Anda di halaman 1dari 13

MODUL

( Minggu ke : 4 )

FISIKA DASAR I
Semester 1 / 3 sks / MFF 1011

Oleh

Drs. Sunarta, M.S.

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM

Tahun Anggaran 2013


BAB III
“DINAMIKA PARTIKEL”

 Diskripsi :
Mekanika klasik (Mekanika Newton) akan membahas tentang gerak dan penyebab
dari gerak yang terjadi pada benda, hal ini yang mendasari permasalahan dalam
bahasan-bahasan gerakan benda secara klasik ( kecepatan rendah, massa benda besar
).Pada pembahasan bab ini, dimulai dari system benda yang bebas yaitu benda yang
secara alami tidak terkena gaya apapun. Disamping itu juga terdapat gaya yang secara
alami selalu menghambat gerak benda yaitu adanya gaya gesek, gaya ini selalu
mempunyai arah yang berlawanan dengan gerak benda.
 Manfaat :
Memberikan bekal pemahaman tentang penyebab gerak dinamik yaitu gaya,
memberikan kemampuan dalam analisa sistim dinamik benda, mengaplikasikan
hokum-hukum dinamika pada kejadian riil di lapangan.
 LO :
Menyebutkan jenis gaya-gaya yang bekerja pada system benda, sehingga dapat
menurunkan persamaan dinamika berdasar hokum newton yang berlaku

III.1. Dinamika dan Aplikasinya secara Umum


Pengertian tentang ilmu dinamika yang berkaitan dengan gerak benda adalah bagian
dari ilmu fisika yang mempelajari gerakan benda dengan pokok bahasan pada penyebab dari
gerakan yang terjadi. Adapun secara fisis yang menjadi penyebab gerakan secara dinamik
adalah gaya (force), maka untuk mempelajari lebih lanjut diperlukan pengertian tentang
jenis-jenis gaya yang bekerja pada system benda.

Jenis-jenis Gaya secara alami :

 Gaya Gravitasi : → symbol (𝐹𝑔 )

Gaya ini merupakan jenis gaya yang asalnya karena ada sifat alamiah
benda(massa) yang saling tarik-menarik, jadi kalau kita pandang suatu massa benda
(M) berada di permukaan bumi, maka sebetulnya massa (M) ini ditarik oleh massa
yang lebih besar yaitu bumi itu sendiri, gaya yang menarik massa kecil (M) inilah
yang disebut sebagai gaya gravitasi bumi.

Gaya ini bekerja pada massa subuah benda yang berada pada medan gravitasi
, bila berada di system bumi maka berarti gaya tersebut begantung dari gravitasi bumi
(g). Arah dari gaya inipun selalu searah dengan medan gravitasi bumi yang
ditunjukkan dengan arah gravitasi bumi ( 𝑔 ) yaitu menuju ke pusat bumi.
M

Gaya gravitasi : 𝐹𝑔 = M 𝑔
Arahnya : selalu sesuai arah
gravitasi bumi, bila benda berada di bumi.
𝐹𝑔

 Berat benda : → Simbol ( W )

Definisi berat benda : adalah besarnya gaya netto yang diperlukan untuk
mengimbangi benda agar tidak jatuh bebas, yang diukur oleh seseorang yang berada
diatas permukaan bumi. Misalkan anda meletakkan benda diatas tangan anda, agar benda
tidak jatuh bebas maka tangan anda harus mengimbangi gaya keatas senilai gaya
gravitasi. Bila nilai gaya gravitasi 5 N , maka anda juga memberikan gaya lawanan
sebesar 5 N, berarti berat benda yang ada diatas tangan anda 5 N. Sering keberadaan
gaya gravitasi benda dikaitkan dengan berat benda, secara fisis mempunyai pengertian
berbeda, namun secara nilai mempunyai kesamaan.

W=Mg

Catatan, bahwa berat benda bukanlah massa benda, tetapi massa benda yang
terkait dengan keberadaannya di medan gravitasi. Untuk itu maka ketika ada massa benda
misal M = 7,2 kg mempunyai berat sekitar 71 N di bumi , namun akan mempunyai berat
sekitar 12 N ketika di bulan. Hal ini dikarenakan nilai percepatan gravitasi bulan hanya
sekitar 1,7 m/s2.

 Gaya Normal : → Simbol ( 𝑁 )

Marilah kita cermati, ketika anda meletakkan benda diatas papan atau lantai maka
papan atau lantai akan terbebani oleh adanya benda tersebut. Sebetulnya bentuk papan
atau lantai seperti apapun gejala ini pasti ada , sehingga lantai atau papan akan
mengimbangi adanya beben yang dari benda tersebut. Reaksi gaya inilah yang disebut
sebagai gaya normal (𝑁), kenapa dinamakan gaya normal, hal ini terkait dengan arahnya
yang selalu tegak lurus terhadap permukaan bidang lantai/papan yang terbebani.

Karena fenomena yang timbul gaya normal selalu terkait dengan papan atau
bidang yang terbebani oleh benda, maka sering orang menyebut bahwa gaya normal
merupakan reaksi bidang/papan tumpuhan terhadap adanya berat benda yang harus
dilawan oleh lantai atau papan tersebut. Hal ini berakibat bahwa nilai gaya normal
bervariasi bergantung kepada bagaimana posisi benda diatas papan atau bidang yang
bersangkutan, seperti ilustrasi gambar berikut .
𝑁
𝑁 𝑁

𝐹𝑔
𝐹𝑔 𝐹𝑔

Pikirkan dengan gambar-gambar tersebut; nilai gaya normal akan semakin


mengecil ketika kemiringan bidang kontak (bidang tumpuhan) semakin besar, dan akan
minimum ketika bidang berdiri tegak lurus.

 Gaya Gesekan : → Simbol (𝑓 )

Gaya ini merupakan gaya yang bersifat menghambat gerakan benda, karena
berupa gaya kontak antara permukaan benda dan bidang sehingga nilainya bergantung
sifat kehalusan/kekasaran kedua bidang tersebut.

Misalkan jika kita meluncurkan suatu benda di atas permukaan yang kasar, maka
akan sangat sulit karena terhambat oleh adanya gesekan permukaan benda dan
bidang/landasan luncur. Tahan ini berupa gaya hambat yang sebutanya sebagai gaya
gesekan (𝑓 ).

Namun disisi lain gaya gesek merupakan gejala yang menguntungkan (positif),
misalkan kita tidak dapat menulis dengan pensil tanpa adanya gaya gesekan antara pensil
dengan kertas, kita tidak dapat membuat simpul pada tali-temali, karena semua akan
terlepas begitu ditarik, dan sebagainya… meskipun gesekan ban mobil yang terlalu besar
terhadap jalan juga bersifat menugikan kita, karena ban cepat menipis.

𝑓=𝜇𝑁 𝑁 𝑓
𝑓 = 𝜇𝑠,𝑚𝑎𝑥 𝑁

𝑓 = 𝜇𝑘 𝑁 𝐹𝑔
Beberapa sifat pada gaya gesekan :

1) Jika dua permukaan saling berimpitan dan satu dengan lainnya dalam kondisi
belum ada gerakan yang mungkin dengan gaya yang ada, maka hal ini gaya
gesek bersifat statis ( koefisien gesekan = µS ).
2) Jika benda sudah lepas dan bergerak, maka gesekan yang terjadi disebut
sebagai gaya gesekan kinetic ( koefisien gesekan = µk ).
3) Arahnya selalu melawan gerak benda, ( arah gerak ditunjukkan oleh arah
kecepatan(v), atau percepatan(a) tangensial )
 Gaya tegang tali : → symbol ( 𝑇 )

Jenis gaya ini muncul / ada pada system seperti tali, kabel, kawat, dan sejenis utas
tali lainnya yaitu sistim fisis yang berfungsi untuk mengikat benda ( lentur, tipis,
dan elastic ).

Seutas kawat atau tali yang diikatkan pada system benda kemudian benda tersebut
ditarik oleh gaya pada tali tersebut, maka pada system tali aka nada gaya tegang
yang sifatnya menjauh dari benda.

𝑇
𝑇
tali 𝑇

Pada gambar diatas, jelas bahwa tegangan tali bekerja pada tali itu akibat dari adanya
tarikan oleh gaya pada tali tersebut. Nilai dan arah dari gaya tegangan tali bergantung pada
kondisi tali ketika digunakan untuk mengikat benda yang bersangkutan.

III.2. Hukum-hukum Newton ( hukum I; II; dan III )


Telah kita pelajari di bagian kinematika tentang kecepatan, percepatan, sedangkan di
dalam gerakan benda adanya gerakannya semakin cepat disebabkan bahwa pada benda
tersebut bekerja gaya (force). Gaya dapat dipandang sebagai suatu yang mendorong obyek
sehingga keceptan obyek semakin besar atau timbul percepatan.

Besarnya percepatan sebanding dengan besarnya gaya yang bekerja sesuai dengan
kuantitas massa benda yang didorong.

 𝐹=𝑀𝑎 ; F = gaya yang bekerja

; M = massa benda

; a = percepatan

Secara alamiah bahwa berbagai macam gaya dapat bekerja pada benda bergantung
kondisi fisis dari system benda tersebut ( jenis-jenis gaya ,telah dibahas di bab awal ).
Newton telah mencermati tentang karakter gaya-gaya pada system benda, yang akhirnya dia
mendapatkan beberapa kaidah yang menjadi dasar hokum untuk analisa gerak secara
dinamika, terbagi menjadi 3 kaidah hokum Newton.

 Hukum Pertama ( I ) Newton


“ Bila pada suatu sistem benda, tidak bekerja gaya, maka pada system benda tersebut
tidak ada perubahan kecepatan atau kecepatan tetap”
Dari kaidah Newton I, tersebut kemungkinan yang dapat terjadi pada benda
adalah benda rehat(diam tidak bergerak), atau bergerak dengan kecepatan konstan,
yang dalam istilah kinematik mengalami GLB.

𝐹 = 0 (𝑛𝑜𝑙) → kondisi stabil(kecepan tetap)

 Hukum Kedua ( II ) Newton


“ Bila pada suatu system benda, jumlah gaya (neto) yang bekerja pada system
tersebut tidak nol, maka akan menyebabkan percepatan, nilai gaya neto sebanding
dengan perkalian massa benda dan percepatan yang timbul”
Kaidah kedua, memberikan gambaran bahwa gerakan benda dinamis, artinya
kecepatan berubah-ubah sesuai perubahan gaya yang ada.

𝐹 =𝑀𝑎 → kondisi dinamik (kecepatan berubah)

 Hukum Ketiga ( III ) Newton


“ Ketika dua benda berinteraksi, gaya pada kedua benda yang berasal dari satu sama
lainnya selalu sama besarnya dan arahnya selalu berlawanan”
Kaidah ketiga ini, memberikan gambaran bahwa ketika ada interaksi antara
gaya-gaya yang bekerja pada benda, maka selalu aka nada fenomena “ Aksi –
Reaksi”, yang mana nilai sama namun arah selalu berlawanan. Secara vector ditulis
sebagai : Faksi = - Freaksi .

Contoh Kasus :
𝑁 𝑓

𝑎 𝐹𝑔 sin θ 𝐹𝑔 cos θ

𝐹𝑔
θ

Benda yang massanya (M), berada pada bidang miring dengan kemiringan ( θ ), benda
bergerak meluncur dengan percepatan ( a ), fenomena tersebut mengandung beberapa kaidah
yang dijelaskan oleh Newton sebagai :
Gerak kearah bidang : berlaku hukum II ; 𝐹 = 𝑀 𝑎 , adalah :

𝐹𝑔 sin θ - 𝑓 = M 𝑎

Gerak kearah tegak lurus bidang : berlaku hukum I ; 𝐹 = 0 dan hukum III; aksi-reaksi.

𝑁 − 𝐹𝑔 cos 𝜃 = 0

𝐹𝑔 cos θ = sebagai gaya aksi dari benda

𝑁 = sebagai gaya reaksi dari bidang

Bila diselesaikan akan memdapatkan nilai percepatan benda meluncur kebawah dengan
percepatan konstan sebesar :
𝐹𝑔 sin 𝜃−𝑓
a=( ) ; nilai konstan.
𝑀

III.3. Contoh-contoh Aplikasi Hukum Newton


Pada bagian ini disampaikan contoh-contoh persoalan untuk dicermati cara
pembahasan yang menggunkan hukum-hukum Newton bagian awal.

 Kasus-1:

Balok massa (M) berada diatas meja (permukaan licin), dihubungkan dengan massa (m) yang
digantungkan dengan tali lewat konektor/roda (licin), (seperti gambar ilustrasi). Gunakan
hukum-hukum newton untuk menganalisa, berapa perbandingan massa balok dengan massa
beban, agar system tetap rehat(diam tidak bergerak) ?, dan tunjukkan sketsa gaya-gaya yang
bekerja pada system tersebut.
𝑁

M T licin
𝑓𝑠

T
𝐹𝑀

𝐹𝑚
Analisa :

Hukum I, dipenuhi bila pada setiap bagian dari system tersebut neto gayanya sama dengn
nol. Pada massa (m) : Fm = T ; N =FM dan fs ≥ T; sehingga benda akan tetap rehat apabila
nilai : Fm ≤ FM yang berarti juga massa (M) sama atau lebih besar dibanding dengan massa
(m). Catatan ini hanya terjadi bila bidang meja licin sempurna, artinya gesekan antara massa
(M) dengan permukaan meja tidak ada sama sekali. Apabila hal ini tidak dipenuhi, maka bias
jadi hal tersebut dipenuhi bila M lebih kecil dari m, karena ada peran gaya gesek bidang
meja.

 Kasus-2 :

Massa(M) digantungkan dari atap plavon dengan seutas tali (seperti gambar); dalam keadaan
yang sudah stabil kondisi tali membentuk sudut 550 dan 350 terhadap atap; lakukan analisa
dengan mengaplikasikan hukum newton untuk menghitung nilai tegangan tali pada masing-
masing segmen ( T1, T2, dan T3 ). Dan dapat dihitung gaya normal plavon akibat tarikan tali
tersebut, baik di simpul tali kiri (N1) maupun kanan (N2).
𝑁1 atap plavon 𝑁2
550 350
𝑇2
𝑇1
𝑇1 𝑇2

𝑇3

𝐹𝑀

Analisa :

Pada kasus tersebut, system benda dalam keadaan statis sehingga pada setiap titik berlaku
jumlah neto gaya sama dengan nol (hukum I).

Diperoleh : T3 = FM

T3 = T1 cos 350 + T2 cos 550

T2 sin 550 = T1 sin 350

N1 = T1 sin 550

N2 = T2 sin 350
 Kasus-3 :

Pada kasus-3, merupakan kasus-1 dengan memasukkan unsure gaya gesekan pada
permukaan bidang meja ( f ), dan system dinamik yaitu kemungkinan bergerak ke kanan
dengan percepatan ( a). Problem pada kasus ini melibatkan hokum I maupun II, bahkan
hukum III pun juga ada, dalam kontek aksi-reaksi pada sebagian system. Dengan sedikit
mencermati vector-vektor gaya yang ada, maka dapat ditentukan hubungan gaya satu dengan
lainnya.

𝑁
𝑎
M licin
T
𝑓

ada friksi T
𝐹𝑀

𝐹𝑚

Analisa :

Pada massa (M) berlaku : T–f =Ma

N = FM

Pada massa (m) berlaku : Fm – T = m a

Dengan menggabungkan persamaan-persamaan yang ada, dapat dihitung nilai percepatan


system, dan juga tegangan tali yang terjadi akibat tarikan system ketika bergerak. Tentunya
diperlukan data-data fisis tentang nilai masing-masing massa dan nilai gesekan bidang yang
terjadi. Persamaan akhir diperoreh :
𝐹𝑚 −𝑓
𝑎=( ) ; percepatan system (baik untuk M maupun m)
𝑀+𝑚

𝑇 = 𝑀𝑎+𝑓 ; tegangan tali dianggap serbasama sepanjang tali

 Kasus-4 :

Pada system di kasus-4 ini, meja dalam posisi miring sehingga gaya-gaya yang terjadi
juga mengalami perubahan arah, dan tentunya berakibat hambatan massa(M) untuk bergeser
ke atas semakin besar karena disamping hambatan dari friksi bidang juga hambatan karena
adanya kemiringan bidang.
Kemungkinan arah percepatan system (a), dapat juga kearah bawah hal ini
bergantung data-data besaran fisis yang ada misalkan nilai-nilai massa (M), massa (m), friksi
(f) dan sudut (α) semuanya akan menentukan apakah arah gerak system keatas atau kebawah,
bahkan dapat juga system stabil rehat di tempatnya karena ternyata gaya-gaya yang bekerja
pada masing-masing massa mempunyai neto nol.
licin
𝑎
𝑁
T
M T
𝑎
𝐹𝑀 𝑠𝑖𝑛𝛼
𝑓 m
α 𝐹𝑀 𝑐𝑜𝑠𝛼
𝐹𝑀
ada friksi 𝐹𝑚

Analisa :

Karena bidang miring dengan elevasi (α ), maka gaya FM terurai menjadi dua arah yaitu
kearah tegak lurus bidang dan kearah bidang sebagai : FM cos α dan FM sin α.

Pada massa (M) , berlaku : T – f – FM sin α = M a

N = FM cos α

Pada massa ( m ), berlaku : Fm – T = m a

Dengan kombinasi, eliminasi persamaan-persamaan yang ada, maka semua gaya yang terjadi
dapat dihitung . Tentunya hal ini diperlukan data-data fisis benda, gesekan meja juga
gravitasi bumi. Semakin komplek kondisi system akan berakibat juga semakin komplek
persamaan yang terjadi, sehingga dapat terjadi persamaan-persamaan simultan yang lebih
banyak lagi. Hal ini bergantung berapa macam variable fisis yang akan dihitung dalam
problem. Persamaan akhir kasus-4, diperoleh :
𝐹𝑚 − 𝑓− 𝐹𝑀 sin 𝛼
𝑎=( ) ; percepatan sistim (baik M maupun m)
𝑀+𝑚

𝑇 = 𝐹𝑚 − 𝑚 𝑎 ; tegangan tali dianggap serbasama sepanjang tali.

 Kasus-5 :

Setelah menyelami beberapa kasus yang disampaikan didepan, seandainya nilai-nilai besaran
fisis diketahui misal : massa M = 5 kg, massa m = 8 kg, sedangkan koefisien gesekan kinetic
benda dengan permukaan meja µk = 0,5 , kemiringan meja α = 300 serta percepatan gravitasi
bumi g = 9,8 m/s2. Tentunya semua persoalan pada kasus-1 s/d kasus-4 dapat diselesaikan
dengan mudah.

Analisa :

Misalkan kasus-4 : dengan memasukkan nilai-nilai yang ada diperoleh,

FM = M g = 49 N

Fm = m g = 78,4 N

N = FM cos α = 42,4 N

f = µk N = 21,2 N
𝐹𝑚 − 𝑓− 𝐹𝑀 sin 𝛼
𝑎= = 0,63 m/s2
𝑀+𝑚

𝑇 = 𝐹𝑚 − 𝑚 𝑎 = 73,36 N

LATIHAN SOAL-SOAL :

Dinamika Partikel-1,

1. Dua bua balok bermasa m1 dan m2, dihubungkan dengan sebuah pegas ringan di atas
meja horizontal tanpa gesekan. Tentukan perbandingan percepatannya, a1 dan a2,
setelah keduanya dijauhkan kemudian dilepaskan.
2. Dua buah balok saling bersinggungan dia atas meja licin. Sebuah gaya horizontal
dikerjakan pada salah satu balok, seperti dalam gambar.
(a) Jika m1=2,0 kg, m2= 1,0 kg, dan F= 3,0 N, tentukanlah gaya kontak antara kedua
balok tersebut.
(b) Perlihatkanlah bahwa jika gaya F yang sama dikerjakan pada m2, bukan pada m1,
maka gaya kontak kedua balok adalah 2,0 N, tidak sama dengan hasil hitungan
poin (a). Jelaskan.
F
m1
m2

3. Bagaimana cara menurunkan benda seberat 100 pon dari atap dengan menggunakan
tali yang hanya mampu menahan tegangan 87 pon tanpa talinya putus?
4. Sebuah rantai mudah lentur (fleksibel) dan seragam yang panjangnya l, dengan berat
tiap satuan panjang λ, tergantung melingkari sebuah katrol kecil tak bermasa dan
licin. Rantai dilepaskan dari keadaan diam, dengan panjang yang tergantung di salah
satu sisi adalah x dan di sisi lain adalah l-x. Tentukanlah percepatan rantai sebagai
fungsi dari x.
5. Sebuah balok bermassa m meluncur turun dari atas suatu bidang miring licin yang
membentuk sudut θ terhadap lantai elevator. Tentukanlah percepatan balok relatif
terhadap bidang miring untuk keadaan-keadaan berikut:
(a) Elevator turun dengan laju konstan v.
(b) Elevator naik dengan laju konstan v.
(c) Elevator turun dengan percepatan a.
(d) Elevator turun dengan perlambatan a.
(e) Kabel elevator putus.
(f) Dalam soal (c) di atas, berapakah gaya yang dilakukan pada balok oleh bidang
miring?

Dinamika Partikel-2

1. Berat balok B dalam gambar adalah 16o pon (710 N). Koefisien gesekan statik antara
balok dan meja adalah 0,25. Tentukanlah berat maksimum balok A agar sistem
berada dalam keadaan seimbang.

B 45o

2. Dua buah massa, m1 = 1,65 kg dan m2 = 3,30 kg, dihubungkan sebuah batang tak
bermassa sejajar dengan bidang miring tempat keduanya meluncur turun dengan m1
di belakang m2, seperti pada gambar. Kemiringan bidang tersebut adalah 30o.
Koefisien gesekan kinetik antara m1 dengan bidang miring adalah μ1 = 0,226 dan
antara m2 dengan bidang miring adalah µ2 = 0,113. Hitunglah :
(a) Tegangan dalam batang yang menghubungkan m1 dan m2
(b) Percepatan bersama kedua massa.
(c) Apakah jawaban (a) dan (b) berubah jika m2 di belakang m1?

m1 C
A

m2

Gambar no.2 30o B


Gambar no.3
3. Jika berat balok A adalah 10 pon (44 N) dan berat balok B adalah 5,0 pon (22 N).
(a) Tentukan berat minimum balok C yang harus diletakkan di atas A agar balok A
tersebut tidak bergerak, jika diketahui μs antara A dan meja adalah 0,20.
(b) Balok C tiba-tiba diangkat dari atas balok A. Berapakah percepatan balok A, jika
μk antara A dan meja adalah 0,20?

4. Berat benda B adalah 100 pon dan berat benda A adalah 32 pon. Jika μs = 0,56 dan
μk = 0,25, tentukan percepatan sistem jika B mula-mula diam.

B
A

45o

5. Tunjukkanlah bahwa walaupun panjangnya berbeda, periode dua ayunan konis akan
sama, asalkan keduanya tergantung pada langit-langit dan berputar dengan jarak
beban dari langit-langit sama.

Anda mungkin juga menyukai