id
TUGAS AKHIR
PENGENDALIAN MUTU DAN PERENCANAAN KONSEP Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) DALAM PROSES PEMBUATAN
TELUR ASIN DI UKM “ANGGA” TALANGREJO, SRAGEN
Program Studi
DIII Teknologi Hasil Pertanian
Oleh :
ESTOWARA MANIKAM
H 3109023
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Yang terpenting, bukan kerasnya upaya belajar, tapi teraturnya waktu belajar.
Sedikit-sedikit tapi teratur, lebih baik daripada dadakan.
(Mario Teguh)
Doa memberikan kekuatan pada orang yang lemah, membuat orang tidak percaya
menjadi percaya dan memberikan keberanian pada orang yang ketakutan.
(Nasrul Kurniawan)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir Quality Control (QC) yang berjudul Pengendalian Mutu dan Perencanaan
Konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) dalam Proses
Pembuatan Telur Asin di UKM “Angga” Talangrejo Sragen dengan baik dan
sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam pelaksanaan pengamatan dan penulisan laporan hasil penelitian ini,
penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang dirasa sangat bermanfaat,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada kami sehingga dalam
pengamatan dan penulisan laporan hasil penelitian ini penulis tidak
mengalami kesulitan yang cukup berarti dan dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
2. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ir. Choiroel Anam, M.P, M.T. selaku Ketua Program Studi D III Teknologi
Hasil Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Edhi Nurhartadi S.TP., MP. dan Dimas Rahadian A.M. S,TP., M. Sc. selaku
Dosen Pembimbing dan penguji Tugas Akhir atas bantuan dan
pengarahannya selama penyusunan laporan ini.
5. Ibu Agus selaku pemilik UKM “Telur Asin Angga” atas kerjasama dan
bantuannya selama penelitian Tugas Akhir.
6. Ibu dan Bapak tersayang terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.
7. Adikku Sanityoso Andaru tercinta yang selalu memberikan dukungan dan
motivasi.
8. Pacarku Ananda Rio Alif Pradana, keberadaanmu memberikan warna
tersendiri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9. Teman – teman seperjuanganku Laila, Retno, Ita, Ratna, Umi , Vitri, Kiswuri,
Novita, Dwi, Wahyu, Fikri dan Topan terima kasih untuk kebersamaannya
selama ini.
10. Teman- teman Diploma III Teknologi Hasil Pertanian angkatan 2009, ada
banyak kisah dibalik kebersamaan kita selama 3 tahun.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulisan Tugas Akhir ini, terimakasih atas semangat, saran dan
dukungannya
Kami menyadari bahwa manusia diciptakan pasti ada kekurangan seperti kata
pepatah ” Tak Ada Gading yang Tak Retak ”, demikian pula dalam penulisan
Tugas Akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan
Tugas Akhir ini. Akhirnya kami berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi kami pada khususnya dan pembaca pada umumnya, selain itu juga dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
PENGENDALIAN MUTU DAN PERENCANAAN KONSEP Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) DALAM PROSES PEMBUATAN TELUR ASIN DI UKM “ANGGA” TALANGREJO
SRAGEN
Estowara Manikam 1
Edhi Nurhartadi 2
Dimas Rahadian 3
ABSTRAK
Untuk mencapai kualitas telur asin yang baik dan sesuai kriteria yang dipersyaratkan, maka dalam setiap tahapan prosesnya perlu dilakukan pengawasan dan
pengendalian, mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi hingga produk siap untuk dipasarkan. Selain itu perlu dilakukan perencanaan suatu konsep HACCP untuk
meminimalisir/meniadakan timbulnya bahaya pada produk tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengendalian mutu dan merencanakan konsep HACCP
pembuatan telur asin di UKM. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi pustaka, dokumentasi dan pendataan.
Evaluasi pengendalian mutu di UKM dilakukan dengan membandingkan pengendalian mutu di UKM dengan persyaratan yang ada, selanjutnya diterapkan pengendalian
mutu untuk perbaikan dengan menetapkan batas kritis, upaya pengendalian dan tindakan koreksi. Pengendalian mutu produk diuji secara fisikokimia keadaan (bau, warna dan
kenampakan) normal, garam 4,279%, cemaran mikroba Salmonella negatif/25 gr dan Staphylococcus aureus < 10/gr, protein 5,159%. Berdasarkan uji fisikokimia diperoleh hasil
uji sesuai SNI 01-4277-1996.
Pengendalian mutu tersebut ditunjang dengan penerapan konsep HACCP, berdasarkan penetapan CCP tahapan proses produksi didapatkan CCP pada proses sortasi,
pencucian I dan II, pemeraman dan perebusan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk menjaga kualitas dan keamanan produk pangan hingga ke tangan konsumen.
Keterangan :
1. Mahasiswa Program Studi DIII Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dosen Pembimbing Utama.
3. Dosen Pembimbing Pendamping.
QUALITY CONTROL AND PLANNING CONCEPTS OF Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) IN PROCESS OF MAKING SALTED EGGS IN UKM “ANGGA” TALANGREJO
SRAGEN
Estowara Manikam 1
Edhi Nurhartadi 2
Dimas Rahadian 3
ABSTRACT
To reach the quality of good salted eggs and according to criteria which qualified, then in every step of its process needs supervision and control, ranging from acceptance
of raw material, production process till the product is ready for marketed. Besides, it requires to be done by planning a concept of HACCP for minimizing and eliminating the
harm to the product. The aim of this research is to evaluate quality control and to plan the concept of HACCP in making salted eggs in UKM. The methods used are interview,
observation, book study, data and documentation.
Evaluation of quality control in UKM carried out by comparing the quality control in UKM with existing requirements, then applied to improve quality control by
establishing critical limits, control measures and corrective actions. Quality control of products tested by the normal physicochemical conditions (odor, color and appearance),
4.279% salt, microbial contamination of 25/gr negative Salmonella and <10/gr Staphylococcus aureus, 5.159% protein. Based on test results obtained by physicochemical testing
according to SNI 01-4277-1996.
The quality control is supported by the application of HACCP concept, based on the determination of CCP. CCP stages of the production obtained in the process of
sorting, first washing and second washing, curing and boiling. These steps aim to keep the quality and safety of food products to the consumer.
Information :
1. Student of Vocation Program Agricultural Technology, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta.
2. Main Counselor lecturer.
3. Companion counselor lecturer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat
mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat
serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Umumnya telur akan
mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2 minggu di ruang terbuka.
Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang nampak dari luar dan kerusakan
yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan pertama berupa
kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain adalah akibat udara dalam isi
telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena
keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih
telur encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula
disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur
masih berada dalam tubuh induknya.
Untuk menjaga agar kualitas telur dapat bertahan lama, diperlukan cara-
cara untuk dapat memperpanjang kualitas telur yaitu dengan cara pengawetan.
Pengawetan telur bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang
daya simpan telur. Prinsip dari pengawetan telur adalah untuk mencegah
penguapan dan kehilangan CO2 dari dalam telur, mencegah pengenceran putih
telur dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Salah satu cara
pengawetan telur yang mudah dilakukan yaitu pengawetan dengan garam atau
dikenal dengan telur asin. Pengasinan merupakan proses penetrasi garam ke
dalam bahan yang diasin dengan cara difusi setelah garam mengion menjadi
Na+ dan Cl-. Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan
pangan dapat mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya
kenaikan tekanan osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba yaitu sel
mengalami dehidrasi atau keluarnya cairan dari sel dan plasmolisis sel terhadap
CO . Penambahan garam juga commit
2
to user oksigen terlarut, menghambat
akan mengurangi
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
kerja enzim, dan menurunkan aktivitas air (Aw atau kandungan air bebas
dalam bahan pangan).
Proses pengasinan yang berhasil dengan baik ditentukan oleh
karakteristik telur asin yang dihasilkan. Sebagian besar telur asin dibuat dari
telur itik. Hal ini disebabkan telur itik mempunyai pori-pori yang besar
sehingga baik untuk telur asin. Semakin lama waktu pengasinan akan semakin
tahan lama. Telur asin yang baik adalah aroma dan rasa yang enak,
mengandung minyak di pinggir dan letak kuning telur di tengah. Terdapat
beberapa bahan sebagai media untuk membuat telur asin antara lain abu gosok,
garam dan batu bata merah. Sejalan dengan hal tersebut, maka produksi telur
asin harus terus berkembang. Perkembangan industri telur asin akan
mendorong perkembangan peternakan itik dan akan berdampak kepada
peningkatan pendapatan para peternak itik yang umumnya merupakan
masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, industri telur asin dapat dijadikan salah
satu usaha yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat
menengah dan bawah serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber
protein mahal seperti daging.
Usaha Kecil Menengah (UKM) Bu Agus adalah UKM yang
memproduksi telur asin dengan merk “Angga” dan beralamat di Jalan Gatot
Subroto RT.03/21 Talangrejo, Sragen Kulon, Sragen 57212. Usaha Kecil
Menengah (UKM) ini mulai memproduksi telur asin sejak tahun 2005 dan
merupakan usaha sampingan keluarga. Dalam satu kali produksi biasanya
biasanya diproduksi 200-250 telur untuk satu kali produksi, jumlah ini dapat
berkurang ataupun bertambah tergantung persediaan telur dari para peternak
telur langganan UKM Bu Agus. Biasanya UKM Bu Agus memproduksi telur
asin setiap 2 hari sekali. Pemasaran telur asin “Angga” selain dijual oleh
pemilik UKM sendiri di warungnya biasanya juga dititipkan di toko-toko di
sekitar Sragen dengan harga 1 butir telur asinnya Rp 2.000,00.
Kualitas produk menurut pandangan produsen adalah memproduksi
produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
perusahaannya. Produk yang commit to user
berkualitas akan memberikan kepuasan bagi
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan judul di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengendalian mutu yang sudah diterapkan pada proses
pembuatan telur asin mulai dari bahan baku, proses produksi dan
produk akhir pada Usaha Kecil Menengah “Angga” ?
2. Bagaimana konsep perencanaan HACCP yang dapat diterapkan pada Usaha
Kecil Menengah “Angga” dalam proses produksi telur asin ?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Pengendalian Mutu
dan Perencanaan Konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
dalam Proses Pembuatan Telur Asin “Angga” ini adalah :
1. Untuk mengevaluasi pengendalian mutu pada proses pembuatan telur asin
mulai dari bahan baku, proses produksi dan produk akhir pada Usaha Kecil
Menengah “Angga”.
2. Untuk merencanakan konsep HACCP pembuatan telur asin pada Usaha
Kecil Menengah “Angga”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telur Asin
Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami,
kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori
telur. Umumnya telur akan mengalami kerusakan setelah disimpan lebih dari 2
minggu di ruang terbuka. Kerusakan tersebut meliputi kerusakan yang nampak
dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah.
Kerusakan pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lain
adalah akibat udara dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik.
Sebab lain adalah karena keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat
berat telur turun serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot.
Kerusakan telur dapat pula disebabkan oleh masuknya mikroba ke dalam telur,
yang terjadi ketika telur masih berada dalam tubuh induknya. Salmonella
merupakan penyebab terjadinya keracunan makanan paling banyak yang
ditularkan melalui telur dan daging. Kontaminasi Salmonella pada telur dapat
berasal dari lingkungan atau terjadi kontaminasi silang pada saat telur disimpan
bersama telur lain yang mengandung Salmonella. Kontaminasi Salmonella
dapat berada pada bagian luar (cangkang telur) maupun pada bagian dalam
telur. Salmonella dapat mengadakan penetrasi ke bagian dalam telur melalui
pori-pori ataupun retakan pada cangkang telur. Salmonella merupakan bakteri
yang berbentuk batang tidak berspora dan pada pewarnaan gram bersifat gram
negatif (Humphrey (2000) dalam Fitri (2007).
Untuk menjaga agar kualitas telur dapat bertahan lama, diperlukan cara-
cara untuk dapat memperpanjang kualitas telur yaitu dengan cara pengawetan.
Pengawetan telur bertujuan untuk memberi nilai tambah dan memperpanjang
daya simpan telur. Prinsip dari pengawetan telur adalah untuk mencegah
penguapan dan kehilangan CO2 dari dalam telur, mencegah pengenceran putih
telur dan mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam telur. Salah satu cara
pengawetan telur yang mudah commit to user
dilakukan yaitu pengawetan dengan garam atau
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
dikenal dengan telur asin (Winarti dkk, 2004). Pada bahan makanan yang
diolah dengan cara diasinkan, seperti telur asin, memungkinkan adanya seleksi
terhadap jenis mikroba yang tumbuh pada bahan makanan tersebut
(Buckle et. al, 1987). Kontaminasi pada telur dapat berasal dari lingkungan.
Bakteri Staphylcoccus aureus yang berada di lingkungan luar akan menempel
pada cangkang telur dan selanjutnya mengadakan penetrasi ke dalam telur
melalui pori-pori pada cangkang telur. Staphylcoccus aureus merupakan
bakteri berbentuk bulat dan tersusun dalam susunan yang bergerombol
menyerupai gambaran buah anggur, bersifat tidak membentuk spora serta pada
pewarnaan gram bersifat gram positif.
Telur asin merupakan telur yang diwetkan dengan cara diasinkan. Telur
yang diasinkan tersebut, selanjutnya dapat dibiarkan /disimpan dalam keadaan
mentah ataupun matang (direbus). Dalam keadaan mentah, telur asin dapat
disimpan selama ± 9 bulan, sedangkan dalam keadaan matang dapat disimpan
selama ± 3 bulan. Telur yang telah diasinkan tersebut, juga nikmat disantap
sebagai telur goreng (mata sapi, dadar) karena rasa asinnya sudah merata. Telur
asin yang berkualitas baik, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Memiliki rasa asin yang cukup (pemeraman selama 7-10 hari).
b. Memiliki kuning telur yang berwarna kemerah-merahan dan terkesan
berpasir (Jawa masir) (Suprapti, 2002).
amis sehingga apabila akan diolah tidak semudah mengolah telur ayam. Kadar
kalsium lebih tinggi pada telur asin dibanding telur itik segar. Penyimpanan
telur asin yang baik adalah pada suhu 12-15 0C dan kelembaban udara 70-80%.
Semakin lama waktu pengasinan akan semakin tahan lama. Telur asin yang
baik adalah aroma dan rasa yang enak, mengandung minyak di pinggir dan
letak kuning telur di tengah. Terdapat beberapa bahan sebagai media untuk
membuat telur asin antara lain abu gosok, garam dan batu bata merah
(Rizqi, 2011). Syarat mutu telur asin sesuai SNI 01-4277-1996 dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Syarat Mutu Telur Asin
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
Bau - normal
Warna - normal
Kenampakan - normal
2. Garam b/b % min. 2,0
3. Cemaran mikroba :
Salmonella koloni/25 gr negatif
Staphylococcus < 10
koloni/gr
aureus
Sumber : SNI 01-4277-1996
3. Air
Air untuk industri pangan memegang peranan penting karena
dapat mempengaruhi mutu makanan yang dihasilkan. Jenis air yang
digunakan berbeda-beda tergantung dari jenis bahan yang diolah. Air
yang digunakan untuk dikonsumsi harus mempunyai syarat-syarat, syarat
mutu air minum sesuai SNI 01-3553-2006 dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Syarat Mutu Air Minum
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
Bau - tidak berbau
Rasa Normal
Warna Unit Pt-Co maks. 5
2. pH - 6,0-8,5
3. Kekeruhan NTU maks. 1,5
4. Zat yang terlarut mg/l maks. 500
5. Zat organik (angka KmnO4) mg/l maks. 1,0
commit to user
6. Total organik karbon mg/l -
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id
D. Pengendalian Mutu
Kualitas produk menurut pandangan produsen adalah memproduksi
produk yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Produk yang berkualitas akan memberikan kepuasan bagi konsumen dan
menghindari banyaknya keluhan para pelanggan setelah menggunakan produk
yang dibelinya. Agar produk yang dihasilkan tersebut mempunyai kualitas
sesuai dengan harapan konsumen maka perusahaan harus melakukan
pengendalian terhadap kualitas dan menghindari banyaknya produk yang cacat
ikut terjual ke pasar. Untuk melakukan pengendalian kualitas produk agar
kerusakan produk yang dihasilkan bisa dikurangi maka perusahaan harus
berusaha melakukan perbaikan secara terus menerus (Dwiwinarno, 2011).
Kegiatan pengendalian mutu mencakup kegiatan menginterpretasikan
dan mengimplementasikan rencana mutu. Rangkaian kegiatan ini terdiri dari
pengujian pada saat sebelum dan sesudah proses produksi yang dimaksudkan
untuk memastikan kesesuaian produk terhadap persyaratan mutu. Mengacu
(Kadarisman, 1999), sesuai dengan standar ISO 9000, maka kegiatan
commit to user
pengendalian memiliki fungsi antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
Menurut (Ermina, 2010) manfaat dari sistem HACCP adalah sebagai berikut :
1. Menjamin keamanan pangan
a. Memproduksi produk pangan yang aman setiap saat.
b. Memberikan bukti sistem produksi dan penanganan produk yang aman.
c. Memberikan rasa percaya diri pada produsen akan jaminan
keamanannya.
d. Memberikan kepuasan pada pelanggan akan konformitasnya terhadap
standar nasional maupun internasional.
2. Mencegah kasus keracunan pangan, sebab dalam penerapan sistem HACCP
bahaya-bahaya dapat diidentifikasi secara dini, termasuk bagaimana
tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangannya.
3. Mencegah/mengurangi terjadinya kerusakan produksi atau ketidakamanan
pangan, yang tidak mudah bila hanya dilakukan pada sistem pengujian akhir
produk saja.
4. Dengan berkembangnya HACCP menjadi standar internasional dan
persyaratan wajib pemerintah, memberikan produk memiliki nilai
kompetitif di pasar global.
5. Memberikan efisiensi manajemen keamanan pangan, karena sistemnya
sistematik dan mudah dipelajari, sehingga dapat diterapkan pada semua
tingkat bisnis pangan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PELAKSANAAN
B. Tahapan Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data secara Langsung
a) Wawancara
Yaitu melaksanakan wawancara secara langsung dengan pekerja yang
berkaitan dengan masing-masing proses mulai dari bahan baku sampai
menjadi produk akhir.
b) Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi dan
kegiatan yang ada di lokasi industri kecil menengah.
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung
a) Studi Pustaka
Yaitu mencari dan mempelajari pustaka mengenai permasalahan-
permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.
b) Dokumentasi dan Pendataan
Yaitu mendokumentasikan dan mencatat data atau hasil-hasil yang ada
pada pelaksanaan kegiatan.
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
CCP
Tindakan koreksi
Tindakan verifikasi
Dokumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.2 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Tidak Ya CCP
Gambar 3.3 Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Tahapan Proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengendalian Mutu
1. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Pengendalian mutu bahan baku dimaksudkan untuk mengevaluasi
sejauh mana pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan di UKM
kemudian dibandingkan dengan persyaratan pengendalian mutu yang telah
ditetapkan untuk selanjutnya dibuat konsep pengendalian mutu untuk
memperbaikinya. Pengendalian dilakukan dengan pengujian secara
organoleptik terhadap masing-masing bahan baku. Uji organoleptik
merupakan pengukuran sifat fisik pangan seperti warna, rasa, aroma,
bentuk, tekstur yang sangat dibutuhkan karena sifat tersebut sangat
mempengaruhi penampilan dan penerimaan produk. Dalam penilaian
organoleptik, indra yang berperan adalah indra penglihatan, penciuman,
pencicipan dan peraba.
a. Telur Itik
Bahan baku terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku
tambahan. Bahan baku utama pada proses pembuatan telur asin “Angga”
di UKM Bu Agus adalah telur itik yang digembalakan. Hasil evaluasi
mutu telur itik mentah yang digunakan dalam proses pembuatan telur
asin “Angga” ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Organoleptik Telur Itik dalam Proses
Pembuatan Telur Asin “Angga”
No. Uji Organoleptik Hasil Uji Persyaratan (Agus, 2001)
1. Keutuhan Utuh dan tidak retak Utuh dan tidak retak
2. Kesegaran Segar dan baru Segar dan baru
3. Kenampakan Warna biru Warna biru
Sumber : Hasil Analisis Organoleptik
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa telur itik mentah (Gambar 4.1)
yang digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan telur asin
telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan menurut Agus, (2001)
commit to user
dimana dalam proses pembuatan telur asin dipilih telur yang utuh dan
23
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
tidak retak dikarenakan selama dalam pemeraman putih telur akan dapat
menerobos keluar sehingga apabila telur yang digunakan adalah telur
yang tidak utuh dan retak akan membuat adonan pemeraman berbau
busuk selanjutnya mempengaruhi kualitas telur asin yang dihasilkan.
Dalam proses pengasinan telur garam masuk ke dalam kuning telur
karena adanya tekanan osmosis, semakin lama telur diasin akan semakin
banyak garam di kuning telur maka air di kuning telur akan semakin
banyak yang keluar ke putih telur sehingga selama dalam pemeraman
putih telur akan dapat menerobos keluar. Pemeriksaan telur yang segar
dan baru dapat dilakukan dengan memasukkan telur-telur tersebut ke
dalam suatu wadah plastik yang telah diisi dengan air, kemudian
mengamati posisi telur-telur tersebut di dalam air. Telur yang melayang,
harus segera dipisahkan dikarenakan telur yang melayang menunjukkan
bahwa telur mulai mengalami penurunan kualitas (udara dalam isi telur
keluar, keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun
serta putih telur encer sehingga kesegaran telur merosot), semakin
mendekati permukaan menunjukkan bahwa tingkat kerusakannya
semakin tinggi. Sedangkan telur yang tenggelam hingga menyentuh dasar
wadah menunjukkan bahwa kondisi telur masih sangat bagus (masih
baru).
Untuk menghasilkan telur asin yang baik, telur itik yang
digembalakan lebih baik daripada telur itik yang dihasilkan dari
peternakan intensif yang menggunakan konsentrat atau pakan jadi, akan
tetapi apabila beberapa peternakan intensif tersebut menggunakan pakan
organik dan alami akan dihasilkan telur asin yang baik seperti telur itik
yang digembalakan. Perbedaan yang mencolok dapat dilihat dari kuning
telurnya, telur itik peternakan intensif dengan pakan konsentrat atau
pakan jadi akan menyebabkan kuning telurnya kelihatan pucat dan tidak
menarik. Sementara telur itik yang digembalakan atau peternakan intensif
menggunakan pakan organik dan alami sangat jauh bedanya, dihasilkan
commit to user
kuning tua yang mencolok.
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa garam (Gambar 4.2) yang
digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam dalam proses pembuatan
telur asin telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan menurut
Burhanuddin, (2001) dimana dalam proses pembuatan telur asin dipilih
garam yang memiliki kemampuan mudah menyerap air dikarenakan
garam yang mudah menyerap air akan lebih mudah larut apabila akan
dibuat adonan dengan menggunakan air, serbuk batu bata merah, pasir
dan abu gosok, garam juga dipilih yang berwarna putih bersih dan
memiliki rasa asin dikarenakan dalam proses pembuatan telur asin ini
garam berfungsi sebagai pencipta rasa yang khas dan sebagai pengawet.
Asin tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada kadar
commit to user
garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin awet
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin. Garam yang
digunakan sebagai bahan baku tambahan dalam proses pembuatan telur
asin “Angga” ini juga telah memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2000
(Tabel 4.3).
Pengendalian mutu bahan baku tambahan garam adalah dengan
memilih garam yang berkualitas baik (mudah menyerap air, berwarna
putih dan berasa asin). Selain dilakukan sortasi juga dilakukan pemilihan
garam yang terkemas dengan baik dan proses penyimpanan bahan baku
pada suhu ruang (tidak lembab) dalam jangka waktu yang lama agar
tidak ada benda asing (kotoran, debu, kerikil, pasir, plastik). Apabila
terjadi penyimpangan pada garam yang akan digunakan mengganti
dengan yang baru.
sumur. Syarat air yang baik adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa dan bebas dari kotoran. Hasil evaluasi mutu air yang
digunakan dalam proses pembuatan telur asin “Angga” ditunjukkan pada
Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Organoleptik Air dalam Proses Pembuatan
Telur Asin “Angga”
Persyaratan (SNI-01-
No. Uji Organoleptik Hasil Uji
3553-2006)
1. Warna Tidak berwarna Maks. 5
2. Bau Tidak berbau Tidak berbau
3. Rasa Normal Normal
Sumber : Hasil Analisis Organoleptik
Pencucian I Kotoran
Garam, air,
serbuk batu
bata merah, Pemeraman selama 15 hari
pasir dan abu
gosok Pencucian II Adonan pemeraman
Pelabelan
Telur asin
Proses pembuatan telur asin di UKM telur asin “Angga” Bu Agus dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Sortasi
Dalam proses pembuatan telur asin “Angga” di UKM Bu Agus ini
biasanya diproduksi 200-250 telur untuk satu kali produksi, jumlah ini
dapat berkurang ataupun bertambah tergantung persediaan telur dari para
peternak telur langganan UKM Bu Agus. Biasanya UKM Bu Agus
memproduksi telur asin setiap 2 hari sekali. Telur yang digunakan dalam
proses pembuatan telur asin “Angga” di UKM Bu Agus adalah telur itik
yang digembalakan. Untuk menghasilkan telur asin yang baik, telur itik
yang digembalakan lebih baik daripada telur itik yang dihasilkan dari
peternakan intensif yang menggunakan konsentrat atau pakan jadi, akan
commit to user
tetapi apabila beberapa peternakan intensif tersebut menggunakan pakan
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
organik dan alami akan dihasilkan telur asin yang baik seperti telur itik
yang digembalakan. Perbedaan yang mencolok dapat dilihat dari kuning
telurnya, telur itik peternakan intensif dengan pakan konsentrat atau
pakan jadi akan menyebabkan kuning telurnya kelihatan pucat dan tidak
menarik. Sementara telur itik yang digembalakan atau peternakan intensif
menggunakan pakan organik dan alami sangat jauh bedanya, dihasilkan
kuning tua yang mencolok.
Untuk mengetahui secara pasti kondisi telur yang akan diasinkan,
maka perlu dilakukan pemeriksaan sekaligus proses sortasi (Gambar
4.5). Pemeriksaan telur meliputi telur yang segar dan baru, kenampakan
warna cangkang telur biru, kulit telur yang utuh dan tidak retak hal ini
dikarenakan selama dalam pemeraman putih telur akan dapat menerobos
keluar sehingga apabila telur yang digunakan adalah telur yang tidak
utuh dan retak akan membuat adonan pemeraman berbau busuk
selanjutnya mempengaruhi kualitas telur asin yang dihasilkan. Dalam
proses pengasinan telur garam masuk ke dalam kuning telur karena
adanya tekanan osmosis, semakin lama telur diasin akan semakin banyak
garam di kuning telur maka air di kuning telur akan semakin banyak
yang keluar ke putih telur sehingga selama dalam pemeraman putih telur
akan dapat menerobos keluar. Pemeriksaan telur yang segar dan baru
dapat dilakukan dengan memasukkan telur-telur tersebut ke dalam suatu
wadah plastik yang telah diisi dengan air, kemudian mengamati posisi
telur-telur tersebut di dalam air. Telur yang melayang, harus segera
dipisahkan dikarenakan telur yang melayang menunjukkan bahwa telur
mulai mengalami penurunan kualitas (udara dalam isi telur keluar, letak
kuning telur sudah tidak berada di tengah dan keluarnya uap air dari
dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur encer
sehingga kesegaran telur merosot), semakin mendekati permukaan
menunjukkan bahwa tingkat kerusakannya semakin tinggi. Sedangkan
telur yang tenggelam hingga menyentuh dasar wadah menunjukkan
commit
bahwa kondisi telur masih to bagus
sangat user (masih baru). Sedangkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
mengetahui secara pasti kondisi garam, air, serbuk batu bata merah, pasir
dan abu gosok yang akan digunakan dilakukan pemeriksaan sekaligus
pemilihan (sortasi) secara visual dan organoleptik. Faktor yang perlu
dikendalikan dalam proses sortasi ini adalah spesifikasi telur, garam, air,
serbuk batu bata merah, pasir dan abu gosok berkualitas baik yang akan
digunakan dalam proses pembuatan telur asin.
2. Pencucian I
Telur-telur yang telah disortasi tersebut, kemudian dimasukkan ke
dalam ember bersih yang telah diisi dengan air bersih dan dibiarkan
terendam beberapa saat sehingga kotorannya akan lebih mudah
dibersihkan kemudian dilakukan proses pencucian (Gambar 4.6) dengan
cara diamplas perlahan-lahan dengan menggunakan amplas air halus
untuk membuka pori-pori telur sehingga akan memudahkan proses
pengasinan telur. Selanjutnya telur dibilas dengan air bersih kembali
dengan ember bersih yang kedua yang telah diisi dengan air bersih
hingga telur benar-benar bersih, biasanya pembilasan ini dilakukan
sebanyak 2 kali selanjutnya ditiriskan. Dalam proses pencucian ini, air
bersih yang digunakan adalah air bersih dari sumur. Hal ini sangat perlu
dilakukan karena karena telur itu dikeluarkan oleh hewan melalui lubang
kloaka yang bercampur dengan kotoran hewan yang bersangkutan.
Faktor yang perlu dikendalikan dalam proses pencucian ini adalah
spesifikasi air berkualitascommit to user
baik untuk pencucian, kekuatan pengamplasan
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
yang cukup dan kebersihan telur setelah pencucian yang akan digunakan
dalam proses pembuatan telur asin.
3. Pemeraman
Pertama-tama membuat adonan dari serbuk batu bata merah, pasir,
abu gosok, garam dapur beryodium dan air dengan perbandingan 10 kg
serbuk batu bata merah, 2 kg pasir, 1 kg abu gosok, 5 kg garam dapur
beryodium dan 2 liter air. Selanjutnya adonan tersebut dituangkan dalam
ember bersih yang akan digunakan untuk melakukan proses pemeraman
telur (Gambar 4.7). Selanjutnya 200-250 telur yang telah ditiriskan
diletakkan di dalamnya dan kembali dituangi adonan tersebut hingga
menutupi seluruh telur yang telah ditata. Biasanya di dalam 1 ember
bersih terdapat 3 lapisan adonan dan telur, bagian paling bawah adonan,
kemudian telur, adonan kembali, selanjutnya telur, dan adonan kembali.
Untuk menghindari retak atau pecahnya telur dalam proses pemeraman,
diusahakan sebelum telur-telur dimasukkan, wadah atau bak perendaman
ditempatkan terlebih dahulu di tempat yang aman dan rata. Ember tempat
telur tersebut kemudian ditutupi dengan ember kembali untuk
menghindari bahaya fisik benda asing (kotoran, debu, kerikil dan pasir)
dan bahaya biologi (bakteri Salmonella dan Staphylococcus aureus) dari
lingkungan dan diperam selama 15 hari. Setiap ember diberi tanggal agar
telur tepat diperam selama 15 hari dikarenakan apabila kurang dari 15
commit tidak
hari telur asin yang dihasilkan to user
akan memiliki warna kuning telur
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
a. b. c.
Gambar 4.7. Proses Pemeraman
Keterangan : a. Telur Diperam Pada Lapisan Pertama
b. Telur Diperam Pada Lapisan Kedua
c. Telur Diperam Pada Lapisan Ketiga
4. Pencucian II
Telur-telur setelah pemeraman tersebut kemudian dibongkar dan
dimasukkan ke dalam ember bersih yang telah diisi dengan air bersih
commit to user
untuk memudahkan pembersihan adonan yang masih menempel pada
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
a. b.
Gambar 4.8. Proses Pencucian II
Keterangan : a. Telur Setelah Proses Pemeraman
b. Proses Pencucian II
5. Perebusan
Telur asin mentah yang telah dicuci tersebut kemudian diletakkan dan
dilakukan proses perebusan (Gambar 4.9) dalam panci yang telah diisi
dengan ± 6 liter air bersih hingga merendam seluruh telur selama ± 3 jam
atau hingga air yang digunakan untuk merebus tersebut hampir habis
dengan api besar. Pada saat proses perebusan ini harus selalu dipantau
dikarenakan apabila air yang digunakan untuk merebus hingga benar-
commit to user
benar habis dapat mengakibatkan telur menjadi retak dan gosong. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
mencegah retak atau pecahnya telur dalam proses perebusan ini, dapat
dilakukan cara perebusan yang aman yaitu sebagai berikut telur
dimasukkan ke dalam panci perebus yang telah diisi dengan air
secukupnya, kemudian dipanaskan dengan api kecil. Air perebus
diusahakan agar menjadi panas namun tidak mendidih (±30 menit). Hal
ini bertujuan untuk memberikan kesempatan putih telur menjadi matang
atau mengental. Selanjutnya, api dapat dibesarkan hingga air mendidih.
Sehingga benturan-benturan yang terjadi selama perebusan, tidak akan
menyebabkan retak atau pecahnya telur-telur tersebut. Telur asin matang
kemudian ditiriskan. Faktor yang perlu dikendalikan dalam proses
perebusan ini adalah spesifikasi air yang berkualitas baik sesuai
persyaratan sebagai air minum yang akan digunakan untuk melakukan
proses perebusan, suhu perebusan hingga mencapai 1000 C (mendidih)
dan waktu perebusan hingga air hampir habis (jumlah air setinggi
setengah dari telur yang direbus pada telur paling bawah) .
a. b.
Gambar 4.9. Proses Perebusan
Keterangan : a. Telur Setelah Proses Pencucian II
b. Proses Perebusan
6. Penirisan
Telur asin matang kemudian dilakukan proses penirisan (Gambar
4.10) dan didinginkan selama ± 1 jam terlebih dahulu sebelum dilakukan
proses pelabelan. Faktor yang perlu dikendalikan dalam proses penirisan
commit to user
ini adalah proses penirisan hingga telur benar-benar kering (tidak ada
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
sisa-sisa air) dan pada saat penirisan hendaklah bahan yang digunakan
dalam proses penirisan adalah bahan yang berkualitas baik dikarenakan
produk yang akan ditiriskan masih dalam keadaan panas dan bersih
karena untuk menghindari bahaya fisik benda asing (kotoran, debu).
a. b.
Gambar 4.10. Proses Penirisan
Keterangan : a. Telur Setelah Proses Perebusan
b. Proses Penirisan
7. Pelabelan
Setelah dilakukan proses penirisan dan pendinginan, telur asin
matang kemudian dilap dengan menggunakan kain lap kering dan bersih
untuk selanjutnya dilakukan proses pelabelan (Gambar 4.11) dengan
menggunakan cap dan siap untuk dipasarkan. Faktor yang perlu
dikendalikan dalam proses pelabelan ini adalah pada saat dilakukan
pelabelan hendaklah menunggu hingga telur dingin, kekuatan pelabelan
yang cukup serta menggunakan tinta cap yang berkualitas baik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
a. b. c.
Gambar 4.11. Proses Pelabelan
Keterangan : a. Telur Setelah Proses Penirisan
b. Proses Pelabelan
c. Label Telur
bahan baku utama dan bahan pembantu apa saja yang digunakan pada
pembuatan telur asin. Proses pengolahan, kemasan, umur simpan, saran
penyimpanan, populasi sensitif, dan cara penggunaan.
Tabel 4.6. Deskripsi Produk.
Produk Telur Asin
Bahan Baku Utama Telur itik yang digembalakan
Bahan Baku Garam, air, serbuk batu bata merah, pasir dan
Tambahan abu gosok
Proses Pengolahan Sortasi, pencucian I, pemeraman, pencucian
II, perebusan, penirisan dan pelabelan
Kemasan Kemasan plastik
Umur Simpan ± 7 hari
Saran Penyimpanan Sebaiknya tidak disimpan di dalam kulkas
Populasi Sensitif Tidak ada, dapat digunakan untuk konsumsi
secara umum
Cara Penggunaan Dikonsumsi secara langsung
b. Analisis Bahaya
Setelah mengetahui deskripsi produk dari telur asin, kemudian
dilakukan prinsip-prinsip HACCP yaitu prinsip 2 menentukan titik atau
tahap prosedur operasional yang dapat dikendalikan untuk menghilangkan
bahaya atau mengurangi kemungkinan terjadi bahaya tersebut
(Thaheer, 2005). Analisis bahaya dilakukan dengan cara mengidentifikasi
semua bahaya yang mungkin terdapat dalam bahan baku dan tahapan proses
produksi telur asin. Analisis bahaya pada bahan baku dan tahapan proses ini
menggunakan pohon keputusan (CCP decision tree). Pada bahan baku
maupun pada tahapan proses produksi dapat mengandung bahaya baik
secara fisik, kimia maupun biologi. Dari bahan baku yang digunakan
maupun proses produksi yang dilakukan kemudian dilakukan tindakan
mengendalikan bahaya maupun mengeliminasi bahaya-bahaya tersebut.
Analisis bahaya bahan baku beserta penyebab bahaya dan tindakan
pengendaliannya ditunjukkan pada Tabel 4.7.
commit to user
45
45
46
46
47
47
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
telur yang utuh dan tidak retak sehingga tidak memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang antara telur satu dengan yang lainnya ataupun antara
telur dengan lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan.
Bahan baku tambahan yang pertama adalah garam, garam dapat
mengandung bahaya fisik berupa warna tidak putih bersih, benda asing
(kotoran, debu, plastik), bahaya kimia berupa tinta yang ada pada plastik di
kemasan yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana
pengolahan kurang optimal, kesalahan penyimpanan dan bahan kemas yang
digunakan tidak sesuai Hal ini apabila tidak dilakukan tindakan
pengendalian akan mempengaruhi kualitas produk akhir telur asin yang
diproduksi. Sebagai tindakan pengendalian dilakukan proses sanitasi
lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan dioptimalkan selanjutnya proses
sortasi secara manual dengan menggunakan garam yang berkualitas baik
berwarna putih bersih, sedikit/tidak ada benda asing (kotoran, debu, kerikil,
plastik) dan terkemas dengan baik. Kemudian proses penyimpanan bahan
baku pada suhu ruang (tidak lembab) dalam jangka waktu yang lama dan
apabila terjadi penyimpangan, mengganti garam yang akan digunakan
dengan garam yang baru.
Bahan baku tambahan yang kedua adalah air, air dapat mengandung
bahaya fisik berupa warna yang tidak jernih dan terdapat benda asing
(kotoran, debu, kerikil, pasir), bahaya kimia berupa kapur dan bahaya
biologi berupa E. coli dan Coliform yang disebabkan oleh sanitasi
lingkungan pada saat proses produksi kurang optimal. Hal ini apabila tidak
dilakukan tindakan pengendalian akan mempengaruhi kualitas produk akhir
telur asin yang diproduksi. Sebagai tindakan pengendalian dilakukan proses
sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan dioptimalkan
selanjutnya pemilihan pada saat air akan digunakan dalam proses produksi
meliputi penggunaan air yang jernih (tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau dan tidak mengandung benda asing (debu, kerikil, pasir)) sesuai
dengan syarat air minum serta melakukan penyaringan dan pengendapan
commitproduksi.
sebelum digunakan untuk proses to user Apabila terjadi penyimpangan
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
mengganti air yang akan digunakan dengan air yang baru dan pada saat
tahapan proses produksi (perebusan), perebusan dilakukan hingga air benar-
benar mendidih.
Bahan baku tambahan yang ketiga adalah serbuk batu bata merah,
pasir dan abu gosok. Serbuk batu bata merah, pasir dan abu gosok dapat
mengandung bahaya fisik berupa benda asing (kotoran, debu, kerikil, pasir)
yang disebabkan oleh sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan
kurang optimal serta kesalahan penyimpanan. Hal ini apabila tidak
dilakukan tindakan pengendalian akan mempengaruhi kualitas produk akhir
telur asin yang diproduksi. Sebagai tindakan pengendalian dilakukan proses
sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan dioptimalkan
selanjutnya proses sortasi secara manual dengan melakukan penyaringan
dan pengayakan serta proses penyimpanan bahan baku pada suhu ruang
(tidak lembab) dalam jangka waktu yang lama.
Selanjutnya pada tahapan proses produksi, dalam tahapan proses
produksi yang akan dilakukan hendaklah tahapan proses produksi yang
tidak menimbulkan bahaya baik secara fisik, kimia maupun biologi
dikarenakan apabila pada tahapan proses produksi terdapat bahaya akan
mempengaruhi kualitas produk akhir dan kesehatan konsumen. Dalam
analisis bahaya tahapan proses produksi (Tabel 4.8) juga dilakukan
identifikasi bahaya, penyebab bahaya serta tindakan pengendalian seperti
halnya pada analisis bahaya bahan baku (Tabel 4.7). Pada Tabel 4.8 dapat
dilihat bahwa tahapan proses produksi yang dilakukan dalam proses
pembuatan telur asin adalah sortasi, pencucian I, pemeraman, pencucian II,
perebusan, penirisan dan pelabelan.
commit to user
51
51
52
52
53
53
54
54
55
Kimia : - - - - - -
Biologi : bakteri E. - Sanitasi T T T - Sanitasi lingkungan, pekerja dan
coli, Coliform lingkungan, sarana pengolahan dioptimalkan.
Salmonella sp. dan pekerja dan - Pada saat tahapan proses produksi
Staphylococcus sarana perebusan memperhatikan suhu
aureus. pengolahan dan waktu perebusan, hingga air
kurang optimal. benar-benar mendidih.
- Air tidak - Proses sortasi telur secara manual
mendidih. dengan menyortasi telur yang
utuh dan tidak retak sehingga
tidak memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang antara telur
satu dengan yang lainnya ataupun
antara telur dengan lingkungan,
pekerja dan sarana pengolahan.
- Apabila terjadi penyimpangan,
mengganti bahan baku yang akan
digunakan dengan bahan baku
55
56
yang baru.
6. Penirisan Fisik : benda asing - Sanitasi R R S - Proses sanitasi lingkungan,
(kotoran, debu) dan lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan
sisa-sisa air pekerja dan sarana dioptimalkan.
perebusan. pengolahan - Proses sortasi secara manual lebih
kurang optimal. diperketat dengan pengelapan
- Proses sortasi menggunakan kain lap yang
kurang optimal. bersih dan kering.
- Proses penirisan menggunakan
bahan yang berkualitas baik
dikarenakan produk yang akan
ditiriskan masih dalam keadaan
panas.
Kimia : - - - - -
Biologi : - - - - - -
7. Pelabelan Fisik : benda asing - Sanitasi R R S - Proses sanitasi lingkungan,
(kotoran, debu). lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan
pekerja dan sarana dioptimalkan.
pengolahan - Proses sortasi secara manual lebih
kurang optimal. diperketat dengan pengelapan
- Proses sortasi menggunakan kain lap yang
kurang optimal. bersih dan kering.
Kimia : tinta yang S R R - Proses pelabelan dengan
digunakan untuk menggunakan tinta yang
melakukan berkualitas baik dan menunggu
pelabelan. hingga telur asin benar-benar
dingin terlebih dahulu.
Biologi : - - - - - -
56
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Apabila dilihat dari tingkat dan jenis bahaya yang timbul ada beberapa
tahapan proses yang perlu mendapat perhatian untuk tindakan CCP-nya.
Penentuan penetapan CCP tahapan proses produksi ditunjukkan pada Tabel
4.10.
commit to user
58
58
59
59
60
3. Pemeraman Fisik : benda asing - Lingkungan, - Sanitasi - Sanitasi - Kondisi Pengecekan Setiap proses - Sanitasi lingkungan,
Biologi : bakteri pekerja dan lingkungan, lingkungan, lingkungan, jumlah dan pemeraman pekerja dan sarana
Salmonella dan sarana pekerja dan pekerja dan pekerja dan kondisi garam. berlangsung. pengolahan dioptimalkan.
Staphylococcus pengolahan. sarana sarana sarana - Pengecekan kembali
aureus. - Jumlah dan pengolahan pengolahan pengolahan. jumlah dan kondisi garam
kondisi garam kurang optimal. optimal. - Jumlah dan yang akan digunakan
yang akan - Jumlah dan - Jumlah dan kondisi garam dalam proses pemeraman,
digunakan kondisi garam kondisi garam yang akan apabila terjadi
dalam proses yang kurang yang sesuai. digunakan penyimpangan mengganti
60
61
61
perpustakaan.uns.ac.id 62
digilib.uns.ac.id
c. Proses pemeraman
Proses pemeraman merupakan proses pada produk yang berkaitan
dengan umur simpan produk akhir. Proses pemeraman menggunakan
garam, dari garam inilah dimungkinkan terjadinya kontaminasi
dikarenakan apabila sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan
kurang optimal dapat mengkontaminasi garam yang akan digunakan.
Jumlah dan kondisi garam yang akan digunakan apabila kurang sesuai
juga mampu membuat bakteri Salmonella dan Staphylococcus aureus
yang ada di dalam telur itik yang digembalakan menjadi tidak inaktif
sehingga mampu mengkontaminasi produk akhir. Pertumbuhan bakteri
ini akan mengganggu kesehatan konsumen sehingga proses ini dianggap
sebagai CCP.
Tindakan pemantauan dilakukan pada sanitasi lingkungan, pekerja
dan sarana pengolahan serta jumlah dan kondisi garam yang akan
digunakan dalam proses pemeraman. Pemantauan dilakukan pada setiap
proses pemeraman berlangsung dengan cara mengoptimalkan sanitasi
lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan serta mengecek jumlah dan
kondisi garam yang akan digunakan dalam proses pemeraman. Nilai
target yang ingin dicapai dalam proses ini adalah sanitasi lingkungan,
pekerja dan sarana pengolahan yang optimal serta jumlah dan kondisi
garam yang sesuai. Apabila terjadi penyimpangan yang melewati batas
kritis, tindakan koreksi yang dapat dilakukan adalah mengoptimalkan
sanitasi lingkungan, pekerja dan sarana pengolahan, pengecekan kembali
jumlah dan kondisi garam yang akan digunakan dalam proses
pemeraman, apabila terjadi penyimpangan mengganti garam yang akan
digunakan.
d. Proses perebusan
Sama halnya dengan proses pemeraman, proses perebusan
merupakan proses pada produk yang berkaitan dengan umur simpan
produk akhir. Proses perebusan menggunakan air, dari air inilah dapat
dimungkinkan terjadinyacommit to user dikarenakan apabila sanitasi
kontaminasi
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Pengendalian Mutu dan Perencanaan Konsep
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dalam Proses Pembuatan
Telur Asin “Angga”, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pembuatan telur asin “Angga” di UKM Bu Agus melalui beberapa
tahapan proses. Tahapan proses tersebut meliputi sortasi, pencucian,
pemeraman, pencucian, perebusan, penirisan dan pelabelan. Pengendalian
mutu (evaluasi mutu) pada proses pembuatan telur asin “Angga” di UKM
Bu Agus meliputi pengendalian mutu bahan baku yang digunakan,
pengendalian mutu setiap tahapan proses produksi dan pengendalian mutu
produk akhir didapatkan hasil analisis uji yang dilakukan telah sesuai
dengan standar.
2. Ada empat tahapan proses pembuatan telur asin yang dianggap sebagai CCP
yaitu proses sortasi, pencucian, pemeraman dan perebusan. Hal ini
dikarenakan bahaya yang terdapat pada ketiga proses tersebut tidak dapat
dikendalikan pada tahap berikutnya. Semua tindakan CCP yang dilakukan
terangkum dalam rencana HACCP.
B. Saran
Proses produksi yang dilakukan telur asin “Angga” di UKM Bu Agus Jl.
Gatot Subroto RT. 03/RW.21 Talangrejo, Sragen Kulon, Sragen 57212 telah
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan SNI 01-4277-1996. Untuk tetap
menjaga kualitas telur asin yang dihasilkan dan mencegah timbulnya bahaya
yang dapat membahayakan konsumen, saran yang dapat diberikan meliputi :
1. Pengendalian proses produksi dengan pemastian alat, bahan, pekerja, dan
tempat pengolahan dalam kondisi bersih sebelum dilakukan untuk produksi.
2. Konsep HACCP yang telah dibuat hendaklah diterapkan pada setiap proses
commit
produksi pembuatan telur asin to user
“Angga”.
66