Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Rafi Irsyad

NPM 180910190038
Tugas Human Interest

Cinta Jono & Nengsih, Manifestasi Romansa Tidak Hanya Milik Layar Kaca

Pagi itu sirine berkumandang kuat dan lantang pada jalan protokol Sudirman. Pukul 04.00 pagi
buta, tergeletak Jasad seorang penjual kopi keliling paruh baya dengan kondisi mengenaskan
didalam drainase tepi Jalan Kendal. Jono (40 tahun), yang dikenal sebagai pedagang asongan kopi
keliling yang ramah atau dikenal dengan sebutan ‘starling’ (Starbucks keliling) tewas
mengenaskan menjadi rona kelam jelang terbitnya fajar. Berbagai pejalan kaki terperanjat dan
kabur menjauhi tempat kejadian perkara, serta para pekerja yang mengumpat adanya kemacetan
yang menghambat jalur mereka menuju ke kantor. Pagi itu, Jono tidak hanya seorang paruh baya
yang malang tertabrak pengemudi mobil merah yang tidak bertanggung jawab , serta pria yang
jenazahnya perlu dievakuasi segera agar tidak menyebabkan kemacetan lanjutan pada hiruk
pikuknya ibu kota. Namun , dirinya memiliki peran yang lebih bak ksatria yang menghidupi
keluarganya dengan rasa cinta.

Jono hidup dengan cukup sulit di tepi Stasiun Manggarai bersama keluarga kecilnya dalam sepetak
kontrakan 4x5 meter, bersama kedua anaknya, Ramzi (5 tahun) dan Tari (3 tahun). Dalam seluruh
kesederhanaan yang tampak, mereka hidup berbahagia dengan apa yang mereka syukuri. Ningsih
merupakan istri dari Jono yang selalu menanggalkan harapan rezeki pada tuhan melalui peroleh
Jono dan mencontohkan pedoman Ibu yang baik dengan sehari-hari menjadi ibu rumah tangga
bagi anak-anaknya. Pertemuan Jono dan Nengsih berawal dari kebetulan yang tidak direncanakan.

Jono memiliki kerabat dekat bernama Bawono yang setiap hari menjadi rekan sejoli Jono dalam
bercengkerama. Bawono memiliki adik bernama Ningsih yang anggun dan cantik jelita yang selalu
menghormati tamu dengan menyajikan gugus hidangan yang baik. Tidak jarang Jono mencuri
pandangan memperhatikan wajah cantik Ningsih. Jono menjadi terbuka dan kerap kali mereka
berinteraksi dan bercanda ria diiringi oleh benih cinta yang timbul dari Jono. Setelah lama
memendam rasa, Jono mengutarakan perasaanya pada Nengsih dan meminta restu kepada Bawono
untuk menjadikan Nengsih sebagai Pacar Jono.

Genap enam bulan Jono berpacaran dengan Nengsih, Jono menyatakan keseriusannya pada orang
tua Nengsih. Awalnya orang tua Nengsih menolak karena perbedaan umur yang cukup jauh dan
Nengsih yang masih begitu belia. Namun Nengsih memberikan keyakinan pada hati orang tuanya
untuk memberikan restu yang ditunggu Jono dalam meminang Nengsih. Mereka memutuskan
untuk naik ke pelaminan dan memformalkan hubungan mereka sebagai suami istri. Jono orang
yang cukup visioner dan realis. Jono membawa alat – alat fungsiona sebagai seserahan karena
menurut Jono tidak perlu simbol afirmasi bergelimang harta, tapi yang dibutuhkan untuk
membangun keluarga kecilnya nanti.

Keluarga yang telah dibangunnya selama lima tahun, kini diterpa musibah yang mengharukan.
Jono pergi untuk selamanya, dan meninggalkan istrinya yang baik hati dan anaknya yang periang.
Nengsih dengan badan yang terkulai lemas memandangi foto pernikahan mereka yang kini hanya
menjadi memoar belaka. Ia teringat dengan kata – kata Jono yang membuat dirinya tersentuh,
“Saya hitam, kamu manis. Cocok, nanti anak kita hitam manis” . Kini Nengsih harus tegar merawat
anak mereka dan tegar menghadapi kenyataan untuk beralih dari Jakarta dan meninggalkan
kenangan di ibu kota.

Anda mungkin juga menyukai