Anda di halaman 1dari 19

RINCIAN BAB I

Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas (KMP) Standar

DATA PERENCANAAN / RUK


Data Umum
yang meliputi antara lain:
 data wilayah kerja,
 data sumber daya,
 data peran serta masyarakat,
 data penduduk dan sasaran program,
 data sekolah,
 data kesehatan lingkungan wilayah Puskesmas,
dan Data Khusus,
yang meliputi, antara lain:
 data status kesehatan,
 data kejadian luar biasa,
 data cakupan pelayanan, yang diukur berdasarkan indikator kinerja dan indikator mutu,
 dan hasil-hasil survei kepuasan,
 pendataan PIS/PK,
 Survei Mawas Diri (SMD), Musyawarah Masyarakat Desa (MMD),
 dan kegiatan survei yang lain.

PRIORITAS PERBAIKAN MUTU


Penetapan prioritas perbaikan mutu dilakukan terhadap kepatuhan penuh pada indikator mutu
nasional, dan indikator lainnya yang dapat dipilih dengan mempertimbangkan :
a) indikator yang diwajibkan daerah
b) indikator keselamatan pasien dan indikator PPI
c) prioritas permasalahan kesehatan di wilayah kerja
d) indikator yang tidak mencapai target yang ditetapkan
e) ketersediaan sumberdaya
f) high risk, high volume, high cost dan problem prone (3H 1P)
RPK
Rencana pelaksanaan kegiatan disusun melalui tahapan sebagai berikut :
a) mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
b) membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada
saat penyusunan RPK
c) menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan dilaksanakan serta
sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi pelaksanaan
d) mengadakan Lokakarya Mini Bulanan Pertama untuk membahas kesepakatan RPK

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 1
e) membuat RPK tahunan yang telah disusun dalam bentuk matriks.
f) RPK dirinci menjadi RPK bulanan bersama dengan target pencapaiannya, dan direncanakan
kegiatan pengawasan dan pengendaliannya.
RPK dimungkinkan untuk dirubah/disesuaikan dengan kebutuhan saat itu apabila dalam hasil analisis
pengawasan dan pengendalian kegiatan bulanan dijumpai kondisi tertentu (bencana alam, konflik,
Kejadian Luar Biasa, perubahan kebijakan mendesak, dll) yang harus dituangkan kedalam RPK.

AREA PRIORITAS
Berdasarkan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja sebagai hasil analisis kebutuhan
masyarakat tiap-tiap tahun ditetapkan area prioritas perbaikan untuk tingkat Puskesmas yang
menjadi fokus untuk melakukan inovasi dan perbaikan, yang didukung baik melalui kegiatan
 Administrasi dan Manajemen (Admen),
 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
 dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP).
Contoh: masalah tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan permasalahan kesehatan di
wilayah kerja.
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab menyusun indikator mutu
prioritas tingkat Puskesmas yang akan melibatkan banyak jenis pelayanan, banyak tenaga,
membawa dampak besar bagi Puskesmas.
Kepala Puskesmas dan tim atau petugas yang diberi tanggung jawab memfokuskan diri pada
pengukuran dan aktivitas perbaikan terkait indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas.
Indikator mutu prioritas tingkat Puskesmas (IMPP)
berhubungan dengan kepatuhan penuh pada
 indikator mutu nasional,
 masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja,
 kepatuhan pada standar keselamatan pasien,
 dan upaya terkait pencegahan dan pengendalian infeksi.
Untuk menunjang perbaikan prioritas masalah di tingkat Puskesmas yang ada di wilayah kerja maka
ditetapkan indikator mutu untuk area prioritas di Admen, UKM, dan UKP.
Contoh : masalah prioritas Puskesmas adalah tingginya prevalensi tuberkulosis, maka dilakukan
upaya perbaikan pada kegiatan UKP yang terkait dengan penyediaan pelayanan klinis untuk
mengatasi masalah tuberkulosis, dilakukan upaya perbaikan kinerja pelayanan UKM untuk
menurunkan prevalensi tuberkulosis, dan dukungan manajemen untuk mengatasi masalah
tuberkulosis.
Indikator mutu untuk administrasi dan manajemen (admen)
Dapat dikaitkan dengan
 ketersediaan sumber daya yang terdiri atas sarana prasarana,
 Manajemen Fasilitas dan Keselamatan,
 sumber daya manusia,

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 2
 finansial,
 kepuasan, dan lain-lain
Indikator mutu untuk pelayanan upaya kesehatan masyarakat (UKM)
yang terdiri atas UKM esensial dan UKM pengembangan
 dapat dikaitkan dengan pelaksanaan berbagai program kesehatan yang diselenggarakan di
tingkat masyarakat
Indikator mutu untuk pelayanan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
dapat dikaitkan dengan penyediaan pelayanan klinis mulai dari
 kegiatan penilaian kebutuhan pelayanan,
 penyusunan rencana asuhan,
 pelaksanaan asuhan,
 tindakan medis,
 pelayanan anestesi sederhana,
 pemberian makanan dan terapi gizi,
 edukasi,
 pelayanan kesehatan tradisional,
 proses pemulangan,
 rujukan,
 manajemen data dan informasi,
 pengelolaan rekam medis,
 layanan laboratorium,
 layanan radiologi,
 dan layanan obat
Indikator Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)
untuk masing-masing sasaran yang terdiri atas
1. identifikasi pasien,
2. komunikasi efektif,
3. pengelolaan obat dengan kewaspadaan tinggi,
4. upaya untuk memastikan benar pasien, benar prosedur, dan benar sisi pada pasien yang
menjalani tindakan medis,
5. kebersihan tangan,
6. dan proses untuk mengurangi risiko jatuh (lihat juga PMKP 6.4.)
Indikator mutu terkait proses pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dikaitkan dengan
 penerapan kewaspadaan isolasi (termasuk kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD),
 transfer pasien untuk mencegah transmisi air-borne,
 kebersihan lingkungan (kualitas udara, air, permukaan lingkungan),
 penyuntikan yang aman,
 surveilans risiko infeksi,
 pengawasan dan penggunaan antimikroba yang bijaksana,
 kegiatan edukasi,
 wabah,
 risiko infeksi terkait proses renovasi/rekonstruksi/ penghancuran,
 pengelolaan limbah infeksius dan benda tajam,
Rincian standard 2019 BAB 1
Page 3
 pengelolaan linen,
 dan pengelolaan makanan (lihat juga PMKP 6.5.)
Untuk menjaga agar indikator mutu tersebut dapat tercapai maka
 Kepala Puskesmas harus menetapkan Penanggung jawab untuk setiap indikator
Jika Indikator Mutu Prioritas Tingkat Puskesmas (IMPP) yang terdiri dari Admen, UKM, UKP tidak
mencapai target berdasarkan hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) maka harus dimasukkan
kembali pada tahun anggaran berikutnya. Jika IMPP telah mencapai target berdasarkan hasil PKP
maka dapat diganti dengan IMPP lain pada tahun berikutnya.

TATA GRAHA
Ruang yang minimal harus tersedia adalah:
 ruang pendaftaran dan ruang tunggu,
 ruang administrasi,
 ruang pemeriksaan,
 ruang konsultasi dokter,
 ruang tindakan,
 ruang farmasi,
 ruang laboratorium,
 ruang ASI,
 kamar mandi dan WC,
 Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimanfaatkan untuk Taman Obat Keluarga (TOGA),
 dan ruang lain sesuai kebutuhan pelayanan.
Pengaturan ruang memperhatikan
 fungsi,
 keamanan,
 kebersihan,
 kenyamanan
 dan kemudahan dalam pemberian pelayanan untuk memudahkan pasien/keluarga pasien
untuk akses yang mudah termasuk memberi kemudahan dengan kebutuhan khusus, antara
lain: disabilitas, anak-anak, ibu hamil dan orang usia lanjut, termasuk jika ada pasien dengan
gaduh gelisah, pasien TB, penyalahgunaan zat, HIV/AIDS, korban kekerasan/ penelantaran,
gawat darurat, demikian juga memperhatikan keamanan,
 kebutuhan akan privasi,
 dan kemudahan bagi petugas dalam memberikan pelayanan.
Sebagai upaya pencegahan infeksi, pengaturan ruangan juga harus memperhatikan
 zona pemeriksaan bagi orang sehat
 dan zona pemeriksaan bagi orang sakit.

PRASARANA

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 4
Prasarana adalah alat, jaringan, dan sistem yang membuat suatu sarana dapat berfungsi.
Prasarana yang dipersyaratkan tersebut meliputi:
 sistem penyediaan air bersih,
 sistem penghawaan (ventilasi),
 sistem pencahayaan,
 sistem sanitasi,
 sistem kelistrikan,
 sistem komunikasi,
 sistem gas medik,
 sistem proteksi petir,
 sistem proteksi kebakaran,
 sarana evakuasi,
 sistem pengendalian kebisingan,
 dan kendaraan di Puskemas.
Untuk menjamin bahwa prasarana dapat berfungsi dengan baik maka perlu dilakukan hal sebagai
berikut:
a) rencana pendataan dan inventarisasi (diperbaharui dan menunjukkan karakteristik dengan
lengkap)
b) rencana pengujian, termasuk kalibrasi,
c) rencana pemeliharaan
d) rencana perbaikan
Peralatan Puskesmas terdiri dari
 alat kesehatan,
 perbekalan kesehatan lain,
 bahan habis pakai,
 dan perlengkapan.
Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat
yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/ atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Agar pelayanan diberikan dengan aman dan bermutu peralatan kesehatan tersebut terpelihara,
terjamin dan berfungsi dengan baik, dan dikalibrasi untuk alat-alat ukur yang digunakan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Peralatan kesehatan yang memerlukan perizinan harus memiliki izin yang berlaku.
Pembelian peralatan kesehatan yang mengandung mercury tidak diperkenankan sesuai dengan
peraturan perundangan.
Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput dalam ASPAK dan divalidasi
untuk menjamin kebenarannya.
Besarnya nilai prosentasi pemenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan dalam ASPAK
memberikan gambaran kondisi pemenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas.
Batas terendah prosentase pemenuhan sarana, prasarana, dan alat kesehatan dalam ASPAK adalah
sebesar 60%.
Rincian standard 2019 BAB 1
Page 5
Program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK)
untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat.
Dalam pelaksanaan program MFK perlu ditetapkan petugas yang bertanggungjawab terhadap
program MFK.
Untuk melaksanakan MFK maka perlu dilakukan identifikasi dan pembuatan peta terhadap area -
area berisiko yang meliputi :
a) Keselamatan dan keamanan
b) Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya
c) Manajemen emergency (kedaruratan)
d) Pengamanan kebakaran
e) Peralatan kesehatan
f) Sistem utilisasi
g) Pendidikan dan pelatihan petugas
Sarana/ bangunan, prasarana, peralatan Puskesmas, dan lingkungan fisik perlu dikelola untuk
menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan masyarakat.
Rencana program MFK perlu disusun setiap tahun dan diterapkan, yang meliputi:
a) Keselamatan dan keamanan.
Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana saat gedung, halaman/ground dan alat
kesehatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, petugas dan pengunjung.
Keamanan adalah proteksi/ perlindungan dari kehilangan, pengrusakan dan kerusakan,
kekerasan fisik, penerapan kode-kode darurat atau akses serta penggunaan oleh mereka
yang tidak berwenang.
b) Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3), yang meliputi: penanganan,
penyimpanan dan penggunaan bahan berbahaya lainnya harus dikendalikan, dan limbah
bahan berbahaya dibuang secara aman.
c) Manajemen emergency/ kedaruratan, yaitu tanggapan terhadap wabah, bencana dan
keadaan emergency direncanakan dan efektif.
d) Pengamanan kebakaran: Puskesmas wajib melindungi properti dan penghuni dari kebakaran
dan asap.
e) Alat kesehatan:
Peralatan kesehatan dalam program MFK terdiri dari alat kesehatan, perbekalan kesehatan
lainnya, dan perlengkapan.
Untuk mengurangi risiko, peralatan kesehatan dipilih, dipelihara dan digunakan sesuai
dengan ketentuan.
f) Sistem utilitas meliputi sistem listrik bersumber PLN, sistem air, sistem gas medis dan sistem
pendukung lainnya seperti generator (Genset), perpipaan air dipelihara untuk
meminimalkan risiko kegagalan pengoperasian, dan harus dipastikan tersedia 7 (tujuh) hari
24 ( dua puluh empat ) jam
g) Pendidikan petugas (lihat juga di 2.1.10)
Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan dalam
pelaksanaan manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan
petugas agar dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman
bagi pasien, petugas, dan masyarakat.
Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house
training/workshop/lokakarya.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 6
Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana program pendidikan
manajemen fasilitas dan keselamatan.

Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera akibat kesehatan
dan keselamatan kerja (K3), seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebakaran, gedung
roboh, dan tersengat listrik (lihat pokok pikiran 2.1.3)

Program untuk keamanan dengan menyediakan lingkungan fisik yang aman bagi pasien,
petugas, dan pengunjung Puskesmas perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya
kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti
penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas.

Agar dapat berjalan dengan baik, maka program tersebut juga didukung dengan penyediaan
anggaran, penyediaan fasilitas untuk mendukung keamanan dan
fasilitas seperti penyediaan :
 Closed Circuit Television (CCTV),
 alarm,
 APAR,
 jalur evakuasi,
 titik kumpul,
 rambu-rambu mengenai keselamatan
 dan tanda-tanda pintu darurat.
Area-area yang berisiko keamanan dan kekerasan fisik perlu diidentifikasi dan dibuatkan peta,
dimonitor untuk meminimalkan terjadinya insiden dan kekerasan fisik baik bagi pasien, petugas,
maupun pengunjung yang lain.
Pemberian tanda pengenal pada pasien, pengunjung, karyawan, termasuk tenaga outsource
merupakan upaya untuk menyediakan lingkungan yang aman.
Kode-kode darurat perlu ditetapkan dan diterapkan, seperti:
a) kode merah atau alarm untuk pemberitahuan darurat kebakaran
b) kode biru untuk pemberitahuan telah terjadi kegawatdaruratan medik
c) kode hijau untuk pemberitahuan segera melakukan evakuasi baik manusia maupun barang
d) kode coklat untuk pemberitahuan telah terjadi pencurian
e) kode ungu untuk pemberitahuan telah terjadi keributan
f) kode pink untuk pemberitahuan telah tejadi penculikan bayi
g) kode kuning untuk pemberitahuan adanya ancaman bom
h) kode oranye untuk pemberitahuan adanya tumpahan atau kebocoran limbah B3
i) kode putih untuk pemberitahuan bencana endemik seperti wabah penyakit menular
j) kode hitam untuk pemberitahuan bahwa UGD menerima pasien berlebih baik dari segi
fasilitas maupun dari segi ketenagaan.

B3B

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 7
Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan dikendalikan secara aman.
WHO telah mengidentifikasi bahan berbahaya dan beracun serta limbahnya dengan katagori sebagai
berikut: infeksius; patologis dan anatomi; farmasi; bahan kimia; logam berat; kontainer bertekanan;
benda tajam; genotoksik/sitotoksik; radioaktif.
Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi, jenis, dan jumlah serta limbahnya disimpan.
Daftar inventarisasi ini selalu mutahir (di-update) sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat
penyimpanan.
Harus disusun program pengendalian bahan berbahaya beracun dan limbah B3 (lihat pokok pikiran
2.1.3) dan ditetapkan kebijakan dan proses untuk inventarisasi yang meliputi:
a) Penetapan jenis, area/lokasi penyimpanan B3 sesuai ketentuan perundangan
b) Pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai ketentuan perundangan
c) Penggunaan APD yang sesuai untuk penggunaan dan penanganan tumpahan dan paparan
yang sesuai ketentuan perundangan
d) Sistem pelabelan yang sesuai ketentuan perundangan
e) Sistem pendokumentasian dan perijinan
f) Sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan atau paparan

BENCANA
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama ikut bertanggung jawab untuk
berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun
eksternal.
Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana yang
mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment),
dalam bentuk program tanggap darurat bencana internal dan eksternal yang meliputi:
1) identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi,
2) menentukan peran Puskesmas jika terjadi bencana dengan tetap memperhatikan
keberlangsungan layanan dan tindak lanjut terhadap bencana,
3) strategi komunikasi jika terjadi bencana,
4) manajemen sumber daya,
5) penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
6) identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
7) manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana.
Program persiapan bencana disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal atau
melibatkan komunitas secara luas, terutama ditujukan untuk menilai kesiapan sistem 3 sd 7 yang
telah diuraikan di atas (lihat pokok pikiran 2.1.3).
Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam pelaksanaan program
tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan minimal
setahun sekali.
Debriefing adalah sebuah review yang dilakukan setelah simulasi bersama peserta simulasi dan
observer yang bertujuan untuk menindaklanjuti hasil dari simulasi. Hasil dari kegiatan debriefing
didokumentasikan.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 8
KEBAKARAN
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko terhadap terjadinya
kebakaran.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan
Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran.
Jika terjadi kebakaran, pasien, petugas, dan pengunjung harus dievakuasi dan dijaga keselamatannya
(lihat pokok pikiran 2.1.3).
Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan proteksi kebakaran baik aktif mau pasif.
 Proteksi kebakaran aktif,
contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap, sedangkan
 proteksi kebakaran secara pasif,
contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman.
Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran secara umum meliputi pencegahan terjadinya
kebakaran dengan melakukan
 identifikasi area berisiko bahaya kebakaran dan ledakan,
 penyimpanan dan pengelolaan bahan-bahan yang mudah terbakar,
 penyediaan proteksi kebakaran aktif dan pasif.
Secara khusus,
program penanggulangan akan berisi:
a) frekuensi inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem proteksi dan penanggulangan
kebakaran secara periodik (minimal satu kali dalam satu tahun)
b) jalur evakuasi yang aman dari api, asap dan bebas hambatan.
c) proses pengujian sistem proteksi dan penanggulangan kebakaran dilakukan selama kurun
waktu 12 bulan
d) edukasi pada staf terkait sistem proteksi dan evakuasi pasien yang efektif pada situasi
emergency.
e) Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber terjadinya
kebakaran. Puskesmas harus menetapkan larangan merokok di lingkungan Puskesmas baik
bagi petugas, pasien, dan pengunjung.
Larangan merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pasien dan pengunjung, dan dilakukan monitoring
terhadap pelaksanaannya.

ALKES
Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan pasien, peralatan kesehatan harus
tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan setiap saat diperlukan.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 9
Program pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan kesehatan harus disusun, yang meliputi:
 inventarisasi peralatan kesehatan,
 inspeksi,
 uji,
 pemeliharaan dan
 kalibrasi secara berkala, sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.
Program pengelolaan fasilitas ditujukan untuk:
a. memastikan bahwa semua peralatan kesehatan tersedia dan berfungsi dengan baik
b. memastikan bahwa individu yang melakukan pengelolaan memiliki kualifikasi yang sesuai
dan kompeten
c. menunjukkan kemampuan pengelolaan alat medis baru
Program dapat meliputi:
 inspeksi,
 uji,
 pemeliharaan dan
 kalibrasi secara berkala,
 pengujian sesuai kapasitas penggunaan sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan,
pelaksanaan kalibrasi atau pemeliharaan preventif (lihat pokok pikiran 2.1.3)
Pelaksanaan pemeriksaan dan pemeliharaan dilakukan oleh petugas yang kompeten.
Dalam melakukan pemeriksaan peralatan kesehatan, petugas memeriksa antara lain:
 kondisi,
 ada tidaknya kerusakan,
 kebersihan,
 status kalibrasi,
 dan fungsi alat.
Peralatan kesehatan dapat dilakukan recall oleh pemerintah dan/atau produsen dan/atau distributor
akibat adanya risiko keselamatan
Jika ada peralatan kesehatan yang dilakukan recall, harus dilaksanakan penarikan agar tidak
digunakan yang dan dipandu oleh prosedur yang baku.

PROGRAM SISTEM UTILITAS


Sistem utilisasi meliputi
 air,
 listrik,
 gas medis dan
 sistem penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, dibutuhkan ketersediaan listrik, air dan gas
medis, serta prasarana lain, seperti Genset, panel listrik, perpipaan air, ventilasi, sistem jaringan dan

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 10
teknologi informasi, sistem deteksi dini kebakaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing
Puskesmas.
Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk menjamin ketersediaan dan keamanan
dalam menunjang kegiatan pelayanan Puskesmas (lihat pokok pikiran 2.1.3).
Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan air dan/ atau
listrik.
Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air, panel listrik, perlu
diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya untuk mendukung kegiatan pelayanan
pasien.
Untuk prasarana air perlu dilakukan pemeriksaan sumber air dan alirannya, termasuk pemeriksaan
uji kualitas air secara periodik.
 Uji kualitas tersebut meliputi : uji bakteri minimal dilakukan setiap bulan,
 untuk air limbah minimal tiap tiga bulan
 dan untuk pemeriksaan kimia air minimal tiap enam bulan.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan, dan keterampilan dalam pelaksanaan


manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) perlu dilakukan pendidikan petugas agar dapat
menjalankan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas, dan
masyarakat.
Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan in house training/workshop/lokakarya.
Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana program pendidikan
manajemen fasilitas dan keselamatan.

FILE KEPEGAWAIAN
Puskesmas wajib menyediakan file kepegawaian untuk tiap karyawan yang bekerja di Puskesmas
sebagai bukti bahwa karyawan yang bekerja memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan dilakukan
upaya pengembangan untuk memenuhi persyaratan tersebut.
Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan
atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
File kepegawaian tiap karyawan berisi antara lain:
 bukti pendidikan,
 bukti dilakukan verifikasi terhadap Pendidikan (ijazah),
 registrasi (STR) dan
 perizinan (SIP) serta
 bukti kredensial bagi tenaga kesehatan,
 bukti pendidikan dan pelatihan,
 keterampilan,
 dan pengalaman yang dipersyaratkan,
 uraian tugas karyawan dan/atau

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 11
 rincian kewenangan klinis bagi tenaga klinis,
 hasil penilaian kinerja karyawan, dan
 bukti evaluasi penerapan hasil pelatihan termasuk
 bukti orientasi.

KREDENSIAL/REKREDENSIAL
Dalam memberikan pelayanan kesehatan perseorangan, tenaga kesehatan harus memiliki
kewenangan klinis yang diperoleh melalui proses kredensial.
Kredensial dan rekredensial sebagaimana dimaksud ditujukan untuk
memastikan bahwa setiap pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dilakukan oleh tenaga
profesional yang kompeten agar mutu pelayanan kesehatan berorientasi pada keselamatan pasien di
Puskesmas lebih terjamin dan terlindungi
Proses kredensial dilaksanakan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota,
berdasarkan permintaan dari Kepala Puskesmas.
Dinas kesehatan daerah kabupaten/kota menetapkan:
 kebijakan, pedoman dan prosedur kredensial dan rekredensial tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan perseorangan sesuai ketentuan Perundangan.
 petugas atau tim yang bertanggung jawab untuk melakukan kredensial dan re-kredensial
tenaga klinis yang bekerja di Puskesmas.

Kredensial dan rekredensial dilakukan untuk menetapkan rincian kewenangan dalam memberikan
asuhan pelayanan.
Penetapan rincian kewenangan klinis untuk tiap tenaga kesehatan di Puskesmas sesuai dengan hasil
kredensial dan rekredensial.
Proses kredensial dan rekredensial dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Perundangan.

KEWENANGAN
Untuk menjamin bahwa asuhan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tepat dan kompeten, maka
harus ada kejelasan tugas dan wewenang untuk tiap tenaga kesehatan yang memberikan asuhan
klinis di Puskesmas.
Kewenangan klinis diberikan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki berdasar pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
Dalam kondisi tertentu, jika tenaga kesehatan yang memenuhi persyaratan tidak tersedia, maka
dapat ditetapkan tenaga kesehatan dengan pemberian kewenangan khusus untuk menjalankan
asuhan klinis tertentu oleh pejabat yang berwenang.
Pemberian kewenangan khusus diberikan sesuai dengan persyaratan pengetahuan dan keterampilan
bagi petugas,serta sesuai peraturan perundangan.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 12
ORIENTASI
Agar memahami tugas, peran, dan tanggung jawab, karyawan baru dan alih tugas, baik yang
diposisikan sebagai Pimpinan Puskesmas, Penanggung jawab Upaya Puskesmas, koordinator
pelayanan, maupun pelaksana kegiatan harus mengikuti orientasi.
Kegiatan orientasi meliputi orientasi umum dan orientasi khusus.
Kegiatan orientasi umum dilaksnakan untuk mengenal secara garis besar visi, misi, tata nilai, tugas
pokok dan fungsi serta struktur organisasi Puskesmas, program mutu Puskesmas dan keselamatan
pasien, serta program pengendalian infeksi.
Kegiatan orientasi khusus difokuskan pada orientasi di tempat tugas yang menjadi tanggung jawab
dari karyawan yang bersangkutan. Pada kegiatan orientasi ini karyawan baru diberi/dijelaskan
terkait apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, bagaimana melakukan dengan aman sesuai
dengan Panduan Praktik Klinis, panduan asuhan lainnya dan pedoman program lainnya.

PENILAIAN KINERJA KARYAWAN


Setiap karyawan wajib memahami uraian tugas masing-masing sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan agar dapat menjalankan pekerjaan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
yang diemban.
Penilaian kinerja bertujuan untuk menilai sejauh mana kepatuhan terhadap sistem, mengurangi
variasi layanan, dan meningkatkan kepuasan pengguna jasa
Minimal setahun sekali, terhadap setiap karyawan baik tenaga klinis maupun tenaga non klinis,
dilakukan penilaian kinerja berdasarkan uraian tugas yang menjadi tanggung jawabnya, tata nilai
yang disepakati termasuk di dalamnya profesionalisme, keterampilan komunikasi dan hubungan
antar dan interpersonal.
Perlu ditetapkan kebijakan, pedoman dan indikator penilaian kinerja yang berdasarkan uraian tugas
dan tata nilai yang disepakati.
Hasil penilaian kinerja ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja masing-masing karyawan.

K3
Karyawan yang bekerja di Puskesmas mempunyai risiko terpapar infeksi terkait dengan pekerjaan
yang dilakukan dalam pelayanan pasien baik langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu
karyawan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan perlindungan terhadap
kesehatannya.
Program pemeriksaan kesehatan secara berkala perlu dilakukan sesuai ketentuan yang ditetapkan
oleh Kepala Puskesmas, demikian juga pemberian imunisasi bagi karyawan sesuai dengan hasil
identifikasi risiko epidemiologi penyakit infeksi, serta program perlindungan karyawan terhadap
penularan penyakit infeksi proses pelaporan jika terjadi paparan, tindak lanjut pelayanan kesehatan,
dan konseling perlu disusun dan diterapkan.
Karyawan juga berhak untuk mendapat perlindungan dari kekerasan yang dilakukan oleh pasien,
keluarga pasien, maupun oleh sesama karyawan. Program perlindungan karyawan terhadap

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 13
kekerasan fisik termasuk proses pelaporan, tindak lanjut pelayanan kesehatan, dan konseling, perlu
disusun dan diterapkan.

STRUKTUR ORGANISASI
Agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsi organisasi, perlu disusun struktur organisasi
Puskesmas yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan daerah Kabupaten/Kota.
Untuk tiap jabatan yang ada dalam struktur organisasi yang telah ditetapkan oleh Kepala Dins
Kesehatan daerah Kabupaten/Kota, perlu ada kejelasan tugas, wewenang, tanggungjawab dan
persyaratan jabatan.
Perlu dilakukan pengaturan terhadap tata hubungan kerja di dalam struktur organisasi yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan daerah Kabupaten /Kota.
Pengisian jabatan dalam struktur organisasi tersebut dilaksanakan berdasarkan persyaratan jabatan.
Efektivitas struktur dan pengisian jabatan perlu dikaji ulang secara periodik oleh Puskesmas untuk
menyempurnakan struktur yang ada dan efektivitas organisasi agar sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan.

PERATURAN INTERNAL
Perlu disusun peraturan internal yang mengatur tata tertib dan perilaku Pimpinan Puskesmas,
penanggungjawab upaya Puskesmas, koordinator pelayanan dan pelaksana upaya/kegiatan
Puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan Puskesmas yang sesuai dengan visi, misi, tujuan dan tata
nilai Puskesmas termasuk budaya mutu dan keselamatan pasien.
Ada indikator yang digunakan untuk mengukur perilaku pemberi pelayanan.

URAIAN TUGAS
Uraian tugas diperlukan oleh tiap karyawan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan.
Setiap karyawan wajib memahami uraian tugas masing-masing agar dapat menjalankan pekerjaan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban.
Uraian tugas karyawan berisi tugas pokok dan tugas tambahan.
Tugas pokok adalah tugas yang sesuai dengan Surat Keputusan pengangkatan sebagai jabatan
fungsional yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
Tugas tambahan adalah tugas yang diberikan kepada karyawan untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan program dan kegiatan.
Contoh tugas pokok dan tugas tambahan : seorang tenaga bidan yang diangkat kedalam jabatan
fungsional Bidan dan juga diberikan tugas sebagai bendahara.
Jadi tugas pokok karyawan tersebut adalah Bidan,
dan tugas tambahannya adalah sebagai bendahara.
Jenis tugas pokok dan tugas tambahan ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 14
PENGARAHAN
Kepala Puskesmas mempunyai kewajiban untuk memberikan arahan dan dukungan bagi karyawan
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. Arahan dan dukungan dapat diberikan dalam
bentuk kebijakan lokal, pertemuan-pertemuan, maupun konsultasi dan pembimbingan oleh
pimpinan.
Kepala Puskesmas mempunyai kewajiban memonitor pelaksanaan kegiatan apakah sesuai dengan
rencana yang disusun dan capaian kinerja yang didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan
yang baku, baik melalui monitoring terhadap capaian kinerja dari laporan yang disusun, pembahasan
dalam pertemuan, lokakarya mini, maupun monitoring langsung terhadap pelaksanaan kegiatan.

AKUNTABILITAS PJ
Akuntabilitas merupakan bentuk tanggung jawab dalam melaksanakan Upaya Puskesmas baik UKM
maupun UKP sesuai dengan rencana yang disusun.
Akuntabilitas ditunjukkan dalam pencapaian kinerja dengan menggunakan indikator-indikator yang
telah ditetapkan.
Penanggungjawab Upaya Puskesmas mempunyai kewajiban menunjukkan akuntabilitas dalam
pelaksanaan kegiatan dan mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja Upaya Puskesmas kepada
Pimpinan Puskesmas dan melakukan tindak lanjut untuk perbaikan
Ditetapkan kebijakan, panduan dan instrumen evaluasi akuntabilitas penanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab (R)
Dilakukan evaluasi secara periodik terhadap akuntabilitas Penanggung jawab upaya oleh Kepala
Puskesmas sesuai dengan kebijakan, panduan dan instrumen evaluasi yang disusun (D)
Dilakukan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi akuntabilitas penanggung jawab upaya (D)

PENDELEGASIAN MANAJERIAL
Sebagai wujud akuntabilitas, pimpinan dan/atau penanggung jawab upaya Puskesmas wajib
melakukan pendelegasian wewenang kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas.
Perlu diatur bagaimana kriteria dan prosedur pendelegasian wewenang terkait dengan besarnya
beban dalam pelaksanaan kegiatan baik Kepala Puskesmas maupun penanggung jawab upaya, agar
proses pendelegasian dilakukan dengan tepat kepada orang yang tepat (pendelegasian kewenangan
yang dimaksud adalah pendelegasian manajerial)
Ada kriteria yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Puskesmas kepada Penanggung
jawab upaya, dan dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayanan, dan dari
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas (R)
Ada prosedur yang jelas dalam pendelegasian wewenang dari Kepala Puskesmas kepada
Penanggung jawab upaya, dari Penanggung jawab upaya kepada koordinator pelayanan, dan dari
koordinator pelayanan kepada pelaksana kegiatan apabila meninggalkan tugas (R)

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 15
Terdapat bukti pelaksanaan pendelegasian wewenang sesuai dengan kriteria dan prosedur yang
ditetapkan (D)

TATA NASKAH
Pedoman tata naskah perlu disusun sebagai acuan dalam penyusunan dokumen regulasi yang
meliputi kebijakan, pedoman, panduan, kerangka acuan, dan prosedur, maupun dalam pengendalian
dokumen dan dokumen bukti rekaman pelaksanaan kegiatan.
Pedoman tata naskah mengatur antara lain:
a. penyusunan, kajian dan persetujuan dokumen (kebijakan, pedoman, panduan,
kerangka acuan, dan prosedur) oleh orang yang ditunjuk
b. proses dan frekuensi kajian dan keberlanjutan persetujuan
c. pengendalikan dokumen
d. perubahan dokumen dan identifikasi histori perubahan
e. pemeliharaan identitas dan keterbacaan dokumen
f. pengeloaan dokumen yang diperoleh dari luar Puskesmas
g. retensi dokumen yang kadaluwarsa sesuai dengan perundangan yang berlaku,
dengan tetap menjamin agar dokumen tersebut tidak digunakan secara salah.
Untuk memastikan bahwa pelayanan dan kegiatan terlaksana secara konsisten dan reliabel, perlu
disusun pedoman kerja dan prosedur kerja.
Prosedur kerja perlu didokumentasikan dengan baik dan dikendalikan, demikian juga dokumen bukti
rekaman sebagai bentuk pelaksanaan prosedur juga harus dikendalikan sebagai bukti pelaksanaan
kegiatan.
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan, ataupun masalah kinerja harus ditindak lanjuti dengan upaya
perbaikan.

PEMBINAAN JEJARING DAN JARINGAN


Puskesmas perlu mengidentifikasi jaringan dan jejaring yang ada di wilayah kerja Puskesmas untuk
optimalisasi koordinasi dan atau rujukan di bidang upaya kesehatan
Kepala Puskesmas dan Penanggungjawab Upaya Puskesmas mempunyai kewajiban untuk melakukan
pembinaan terhadap jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
kesehatan tingkat pertama yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Agar jaringan dan jejaring tersebut dapat memberikan kontribusi implementasi PIS PK baik dalam
bentuk pelayanan UKM dan UKP yang mudah diakses oleh masyarakat.
Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi antara lain:
 Puskesmas pembantu,
 Puskesmas keliling, dan
 praktik bidan desa

Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya seperti

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 16
 klinik,
 Puskesmas,
 apotek,
 laboratorium,
 praktik mandiri tenaga kesehatan,
 dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.
Program pembinaan jaringan dan jejaring meliputi
 aspek program,
 ketenagaan,
 sarana,
 pembiayaan dan pendukung, dan
 upaya pemberian pelayanan asuhan yang aman meliputi tetapi tidak terbatas pada
keselamatan pasien,
 pencegahan dan pengendalian infeksi,
 pencegahan resistensi antimikroba.

DATIN
Data dan informasi tersebut meliputi minimal:
 data wilayah kerja,
 demografi,
 budaya dan kebiasaan masyarakat,
 pola penyakit terbanyak,
 surveilans epidemiologi,
 evaluasi dan pencapaian kinerja pelayanan,
 evaluasi dan pencapaian kinerja,
 PIS-PK,
 data dan informasi lain yang ditetapkan oleh dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, Dinas
Kesehatan Provinsi, dan Kementerian Kesehatan

MANAJEMEN DATA
Sistem manajemen data perlu direncanakan agar dapat menyediakan data untuk kebutuhan
kegiatan peningkatan mutu Puskesmas dan Keselamatan Pasien.
Adanya sistem pengeloaan data yang mendukung ketersediaan data untuk peningkatan akan
memudahkan Tim peningkatan mutu, para penanggung jawab upaya pelayanan, dan masing-masing
pelaksana pelayanan baik UKM maupun UKP di masing-masing unit kerja dalam merencanakan,
melaksanakan, memonitor, dan mengevaluasi upaya kegiatan peningkatan mutu yang dilakukan.
Sistem manajemen data juga diperlukan untuk dapat menyediakan data untuk mendukung penilaian
kinerja karyawan, baik tenaga medis dan tenaga klinis pemberi asuhan, tenaga kesehatan, maupun
tenaga non kesehatan.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 17
Data peningkatan mutu dan keselamatan pasien, sekurangkurangnya meliputi:
 Hasil pengukuran indikator mutu dan kinerja Admen, UKM, UKP (layanan klinis).
 Hasil pengukuran indikator Keselamatan Pasien
 Hasil pengukuran indikator Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
 Hasil monitoring dan evaluasi pengukuran indikator mutu dan kinerja Admen, UKM dan
UKP.
 Hasil perbaikan mutu dan kinerja Puskesmas Admen, UKM dan UKP
Data penilaian kinerja karyawan mengacu pada kebijakan dan pedoman penilaian kinerja karyawan
yang ditetapkan oleh Puskesmas.

PKS
Jika ada kewenangan pada pengelola Puskesmas untuk mengontrakkan sebagian kegiatan kepada
pihak ketiga, maka proses kontrak harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku, dan
menjamin bahwa kegiatan yang dikontrakkan pada pihak ketiga tersebut dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan menaati peraturan perundangan yang berlaku.

Isi dokumen kontrak/perjanjian kerja sama meliputi


 kejelasan ruang lingkup kontrak kegiatan yang harus dilakukan, misal Manajemen, Klinis,
Obat dan BMHP, Alat Kesehatan, SDM, Gizi, Kebersihan, dan IT,
 peran dan tanggung jawab masing-masing pihak,
 personil yang melaksanakan kegiatan,
 kualifikasi,
 indikator dan standar kinerja,
 masa berlakunya Kontrak/Perjanjian Kerja Sama,
 proses kalau terjadi perbedaan pendapat, termasuk bila terjadi pemutusan hubungan kerja.
P3
Pengawasan, pengendalian dan penilaian terhadap kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator
kinerja yang jelas sebagai dasar perbaikan penyelenggaraan pelayanan dan perencanaan pada
periode berikutnya (lihat PASP 1.1.1)
Pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan dalam bentuk monitoring.
Indikator kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan kegiatan perlu disusun, dimonitor dan dianalisis
secara periodik sebagai bahan untuk perbaikan kinerja dan perencanaan periode berikutnya
Indikator-indikator kinerja tersebut meliputi: (lihat juga PASP 1.1.2)
o Indikator kinerja Admen,
o Indikator kinerja pelayanan UKM
o Indikator kinerja pelayanan UKP

Dalam menyusun indikator-indikator tersebut harus mengacu pada

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 18
 Standar Pelayanan Minimal Kabupaten,
 Kebijakan/Pedoman dari Kementerian Kesehatan,
 Kebijakan/Pedoman dari Dinas Kesehatan Provinsi dan
 Kebijakan/Pedoman dari dinas kesehatan daerah kabupaten/kota

Hasil pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki
kinerja pelaksanaan kegiatan Puskesmas serta perencanaan tahunan dan perencanaan lima tahunan.
Hasil pengawasan, pengendaliandan penilaian terhadap kinerja diumpan balikkan pada lintas
program dan lintas sektor yang memuat umpan balik terhadap Admen, UKM dan UKP untuk
mendapatkan masukan/asupan dalam perbaikan kinerja penyelenggaraan pelayanan dan
perencanaan pada periode berikutnya.

Rincian standard 2019 BAB 1


Page 19

Anda mungkin juga menyukai