Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi

Disebutkan oleh beberapa peneliti,factor musculoskeletal merupakan factor yang


benar-benar murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.
Gangguan musculoskeletal menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini
berhubungan dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gaya berjalan yang
terjadi akibat proses menua tersebut antara lain di sebabkan oleh :

 Kekakuan jaringan penghubung

 Berkurangnya masa otot

 Perlambatan konduksi saraf

Waktu reaksi yang pendek,menurun nya kesadaran sensorik untuk perabaan


ringan,vibrasi dan temperature. Meningkatnya ayunan tubuh,serta gangguan
reflex tegak

 Penurunan Visus / Lapang pandang

Menurunnya kapasitas akomodasi,penglihatan dekat(presbiopia),ketajaman


penglihatan,penglihatan malam,,penglihatan perifer,toleransi terhadap cahaya
silau dan penglihatan warna (biru/hijau).

 Kerusakan Proprioseptif

Dimana Properioseptif adalah system yang memproses system informasi dari


otot dan sendi tubuh manusia sehingga individu paham di mana letak tubuh dan
gerak tubuh nya,seperti ketika berjalan.

Kesemuanya itu menyebabkan :

 Penurunan range of montion (ROM) sendi

 Penurunan kekuatan otot,terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah

 Pepanjangan waktu reaksi

 Kerusakan presepsi dalam

 Peningkatan postural sway (goyangan badan)


Semua perubahan tersebut menyebabkan kelambanan gerak,langkah
pendek,penurunan irama dan pelebaran bantuan basal. Kaki tidak dapat menapak
dengan kuatdan lebih cendrung gampang goyah. Perlambatan reaksi mengakibatkan
seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi gangguan seperti
terpeleset,tersandung,kejadian tiba-tiba sehingga memudahkan jatuh. (Boedhi
Darmojo,2010)

Pencegahan

Pencegahan jatuh pada lansia di rumah sakit dan panti (Miller, 2012) :

1) Identifikasi lansia yang berisiko jatuh. Selama pengkajian awal, identifikasi

risiko jatuh ( seperti; obat-obatan, riwayat jatuh, kerusakan kognitif,

penurunan fungsi penglihatan, gangguan mobilisasi, lansia yang berumur

75 tahun atau lebih). Kaji dan dokumentasikan faktor risiko jatuh

menggunakan pengkajian khusus risiko jatuh pada lansia (Morse Fall

Scale atau Berg Balance Test). Kaji kembali risiko jatuh secara reguler

untuk mengantisipasi (misalnya tiap shift, setiap hari, saat terjadi

perubahan fungsi dan status kesehatan lansia). Gunakan kode warna

(misalnya menggunakan stiker berwarna terang, menggunakan pita atau

gelang berwarna pada lengan lansia yang berisiko jatuh, atau meletakkan

tanda tersebut di tempat tidur atau di pintu kamar) yang mengindikasikan

lansia berisiko jatuh dan sedang mengikuti program pencegahan jatuh

2) Beri pendidikan kesehatan pada petugas, lansia, dan keluarga.

Instruksikan pada lansia dan keluarga tentang program pencegahan jatuh

menggunakan brosur yang berisi informasi tentang cara pencegahan jatuh

dan cara memperoleh bantuan jika terjadi jatuh pada lansia. Berikan
pelatihan dan pendidikan kesehatan tentang program pencegahan jatuh,

faktor risiko jatuh pada lansia, terutama faktor- faktor tersebut berpengaruh

terhadap petugas (misalnya pemasangan restraints, penggunaan sepatu).

Pasang poster tentang pencegahan jatuh pada lansia, agar petugas atau

karyawan menjadi lebih peduli terhadap masalah tersebut.

3) Intervensi untuk diimplementasikan pada semua lansia yang berisiko

jatuh. Pertahankan agar bel berada dalam posisi yang mudah dijangkau

lansia, dekat tempat tidur. Pastikan posisi tempat tidur lansia rendah dan

roda tempat tidur dalam keadaan terkunci. Jika menggunakan reistraint,

evaluasi kembali penggunaannya setiap shift. Orientasikan lansia terhadap

lingkungan sekitarnya setiap shift. Tawarkan lansia untuk memiliki asisten

atau caregiver untuk membantu aktivitas sehari-hari dan untuk

mengantisipasi kebutuhan lansia sebelum memanggil perawat untuk

meminta bantuan. Memberitahukan lansia untuk memencet bel atau

memanggil perawat jika membutuhkan pertolongan. Dokumentasikan

intervensi pencegahan jatuh pada status lansia.

Peran perawat pada masalah risiko jatuh, yaitu: perawat panti memulai implementasi

dengan memberikan perhatian khusus pada lansia yang berisiko jatuh dan melakukan

program pencegahan jatuh. Kunci utama pada pencegahan jatuh adalah

mengidentifikasi lansia yang berisiko jatuh dan secara konsisten melakukan

implementasi tindakan pencegahan oleh semua petugas atau karyawan. Program yang

penting adalah memberikan pendidikan kesehatan pada semua petugas yang

professional ataupun petugas yang tidak professional yang kontak dengan lansia.

Pendidikan kesehatan tentang strategi untuk meningkatkan kepedulian petugas

terhadap masalah risiko jatuh dan cara untuk menurunkan risiko jatuh lansia. Perawat
juga melakukan pengkajian identifikasi risiko jatuh lansia, misalnya adanya hewan

peliharaan di rumah, penggunaan restraint. Pencegahan jatuh pada lansia dengan

memodifikasi lingkungan agar tidak membahayakan lansia, melatih fisik lansia untuk

meningkatkan kekuatan otot, sendi dan keseimbangan postural lansia. Salah satu

latihan yang bisa dilakukan adalah latihan keseimbangan.


Woc

Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik

 Kondisi fisik dan neuropsikiatrik  Obat – obatan yang di minum

 Penurunan visus dan pendengaran  Alat –alat bantu berjalan

 Perubahan neuromuskuler,  Lingkungan yang tidak


mendukung (berbahaya)
Gaya berjalan dan reflex fostural

Karena proses menua

 ROM

 Kekuatan otot

 Perpanjangan waktu reaksi

 Kerusakan persepsi

 Postural sway

 Kelambanan gerak

 Penurunan irama

 Kaki cenderung gampang goyah

 Keterlambatan mengantisipasi gangguan


seperti terpeleset,tersandung,kejadian
tiba-tiba

Risiko Jatuh

Anda mungkin juga menyukai