Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL

GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS


DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

Zurmeli1, Bayhakki2, Gamya Tri Utami3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Departemen Keperawatan Komunitas Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau3

zurmelis@gmail.com

Abstract
The purpose of study was to identify the correlation between the family support and quality of life
of patients with chronic renal failure undergoing hemodialysis therapy at Arifin Achmad general
hospital Pekanbaru. This study was description correlation with cross sectional approach.
Sampling technique in this study was total sampling with 105 respondents. Instruments used were
questionnaires which were tested the validity and reliability. Data analysis used univariate and
bivariate analysis. The result showed that pvalue = 0.002, it could be concluded that there was a
relationship between family support and quality of life of CRF patients undergoing hemodialysis
therapy at Arifin Achmad general hospital Pekanbaru. Families who have family member
undergoing hemodialysis therapy are expected to always give both moral and material support, so
that the quality of life of patients undergoing hemodialysis CRF can be maintained.

Keywords : Family Support, CRF, Hemodialysis, Quality Of Life

PENDAHULUAN

Ginjal merupakan organ tubuh yang penyakit umum diluar ginjal (Muttaqin &
sangat penting bagi kelangsungan hidup Sari, 2011).
manusia. Fungsi ginjal antara lain, pengatur GGK merupakan gangguan fungsi ginjal
volume dan komposisi darah, pembentukan yang progresif dan irreversible dimana tubuh
sel darah merah, membantu mempertahankan gagal untuk mempertahankan metabolisme
keseimbangan asam basa, pengaturan tekanan dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
darah, pengeluaran komponen asing (obat, menyebabkan uremia (retensi urea dan
pestisida dan zat-zat berbahaya lainnya), sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer,
pengaturan jumlah konsentrasi elektrolit pada Bare, Hinkle & Ceever, 2010). Kegagalan
cairan ektra sel (Tarwoto & Watonah, 2011). ginjal ditandai dengan keadaan klinis yakni
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penurunan fungsi ginjal sehingga
suatu proses patofisiologi dengan berbagai membutuhkan terapi penganti ginjal yang
penyebab (etiologi) yang beragam, tetap seperti dialysis atau transplantasi ginjal
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang (Sudoyo, 2006).
progresif, pada umunnya berakhir dengan GGK dapat disebabkan oleh penyakit
gagal ginjal (Sudoyo, 2006). Pasien dikatakan seperti diabetes melitus, kelainan ginjal,
mengalami GGK apabila terjadi penurunan glomerulonefritis, nefritis intertisial, kelainan
Glomerular Filtration Rate (GFR) yakni <60 autoimun, sedangkan komplikasi GGK adalah
ml / menit /1.73 m2 selama lebih dari 5 bulan : edema (baik edema perifer maupun edema
(Black & Hawks, 2009). Penyakit GGK juga paru), hipertensi, penyakit tulang,
merupakan komplikasi dari beberapa penyakit hiperkalsemia, dan anemia. Walaupun
baik dari penyakit ginjal sendiri maupun demikian komplikasi gagal ginjal kronik

670

1
dapat diantisipasi dengan tindakan kontrol terapi hemodialisis. Peningkatan jumlah
ketidakseimbangan eletrolik, kontrol pasien terjadi karena perubahan gaya hidup
hipertensi, diet tinggi kalori rendah protein dan peningkatan jumlah pasien diabetes
dan tentukan tatalaksana penyebabnya melitus serta hiperkalemia, anemia dan
(Davey, 2005). hipertensi sebagai penyebab utama GGK.
Penyakit GGK dinegara berkembang Gaya hidup penderita GGK banyak
telah mencapai 73.000 orang dan merupakan disebabkan oleh gaya hidup yang salah
penyakit terbanyak di negara dunia ketiga dengan mengkomsumsi alkohol secara
dengan jumlah 350.000 orang (conference of berlebihan, kurangnya istirahat dan
the Asian Sociaty of Transplantation (CAST), mengkonsumsi suplemen yang berlebihan.
2005 dalam Wijayakusuma, 2008). Setiap Dari berbagai penyakit yang ada sekarang ini,
tahun di Indonesia diperkirakan hampir sumber akarnya tidak lain adalah pola hidup
150.000 penderita gagal ginjal tahap akhir yang keliru dan gagal ginjal merupakan salah
yang ditemukan (Wijayakusuma, 2008). satu penyakit yang banyak disebabkan karena
Berdasarkan hasil studi dari data yang gaya hidup yang salah (Price & Wilson,
didapat dari rekam medik RSUD Arifin 2006).
Achmad tercatat bahwa penyakit gagal ginjal Tindakan hemodialisis ini digunakan
pada tahun 2012 termasuk peringkat ke 5 untuk pasien GGK tahap akhir dalam jangka
jumlah pasien yang mengalami GGK yaitu panjang secara permanen dan juga pasien
sebanyak 521 orang dan 8.588 kali menjalani GGK akut yang membutuhkan dialisis dalam
tindakan hemodialisis. Pada tahun 2013 waktu singkat yaitu dalam beberapa hari
mengalami peningkatan yaitu 657 orang dan ataupun beberapa minggu saja. Walaupun
10.838 kali menjalani tindakan hemodialisis. hemodialisis dapat memperpanjang usia
Sedang pasien yang menjalani terapi pasien, tindakan ini tidak akan mengubah
hemodialisis pada bulan September 2014 perjalanan alami penyakit ginjal yang
tercatat 166 orang dan menjalani tindakan mendasari tidak akan mengendalikan seluruh
hemodialisis 945 kali. fungsi ginjal (Suharyanto & Madjid, 2009).
Pasien GGK harus menjalani Pasien gagal ginjal kronik yang
hemodialisis yang merupakan salah satu menjalani hemodialisis akan mengalami
terapi yang menggantikan sebagian kerja dari berbagai masalah yang dapat menimbulkan
fungsi ginjal dalam mengeluarkan sisa hasil perubahan atau ketidakseimbangan yang
metabolisme dan kelebihan cairan serta zat- meliputi biologi, psikologi, sosial dan spritual
zat yang tidak di butuhkan tubuh melalui pasien (Charuwanno, 2005). Dukungan
difusi dan hemofiltrasi (O`callaghan, 2009). keluarga merupakan suatu masalah yang akan
Pada pasien GGK tindakan hemodialisis tidak dialami pasien GGK karena dukungan
dapat menyembuhkan atau mengembalikan keluarga adalah prilaku melayani yang
fungsi ginjal secara permanen. Tindakan dilakukan oleh keluarga, baik dalam bentuk
hemodialisis tersebut dapat menurunkan dukungan emosional (perhatian, kasih sayang,
resiko kerusakan organ-organ vital lainnya empati), dukungan penghargaan (menghargai,
akibat akumulasi zat toksis dalam sirkulasi. umpan balik), dukungan informasi (saran,
Hemodialisis adalah suatu metode terapi nasehat, Informasi) maupun dalam bentuk
dialisis yang digunakan untuk mengeluarkan dukungan instrumental (bentuan tenaga, dana
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh dan waktu) ( Bomar, 2004).
ketika secara akut ataupun secara progresif Menurut Ratna (2010), dukungan
ginjal tak mampu melaksanakan proses keluarga merupakan Faktor penting seseorang
tersebut. Hal ini dilakukan dengan ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan
menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi sebagai strategi preventif untuk mengurangi
dengan membran penyaring semi permeabel stress dimana pandangan hidup menjadi luas
(ginjal buatan) (Muttaqin & Sari 2011). dan tidak mudah stress. Terdapat dukungan
Pengunaan terapi hemodialisis ini yang kuat antara keluarga dan status
bertambah seiring dengan peningkatan jumlah kesehatan anggotanya dimana keluarga sangat
penderita gagal ginjal yang harus menjalani penting bagi setiap aspek perawatan,
671
perawatan kesehatan anggota keluarganya oleh Togatorop, (2011) diruangan
untuk mencapai suatu keadaan sehat hingga hemodialisis RSUP Haji Adam Malik Medan.
tingkat optimum. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan
Menurut Friedman (2010), dukungan yang signifikan anatara peran perawat
keluarga adalah sikap, tindakan dan pelaksana dengan kualitas hidup pasien GGK
penerimaan keluarga terhadap penderita yang yang menjalani terapi hemodialisis. Penyakit
sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem GGK dipastikan akan berdampak kepada
anggotanya dan anggota keluarga memandang kualitas hidup penderitanya dan perawat
bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu memiliki peran penting dalam mengantisipasi
siap memberi pertolongan dengan bantuan dampak terhadap penurunan kualitas hidup
jika diperlukan. Menurut Gottlieb (1998) pasien dengan GGK untuk mencegah
dalam Ali (2009), dukungan keluarga adalah timbulnya permasalahan baru akibat terapi
dukungan verbal dan non verbal, saran, hemodialisis.
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang Kualitas hidup GGK yang menjalani
diberikan oleh orang-orang yang akrab terapi hemodialisis masih merupakan masalah
dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya yang menarik perhatian para profesional
atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat kesehatan. Kualitas hidup pasien yang
memberikan keuntungan emosional atau optimal menjadi isu penting yang harus
berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. diperhatikan dalam memberikan pelayanan
Dukungan keluarga erat kaitannya keperawatan yang komprehensif. Pasien bisa
dalam menunjang kualitas hidup seseorang. bertahan hidup dengan bantuan mesin
Hal ini di karenakan kualitas hidup hemodialisis, namun masih menyisakan
merupakan suatu persepsi yang hadir dalam sejumlah persoalan penting sebagai dampak
kemampuan, keterbatasan, gejala serta sifat dari terapi hemodialisis. Hasil penelitian
psikososial hidup individu baik dalam Ibrahim (2009), menunjukkan bahwa 57,1%
konteks lingkungan budaya dan nilainya pasien yang menjalani hemodialisis
dalam menjalankan peran dan fungsinya mempersepsikan kualitas hidupnya pada
sebagaimana mestinya (Zadeh, Koople & tingkat rendah dan 42,9% pada tingkat tinggi.
Block, 2003). Berdasarkan hasil studi pendahuluan
Kualitas hidup merupakan suatu yang dilakukan melalui wawancara terhadap
persepsi yang hadir dalam kemampuan, 10 orang yang menjalani tindakan
keterbatasan, gejala serta sifat psikososial hemodialisis, 4 orang mengatakan mendapat
hidup individu baik dalam konteks dukungan dari keluarga karena merupakan
lingkungan, budaya dan nilai dalam tanggung jawab keluarga untuk mendampingi
menjalankan peran dan fungsinya sebagimana pasien menjalani hemodialisis, 4 orang lagi
mestinya (Zadeh, Koople & Block, 2003). mengatakan tidak mendapat dukungan dari
Menurut Centers for desease Control keluarga untuk menjalani hemodialisis yang
and Prevention atau (CDC 2007 dalam merupakan rutinitas yang membosankan dan
Smelthtzer, Bare, Hinkle, & Ceever, 2010), 2 orang mengatakan kadang-kadang keluarga
kualitas hidup adalah sebuah konsep mendukung untuk hemodialisis, kadang-
multidimensi yang luas yang biasanya kadang keluarga tidak mendukung karena
mencakup evaluasi subjektif dari kedua aspek mempunyai kesibukan masing-masing.10
positif dan negatif dalam kehidupan. Hal-hal pasien GGK tersebut juga menunjukkan
yang mempengaruhi kualitas hidup adanya penurunan kualitas hidup akibat
diantaranya adalah aspek kesehatan fisik, kurangnya dukungan keluarga. Kualitas hidup
kesehatan mental, nilai dan budaya, yang menurun ini di kaitkan dengan
spiritualitas, hubungan sosial ekonomi yang perubahan kehidupan ekonomi, kesehatan
mencakup pekerjaan, perumahan, sekolah dan fisik dan psikososial, dimana 10 pasien GGK
lingkungan pasien. menyatakan bahwa telah berhenti bekerja
Hubungan peran perawat pelaksana sejak menjalani terapi hemodialisis dan
dengan kualitas hidup pasien GGK yang mengalami perubahan kesehatan fisik yang
menjalani terapi hemodialisis pernah diteliti cukup drastis, pasien mengalami cepat merasa
672
lelah sehingga kegiatannya harus dibantu oleh Prosedur: Tahapan awal peneliti
orang lain. Rata-rata pasien yang menjalani mengajukan surat permohonan ke PSIK UR
hemodialisis di RSUD Arifi Achmad yang selanjutnya diteruskan ke RSUD Arifin
Pekanbaru berasal dari luar kota ke pekanbaru Achmad Pekanbaru.
hanya untuk melakukan hemodialisis dan
pasien juga mengaku bahwa sudah tidak lagi HASIL PENELITIAN
mengikuti kegiatan sosial dilingkungan nya Analisa Univariat
seperti wirid dan arisan sejak menjalani
hemodialisis. Tabel 1
Menurut Boworth (2009), dukungan Distribusi karakteristik responden
keluarga sangat berpengaruh terhadap berdasarkan umur di ruang hemodialisis
kesehatan mental angota keluarganya. RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Sedangkan menurut Friedman (2010) ,
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penarimaan keluarga tarhadap anggota yang Kategori umur Jumlah %
sakit. Hasil studi di Amerika Serikat dan di Dewasa awal (26 – 40 tahun) 18 17,1
negara lain menunjukan aspek kesehatan dan Dewasa tengah (41 – 65 tahun) 72 68,6
perawatan keluarga akan berpengaruh Dewasa lanjut (66 – 75 tahun) 15 14,3
terhadap kualitas hidupnya. Dari uraian Total 105 100
diatasmaka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Hasil analisis data dari variabel umur
dukungan keluarga dengan kulitas hidup menunjukkan mayoritas responden berada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani pada kategori dewasa tengah, yaitu sebanyak
terapi hemodialisis di RSUD Arifin Achmad 72 orang (68,6%).
Pekanbaru”
Tabel 2
TUJUAN PENELITIAN Distribusi karakteristik responden
Untuk mengetahui hubungan dukungan berdasarkan jenis kelamin di ruang
keluarga terhadap kualitas hidup penderita hemodialisis RSUD Arifin Achmad
GGK yang menjalani terapi hemodialisis di Pekanbaru
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Jenis kelamin Jumlah %
Laki-laki 67 63,8
METODE Perempuan 38 36,2
Desain penelitian merupakan suatu Total 105 100
bentuk rancangan penelitian yang disusun
sedemikian rupa sehinga dapat menuntun Hasil analisis data dari variabel jenis
peneliti untuk dapat memperoleh jawaban kelamin menunjukkan mayoritas reponden
terhadap pertanyaan penelitian (Sasroasmoro adalah laki-laki berjumlah 67 orang (63,8%).
& Ismael, 2008). Jenis penelitian ini adalah
korelasi dengan pendekatan Cross Sectional Tabel 3
yaitu penelitian yang menekankan waktu Distribusi karakteristik responden
pengukuran atau observasi data variabel berdasarkan tingkat pendidikan di ruang
independen dan dependen hanya satu kali hemodialisis RSUD Arifin Achmad
pada satu saat (Nursalam, 2003). Pekanbaru
Sampel: Pada penelitian ini jumlah Tingkat pendidikan Jumlah %
sampel sebanyak 105 orang. Sampel dari Tidak Sekolah 4 3,8
penelitian ini adalah seluruh pasien GGK SD 9 8,6
yang menjalani hemodialisis di Ruangan SMP 31 29,5
Hemodialisis RSUD Arifin Achmad SMA 51 48,6
Pekanbaru dari tanggal 21-23 Januari 2015 Perguruan tinggi 10 9,5
Instrument: instrument yang digunakan Total 105 100
berupa kuesioner.
673
Hasil analisis data dari variabel tingkat lama menjalani hemodialisis adalah 27,33
pendidikan menunjukkan paling banyak bulan (95% CI: 22,8 – 31,78), median 24
responden dengan pendidikan akhir SMA bulan dengan standar deviasi 23 bulan.
berjumlah 51 orang (48,6%). Responden yang paling baru menjali
hemodialisis adalah 6 bulan dan yang paling
lama menjalani hemodialisis adalah 96 bulan.

Tabel 4 Tabel 7
Distribusi karakteristik responden Distribusi frekuensi dukungan keluarga
berdasarkan pekerjaan di ruang hemodialisis responden GGK yang menjalani terapi
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Hemodialisis diruang hemodialisis RSUD
Jenis pekerjaan Jumlah % Arifin Achmad
Tidak bekerja 26 24,8 Dukungan keluarga Jumlah %
Swasta 27 25,7 Positif 53 50,5
Wiraswasta 42 40 Negatif 52 49,5
PNS / TNI / POLRI 6 5,7 Total 105 100
IRT 4 3,8
Total 105 100 Hasil analisis data dari variabel
dukungan keluarga menunjukkan bahwa lebih
Hasil analisis data dari variabel jenis dari separuh dukungan yang diberikan oleh
pekerjaan menunjukkan sebagian besar keluarga kepada responden yang mengalami
responden adalah wiraswasta berjumlah 42 gagal ginjal dan menjalani terapi hemodialisis
orang (40%). adalah positif yaitu sebanyak 53 orang (50,5
%).
Tabel 5
Distribusi karakteristik responden Tabel 8
berdasarkan status pernikahan di ruang Distribusi frekuensi kualitas hidup responden
hemodialisis RSUD Arifin Achmad di ruang hemodialisis RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru Pekanbaru
Status pernikahan Jumlah % Tingkat kualitas hidup Jumlah %
Menikah 105 100 Baik 51 48,6
Belum menikah 0 0 Kurang baik 54 51,4
Total 105 100 Total 105 100

Hasil analisis data dari variabel status Hasil analisis data dari variabel kualitas
pernikahan menunjukkan semua status hidup responden menunjukkan lebih dari
pernikahan responden adalah menikah 105 separuh responden memiliki kualitas hidup
orang (100%). kurang baik sebanyak 54 orang (51,4%).

Tabel 6 Tabel 9
Distribusi karakteristik responden Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas
berdasarkan lama menjalani hemodialisis di hidup
ruang hemodialisis RSUD Arifin Achmad Kualitas Hidup
Pekanbaru Dukungan
Baik
Kurang ρvalue OR
Mean Standar Min - 95% Keluarga Baik
Variabel
Median Deviasi Maks CI n % n %
Lama menjalani 27,33 6 – 96 22,8 – Positif 34 64,2 19 35,8
23 0,002 3,684
hemodialisis 24 bulan 31,78
Negatif 17 32,7 35 67,3
Total 105 100 Total 51 48,6 54 51,4

Hasil analisis data dari variabel lama


menjalani hemodialisis menunjukkan rata-rata Hasil analisis hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup
674
pasien GGK yang menjalani terapi mengandung lemak dan minuman bersoda
hemodialisis di peroleh hasil bahwa ada 34 (Agustini 2010). Usia berpengaruh terhadap
responden (64,2%) yang dukungan cara pandang seseorang dalam kehidupan
keluarganya positif memiliki kualitas hidup masa depan, koping terhadap masalah yang
baik dan 19 responden (35,8%) yang memiliki dihadapi dan dalam pengambilan keputusan.
kualitas hidup kurang baik. Sedangkan pada Selain itu usia erat kaitanya dengan prognosa
dukungan keluarganya negatif terdapat 17 penyakit, kecendrungan terjadi komplikasi
responden (32,7%) yang memiliki kualitas terjadi, serta kepatuhan terhadap terapi
hidup baik dan ada 35 responden (67,3%) pengobatan.
yang memiliki kualitas hidup kurang baik. b. Jenis kelamin
Hasil uji statistik didapatkan nilai ρvalue = Mayoritas jenis kelamin responden yang
0,002 < α 0,05 maka dapat disimpulkan menjalani hemodialisis adalah laki-laki
bahwa ada hubungan dukungan keluarga berjumlah 67 orang (63,8%). Menurut Roach
dengan kualitas hidup pasien GGK yang (2010) gangguan pada sistem perkemihan
menjalani terapi hemodialisis di RSUD Arifin terutama pada gagal ginjal dapat terjadi pada
Achmad Pekanbaru. Hasil analisis OR (3,684) laki-laki maupun perempuan. Baik laki-laki
yang artinya pasien dengan dukungan maupun perempuan dapat berisiko terpapar
keluarga positif 3,684 kali memiliki kualitas dengan gangguan sistem perkemihan.
hidup yang baik dibandingkan pasien yang Sidharta (2008) mengatakan bahwa gangguan
dukungan keluarganya negatif. gagal ginjal dapat terjadi karena penurunan
fungsi yang progresif dan perubahan gaya
PEMBAHASAN hidup. Jenis kelamin bukanlah suatu faktor
1. Gambaran karakteristik responden risiko terkena GGK.
a. Umur Menurut Agustini (2010), bersadarkan
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas pola gaya hidup laki-laki lebih beresiko
responden yang mengalami gagal ginjal dan terkena GGK. Kebiasaan merokok dan
menjalani terapi hemodialisis di RSUD Arifin minum alkohol dapat menyebaban
Achmad berada pada rentang umur Dewasa ketegangan pada ginjal sehingga memaksa
tengah (41-65 tahun) sebanyak 72 orang ginjal bekerja keras. Asap yang mengandung
(68,6%). Hal ini sesuai dengan yang nikotin dan tembakau akan masuk ke dalam
dikatakan Sidharta (2008) bahwa secara tubuh. Nikotin bersama dengan bahan kimia
normal penurunan fungsi ginjal baru terjadi berbahaya lainnya seperti karbon monoksida
pada usia lebih dari 40 tahun. Gagal ginjal dan alkohol menyebabkan perubahan denyut
kronik adalah suatu sindrom klinis yang jantung, pernapasan sirkulasi dan tekanan
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal yang darah. Karsinogen alkohol yang disaring
bersifat menahun dan berlangsung progresif keluar dari tubuh melalui ginjal juga
(Suyono, 2001). mengubah sel DNA dan merusak sel-sel
Penurunan fungsi ginjal yang terjadi ginjal. Perubahan ini mempengaruhi fungsi
pada usia lebih dari 40 tahun merupakan salah ginjal dan memicu GGK.
satu bentuk proses degeneratif yang dialami
manusia. Setiap ginjal memiliki sekitar 1 juta
nefron saat lahir. Memasuki usia 40 tahun, c. Pendidikan
mulai terjadi penurunan sedikit demi sedikit Berdasarkan hasil penelitian yang
ukuran ginjal dan jumlah nefron. Hal inilah dilakukan terhadap 105 responden GGK
yang dapat menyebabkan penurunan fungsi yang menjalankan terapi hemodialisis di
ginjal, sehingga dapat dikatakan seseorang ruang hemodialisis RSUD Arifin Achmad
yang berusia diatas 40 tahun berisiko terjadap Pekanbaru didapatkan pendidikan paling
kejadian gagal ginjal kronik (Roach, 2010). banyak responden dengan pendidikan akhir
Namun pada saat ini penurunan fungsi SMA berjumlah 51 orang (48,6%). pasien
ginjal banyak terjadi pada usia sebelum 40 yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan
tahun yang dikarenakan perubahan gaya mempunyai pengetahuan lebih baik yang
hidup, banyak mengkonsumsi makanan yang memungkinkan responden itu dapat
675
mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah keluarga membuat perubahan gaya hidup
kesehatannya. yang tidak sehat, termasuk dalam cara
Hasil penelitian ini didukung dengan memilih makanan dan beraktifitas. Hal ini
teori dimana pengetahuan atau kognitif akan mempercepat terjadi berbagai macam
merupakan domain yang sangat penting untuk penyakit yang salah satunya adalah GGK
terbentuknya suatu tindakan, perilaku yang yang sebagian besar diprakarsai atau
didasari pengetahuan akan lebih langgeng dicetuskan oleh penyakit penyerta seperti
daripada yang tidak didasari pengetahuan. DM atau hipertensi yang merupakan
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penyebab utama terjadinya GGK (Price &
dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan Wilson, 2006).
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. f. Lama menjalani terapi hemodialisis
Pengetahuan atau kognitik merupakan domain Dari hasil analisis didapatkan rata-rata
yang penting dalam membentuk tindakan lama menjalani hemodialisis adalah 27,33
seseorang (overt behavior). Perilaku yang bulan (95% CI: 22,8 – 31,78), median 24
didasari oleh pengetahuan akan lebih bulan dengan standar deviasi 23 bulan.
langgeng dari pada perilaku yang tidak Responden yang paling baru menjalani
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, hemodialisis adalah 6 bulan dan yang paling
2010). Status pengetahuan seseorang tentang lama menjalani hemodialisis adalah 96 bulan.
penyakit gagal ginjal kronis dapat Lama menjalani hemodialisis
mempengaruhi kemampuannya dalam berpengaruh terhadap kualitas hidup
memilih dan memutuskan terapi hemodialisis penderita, awal menjalani hemodialisis
yang sesuai dengan kondisinya, dengan respon penderita seolah-olah tidak menerima
pengambilan keputusan yang tepat ketaatan atas kehilangan fungsi ginjalnya, marah
klien dalam menjalani terapi hemodialisis dengan kejadian yang ada dan merasa sedih
dapat dipertahankan. dengan kejadian yang dialami sehingga
d. Pekerjaan memerlukan penyesuaian diri yang lama
Hasil analisis data dari variabel jenis terhadap lingkungan yang baru dan harus
pekerjaan menunjukkan adalah wiraswasta menjalani Hemodialisis dua kali seminggu.
berjumlah 42 orang (40%). Pasien dengan Waktu yang diperlukan untuk beradaptasi
hemodialisis menunjukkan beberapa gejala masing-masing pasien berbeda lamanya,
atau masalah kesehatan, seperti anemia, semakin lama pasien menjalani Hemodialisis
kelelahan, hipertensi, masalah tulang, dan lain adaptasi pasien semakin baik. Hal ini
sebagainya (Nursalam & Batticaca, 2008). didukung oleh pernyataan bahwa semakin
Wiraswasta merupakan pekerjaan yang lama penderita menjalani Hemodialisis,
cukup berat yang dapat mempengaruhi semakin beradaptasi penderita dengan
kesehatan pasien GGK. Oleh karena itu, keadaanya karena penderita sudah mencapai
pasien GGK yang berkerja sebagai tahap accepted (menerima) dengan adanya
wiraswasta dianjurkan untuk lebih banyak dukungan dari keluarga.
beristirahat atau hanya melakukan aktivitas 2. Gambaran dukungan keluarga
ringan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Dari hasil analisis didapatkan bahwa
Agustini (2010) pada pasien GGK yang lebih dari separuh dukungan yang diberikan
menjalani hemodialisis di RS Panti Rapih oleh keluarga kepada responden yang
Yogyakarta, menunjukkan hal yang sama mengalami gagal ginjal dan menjalani terapi
dimana sebagian besar (68%) responden hemodialisis adalah positif yaitu sebanyak 53
adalah wiraswasta. orang (50,5 %). Artinya dapat diasumsikan
e. Status pernikahan bahwa keluarga telah melaksanakan fungsi
Hasil analisis data dari variabel status tugas kesehatan keluarga. Berdasarkan
pernikahan menunjukkan semua status pengamatan peneliti, rata-rata keluarga
pernikahan responden adalah menikah 105 mendampingi pasien menjalani terapi
orang (100%). Tingkat kemapaman yang hemodialisis hingga selesai dan memberikan
tinggi dan tingkat kesibukan yang juga tinggi dukungan emosional seperti memberikan
erat kaitannya dengan tanggung jawab dalam perhatian dan semangat kepada pasien. Akan
676
tetapi ada juga beberapa keluarga pasien yang secara negatif berhubungan dengan kepatuhan
kurang memberikan dukungan kepada pasien, pengobatan.
seperti keluarga hanya mengantarkan pasien 3. Gambaran kualitas hidup
dan tidak menemani pasien menunggu antrian Hasil analisis data dari variabel kualitas
dan saat menjalani terapi hemodialisis. hidup responden menunjukkan lebih dari
Menurut Friedman (2010), tugas dan separuh responden memiliki kualitas hidup
fungsi kesehatan keluarga adalah, mengenal kurang baik sebanyak 54 orang (51,4%). Hal-
masalah kesehatan yang dialami keluarg, hal yang mempengaruhi kualitas hidup
membuat keputusan tindakan tentang masalah diantaranya adalah kesehatan fisik, keadaan
yang dihadapi, melakukan perawatan pada fisiologis, tingkat kemandirian, hubungan
anggota keluarga yang sakit, menciptakan dan sosial (dukungan sosial), keyakinan pribadi
mempertahankan kondisi/suasana lingkungan, dan status sosial ekonomi (CDC, 2011).
sehingga menunjang kesehatan setiap anggota Pasien yang baru beberapa kali
keluarga serta mempertahankan hubungan melakukan hemodialisis cenderung memiliki
(mempergunakan) fasilitas kesehatan yang tingkat kecemasan dan stres yang lebih tinggi
ada. Menurut Ratna (2010) dukungan dari dibandingkan dengan pasien yang sudah
keluarga merupakan faktor penting seseorang berkali-kali melakukan terapi hemodialisis.
ketika menghadapi masalah (kesehatan) dan Pasien yang menjalani terapi hemodialisis
sebagai strategi preventif untuk mengurangi dapat mengalami gangguan dalam fungsi
stress dan pandangan hidup. Dukungan kognitif, adaptif, atau sosialisasi
keluarga sangat diperlukan dalam perawatan dibandingkan dengan orang normal lainnya.
pasien, dapat membantu menurunkan Permasalahan psikologis yang dialami pasien
kecemasan pasien, meningkatkan semangat yang baru menjalani hemodialisis sebenarnya
hidup dan komitmen pasien untuk tetap sudah ditunjukkan dari sejak pertama kali
menjalani pengobatan. pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik.
Menurut Yosep (2007) dukungan yang Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustrasi
diberikan keluarga sangat berperan dalam juga turut berperan dalam reaksi emosional
keberhasilan perawatan anggota keluarga pasien. Penyakit GGK membuat pasien
yang sakit. Keberhasilan perawat merawat merasa tidak berdaya, menyadari akan
anggota keluarga yang sakit dirumah sakit terjadinya kematian tubuh membuat pasien
tidak akan ada artinya apabila tidak merasa cemas sekali dan merasa hidupnya
diteruskan dirumah, yang kemudian akan tidak berarti lagi sehingga terjadi penurunan
mengakibatkan klien kambuh kembali. Peran kualitas hidup pada pasien (Mariyanti, 2013).
serta keluarga dalam merawat pasien Pasien yang sudah lama menjalani
berpengaruh pada tingkat kesembuhan hemodialisis cendrung mempersepsikan
responden, seperti mendampingi pasien dalam kualitas hidupnya semakin menurun. Kualitas
setiap pengobatan ataupun ikut berperan serta hidup yang menurun ini di kaitkan dengan
dalam membentuk keyakinan, sikap dan perubahan kehidupan ekonomi tingginya
perilaku pasien terhadap penyakit yang biaya yang harus dikeluarkan untuk satu kali
dideritanya. proses hemodialisis (setidaknya memerlukan
Hal di atas didukung oleh pernyataan Rp. 700.000/terapi) kerap dirasakan
Sapri (2008), yaitu ada pengaruh antara membebani penderita, ketergantungan pada
keterlibatan keluarga dengan kepatuhan mesin hemodialisis, juga membuat aktivitas
pasien dalam pengobatan hemodialisis. penderita menjadi terbatas serta penurunan
Keterlibatan keluarga dapat diartikan sebagai kodisi kesehatan fisik dan psikososial dari
suatu bentuk hubungan sosial yang bersifat waktu kewaktu (Mariyanti, 2013).
menolong dengan melibatkan aspek perhatian, Kualitas hidup tergantung pada norma-
bantuan dan penilaian dari keluarga. Keluarga norma budaya dan persepsi penduduk.
juga merupakan faktor yang berpengaruh Kualitas hidup yang berkaitan dengan
dalam menentukan program pengobatan pada kesehatan Health Related Quality of life
penderita derajat dimana seseorang terisolasi (HRQL) mencakup keterbatasan fisik maupun
dari pendampingan orang lain, isolasi sosial mental dan ekspresi positif kesejahteraan
677
fisik, mental serta spritual. HRQL dapat Menurut Friedman (2010), dukungan
digunakan sebagai sebuah ukuran integratif keluarga adalah sikap, tindakan dan
yang menyatukan mortalitas dan morbiditas, penerimaan keluarga terhadap penderita yang
serta merupakan indeks sebagai unsur yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai sistem
meliputi kematian, morbiditas, keterbatasan anggotanya dan anggota keluarga memandang
fungsional, serta keadaan sehat sejahtera bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu
(Gibney, 2009). siap memberi pertolongan dengan bantuan
Kualitas hidup pasien GGK yang jika diperlukan. Menurut Gottlieb (1998)
menjalani terapi hemodialisis masih dalam Ali (2009), dukungan keluarga adalah
merupakan masalah yang menarik perhatian dukungan verbal dan non verbal, saran,
para profesional kesehatan. Kualitas hidup bantuan yang nyata atau tingkah laku yang
pasien yang optimal menjadi isu penting yang diberikan oleh orang-orang yang akrab
harus diperhatikan dalam memberikan dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya
pelayanan keperawatan yang komprehensif. atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
Pasien bisa bertahan hidup dengan bantuan memberikan keuntungan emosional atau
mesin hemodialisis, namun masih berpengaruh pada tingkah laku penerimanya.
menyisakan sejumlah persoalan penting Dukungan keluarga erat kaitannya
sebagai dampak dari terapi hemodialisis. dalam menunjang kualitas hidup seseorang.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil Hal ini di karenakan kualitas hidup
penelitian Ibrahim (2009), menunjukkan merupakan suatu persepsi yang hadir dalam
bahwa 57,1% pasien yang menjalani kemampuan, keterbatasan, gejala serta sifat
hemodialisis mempersepsikan kualitas psikososial hidup individu baik dalam
hidupnya pada tingkat rendah dengan kondisi konteks lingkungan budaya dan nilainya
fisik merasa kelelahan, kesakitan dan sering dalam menjalankan peran dan fungsinya
gelisah, pada kondisi psikologis pasien tidak sebagaimana mestinya (Zadeh, Koople &
memiliki motifasi untuk sembuh, secara Block, 2003).
hubungan sosial dan lingkungan pasien Menurut Setyowati dan Arita (2008)
menarik diri dari aktifitas di masyarakat. mengenal masalah kesehatan pada anggota
Sementara 42,9% pasien yang menjalani keluarga yang sakit berarti mengetahui fakta-
hemodialisis mempersepsikan kualitas fakta dari permasalahan kesehatan yang
hidupnya pada tingkat tinggi dengan kondisi meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
fisik dapat tidur dan istirahat dengan nyaman penyebab dan mempengaruhi serta persepsi
tidak merasa gelisah dan tidak mudah keluarga terhadap permasalahan kesehatan
kelelahan, pada aspek psikologis pasien masih yang terjadi. Dari sini dapat dilihat semakin
memiliki motivasi yang tinggi untuk sembuh keluarga mengetahui permasalahan yang
dan hubungan social dan lingkungan tidak terjadi pada responden GGK yang menjalani
terlalu berubah setelah menjalani hemodialisis terapi hemodialisis maka keluarga akan
karena pasien masih dapat mengikuti kegiatan mengetahui apa yang harus dilakukan untuk
dimasyarakat seperti seperti wirid dan arisan. meningkatkan kualitas hidup responden.
4. Hubungan dukungan keluarga dengan Menurut Ibrahim (2009), aspek kualitas hidup
kualitas hidup tertinggi pada pasien GGK adalah pada
Hasil uji statistik didapatkan nilai ρvalue kepuasan individu atas dukungan yang
= 0,002 < α 0,05 maka dapat disimpulkan diterima dari keluarga, teman, maupun
bahwa ada hubungan antara dukungan kerabat.
keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK Hubungan yang baik antar pasien GGK
yang menjalani terapi hemodialisis. yang menjalani terapi hemodialisis secara
Kemudian dari hasil analisi diperoleh OR tidak langsung dapat memotivasi pasien untuk
(3,684) yang artinya pasien dengan dukungan menjadi lebih baik. Dari hasil pengamatan
keluarga positif 3,684 kali memiliki kualitas peneliti selama melakukan penelitian tampak
hidup yang baik dibandingkan pasien yang adanya hubungan baik antara pasien dengan
dukungan keluarganya negatif. keluarga pasien. Beberapa responden
mengatakan dukungan yang diberikan
678
keluarga membuat pasien menjadi lebih 30 Juni 2014.
semangat untuk menjalani hemodialisis dan http://www.cdc.gov/hrcol/concep.htm.
termotivasi untuk bisa sembuh dari Charuwanno, R. (2004). Meaning of life
penyakitnya. Bentuk dukungan keluarga among thai ERSD patien and
dirumah kepada pasien GGK yang menjalani maintanance hemidialisis. Washington,
terapi hemodialisis adalah membatasi pasien D.C: The Catolic University of Amerika.
minum dirumah dan menjaga asupan cairan Davey, P. (2005). At a glance medicine.
dirumah agar tidak terjadi edema dan sesak, Jakarta: Erlangga.
selain itu keluarga juga mengontrol makanan Dicenco, A., Guyatt, G., & Ciliska, D. (2005).
seperti apa yang harus dibatasi untuk Evidance based nursing: A guide to
dikonsumsi seperti buah-buahan yang banyak clinical pratice. St. Louis: Elsevier
mengandung cairan. Pada aspek psikososial Mosby.
keluarga memberikan dukungan seperti Fallowfiel, L. (2009). What is quality of life?
mengingatkan pasien GGK pada jadwal terapi (2 th ed). Diperoleh pada tanggal 23
hemodialisis dan mengantarkannya. Oktober 2014 dari
http//www.whatis.ceries.co.id.uk.
1. Zurmeli, S.Kep. Mahasiswa Program Friedman, L. M. (2010). Buku ajar
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau keperawatan keluarga: riset, teori,
2. Ns. Bayhakki, M.Kep., Sp. KMB., Ph.D. praktik. (5th ed). Jakarta: EGC.
Dosen Departemen keperawatan medikal Gibney, M. J. (2009). Gizi kesehatan
bedah Program Studi Ilmu Keperawatan masyarakat. Jakarta: EGC.
Universitas Riau Hidayat, A. A. (2007). Riset keperawatan dan
3. Ns. Gamya Tri Utami, M.Kep. Dosen teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba
Departemen keperawatan medikal bedah Medika.
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Ibrahim, K. (2009). Quality of life of petients
Riau with cronic renal failur undergoing
hemodialysis. Bandung : Medikal Journal.
The Kidney Disease Outcomes Quality
DAFTAR PUSTAKA Initiative. (2012). The kidney disease
outcomes quality initiative. Diperoleh
Agustini, R. (2010). Dampak dukungan
pada tanggal 14 september 2014 dari
keluarga dalam mempengaruhi
http://www.juveska.com.gagal-ginjal-
kecemasan pada pasien penderita gagal
kronik –atau-kkd.
ginjal kronik di RS Panti Rapih
Kingron & Gamlin. (2004). Palliative
Yogyakarta. Diperoleh tanggal 22 Januari
nursing: bringing comfort and hope.
2015 dari http://skripsi-
Bailliere Tindall: St. Louis.
indonesia.com/kategori/skripsi/.
Lumenta. (2001). Terapi hemodialisa dan
Ali, Z. (2009). Pengantar keperawatan
transplantasi. Diperoleh pada tanggal 28
keluarga. Jakarta: EGC.
maret 2014.dari http://www. Indonesian
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2009). Medical
nurse.com.
surgical nursing clinical management for
Mariyanti, S. (2013). Gambaran makna hidup
positive outcomes (8th edition ed., vol II).
pasien gagal ginjak kronik yang menjalani
Singapore: Saunders Elsevier.
terapi hemodialisa.
Bomar. (2004). Promoting health families
http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU
applying family research and therapy to
-Journal-4423-158-468-1-SM.pdf
nursing practice. Philadelpia: W.R.
Muttaqin, A & Sari, K. (2011). Asuhan
Saunders.
keperawatan gangguan sistem
Cahyaningsih, N. D. (2009). Hemodialisis
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
(cuci darah). Jogjakarta: Mitra Cendekia
Niken, D. C. (2008). Hemodialisa (cuci
Press.
darah): Panduan praktis perawat gagal
Centers For Desease Control. (2011).
ginjal. Jogjakarta: Mitra Cendika.
OLHRQ concepts. Diperoleh pada tanggal

679
Notoatmodjo. (2010). Prinsip-prinsip dasar Sasroasmoro & Ismael. (2008). Dasar-dasar
ilmu kesehatan masyarakat. Cetakan metodologi penelitian klinis. Edisi ke 3.
kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Jakarta: Sanggung seto.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset
penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rineka Cipta. Setiadi. (2008). Konsep dan proses
Notoatmodjo, S. (2005). Pendidikan dan keperawatan keluarga. Yogyakarta: graha
prilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Ilmu.
Nugroho, W. (2008). Keperawatan gerontik Sityowati, S & Arita, M. (2008). Asuhan
& geriatrik. Jakarta: EGC. keperawatan keluarg: konsep dan aplikasi
Nursalam. (2006). Asuhan keperawatan pada kasus. Yogyakarta: Mitra Cendikia
pasien dengan gangguan system Sidartha, B. (2008). Kompas. Usia muda
perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. makin rentan gagal ginjal. Diperoleh
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan tanggal 23 Januari 2015 dari
metodologi penelitian ilmu keperawatan. http://www.biofirstore.com/penjelasan-
Jakarta: Salemba Medika. biofir/usia-muda-makin-rentan-gagal-
Nursalam & Batticaca, F. B. (2008). Asuhan ginjal.html.
keperawatan pada pasien dengan Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J, L., &
gangguan system perkemihan. Jakarta: Cheever, K. H. (2010). Brunner &
Salemba Medika. Suddarth`s textbook of medical surgical
O`callaghan, C. (2009). At a glance sistem nursing. (12 th edition ed.). Philadelpia:
ginjal. (2 edision ed). (E. Yasmine, Lippincott. Williams & Wilkins.
penerj.). Jakarta: Erlangga. Suharyanto, T,. & Madjid, A. (2009). Asuhan
Patricia, G. (2012). Keperawatan kritis keperawatan pada pasien dengan
pendekatan asuhan holistik. Ed 8. Jakarta: gangguan sistem perkemihan. Jakarta:
EGC. Trans Info Media.
Polonsky, A. (2007). Understanding & Suyono, S. (2001). Buku ajar ilmu penyakit
assessing diabetes specific quality or life. dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Diperoleh tanggal 14 September 2014 dari Sudoyo. (2006). Buku ajar ilmu penyakit
http//www.Journal. Diabetes.org dalam jilid 11. Jakarta Pusat: Pusat
Price, A. S., & Wilson M. L. (2006). Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
Patofisiologi konsep klinis proses-proses Sutanto, P. H., & Sabri. L. (2011). Statistik
penyakit. Jakarta: EGC. kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
PSIK-UR. (2014). Pedoman penulisan skripsi Tarwoto & Watonah. (2011). Kebutuhan
dan penelitian. Pekanbaru: Program Studi dasar manusia dan proses keperawatan.
Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Ratna, W. (2010). Sosiologi dan antropologi Togatorof, L. (2011). Hubungan dukungan
kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Rihama. perawat dengan kualitas hidup pasien
Rekam Medik. (2014). Jumlah pasien CKD. Medan. Di peroleh pada tanggal 14
Pekanbaru: RSUD Arifin Achmad desember 2014 dari
Provinsi Riau. http://repository.usu.ac.Id./bilstream/cover
Roach, S. (2010). Introductory gerontological .pdf.
nursing. Philadelphia: Lippincott World Health Organization. (2014) The
Williams & Wilkins. world health organization; quality of life
Rubianto. (2009). Pengobatan gagal ginjal (Mardiati, R, Joewono, S. Terj). Diperoleh
kronik, di peroleh tanggal 16 Juli dari. tanggal 22 November 2014 dari
http://www. Mediacastore.com. http//www. whoqol.breff.org
Sapri, M. (2008). Pengaruh dukungan World Health Organization. (1997).
keluarga terhadap respon sosial pasien WHOQOL: Measuring quality of life .
hemodialisis. Diperoleh tanggal 20 Diperoleh pada tanggal 8 Januari 2015
Januari 2015 dari http://digg.com/ dari
educational
680
http://www.who.int/mental_heaith/media/
68.pdf.
Wijayakusuma, H. (2008). Bebas penyakit
ginjal & saluran kemih. Jakarta: Pustaka
Bunda.
Yosep, I. (2007). Keperawatan jiwa.
Bandung: Refika Aditama.
Zadeh, K. K., Koople, J. D., & Blok, G.
(2003). Association among SF-36 quality
of life measures and nutrition,
hospitelization and mortality in
haemodialisis. Diperoleh pada tenggal 16
oktober 2014. http://www.asjournals.org.

681

Anda mungkin juga menyukai