Anda di halaman 1dari 16

1

HISTOLOGI DAN FISIOLOGI HATI

TUJUAN UMUM

TUJUAN KHUSUS

TUJUAN PEMBELAJARAN

KOMPETENSI

POKOK BAHASAN
2

ANATOMI

Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh manusia, mempunyai berat 1200 – 1500
gram, yang menempati kuadran kanan atas rongga Abdomen dan terlindungi oleh tulang
rusuk. Secara anatomi terbagi menjadi 2 lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Lobus
kanan ukurannya lebih besar 6 kali dibanding Lobus kiri. Segmen lobus kanan , yang lebih
kecil merupakan lobus quadratus pada permukaan inferiornya dan lobus kaudatus pada
pemukaan posterior. Lobus kanan dan kiri dibagian anterior dipisahkan oleh lipatan
peritoneum yang disebut ligamentum falsiform , dibagian posterior oleh fissura untuk
ligamentum venosum dan bagian inferior oleh fissura untuk ligamentum teres (gambar 1).

Gambar 1. Lobus, permukaan, dan ligamen ligamen pada Hati tampak depan (kiri) dan
posteroinferior (kanan).

Hati merupakan tempat pertemuan penting untuk pemrosesan darah dari sistem
pencernaan. Hati mendapatkan suplai darah dari Vena porta dan Arteri Hepatika. Vena
porta membawa sirkulasi darah yang berasal dari usus, pankreas, kandung empedu dan
limpa sedangkan arteri Hepatika membawa sirkulasi darah dari Koliaka Axis. 80% darah yang
masuk kedalam hati adalah miskin oksigen tetapi kaya-nutrien yang disuplai oleh vena
Porta, sedangkan 20% adalah darah yang kaya oksigen yang disuplai oleh Arteri Hepatika .
Sedangkan lipids kompleks ( kilomikron) terutama diangkut melalui pembuluh limfe.

Nutrien terakumulasi dan diubah dalam hati, dan zat toksik dinetralkan dan
dihilangkan di tempat tersebut. Pembuluh darah tersebut masuk kedalam hati bersama
3

sama dengan jaringan lymphe , syaraf dan hepatic bile duct melalui suatu celah yang
disebut Porta Hepatis. Didalam Porta Hepatis, Vena Porta dan Arteri Hepatika bercabang ke
dalam Lobus kanan dan kiri. Hepatic bile duct kanan dan kiri bergabung membentuk
common hepatic ductus. Plexus (saraf) hepaticus mengandung serabut dari ganglia simpatis
T7-T10, yang bersinaps dalam plexuscoeliacus, nervus vagus dexter dan sinister serta
phrenicus dexter.

Hati terbungkus seluruhnya oleh peritoneum kecuali pada tiga tempat yaitu pada
lokasi kontak langsung dengan diafragma yaitu pada area Nuda yang terletak dikanan fossa
untuk Vena Cava Inferior. Fossa untuk Vena cava inferior dan kandung empedu. Hati
berada pada posisinya karena ligamen peritoneum dan tekanan intra abdominal yang
disalurkan melalui tonus otot dinding abdomen.

Hati dapat dibagi kedalam 8 segmen fungsional didasarkan pada distribusi


vaskularisasi seperti pada (gambar 2) berdasarkan terminologi Couinaud , yang paling sering
dipakai oleh kebanyakan ahli bedah dalam merencakan reseksi hati dan ahli radiologi dalam
memberikan intepretasi. Terdiri atas segmen I-IV pada lobus kiri dan segmen V-VIII pada
lobus kanan.

Gambar 2. Gambaran 8 segmen fungsional hati didasarkan pada suplai darah berdasarkan
terminologi Couinaud.
4

Vena porta bercabang ke kanan dan kiri yang memberikan suplai darah untuk 4
sektor Hati. Sektor bagian kanan adalah anterior dan posterior, sedang lobus kiri adalah
medial dan lateral. Keempat sektor hati terbagi kedalam beberapa segmen.Sektor kanan
depan terdiri atas segmen V dan VIII, Sektor kanan belakang terdiri dari VI dan VII, Sektor
kiri tengah terdiri dari segmen IV , Kiri samping terdiri dari sektor II dan III. Segmen I terletak
pada lobus caudatus, terpisah dari segmen lainnya.

TRAKTUS BILIARIS

Duktus hepatikus kanan dan kiri muncul dari lobus hepatis kanan dan kiri dan
bertemu pada Porta Hepatika membentuk duktus hepatikus komunis. Kemudian Duktus
hepatikus komunis bersama sama dengan Duktus Sistikus dari kandung empedu
membentuk Duktus koledokus/Duktus biliaris komunis. Duktus Biliaris komunis bersama
sama dengan Duktus pankreatikus berlanjut ke duodenum sebagai duktus koledokus
membentuk Ampulla Vater. Ampula membuat membrana mukosa menonjol kedalam
membentuk eminensia,papilla duodeni. Pada sekitar 10-15% subyek duktus biliaris dan
duktus pankreatikus bermuara terpisah ke dalam duodenum. Duktus biliaris komunis
mempunyai diameter 0,5 – 1,5 cm. Bagian duodenal duktus koledokus dikelilingi oleh
penebalan serabut longitudinalis dan sirkularis yang berasal dari usus , yang dinamai
spinkter Oddi (Gambar 3).

Gambar 3. Kandung empedu dan traktus biliaris


5

Kandung empedu berbentuk menyerupai buah pear dengan panjang 9 cm dan


mempunyai kapasitas 50 mL. Terdiri atas bagian kolum, korpus dan fundus. Fundus
merupakan ujung lebar dan mengarah ke depan, yang merupakan bagian yang akan teraba
dalam pemeriksaan palapasi. Korpus terbentuk sampai ke kolum yang sempit yang
diteruskan ke duktus sistikus. Terdapat katup Heister yang merupakan lipatan menyerupai
spiral membran mukosa didalam dinding duktus sistikus dan kolum vesika biliaris. Kantong
Hartman merupakan sakulasi pada kolum vesika bialiaris, yang merupakan tempat tersering
tersangkutnya batu empedu.

Kandung empedu mendapat suplai darah dari Arteri sistika. Ada banyak pembuluh
limfe di lapisan submukosa dan suibperitoneal mengalir melalui kelenjar sistika pada kolum
vesika biliaris ke dalam kelenjar sepanjang duktus koledokus. Vesika biliaris dan Duktus
biliaris mendapatkan persarafan dari sususnan parasimpatis dan simpatis. Pada khronik
kolecistitis peningkatan tekanan intraluminal akan menyebabkan terbentuknya
percabangan, invaginasi menyerupai divertikula dari mukosa yang mencapai kedalam
lapisan muskular yang disebut Sinus rokitansky Aschoff.

HISTOLOGI

STROMA

Hati terbungkus oleh simpai tipis jaringan ikat yang menebal ke Hilus , tempat vena
porta dan a. Hepatika memasuki organ dan keluarnya duktus hepatikus kiri dan kanan serta
pembuluh limfe.

HEPATOSIT

Sel Hati (Hepatosit) merupakan 60% dari Hati, berbentuk Poligonal, dengan diameter
sekitar 30 mikron. Mempunyai inti tunggal dan sedikit yang multiple atau terbelah karena
mitosis. Sitoplasma hepatosit biasanya bersifat eosinofilik karena banyaknya mitokondria,
yang berjumlah hingga 2000 per sel. Umur dari hepatosit sekitar 150 hari pada hewan coba.
Hepatosit merupakan sel epithel yang berkelompok membentuk lempeng lempeng yang
saling berhubungan. Mempunyai tiga sisi yang menghadap sinusoid dan ruang perisinusoidal
6

(ruang disse), kanalikuli dan hepatosit lainnya. Sinusoid tersusun oleh sel endotelial dengan
pori pori yang kecil (fenestra) untuk diffusi makromolekul dari sirkulasi dari ke hepatosit.
Pada sisi Vaskuler dari sinusoid adalah sel fagosit dari sistem retikuloendotelial yang disebut
sel Kupffer (Gambar 4).

Gambar 4. Organela organela dari sel Hati

Di tempat dua hepatosit berkontak, terbentuk suatu celah tubular di antara kedua
sel ini yang disebut kanalikulus biliaris (Gambar 16-16). Kanalikuli, bagian pertama sistem
duktus biliaris, adalah celah panjang berdiameter 1-2 prm. Kanalikuli hanya dibatasi
membran plasma dari dua hepatosit, yang menjulurkan sedikit mikrovili di bagian dalamnya
(Gambar 16-16). Membran sel di dekat kanalikuli ini diikat dengan kuat oleh taut erat. Taut
celah juga terdapat di antara hepatosit, yang memungkinkan tempat komunikasi antarsel
dan koordinasi aktivitas sel-sel.

Kanalikuli biliaris membentuk suatu jalinan anastomosis kompleks di sepanjang


lempeng lobulus hati dan berakhir di daerah portal. Jadi, aliran empedu berlangsung dalam
arah yang berlawanan dengan arah aliran darah, yaitu dari pusat lobulus ke bagian tepi. Di
area portal periferal, kanalikulus biliaris bermuara ke dalam duktulus biliaris yang tersusun
7

dari sel-sel kuboid yang disebut kolangiosit. Setelah melalui jarak yang pendek, duktulus
melewati hepatosit pembatas di lobulus dan berakhir dalam duktus biliaris di celah portal.
Duktus biliaris dilapisi epitet kuboid atau silindris dan mempunyai selubung jaringan ikat
khusus. Duktus-dukfus ini secara berangsur membesar, menyatu, dan membentuk duktus
hepatikus kiri dan kanan, yang akhirnya keluar dari hati.

Didapatkan sekitar 202 x 103 sel pada setiap miligram hati normal manusia
diantaranya 171 x103 merupakan parenkim dan 31 x103 littoral ( sinusoidal yang mencakup
sel kupffer). Ruang disse antara Hepatosit dan sel endotelial sinusoid mengandung sedikit
kolagen fibril dan sel hepatic stellate, yang disebut juga sebagai sel sel penyimpan lemak,
sel Ito dan Liposit. Sel tersebut menyimpan vitamin A dan jika teraktivasi pada kondisi
patologis akan menjadi myofibroblast yang mensintesa kolagen.

LOBULUS HATI

Kiernan pada tahun 1883 memperkenalkan konsep lobulus hapatis sebagai unit
arsitektural dasar. Dia menggambarkan lobulus heksagonal yang terdiri dari vena sentralis
dan jalur portal bagian perifer yang mengandung duktus biliaris, radikulus vena porta, dan
cabang arteri hepatika. Parenkim hati terbentuk oleh ribuan lobulus hati yang ukurannya
kecil (-0,7 x 2 mm), dimana Lobulus hati tersebut merupakan unit funsional dari organ
tersebut. Lobulus hati ini terbentuk dari lapisan ratusan hepatosit yang tersusun seperti
susunan batu bata di tembok dan tersusun radial mengelilingi vena sentral dibagian
pusatnya. Setiap lobulus memiliki tiga sampai enam area portal di bagian perifernya. area
porta di sudut lobulus terdiri atas jaringan ikat dengan suatu venula (cabang vena portal),
arteriol (cabang a.hepatica), dan satu atau dua duktus biliaris dari epitel kuboid (cabang
sistem duktus biliaris)-ketiga struktur yang disebut trias porta.

Dari bagian perifer lobulus ke pusatnya, lempeng hepatosit bercabang dan


beranastomosis secara bebas membentuk struktur yang menyerupai spons. Celah di antara
lempeng ini mengandung komponen mikrovaskular penting, yaitu sinusoid hati .Sinusoid
yang tidak teratur ini hanya terdiri atas lapisan diskontinu sel endotel bertingkap. Sel-sel
endotel terpisah dari hepatosit di bawahnya oleh suatu lamina basal tipis yang tidak kontinu
dan suatu celah perisinusoid (celah Disse) yang sangat sempit. Mikrovili hepatosit menonjol
ke dalam celah tersebut demi terjadinya pertukaran antara sel tersebut dan plasma ,
8

pertukaran ini penting secara fisiologis bukan saja karena banyaknya makromolekul
(misalnya lipoprotein, albumin, fibrinogen) yang disekresi ke dalam darah oleh hepatosit.
Tetapi juga karena hati mengambil dan mengatabolisme sejumlah besar molekul besar ini.
Sinusoid dikelilingi dan ditunjang selubung serat retikular halus. Selain sel endotel, terdapat
dua sel penting yang berhubungan dengan sinusoid tersebut:

Gambar 5. a. Lobulus hati b. Hepatosit dan Sinusoid

Sel Kupffer

Merupakan makrofag stelata, ditemukan diantara sel endotel sinusoid dan


permukaan luminal di dalam sinusoid, banyak didapatkan di area portalnya . Fungsi
utamanya adalah menghancurkan eritrosit tua, menggunakan ulang heme, menghancurkan
bakteri atau debris yang dapat memasuki darah portal dari usus, dan bekerja sebagai sel
penyaji antigen pada imunitas adaptif.

Di celah perisinusoid (bukan di lumen) terdapat sel penimbun-lemak stelata (atau


sel-sel Ito) dengan droplet lipid kecil yang mengandung vitamin A. Sel-sel tersebut, yang
membentuk sekitar 8% sel di hati tetapi sulit ditemukan pada sediaan rutin, menyimpan
banyak vitamin A tubuh, menghasilkan komponen matriks ekstrasel dan ikut berperan
mengatur imunitas setempat.
9

SALURAN EMPEDU & KANDUNG EMPEDU

Duktus hepatikus, duktus sistikus, dan duktus koledokus dilapisi membran mukosa
dengan epitel selapis silindris kolangiosit. Lamina propria dan submukosanya relatif tipis
dengan kelenjar mukosa di sejumlah area duktus sistikus, dan dikelilingi muscularis yang
tipis. Lapisan otot ini bertambah tebal dekat duodenum dan akhirnya, pada bagian
intramural, membentuk sfingter yang mengatur aliran empedu. Kandung empedu adalah
organ berongga yang melekat pada permukaan bawah hati, . Dinding kandung empedu
terdiri atas mukosa yang terdiri atas epitel selapis silindris dan lamina propria, muscularis
tipis dengan berkas sbrabut otot vang tersusun dalam beberapa arah, dan lapisan
adventisia eksternal atau serosa (Gambar 16-21). Mukosa memiliki banyak sekali lipatan
yang sangat jelas ketika kandung empedu kosong Sel epitel pelapis memiliki banyak
mitokondria, mikrovili, dan ruang antarsel, yang kesemuanya mengindikasikan sel absorptif
aktif .

SUPLAI DARAH

Pada hati, vena porta bercabang-cabang dan menjadi venula porta kecil menuju
celah portal. Venula portal bercabang menjadi venula pendistribusi kecil yang berjalan di
tepi setiap lobulus dan berujung ke dalam sinusoid. Sinusoid berjalan radial berkonvergensi
di pusat lobulus untuk membentuk vena sentralis atau vena sentrolobular . Pembuluh ini,
seperti sinusoid, berdinding tipis, dan hanya terdiri atas sel-sel endotel yang ditunjang
sedikit serat kolagen . Venula sentralis dari setiap lobulus menyatu menjadi vena, yang
akhirnya membentuk dua atau lebih vena hepatica besar yang bermuara ke dalam vena
cava inferior.

Arteria hepatica bercabang cabang dan membentuk arteriol di area portal dan
beberapa di antaranya berakhir langsung ke dalam sinusoid sehingga darah arteri yang kaya-
oksigen ditambahkan ke darah vena porta di sinusoid. Darah selalu mengalir dari tepi ke

pusat dari setiap lobulus hati. Sehingga, oksigen dan metabolit, serta substansi toksik
maupun nontoksik lain yang diserap dalam usus, sampai di sel-sel bagian tepi lebih dulu dan
kemudian baru tiba di sel-sel bagian pusat lobulus. Arah aliran darah ini menjelaskan
10

mengapa sifat dan fungsi hepatosit periportai berbeda dari sel-sel sentrolobular. Hepatosit
di dekat area portal dapat bergantung pada metabolisme aerob dan sering lebih aktif
berperan pada sintesis protein, sedangkan sel yang berada lebih ke pusat terpajan nutrien
dan oksigen dengan konsentrasi rendah serta lebih berperan pada detoksifikasi dan
metabolisme glikogen.

FISIOLOGI HATI

Hati merupakan organ yang secara letak anatomi adalah unik, dan mempunyai dua
peran yaitu sebagai tempat metabolisme dan perubahan biokimia.

Hepatosit

Secara fungsional hepatosit mungkin adalah sel yang paling serbaguna dalam tubuh.
Hepatosit memiliki banyak retikulum endoplasma (RE)-baik kasar maupun halus . Dengan
perkecualian Imunoglobulin , yang disintesa oleh sel plasma, protein yang disintesa
Retikulum endoplasma kasar terutama albumin, transferin, protrombin, fibrinogen,
lipoprotein, komplemen. RE kasar menimbulkan sifat basofilia sitoplasma pada saat
pemeriksaan dibawah mikroskop. RE kasar sering lebih jelas di hepatosit dekat area portal.
Selain albumin di sini juga disintesa Glukosa-6-fosfat. Trigliserida disintesis dari asam lemak
bebas dan digabung dengan protein untuk disekresikan oleh eksositosis sebagai lipoprotein.
RE kasar juga berperan serta dalam glikogenesis.

RE halus membentuk tubulus dan vesikel. Ia mengandung mikrosom. Berbagai


proses penting terjadi dalam RE halus. Organel ini bertanggung jawab atas proses oksidasi,
metilasi, yang diperlukan untuk menginaktifkan atau mendetoksifikasi berbagai obat
dansenyawa asing lain sebelum diekskresi. Di RE halus merupakan tempat konjugasi
bilirubin dan sintesis steroid, mencakup kolesterol ndan asam empedu primer yang
dikonjugasi dengan asam amino glisin dan taurin. RE halus ditingkatkan oleh penginduksi
enzim seperti fenobarbital. RE halus merupakan suatu sistem labil yang segera bereaksi
terhadap molekul yang diterima hepatosit.
11

Peroksisom adalah organela yang mempunyai banyak peran, meliputi katabolisme


kompleks dan biosintesa, yang didistribusikan dekat RE halus dan granula glikogen.
Peroksisomal enzim meliputi oksidase sederhana, siklus beta oksidasi, siklus glioksalat,
sisntesa lipid dan kolesterol dan biosintesa dolikol. Peroksisom penting untuk oksidasi
kelebihan asam lemak, penguraian hidrogen peroksida yang dibentuk oksidasi tersebut
(melalui aktivitas katalase), pemecahan kelebihan purin menjadi asam urat, dan
berpartisipasi dalam sintesis kolesterol, asam empedu, dan sejumlah lipid yang digunakan
neuron untuk membentuk mielin. Beberapa kelainan fungsi peroksimal nampak pada
sindrom Zellweger. Endotoksin dapat menyebabkan kerusakan parah pada peroksisom.

Hepatosit sering mengandung tumpukan glikogen, yang tampak secara


ultrastruktural sebagai granul padat-elektron yang kasar dan sering berkumpul dalam sitosol
dekat dengan RE halus. Glikogen hati merupakan timbunan glukosa dan dimobilisasi jika
kadar glukosa darah menurun di bawah normal. Dengan cara ini, hepatosit
mempertahankan kestabilan kadar glukosa darah, yakni salah satu sumber energi utama
tubuh. Hepatosit juga biasanya menyimpan trigliserida berupa droplet lipid kecil. Kapasitas
untuk menyimpan metabolit tersebut penting karena hal tersebut menyuplai energi bagi
tubuh di antara waktu-waktu makan.

Hepatosit biasanya tidak menyimpan protein dalam granula sekretorik tetapi secara
kontinu melepaskannya ke dalam aliran darah. Sekitar 5% protein yang diekspor oleh hati
dihasilkan oleh makrofag stelata sinusoid. Hepatosit bertanggung jawab atas konversi lipid
dan asam amino menjadi glukosa melalui suatu proses enzimatik kompleks yang disebut
glukoneogenesis. Hepatosit juga merupakan tempat utama deaminasi asam amino yang
menimbulkan produksi urea yang diangkut dalam darah ke ginjal dan diekskresikan dalam
tempat tersebut.

Lisosom hepatosit sangat penting untuk pergantian dan degradasi organel intrasel.
Lisosom mengandung beberapa enzim hidrolitik, yang bila dilepaskan dapat merusak sel. Di
dalam lisosom tersimpan ferritin, lipofuschin, pegmen bilirubin, dan tembaga. Setiap
hepatosit dapat memiliki hingga 50 kompleks Golgi yang terlibat dalam pembentukan
lisosom dan sekresi protein, glikoprotein dan lipoprotein ke dalam plasma.
12

LOBULUS HATI

Lobulus hati klasik dengan darah yang melalui hepatosit dari enam area trias porta
hingga vena sentral, menekankan fungsi endokrin struktur yang membentuk faktor untuk
ambilan plasma. Konsep lobulus porta hepatosit lebih berguna ketika memikirkan fungsi
eksokrin sel-sel tersebut, yaitu sekresi empedu. Area portal memiliki duktulus biliaris di
bagian tengah dan empedu, yang bergerak dalam arah berlawanan saat darah mengalir
menuju area ini dari semua hepatosit di sekelilingnya. Jaringan yang mengalirkan empedu
ke dalam duktus di setiap area portal secara kasar berbentuk segitiga dengan vena sentral
pada ketiga lobulus klasik di setiap sudutnya.

Asinus hati, cara ketiga untuk menggambarkan sel hati, menekankan sifat suplai darah ke
hepatosit dan gradien oksigen dari a. hepatica yang bercabang ke vena sentral. Asinus
memiliki hepatosit berupa area berbentuk berlian atau lonjong tak terafur yang terbentang
dari dua trias porta hingga dua vena sentral terdekat. Hepatosit yang terdekat dengan
arteriol hepatika, yaitu zona I pada konsep ini, memperoleh paling banyak oksigen dan
nutrien dan dapat dengan mudah melaksanakan sebagian besar fungsi yang memerlukan
metabolisme oksidatif seperti sintesis protein. Hepatosit di zona lII, dekat vena sentralis,
memperoleh paling sedikit oksigen darI nutrien. Hepatosit di zona tersebut merupakan
tempat pilihan untuk glikolisis, pembentukan lipid, dan biotransformasi obat dan
merupakan hepatosit pertama yang mengalami akumulasi lemak dan nekrosis iskemik. Di
zona II hepatosit memiliki kisaran pertengahan untuk fungsi metabolik antara fungsi
metabolik di zona I dengan zona III. Aktivitas utama di setiap hepatosit terjadi karena sel
beradaptasi terhadap lingkungan mikro yang diciptakan kandungan dalam darah yang
terpajan dengannya.

Fungsi dari tiga tipe sel non parenkimal hepatika sebagai berikut

SEL KUPFFER
13

Ukurannya besar, mempunyai bentuk yang irregular mencapai permukaan lumen


dari dinding sinusoidal , dan bertanggung jawab terhadap bebrapa fungsi : Fagositosis
Toksin yang melalui aliran darah dan partikel partikel seperti bakteri, Mensekresikan
beberapa mediator seperti mediator inflamasi yang mempengaruhi fungsi sel didekatnya
dan sel yang lokasinya jauh dan menghasilkan bahan yang bermanfaat danbahan toksik yang
berperan dalam pertahanan diri ketika terjadi injuri hati

SEL ENDOTELIAL SINUSOID

Sel sel tersebut terbentuk dari kebocoran sawar antara sel parenkimal dan darah
yang mengalir di dalam sinusoid. Morfologi Fenestrasi sel edotelial tersebut berperan
sebagai penyaring yang mencegah eritrosit dan komponen seluler yang lain berinteraksi
dengan hepatosit dan memberikan jalan cepat dari hepatosit untuk memilih substansi di
dalam darah.

SEL STELLATA

Dua fungsi dari sel yang berbentuk bintang tersebut adalah ; Menyimpan vitamin A
dan vitamin yang terlarut dalam lemak, bila sel tersebut teraktivasi maka akan melakukan
sintesa kolagen, sehingga sel ini penting dalam berkembangnya sirosis.

REGENERASI HATI

Hati memiliki kapasitas regenerasi yang besar. meskipun laju pergantian selnya
lambat. Hilangnya jaringan hati dari kerja zat toksik memicu mekanisme pembelahan
hepatosit yang masih normal, dalam suatu proses yang disebut hiperplasia kompensatorik,
yang berlanjut sampai massa aslinya kembali. Pengangkatan bagian hati melalui
pembedahan menimbulkan respons serupa di hepatosit lobus yang tersisa. Jaringan hati
yang beregenerasi biasanya tersusun baik dengan susunan lobulus yang khas, dan
menggantikan fungsi jaringan yang rusak. Pada manusia, kapasitas ini penting karena safu
lobus hati dapat sering didonasikan olehkerabatyang masihhidup untuk transplantasi
pembedahan dan fungsi hati dapat sepenuhnya pulih baik pada pendonor maupun
penerima donor.
14

Selain proliferasi hepatosit yang tersisa, peran sel punca hati dalam regenerasi telah
dibuktikan dalam beberapa percobaan. Sel punca yang disebut sel lonjong terdapat pada
epitel awal duktulus biliaris di dekat area portal dan sel ini dapat menghasilkan hepatosit
dan kolangiosit.

SINTESA DAN SEKRESI EMPEDU

Empedu berperan dalam membantu pencernaan dan absorbsi lemak , ekskresi


metabolit hati, dan produk sisa seperti kolesterol, bilirubin dan logam berat. Sekresi empedu
merupakan suatu fungsi eksokrin karena hepatosit terlibat dalam ambilan, transformasi, dan
ekskresi komponen darah ke dalam kanalikuli biliaris. Epitel bilier berperan dalam
menghasilkan 40% dari 600 ml produksi empedu setiap hari. Empedu mempunyai sejumlah
komponen penting lainnya selain air dan elektrolit: asam empedu (asam organik dengan
berat molekul rendah seperti asam kolat dan bentuk deprotonasinya yang disebut garam
empedu), fosfolipid, kolesterol dan pigmen empedu yang mengandung heme seperti
bilirubin yang berwarna hijau kekuningan). Sekresi asam empedu dilukiskan pada Gambar
16-18. Asam empedu memiliki suafu fungsi seperti deterjen yang penting dalam
emulsifikasi lipid di saluran cerna sehingga memudahkan proses pencernaan oleh lipase dan
absorpsi seIanjutnya.

Kebanyakan pigmen empedu bilirubin berasal dari perombakan hemoglobin pada


eritrosit yang menua (75%), yang terutama terjadi dalam makrofag limpa, tetapi juga dalam
makrofag lain, termasuk makrofag dalam sinusoid hati, katabolisme protein heme lain (22%)
, dan inaktivasi eritrpoisis sumsum tulang (3%). Setelah dilepaskan dari makrofag, bilirubin
mengikat albumin beredar dan diambil dari plasma oleh hepatosit. Pada RE halus hepatosit,
bilirubin hidrofobik dikonjugasi dengan asam glukuronat, membentuk bilirubin glukuronida
yang larut-air, yang kemudian disekresi ke dalam kanalikuli biliaris. Setelah dilepaskan ke
dalam usus bersama empedu, sejumlah bilirubin dimetabolisme oleh bakteri menjadi
pigmen lain sebagai sterkobilin yang menghasilkan warna khas pada tinja . Bilirubin lain
diserap dalam usus dan dihilangkan dari dalam darah di ginjal sebagai urobilinogen
sehingga menghasilkan warna kuning pada urine.
15

Berbagai zat dan obat yang berpotensi toksik dapat dinonaktifkan melalui oksidasi,
metilasi, atau konjugasi. Enzim yang berpartisipasi dalam proses ini terutama berada pada
RE halus hepatosit. Glukuroniltranferase, suatu enzim yang mengkonjugasi asam glukuronat
menjadi bilirubin, juga menimbulkan konjugasi beberapa senyawa lain seperti steroid,
barbiturat, antihistamin, dan antikonvulsan. Pada keadaan tertentu, obat yang
dinonaktifkan dalam hati dapat menginduksi penambahan RE halus dalam hepatosit
sehingga kapasitas detoksifikasi hati meningkat.

KANDUNG EMPEDU

Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan empedu, memekatkan dengan


menyerap airnya dan melepaskan bila diperlukan ke dalam saluran cerna. Proses tersebut
bergantung pada mekanisme transpor aktif natrium pada epitel kandung empedu dengan
penyerapan air dari empedu, suatu konsekuensi osmotik Pompa natrium. Kontraksi otot
polos kandung empedu diinduksi oleh kolesistokinin (CCK) yang dilepaskan dari sel
enteroendokrin usus halus. Pelepasan CCK selanjutnya dirangsang oleh keberadaan lemak
dalam diet di usus halus. Pengangkatan kandung empedu akibat obstruksi atau peradangan
kronis menyebabkan aliran langsung empedu dari hati ke usus, dengan sedikit pengaruh
bermakna terhadap pencernaan.

Sistem ekskresi dari Hati dimulai dari kanalikuli biliaris yang terbentuk melalui
modifikasi permukaan kontak hepatosit dan tertutupi oleh mikrovilli. Jaringan kanalikuli
intralobular mengalirkan melalui lapisan kanal Hering oleh epitel kuboid yang terhubung
melalui duktus biliaris yang pendek menuju saluran kandung empedu yang lebih besar pada
saluran portal.

Referensi
1. Sherlock’s Diseases of the Liver and Biliary System. 12th ed. Wiley -Blackwell
Publishing Ltd. Oxford, UK. 2011
16

2. Zakim and Boyer’s Hepatology : A Textbook of Liver Disease. 6th ed. Elsevier Inc ,
Philadelphia, 2012.
3. Junqueira’s Basic Histology Text and atlas. 13th ed. McGraw-Hill education, New
York ,2013
4. Amirudin R, Fisiologi dan Biokimia Hati dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi
VI, interna publishing, Jakarta 2014

Anda mungkin juga menyukai