Anda di halaman 1dari 33

8/28/2017

Larutan jilid 2 bab 12


Campuran Homogen dan Heterogen
• Contoh bahan yang mempunyai komposisi tetap dan sifat yang
seragam dikatakan berada dalam satu fase.
• Misalnya, air pada 25oC dan tekanan 1 atm berada dalam fase
tunggal cairan. Semua sifat sama dalam fase cairan. Jika sejumlah
kecil garam (NaCI) dimasukkan ke dalam air, garam larut dan
contoh masih tetap dalam satu fase tunggal cair.
• Komposisi dan sifat fase cairan baru ini, yaitu larutan, berbeda
dengan air murni. Larutan ini adalah campuran karena ia terdiri dari
dua bahan.
• Larutan ini homogen, karena sifat-sifatnya sama di seluruh cairan.
• Jika sedikit pasir (SiO2) ditambahkan ke dalam air, pasir mengendap
ke dasar cairan dan tetap merupakan padatan tak larut.
• Campuran air - pasir ini adalah campuran dua-fase (cairan +
padatan) atau dikatakan pula sebagai campuran heterogen
padatan), heterogen.
• Komposisi dan sifat-sifatnya tidak seragam. Komposisi dan sifat-
sifat fasa cairan ada pada air murni, sedangkan komposisi dan sifat-
sifat fase padat terdapat pada pasir.

Entalpi larutan.
• Dengan cara yang sama seperti sebelumnya, untuk
pembentukan larutan; dapat ditulis perubahan entalpi
pembentukan larutan sebagai berikut :
• ∆Hpelarutan = ∆H larutan - ∆ H komponen murni
• Perubahan entalpi p di sini mengacu
g p
pada entalpi
p atau
kalor larutan.
• larutan adalah campuran molekul (atom atau ion dalam
beberapa hal), biasanya molekul-molekul pelarut agak
berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni.
• Jadi, pembentukan larutan dapat dibuat sebagai proses
hipotetis berikut :
• Pertama, jarak antara molekul-molekul meningkat
menjadi
j di jarak
j k rata-rata yang ditampilkan
di ilk d l
dalam l
larutan.
Tahap ini memerlukan penyerapan energi untuk
melampaui gaya-gaya intermolekul kohesi. Tahap ini
disertai dengan peningkatan entalpi, reaksinya adalah
endoterm.
2

1
8/28/2017

• Dalam tahap endoterm kedua, pemisahan yang sama


terhadap molekul-molekul terlarut terjadi.
• Tahap ketiga dan terakhir adalah membiarkan molekul-
molekul pelarut dan terlarut untuk bercampur. Gaya
tarik intermolekul di antara molekul tak sejenis
menyebabkan pelepasan energienergi, entalpi menurun dalam
tahap ini.
• Perubahan entalpi keseluruhan dapat positif (endoterm)
atau negatif (eksoterm) atau dalam beberapa hal seperti
yang akan dibahas di bawah ini,
• ∆Hpelarutan = 0.
• p
perubahan entalpi p dapat
p digambarkan
g melalui diagram
g
entalpi (lihat gambar 12-1)

GAMBAR 12-1 Perubahan enthalpy larutan

3
2

2
8/28/2017

Gaya intermolekul dalam larutan :


• Untuk entalpi larutan, perlu dijelaskan gaya-
gaya intermolekul dalam campuran. Untuk
senyawa A dan B, besarnya gaya intermolekul di
antara molekul sejenis dapat digambarkan
sebagai A<--> A dan B <--> B, dan di antara
molekul tak sejenis sebagai A <----> B (lihat
gambar 12-2).
• Berikut ini akan dijelaskan empat kemungkinan
yang
ya g te
terjadi
jad da
dalam
a rincian
c a pe
perbandingan
ba d ga gaya
gaya-
gaya akan dilambangkan dengan : ≈ kira-kira
sama dengan, > lebih besar dari, < lebih kecil
dari, << jauh lebih kecil dari
6

3
8/28/2017

1. A <-->B ≈ A<-->A≈B<-->B. Jika gaya-gaya


intermolekul di antara molekul sejenis dan tak sejenis
hampir sama kekuatannya, terjadi campuran molekul
secara acak, dan campuran homogen atau larutan
terbentuk.
Sifat-sifat larutan jenis ini umumnya dapat diduga dari sifat-
sifat komponen murninya.
murninya
Larutan ini dikatakan ideal.
1. Volume larutan ideal adalah jumlah volume
komponen penyusunannya (∆V = 0).
2. Energi interaksi antara molekul yang sejenis dan tak
sejenis sama besar.
3. Tak ada perubahan entalpi atau efek kalor pada
pencampuran komponen-komponen (∆Hpelarutan = 0).
perubahan entalpi negatif dalam tahap ke tiga
dalam Gambar 12 - 1 sama dengan jumlah
perubahan entalpi positif dalam dua tahap pertama.
Kebanyakan campuran hidrokarbon cair (misalnya 7
benzene toluena) termasuk dalam kelas ini.

2. A <-->B>A<-->A>B<-->B.
• Jika gaya-gaya intermolekul di antara molekul-molekul
tak sejenis lebih besar dibanding pada molekul
sejenis, larutan dapat terbentuk pula.
• Tetapi, sifat larutan dari jenis ini tak dapat diramalkan
dari sifat komponen murninya.
• L t demikian
Larutan d iki dik dikatakan
t k ttak k id
ideall ((non id
ideal).
l)
• Energi yang dilepaskan dalam interaksi di antara
molekul sejenis melebihi yang diperlukan untuk
memisahkan molekul-molekul sejenis.
• Energi dilepaskan ke sekeliling dan proses
pelarutannya adalah eksoterm (∆Hpelarutan < 0).
Campuran aseton dan kloroform termasuk jenis ini
(lihat Gambar 1212-3)
3)
• Gambar 12 - 3

4
8/28/2017

• Ikatan hidrogen lemah terdapat di antara atom Hdari


molekul CHCl3 (kloroform) dan atom O dari molekul
aseton [(CH3)2CO].
• Gaya intemolekul yang terjadi di antara molekul-
molekul tak sejenis
j menyebabkan
y larutan aseton -
kloroform tak-ideal.
3. A<-->B<A <-->A, B<-->B Jika gaya tarik antara molekul tak
sejenis lebih kecil dibanding antara molekul sejenis, terjadi
campuran yang sempurna, tetapi larutan ini tak ideal.
• Proses pelarutannya endoterm (∆Hpelarutan > 0)- Campuran
etanol ( C2H2OH ) dan benzena, (C6H6) termasuk dalam jenis ini

4. A<-->B<< A <-->A, B<-->B.


• Jika gaya-gaya intermolekul antara molekul tak sejenis
jauh lebih dibanding gaya antara molekul sejenis,
komponen-komponen tetap terpisah dalam campuran
heterogen.
• Misalnya, dalam campuran air dan oktana (penyusun
bensin), ikatan hidrogen yang kuat memegangi molekul-
molekul air dalam kelompok-kelompok.
• Molekul oktana yang tak-polar tak dapat menimbulkan
gaya tarik yang kuat terhadap molekul air yang polar,
sehingga kedua jenis molekul tersebut tidak campur.
• Contoh lain dari proses pembentukan larutan adalah
pelarutan padatan ion dalam air

10

5
8/28/2017

Jenis-jenis larutan :
• Unsur terpenting yang menentukan keadaan bahan
dalam larutan adalah pelarut.
• Komponen yang jumlahnya lebih sedikit dinamakan zat
terlarut (solute).
• Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut
dinamakan larutan dalam air atau aqueous.
• Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah
banyak dinamakan larutan pekat.
• Jika jumlah zat terlarut sedikit, larutan dinamakan larutan
encer
encer.
• Istilah larutan biasanya mengandung arti pelarut cair
dengan cairan, padatan, atau gas sebagai zat yang
terlarut. Tiga contoh larutan dalam keadaan cair ialah:
11

Bensin: campuran sejumlah hidrokarbon cair


Air laut :larutan berair dari natrium klorida dan padatan ion
lainnya.
Air berkarbonat : larutan berair dari CO2(g).

• Larutan dapat pula berbentuk padat dan gas. Karena


molekul-molekul gas terpisah jauh, molekul-molekul
dalam campuran gas berbaur secara acak, semua
campuran gas adalah larutan
• Contoh terbaik untuk larutan gas ialah udara, yang terdiri
dari N2, 02, Ar dan gas lain dalam jumlah kecil.

12

6
8/28/2017

• Dalam larutan padat, pelarutnya adalah zat padat.


• Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat
pada logam, dan larutan padat ini dinamakan alloy.
• Dalam larutan padat tertentu, atom terlarut
menggantikan beberapa atom pelarut dalam kisi kristal.
• Larutan
L t iinii didinamakan
k llarutan
t padatd t substitusional,
b tit i l yang
ukuran atom pelarut dan terlarutnya kira-kira sama. Jadi,
tembaga (128 pm) dan nikel (125 pm) membentuk
larutan padat dalam segala campuran.
• Dalam larutan padat lain atom terlarut dapat mengisi kisi
atau lubang dalam kisi-kisi pelarut.
• Pembentukan larutan padat interstisial terjadi apabila
atom terlarut cukup kecil untuk memasuki lubang
lubang-lubang
lubang
di antara atom-atom pelarut. Di antara unsur-unsur yang
memenuhi persyaratan ini adalah karbon dan hidrogen.
Besi biasa umumnya merupakan alloy dari besi dan
karbon.

13

12-2 Konsentrasi Larutan


• Menyebutkan komponen-komponen dalam larutan saja
tidak cukup memberikan larutan secara lengkap.
Informasi tambahan diperlukan, yaitu konsentrasi
larutan.
larutan
• Banyak cara untuk memberikan konsentrasi larutan,
yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut
dalam kuantitas pelarut (atau larutan).
• Dengan demikian, setiap sistem konsentrasi harus
menyatakan butir-butir berikut :
1. Satuan
1 S t yang digunakan
di k untukt k zatt terlarut
t l t
2. kuantitas kedua dapat berupa pelarut atau larutan
keseluruhan.
3. satuan yang digunakan untuk kuantitas kedua.
14

7
8/28/2017

Persen (berdasarkan) massa, volume dan kuantita yang


berhubungan.
• Pernyataan "5,00 g NaCI per 100,0 g larutan berair" mempunyai
pengertian : Larutan yang dibuat dari 5,00 g NaCI dan
melarutkannya dalam 95,0 g H20, yaitu massa air yang cukup untuk
menghasilkan 100,0 gr larutan.
• Larutan ini dapat dikatakan larutan "5% NaCI berdasar massa
Satuan konsentrasi ini, yang kuantitas terlarut dan larutannya diukur
berdasar massa, juga dinamakan persen massa/massa atau %
(massa/massa).
Apabila digunakan zat terlarut cair,
• pembuatan larutannya lebih mudah berdasar volume, misalnya
melarutkan 5,00 ml etanol dalam volume air secukupnya untuk
menghasilkan
h ilk 100,0
100 0 mll llarutan.
t L
Larutan
t etanol
t l - air
i iinii adalah
d l h55,00%
00%
etanol berdasar volume; atau, karena kedua kuantitas dinyatakan
dalam satuan volume, dapat digunakan istilah persen
volume/volu-me atau % (vol/vol).

15

• Masih ada kemungkinan lain yaitu campuran satuan


massa dan volume.
• Misalnya, jika zat terlarut diukur berdasar massa dan
kuantitas larutan berdasar volume, dapat digunakan
istilah persen massa/volume atau % massa/volume. Jika
konsentrasi larutan diberikan berdasarkan persen tanpa
penjelasan lebih lanjut mengenai massa/massa, vol/vol,
atau massa/vol, maka yang dimaksud adalah persen
massa.

16

8
8/28/2017

14-2 Konsentrasi molar (molaritas)


• Stoikiometri reaksi kimia didasarkan pada jumlah nisbi
atom, ion atau molekul yang bereaksi.
• Banyak reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan.
Karena alasan ini konsentrasi dinyatakan berdasarkan
jumlah pertikel terlarut, atau konsentrasi molar, yang
dinyatakan dalam dua cara.
jumlah mol terlarut jumlah m mol terlarut
Konsentrasi molar (M) = = jumlah mL laru tan 12.1
jumlah L laru tan

17

Konsentrasi molal (molaliritas)


• Molaritas adalah fungsi suhu. Hal ini disebabkan karena
kuantitas larutan didasarkan pada volume, padahal
volume merupakan fungsi suhu.
• Misalnya larutan dibuat pada suhu 20°C 20 C dengan labu
ukur yang dikalibrasi pada suhu tersebut, tetapi larutan
digunakan pada suhu 25oC.
• Jika suhu ditingkatkan dari 200C menjadi 250C, jumlah
zat terlarut tetap sama, tetapi volumenya bertambah
sedikit jumlah, mol terlarut per liter (yaitu molaritas)
menurun sedikit
• Untuk bermacam-macam penggunaan diperlukan satuan larutan
yang tak tergantung suhu.

jumlah mol terlarut


Konsentras i molal (m) =
jumlah ki log ram pelarut
18

9
8/28/2017

Fraksi mol :
• Satuan konsentrasi molalitas dan molaritas menyatakan
jumlah terlarut dalam mol, tetapi kuantitas pelarut atau
larutan dalam massa atau volume.
• Untuk menghubungkan sifat
sifat-sifat
sifat fisik larutan dengan
konsentrasi larutan, kadang-kadang perlu digunakan
satuan konsentrasi yang semua komponen larutannya
dinyatakan berdasarkan mol.
• Hal ini dapat dilakukan melalui fraksi mol.
• Fraksi mol komponen i, dilambangkan xi, adalah fraksi
dari semua molekul dalam larutan yang berjenis ii. Fraksi
mol komponen j adalah xj, dan selerusnya. Jumlah fraksi
mol dari semua komponen larutan adalah 1.
• Fraksi mol dari komponen larutan didefinisikan melalui
persamaan (12.3).
19

mol komponen i
Xi =
jumlah mol semua komponen dalam laru tan

• Contoh 12-1:Larutan etanol - air dibuat dengan melarutkan 10,00


cm3 etanol, C2H5OH (d = 0,789 g/cm3 ). dalam volume air
secukupnya untuk menghasilkan 100 100,00 cm3 larutan dengan rapatan
0,982 g/cm3 (lihat gambar 12-5). Berapakah konsentrasi larutan ini
dinyatakan sebagai
(a) persen volume,
(b) persen massa,
(c) persen (massa/volume);
(d) molaritas;
(e) molalitas;
(f) fraksi mol; dan (g) persen mol etanol?
Jawab :
(a) Persen etanol berdasar volume :
% Eanol berdasarkan volume = 10/100 x 100% = 10%
(b) Persen etanol berdasar massa :
0,789 e tan ol
jumlah g etanol = 10,00 cm3 etanol x 3
= 7,89 g etanol
1,00 cm e tan ol 20

10
8/28/2017

Gambar 12.5 :Pebuatan larutan etanol air

21

0,982 g laru tan


Jumlah g larutan = 100,0 cm3 larutan =
98,2 g larutan 1,00 cm 3 laru tan

7,89 g e tan ol
% e tan ol berdasarkan massa = x100% = 8,03 %
98,2 g laru tan

((c)) Persen
P etanol
t l massa/volume
/ l :
7,89 g e tan ol
% etanol (massa/volume) = = 7,89%
100,0 cm 3 laru tan
(d) Molaritas etanol :
Untuk menghitung bermacam-macam bentuk persen
komposisi dalam bagian (a), (b), dan (c) tidak diperlukan
rumus etanol. Untuk menyatakan konsentrasi ke dasar
molar di di-perlukan
perlukan rumus etanol
etanol. 0,789g e tanol 1 mol C H OH
2 5
jumlah mol C2H50H = 10.00 cm3 etanol x
1,00 cm3 e tanol 46,1 g C2H5OH
= 0,171 mol C2H5OH
100 ,0 cm 3 laru tan
jumlah L larutan = x1 L lrt = 0,1000 L larutan
1000 cm 3 laru tan
22

11
8/28/2017

0,171 mol C2 H 5OH


• molaritas = =1,71 m C2H5OH
0,1000 L Lrt

23

24

12
8/28/2017

12-2 . Amonia laboratorium adalah 14,8 M NH3 (aq) dan


mempunyai rapatan 0,8980 g/cm3. Berapakah fraksi mol NH3 dalam
larutan ini?
Jawaban Untuk menyatakan konsentrasi larutan dalam fraksi mol kita
perlu menentukan jumlah mol terlarut (NH3) dan pelarutnya (H20).
Jika kita mendasarkan perhitungan pada 1.000 L (1000 cm3)
larutan,, jumlah
j mol terlarut adalah 14,8
, mol NH3. Untuk
menentukan jumlah mol H20 dalam larutan kita ikuti cara berikut.

25

12-4 Kesetimbangan Larutan .


• Jika sejumlah besar zat terlarut dibiarkan berhubungan dengan
sejumlah terbatas pelarut, pelarutan terjadi secara terus menerus.
• Hal ini berlaku karena adanya proses pengendapan, yaitu
kembalinya ke keadaan tak larut.
• Pada waktu pelarutan dan pengendapan terjadi dengan laju atau
kecepatan yang sama, kuantitas terlarut yang larut dalam sejumlah
pelarut tetap sama pada seliap waktu.
• Proses ini adalah salah satu kesetimbangan dinamis dan larutannya
dinamakan larutan jenuh.
• Kelarutan umumnya merupakan fungsi suhu, sebagaimana
ditunjukkan pada kurva kelarutan dalam Gambar 12 - 7

26

13
8/28/2017

• Apabila larutan jenuh dibuat pada suhu tertentu kemudian suhu


diturunkan maka akibatnya adalah pengendapan kelebihan zat
terlarut dalam larutan.
• Tetapi dalam beberapa kejadian semua zat terlarut tetap dalam
keadaan larut.
• Karena kuantitas zat terlarut dalam hal ini lebih besar dari pada
larutan jenuh normal pada suhu tertentu
tertentu, larutan demikian
dinamakan larutan lewat jenuh (super saturated).
• Jika sedikit kristal terlarut di tambahkan ke dalam larutan lewat
jenuh, kelebihan zat terlarut biasanya mengendap. Larutan yang
mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan larutan jenuhnya
dinamakan larutan tak jenuh (unsaturated). Istilah-istilah ini dapat
dihubungkan dengan kurva kelarutan KCl04 dalam Gambar 12 - 7.

27

Gb 12-7 Untuk seliap kurva, misalnya untuk KClO3 daerah


diatas kurva (1) menyatakan larutan lewat jenuh, titik S
pada kurva menyatakan larutan jenuh, dan daerah-daerah
dibawah kurva (2) adalah larutan tak jenuh. 28

14
8/28/2017

GAMBAR 12 – 6
• Kecepatan pelarutan ditunjukkan dengan tanda panah (Æ)
sedangkan kecepatan pengendapan dengan tanda (---->).
• Pada waktu zat terlarut dan pelarut mula-mula dicampurkan, terjadi
peristiwa p
p pelarutan.
• Selelah waktu tertentu, sekalipun pelarutan berlangsung dengan
kecepatan tetap, laju pengendapan mulai nyata.
• Pada saat pelarutan dan pengendapan terjadi dengan kecepatan
yang sama, larutan dikatakan jenuh. Tidak ada perubahan
konsentrasi dengan perjalanan waktu.

29

Kelarutan Gas
• Molekul-molekul gas telah terpisah jauh, dan pada waktu
molekul tersebut memasuki pelarut cair, harus menjadi
berdekatan, kira-kira sama dengan jika gas mula-mula
diembunkan menjadi cairan dan kemudian dilarutkan.
• Tahap p ini adalah eksoterm,, dengan
g efek kalor yyang
g
umumnya lebih tinggi dibandingkan energi yang
diperlukan untuk memisahkan molekul-molekul pelarut.
• Proses pelarutan keseluruhan umumnya eksoterm, dan
kelarutan gas biasanya menurun dengan
meningkatkanya suhu.
• Gelembung gas di permukaan air pada waktu air
dipanaskan, sekalipun pada suhu jauh di bawah titik
didih adalah
didih, d l h gas yang tterdesak.
d k
• Penurunan kelarutan udara dalam air dengan
meningkatnya suhu juga bertalian dengan kenyataan
bahwa ikan tak dapat hidup dalam air hangat, karena
jumlah udara terlarut tidak mencukupi
30

15
8/28/2017

• Pengaruh tekanan pada kelarutan gas dalam cairan pada umumnya


lebih nyata daripada efek suhu.
• Efek tekanan sebagaimana digambarkan dalam Gambar 12-8
dibawah ini selalu sama : kelarutan meningkat dengan
meningkatnya tekanan gas.
• Hukum Henry menyatakan bahwa konsentrasi gas terlarut
sebanding dengan tekanan gas di atas larutan
larutan.
C = k. Pgas (12.4)
• Nilai tetapan k, tergantung pada satuan C dan P.
• Kesetimbangan di antara gas di atas larutan dan gas terlarut dalam
cairan tercapai jika kecepatan penguapan dan pengembunan
molekul-molekul gas menjadi sama.
• Penerapan praktis hukum Henry terdapat pada limun. Gas terlarut
adalah CO2 dan semakin tinggi tekanan gas di atas limun, semakin
banyak CO2 yang terlarut.
• Jika tidak ada penjelasan lebih lanjut, total kelarutan gas didasarkan
pada tekanan gas 1 atm di atas cairan.

31

Gambar 12-8.Pengaruh tekanan pada kelarutan


Konsentrasi gas yang terlarut sebanding dengan tekanan gas di
atas larutan.

32

16
8/28/2017

• Pada 10 atm : Untuk menentukan kelarutan pada tekanan 10 atm,


kita gunakan persamaan (12.4) lagi, dengan mengganti nilai k yang
baru saja ditetapkan.
• Konsentrasi = k x Pgas = 0,195 m/1 atm x 10 atm = 1,95 m
33

12-8 Sifat-sifat Koligatif.


• Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan
encer, atau kira-kira pada larutan yang lebih pekat, yang
tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada.
p sifat tersebut ialah :
• Keempat
¾ penurunan tekanan uap,
¾ peningkatan titik didih,
¾ penurunan titik beku dan
¾ tekanan osmotik,
Kegunaan praktis sifat-sifat koligatif banyak dan beragam.
Juga, penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan
penting dalam metoda penetapan bobot molekul dan
pengembangan teori larutan.

34

17
8/28/2017

Penurunan Tekanan Uap.


• dua komponen (larutan biner) A dan terlarut, B. Prancis F.M. Raoult
mendapati bahwa melarutkan suatu zat terlarut mempunyai efek
penurunan tekanan uap dari pelarut.
• Banyaknya penurunan tekanan uap (∆P) terbukti sama dengan hasil
kali fraksi mol terlarut (XB) dan tekanan uap pelarut murni (PAo ),
yaitu ;
• ∆P = XB P2o (12.5)
• Dalam larutan dua komponen,
• XA + XB = 1, dan XB = 1 - XA.
• Tekanan uap pelarut di atas larutan dilambangkan PA maka
∆P = PAo - PA.
• Persamaan (12.5) dapat di tulis kembali menjadi :
PAo – PA = (I - XA) PAo
• hukum Raoult PAo – PA = PAo– XAPAo
PA = XAPAo (12.6)
35

Hukum Raoult menyatakan bahwa


Tekanan uap terlarut di atas suatu larutan (PA)sama dengan hasil
kali tekanan uap pelarut murni (PAo) dengan fraksi mol dalam larutan
(XA)
• Apabila zat terlarut mudah menguap dapat pula ditulis
PB = XBPB

Contoh 12-4. Berapakah tekanan uap parsial dan tekanan uap total
pada suhu 25o C di atas larutan dengan jumlah molekul benzena
(C6H6) yang sama dengan jumlah molekul toluena (C7H8)?
Tekanan uap benzena dan toluena pada 25°C berturut-turut adalah
95,1 dan 28,4 mmHg.
Jawaban :
Jika larutan terdiri atas dua komponen dengan jumlah yang sama,
fraksi mol keduanya adalah 0,500.
T k
Tekanan parsial
i l:
Pbenz = Xbenz Pbenzo = 0,500 x 95,1 mmHg = 47,6 mmHg
Ptol = Xtol*Ptolo = 0,500 x 28,4 mmHg = 14,2 mmHg
Tekanan uap total :
Ptotal = Pbenz + Ptol = 47,6 + 14,2 = 61,8 mmHg
36

18
8/28/2017

37

Kesetimbangan Cairan – Uap. Larutan Ideal.


• Tabel 12-1 memuat ringkasan data yang dihitung dalam Contoh 12-
4 dan 12-5.
• Data tersebut disajikan secara grafis dalam Gambar 12-9.
• Satu garis lurus berasal dari P = 0 dan meningkat sampai P = 95,1
mmHg pada Xbenz. = 1.
• Garis lurus ini menyatakan tekanan uap parsial dari benzena
sebagai fungsi dari komposisi larutan.
• Persamaannya adalah Pbenz = X- Pbenz yang menyatakan bahwa
keadaannya mengikuti hukum Raoult.
• Garis lurus lain bersumber dari P = 28,4 mmHg dan menurun pada
P = 0 jika Xbenz = 1. Garis ini menyatakan tekanan uap parsial dari
toluena, yang juga mengikuti hukum Raoult.
• Garis ketiga berkisar dari P = 28,4 mmHg pada Xbenz. = 0 ke P =
95,1 mmHg pada Xbenz. = 1. Garis ini menyatakan bagaimana
tekanan uap total beragam sesuai dengan komposisi larutannya

38

19
8/28/2017

TABEL 12-1 Tekanan uap dan komposisi cairan – gas dalam campuran
benzene – toluene

39

GAMBAR 12-9 Keselimbangan cairan – uap untuk campuran benzene –


toluene pada 25oC

PT
B

40

20
8/28/2017

• Garis lurus yang menghubungkan titik 3 dan 4 dinamakan garis


hubung (tie line) :
• Garis hubung digambarkan pada tekanan tetap yang sama dengan
tekana;i uap total dari larutan. Salah satu ujung garis hubung
menyatakan komposisi larutan cair, dan ujung lainnya adalah
komposisi uap.
• Berdasarkan perhitungan dari bermacam-macam komposisi, dapat
dibuat beberapa garis hubung.
• Ujung uap dari garis-garis hubung ini dapat dihubungkan dengan
satu garis lengkung, yaitu kurva keempat dalam Gambar 12-9. Dari
penempatan nisbi kurva-kurva cairan dan uap dapat dilihat bahwa
untuk larutan ideal dari dua komponen, fase uapnya akan lebih kaya
dengan komponen yang lebih rnudah menguap (volatil).

41

Penyulingan bertingkat (Fractional Distilation).


• Gambar 12-10 dibawah ini menunjukkan cara lain dalam
memandang kesetimbangan cairan-uap dalam sistem benzena -
toluena.
• Di sini kita gambarkan titik didih normal sebagai fungsi komposisi
larutan, dan dengan titik didih normal dimaksudkan adalah suhu di
mana tekanan uap total di atas larutan benzena - toluena sama
dengan satu atmosfir.
• Karena benzena lebih volatil dibanding toluena, dapat diterima akal
apabila penambahan benzena kepada toluena menghasilkan
larutan dengan titik didih lebih rendah daripada toluena.
• Sebaliknya, penambahan toluena ke dalam benzena menghasilkan
larutan yang titik didihnya lebih tinggi dibandingkan benzena.
• Titik didih dalam Gambar 12-10 berkisar dari titik didih benzena
murni ke toluena murni. Dugaan lain adalah bahwa di atas semua
larutan benzena - toluena, uap akan lebih kaya akan benzena
(komponen yang lebih volatil) dibandingkan larutan
mendidihnya

42

21
8/28/2017

• Dalam Gambar 12 -10 kurva yang lebih bawah menyatakan larutan


cairan dari bermacam-macam komposisi dan titik didih-titik didihnya.
Misalnya, larutan benzena - toluena dengan Xbenz. = 0,30 mendidih
pada suhu 98,6°C dan berada dalam keselimbangan dengan
uapnya pada Xbenz = 0,51. Kedua titik ini dihubungkan dengan
garis hubung dalam Gambar 12-10.

43

• Bayangkan apabila uap dengan Xbenz. = 0,51 dipisahkan dengan


larutan cairnya dan didinginkan sampai semua uapnya mengembun.
Larutan cair yang baru yang diperoleh dari uap dengan Xbenz. =
0>51 (di tandai tahap 1 dalam Gambar 1 2-10).
• Jika larutan cair yang baru ini dididihkan, uapnya berada dalam
keselimbangan dengan Xbenz = 0,71. Apabila uap ini dipindahkan
dan diembunkan dengan sempurna, cairan yang dihasilkannya akan
mempunyai Xbenz = 0,71 (tahap 2). Proses mendidih/mengembun
ini dapat dilakukan berulang-ulang.
• kita kembali pada larutan asal dengan Xbenz. = 0,30. Karena
uapnya lebih kaya akan benzena dibandingkan larutan mendidih
yang menghasilkannya, maka jika uapnya dipindahkan, larutan
mendidih tersebut akan lebih kaya akan komponen yang kurang
vulatil, yaitu toluena.
• Dalam proses mendidih/mengembun hipotetis yang diuraikan di sini,
hasil akhir embun adalah benzena murni sedangkan residu cairnya
adalah toluena.
• Pemisahan senyawa berdasar perbedaan kemudahannya menguap
dinamakan penyulingan bertingkat. Hidrokarbon dalam campuran
bensin dipisahkan dari komponen minyak bumi lainnya melalui
penyulingan bertingkat. Demikian pula pemisahan komponen dalam
udara cair dilakukan melalui penyulingan bertahap.

44

22
8/28/2017

• Keseimbangan cairan uap dalam larutan ideal. Untuk larutan


biner tak ideal, kurva yang menggambarkan tekanan uap parsial
dari kedua komponen, dan tekanan uap total dari larutan sebagai
fungsi konsentrasi bukan merupakan garis lurus. Demikian pula,
tidak selalu fase uap di atas larutan tak ideal lebih kaya akan
komponen yang lebih volatil.
• Larutan tak ideal kadang-kadang diklasifikasikan berdasarkan
apakah tekanan uap komponen larutan dan tekanan uap totalnya
lebih tinggi atau lebih rendah dari yang diharapkan apabila larutan
campuran tersebut ideal. Untuk larutan aseton dan karbon disulfida
(Gambar 12-11 a) tekanan-tekanan tersebut lebih tinggi daripada
yang diharapkan dari larutan ideal; larutan-larutan demikian
menunjukkan penyimpangan positif dari hukum Raoult.

45

GAMBAR 12 – 11 Kesetimbangan
g cairan uap p yang
y g menunjukkan
j
penyimpangan positif dari hokum Roult
(a). Tekanan uap parsial dan tekanan uap total vs komposisi (Hukum
Roult berlaku didaerah berwarna abu-abu
(b). Suhu titik didih vs komposisi – titik didih minimum azeotrop.

46

23
8/28/2017

• Dalam larutan-larutan aseton dan kloroform (Gambar 12-12a)


tekanan uapnya lebih rendah dibandingkan ramalan dan larutan
tersebut dikatakan menunjukkan penyimpangan negatif dari hukum
Raoult.
• Bentuk gaya intermolekul dalam campuran aseton - kloroform
diilustrasikan dalam Gambar 12-3: Gaya-gaya intermolekul di antara
molekul-molekul tak sejenis mengurangi kecenderungan masing-
masing komponen larutan untuk menguap, sehingga tekanan uap
parsial maupun tekanan uap totalnya lebih rendah. Sekalipun
penyimpangan dari keadaan ideal untuk kebanyakan larutan dalam
Gambar 12-11 a dan 12-12a sangat besar, kurva tekanan uap
parsial untuk pelarut dalam larutan encer berdekatan dengan garis
lurus hukum Raoult.

47

• Dalam meninjau grafik suhu didih vs. komposisi untuk larutan tak
ideal, terdapat kasus khusus di mana kurva tekanan uap total
mengalami maksimum atau minimum, sehingga gambar suhu
didihnya pun berturut-turut mengalami minimum atau maksimum
(lihat Gambar 12-11 b dan 12 - 12 b).
• Tekanan uap maksimum dari larutan aseton - karbon idisulfida pada
kira-kira XCS2 = 0,65
0 65 bertalian dengan titik didih minimum kira-kira
38,5°C, dalam sistem aseton - kloroform tekanan uap minimum
pada kira-kira XCHC13 = 0,61 bertalian dengan titik didih
maksimum pada 64°C.
• jika dididihkan, larutan cair dengan komposisi sama dengan salah
satu maksimum atau minimum menghasilkan uap dengan komposisi
yang sama. Larutan demikian dinamakan larutan didih tetap
(constant-boiling solutions) atau azeotrop. Penyulingan bertingkat
terhadap larutan tak ideal yang menunjukkan azetropisme
menghasilkan satu komponen murni dan azeotrop sebagai hasil
akhir penyulingan, dengan demikian hasilnya bukan dua macam
cairan murni.

48

24
8/28/2017

• Salah satu contoh azeotrop yang banyak diketahui adalah azeotrop


didih minimum pada etanol (etil alkohol) dan air dengan 95,6%
etanol (berdasar massa) dengan titik didih 78,2°C.
• Karena bahan yang lazim diperoleh dan industri etanol adalah
campuran etanol - air dengan kadar etanol kurang dari 95,6%, hasil
yang diperoleh melalui penyulingan bertingkat adalah air murni dan
azeotropnya. Itulah sebabnya mengapa etanol yang digunakan di
laboratorium mempunyai kemurnian 95,6%.
• Teknik tertentu diperlukan untuk menghilangkan 4,4% sisa air
apabila etanol mutlak dibutuhkan

49

GAMBAR 12 – 12 Keselimbangan cairan uap yang menunjukkan


penyimpangan negatif dari hukum Roult

50

25
8/28/2017

Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih


• Sejauh ini kita selalu menganggap bahwa pelarut dan
terlarutnya volatil.
• Tetapi jenis larutan penting lainnya adalah yang zat yang
terlarutnya tidak volatil.
• Dalam larutan ini, terlarut tak volatil juga menurunkan
tekanan uap pelarut; semakin tinggi konsentrasinya,
semakin besar penurunan tekanan uapnya.
• Efek ini digambarkan dalam Gambar 12-13. Di sini kurva
tekanan uap dan kurva peleburan untuk pelarut dalam
larutan ditumpang tindihkan pada diagram fasa dari
pelarut murni.
• Persyaratan tambahan penting dalam Gambar 12 - 13
ialah bahwa zat terlarut tidak larut dalam pelarut
padatan, namun, banyak campuran yang dapat
memenuhi persyaratan ini.
51

• Perpotongan kurva tekanan uap dan kurva sublimasi


untuk pelarut yang mengandung terlarut tak volatil
terdapat pada suhu yang lebih rendah dibandingkan
untuk larutan murninya.
• Demikian pula perpotongan dengan kurva peleburan
terjadi pada suhu yang lebih rendah
rendah. Sekarang ingatlah
kembali bagaimana penetapan titik beku dan titik didih.
• Titik beku adalah suhu pada perpotongan garis tekanan
tetap pada 1 atm dengan kurva peleburan, sedangkan
titik didih adalah suhu pada perpotongan garis tekanan
tetap pada 1 atm dengan kurva peng-uapan. Empat titik
potong dinyatakan dalam
• Gambar 12-13, yaitu titik beku dan titik didih pelarut
murni serta untuk pelarut dari suatu larutan. Titik beku
dari pelarut diturunkan, sedangkan titik didihnya
ditingkatkan

52

26
8/28/2017

GAMBAR l2 – 13 Penurunan tekanan uap oleh pelarut tak volatil

• Dengan fase pelarut murni ditunjukkan dengan garis tebal, sedangkan


untuk yang mengandung zat terlarut tak volatile ditunjukkan dengan
garis biasa.
• Titik beku
b k dan
d titik didih pelarut
l t murnii adalah
d l h tbo
tb dan
d td sedangkan
tdo, d k
untuk larutan adalah tb dan td. Penurunan titik beku ∆Tb, dan
penurunan titik beku ∆Tb ddapat diketahui. Karena zat terlarut tidak
volatile dan dianggap tidak larut dalam pelarut padatan, kurva
sublimasi dari pelarut tidak dipengaruhi oleh adanya zat terlarut
dalam fase larutan.

53

• Penurunan titik beku dan peningkatan titik didih, sama seperti


penurunan tekanan uap sebanding dengan konsentrasi fraksi
molnya. Untuk larutan encer, perbandingannya dinyata-kan dalam
molalitas.
• ∆Tb = Kb m (12.7)
• ∆Td = Kd m (12.8)

• ∆Tb dan ∆Td berturut-turut adalah penurunan titik beku dan


peningkatan titik didih;
• m adalah molalitas; Kb dan Kd adalah tetapan perbandingan
(proposionalitas)
• Kb dinamakan tetapan krioskopik atau tetapan penurunan titik beku,
sedangkan Ka adalah tetapan ebulio-kopik atau tetapan
peningkatan titik didih.
• Tetapan-tetapan ini merupakan ciri suatu pelarut dan berdasarkan
pada fungsi titik leleh,
leleh entalpi peleburan,
peleburan dan bobot molekul (Kd)
(Kd),
atau pada titik didih, entalpi penguapan, dan bobot molekul (Kd). Kb
dan Kd menyatakan penurunan titik beku dan peningkatan titik didih
untuk larutan 1 m. Tetapi kenyataannya, persamaan (12,7) dan
(12,8) sering tidak berlaku untuk larutan dengan konsentrasi 1 m.
Beberapa nilai khas untuk Kb dan Kd terdaftar dalam Tabel 12 - 2.
Kurva pendinginan untuk pelarut mur-ni dan larutan
diperbandingkan dalam Gambar 12-4. 54

27
8/28/2017

• Kurva pendinginan untuk pelarut murni mempunyai satu garis datar


A ke B di mana pembekuan sempurna terjadi. Kurva pendinginan
untuk larutan mempunyai kelokan pada X. dimana pelarut mulai
membeku dari larutannya (titik beku). Terdapat kelokan kedua yang
diikuti garis datar Y ke Z yang menyatakan pembekuan kedua
komponen sebagai campuran padatan ( suhu eutektik). Titik beku
larutan yang dimaksud dalam sub bab ini adalah titik X (perilaku
yyang g diuraikan disini adalah berdasarkan asumsi bahwa zat terlarut
tidak larut dalam pelarut padatan. Keadaan lewat jenuh terjadi pada
titik-titik A, X, dan Y, namun tidak diperlihatkan dalam gambar ini).

55

• TABEL 12 – 2

56

28
8/28/2017

Contoh 12 – 6 :
(a) Berapakah molitas terlarut dalam larutan berair dengan titik beku -
0,450°C?
(b) Jika larutan ini dibuat dengan melarutkan 2,12 g senyawa anu
dalam 48,92 g H2O, berapakah bobot molekul senyawa?
(c) Bagaimanakah rumus molekul senyawa jika analisisnya
memberikan 40,0%C, 53,3% O, dan 6,7% H berdasar massa?
Jawab :
• (a) Molalitas terlarut dapat dihitung melalui persamaan (12.7)
dengan air dalam Tabel 12 - 2. menggunakan nilai K f

∆Tb 0,450 o C mol terlarut


m= = o = 0,242
Kb 1,86 C kg air / mol terlarut kg air

57

(b) Disini digunakan persamaan mengenai konsentrasi molal


(persamaan 12,2), dengan diketahui molalitas (0,242) tetapi tak
diketahui massa molar (M) zat terlarut. Jumlah mol terlarut adalah
2,12 g/,M

2,12 g / M
m= dimana m = 0,242
0,04892 kg air

2,12 g
maka M = = 179 g/mol
(0,04892 x 0,242)mol

(c) Rumus empiris senyawa ditentukan berdasarkan persen komposisi


melalui metode dalam Contoh 3 - 10- harap menghitung sendiri.
Hasil yang diperoleh ialah CH20. Rumus empiris ini menghasilkan
bobot rumus 30.
30 Percobaan penetapan bobot molekul memberikan
hasil 179, hampir enam kali bobot rumus. Rumus molekulnya
menjadi C6H12O6

58

29
8/28/2017

• Tekanan Osmotik. Selaput-selaput tertentu, sebenarnya merupakan


jaringan lubang-lubang kecil atau pori-pori di mana molekul pelarut
yang kecil dapat melewati pori-pori ini, tetapi molekul terlarut tak dapat
lewat. Selaput yang mempunyai sifat seperti ini dinamakan selaput
semipermeabel.
• Gambar 12-15
12 15 menunjukkan larutan gula (sukrosa) berair yang berada
dalam tabung gelas panjang dan dipisahkan dari air murni oleh selaput
semipermeabel (permeabel hanya terhadap air). Molekul-molekul air
dapat melewati selaput dari dua arah.
• Tetapi karena konsentrasi molekul air lebih besar dalam air murni
dibandingkan larutan, aliran bersih dari molekul air adalah dari pelarut
murni ke dalam larutan.
• Aliran bersih ini dinamakan osmosis,
osmosis yang menyebabkan permukaan
larutan dalam tabung meningkat. Semakin pekat konsentrasi sukrosa
dalam larutan semakin tinggi kenaikan permukaannya.
• Larutan 20% dapat menyebabkan kenaikan lebih dari 100 m!

59

• GAMBAR 12 – 15 Ilustrasi mengenai osmosis

Molekul-molekul air melewati selaput,


p , dan menyebabkan
y tekanan
dalam corong. Menyebabkan tekanan ini terus berlangsung, larutan
didalam corong menjadi lebih encer. Aliran cairan berhenti jika
komposisi larutan-larutan yang dipisahkan oleh selaput telah sama

60

30
8/28/2017

• Aliran bersih dari air ke dalam larutan sukrosa dapat dikurangi


dengan memberikan tekanan kepada larutan. Tekanan ini
menyebabkan aliran air berubah ke arah yang berlawanan. Tekanan
yang diperlukan untuk menghentikan aliran air dari air menuju
larutan sukrosa dikenal sebagai tekanan osmolik dari larutan. Untuk
larutan sukrosa 20% tekanan ini kira-kira 15 atm
• Tekanan
T k osmotik
tik besarnya
b h
hanya t
tergantung
t pada
d jumlah
j l h partikel
tik l
zat terlarut per satuan volume larutan.
• Persamaan Van 't Hoff cocok digunakan untuk menghitung tekanan
osmotik dari larutan encer.
• Tekanan di lambangkan dengan π, R adalah tetapan gas (0,0821 L
atm/mol. K); dan T dalam suhu kelvin. Tanda n mengatakan mol zat
terlarut dan V adalah volume (dalam liter) larutan; sehingga nisbah
n/V adalah molaritas larutan (M)
⎛n⎞
π = ⎜ ⎟RT = M. RT (12.9)
⎝V⎠

61

Contoh 12 – 7. Berapakah tekanan osmotik pada 25oC dari larutan


berair 0,0010 M C12H22011 (sukrosa)?
Jawaban : Substitusi langsung ke dalam persamaan (12.9)
menghasilkan

0,0010 mol x 0,0821 L atm mol −1K −1 x 298 K


π= = 0,024 atm = 18 mmHg
L

Contoh 12 – 8. Suatu larutan dibuat dengan melarutkan 1,08 g


protein, yaitu serum albumin manusia yang diperoleh dari plasma
darah, dalam 50,0 cm3 air. Larutan menunjukkan tekanan osmotik
5,85 mm/Hg pada 298 K. Berapakah bobot molekul albumin?
Jawaban : Mula-mula kita perlu menyatakan tekanan osmotik dalam
atm
atm.
tekanan (atm) = 5,85 mmHg x 1 atm/760 mmHg = 7,70 x 10-3 atm
Sekarang kita gunakan persamaan (12.9) dari bentuk yang sedikit
diubah (yaitu jumlah mol) terlarut dinyatakan berdasar massa zat
terlarut (M).j

62

31
8/28/2017

π=
(m / M )RT
V , M = m RT/πV
1,08 g x 0,0821 L atm mol −1K −1 298 K
M= 7,70x10 −3 atm x 0,0500 L = 6,86 x 104 g/mol

Bobot
B b t molekul
l k l albumin
lb i adalah
d l h66,68
68 x 104
• Penerapan praktis yang menarik didasarkan pada gagasan bahwa
tekanan eksternal (luar) dapat digunakan untuk menghentikan aliran
osmolik air yang prosesnya dikenal dengan osmosis balik (reverse
osmosis).
• Merupakan metoda pembuatan air tawar dari air taut. Di gambarkan
dalam Gambar 12 - 16, jika larutan di beri tekanan tinggi maka
pelarut dapat dipaksa mengalir ke arah yang berlawanan,
berlawanan dari
larutan ke dalam pelarut murni.
• Salah satu masalah dalam mengembangkan metode ini secara
komersial adaiah pembuatan selaput yang awet, serta sifat ukuran
pori dan permeabilitas yang diinginkan.
63

• GAMBAR 12 – 16 Pembuatan air tawar dari air laut melalui proses


osmosis.

64

32
8/28/2017

• Teori Disosiasi Elektrolit


• Campuran Koloid
Baca sendiri

65

33

Anda mungkin juga menyukai