Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA 1
JURUSAN TEKNIK KIMIA

Percobaan : Elektrokimia
Asisten Laboratorium : Adith Anandito
Nama, NIM : Fadila (NIM. D1121181029)
Kelompok / Waktu : 05 / Rabu, 9 Februari 2022
Anggota Kelompok : 1. Benedikta Arni (D1121181020)
2. Eka Yuliastika. N (D11211810
3. Nurul Mutia Putri (D1121181018)

LABORATORIUM KIMIA
UPT. LABORATORIUM TERPADU
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I
JURUSAN TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM KIMIA, UPT LABORATORIUM TERPADU


UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Nama : Fadila
NIM : D1121181029
Percobaan : Elektrokimia
Kelompok :5
Anggota Kelompok : 1. Benedikta Arni (D1121181020)
2. Eka Yuliastika. N (D11211810
3. Nurul Mutia Putri (D1121181018)

Pontianak, 09 Februari 2022


Mengesahkan
Asisten Laboratorium

Adith Anindito
NIM. D1121171030
ELEKTROKIMIA
Fadila⁵, Benedikta Arni, Eka Yuliastika Nainggolan, Nurul Mutia Putri. Adith
Anandito
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Email : fadiladila687@gmail.com

ABSTRAK
Percobaan elektrokimia yang telah dilakukan bertujuan untuk memahami
koagulasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pada pengolahan air dengan
metode elektrolisa dan menentukan bilangan faraday dari proses oksidasi/reduksi
logam selama percobaan elektrokoagulasi serta mengetahui pengaruh konsentrasi
NaCl terhadap Ph, arus, dan massa plat. Prinsip percobaan pada percobaan ini
pengolahan air menggunakan metode elektrolisa dengan elektrokoagulator.
Elektrolisa merupakan metode yang menggunakan arus listrik searah dalam
larutan elektrolit. Percobaan ini, elektrolisa menggunakan plat aluminium berupa
katoda dan anoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada anoda terjadi reaksi
oksidasi. Dalam sel elektrolisa molekul ion H +¿¿ dan logam-logam lain akan
menuju ke katoda dan ion OH −¿¿dan sisa-sisa asam akan menuju ke anoda.
Konsentrasi sangat berpengaruh terhadap Ph, kuat arus, dan massa plat aluminium
yang terlarut. Konsentrasi yang semakin besar maka pH, kuat arus dan massa plat
aluminium yang terlarut juga semakin banyak. Hasil yang didapatkan dengan
variasi konsentrasi 1,7 M, 5,13 M dan 8,54 M massa plat yang terlarut juga
semakin besar yaitu pada katoda 0,09 gr, 0,18 gr dan 0,19 gr. Adapun massa plat
aluminium yang terlarut pada anoda yaitu 0,14 gr, 0,44 gr dan 0,37 gr.
Kata Kunci : elektrokoagulasi, konsentrasi, pH, plat aluminium
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Pecobaan


Prinsip percobaan yaitu pengolahan air menggunakan metode elektrolisa
dengan elektrokoagulator. Elektrolisa merupakan metode yang menggunakan arus
listrik searah dalam larutan elektrolit. Percobaan ini, elektrolisa menggunakan plat
aluminium berupa katoda dan anoda. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan pada
anoda terjadi reaksi oksidasi. Elektron dari katoda menuju ke larutan sehingga ion
positif mengalami reduksi pada katoda Al tersbut sedangkan ion negatif dari
larutan akan ditarik ke anoda sekaligus mengalami oksidasi pada anoda.
Percobaan dilakukan dengan direndam plat elektroda (anoda dan katoda) pada
larutan asam sulfat (H2SO4) selama 1 menit, kemudian plat elektroda dibilas dan
dikeringkan serta dialiri arus listrik melalui power supply dimasukan ke sampel
pewarna tekstil yang telah ditambahkan larutan elektrolit berupa Natrium Klorida
(NaCl) dengan menggunakan variasi konsentrasi terhadap pH, kadar plat
alumunium yang terlarut, serta arus listrik. Dilakukan pengadukan dengan
kecepatan 150 rpm dan flokulasi dengan kecepatan 100 rpm, serta dilakukan
sedimentasi selama 10 menit. Diamati perubahan yang terjadi dan dianalisis.
Diulangi percobaan hingga memenuhi variasi percobaan yang diinginkan. Adapun
reaksi dari percobaan ini adalah:

Katoda (Al) : 2H₂O + 2e⁻ 2OH⁻ + H₂


Anoda (Al) : Al Al³⁺ + 3e⁻
Total : 6H₂O + 2Al 2Al³⁺ + 6OH⁻ + 3H₂

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mempelajari pengaruh konsentrasi
reaktan terhadap laju reaksi, menentukan orde reaksi, mempelajari pengaruh
temperatur terhadap laju reaksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Elektrokimia
Elektrokimia merupakan bagian ilmu kimia yang mempelajari
mengenai perubahan energi kimia menjadi listrik dan perubahan energi
listrik menjadi energi kimia dalam rangkaian yang dinamakan sel
elektrokimia (Johari dan Rachmawati, 2008). Ada dua jenis sel elektrokimia,
yaitu sel galvani dan elektrolisis. Sel volta atau sel galvani merupakan sel
elektrokimia dimana energi kimia dari reaksi redoks spontan diubah menjadi
energi listrik. Prinsip kerja sel volta adalah pemisahan reaksi redoks menjadi
dua bagian yaitu setengah reaksi oksidasi di anoda dan setengah reaksi reduksi
di katoda sehingga ketika diletakkan dalam suatu elektrolit dan dihubungkan
dengan rangkaian luar, maka elektron akan mengalir dari anoda ke katoda
dan menghasilkan arus listrik (Johari dan Rachmawati, 2008).
Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan energi
listrik untuk menghasilkan reaksi redoks tidak spontan. Prinsip kerja sel
eletrolisis adalah dengan menghubungkan kutub negatif sumber listrik ke
katoda dan kutub positif sumber listrik ke anoda, kutub negatif sumber listrik
mendorong elektron menglir ke katoda sehingga katoda bermuatan negatif,
sedangkan anoda akan bermuatan positif karena kutub positif sumber listrik
akan menarik ion elektron dari anoda. Katoda akan menarik ion-ion
positif dalam elektrolit sehingga diperoleh setengah reaksi reduksi,
sedangkan anoda akan menarik ion negatif sehingga diperoleh setengah
reaksi oksidasi (Johari dan Rachmawati, 2008).

2.2. Elektrokoagulasi
2.2.1. Pengertian Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan suatu proses koagulasi kontinyu dengan
menggunakan arus listrik searah melalui peristiwa elektrokimia, yaitu gejala
dekomposisi elektrolit, dimana salah satu elektrodanya adalah aluminium
ataupun besi. Dalam proses ini akan terjadi proses reaksi reduksi dimana
logam-logam akan direduksi dan diendapkan di kutub negatif, sedangkan
elektroda positif (Fe) akan teroksidasi menjadi [Fe(OH)₃] yang berfungsi
sebagai koagulan. Reaksi kimia yang terjadi pada proses elektrokoagulasi yaitu
reaksi reduksi oksidasi, sebagai akibat adanya arus listrik (DC). Pada reaksi ini
terjadi pergerakan dari ion-ion yaitu ion positif (disebut kation) yang bergerak
pada katoda yang bermuatan negatif. Sedangkan ion-ion negatif bergerak
menuju anoda yang bermuatan positif yang kemudian ion-ion tersebut
dinamakan sebagai anion (bermuatan negatif) (Hari Bambang, P., Harsanti, M.,
2010).
2.2.2. Mekanisme Elektrokoagulasi
Elektroda dalam proses elektrokoagulasi merupakan salah satu alat untuk
menghantarkan atau menyampaikan arus listrik ke dalam larutan agar larutan
tersebut terjadi suatu reaksi (perubahan kimia). Elektroda tempat terjadi reaksi
reduksi disebut katoda, sedangkan tempat terjadinya reaksi oksidasi disebut
anoda. Reaksi yang terjadi pada elektroda tersebut sebagai berikut:
a) Reaksi pada Katoda
Pada katoda akan terjadi reaksi-reaksi reduksi terhadap kation, yang
termasuk dalam kation ini adalah ion H+ dan ion ion logam.
1. Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen yang
akan bebas sebagai gelembung-gelembung gas.
Reaksi : 2 H +¿¿ + 2e H₂
2. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, alkali tanah, maka ion-
ion ini tidak dapat direduksi dari larutan yang mengalami reduksi
adalah pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen (H2) pada katoda.
Reaksi : 2H₂O + 2e 2OH⁻ + H₂⁺
3. Jika larutan mengandung ion-ion logam lain, maka ion-ion logam akan
direduksi menjadi logamnya dan terdapat pada batang katoda.
b) Reaksi pada Anoda
1. Anoda yang digunakan logam Aluminium akan teroksidasi.
Reaksi : Al₃⁺ + 3H₂O Al(OH)₃ + 3H⁺ +3e
2. Ion OH⁻ dari basa akan mengalami oksidasi membentuk gas oksigen
(O₂).
Reaksi : 4OH⁻ 2H₂O + O₂ + 4e
3. Anion-anion lain (SO₄⁻, SO₃⁻) tidak dapat dioksidasi dari larutan,
yang akan mengalami oksidasi adalah pelarutnya (H₂O) membentuk
gas oksigen (O₂) pada anoda.
Reaksi : 2H₂O 4H⁻ + O₂ + 4e
Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis yang di
dalamnya terdapat katoda dan anoda sebagai penghantar arus listrik searah
yang disebut elektroda, yang tercelup dalam larutan limbah sebagai elektrolit.
Karena dalam proses elektrokoagulasi ini menghasilkan gas yang berupa
gelembung-gelembung gas, maka kotoran-kotoran yang terbentuk yang ada
dalam air akan terangkat ke atas permukaan air. Flok-flok terbentuk ternyata
mempunyai ukuran yang relatif kecil, sehingga flok-flok yang terbentuk tadi
lama-kelamaan akan bertambah besar ukurannya. Setelah air mengalami
elektrokoagulasi, kemudian dilakukan proses pengendapan, yaitu berfungsi
untuk mengendapkan partikel-partikel atau flok yang terbentuk (Hari
Bambang, P., Harsanti, M., 2010).
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Elektrokoagulasi
Menurut Putero, S. H, dkk (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi
proses elektrokoagulasi antara lain:
1. Kerapatan arus listrik
Kenaikan kerapatan arus akan mempercepat ion bermuatan
membentuk flok. Jumlah arus listrik yang mengalir berbanding lurus
dengan bahan yang dihasilkan selama proses.
2. Waktu
Menurut hukum Faraday, jumlah muatan yang mengalir selama
proses elektrolisis sebanding dengan jumlah waktu kontak yang
digunakan. Lama kontak terhadap elektroda adalah faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses elektrokoagulasi, makin lama waktu kontak
penempelan ion-ion logam pada elektroda semakin banyak COD dapat
diturunkan, sehingga disimpulkan bahwa, waktu yang diperlukan oleh
suatu tahap pengolahan sangat penting agar tujuan pengolahan dapat
dicapai secara optimal (Carmona, 2006).
3. Tegangan
Karena arus listrik yang menghasilkan perubahan kimia mengalir
melalui medium (logam atau elektrolit) disebabkan adanya beda potensial,
karena tahanan listrik pada medium lebih besar dari logam, maka yang
perlu diperhatikan adalah mediumnya dan batasan antar logam dengan
medium.
4. Kadar keasaman (pH)
Karena pada proses elektrokoagulasi terjadi proses elektrolisis air
yang menghasilkan gas hydrogen dan ion hidroksida, dengan semakin
lama waktu kontak yang digunakan, maka semakin cepat juga
pembentukan gas hydrogen dan ion hidroksida, apabila ion hidroksida
yang dihasilkan lebih banyak maka akan menaikan pH dalam larutan. pH
larutan juga mempengaruhi kondisi spesies pada larutan dan kelarutan dari
produk yang dibentuk. pH larutan mempengaruhi keseluruhan efisiensi
dan efektifitas dari elektrokoagulasi. pH larutan dapat dengan mudah
diubah. pH optimal untuk menambah efektifitas proses elektrokoagulasi
yang terdapat dalam larutan berkisar antara nilai 6,5 sampai 7,5.
5. Ketebalan plat
Semakin tebal plat elektroda yang digunakan, daya tarik
elektrostatiknya dalam mereduksi dan mengoksidasi ion logam dalam
larutan akan semakin besar.
6. Jarak antar elektroda
Besarnya jarak antar elektroda mempengaruhi besarnya hambatan
elektrolit, semakin besar jaraknya semakin besar hambatannya, sehingga
semakin kecil arus yang mengalir.
(Saputra Arie, I., 2018)
2.2.4. Pengaplikasian Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan
flokulasikoagulasi. Teknik ini telah dipakai untuk pengolahan limbah cair
tekstil (Bambang, Hari P, Mining Harsanti., 2010), mengatasi permasalahan
limbah radio aktif, penanganan limbah cair rumah potong hewan, air limbah
rumah tangga, dan limbah cair kimiawi dari industri fiber (Ardhani, A.F, Dwi
Ismawati., 2017). Contoh lain pengaplikasian elektrokoagulasi yaitu aplikasi
elektrokoagulasi pasangan elektroda aluminium pada proses daur ulang grey
water hotel dengan menggunakan pasangan elektroda aluminium untuk
menyisihkan kontaminan di dalam air buangan domestik (grey water) hotel
sehingga dapat digunakan kembali (reclaimed water) untuk keperluan
pembilasan (flushing) toilet dan penyiraman tanaman (Nur Ansiha, Jatnika
Agus., 2014).

2.3. Penelitian Sebelumnya Elektrokoagulasi


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanum Farida, dkk, 2015
tentang Aplikasi Elektrokoagulasi Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit dari unit reaktor
anaerobik unggun tetap dengan teknik elektrokoagulasi. Elektrokoagulasi
merupakan suatu proses koagulasi dengan menggunakan arus listrik searah
melalui peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter tegangan pada adaptor terhadap
kinerja sistem elektrokoagulasi serta menentukan waktu terbaik untuk pengolahan
limbah cair pabrik kelapa sawit tersebut. Jenis material elektroda yang digunakan
adalah aluminium, waktu retensi limbah 1 jam, jarak antar elektroda 5 cm, kuat
arus 5 ampere, variasi tegangan adaptor 3, 4, dan 5 volt. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil terbaik diperoleh pada tegangan 5 volt untuk
penyisihan COD sebesar 81,32 % dengan nilai COD 233,5 mg/l pada waktu
pengolahan 180 menit, hal ini menunjukkan bahwa limbah olahan telah
memenuhi baku mutu limbah cair PKS untuk COD yaitu 350 mg/l. Adapun
persentase penyisihan turbiditas yang tertinggi diperoleh pada tegangan 5 volt dan
pada waktu 180 menit dengan perolehan 95,08 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Mouedhen, G., 2008 tentang Behavior Of
Aluminum Electrodes In Electrocoagulation Process yaitu proses elektrokoagulasi
dengan elektroda aluminium dengan kondisi operasional yang berbeda seperti
komposisi larutan berbasis Na₂SO₄, pH dan rapat arus. Elektrolisis dengan
elektroda Al bertindak sebagai netralisasi pH elektrolit. Mempertimbangkan
keuntungan dari evolusi pH yang diamati selama elektrolisis, tes elektrokoagulasi
dilakukan untuk mengolah limbah cair sintetik yang mengandung ion logam berat
(Ni²⁺, Cu²⁺, Zn²⁺). Efisiensi pengurangan ion logam lebih dari 98% tercapai
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil Percobaan

Parameter
Konsentrasi
NaCl pH I (A) Massa plat yang
terlarut (g)

Sebelum sesudah K A
1,7 M 7,8 8,1 0,47 0,09 0,14
5,13 M 8,6 9,3 1,95 0,18 0,44
8,54 M 8,9 9,1 3,37 0,19 0,37

3.2. Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan disiapkan sampel berupa pewarna tekstil
sebanyak 1500 ml untuk 3 sampel percobaan yang akan dilakukan. Ditimbang
NaCl sebesar 1 gram sebanyak 3 untuk membuat larutan elektrolit, dipipet
H₂SO₄ 96% sebanyak 3% yaitu 31 ml yang dilarutkan dalam 1000 ml
akuades digunakan untuk merendam plat elektroda. Sebelum dilakukan
elektrokoagulasi sampel air dianalisa parameternya terlebih dahulu yaitu Ph.
Rendam plat elektroda dengan H₂SO₄ selama 1 menit sestelah itu dicuci
dengan akuades dan dikeringkan lalu ditimbang. Dipersiapkan peralatan,
sambungkan instalasi listrik dan kemudian masukan sampel air. Larutan
dipanaskan dengan menggunakan penangas air. Selama proses ini suhu dijaga
konstan agar tidak terjadi penguapan dan terjadi perubahan warna larutan
menjadi merah kecoklatan. Perubahan ini terjadi akibat anoda melarut dan
adanya pelepasan elektron (oksidasi). Sebelum percobaan dilakukan, plat
elektroda di timbang. Selanjutnya NaCl dilarutkan kedalam 10 ml akuades.
Plat dirangkai, elektrokoagulasi dilakukan selama 30 menit dengan kecepatan
180 rpm. Plat di bersihkan dan dikeringkan lalu ditimbang setelah
elektrokoagulasi. Kecepatan reaktor diturunkan menjadi 100 rpm selama 3
menit dan dikeluarkan magnetic stirer untuk disedimentasi 10 menit. Sampel
yang telah di elektrokoagulasi selanjutnya di saring untuk dianalisa pH.
Hasil yang didapatkan untuk elektrolisis pertama dengan konsentrasi
1,7 M, massa plat sebelum dilakukan percobaan yaitu pada katoda 126,33 gr
dan anoda 123,81 gr. Sedangkan massa plat sesudah dilakukan elektrolisis
untuk katoda yaitu 126,24 gr dan anoda 123,67 gr. Sehingga hasil massa plat
terlarut yang didapatkan untuk katoda yaitu 0,09 gr dan anoda 0,14 gr dengan
pH sebelum dan sesudah elektrolisis yaitu 7,8 menjadi 8,1 dengan kuat arus
0,47 A.
Adapun hasil yang didapatkan untuk elektrolisis kedua dengan
konsentrasi 5,13 M, massa plat sebelum dilakukan percobaan yaitu pada
katoda 126,28 gr dan anoda 123,70 gr. Sedangkan massa plat sesudah
dilakukan elektrolisis untuk katoda yaitu 126,10 gr dan anoda 123,26 gr.
Sehingga hasil massa plat terlarut yang didapatkan untuk katoda yaitu 0,18 gr
dan anoda 0,44 gr dengan pH sebelum dan sesudah elektrolisis yaitu 8,6
menjadi 9,3 dengan kuat arus 3,37 A.
Sedangkan hasil yang didapatkan untuk elektrolisis ketiga dengan
konsentrasi 8,54 M, massa plat sebelum dilakukan percobaan yaitu pada
katoda 126,13 gr dan anoda 123,42 gr. Sedangkan massa plat sesudah
dilakukan elektrolisis untuk katoda yaitu 125,94 gr dan anoda 123,05 gr.
Sehingga hasil massa plat terlarut yang didapatkan untuk katoda yaitu 0,19 gr
dan anoda 0,37 gr dengan Ph sebelum dan sesudah elektrolisis yaitu 8,9
menjadi 9,1 dengan kuat arus 1,95 A.
Selisih yang terjadi antara massa dan anoda setelah elektrolisis
disebabkan karena penggunaan elektrolit NaCl. Larutan ini berpotensi
menghasilkan endapan logam yang menempel pada katoda. Hal ini juga
dipengaruhi nilai keasaman larutan elektrolit. Semakin besar nilai keasaman
larutan elektrolit maka akan mengakibatkan peningkatan pembentukan
jumlah elektron yang dihasilkan selama proses elektrolisis, sehingga
gumpalan yang terbentuk semakin kecil ( Aziz, et al., 2018).
Secara teoritis hal ini dapat dijelaskan bahwa penyebab timbulnya
gelembung-gelembung gas pada elektroda dikarenakan terjadinya aliran
elektron dari katoda menuju ke larutan sehingga ion positif mengalami
reduksi pada katoda Al tersbut sedangkan ion negatif dari larutan akan ditarik
ke anoda sekaligus mengalami oksidasi pada anoda tersebut. Adapun
mekanismenya sebagai berikut :
Pada larutan NaCl, kation Na⁺ berasal dari golongan utama sehingga
yang direduksi adalah H₂O, sedangkan yang dioksidasi adalah elektroda Al.
NaCl Na⁺ + Cl⁻
Katoda (Al) : 2H₂O + 2e⁻ 2OH⁻ + H₂
Anoda (Al) : Al Al³⁺ + 3e⁻
Total : 6H₂O + 2Al 2Al³⁺ + 6OH⁻ + 3H₂

Pengadukan cepat pada percobaan ini dilakukan pada 150 rpm, hal ini
dapat dijelaskan dari konsep tumbukan bahwa pengadukan di satu sisi bisa
menaikkan frekuensi tumbukan antara koagulan dengan partikel-partikel
sekitarnya sehingga membentuk flok. Selama proses elektrokoagulasi
elekroda Al mengalami oksidasi (melepas elektronnya) menjadi Al 3+ yang
kemudian berikatan dengan OH dari air membentuk Al(OH)3 yang berfungsi
sebagai koagulan. Dengan kecepatan pengadukan yang tinggi, gerakan
koagulan untuk mengikat polutan melalui tumbukan antar partikel juga akan
besar. (Rahardja, 2019).
Menurut pendapat Ridantami et al., 2016 Proses pengadukan juga
mempengaruhi hasil efisiensi penyisihan. Proses pengadukan mengakibatkan
larutan menjadi homogen dan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
proses elektrokoagulasi karena terbentuk koagulan dan flok yang semakin
banyak, hal ini dibuktikan dengan semakin keruhnya larutan dalam
elektrokoagulator. Oleh karena pengadukan tetap dilakukan sehingga flok
yang terendap pun ikut kembali bercampur dengan larutan sehingga proses
analisa dapat dilakukan dengan benar.
Pengadukan lambat dilakukan pada 100 rpm, Pengadukan lambat ini
akan meningkatkan kesempatan dan jumlah tumbukan antar partikel.
Derajat pengadukan harus cukup besar sehingga flok tetap tersuspensi dan
bergerak, namun daya ini juga tidak terlalu besar yang dapat menyebabkan
pecahnya flok yang telah terbentuk dan mencegah tumbukan yang dihasilkan
antar partikel justru dapat melepaskan ikatan flokulan dan kembali menjadi
partikel-partikel kecil dalam air (suspended solid) (Wiyanto et al., 2014).
Sedimentasi pada percobaan ini dilakukan selama 10 menit.
Sedimentasi sendiri adalah proses pengendapan padatan yang terkandung
dalam cairan oleh gaya gravitasi. Proses sedimentasi dilakukan setelah proses
elektrokoagulasi, tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan agar
menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat. Ukuran
dan bentuk partikel mempengaruhi rasio permukaan terhadap volume partikel
sedangkan konsentrasi partikel (Zailani and Zin, 2018).
Selanjutnya menentukan bilang Faraday dari proses oksidasi/reduksi
logam selama percobaan elektrokoagulasi. Hukum Faraday merupakan
hubungan antara massa zat yang dihasilkan di elektroda dengan jumlah
listrik yang digunakan sehingga dinyatakan dalam Hukum Faraday. Faraday
memperoleh bahwa 1 mol elektron terdiri dari muatan listrik sebesar
96.500 coulumb, sehingga 1 mol elektron sama dengan 1 Faraday (1F) dari
kedua hukum yang dihasilkannya, Faraday menemukan persamaan
yang menghubungkan antara jumlah listrik yang dihasilkan dengan massa
zat yang dihasilkan pada elektroda sebagai berikut:
1
G= i . t . Me
96.500
Dengan: G = massa zat yang dihasilkan,
i = arus listrik,
t = waktu
Me = massa ekivalen zat
(Johari dan Rachamwati, 2008).
Massa zat yang didapatkan berdasarkan bilangan Faraday yaitu pada
konsentrasi 1,7 M dengan kuat arus 0,47 A yaitu 0,08 gr dan konsentrasi 5,13 M
dengan kuat arus 1,95 A yaitu 0,33 gr sedangkan konsentrasi 8,54 M dengan kuat
arus 3,37 A yaitu 0,56 gr.
3.2.1. Pengaruh Variasi Konsentrasi Terhadap pH
Ph mengalami kenaikan setelah dilakukan elektrokoagulasi pada
sampel pewarna tekstil. Seiring meningkatnya konsentrasi nilai pH juga
mengalami kenaikan. Menurut peneliti Lekhlif, dkk proses
elektrokoagulasi sangat bergantung pada pH larutan (Lekhlif, dkk., 2014).
Pada percobaan ini pada konsentrasi 1,7 M diketahui Ph awal sebesar 7,8
dan pH akhir 8,1. Selanjutnya untuk konsentrasi 5,13 M, pH awal sebesar
8,6 dan setelah elektrolisis meningkat menjadi 9,3. Sedangkan untuk
konsentrasi 8,54 M, pH awal sebesar 8,9 dan pH setelah yaitu 9,1. Ph
mengalami perubahan dan cenderung semakin meningkat pada konsentrasi
yang juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena pada pH lebih dari 6,5
terjadi adsorpsi dan koagulasi (Akyol, dkk., 2013).
Pada saat pH naik menjadi lebih basa maka reaksi yang terjadi
adalah reduksi air pada katoda, meskipun reduksi aluminium tetap terjadi.
Pada anoda proses oksidasi aluminium terjadi semakin besar sesuai pada
tabel. Pada kondisi ini koagulan Al³⁺ telah terbentuk. Hal ini menunjukan
bahwa dengan meningkatnya pH meningkat juga pembentukan koagulan.
Sehingga penyisihan proses elektrokoagulasi cukup tinggi pada
konsentrasi 8,54 M. Kenaikan pH menyebabkan meningkatnya ion OH⁻,
sehingga koagulan terbentuk lebih besar. Besarnya konsentrasi sangat
berpengaruh terhadap pH sehingga mempengaruhi besar efisiensi
penyisihan logam pada pada sampel pewarna tekstil.
Gambar 3.2.1.1. Pengaruh konsentrasi terhadap pH
[Y VALUE]
9.5 (sesudah) [Y VALUE]
(sesudah)
9 [Y VALUE]
[Y VALUE] (sebelum)
(sebelum)
8.5 [Y VALUE]
(sesudah)
pH

8 [Y VALUE]
(sebelum)
7.5

7
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi NaCl
3.2.2. Penagaruh Variasi Konsentrasi terhadap Perubahan Kuat Arus
Setelah dilakukan proses elektrokoagulasi dapat dilihat bahwa
konsentrasi akan mempengaruhi kuat arus. Semakin besar
konsentrasi suatu zat maka kuat arus juga semakin meningkat. Ion
positif dan ion negatif pada larutan elektrolit akan terdekomposisi
akibat adanya kuat arus kistrik yang dialirkan ke elektroda. Akibat
proses tersebut, pada anoda terbentuk gas, buih dan flok. Unsur-
unsur dalam limbah (sampel) akan terikat dengan flok lalu
membentuk endapan. Dari grafik dapat dilihat bahwa semakin
besar konsentrasi maka kuat arus juga semakin meningkat.
Gambar 3.2.2.1. Pengaruh Konsentrasi Terhadap Kuat Arus

arus
4
3.37
3.5
3
2.5
Kuat Arus

1.95
2
1.5
1 0.47
0.5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Konsentrasi NaCl

3.2.3. Pengaruh Variasi Konsentrasi Terhadap Massa Alumunium


yang Terlarut
Variasi konsentrasi sangat berpengaruh terhadap massa
aluminium. Grafik menunjukan semakin besarnya konsentrasi
maka massa aluminium yang terlarut juga semakin banyak.
Gambar 3.2.3.1. Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap massa katoda
0.18 0.19
0.2

0.15
massa katoda

0.09
0.1

0.05

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
konsentrasi
Gambar 3.2.3.2. Pengaruh konsentrasi NaCl terhadap massa anoda

0.5 0.44
0.37
0.4

massa anoda 0.3


0.2 0.14
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
konsentrasi
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Dari percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh
konsentrasi terhadap pH, kuat arus, dan massa plat aluminium yang terlarut sangat
berpengaruh, yaitu jika konsentrasi yang semakin besar maka akan mengalami
kenaikan pH dan kuat arus serta massa plat aluminium yang terlarut juga semakin
besar. Massa zat yang didapatkan berdasarkan bilangan Faraday yaitu pada
konsentrasi 1,7 M dengan kuat arus 0,47 A yaitu 0,08 gr dan konsentrasi 5,13 M
dengan kuat arus 1,95 A yaitu 0,33 gr sedangkan konsentrasi 8,54 M dengan kuat
arus 3,37 A yaitu 0,56 gr.

4.2. saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu pada percobaan ditambahkan
parameter uji seperti TDS dan TSS untuk mengetahui kualitas air berdasarkan
peraturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhani, A.F, Dwi Ismawati., 2017. Penanganan Limbah Cair Rumah Potong
Hewan Dengan Metode Elektrokoagulasi. Skripsi, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Diponegoro, Semarang.
Akyol, A. O.T. Can, E. Demirbas, M. Kobya, 2013. A Comparative Study Of
Electrocoagulation And Electrofenton For Treatment Of Wastewater
From Liquid Organic Fertilizer Plant. Separation and Purification
Technology Journal, vol.112, pp.11-29.

Aziz, A., Udaibah, W., & Hidayah, M. (2018). Pengaruh pH dan Tegangan Listrik
dalam Elektrolisis Limbah Padat Baja (Slag Eaf) Sebagai Upaya
Mereduksi Kandungan Logam Fe pada Limbah Padat Industri Galvanis.
Walisongo Journal of Chemistry, 1(2), 52.
Bambang, A., Hari P, Mining Harsanti, Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia, Yogyakarta, 2010, D11-2.
B. Lekhlif, L. Oudrhiri, F. Zidane, P. Drogui, J.F. Blais, 2014. Study Of The
Electrocoagulation Of Electroplating Industry Wastewaters Charged By
Nickel (II) And Chromium (VI),” Journal Material Environment Sciences,
vol. 5, no.1, hal.111-120.

Carmona, M., Khemis, M., Leclerc, J.P., and Lapicque, F., 2006. A Simple Model
To Predict The Removal Of Oil Suspensions From Water Using The
Electrocoagulation Technique. Chemical Engineering Science, 61: 1237 -
1246.
Hanum Farida, Rondang Tambun, M. Yusuf Ritonga, William Wardhana, K.,
2015. Aplikasi Elektrokoagulasi Dalam Pengolahan Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Teknik Kimia USU, Vol. 4, No. 4.
Johari, J.C.M dan Rachmawati, M. 2008. Kimia 3 Untuk SMA dan MA kelas 3.
Jakarta: Esis.
Moudhen, G, et al 2008. Behavior of Aluminium Electrodes in Electrocoagulation
Process. Journal of Hazardous Materials 124-135.
Nur Ansiha, Jatnika Agus., 2014. Aplikasi Elektrokoagulasi Pasangan Elektroda
Aluminium Pada Proses Daur Ulang Grey Water Hotel. Jurnal Teknik
Lingkungan. Vol. 20. No. 1.
Putero, S.H., Kusnanto, & Yusriani. (2008). Pengaruh Tegangan dan Waktu pada
Pengolahan Limbah Radioaktif yang Mengandung Sr-90 Menggunakan
Metode Elektrokoagulasi. Makalah disajikan pada Prosiding Seminar
Nasional ke-14 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir,
Bandung, 5 November.
Rahardja, I. B. (2019). Perhitungan Jumlah Bahan Kimia pada External Water
Treatment (Studi Kasus di PMKS XYZ, Kalimantan Tengah) Istianto
Budhi Rahardja. Jurnal Citra Widya Edukasi Vol XI, 1
Saputra Arie, I., 2018. Penurunan TSS Air Limbah Laboratorium Rumah Sakit
Menggunakan Metode Elektrokoagulasi. Journal of Nurshing and Public
Health. Volume 6 No. 2
V. Ridantami, B. Wasito, Prayitno, 2016. Pengaruh Tegangan Dan Waktu Pada
Pengolahan Limbah Radioaktif Uranium Dan Thorium Dengan Proses
Elektrolisis. Jurnal Forum Nuklir, vol. 12, No. 2.
Wiyanto, E., Harsono, B., Makmur, A., Pangputra, R., & Stefanus Kurniawan, M.
(2014). Penerapan Elektrokoagulasi Dalam Proses Penjernihan Limbah
Cair. 12(1), 19–36
Zailani, L.W.M., Zin, N.S.M., 2018. Application of Electrocoagulation In
Various Wastewater And Leachate Treatment-A Review. IOP Conf. Ser.
Earth Environ. Sci. 140, 012052.
PERHITUNGAN

1. Pengenceran H2SO4
Pengenceran
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 3% x 1000
V1 = 31 ml
2. Penentuan Konsentrasi NaCl
- Massa NaCl 1 gram dalam 10 ml
gr 1000
M = x
mr v
1 1000
M = x
58,5 10
M = 1,7 M

- Massa NaCl 3 gram dalam 10 ml


gr 1000
M = x
mr v
3 1000
M = x
58,5 10
M = 5,13 M

- Massa NaCl 5 gram dalam 10 ml


gr 1000
M = x
mr v
5 1000
M = x
58,5 10
M = 8,54 M

3. Penentuan massa plat terlarut


Ar x I x t
w =
exF
Ar = 27 g/mol
e =3
F = 96.500 coloumb/g
t = 30 menit
 Pada konsentrasi 1,7 M (I = 0,47 A)
27 x 0,47 x (30 X 60)
w = = 0,08 g
3 x 96500
 Pada konsentrasi 5,13 M (I = 1,95 A)
27 x 1,95 x(30 X 60)
w = = 0,33 g
3 x 96500
 Pada konsentrasi 8,54 M (I = 3,37 A)
27 x 3,37 x (30 X 60)
w = = 056 g
3 x 96500

Anda mungkin juga menyukai