Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH SISTEM PERIODIK UNSUR

A. Pengertian Sistem Periodik Unsur



Sistem periodik merupakan susunan unsur-unsur berdasarkan sifat-sifat
dan kriteria tertentu dengan tujuan mempermudah dalam mempelajari sifat-sifat
berbagai unsur yang berubah secara periodik.

B. Sejarah Perkembangan Sistem Periodik

Usaha-usaha untuk mengelompokkan sistem periodik unsur telah dimulai
sejak para ahli ( sekitar abad ke -18 ) menemukan makin banyak unsur.
Pengelomokan yang paling sederhana ialah membagi unsur manjadi logam dan
non logam. Namun pengelompokan unsur yang paling baik saat ini adalah
sistem periodik unsur yang moderen. Berikut ini adalah teori atau hukum
tentang pengelompokan unsur, antara lain :

1. Triade Dobereiner

Pada tahun 1829, Johan Wolfgang Dobereiner mempelajari sifat-sifat
beberapa unsur yang sudah diketahui pada saat itu. Dobereiner melihat adanya
kemiripan sifat di antara beberapa unsur, lalu mengelompokkan unsur-unsur
tersebut menurut kemiripan sifatnya. Ternyata tiap kelompok terdiri dari tiga
unsur sehingga disebut triade. Apabila unsur-unsur dalam satu triade disusun
berdasarkan kesamaan sifatnya dan diurutkan massa atomnya, maka unsur
kedua merupakan rata-rata dari sifat dan massa atom dari unsur pertama dan
ketiga.


2. Teori Oktaf Newland
Pada tahun 1864, John Alexander Reina Newland menyusun daftar unsur
yang jumlahnya lebih banyak. Susunan Newland menunjukkan bahwa apabila
unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, maka unsur pertama
mempunyai kemiripan sifat dengan unsur kedelapan, unsur kedua sifatnya mirip
dengan unsur kesembilan, dan seterusnya. Penemuan Newland ini dinyatakan
sebagai Hukum Oktaf Newland.

Pada saat daftar Oktaf Newland disusun, unsur-unsur gas mulia (He, Ne,
Ar, Kr, Xe, dan Rn) belum ditemukan. Gas Mulia ditemukan oleh Rayleigh dan
Ramsay pada tahun 1894. Unsur gas mulia yang pertama ditemukan ialah gas
argon. Hukum Oktaf Newland hanya berlaku untuk unsur-unsur dengan massa
atom yang rendah.

3. Sistem Periodik Mendeleev

Pada tahun 1869, tabel sistem periodik mulai disusun. Tabel sistem
periodik ini merupakan hasil karya dua ilmuwan, Dmitri Ivanovich Mendeleev
dari Rusia dan Julius Lothar Meyer dari Jerman. Mereka berkarya secara
terpisah dan menghasilkan tabel yang serupa pada waktu yang hampir
bersamaan. Mendeleev menyajikan hasil kerjanya pada Himpunan Kimia Rusia
pada awal tahun 1869, dan tabel periodik Meyer baru muncul pada bulan
Desember 1869.

Mendeleev yang pertama kali mengemukakan tabel sistem periodik,
maka ia dianggap sebagai penemu tabel sistem periodik yang sering disebut
juga sebagai sistem periodik unsur pendek. Sistem periodik Mendeleev disusun
berdasarkan kenaikan massa atom dan kemiripan sifat. Sistem periodik
Mendeleev pertama kali diterbitkan dalam jurnal ilmiah Annalen der Chemie
pada tahun 1871.

Hal penting yang terdapat dalam sistem periodik Mendeleev antara lain sebagai
berikut:
a. dua unsur yang berdekatan, massa atom relatifnya mempunyai selisih paling
kurang dua atau satu satuan;
b. terdapat kotak kosong untuk unsur yang belum ditemukan, seperti 44, 68, 72,
dan 100;
c. dapat meramalkan sifat unsur yang belum dikenal seperti ekasilikon;
d. dapat mengoreksi kesalahan pengukuran massa atom relatif beberapa unsur,
contohnya Cr = 52,0 bukan 43,3.

a. Kelebihan sistem periodik Mendeleev
1) Sifat kimia dan fisika unsur dalam satu golongan mirip dan berubah secara
teratur.
2) Valensi tertinggi suatu unsur sama dengan nomor golongannya.
3) Dapat meramalkan sifat unsur yang belum ditemukan pada saat itu dan telah
mempunyai tempat yang kosong.

b. Kekurangan sistem periodik Mendeleev
1) Panjang periode tidak sama dan sebabnya tidak dijelaskan.
2) Beberapa unsur tidak disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya, contoh :
Te (128) sebelum I (127).
3) Selisih massa unsur yang berurutan tidak selalu 2, tetapi berkisar antara 1 dan
4 sehingga sukar meramalkan massa unsur yang belum diketahui secara tepat.
4) Valensi unsur yang lebih dari satu sulit diramalkan dari golongannya.
5) Anomali (penyimpangan) unsur hidrogen dari unsur yang lain tidak
dijelaskan.

4. Sistem Periodik Modern
Pada tahun 1914, Henry G. J. Moseley menemukan bahwa urutan unsur
dalam tabel periodik sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Moseley
berhasil menemukan kesalahan dalam tabel periodik Mendeleev, yaitu ada
unsur yang terbalik letaknya. Penempatan Telurium dan Iodin yang tidak sesuai
dengan kenaikan massa atom relatifnya, ternyata sesuai dengan kenaikan nomor
atom.

Telurium mempunyai nomor atom 52 dan iodin mempunyai nomor atom
53. Sistem periodik modern bisa dikatakan sebagai penyempurnaan sistem
periodik Mendeleev. Sistem periodik modern dikenal juga sebagai sistem
periodik bentuk panjang, disusun berdasarkan kenaikan nomor atom dan
kemiripan sifat. Dalam sistem periodik modern terdapat lajur mendatar yang
disebut periode dan lajur tegak yang disebut golongan.

Jumlah periode dalam sistem periodik ada 7 dan diberi tanda dengan angka:
Periode 1 disebut sebagai periode sangat pendek dan berisi 2 unsur
Periode 2 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur
Periode 3 disebut sebagai periode pendek dan berisi 8 unsur
Periode 4 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur
Periode 5 disebut sebagai periode panjang dan berisi 18 unsur
Periode 6 disebut sebagai periode sangat panjang dan berisi 32 unsur, pada
periode ini terdapat unsur Lantanida yaitu unsur nomor 58 sampai nomor 71 dan
diletakkan pada bagian bawah
Periode 7 disebut sebagai periode belum lengkap karena mungkin akan
bertambah lagi jumlah unsur yang menempatinya, sampai saat ini berisi 24
unsur. Pada periode ini terdapat deretan unsur yang disebut Aktinida, yaitu
unsur bernomor 90 sampai nomor 103 dan diletakkan pada bagian bawah.

Jumlah golongan dalam sistem periodik ada 8 dan ditandai dengan angka
Romawi. Ada dua golongan besar, yaitu golongan A (golongan utama) dan
golongan B (golongan transisi). Golongan B terletak antara golongan IIA dan
golongan IIIA.

Nama-nama golongan pada unsur golongan A
Golongan IA disebut golongan alkali
Golongan IIA disebut golongan alkali tanah
Golongan IIIA disebut golonga boron
Golongan IVA disebut golongan karbon
Golongan VA disebut golongan nitrogen
Golongan VIA disebut golongan oksigen
Golongan VIIA disebut golongan halogen
Golongan VIIIA disebut golongan gas mulia

Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat mirip
sifatnya, yaitu unsur-unsur lantanida. Pada periode 7 juga berlaku hal yang
sama dan disebut unsur-unsur aktinida. Kedua seri unsur ini disebut unsur-unsur
transisi dalam.Unsur-unsur lantanida dan aktinida termasuk golongan IIIB,
dimasukkan dalam satugolongan karena mempunyai sifat yang sangat mirip.

Dari sejarah diatas disimpulkan bahwa saat ini yang digunakan adalah
sistem periodik unsur ( SPU ) atau sistem periodik moderen, yang mempunyai
pengertian yaitu suatu gambar susunan unsur-unsur berdasarkan kenaikan
nomor atom dan kemiripan sifat. Dan setelah itu akan dibahas mengenai nomor
atom dan sifat SPU.


B. SIFAT LOGAM
Sifat yang dimiliki oleh unsur sangat banyak. Pada bahasan ini, kita
hanya akan membahas beberapa sifat dari unsur. Berdasarkan sifat
kelogamannya, secara umum unsur dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu unsur
logam, unsur non logam, dan unsur metaloid (semi logam).

Logam banyak kita jumpai di sekitar kita, contohnya besi, aluminium,
tembaga, perak, emas, dan lain-lain. Pada umumnya logam mempunyai sifat
fisis, antara lain:
1. penghantar panas yang baik;
2. penghantar listrik yang baik;
3. permukaan logam mengkilap;
4. dapat ditempa menjadi lempeng tipis;
5. dapat meregang jika ditarik.

Kemampuan logam untuk meregang apabila ditarik disebut duktilitas.
Kemampuan logam meregang dan menghantarkan listrik dimanfaatkan untuk
membuat kawat atau kabel. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa
disebut maleabilitas. Kemampuan logam berubah bentuk jika ditempa
dimanfaatka untuk membuat berbagai macam jenis barang, misalnya golok,
pisau, cangkul, dan lain-lain. Sifat-sifat di atas tidak dimiliki oleh unsur-unsur
bukan logam (non logam).

Jika dilihat dari konfigurasi elektronnya, unsur-unsur logam cenderung
melepaskan elektron (memiliki energi ionisasi yang kecil), sedangkan unsur-
unsur non logam cenderung menangkap elektron (memiliki energi ionisasi yang
besar).

Dengan demikian, dapat dilihat kecenderungan sifat logam dalam sistem
periodik, yaitu dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin besar dan
dalam satu periode dari kiri ke kanan semakin kecil. Jika kita lihat pada tabel
periodik unsurnya, unsur-unsur logam berletak pada bagian kiri, sedangkan
unsur-unsur non logam terletak di bagian kanan (lihat tabel periodik unsur).

Pada tabel periodik, batas antara unsur-unsur logam dan non logam sering
digambarkan dengan tangga diagonal yang bergaris tebal. Unsur-unsur di
daerah perbatasan mempunyai sifat ganda. Misalnya logam berilium (Be) dan
aluminium (Al), logam-logam tersebut memiliki beberapa sifat bukan logam,
dan biasa disebut unsur amfoter. Adapun logam yang berada di sebelahnya
(dalam tabel periodik) yaitu Boron (B) dan Silikon (Si) merupakan unsur non
logam yang memilki beberapa sifat logam, dan disebut unsur metaloid.



Mekanika Kuantum Modern sebagai Bilangan Kuantum
Model atom Niels Bohr dapat menjelaskan kelemahan dari teori atom
Rutherford. namun, pada perkembangan selanjutnya diketahui bahwa gerakan
elektron menyerupai gelombang. oleh karena itu, posisinya tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Jadi, orbit elektron yang berbentuk lingkaran dengan
jari-jari tertentu tidak dapat diterima.
Pada tahun 1927, Erwin Schrodinger, seorang ilmuwan dari Austria,
mengemukakan teori atom yang disebut teori atom mekanika kuantum atau
mekanika gelombang. teori tersebut dapat diterima para ahli hingga sekarang.
Teori mekanika kuantum mempunyai persamaan dengan teori atom Niels
Bohr dalam hal tingkat-tingkat energi atau kulit-kulit atom, tetapi berbeda
dalam hal bentuk lintasan atau orbit tersebut. dalam teori atom mekanika
kuantum, posisi elektron adalah tidak pasti. hal yang dapat ditentukan mangenai
keberadaan elektron di dalam atom adalah daerah dengan peluang terbesar
untuk menemukan elektron tersebut. daerah dengan peluang terbesar itu disebut
orbital. Gambaran sederhana dari model atom Erwinschrodinger dan
Wernerhesenberg seperti di bawah ini :
Gambar 1 : moel atom Erwinschrodinger
Menurut teori atom modern, electron berada dalam orbital dan setiap
orbital mempunyai tingkat energi atau bentuk tertentu. Satu atau beberapa
orbital yang memiliki tingkat energi sama membentuk subkulit.
Untuk menentukan tingkat energi dari electron serta menyatakan kedudukan
electron pada suatu orbital digunakan bilangan kuantum. Schrodinger
menggunakan tiga bilangan kuantum yaitu bilangan kuantum utama (n),
bilangan kuantum azimuth (l), bilangan kuantum magnetic (m). Ketiga bilangan
kuantum ini merupakan bilangan bulat dan sederhana yang memberi petunjuk
kebolehjadian diketemukannya electron dalam atom. Sedangkan untuk
menyatakan arah perputaran elektron pada sumbunya para ahli menggunakan
bilangan kuantum spin (s).
A. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menentukan besarnya tingkat energi suatu
elektron yang mencirikan ukuran orbital. Bilangan kuantum utama ini pernah
diusulkan oleh Niels Bohr dan hanya disebut dengan bilangan kuantum saja
Sudarmo Unggal(2006: 6).
Bilangan kuantum utama (n) mewujudkan lintasan elektron dalam atom.
n mempunyai harga 1, 2, 3, .....
Lambang dari bilangan kuantum utama adalah n (en kecil). Bilangan
kuantum utama menyatakan kulit tempat ditemukannya elektron yang
dinyatakan dalam bilangan bulat positif. Nilai bilangan itu di mulai dari 1, 2, 3
dan seterusnya.
Jenis kulit-kulit dalam konfigurasi elektron dilambagkan dengan huruf K,
L, M, N dan seterusnnya. Kulit yang paling dekat dengan inti adalah kulit K dan
bilangan kuantum kulit ini = 1. Kulit berikutnya adalah L yang mempunyai
bilangan kuantum utama = 2 dan demikian seterusnya untuk kulit-kulit
berikutnya. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan tabel di bawah ini:
Tabel 1: Hubungan jenis kulit dan nilai bilangan kuantum utama.
Jenis Kulit Nilai (n)
K 1
L 2
M 3
N 4
\
Dari tabel di atas terlihat bahwa bilangan kuantum utama berhubungan
dengan kulit atom sehingga bilangan kuantum utama dapat digunakan untuk
menentukan ukuran orbit (jari-jari) berdasarkan jarak orbit elektron dengan inti
atom. Kegunaan lainnya adalah untuk dapat mengetahui besarnya energi
potensial elektron. Semakin dekat jarak orbit dengan inti atom maka kekuatan
ikatan elektron dengan inti atom semakin besar, sehingga energi potensial
elektron tersebut semakin besar.
n = 1 sesuai dengan kulit K
n = 2 sesuai dengan kulit L
n = 3 sesuai dengan kulit M
dan seterusnya
Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron.
Jumlah elektron maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus
memenuhi rumus Pauli = 2n
2
.
Contoh: kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 4
2
elektron = 32
elektron.

B. Bilangan kuantum azimuth (l)
Sudarmo Unggal(2006: 6) mengatakan bahwa Mekanika gelombang
menunjukan bahwa setiap kulit (tingkat energi) tersusun dari beberapa subkulit
(sub tingkat energi) yang masing-maisng sub kulit tersebut dicirikan oleh
bilangan kuantum azimut yang diberi lambang l. Nilai bilangan kuantum ini
menentukan bentuk orbital dan besarnya momentum sudut elektron. Misalnya
setiap elektron dengan harga l = 0 akan mempunyai bentuk orbital seperti bola
yang berarti kebolehjadian (probabilitas) untuk menemukan elektron dari inti
atom kesegala arah akan bernilai sama.
Bilangan kuantum azimut (l) menunjukkan sub kulit dimana elektron itu
bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu
kulit.
Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1)
untuk setiap n, dan menunjukan letak elektron dalam subkulit. Setiap kulit
terdiri dari subkulit (jumlah subkulit tidak sama untuk setiap elektron), dan
setiap subkulit dilambangkan berdasarkan pada harga bilangan kuantum azimut
(l).
n = 1 ; l = 0 ; sesuai kulit K
n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L
n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M
n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N
dan seterusnya
Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:
Subkulit yang mempunyai harga l = 0 ; diberi lambang s (s = sharp)
Subkulit yang mempunyai harga l = 1 ; diberi lambang p (p = principle)
Subkulit yang mempunyai harga l = 2 ; diberi lambang d (d = diffuse)
Subkulit yang mempunyai harga l = 3 ; diberi lambang f (f = fundamental)
Lambang s, p, d dan f diambil dari nama spektrum yang dihasilkan oleh
logam alkali dari Li sampai dengan Cs yang terdiri dari empat deret, yaitu tajam
(sharp). Utama (principal), kabur (diffuse) dan dasar (fundamental). Untuk
harga l selanjutnya (jika mungkin) digunakan lambang huruf berikutnya, yaitu
g, h, i, dan seterusnya. Agar lebih jelas dalam pengelompokannya dibawah ini
menunjukan keterkaitan jumlah kulit dengan banyaknya subkulit serta jenis
subkulit dalam suatu atom.

Tabel 2 : Hubungan subkulit sejenis dalam kulit yang berbeda pada atom.
Kulit Bilangan kuantum
utama (n)
Bilangan kuantum
azimut yang
mungkin
Jenis
subkulit
Jumlah
subkulit
K 1 0 1s 1
L 2 0 2s 2
1 2p

M

3
0 3s
3 1 3p
2 3d


N


4
0 4s

4
1 4p
2 4d
3 4f

C. Bilangan kuantum magnetik (m)
Bilangan kuantum magnetik (m) mewujudkan adanya satu atau beberapa
tingkatan energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m)
mempunyai harga (-l) sampai harga (+l).
Bilangan kuantum magnetik menyatakan orbital tempat ditemukannya
elektron pada subkulit tertentu dan arah momentum sudut elektron terhadap inti.
Sehingga nilai bilangan kuantum magnetik berhubungan dengan bilangan
kuantum azimut dan bernilai dari - l hingga + l (l = nilai bilangan kuantum
azimutnya). Bilangan kuantum magnetik menentuka arah orientasi dari orbital
didalam ruang relatif terhadap orbital yang lain. Dengan demikian untuk setiap
satu subkulit terdapat beberapa orbital yang dicirikan dengan nilai m.
Misalnya subkulit s mempunyai nilai l = 0 maka bilangan kuantum
magnetiknya (m) = 0. Angka nol ini melambangkan satu-satunya orbital yang
ada pada subkulit s. Sub kulit p mempunyai nilai l = 1 maka bilangan kuantum
magnetiknya = - 1, 0, +1. Angka-angka tersebut melambangkan 3 orbital yang
ada pada subkulit p. Subkulit d mempunyai nilai l = 2 maka bilangan kuantum
magnetiknya = - 2, - 1, 0, + 1, + 2. Angka-angka tersebut melambangkan 5
orbital yang ada pada subkulit d dan demikian seterusnya.
Tabel 3 : Hubungan bilangan kuantum azimut dengan bilangan kuantum
magnetik.
Bilangan
Kuantum
Azimut
Tanda
Orbital
Bilangan Kuantum
Magnetik
Gambaran
Orbital
Jumlah
Orbital
0 S 0 1
1 P -1, 0, +1 3
2 D -2, -1, 0, +1, +2 5
3 F -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 7

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai magnetik (m) diantara - l sampai + l
(l = bilangan kuantum azimut). Nilai bilangan kuantum magnetik suatu elektron
tergantung pada letak elektron tersebut dalam orbital. Nama-nama kotak di atas
sesuai dengan bilangan kuantum magnetiknya. Dan perlu diingat juga dengan
mengabaikan tanda -/+ maka nilai m tidak mungkin lebih besar dari nilai l.


D. Bilangan kuantum spin (s)
Bilangan kuantum spin (s) merupakan bilangan kuantum yang terlepas
dari pengaruh momentum sudut. Hal itu berarti bilangan kuantum spin tidak
berhubungan secara langsung dengan tiga bilangan kuantum yang lain
Sudarmo Unggal(2006: 6).
Bilangan kuantum spin bukan merupakan hasil dari penyelesaian
persamaan gelombang, tetapi didasarkan pada pengamatan Otto stern dan
Walter Gerlach terhadap spektrum yang dilewatkan pada medan magnet, dan
ternyata didapatkan dua spektrum yang terpisah dengan kerapatan yang sama.
Kesimpulan yang diperoleh bahwa terjadinya pemisahan garis spektrum oleh
medan magnet dimungkinkan karena elektron-elektron tersebut selama
mengelilingi inti berputar pada sumbunya dengan arah yang berbeda. Dapat
diandaikan bumi berotasi pada sumbunya selama mengelilingi matahari.
Berdasarkan hal tersebut diudulkan adanya bilngan kuantum spin untuk
menandai arah putaran (spin) elektron pada sumbunya. Setiap elektron dapat
brputar pada sumbunya sesuai dengan arah jarum jam atau berlawanan dengan
jarum jam, maka probabilitas elektron berputar searah jarum jam adalah , dan
probabilitas berputar berlawanan dengan jarum jam juga mempunyai harga .
Untuk membedakan arah putarannya maka diberi tanda negatif dan positif. Jadi,
harga bilangan kuantum spin yaitu atau + .
Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah perputaran elektron pada
sumbunya. Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua
elektron ini berputar melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-
masing diberi harga spin +1/2 atau -1/2.
Pertanyaan:
Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron 3s
1
?
Jawab:
Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s
1
dapat dinyatakan
sebagai, n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2
Tabel 4 : Hubungan ke empat bilangan kuantum.
Kulit N L M
Sub
kulit
Gambaran
Orbital
Jumlah
Orbital
Jumlah Orbital
Maksimum
Subkulit Kulit
K 1 0 0 1s 2 2

L
2 0 0 2s 1 2
8
1 -1, 0, +1 2p 3 6

M
3 0 0 3s 1 2
18
1 -1, 0, +1 3p 3 6
2 -2, -1, 0, +1, +2 3d 5 10


N
4 0 0 4s 1 2

32
1 -1, 0, +1 4p 3 6
2 -2, -1, 0, +1, +2 4d 5 10
3 -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3 4f 7 14

2. Azas Larangan Pauli

Gambar 2 : Wolfgang Pauli (Pencetus Azas Larangan Pauli)
Dengan adanya bilangan kuantum, suatu elektron mempunyai posisi
ruang yang berbeda dari yang lainnya. Pada tahun 1925, seorang Ilmuan dari
Austria, Wolfgang Pauli mengemukakan teori yang dikenal dengan nama azas
larangan pauli.
Menurut azas larangan pauli, dalam suatu sistem, baik atom atau molekul,
tidak terdapat dua elektron yang mempunyai keempat bilangan kuantum yang
sama. Hal ini berarti bahwa setiap orbital maksimum hanya dapat ditempati oleh
2 elektron.
Maka dari itu W. Pauli (1924) mengemukakan Azas Larangan Pauli
Tidak boleh ada elektron dalam satu atom yang memiliki ke empat bilangan
kuantum yang sama.
3. Fungsi Bilangan Kuantum
Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk menunjukkan letak
elektron terakhir (terluar) dari suatu atom. Dimulai dari letak kulit atom
(bilangan kuantum utama), subkulit atom (bilangan kuantum azimut), letak
orbital (bilangan kuantum magnetik) hingga perputaran elektronnya (bilangan
kuantum spin). Sehingga bilangan kuantum ini bersifat spesifik sesuai dengan
azas larangan pauli. Selanjutnya kita gabungkan keempat bilangan kuantum
tersebut untuk menentukan identitas suatu elektron. Agar dapat menentukan
dengan tepat maka kita harus paham dengan konfigurasi elektron dan diagram
orbital terlebih dahulu.
Berdasarkan beberapa bilangan kuantum diatas, agar dalam penerapannya
dapat mudah untuk dipahami maka dapat disimpulkan bahwa kedudukan suatu
elektron dalam suatu atom dinyatakan oleh empat bilangan kuantum, yaitu:
1) Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit utamanya.
2) Bilangan kuantum azimuth (l) menyatakan subkulitnya.
3) Bilangan kuantum magnetik (m) menyatakan orbitalnya.
4) Bilangan kuantum spin (s) menyatakan spin atau arah rotasinya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Sampai saat ini, elektron-elektron baru menempati subkulit-subkulit s, p, d,
dan f. Sedangkan subkulit g, h, dan i belum terisi elektron.
b) Setiap kulit mengandung subkulit sebanyak nomor kulit dan dimulai dari
subkulit yang paling sedikit orbitalnya. Kulit pertama hanya mengandung
subkulit s; kulit ke-2 mengandung s dan p; kulit ke-3 mengandung subkulit s, p,
dan d; dan seterusnya.


Tabel 5 : Pembagian Kulit Kulit dalam Atom
Nomor Kulit Jumlah Subkulit Jumlah Orbital Elektron Maksimum
Kulit ke-1 (K) S 1 orbital 2 elektron
Kulit ke-2 (L) s, p 4 orbital 8 elektron
Kulit ke-3 (M) s, p, d 9 orbital 18 elektron
Kulit ke-4 (N) s, p, d, f 16 orbital 32 elektron
Kulit ke-5 (O) s, p, d, f, g 25 orbital 50 elektron
Kulit ke-6 (P) s, p, d, f, g, h 36 orbital 72 elektron
Kulit ke-7 (Q) s, p, d, f, g, h, i 49 orbital 98 elektron
Kulit ke-n n buah subkulit n2 orbital 2n2 elektron

Sebagai contoh konfigurasi elektron dan diagram orbital dari sulfur (S) seperti
di bawah ini :
Untuk menentukan bilangan kuantum dari elektron terakhirnya kita cukup
memperhatikan subkulit terluarnya yakni 3p :
Elektron tersebut terletak pada kulit 3 berarti bilangan kuantum utamanya
(n) = 3. Terletak di subkulit p berarti bilangan kuantum azimutnya (l) = 1.
Sedangkan untuk menentukan bilangan kuantum magnetiknya kita perlu
menamai tiap-tiap orbital dalam subkulit 3p tersebut yakni angka yang berwarna
hijau. Sesuai dengan diagram di atas maka nilai bilangan kuantum magnetiknya
(m) = - 1. Dan karena tanda panahnya ke bawah maka bilangan kuantum
spinnya (s) = - .

Anda mungkin juga menyukai