Gagarina, Shakuntala, dan Yasmin Moningka.
Sedangkan novel Larung merupakan lanjutan dari novel Saman. Kutipan berikut
menunjukkan tindakan dilihat pada novel Saman seperti berikut. Di sini sangat nyata
menyakitinya.
Terutama juga agar aku bisa pergi amat jauh dari ayah dan kakakku
yang tidak kuhormati. Yang tidak menghormati aku, tak pernah
menyukai aku. Aku tidak menyukai mereka. Tapi ketika pertama kali
mengurus visa di kedutaan Besar Nederland, yang mereka tanyakan
adalah nama keluarga.
“Nama saya Shakuntala. Orang Jawa tak punya nama keluarga.”
“Anda memiliki ayah, bukan?”
“Alangkah indahnya kalau tak punya.”
“Dan mengapa saya harus memakainya?”
Formulir ini harus diisi.”
Aku pun marah. “Nyonya, Anda beragama Kristen, bukan? Saya
tidak, tapi saya belajar dari sekolah Katolik: Yesus tidak mempunyai
ayah. Kenapa orang harus memakai nama ayah?”
(Saman: 137).
Adapun novel Larung senada dengan novel Saman dalam hal keterbukaan.
Larung terbagi dalam tiga bagian. Secara ringkas, pada bagian pertama mengisahkan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
tokoh Larung yang sedang mencari cara untuk membunuh neneknya yang berusia
lebih dari dari 100 tahun namun belum meninggal juga. Diceritakan juga bahwa
Larung turut merasakan luka sejarah yang dimilikinya karena ayahnya terlibat dalam
G30S/PKI.
Shakuntala, dan Cok yang datang ke New York untuk menonton Shakuntala menari.
Selain itu mereka juga mempunyai tujuan lain, seperti Yasmin yang membantu
Saman untuk mencari dukungan bagi gerakan demokrasi di Indonesia. Laila ingin
bertemu dengan kekasih gelapnya, Sihar, yang ternyata datang membawa serta
istrinya.
aktivis yang dituduh sebagai dalang kerusuhan 27 Juli dan menjadi buronan polisi.
Aku bosan juga. Lalu kami mencoba melakukan anal seks, untuk
menjaga keperawananku. Tapi aku jadi ambeien. Lalu kupikir-pikir,
kenapa aku harus menderita untuk menjaga selaput daraku sementara
pacarku mendapat kenikmatan? Enak di dia nggak enak di gue.
Akhirnya kupikir bodo amat, ah udah tanggung. Aku pun
melakukannya, sanggama. Aku bertukar cerita ini dengan Shakuntala.
Aku tidak tahu apakah dia membocorkannya kepada Yasmin dan
Laila…(Larung: 83).
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
cewek akan dicap jagoan. Tapi perempuan yang tidur bergantian
dengan banyak lelaki dibilang piala bergilir. Pelacur. Apapun yang
kita lakukan, kita selalu dianggap obyek. Bahkan oleh sesama
perempuan. Misalnya, oleh si Yasmin brengsek itu (Larung: 84).
dapat dikatakan menyimpang dari norma masyarakat (Indonesia), dalam arti bukan
hubungan yang disahkan oleh surat nikah dan diakui oleh agama dan norma sosial.
Selain itu pada kutipan yang selanjutnya terdapat uraian kekesalan hati Cok atas
tindakan yang bejat mereka tidak disalahkan. Berbeda halnya ketika perempuan yang
melakukan kesalahan tersebut, mereka akan dicap negatif oleh masyarakat. Cok
digambarkan pengarang sebagai sosok yang jujur, terbuka, bebas serta liar. Sejak
masih SMA Cok telah kehilangan keperawanannya maka tidak heran kemudian
teman-temannya menjulukinya ‘Si Perek’ atau ‘muka orang yang sedang sanggama’.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Lanjutan tabel 1
2000
1 Larung
√ √ √ √
2 Saman
√ √ √ √
3 PerempuanBerkalung
Sorban √ √ √ √
4 Geni Jora
√ √ √ √
5 Supernova: Ksatria,
Puteri, dan Bintang √ √ √ √
Jatuh
6 Supernova: Akar
√ √ √ √
7 Nayla
√ √ √ √
menggugat, serta tindakan yang berkaitan dengan aktivitas seksual didominasi oleh
dalam novel Perempuan Kedua, dilakukan tokoh Dora yang sudah mendapat
berselingkuh. Begitu pula halnya dengan tokoh Sri dalam Pada Sebuah Kapal. Selain
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
itu, tokoh Hiroko pada novel Namaku Hiroko juga mencoba memberontak dan ingin
melepaskan diri terhadap laki-laki yang ingin memilikinya. Sedangkan tokoh Karmila
pada novel Karmila mencoba untuk bersikap tegas dengan tidak ingin menikah secara
tokoh-tokoh perempuan pada Angkatan ini mulai berani untuk mengekspresikan diri
dan seolah tidak ingin harga dirinya diinjak-injak oleh laki-laki. Meski demikian, para
perempuan di Angkatan 1970 ini boleh dikatakan lebih lunak apabila dibandingkan
dengan tokoh perempuan di Angkatan 2000. Kelunakan sikap ini misalnya dapat
dilihat pada tokoh Karmila yang pada akhirnya dikisahkan menikah dan hidup
bahagia dengan Feisal yang pada awalnya tidak dicintai Karmila. Selain itu
diceritakan pula bahwa tokoh-tokoh perempuan di Angkatan 1970 ini sudah menikah
kecuali tokoh Hiroko pada novel Namaku Hiroko. Tokoh ini menjalin hubungan
dengan beberapa laki-laki, namun hingga di akhir cerita, Hiroko tidak pernah
disebutkan pada tabel di atas, namun hal tersebut dapat dikatakan tidak terlalu
memengaruhi, biasanya dilakukan oleh tokoh yang dekat dengan sang tokoh utama.
Misalnya teman tokoh perempuan yang tidak tega melihat ketidakadilan yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dialami oleh tokoh perempuan tersebut. Contoh konkretnya dapat dilihat pada salah
seorang tokoh perempuan dari novel Perempuan Kedua yang bernama Dora. Dora
merupakan teman sang tokoh utama, Rani, yang telah dikhianati suaminya. Dora
begitu marah dan tidak bisa menerima temannya diperlakukan demikian. Berbagai
tindakan pun dilakukannya agar Rani memilih jalan hidup sesuai dengan apa yang
disarankan Dora. Begitu pula dengan tokoh Sri atau Hiroko dalam novel Pada
Sebuah Kapal dan Namaku Hiroko. Meski pada awal-awal cerita para tokoh
perempuan ini dikisahkan cenderung pasrah dan menurut, namun di tengah hingga
akhir cerita, tindakan tokoh-tokoh tersebut begitu ekspresif pada tokoh laki-laki yang
menyanggah ditemukan ada empat novel. Tindakan memengaruhi lebih banyak lagi
yaitu terdapat dalam 6 novel. Sedangkan tindakan menggugat dan aktivitas seksual
masing-masing empat dan tiga novel. Adapun pada Angkatan 2000 kesemua
tindakan yang ada pada tabel dapat ditemukan pada setiap novel yang mewakili
angkatan tersebut.
ternyata bisa dikatakan lebih berani dibandingkan apa yang telah dilakukan tokoh-
seksual yang dilakukan oleh tokohnya. Pada Angkatan 1970, pelukisan tentang
aktivitas seksual tidak seterbuka pada Angkatan 2000. Dari enam novel yang menjadi
data pada Angkatan 1970, hanya ada tiga novel yang memasukkan unsur seksualitas
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dalam cerita, yaitu dalam Perempuan Kedua, Namaku Hiroko, dan Pada Sebuah
Kapal. Adapun pada Angkatan 2000, kesemua novel melakukan tindakan seperti
yang tersebut dalam tabel di atas tidak terkecuali juga memasukkan unsur seksualitas
dalam cerita.
dalam tabel di atas. Dalam Angkatan Reformasi ini semua data yang mewakili
4.2 Konteks
Menurut Eriyanto (2001: 8) dalam mengkaji sebuah wacana, dalam hal ini
karya sastra, analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks wacana seperti latar,
situasi, peristiwa dan kondisi. Analisis wacana juga mengkaji konteks komunikasi
yaitu siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa dia melakukan hal
tersebut, dalam jenis masyarakat dan situasi seperti apa, melalui media apa seseorang
1. Partisipan wacana
Yang termasuk partisipan wacana adalah apa latar belakang seseorang yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
2. Latar sosial tertentu
Apabila konteks di atas dikaitkan dengan novel yang dianalisis, sangat banyak
Nina memandangi mata biru itu. Aneh. Keduanya kini tampak lebih
ramah. Kelopak yang menaungi mereka tampak berkedip-kedip.
”So,” kata Mere dengan nada sedikit lunak, ”saya sangat menghargai
keberanianmu. Saya sungguh-sungguh sangat menghargainya. Berbuat
kesalahan adalah bias. Tapi berani mengakuinya adalah sesuatu yang
luar biasa. Itu sungguh-sungguh membutuhkan kurnia dan rahmat
Tuhan.”
Mere kini tersenyum. Nina ikut-ikutan tersenyum. Aneh. Dia tidak
akan dimarahi?
”Tapi selain itu, saya ingin tahu mengapa engkau melakukannya?
Setahu saya, engkau adalah anak yang sopan.”
”Saya...saya...tidak sengaja, Mere. Waktu melempar kertas itu, saya
tidak menengok ke bawah.”
Mere mengangguk-angguk sambil memandangnya dengan tajam.
Muka Nina memerah dan dia menunduk.
”Oke. Kembalilah ke kelasmu. Persoalan ini saya akhiri sampai di sini.
Lain kali berhati-hatilah.” (BIS: 21).
Konteks dalam dialog antara Nina dan Mere Rosa, seorang biarawati
Diceritakan pula di novel ini bahwa siswa yang kesemuanya perempuan begitu
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
terutama Mere Rosa. Hal ini tentu tidak terlepas dari status Mere Rosa sebagai kepala
sekolah.
Pada kutipan dari novel yang lain,masih Angkatan 1970, kalimat yang
berkaitan dengan konteks dapat dilihat pada novel Perempuan Kedua berikut.
Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Yanuar yang berprofesi
sebagai dokter mengharuskannya bersikap formal, serius, dan menjaga jarak ketika
menghadapi para pasien, meskipun lawan bicaranya seorang perempuan yang cantik
dan memikat hatinya. Hal ini dilakukannya untuk menjaga citra sebagai seorang
dokter. Sebenarnya pofesi dokter tidak terlalu penting dalam pengisahan cerita
tersebut. Bisa saja latar dunia kedokteran tersebut diganti menjadi latar antara
mahasiswa dan dosen atau pengacara dengan kliennya, misalnya. Seandainya Yanuar
seorang dosen yang berhadapan dengan mahasiswanya yang berparas cantik tentu ia
Contoh kutipan lain yang menggambarkan konteks dapat pula disimak seperti
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Sekali lagi hari itu Suprapto menunjukkan betapa dia berbeda dari
laki-laki lain yang selama itu kugauli. Di samping sikapnya yang tanpa
cemburu ketika mengetahui pekerjaan sampinganku di malam hari,
diam-diam dengan caranya yang patut dia selama ini telah
mencintaiku. Sabar dan tekun, dia mencoba mengajariku hidup
sebagaimana orang berkebudayaan, mengerti serta tahu menilai mutu
hasil ciptaan yang baik.
”Anda dapat berterus terang kepada saya kalau memang ada pemuda
lain. Tetapi selama kita bergaul, saya perhatikan Anda selalu bebas,”
Suprapto mengakhiri pembicaraan tunggalnya (NH: 157).
konteks yang terjadi dalam wacana tersebut, yaitu seorang tokoh laki-laki bernama
Suprapto yang berasal dari Indonesia dan sedang menimba ilmu di Jepang, ternyata
lugas, dia hanya meminta Hiroko untuk menikah dengan dirinya. Pola pikir yang
maju dan terbuka ditambah pendidikan yang tinggi serta perilaku yang baik membuat
Hiroko jatuh hati kepada Suprapto. Namun sayang, pada akhir cerita Hiroko ternyata
tidak jadi menikah dengan Suprapto yang telah pulang ke Indonesia dan hal ini tidak
lantas membuat Hiroko terlalu sedih. Kekhawatiran akan berbagai hal ketika sudah
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
tugas wanita yang sebenarnya: kawin dan memiliki keluarga. Tapi
alasan yang mencegahku bermacam-macam, di antaranya khawatir
tidak akan kerasan di negerinya
(NH: 168).
Pada kedua kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Hiroko telah mengalami
perubahan perilaku yang sangat signifikan. Dari seorang perempuan desa yang
Angkatan 2000 di antaranya dapat dilihat dialog dalam novel Supernova: Ksatria,
”Ikatan saya banyak. Bukan hanya pernikahan dua orang, tapi saya
juga menikah dengan keluarganya. Dengan seluruh lapisan sosialnya.
Saya tidak seperti kamu yang punya banyak kebebasan. Kamu tidak
bisa membandingkan...”
Re memutar tubuh tubuh Rana, menatapnya lurus-lurus. ”Saya tidak
membandingkan karena saya tahu persis pembandingan tidak akan
membawa kita kemana-mana. Tapi saya bisa melihat kamu
memilikinya. Kekuatan untuk mendobrak. Membebaskan diri kamu
sendiri.”
”Mendobrak apa? Moralitas? Norma sosial? Kita hidup di dalamnya,
Re. Saya cuma ingin mencoba realistis...”
”Tidakkah kamu menyakiti dirimu sendiri dengan menempatkannya
demikian? Apa yang jahat di sini, Rana? Jahatkah saya mencintai
kamu mati-matian? Begitu amoralkah semua perasaan ini?”
(KPBJ: 78).
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Konteks yang ingin dikemukakan pada kutipan di atas mengenai tokoh Rana
yang menyadari posisinya sebagai istri dari seorang laki-laki. Dalam episode
perjalanan hidupnya, ia berselingkuh dengan Ferre (Re), seorang eksekutif muda dari
dan Rana pun menyadari bahwa perselingkuhan yang telah dilakukannya tersebut
bisa menimbulkan pertentangan nilai moral, nilai sosial, terlebih nilai agama yang
dianut masyarakat.
Adapun cuplikan dari novel Geni Jora dapat dilihat konteksnya, yaitu ketika
Kejora, sang tokoh sentral di novel ini, mengusung ide-ide feminisme yang sebagian
nada sinis. Dalam hal ini konteks meliputi semua situasi dan hal yang berada di luar
teks dan memengaruhi pemakaian bahasa. Pada cuplikan berikut yang menjadi
konteks adalah partisipan yang memproduksi wacana tersebut. Dalam novel ini,
pemikirannya. Berikut merupakan contoh dari wacana yang ditinjau dari sisi konteks.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Tidak. Tetapi Zakky sedang gelisah bilamana moncong senapan
berbalik menghadap ke arahnya, ditodongkan oleh mangsa yang
berabad-abad menjadi sasaran buruannya.”
Agaknya bagimu, tak boleh satu hari pun berlalu tanpa menyindirku
(GJ: 9).
Dari kutipan dialog di atas terlihat nyata sikap yang ditunjukkan Kejora
seorang perempuan yang cerdas dan berpendidikan tinggi, Kejora selalu digambarkan
lugas ketika berbicara mengenai perempuan. Hal ini sesuai dengan karakteristik
konteks dalam sebuah wacana, yang menyatakan bahwa pendidikan menjadi salah
satu unsur yang berpengaruh terhadap produksi wacana (Eriyanto, 2001: 10).
2 Karmila √ √ ─ √
3 Bukan Impian ─ √ √ √
Semusim
4 Namaku Hiroko ─ √ ─ √
5 Pada Sebuah ─ √ ─ √
Kapal
6 Melati di Musim √ √ ─ ─
Kemarau
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Lanjutan tabel 2
2000
1 Larung √ √ √ √
2 Saman √ √ √ √
3 Perempuan √ √ √ √
Berkalung
Sorban
4 Geni Jora √ √ √ √
5 Supernova: Ksatria, √ √ √ √
Puteri,dan Bintang
Jatuh
6 Supernova: Akar √ √ √ √
7 Nayla ─ √ ─ √
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa konteks yang berkaitan dengan
status sosial selalu ditemukan dalam setiap novel, baik pada Angkatan 1970 maupun
pada Angkatan 2000. Hal ini dapat dimaklumi karena konteks selalu ada dalam setiap
kisah. Jika suatu cerita tidak memiliki konteks, maka dapat dipastikan cerita tersebut
pasti terasa hambar. Adapun maksud konteks yang berkaitan dengan status sosial
Misalnya saja tokoh Yanuar dalam novel Perempuan Kedua memiliki status sosial
yang berprofesi sebagai dokter di sebuah rumah sakit selain sebagai ayah dan suami,
tentunya. Sedangkan pendidikan seorang tokoh, serta apa agama dan bagaimana
budaya yang dianut sang tokoh juga turut memengaruhi jalan cerita. Budaya setempat
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
yang dianut oleh para tokohnya ternyata memberikan andil pada perilaku serta
Dari tabel Angkatan 1970 di atas dapat dilihat bahwa konteks yang
memengaruhi yang berkaitan dengan pendidikan terdapat dalam tiga novel. Status
sosial tokoh terdapat pada semua data, yaitu enam novel. Adapun konteks yang
berkaitan dengan agama hanya terdapat dalam satu novel. Sedangkan posisi
pembicara dan pendengar terdapat dalam lima novel. Pada Angkatan 2000 faktor
pendidikan lebih banyak ditemukan dalam novel, yaitu berjumlah enam novel.
Konteks yang berkaitan dengan status sosial ditemukan pada semua novel, yaitu tujuh
novel. Adapun konteks yang berkaitan dengan faktor agama ditemukan hampir
seluruh data, yaitu berjumlah enam novel. Sedangkan posisi pembicara dan
pendengar juga terdapat dalam semua data Angkatan 2000, yaitu tujuh novel.
Di beberapa novel baik dari Angkatan 1970 maupun dari Angkatan 2000
memang terdapat konteks yang berkaitan dengan agama. Konteks agama ternyata
menjadi bagian penting serta turut memengaruhi jalannya cerita. Kepercayaan lama
yang selama ini banyak diyakini masyarakat, perlahan mengalami pergeseran tidak
terkecuali yang terjadi pada tokoh-tokoh dalam Angkatan 2000. Dalam Geni Jora,
termasuk dalam urusan agama terutama yang berkaitan tafsiran mengenai perempuan.
Perempuan ini juga selalu mempertanyakan kembali kitab-kitab fikih yang seakan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
4.3 Historis
Dalam memahami karakteristik yang ketiga analisis wacana kritis ini perlu
diperhatikan konteks historis teks atau wacana tersebut. Sebenarnya masih berkaitan
dengan konteks, hanya saja karakteristik yang ketiga ini lebih ditekankan pada unsur
dikaitkan dengan teks-teks dalam novel-novel yang dikaji dapat digambarkan sebagai
berikut.
budaya, novel Melati di Musim Kemarau karya Maria A. Sardjono yang mewakili
Angkatan 1970 ini menggunakan tokoh Rudi yang ternyata telah keliru menilai
Tuning, istrinya. Rudi pada awalnya menganggap profesi Tuning sama seperti kakak
Tuning, yang mantan pelacur. Sampai suatu ketika Rudi mengetahui sendiri setelah
Rudi menikahinya, bahwa Tuning belum pernah disentuh oleh lelaki manapun.
Meskipun kecewa dengan semua prasangka yang ditujukan padanya, tetapi Tuning
yang berhati tulus akhirnya mau memaafkan Rudi. Tuning yang dikiranya mantan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
pelacur, dengan sendirinya mengetahui bahwa Tuning tidaklah sehina yang
dipikirnya. Selain itu Tuning juga seorang sarjana, meskipun Tuning juga tidak
Dari contoh kutipan di atas dapat dimengerti sikap yang ditunjukkan tokoh
Rudi. Budaya Timur yang masih terasa kuat melekat dalam keluarganya yang
menyebabkan ia sangat berhati-hati dalam memilih istri. Tuning yang notabene adik
seorang mantan pelacur tentu dikira memiliki kesamaan dengan profesi kakaknya
tersebut dan ternyata sudah terbukti bahwa Tuning memang tidak pernah dikecap
Karya Angkatan 1970 yang lain dapat pula dilihat, misalnya pada novel Pada
Pada cuplikan novel di atas dapat diketahui dengan sangat jelas bahwa, Sri
tidak menyukai Yus yang mencoba melamarnya dikarenakan Sri berpikir Yus
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
seorang komunis. Tidak mengherankan, pengarang melalui tokoh Sri begitu lugas
diciptakannya novel ini, gerakan komunis di Indonesia baru saja berhasil diberantas
oleh pemerintahan Orde Baru yang baru berkuasa. Masih dalam novel Pada Sebuah
”Kau mengerti aku kini bukan lagi orang Indonesia menurut tata
kenegaraan. Kalau aku turut giat dan kelihatan bergerombol dengan
orang-orang Indonesia akan ada orang Prancis yang panjang lidah.
Tidak semuanya baik hati.”
Aku sudah memikirkannya. Aku akan menilpon kepada isteri konsul
Prancis mengenai hal ini. Aku ingin menanyakan pendapatnya. Kalau
dia tidak keberatan, tentu saja kami tidak akan memintamu muncul di
panggung. (PSK: 133).
dan Nh. Dini sebagai pengarangnya. Tokoh Sri adalah istri Charles Vincent, seorang
Konsul Prancis di Kobe, Jepang. Sedangkan Nh. Dini dalam kehidupan nyata juga
pernah bermukim di Kobe, Jepang karena mengikuti suaminya yang bertugas sebagai
Konsul Prancis. Jadi tidak mengherankan apabila pengarang begitu fasih dalam
Dari kutipan novel Perempuan Kedua, dapat juga dilihat konteks historisnya
sebagai berikut.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
bidang. Sama sekali tidak melukiskan seorang laki-laki tua berumur
enam puluh tahun...
(PK: 159).
tokoh antagonis yang menjadi streotip tokoh-tokoh nyata di masa pemerintahan Orde
Baru. Tokoh tersebut dilukiskan dari golongan elit di Indonesia, berasal dari TNI, dan
berkuasa pada masa lalu yang di depan publik seakan-akan menjadi malaikat
penolong bagi masyarakat yang tidak mampu. Dikisahkan di novel ini bahwa
mengetahui dia seorang dermawan. Sayangnya semua itu hanya topeng belaka. Pada
kenyataannya Primodarso memiliki banyak istri dan juga simpanan. Selain itu ia
dengannya.
Adapun contoh konteks historis dari Angkatan 2000 dapat dilihat pada novel
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
menjadi canggung untuk bersikap. Demonstrasi buruh yang diikuti
enam ribu orang sebetulnya adalah hal yang simpatik, dan luar biasa
untuk ukuran Indonesia di mana aparat selalu terserang
okhlosofobia—cemas setiap kali melihat kerumunan manusia. Namun,
simpati orang segera berbalik setelah unjuk rasa itu menampilkan
wajah rasis dan memakan korban. Aku amat sedih dan menyesali
kematian pengusaha Cina itu. Alangkah mudahnya kemarahan yang
terpendam (betapapun didahului ketidakadilan yang panjang)
dialihkan menjadi kebencian yang rasial. Kukira, kita seharusnya
sudah mesti belajar dari kelemahan aksi massa. Ribuan orang
berkerumun akan dengan segera berubah menjadi kawanan dengan
mentalitasnya yang khas: satu intel (atau bukan intel) bersuara lantang
menyusup lalu berteriak dengan yakin, dan manusia-manusia itu akan
menurut, seperti kawanan kambing patuh pada anjing, tak bisa lagi
membedakan mana herder mana serigala. Bukankah sudah sering kita
mengatakan bahwa itu yang terjadi dalam peristiwa Malari?
(Saman: 168-169).
Dari contoh kutipan di atas dapat dilihat bahwa Ayu Utami sebagai
pengarang mencoba sedikit menguraikan situasi dan kondisi pada waktu terjadinya
peristiwa demonstrasi buruh besar-besaran pada April 1994. Hal ini dikarenakan
tuntutan para buruh mengenai kenaikan upah yang layak dan hal tersebut tidak bisa
dipenuhi oleh pihak pengusaha. Pada akhirnya demonstrasi yang diikuti oleh ribuan
kacau balau ini pun memakan korban dari kalangan pengusaha Tionghoa bernama
Yuly Kristanto yang dikeroyok dan jiwanya pun tidak terselamatkan (Nasution, 2007:
260).
peristiwa nyata yang pernah terjadi di republik ini dengan tokoh-tokoh fiksi yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
diciptakannya. Peristiwa yang memiliki kemiripan dengan peristiwa demonstrasi
buruh pada tahun 1994 tersebut adalah peristiwa menuju reformasi di tahun 1998.
telah terjadi di berbagai daerah. Selain demonstrasi yang dilakukan mahasiswa dari
berbagai penjuru tanah air, dari kalangan masyarakat juga bertindak anarkis dan main
hakim sendiri.
Kerusuhan massa yang terjadi medio Mei 1998 tersebut memakan banyak
korban khususnya dari kalangan Tionghoa. Peristiwa tragis yang dialami mereka
oleh orang-orang yang sudah dikuasai kemarahan. Peristiwa yang tidak menentu
ketika itu dapat dikatakan sebagai salah satu dampak krisis ekonomi yang berlarut-
larut yang semakin membuat miskin masyarakat. Selain itu gelombang desakan dari
mahasiswa atas nama rakyat sudah tidak tahan lagi dengan kediktatoran pemerintah
Orde Baru setelah berkuasa hingga 32 tahun lamanya. Selain peristiwa demo besar-
besaran, peristiwa lain yang juga diungkapkan Ayu adalah peristiwa yang berkaitan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
perwira harus menyebut orang-orang dalam pasukan yang terlibat
dalam kudeta 30 September, mereka menyebut namanya. (Larung:
67-68).
PKI ini dan seakan begitu menaruh simpati kepada para korban yang tidak bersalah
namun dianggap terlibat dalam partai yang beraliran komunis ini. Terjadinya
praktiknya banyak orang-orang yang tidak berdosa dan tidak tahu menahu, turut pula
yang selama masa Orde Baru ditutup rapat. Pengarang beruntung sudah menikmati
masa reformasi yang semua pendapat dan pemikiran dihargai. Hal yang diungkapkan
pengarang dalam bagian novel ini tentu tidak bisa disampaikan seterbuka ini jika
reformasi cenderung lebih lugas dan terbuka. Begitu pula dalam hal ide cerita yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
juga lebih variatif bahkan terkesan berani. Hal ini jelas terlihat pada novel-novel masa
kini yang berani mengangkat tema-tema yang masih terlalu minor bagi masyarakat
Timur. Misalnya tema cinta pasangan sejenis (lesbian dan gay). Tokoh-tokoh yang
tokoh dari kalangan usia muda, metropolis, mandiri serta hidup dalam latar kota-kota
besar. Di samping itu, tema seks dan perselingkuhan juga masih menjadi santapan
Hal ini cukup dimaklumi karena setelah sekian lama pengarang seolah hidup
leluasa. Apabila ada kritik dan hal-hal yang dianggap bertentangan dengan pihak
penguasa ketika itu, maka karya tersebut dipastikan tidak akan muncul di pasaran
lagi.
Angkatan 2000 dapat dilihat dari dua cuplikan novel Supernova: Ksatria, Puteri, dan
”Aku kok jadi ingin jujur tentang sesuatu,” terdengar suara menelan
ludah,”aku sebenarnya...”
”Gay?”
Dhimas terlongo, ”Lho, gimana kamu bisa...?”
Ruben tertawa keras. ”It was so obvious!... ”
(KPBJ: 8).
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Pada contoh lain, dapat pula disaksikan konteks historis dalam novel
menggugat sistem patriarki yang begitu melekat erat dalam adat istidat Indonesia dan
di atas tampak sangat jelas mempertanyakan kewajiban laki-laki dan perempuan yang
dipertanyakan tokoh Annisa, namun sang guru yang juga merupakan bagian dari
sistem tersebut mengganggap hal tersebut wajar dan memang seperti itulah yang
biasa terjadi dalam masyarakat. Pengarang, via tokoh Annisa, begitu menggebu
Latar cerita ini dikisahkan di sebuah pesantren yang masih begitu kukuh
pengarang sendiri di sebuah media televisi, ketika ditanyai seputar film Perempuan
mengalami sendiri masih banyaknya orang-orang yang selama ini dianggap kiyai dan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
ulama namun masih berpikiran picik ketika berhadapan dengan permasalahan
perempuan. Kitab-kitab yang menjadi landasan mereka pun kebanyakan tidak berasal
dari Quran dan Hadist, melainkan kitab yang terkadang diragukan kesahihannya. Jika
ada hal yang dinukil dari Quran dan Hadist, namun isinya ditafsirkan sendiri menurut
keinginan mereka. Padahal tidak pernah ada dinyatakan secara lugas di dalam Quran
dan Hadist bahwa kewajiban perempuan (istri) itu memasak, mencuci, menyetrika,
dan aktivitas domestik lainnya. Sayangnya dalam kultur masyarakat hal itu seolah-
2 Karmila √ √ ─ ─
3 Bukan Impian ─ √ ─ ─
Semusim
4 Namaku Hiroko √ √ ─ ─
6 Melati di Musim √ √ ─ ─
Kemarau
2000
1 Larung √ ─ √ √
2 Saman √ ─ √ √
3 Perempuan √ ─ √ ─
Berkalung Sorban
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Lanjutan tabel 3
4 Geni Jora √ ─ √ √
5 Supernova: Ksatria, √ ─ √ √
Puteri, dan Bintang
Jatuh
6 Supernova: Akar √ ─ √ ─
7 Nayla √ ─ √ ─
Berdasarkan tabel di atas dapat disaksikan bahwa konteks historis yang paling
mendominasi adalah konteks yang berkaitan dengan sosial, baik dari Angkatan 1970
maupun Angkatan 2000. Begitu pun dengan konteks budaya. Novel-novel pada
Angkatan 1970 pada umumnya memiliki konteks budaya yang cenderung primordial
dan ingin mempertahankan nilai-nilai tradisi yang sudah dianut masyarakat. Adapun
budaya yang ditampilkan dalam novel Angkatan 2000 lebih pada budaya
kontemporer. Para tokoh, terutama tokoh perempuan, yang ada di dalam Angkatan
2000 ini umumnya mempertanyakan kembali nilai-nilai budaya yang selama ini
masih diyakini dan dijunjung tinggi dalam masyarakat di novel tersebut. Tidak jarang
dalam tarik menarik antara budaya primordial dan budaya kontemporer menjadikan
Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa konteks historis yang berkaitan
dengan konteks sosial pada Angkatan 1970 terdapat dalam lima novel. Sedangkan
pada konteks budaya masih cenderung budaya primordial, yaitu berjumlah enam
novel. Adapun pada konteks politik hanya terdapat dalam dua novel saja. Pada
Angkatan 2000 terdapat tujuh atau semua novel yang termasuk dalam konteks sosial.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Adapun konteks budaya sudah cenderung kontemporer yaitu terdapat di semua novel
yang mewakili. Sedangkan konteks yang berkaitan dengan peristiwa politik terdapat
Dalam hal politik ini ditemukan ternyata pada Angkatan 2000 persoalan ini
lebih banyak dikemukakan. Berbagai ragam peristiwa politik yang pernah terjadi di
tanah air tentunya begitu menarik perhatian para pengarang perempuan yang seakan
pernah terjadi di Indonesia disinggung dan yang paling menonjol adalah Larung dan
Saman. Berikutnya yang juga menyinggung arena politik adalah Geni Jora,
Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh yang mewakili Angkatan 2000.
Sedangkan dalam novel Perempuan Kedua dan Pada Sebuah Kapal mewakili
Angkatan 1970.
4.4 Kekuasaan
kekuasaan tentu hal yang penting untuk dibicarakan karena ideologi feminisme
sangat erat kaitannya dengan adanya kekuasaan. Kekuasaan yang muncul di sini tentu
saja kekuasaan yang bersumber dari budaya patriarki yang telah mengakar kuat dalam
masyarakat. Dominasi dan hegemoni superior yang dilakukan kaum laki-laki telah
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
menjadikan kaum perempuan menjadi kaum inferior selama berabad lamanya.
itu justru terletak di tangan perempuan seperti yang terdapat pada penggalan novel
Karmila berikut.
memiliki hak dan kekuasaan untuk menekan tokoh laki-laki, Feisal. Karmila
Pihak keluarga menginginkan Karmila menikah dengan Feisal supaya anak yang
dilahirkan Karmila nantinya memiliki ayah. Meskipun hatinya berat dan tidak
kekuasaan yang dimilikinya dan Feisal sendiri menerima saja asalkan Karmila tetap
mau melahirkan dan mengasuh anaknya. Selain itu, diam-diam Feisal juga telah
mencintai Karmila.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Meskipun terkesan memiliki kekuasaan, namun pada hakikatnya Karmila
tunduk dan mengalah pada keinginan keluarga. Pernikahan yang sebenarnya tidak
Contoh lain pada Angkatan 1970 dapat dilihat pada novel Perempuan Kedua
sebagai berikut.
Aku belum membuangmu, pelacur! Tapi kau telah main gila dengan
lelaki lain. Tidak seorang pun kubiarkan mengkhianati diriku. Tidak
juga kau! Akan kubuat kau dan doktermu itu menyesal!”
”Mas, saya bukan budak. Mas tidak dapat memenjarakan saya terus-
menerus di bawah kekuasaanmu. Mas tidak mau mengawini saya.
Berarti tidak ada ikatan apa-apa di antara kita. Saya bukan istrimu.
Mas tidak berhak melarang saya memilih laki-laki lain!”
”Oh, sekarang kau bicara soal hak?” Primodarso tertawa
menyeramkan. Matanya bersinar buas... (PK: 166-167).
Dialog antara tokoh Patricia dan Primodarso di atas terasa sangat jelas
kedudukan Primodarso tentu lebih tinggi daripada Patricia yang statusnya hanya
nyawa seseorang yang tidak disukainya bisa ia lakukan. Hal ini terlihat pada
Primodarso yang ditempatkan pengarang sebagai tokoh antagonis. Dia merasa berhak
memiliki apa saja yang dikehendakinya dan tidak bersedia melepaskan sesuatu.
Apabila seseorang tidak memiliki landasan iman yang kuat, uang dan
kekuasaan yang dimiliki bisa menjadikan seseorang menjadi orang yang sombong
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dalam novel Pada Sebuah Kapal, aspek kekuasaan juga dapat disaksikan
Begitu pula yang terdapat dalam cuplikan novel Namaku Hiroko di bawah ini.
Dari kedua cuplikan di atas dapat dilihat dominasi dan kekuasaan yang
dimiliki pihak laki-laki sehingga tokoh-tokoh perempuan dalam kedua novel tersebut
menjadi tidak berdaya. Dalam Pada Sebuah Kapal terlihat tokoh Sri selama hidup
berumah tangga dengan Charles Vincent, seorang diplomat asal Prancis, merasa
selalu diperlakukan tidak semestinya. Sikap Charles yang keras menjadikan Sri tidak
bahagia dan tersiksa meskipun pada akhirnya Sri membalas kelakuan suaminya
dengan sikap yang berani melawan dan juga perselingkuhanya dengan Michel
Dubanton.
Pada Namaku Hiroko, unsur kekuasaan tampak jelas pada sikap majikan laki-
laki tempat Hiroko bekerja. Ia setengah memaksa Hiroko untuk berhubungan jasmani
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
meski Hiroko juga tidak sepenuhnya menolak karena ia juga terbakar nafsu yang
dipandang tidak lebih hanya sebagai alat pemuas bagi laki-laki saja. Sikap yang
mereka tunjukkan seakan ingin menegaskan bahwa mereka adalah pihak yang
berkuasa atas perempuan. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan Faruk (2000:
94), ”...wanita menjadi tidak lebih dari sekedar alat bagi peragaan kekuasaan laki-
laki. Sebagai alat, wanita tidak mempunyai tujuan dalam dirinya sendiri selain takluk
cuplikan yang mewakili Angkatan 1970 di atas seakan terasa sangat berbeda dengan
apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dalam novel-novel yang mewakili
terbawa dan mendukung sistem patriarki yang telah mengakar kuat. Di antaranya
Kenapa ayahku harus tetap menjadi bagian dari diriku? Tapi hari-hari
ini semakin banyak orang Jawa tiru-tiru Belanda. Suami istri memberi
nama si bapak pada bayi mereka sambil menduga anaknya bahagia
atau atau beruntung karena dilahirkan. Alangkah melesetnya.
Alangkah naif [...] Lalu aku melobi mereka agar tidak memaksaku
mengenakan nama ayahku dalam dokumen-dokumen, sebab kami tak
punya konsep itu. Dan kukira tidak perlu. ”Tapi tak mungkin orang
cuma mempunyai satu kata,” kata mereka. Atau, barangkali aku ini
bukan orang? Lalu aku terpaksa kompromi, sebab jangan-jangan aku
memang bukan orang padahal aku betul-betul ingin melihat negeri
mereka. First name: Shakun. Family name: Tala (Saman: 137-138).
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dari cuplikan novel di atas dapat dilihat adanya kebencian tokoh Shakuntala
pada ayah dan kakaknya serta cibirannya pada sistem patriarki yang masih dianut
oleh masyarakat pada umumnya yang menyebabkan para perempuan harus memakai
nama ayah mereka di belakang nama asli. Diceritakan juga bahwa Shakuntala tetap
bersikukuh tidak ingin menggunakan nama ayahnya ketika ingin mengurus visa
ayahnya.
Masih pada novel dan tokoh yang sama, adanya nuansa kekuasaan juga
ditunjukkan dari kisah Shakuntala yang merasa telah dibuang olah sang ayah ke
sekolah yang tidak disukainya. Sang ayah yang merasa berkuasa atas kehidupan
anaknya tidak merasa bersalah meski terjadi penolakan dari Shakuntala. Atas
membenci sang ayah. Dari sini juga terlihat Shakuntala seolah mencemooh segala
petuah yang didengarnya sejak remaja seperti yang terdapat pada penggalan berikut.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Demikian halnya yang terdapat dalam Nayla. Novel karya Djenar Maesa Ayu
ini juga begitu terbuka dalam bertutur. Nayla berkisah tentang seorang perempuan
bernama Nayla yang mengalami pengalaman masa kecil yang tidak bahagia karena
ditinggal pergi sang ayah sejak lama dan seorang ibu yang begitu keras dalam
tokoh ibu Nayla yang cukup kejam kepadanya hingga tega menusuk vagina Nayla
yang masih kecil dengan peniti yang telah dipanaskan. Sikap sang ibu yang demikian
Selain mendapat didikan yang sangat keras dan kasar dari sang ibu, Nayla juga
diceritakan pernah mengalami pelecehan seksual dari pacar ibunya. Perlu diketahui
pekerjaan sang ibu digambarkan sebagai perempuan yang melacurkan diri demi bisa
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dalam cuplikan di atas terlihat nyata Nayla telah mengalami tindakan
kekerasan tersebut, termasuk ibu Nayla, merasa memiliki hak dan kekuasaan atas diri
Nayla. Nayla yang masih berusia belia dan polos tentu tidak bisa berbuat banyak
paling sering terjadi dalam masyarakat adalah pelecehan seksual (sexual and
kerelaan yang dari yang bersangkutan. Selain perkosaan, yang termasuk kekerasan
penyiksaan yang mengarah pada organ kelamin (genital mutilation). Apa yang
dikatakan Fakih di atas ternyata dapat dilihat dalam novel Nayla ini.
hidup yang berliku membuat tokoh Nayla saat remaja diceritakan pernah memiliki
kekasih sesama perempuan bernama Juli. Ketika berusia dewasa dan setelah lepas
dari Juli, Nayla juga sempat memiliki pacar laki-laki yang bernama Ben. Ketika
bersama Ben, Nayla terlihat sangat mendominasi hubungan mereka. Terlihat juga
betapa Nayla terbiasa memaki-maki Ben jika ada sesuatu yang tidak sesuai kehendak
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Nayla dan ia pun bisa berbuat brutal ketika sedang bertengkar. Perhatikan cuplikan
berikut.
Contoh pada cuplikan novel lain yang masih mengenai aspek kekuasaan yang
mewakili Angkatan 2000 dapat disaksikan dalam novel Geni Jora berikut.
”E... anu, Bi. Jora menginginkan kalung ini,” kata paman sambil
memperlihatkan kalungnya di depan mata nenek, ”tetapi ia tidak sabar
untuk memilikinya. Ia terus merebutnya dari tanganku.”
”Bukankah kau bisa minta ayahmu untuk membelikannya, Cucu?
Mengapa pakai rebut-rebutan dengan pamanmu?
Secara bergantian, kulihat wajah nenek lalu wajah pamanku. Dari
kedua wajah itu, ternyata aku hanya menemukan wajah-wajah maling
yang suka mencuri hak-hakku. Menyadari itu, tak ada gunanya
berbicara dengan mereka, baik tentang kebenaran ataupun penipuan
(GJ: 87).
Laki-laki yang kebetulan masih berkerabat dengan ayah Kejora itu, seperti
yang dilihat pada cuplikan di atas telah berbohong dan mengambinghitamkan Kejora
Kejora kala di rumah tidak ada siapapun kecuali mereka berdua. Ketidakberdayaan
Kejora menghadapi pamannya yang akan berbuat asusila tersebut merupakan bukti
kekuasaan patriarki yang masih begitu kuat dalam keluarga khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Hal ini tampak dari kutipan tokoh Nenek yang seolah
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
menjadi bagian dari sistem patriarki karena begitu kukuh membela anggota
keluarganya yang berjenis kelamin laki-laki serta hampir tidak pernah memedulikan
perempuan.
No Angkatan Kekuasaan
Hegemoni Hegemoni Ekonomi Politik Kekerasan
1970 Laki-laki Perempuan
1 Perempuan Kedua √ ─ √ √ √
2 Karmila √ √ ─ ─ √
3 Bukan Impian ─ √ ─ ─ ─
Semusim
4 Namaku Hiroko √ √ ─ ─ √
6 Melati di Musim √ ─ √ ─ ─
Kemarau
2000
1 Larung ─ √ √ √ √
2 Saman ─ √ √ √ √
3 Perempuan √ ─ √ ─ √
Berkalung Sorban
4 Geni Jora ─ √ √ √ √
5 Supernova:Ksatria, √ √ √ √ ─
Puteri, dan Bintang
Jatuh
6 Supernova: Akar ─ √ ─ ─ √
7 Nayla ─ √ √ ─ √
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat pula aspek kekuasaan
berkaitan dengan kuat dan lemahnya ekonomi, kekuasaan yang berkaitan dengan
politik serta kekuasaan yang berkaitan dengan tinggi rendahnya posisi seseorang
Pada Angkatan 1970, umumnya hegemoni dilakukan oleh pihak laki-laki. Hal
ini ditandai dengan dialog, monolog serta berbagai perilaku dalam berbagai novel di
keadaan yang selalu menjadikan mereka pihak yang tertindas. Bahkan tokoh-tokoh
memiliki jiwa yang pemberontak. Hal ini terbukti dalam beberpa novel Angkatan
dalam Angkatan 2000. Adapun kekuasaan dalam bidang politik yang dimiliki oleh
para pelakunya, ditemukan satu novel pada Angkatan 1970 serta empat novel dalam
Angkatan 2000. Aspek kekerasan juga terdapat dalam Angkatan 1970 dan Angkatan
2000. Kekerasan juga hampir ditemukan dalam setiap novel yang mewakili Angkatan
2000. Hal ini dapat diketahui melalui uraian dalam jalinan cerita.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pada Angkatan 1970 terdapat lima
dengan faktor ekonomi berjumlah dua novel. Adapun kekuasaan yang berkaitan
dengan politik hanya terdapat satu novel saja. Adanya faktor kekuasaan yang di
dalamnya terdapat kekerasan berjumlah empat novel. Pada Angkatan 2000 ditemukan
ternyata hanya dua novel saja yang di dalamnya terdapat hegemoni laki-laki. Adapun
2000, yaitu enam novel. Faktor ekonomi ditemukan dalam enam novel. Kekuasaan
yang berkaitan dengan politik berjumlah empat novel. Faktor kekerasan juga lebih
4.5 Ideologi
masyarakat (Ratna, 2008:448). Sebuah wacana tentu tidak akan terlepas dari unsur
Angkatan 1970 ternyata tidak sevulgar apa yang terdapat pada Angkatan 2000. Tema-
tema feminisme yang diusung pengarang perempuan pada Angkatan 1970 biasanya
berkisar keinginan perempuan untuk setara dengan kaum laki-laki dalam berbagai
hal. Masalah percintaan homoseksual (gay dan lesbian), yang menjadi ciri khas
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
feminisme radikal hampir tidak ditemukan dalam karya-karya perempuan pada masa
Angkatan 2000 ternyata sudah lebih berani sekalipun memasuki wilayah yang masih
dianggap tabu bagi sebagian masyarakat Indonesia. Para pengarang perempuan ini
dengan ringan menceritakan kisah pengalaman seksual yang sedemikian bebas dari
tokoh-tokohnya meski tanpa ada ikatan pernikahan, kehidupan cinta pasangan sejenis,
perselingkuhan yang semakin ramai terjadi, dan kebencian terhadap budaya patriarki
keterbukaan, yang juga perlu diperhatikan adalah keinginan untuk menegaskan jati
diri dan otoritas sebagai pengarang. Artinya, sikap yang ditunjukkan oleh para
pengarang feminis ini mulai bergeser dari masa ke masa. Pada Angkatan 1970 para
oleh wacana masyarakat dan campur tangannya pemerintahan pada waktu itu.
Wacana yang berkembang pada masa itu yakni perempuan (istri) harus mendukung
Begitu pula halnya dalam karya sastra. Banyak novel yang memiliki
tersebut ketika sudah menikah hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Dalam
novel Perempuan Kedua, misalnya, dapat dilihat contoh bagaimana kekecewaan yang
dialami seorang istri dan ibu yang telah mengabdikan diri hanya untuk mengurus
keluarga semata, tetapi tetap saja sang suami berselingkuh pada perempuan lain.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Aku sudah menyerahkan seluruh hidupku untuk keluarga. Aku hampir tidak punya
waktu untuk diriku sendiri! Tapi apa yang kini kuperoleh?” (hlm. 114).
sistem patriarki yang tercermin dari sikap para pelakunya, namun terkadang
agar jangan sampai terlalu vulgar dan tidak sampai menyinggung ke sistem
pemerintahan yang mendukung wacana patriarki karena tindakan itu tentu saja bisa
pengarang perempuan yang berkembang di era reformasi ini sudah lebih tegas dalam
bersikap. Segala pemikiran dan pergulatan batinnya dituangkan nyaris tanpa ada
intervensi dari pihak pemerintah sehingga tidak heran para pengarang ini memiliki
argumen logis tentang pilihan sikap mereka yang tercemin di dalam karya sastra.
Meskipun masih terdapat pro dan kontra di antara masyarakat dan pembaca atas sikap
yang mereka tunjukkan, namun pengarang tetap saja memiliki hak untuk menyatakan
apa yang dianggapnya benar selama hal tesebut tidak melecehkan dan merugikan
pihak-pihak lain.
bahwa ideologi feminisme secara umum dapat dibagi ke dalam empat bagian, yaitu
feminisme liberal, feminisme radikal atau kultural, feminisme sosialis, dan feminisme
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Adapun contoh cuplikan novel yang memasukkan ideologi feminisme di
Aku tidak lagi menaruh perhatian sedikit jua akan apa pun yang dia
katakan. Aku telah jauh darinya. Berapa kali pun dia mengatakan
bahwa dia mencintaiku, aku tidak akan mempercayainya. Antara dia
dan aku, bagiku tidak ada lagi perasaan yang lebih dari keharusan-
keharusan yang membosankan. Undang-undang perkawinan
mengharuskanku untuk tidur bersamanya, menemaninya pada waktu-
waktu susah dan gembira
(PSK: 137).
Pada novel Angkatan 1970 lainnya dapat disaksikan dalam Namaku Hiroko berikut.
Pada kedua novel karya Nh. Dini tersebut bisa tercium aroma feminisme yang
diungkapkan secara lugas dan dengan nada kemarahan. Sejak lama Nh. Dini selalu
baratan, maka dapat dimaklumi jika perempuan kelahiran Semarang ini dikenal juga
Pada kedua cuplikan cerita di atas ideologi yang disampaikan dapat terbaca
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
penggalan Pada Sebuah Kapal dipaparkan meskipun Sri masih tinggal bersama
suaminya, Sri menjalani semua itu hanya sebagai kewajiban di mata hukum semata
bukan dengan rasa cinta. Meski beberapa waktu Sri mencoba tetap setia akan
Tidak berbeda jauh dengan Pada Sebuah Kapal, dalam Namaku Hiroko
Meskipun telah mengecap kehidupan yang bebas, bahkan pernah hidup bersama
dengan laki-laki tanpa ikatan yang resmi, Hiroko tidak pernah menyesalinya dan ia
”Karena sekarang ini saya yang menjadi kepala keluarga di sini, maka
seluruh tanggung jawab berada di pundak saya. Dengan demikian,
sayalah yang mencari makan. Saya pula yang mengusahakan agar
kesejahteraan keluarga ini tetap dapat dipertahankan. Sekali lagi, saya
rasa Anda tak perlu mengkhawatirkan keadaannya!”
”Lalu apa mata pencaharian Anda untuk memenuhi kebutuhan dalam
kehidupan yang serba sulit ini?” tanyanya. Ada nada ejekan dalam
suaranya.
”Saya bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang
ekspor dan impor, dan barangkali Anda perlu juga mengetahui di
mana letak kantornya dan apa yang saya kerjakan di sana dan berapa
pula besarnya jumlah gaji saya?” (MdMK: 75).
Masih dalam Angkatan 1970, contoh cuplikan lain dapat pula disaksikan dalam novel
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Laki-laki mana ada sih yang tidak menyeleweng, Ran?” Sekarang
seringai Dora mengambang. Matanya memancarkan sorot berbahaya.
Sinar yang lahir dari lubuk dendam yang masih membara. Meskipun
sudah empat tahun terkubur di bawah puing-puing perceraiannya.
”Mereka memang sudah rusak dari sananya kok! Diberi makan di
rumah sampai kenyang pun tetap juga jajan di luar!”
”Habis aku mesti bagaimana?”
”Gampang. Cuma ada dua pilihan. Cerai atau cuek.” (PK: 115).
Dalam novel Karmila juga dapat dilihat ideologi feminisme yang terungkap dari
Dari cuplikan ketiga novel di atas, pengarang juga ingin memaparkan ideologi
Musim Kemarau diceritakan bahwa tokoh Tuning menjadi kepala keluarga karena
kedua orang tua dan kakaknya telah meninggal dunia, mau tidak mau semua beban
hidup harus ditanggungnya untuk membiayai adiknya yang masih kuliah dan juga
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Pada cuplikan novel Perempuan Kedua tampak adanya usaha pengarang
untuk lebih berani dalam mengungkapkan ideologi feminisme, yaitu melalui tokoh
Dora, sahabat Rani. Perempuan yang telah bercerai ini diceritakan berusaha
memprovokasi Rani untuk segera berpisah dari suaminya, dokter Yanuar yang
diketahui telah berselingkuh dengan pasiennya, Patricia. Dalam kamus Dora, tidak
ada kata kompromi jika suami telah mendua cinta. Menurut Dora, perempuan jangan
mau dibodohi kaum laki-laki hanya karena tidak tega melihat anak-anak yang tidak
Hal ini senada dengan nilai-nilai feminis yang dikemukakan Sagala dan Ellin
memiliki kekuasaan sebagai pribadi utuh atas dirinya, pikiran, perasaan, dan
Pada Angkatan 2000 novel yang dianggap mewakili dapat disaksikan dalam
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Dan bukan oleh Yang Maha Tahu dan Mengerti tentang ciptaannya.”
”Iya.” (PBS: 169).
Pada contoh selanjutnya dapat pula dilihat pada cuplikan novel Abidah yang lain,
Seperti yang dapat disaksikan dalam kedua cuplikan novel di atas, terlihat
cukup jelas ideologi feminisme yang hendak diusung oleh pengarang asal Jombang
ini. Latar belakang kehidupan pesantren yang tampak pada kedua karyanya tersebut
kedudukannya dalam Islam serta tentunya kehidupan dunia pesantren yang pernah
didiaminya tersebut.
Islam tidak pernah menjadikan perempuan sebagai makluk marjinal atau makluk
Dalam kehidupan beragama juga tidak luput dikritik oleh Abidah melalui
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
nama tokoh dalam Geni Jora dan Perempuan Berkalung Sorban— berkesimpulan
perempuan dan seolah menyatakan perlunya merekonstruksi fiqih yang selama ini
dirasakan telah menjadikan perempuan menjadi warga kelas dua. Menurutnya kitab-
kitab fiqih yang ditafsirkan para ulama selama ini tidak lebih tinggi nilainya daripada
isi kandungan Alquran dan Al Hadist. Jadi tindakan untuk menggugat interpretasi
kitab-kitab fiqih dari para ulama dirasa sebagai sikap yang wajar karena selama ini
suami meski sang istri sedang tidak ingin melakukannya. Jika istri tidak
Namun terkadang istri bisa saja sedang sakit atau kehilangan moodnya, apakah hal
itu termasuk dosa? Seharusnya hubungan tersebut dilakukan apabila keduanya sama-
sama dalam keadaan siap. Masih banyak hal-hal yang dipertanyakan tokoh-tokoh
adanya persamaan antara laki-laki dan perempuan jika mereka beriman kepada Allah
SWT. Begitu pula dalam pergaulan suami istri. Suami disuruh untuk menggauli
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar.”
(QS. Al-Ahzab: 35).
ideologi feminisme yang disampaikan oleh Ayu Utami dan Djenar Maesa Ayu dalam
yang diutarakan Ayu maupun Djenar. Ideologi feminisme yang selama ini selalu
Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Ayu dan Djenar,
misalnya. Pada Saman dapat disaksikan aroma ideologi feminisme sebagai berikut.
Ideologi feminisme pada novel Larung dapat pula disimak seperti berikut.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Waktu itu dia masih colonel, baru dipindahkan dari Jakarta ke Kodam
Bukit Barisan, gagah sekali, dan aku membayangkan seorang pria
yang garang dan jalang, serdadu yang liar sepulang tempur, yang
merobek-robek bajuku dengan buas. Kami pun berkencan. Tetapi di
tempat tidur ternyata dia anak manis, yang menunggu aku melucuti
pakaiannya. Dan baru dua menit putus kayak telepon koin. Aku baru
mencari posisi yang enak ketika tiba-tiba, lho kok loyo?. Dia bukan
macan. Dia apalagi kalau bukan kucing bersepatu lars. Aku rada
kecewa. Tapi tak apa. Setiap pria memiliki daya tariknya sendiri, juga
daya tahan. Hahaha…
(Larung: 88).
ini. Persit Kartika Chandra Kirana, misalnya, merupakan salah satu perkumpulan istri
abdi negara (Tentara Angkatan Darat). Begitu pula dengan Bhayangkari untuk
yang dilakukan PKI yang berimbas pada kebebasan organisasi perempuan (Nugroho,
2008: 98). Fenomena itu seakan dijadikan pembenaran untuk selalu mengawasi
Cuplikan Saman di atas dapat dikatakan sebagai protes dari kaum feminis
yang tidak menyukai sistem patriarki. Seperti yang diketahui, meskipun telah ada
usaha dari pihak pemerintah untuk membuat perempuan lebih produktif, ternyata hal
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
tangga. Kegiatan yang selalu dilakukan kaum ibu itu didominasi oleh urusan
domestik, seperti arisan, PKK, masak memasak, jahit-menjahit, dan tidak jarang
perempuan atas laki-laki. Hal ini digambarkan secara blak-blakan oleh Ayu melalui
ketidakmampuan seorang laki-laki di atas ranjang. Meskipun dari luar terlihat gagah
dan perkasa, namun dalam hal bercinta ternyata oknum abdi negara ini masih kalah
pesan ideologi feminisme yang disampaikan Djenar. Dalam salah satu adegan ketika
tokoh Nayla yang dikisahkan seorang penulis cerita fiksi, diwawancarai mengenai
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Dari beberapa contoh cuplikan di atas dapat dilihat adanya keinginan untuk
perempuan ini melalui sejumlah metafora, terutama dapat dilihat pada karya sastra
Angkatan 2000. Para pengarang perempuan yang dapat dikatakan sebagai bagian dari
kaum feminis ini berkeinginan untuk mendekonstruksi oposisi biner antara laki-laki
dan perempuan yang selama ini bersifat patriarki karena pada kondisi seperti itu
berkuasa dan bisa menaklukkan laki-laki, sedangkan para tokoh laki-lakinya sering
dibuat tidak berdaya dalam menghadapi segala sesuatu. Tokoh Yasmin, misalnya,
bisa menundukkan tokoh Saman baik dari segi seksualitas maupun aktivitasnya
(Nasution, 2007: 327). Begitu pula halnya ketika diceritakan Yasmin dan Cok
menyelamatkan Saman sampai keluar negeri, sedangkan Saman dan Larung tidak
berhasil menyelamatkan Wayan Togog, Bilung, dan Koba (aktivis Solidaritas Wong
dikisahkan Ayu, Larung, misalnya dianggap sebagai laki-laki yang tidak pernah
berhubungan seks.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Begitu pula halnya dengan dominasi yang diberikan pengarang kepada tokoh
Hampir senada dengan kedua karya Ayu Utami di atas, pada karya Dewi
Lestari untuk novelnya Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh dan Djenar
Maesa Ayu dalam novelnya Nayla juga mengemukakan ideologi feminisme secara
sebagai tokoh yang memiliki pengetahuan yang luas serta amat membenci
cyber ini dikisahkan pula memiliki kedudukan khusus dalam cerita. Diva menjadi
tokoh yang diciptakan oleh tokoh Ruben dan Dhimas. Kedua lelaki yang menjadi
sepasang kekasih ini menciptakan tokoh Cyber Avatar, yaitu Diva. Diva merupakan
tokoh yang tidak terlalu ramah pada orang lain, merdeka dari segala keinginan dan
perintah orang lain. Meski berprofesi sebagai pelacur, namun sang Supernova ini
bisa “menasihati” orang lain melalui chatting di internet (hlm. 128-129). Hal ini
dibuktikan dengan beberapa tokoh di novel ini yang berkonsultasi dengan sang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Mendadak segala penat dan perih lukanya hilang, tergantikan oleh
secercah semangat. Secepat kilat, ia langsung mengirim pesan.
Berkali-kali, sampai akhirnya Supernova merespon tulisannya…
(KPBJ: 149).
Jemari jentiknya kembali mengetik secepat kilat. Terlalu banyak e-
mail yang harus dibalas, ia hampir tidak merespon para penanya di
jalur chat room ICQ. Tiba-tiba muncul sebuah nomor asing… ia pun
tersenyum. Sapaan pertama mereka telah bercerita segalanya.
<guest> Cyber Avatar. Ternyata kamu ada
<TNT> Senang berkenalan dengan kalian (KPBJ: 203).
Adapun Djenar dalam berkisah pada Nayla bisa dikatakan sangat lancar
pribadinya sebagai seorang Djenar yang selalu menulis kisah seputar seks. Ideologi
feminisme dalam Nayla juga tergambar ketika tokoh Nayla begitu sangar terhadap
laki-laki, meski laki-laki tersebut merupakan pacarnya. Sama halnya dengan Ayu
Utami, Djenar juga memberikan kekuatan pada tokoh Nayla, bahkan ketika
dapat dilihat pada novel Perempuan Berkalung Sorban dan Geni Jora. Di kedua
novel ini memperlihatkan adanya konflik antara ideologi patriarki dan ideologi
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
pertentangan di antara kedua ideologi tersebut, terutama pertentangan mengenai
kitab dari para ulama. Pengarang merasa pendapat dari kitab-kitan tersebut
kehidupan sosialnya padahal kitab suci Quran sendiri tidak pernah menyudutkan
pada umumnya takluk pada sistem patriarki. Namun tetap saja tokoh perempuan yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
ada dalamnya sudah cukup merasa nyaman dengan kondisi yang demikian. Misalnya
Bandingkan dengan apa yang diuraikan dalam novel Angkatan 2000 berikut.
Dari kedua cuplikan di atas dapat dilihat bahwa pada Angkatan 2000, tokoh
perempuan umumnya digambarkan lebih mandiri dan bisa menantang siapa saja yang
merasa menyakiti mereka. Pergeseran begitu kental terasa ketika membaca novel
2 Karmila √ ─ ─ ─
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Lanjutan Tabel 5
3 Bukan Impian √ ─ ─ ─
Semusim
4 Namaku Hiroko √ ─ √ ─
6 Melati di Musim √ ─ ─ ─
Kemarau
2000
1 Larung ─ √ √ ─
2 Saman ─ √ √ ─
3 Perempuan √ ─ √ ─
Berkalung Sorban
4 Geni Jora √ ─ √ ─
5 Supernova: ─ √ ─ ─
Ksatria, Puteri, dan
Bintang Jatuh
6 Supernova: Akar ─ √ ─ ─
7 Nayla ─ √ ─ ─
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat berbagai jenis ideologi
Feminisme Africana. Pada Angkatan 1970 yang mendominasi adalah feminisme yang
perempuan dalam masyarakat. Feminisme liberal ini menurut Nugroho (2008: 63),
mulai berkembang di Barat pada abad ke-18, bersamaan dengan semakin populernya
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pada Angkatan 1970
kesemua data yang berjumlah enam novel termasuk dalam katagori feminisme liberal.
Adapun tipe feminisme sosialis berjumlah tiga novel. Sedangkan masa Angkatan
2000-an, yang lebih mendominasi adalah feminisme yang sudah radikal yang
berjumlah lima novel. Adapun feminisme ini merupakan gerakan yang lebih melihat
bahwa segala akar permasalahan lebih pada sistem seks dan jender serta
tentunya selalu berujung pada penindasan terhadap kaum perempuan. Di setiap kisah
yang ditampilkan, tampak begitu jelas ideologi feminisme yang terungkap dari setiap
yang terdapat pada Angkatan 2000 ini termasuk di dalamnya adalah kisah cinta
sejenis. Para pengarang perempuan di angkatan ini tidak ragu dalam mengisahkan
cerita yang berkaitan dengan cinta sejenis (homoseksual). Dari tujuh novel yang
mewakili Angkatan 2000, tercatat ada lima novel yang menyinggung terjadinya
hubungan asmara sejenis yang tidak lazim dilakukan ini. Kelima judul novel tersebut
adalah Larung, Saman, Geni Jora, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh,
dan Nayla.
Perubahan struktur patriarki ini bertujuan supaya kesetaraan jender dapat terwujud
serta menjadi syarat demi terciptanya suatu masyarakat tanpa kelas dan tanpa hierarki
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
horizontal (Nugroho, 2008: 75). Kaum feminisme sosialis ini selalu menuding bahwa
pekerjaan perempuan yang selalu berkisar pada sektor domestik dan pekerjaan laki-
laki yang berada di wilayah publik sebagai cikal bakal timbulnya struktur patriarki
dalam keluarga.
terdapat delapan judul yang di dalamnya juga disinggung tentang feminisme sosialis,
yaitu Perempuan Kedua, Namaku Hiroko, Pada Sebuah Kapal, Larung, Saman,
Perempuan Berkalung Sorban, dan Geni Jora. Adapun dengan ideologi feminisme
Africana setelah diamati tidak terdapat di dalam ketigabelas novel yang menjadi data,
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB V
dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Begitu pula ideologi yang terjadi dalam karya
sastra tentu sudah mengalami berbagai pergeseran konsep. Ternyata telah terjadi
pergeseran ideologi feminisme dalam Angkatan 1970 dan Angkatan 2000 khususnya
ini membuat pola pikir mereka pun menjadi lebih terbuka dan semakin membuat
mereka mengetahui akan banyak hal, termasuk ideologi feminisme. Menurut Alwi,
dkk (2007: 263) pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
seseorang sehingga pada akhirnya bisa terbebas dari belenggu kebodohan dan rendah
semakin intelek pemikiran sesorang tersebut. Dia tidak hanya melakukan seputar
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
aktivitas domestik di rumah, namun biasanya perempuan model ini menjadi sosok
perempuan mandiri dan memiliki karier yang tidak hanya sebagai ibu rumah tangga
semata.
”Bukan soal uang. Aku ingin kuliah lagi. Titik. Fani mesti kauambil.”
”Oke, engkau kuliah lagi. Tapi anak ini toh boleh tetap di sini? Ibumu
pasti tidak keberatan mengurusnya, sebab kalau aku tidak salah,
selama ini pun Ibu yang merawatnya... (Karmila, hlm. 100).
Adapun pada Angkatan 2000, dalam novel Geni Jora dapat pula disaksikan
tokoh Kejora berikut yang memiliki kecerdasan serta memiliki pendidikan tinggi.
Pada novel Saman dapat pula disaksikan pendidikan dari salah seorang tokoh
Pada kedua cuplikan novel di atas terlihat faktor pendidikan yang tinggi
membuat Karmila, Kejora, dan Yasmin memiliki citra sebagai perempuan modern
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
yang berpikiran luas meski dalam Karmila dikisahkan tokoh Karmila merasa
terganggu jika ia harus kuliah sekaligus mengurus anak akibat perkosaan Feisal. Ia
Sang pengarang, Marga Tjoa, seperti yang sudah menjadi pengetahuan umum
lulusan Magister Ilmu Filsafat yang juga seorang pengarang produktif. Seperti yang
diketahui, Maria juga selalu menuliskan kisah cinta yang tidak terlalu ”berat” dibaca
sehingga karya-karya ciptaannya bisa dikatakan hampir senada dengan Mira W atau
Marga T.
yang bermutu dan bernilai sastra tentu saja Nh. Dini. Dalam perjalanan
mendapatkan pendidikan yang terlalu tinggi seperti halnya dengan Maria, Marga T,
atau Mira W. Nh. Dini tidak sempat mengenyam pendidikan sampai sarjana. Meski
negara lain semasa menjadi istri diplomat membuat Dini berhasil mencdiptakan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Sedangkan pada cuplikan Geni Jora, dapat dilihat gadis yang bernama Kejora
merupakan gadis dengan sosok yang cerdas dan memiliki bakat pemberontak sejak
masih kecil. Ketika sudah mengecap ilmu sampai di perkuliahan, terang saja
menentang segala yang tidak disukainya. Hal ini belum tergambar pada Karmila.
Meski pada awalnya ia tidak ingin mengasuh puteranya, namun dengan bahasa cinta
yang dimainkan Feisal membuat Karmila bukan hanya mau mengasuh anaknya
menciptakan tokoh Kejora seakan tanpa cela dan nyaris sempurna. Berparas cantik,
berasal dari keluarga berkecukupan, berpikiran cerdas, dan bisa menaklukkan laki-
laki, seperti itulah gambaran umum Kejora. Pada contoh kutipan di atas, dapat
disimpulkan begitu cerdasnya Kejora sehingga ia selalu meraih prestasi yang baik dan
Abidah sebagai mantan santriwati dan juga lulusan IAIN Sunan Kalijaga
dirasa sangat mumpuni untuk mengisahkan cerita-cerita dengan tema yang populer di
perempuan yang hendak melepaskan diri dari belenggu sistem patriarki yang pada
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Begitu pula dengan pengarang lain, seperti Ayu Utami yang menciptakan
tokoh Yasmin. Tokoh ini merupakan salah satu tokoh perempuan yang memiliki
pendidikan tinggi dan status sosial yang baik di masyarakat. Sebagai seorang
perempuan yang pintar dan memiliki kekayaan membuat karier Yasmin selalu
cemerlang. Tokoh perempuan ini juga diceritakan mampu menaklukkan tokoh Saman
dalam hal seksualitas sedangkan tokoh Saman yang notabene seorang laki-laki tidak
merupakan lulusan Sarjana Sastra Rusia, Universitas Indonesia yang tentunya tidak
kritikus sastra.
Ilmu Politik yang juga termasuk perempuan cerdas dan multitalenta karena selain
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
5.2 Faktor Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat menjadi faktor yang memengaruhi terjadinya
pergeseran ideologi feminisme dalam novel Angkatan 1970 dan Angkatan 2000.
Keterbukaan yang berkembang dalam wacana sastra di era reformasi ini salah satunya
dikarenakan status sosial ekonomi pada tokoh-tokoh yang bermain di dalam novel
bisa dikatakan sudah lebih baik. Selain pendidikan, para tokoh kreasi pengarang
perempuan yang mewakili Angkatan 1970 dan Angkatan 2000 ini juga telah
Uang dari kabaret tidak pernah kupakai sejak dia tinggal bersamaku.
Jumlah yang terkumpul kusimpan di tabungan bank, merupakan
jaminan kesejahteraan diriku sendiri. Seandainya aku meninggalkan
kerja malamku, kuinginkan agar Suprapto mengganti jumlah
kerugiannku. Aku tidak pernah dapat menduga atau mengetahui
apakah dia cemburu. Apakah dia betul-betul menghendaki agar aku
meninggalkan pekerjaan di malam hari... (NH: 166).
kelas menengah ini mampu membeli karya-karya dari para pengarang, tidak
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Seorang Marga T atau Mira W yang juga berprofesi sebagi dokter
mengisyaratkan bahwa mereka mengarang banyak novel bukan semata ingin mencari
uang dan kekayaan, namun lebih karena karya-karya mereka sangat digemari oleh
Angkatan 2000 dapat juga terlihat bagaimana status sosial ekonomi yang tinggi di
mata masyarakat telah menjadikan Diva, salah satu tokoh perempuan dalam novel itu
Diva bukan jenis orang yang hangat yang tak pernah lupa
mengajaknya ngobrol atau melemparkan guyonan, tapi ia tahu
majikannya amat peduli. Diva tak pernah memberikannya baju lebaran
atau menyumbangkan hewan kurban, tapi Diva menanggung biaya
sekolah ketiga anaknya, bahkan membayari mereka ikut berbagai
macam kursus. Belum lagi suplai buku-buku yang selalu datang
membanjir...Tentu saja, semua modal ditanggung Diva (KPBJ: 116).
Dari kedua contoh cuplikan di atas secara tersirat dapat dibandingkan bahwa
feminisme yang cukup menonjol adalah pengaruh status dan kondisi sosial ekonomi.
Di era 1970-an, para perempuannya sebagian sudah ada yang mandiri karena
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
yang sah. Sebagian besar tokoh-tokoh perempuan itu memang memiliki kehidupan
yang bebas dan selalu berganti-ganti pasangan, bahkan tidak jarang dengan pasangan
yang sejenis. Dari segi kemampuan ekonomi, para perempuan dari Angkatan 2000 ini
boleh dikatakan cukup mapan karena memiliki pekerjaan yang bonafid. Rata-rata
faktor kekuasaan atau politik. Politik dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam suatu
sistem atau negara yang menyangkut proses untuk menentukan tujuan bersama dan
melaksanakan tujuan itu (Hermawan, 2001: 7). Jika berbicara tentang politik tentu
pembicaraan tersebut tidak bisa terlepas dari kekuasaan. Perkembangan situasi politik
yang terjadi di negeri ini disimpulkan menjadi salah satu penyebab terjadinya
berbagai pergeseran ideologi feminisme dalam karya sastra Angkatan 1970 dan
Angkatan 2000.
didasarkan oleh sistem patriarki. Dalam sistem patriarki, secara tegas disebutkan
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Berikut dapat dilihat faktor politik (kekuasaan) yang menyebabkan pergeseran
ideologi feminisme di antara kedua angkatan yang dikaji. Pada Angkatan 1970 dapat
Adapun dalam novel yang mewakili Angkatan 2000 dapat dilihat pada novel Saman.
Dari kedua Angkatan yang berbeda di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
reformasi yang bergulir sejak pertengahan 1998 silam masyarakat di negeri ini mulai
Orde Baru, perempuan tetap saja menjadi kaum yang tersubordinasi sekalipun di
masa itu bermunculan berbagai organisasi perempuan dan semua itu dianggap
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Jika pada Angkatan 1970, persoalan politik hanya disampaikan melalui
permasalahan politik dan berbagai peristiwa yang terkait disampaikan lebih lugas
sehingga pembaca terkadang seperti menemukan suatu fakta dalam setiap karangan.
di antara kedua Angkatan yang dikaji. Karya sastra dapat dikatakan sebagai produk
budaya yang dapat memberikan hikmah terhadap manusia sebagai penikmat karya
sastra karena dalam karya sastra terkandung isi, pesan serta berbagai konsep
kehidupan yang amat beragam. Kondisi budaya tentu tidak stagnan melainkan
bersifat progresif sesuai dengan perkembangan zaman. Budaya itu sendiri dapat
lain yang diperoleh anggota-anggota suatu masyarakat” (Taylor melalui Harris dan
Apabila dikaitkan dengan karya sastra Angkatan 1970 dan Angkatan 2000,
maka dapat dikatakan bahwa faktor budaya telah mengakibatkan pergeseran ideologi
Pada Angkatan 1970 budaya patriarki masih begitu melekat erat pada
kehidupan para tokoh perempuan dan para perempuan yang diceritakan tersebut
umumnya tidak berdaya dan terlihat cukup nyaman dalam menghadapi sistem yang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
diterapkan oleh budaya patriarki tersebut. Pada angkatan ini juga terlihat adanya
2008:457). Sedangkan pada Angkatan 2000, budaya yang diyakini sudah mengalami
pergeseran yang cukup signifikan seolah ingin melepaskan diri dari nilai-nilai budaya
yang dianggap sudah usang dan tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman. Nilai
budaya tersebut boleh dikatakan bernuansa kontemporer, yaitu nilai-nilai yang dianut
tercipta juga mengalami pergeseran. Pergeseran dari aspek budaya ini dapat
dibandingkan pada cuplikan novel Perempuan Kedua dan Geni Jora berikut.
Aku harus berjuang keras memoles tubuh yang mulai menua ini
supaya masih tetap terpakai dan tidak membosankan suami! Supaya
suami tidak menoleh kepada perempuan lain dan mencari yang lebih
muda! Oh, alangkah menyakitkan menjadi seorang istri! Inikah
bentuk pengabdian yang dituntut suami dari istrinya? Benar-benar
harus menjadi abdi luar dan dalam?
(PK: 113).
Sebagai seorang perempuan yang berasal dari keluarga Jawa yang sangat
mengakar kuat unsur patriarkinya tentu apa yang dilakukan Kejora merupakan hal
yang tidak lazim karena dalam kebudayaan Jawa yang mengharuskan seorang wanita
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dituntut untuk setia dan berbakti kepada suami. Istri dituntut selalu mengikuti suami
ke surga maupun ke neraka (suwargo nunut neroko katut). Perempuan tidak banyak
bertindak ke luar, lebih statis dan pasif serta harus tunduk dan taat pada keluarga.
Dari kedua contoh cuplikan di atas dapat diketahui ideologi feminisme yang
mengalami pergeseran yang disebakan oleh faktor budaya pada konteks masyarakat
yang berbeda masa ini. Gambaran sikap yang ditunjukkan oleh para tokohnya bisa
namun ia tidak bisa berbuat banyak selain hanya bertanya pada diri sendiri dengan
pertanyaan-pertanyaan retoris.
Berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh Kejora dalam novel
Geni Jora. Tokoh yang mewakili Angkatan 2000 ini begitu berani menantang siapa
saja yang mencoba untuk menindas hak-haknya sebagai seorang perempuan. Bagi
Kejora keduanya adalah mitra sejajar. Perempuan tidak berhak untuk disakiti dan
dinomorduakan.
Akan halnya dengan Ayu Utami, pengarang yang juga bersuku Jawa ini
menyatakan bahwa selama ini pembicaraan mengenai seksualitas sangat tabu untuk
dibicarakan secara terbuka, terlebih dalam budaya yang menjunjung tinggi adab
karena perempuan mempunyai hak untuk menikmati seks dan hidup bahagia seperti
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
5.5 Faktor Agama
adalah ” Suatu perangkat hukum, ritus, adat/ tradisi, peninggalan historis, hasil
harta miliknya”.
Dalam novel Angkatan 1970 dapat dilihat pada cuplikan novel Bukan Impian
Semusim. Disini terdapat tokoh seorang biarawati yang menjadi kepala sekolah dari
Nah, Marilah kita lihat apa saja yang dapat dilakukan oleh seorang
biarawati. Banyak orang berprasangka, terutama para orang tua di sini,
bahwa masuk biara adalah sama dengan dikubur hidup-hidup.
Biarawati-biarawati itu pasti takkan mungkin bahagia. Itu sama sekali
tidak benar. Juga banyak orang menyangka, biarawan atau biarawati
itu adalah oarang-oarang yang patah hati. Itu juga salah. Masyarakat
tidak tahu, bahwa biara mempunyai ketentuan-ketentuan yang cukup
keras dalam menerima anggota-anggota baru... (BIS: 25).
Ia telah mati. Dan ia amat sedih karena Tuhan rupanya tidak ada.
Kristus tidak menebusnya sebab ia kini berada dalam jurang maut,
sebuah lorong gelap yang sunyi mencekam, dan ia dalam proses jatuh
dalam sumur tak berdasar...(Saman: 102).
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Persoalan agama (teologi) yang direpresentasikan Marga T, yang mewakili
Angkatan 1970 dan Ayu Utami yang mewakili Angkatan 2000 dapat dikatakan
mengalami pergeseran. Pada Bukan Impian Semusim, pengarang melalui tokoh Mere
Rosa, begitu menjunjug tinggi nilai-nilai agama dan berusaha memengaruhi lawan
bicaranya agar berbudi luhur dan mengabdikan hidup pada Tuhan. Kentalnya nuansa
keagamaan yang diusung dalam novel Bukan Impian Semusim dapat dimaklumi
mengingat pengarang yang juga seorang dokter ini penganut Katolik yang taat.
Sedangkan pada Saman nilai-nilai itu mulai berubah. Tokoh Saman yang pada
mulanya seorang frater atau pastor yang relijius, tetapi pada akhirnya menjadi ragu
akan keberadaan Tuhan. Terlebih ketika Saman ditangkap dan disekap oleh aparat
penafsiran agama yang salah telah mengakibatkan kaum perempuan selalu terkekang
Apa yang diungkapkan Ayu yang diwakili tokoh Saman di atas seolah
Seperti yang diketahui bahwa salah satu sebab terjadinya gerakan feminis
Persoalan agama atau relijiusitas dalam karya sastra, khususnya yang ditulis
oleh pengarang perempuan, pada Angkatan 2000 mulai diangkat bahkan tidak jarang
dijadikan tema sentral. Seperti yang diketahui bersama bahwa konflik yang terjadi
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
pada bangsa Indonesia tidak jarang berasal dari persoalan yang sangat sensitif ini
Dalam Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh dan Supernova: Akar,
masih dianggap tabu untuk dikaitkan dengan masalah keagamaan. Namun, pengarang
sebagai penulis yang feminis mencoba perspektif baru dalam berkeyakinan. Tersirat
pengarang hendak meninggikan derajat sang tokoh perempuan yang bernama Diva
atau Supernova menjadi tokoh banyak mengetahui segala sesuatu dan terkesan
bersifat otoriter. Tokoh ini berniat mengajarkan cara mencapai kesadaran hidup yang
lebih tinggi dan lebih intensif hingga dapat mengenali diri secara utuh. Lihatlah
takdir. Konsep tugas di novel ini merupakan keyakinan bahwa manusia mempunyai
tugas yang mesti diselesaikan dalam kehidupannya di muka bumi. Dalam Supernova:
Akar ini juga menyinggung ajaran agama Budha. Meski pada novel ini pengarang
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
”Kamu tahu apa yang paling menarik sekaligus paling menyebalkan
dari diri kamu?” Semburnya tak tertahankan. ”Ketidaktahuanmu!
Akan...akan...segalanya!”
Maksud kamu apa? Aku berdiri. Ia ikut berdiri. Berjalan mendekat.
”You have such a beautiful face, Bodhi”, Ia berbisik. ”So beautiful, it
scares the shit outta me” (Akar: 79).
Tokoh perempuan di sini (Star) digambarkan begitu aktif dan agresif merayu
Bodhi, tokoh laki-laki utama di novel ini. Dengan berdalih menato bagian buah dada
Star akhirnya kesempatan itu tidak disia-siakan Star dan Bodhi. Setelah selesai
menato, mereka pun sama-sama memuaskan gelora rasa dan gairah yang membakar.
Begitu pula pengarang memosisikan tokoh perempuan (Star) menjadi penakluk laki-
laki. Salah satunya Star mengajarkan pada Bodhi bagaimana cara berciuman yang
mengasyikkan. Sikap yang ditunjukkan Star pada Bodhi ini mengindikasikan masih
1 Perempuan Kedua √ √ ─ √ ─ ─
2 Karmila √ √ ─ ─ √ ─
3 Bukan Impian √ ─ ─ √ ─ ─
Semusim
4 Namaku Hiroko ─ √ √ √ √ ─
6 Melati di Musim √ √ ─ √ ─ ─
Kemarau
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Lanjutan tabel 6
2000
1 Larung √ √ √ ─ √ √
2 Saman √ √ √ ─ √ √
3 Perempuan √ √ ─ ─ √ √
Berkalung Sorban
4 Geni Jora √ √ √ ─ √ √
5 Supernova: √ √ √ ─ √ √
Ksatria,Puteri, dan
Bintang Jatuh
6 Supernova: Akar √ √ ─ ─ √ √
7 Nayla √ √ √ ─ √ ─
ekonomi, politik/ kekuasaan, budaya, serta agama. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
tokoh-tokoh perempuan yang ada dalam ketigabelas novel yang mewakili Angkatan
2000, ketujuh novel yang menjadi data diketahui bahwa semua tokoh utama
perempuan di sana ternyata mendapat pendidikan formal yang baik. Setelah mereka
tamat, biasanya para tokoh perempuan tersebut memiliki pekerjaan dan karier yang
baik sehingga terkesan lebih mandiri dan secara materi juga cukup. Sedangkan faktor
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
pendidikan yang memengaruhi pada Angkatan 1970 terdapat empat novel. Di sini
dapat dilihat meski para tokoh perempuan juga mengeyam pendidikan yang lumayan
didominasi sistem patriarki yang masih melekat kuat. Di samping itu dalam
sosial ekonomi. Faktor ini juga menjadi salah satu penyebab pergeseran ideologi
feminisme yang dapat dilihat dari para tokoh yang ada di dalam cerita maupun dari
status sosial ekonomi dari sang pengarang sendiri. Dalam hal status sosial ekonomi
ini dapat dilihat berdasarkan tabel 6 karena hampir semua data novel, masing-masing
lima novel pada Angkatan 1970 dan tujuh novel pada Angkatan 2000, menunjukkan
bahwa kehidupan sosial ekonomi yang dianggap mapan dapat mengubah cara
dan feminisme ini. Dalam kaitannya dengan faktor sosial ekonomi, ternyata berkaitan
dengan tingkat pendidikan yang baik sehingga status sosial ekonomi juga lebih tinggi
di mata masyarakat.
Faktor berikutnya adalah kekuasaan dan politik yang juga memiliki pengaruh
dalam pergeseran ideologi feminisme. Kekuasaan dan politik yang berkaitan dengan
pemerintahan yang berbeda pada tahun 1970-an dan tahun 2000-an di Indonesia. Jika
pada masa 1970-an identik dengan kekuasaan orde baru yang dianggap sebagian
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
pengarang perempuan telah mengungkung kehidupan perempuan dalam sistem
patriarki maka hal itu berubah pada Angkatan 2000, tatkala kebebasan berpendapat
begitu dihargai. Tidak heran jika karya-karya sastra masa kini memiliki tema yang
sangat beragam, termasuk tema feminisme. Faktor politik dan kekuasaan yang
bergeser pada Angkatan 1970 hanya terdapat dua novel saja. Sedangkan pergeseran
politik dan kekuasaan pada Angkatan 2000 terdapat dalam lima novel.
Adapun faktor budaya yang bersifat primordial juga terdapat dalam lima
novel. Sedangkan yang cenderung kontemporer berjumlah tiga novel. Perlu diketahui
bahwa ada dua novel yang berjudul Namaku Hiroko dan Pada Sebuah Kapal
disebabkan kisah pada kedua novel tersebut mulanya cenderung primordial, namun di
pertengahan hingga akhir cerita pemikiran dan perilaku tokoh perempuan sudah
berubah menjadi budaya yabng lebih kontemporer. Adapun pada Angkatan 2000,
ketujuh data menunjukkan sudah tidak ada lagi novel yang bersifat primordial,
Faktor agama juga dianggap sebagai salah satu penyebab pergeseran ideologi
feminisme karena tokoh-tokoh pada Angkatan 1970 umumnya begitu patuh dan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Sebaliknya pada Angkatan 2000 pada umumnya
raguan. Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa pada Angkatan 2000,
pergeseran ideologi feminisme yang dilihat dari aspek agama berjumlah enam novel,
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dengan kata lain hampir keseluruhan data novel yang di dalamnya terdapat
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
BAB VI
6.1 Simpulan
dan teori kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa terdapat ideologi feminisme
dalam novel-novel karya pengarang perempuan Angkatan 1970 dan Angkatan 2000.
ideologi feminisme tersebut adalah faktor pendidikan, faktor status sosial ekonomi,
dalam novel pengarang perempuan Angkatan 1970 dan Angkatan 2000. Adapun teori
kritik sastra feminis menjadi landasan teori untuk memecahkan permasalahan yang
kedua, yaitu bagaimana pergeseran ideologi femisme tersebut serta apa latar belakang
1970 dan Angkatan 2000 yang ditulis oleh pengarang perempuan. Karya-karya sastra
Adapun judul-judul novel yang dimaksud adalah Karmila dan Bukan Impian
Semusim (BIS) karya Marga T, Namaku Hiroko (NH) dan Pada Sebuah Kapal (PSK)
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
dari Nh. Dini, Perempuan Kedua (PK) buah tangan Mira W, serta Melati di Musim
Kemarau (MdMK) karya Maria A. Sardjono. Berbagai judul tersebut mewakili karya
Angkatan 1970.
Angkatan 2000 adalah Larung dan Saman dari Ayu Utami, Perempuan Berkalung
Sorban (PBS) dan Geni Jora (GJ) karya Abidah El Khalieqy, Supernova: Ksatria,
Puteri, dan Bintang Jatuh (KPBJ) dan Supernova: Akar karya Dewi ”Dee” Lestari,
Berkaitan dengan ideologi feminisme dalam karya sastra Angkatan 1970 dan
Angkatan 2000 yang menjadi permasalahan utama pada penelitian ini, ternyata
memiliki pengaruh positif dan pengaruh negatif dalam perkembangan karya sastra
pada khususnya serta pola pikir dan perilaku masyarakat pada umumnya.
Pengaruh positif yang bisa didapatkan dari adanya ideologi feminisme ini
tentu saja berdampak pada semakin maraknya tema-tema yang bernuansa feminis.
Cerita tidak lagi didominasi oleh kaum laki-laki dan kisah perempuan sering
dijadikan objek penderita atau hanya sebagai pemanis cerita saja. Karya-karya sastra
Perempuan bisa bebas berbicara mengenai hal-hal yang dirasakan perempuan serta
mengungkapkan pendapat dirasakan bagi sebagian orang dianggap telah di luar batas.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Seperti yang diketahui, keberadaan sastra yang bernuansa feminisme serta orang-
orang yang mendukung gerakan itu tentu tidak selalu disambut dengan baik dan
tangan terbuka. Feminisme masih saja digambarkan kurang baik oleh kelompok-
kelompok yang tidak menyetujui dengan beragam alasan, terlebih dengan aliran
6.2 Saran
pengamat dan kritikus sastra, kaum intelektual, para sastrawan, dan pihak pemerintah.
yang demikian bebas begitu lugas dinyatakan. Oleh sebab itu kiranya undang-
estetika bahasa agar ketika unsur-unsur pelukisan masalah seks yang masuk,
karena hal tersebut bisa saja ditiru dan dijadikan model bagi kehidupan cinta
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
remaja yang sedang mencari jati diri serta orang-orang yang berjiwa labil,
di pasaran. Seperti yang diketahui, kehidupan cinta yang sejenis ini masih
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
DAFTAR PUSTAKA
Agger, Ben. 2003. Teori Sosial Kritis: Mazhab Frankfurt, Karl Marx, Cultures
Studies, Teori Feminisme, Derrida Posmodernitas. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Alwi, Hasan, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Arivia, Gadis. 2006. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks dan Media. Yogyakarta:
LkiS.
Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hamid. A. Rahimah Haji. 2007. ”Bahasa Wanita dalam Karya Sastra: Tentangan
Terhadap Hegemoni Lelaki”. Dalam Kajian Linguistik: Jurnal Ilmiah Ilmu
Bahasa.Tahun Ke 4, No. 1. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Jorgensen, Marianne W dan Louise J. Philips. 2007. Analisis Wacana: Teori dan
Metode. Diindonesiakan Imam Suyitno, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Laelasari dan Nurlaila. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.
Lampan, Korrie Layun. 2000. Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Moi, Toril. 1991. “Feminist Literary Criticism”. Dalam Jefferson dan David Robey
(penyunting). Modern Literary Theory. London: B.T. Batsford Ltd.
Nurlatif, Muhammad. 2006. Analisis Kritik Sastra Arab Karya Nawal El Saadawi.
http://www.unhas.ac.id/sastra-arab/jurnal/2006/feb/indo-Nurlatif. Diakses, 24
Februari 2009.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik dan
Penerapannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra: Dari
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sagala, R. Valentina dan Ellin Rozana. 2007. Pergulatan Feminisme dan HAM.
Bandung: Institut Perempuan.
Shihab, Quraisy, dkk. 2005. Al Quran dan Terjemahannya. Bandung: Jumanatul Ali-
Art.
Sikana, Mana. 2007. Teras Sastera Melayu Tradisional. Selangor: Pustaka Karya.
Sinar, T. Silvana. 2004. Isu-Isu Jender Kebahasaan. Dalam Pidato Ilmiah Peringatan
Dies Natalis Ke-52 USU. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sugihastuti. 2000. “Citra Dominasi Laki-Laki Atas Perempuan dalam Saman”. Dalam
Sodiro Satoto dan Zainuddin (penyunting). Sastra: Ideologi, Politik, dan
Kekuasaan. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan. 2007. Gender dan Inferioritas Perempuan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik: Sejarah, Definisi dan Perkembangan Konsep.
Yogyakarta: IRCiSoD.
Suyatno, Suyono. 2000. “Ideologi gender dan Refleksi Semangat Feminis: Catatan
Novel La Barka Nh. Dini”. Dalam Soediro Satoto dan Zainuddin
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009
(penyunting). Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan. Surakarta:
Muhammadiyah University Press.
Wellek, Rene dan Austin Warren. 1989. Teori Kesusasteraan. Diindonesiakan oleh
Melani Budianta. Jakarta: Gramedia.
Kiki Amelia : Ideologi Feminisme Dalam Karya Sastra Angkatan 1970 Dan Angkatan 2000, 2009