AREA PRIORITAS
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja sebagai hasil analisis kebutuhan
masyarakat tiap-tiap tahun ditetapkan area prioritas perbaikan untuk tingkat Puskesmas yang
menjadi fokus untuk melakukan inovasi dan perbaikan, yang didukung baik melalui kegiatan
Administrasi dan Manajemen (Admen),
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP).
Contoh: masalah tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan permasalahan kesehatan di
wilayah kerja.
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab menyusun indikator mutu
prioritas tingkat Puskesmas yang akan melibatkan banyak jenis pelayanan, banyak tenaga,
membawa dampak besar bagi Puskesmas.
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab memfokuskan diri pada
pengukuran dan aktivitas perbaikan terkait indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas.
Indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas (IMPP)
berhubungan dengan kepatuhan penuh pada
indikator mutu nasional,
masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja,
kepatuhan pada standar keselamatan pasien,
dan upaya terkait pencegahan dan pengendalian infeksi.
Untuk menunjang perbaikan prioritas masalah di tingkat Puskesmas yang ada di wilayah kerja maka
ditetapkan indikator mutu untuk area prioritas di Admen, UKM, dan UKP.
Contoh : masalah prioritas Puskesmas adalah tingginya prevalensi tuberkulosis, maka dilakukan
upaya perbaikan pada kegiatan UKP yang terkait dengan penyediaan pelayanan klinis untuk
mengatasi masalah tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan UKM untuk
menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen untuk mengatasi masalah
tuberkulosis.
Indikator mutu untuk administrasi dan manajemen (admen)
Dapat dikaitkan dengan
ketersediaan sumber daya yang terdiri atas sarana prasarana,
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan,
sumber daya manusia,
TATA GRAHA
Ruang yang minimal harus tersedia adalah:
ruang pendaftaran dan ruang tunggu,
ruang administrasi,
ruang pemeriksaan,
ruang konsultasi dokter,
ruang tindakan,
ruang farmasi,
ruang laboratorium,
ruang ASI,
kamar mandi dan WC,
Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimanfaatkan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA),
dan ruang lain sesuai kebutuhan pelayanan.
Pengaturan ruang memperhatikan
fungsi,
keamanan,
kebersihan,
kenyamanan
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan untuk memudahkan pasien/keluarga pasien
untuk akses yang mudah termasuk memberi kemudahan dengan kebutuhan khusus, antara
lain: disabilitas, anak-anak, ibu hamil dan orang usia lanjut, termasuk jika ada pasien dengan
gaduh gelisah, pasien TB, penyalahgunaan zat, HIV/AIDS, korban kekerasan/ penelantaran,
gawat darurat, demikian juga memperhatikan keamanan,
kebutuhan akan privasi,
dan kemudahan bagi petugas dalam memberikan pelayanan.
Sebagai upaya pencegahan infeksi, pengaturan ruangan juga harus memperhatikan
zona pemeriksaan bagi orang sehat
dan zona pemeriksaan bagi orang sakit.
PRASARANA
Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera akibat kesehatan
dan keselamatan kerja (K3), seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebakaran, gedung
roboh, dan tersengat listrik (lihat pokok pikiran 2.1.3)
Program untuk keamanan dengan menyediakan lingkungan fisik yang aman bagi pasien,
petugas, dan pengunjung Puskesmas perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya
kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti
penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas.
Agar dapat berjalan dengan baik, maka program tersebut juga didukung dengan penyediaan
anggaran, penyediaan fasilitas untuk mendukung keamanan dan
fasilitas seperti penyediaan :
Closed Circuit Television (CCTV),
alarm,
APAR,
jalur evakuasi,
titik kumpul,
rambu-rambu mengenai keselamatan
dan tanda-tanda pintu darurat.
Area-area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik perlu diidentifikasi dan dibuatkan peta,
dimonitor untuk meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik baik bagi pasien, petugas,
maupun pengunjung yang lain.
Pemberian tanda pengenal pada pasien, pengunjung, karyawan, termasuk tenaga outsource
merupakan upaya untuk menyediakan lingkungan yang aman.
Kode-kode darurat perlu ditetapkan dan diterapkan, seperti:
a) kode merah atau alarm untuk pemberitahuan darurat kebakaran
b) kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi kegawatdaruratan medik
c) kode hijau untuk pemberitahuan segera melakukan evakuasi baik manusia maupun barang
d) kode coklat untuk pemberitahuan telah terjadi pencurian
e) kode ungu untuk pemberitahuan telah terjadi keributan
f) kode pink untuk pemberitahuan telah tejadi penculikan bayi
g) kode kuning untuk pemberitahuan adanya ancaman bom
h) kode oranye untuk pemberitahuan adanya tumpahan atau kebocoran limbah B3
i) kode putih untuk pemberitahuan bencana endemik seperti wabah penyakit menular
j) kode hitam untuk pemberitahuan bahwa UGD menerima pasien berlebih baik dari segi
fasilitas maupun dari segi ketenagaan.
B3B
BENCANA
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ikut bertanggung jawab untuk
berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun
eksternal.
Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana yang
mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment),
dalam bentuk program tanggap darurat bencana internal dan eksternal yang meliputi:
1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi,
2) menentukan peran Puskesmas jika terjadi bencana dengan tetap memperhatikan
keberlangsungan layanan dan tindak lanjut terhadap bencana,
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4) manajemen sumber daya,
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
7) manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana.
Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal atau
melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapan sistem 3 sd 7 yang
telah diuraikan di atas (lihat pokok pikiran 2.1.3).
Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam pelaksanaan program
tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan minimal
setahun sekali.
Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta simulasi dan
observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi. Hasil dari kegiatan debriefing
didokumentasikan.
ALKES
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan pasien, peralatan kesehatan harus
tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan setiap saat diperlukan.
FILE KEPEGAWAIAN
Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap karyawan yang bekerja di Puskesmas
sebagai bukti bahwa karyawan yang bekerja memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan dilakukan
upaya pengembangan untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan
atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
File kepegawaian tiap karyawan berisi antara lain:
bukti pendidikan,
bukti dilakukan verifikasi terhadap Pendidikan (ijazah),
registrasi (STR) dan
perizinan (SIP) serta
bukti kredensial bagi tenaga kesehatan,
bukti pendidikan dan pelatihan,
keterampilan,
dan pengalaman yang dipersyaratkan,
uraian tugas karyawan dan/atau
KREDENSIAL/REKREDENSIAL
Dalam memberikan pelayanan kesehatan perseorangan, tenaga kesehatan harus memiliki
kewenangan klinis yang diperoleh melalui proses kredensial.
Kredensial dan rekredensial sebagaimana dimaksud ditujukan untuk
memastikan bahwa setiap pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh tenaga
profesional yang kompeten agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan pasien di
Puskesmas lebih terjamin dan terlindungi
Proses kredensial dilaksanakan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
berdasarkan permintaan dari Kepala Puskesmas.
Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota menetapkan:
kebijakan, pedoman dan prosedur kredensial dan rekredensial tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan perseorangan sesuai ketentuan Perundangan.
petugas atau tim yang bertanggung jawab untuk melakukan kredensial dan re-kredensial
tenaga klinis yang bekerja di Puskesmas.
Kredensial dan rekredensial dilakukan untuk menetapkan rincian kewenangan dalam memberikan
asuhan pelayanan.
Penetapan rincian kewenangan klinis untuk tiap tenaga kesehatan di Puskesmas sesuai dengan hasil
kredensial dan rekredensial.
Proses kredensial dan rekredensial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundangan.
KEWENANGAN
Untuk menjamin bahwa asuhan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tepat dan kompeten, maka
harus ada kejelasan tugas dan wewenang untuk tiap tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
klinis di Puskesmas.
Kewenangan klinis diberikan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki berdasar pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
Dalam kondisi tertentu, jika tenaga kesehatan yang memenuhi persyaratan tidak tersedia, maka
dapat ditetapkan tenaga kesehatan dengan pemberian kewenangan khusus untuk menjalankan
asuhan klinis tertentu oleh pejabat yang berwenang.
Pemberian kewenangan khusus diberikan sesuai dengan persyaratan pengetahuan dan keterampilan
bagi petugas,serta sesuai peraturan perundangan.
K3
Karyawan yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar infeksi terkait dengan pekerjaan
yang dilakukan dalam pelayanan pasien baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu
karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap
kesehatannya.
Program pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas, demikian juga pemberian imunisasi bagi karyawan sesuai dengan hasil
identifikasi risiko epidemiologi penyakit infeksi, serta program perlindungan karyawan terhadap
penularan penyakit infeksi proses pelaporan jika terjadi paparan, tindak lanjut pelayanan kesehatan,
dan konseling perlu disusun dan diterapkan.
Karyawan juga berhak untuk mendapat perlindungan dari kekerasan yang dilakukan oleh pasien,
keluarga pasien, maupun oleh sesama karyawan. Program perlindungan karyawan terhadap
STRUKTUR ORGANISASI
Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi, perlu disusun struktur organisasi
Puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota.
Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh Kepala Dins
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota, perlu ada kejelasan tugas, wewenang, tanggungjawab dan
persyaratan jabatan.
Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan kerja di dalam struktur organisasi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan daerah Kabupaten /Kota.
Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan.
Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji ulang secara periodik oleh Puskesmas untuk
menyempurnakan struktur yang ada dan efektivitas organisasi agar sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan.
PERATURAN INTERNAL
Perlu disusun peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku Pimpinan Puskesmas,
penanggungjawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana upaya/kegiatan
Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas yang sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata
nilai Puskesmas termasuk budaya mutu dan keselamatan pasien.
Ada indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku pemberi pelayanan.
URAIAN TUGAS
Uraian tugas diperlukan oleh tiap karyawan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan.
Setiap karyawan wajib memahami uraian tugas masing-masing agar dapat menjalankan pekerjaan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban.
Uraian tugas karyawan berisi tugas pokok dan tugas tambahan.
Tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan Surat Keputusan pengangkatan sebagai jabatan
fungsional yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada karyawan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan program dan kegiatan.
Contoh tugas pokok dan tugas tambahan : seorang tenaga bidan yang diangkat kedalam jabatan
fungsional Bidan dan juga diberikan tugas sebagai bendahara.
Jadi tugas pokok karyawan tersebut adalah Bidan,
dan tugas tambahannya adalah sebagai bendahara.
Jenis tugas pokok dan tugas tambahan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
AKUNTABILITAS PJ
Akuntabilitas merupakan bentuk tanggung jawab dalam melaksanakan Upaya Puskesmas baik UKM
maupun UKP sesuai dengan rencana yang disusun.
Akuntabilitas ditunjukkan dalam pencapaian kinerja dengan menggunakan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.
Penanggungjawab Upaya Puskesmas mempunyai kewajiban menunjukkan akuntabilitas dalam
pelaksanaan kegiatan dan mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja Upaya Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas dan melakukan tindak lanjut untuk perbaikan
Ditetapkan kebijakan, panduan dan instrumen evaluasi akuntabilitas penanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab (R)
Dilakukan evaluasi secara periodik terhadap akuntabilitas Penanggung jawab upaya oleh Kepala
Puskesmas sesuai dengan kebijakan, panduan dan instrumen evaluasi yang disusun (D)
Dilakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akuntabilitas penanggung jawab upaya (D)
PENDELEGASIAN MANAJERIAL
Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau penanggung jawab upaya Puskesmas wajib
melakukan pendelegasian wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas.
Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur pendelegasian wewenang terkait dengan besarnya
beban dalam pelaksanaan kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung jawab upaya, agar
proses pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada orang yang tepat (pendelegasian kewenangan
yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial)
Ada kriteria yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung
jawab upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayanan, dan dari
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas (R)
Ada prosedur yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Puskesmas kepada
Penanggung jawab upaya, dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayanan, dan dari
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas (R)
TATA NASKAH
Pedoman tata naskah perlu disusun sebagai acuan dalam penyusunan dokumen regulasi yang
meliputi kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendalian
dokumen dan dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan, pedoman, panduan,
kerangka acuan, dan prosedur) oleh orang yang ditunjuk
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan perundangan yang berlaku,
dengan tetap menjamin agar dokumen tersebut tidak digunakan secara salah.
Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan terlaksana secara konsisten dan reliabel, perlu
disusun pedoman kerja dan prosedur kerja.
Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan dikendalikan, demikian juga dokumen bukti
rekaman sebagai bentuk pelaksanaan prosedur juga harus dikendalikan sebagai bukti pelaksanaan
kegiatan.
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun masalah kinerja harus ditindak lanjuti dengan upaya
perbaikan.
DATIN
Data dan informasi tersebut meliputi minimal:
data wilayah kerja,
demografi,
budaya dan kebiasaan masyarakat,
pola penyakit terbanyak,
surveilans epidemiologi,
evaluasi dan pencapaian kinerja pelayanan,
evaluasi dan pencapaian kinerja,
PIS-PK,
data dan informasi lain yang ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan
MANAJEMEN DATA
Sistem manajemen data perlu direncanakan agar dapat menyediakan data untuk kebutuhan
kegiatan peningkatan mutu Puskesmas dan Keselamatan Pasien.
Adanya sistem pengeloaan data yang mendukung ketersediaan data untuk peningkatan akan
memudahkan Tim peningkatan mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan, dan masing-masing
pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKP di masing-masing unit kerja dalam merencanakan,
melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi upaya kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan.
Sistem manajemen data juga diperlukan untuk dapat menyediakan data untuk mendukung penilaian
kinerja karyawan, baik tenaga medis dan tenaga klinis pemberi asuhan, tenaga kesehatan, maupun
tenaga non kesehatan.
PKS
Jika ada kewenangan pada pengelola Puskesmas untuk mengontrakkan sebagian kegiatan kepada
pihak ketiga, maka proses kontrak harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku, dan
menjamin bahwa kegiatan yang dikontrakkan pada pihak ketiga tersebut dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan menaati peraturan perundangan yang berlaku.
Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan tahunan dan perencanaan lima tahunan.
Hasil pengawasan, pengendaliandan penilaian terhadap kinerja diumpan balikkan pada lintas
program dan lintas sektor yang memuat umpan balik terhadap Admen, UKM dan UKP untuk
mendapatkan masukan/asupan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan pelayanan dan
perencanaan pada periode berikutnya.