Anda di halaman 1dari 19

Makalah Keamanan Sekolah

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa
dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolahnya bebas dari
rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif.

Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas,
halaman). Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu
menyangkut atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional sekolah
juga harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau iklim sekolah
ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga sekolah, rasa
saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan faktor-faktor
tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan
sikap warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam menciptakan
dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat, efektif dan
pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin akan tercapai bila semua warga sekolah:
1. mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada pencegahan
2. membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan azas
persamaan dan inklusi.
3. mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten prilaku yang diharapkan.
4. mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab yang
memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan hak asasi
manusia.
6. bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah
keamanan yang penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa yang lebih
lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan intervensi
untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan dan
mengembalikan rasa percaya diri.
9. berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang
mempromosikan keamanan sekolah.
10. memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan peningkatan keamanan
sekolah.
11. memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang pencapaian
sekolah yang aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan.
1.2       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apakah interaksi antar warga sekolah dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban di
sekolah?
2.      Apakah sikap dan perilaku antar warga sekolah dapat meningkatkan keamanan dan
ketertiban di sekolah ?
3.      Apakah peran guru dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban di sekolah ?

1.3       Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui interaksi antar warga sekolah dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban di sekolah.
2.      Untuk mengetahui sikap dan perilaku antar warga sekolah dapat meningkatkan keamanan dan
ketertiban di sekolah.
3.      Untuk mengetahui peran guru dapat meningkatkan keamanan dan ketertiban di sekolah.

1.4              Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah memberi manfaat pada siswa agar
menjaga keamanan dan ketertiban nya di sekolah maupun di luar sekolah dan memberikan
sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar peraturan di sekolah dan tata tertib yang
berlaku di sekolah serta mengganggu keamanan saat proses KBM berlangsung

BAB II
ISI
1.      APA ITU SEKOLAH AMAN
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa dapat
mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolahnya bebas dari
rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif.
Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas,
halaman) sekolah yang bersih dan aman.
Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu menyangkut
atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional sekolah juga harus
diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau iklim sekolah ini
adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga sekolah, rasa
saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila keadaan faktor-faktor
tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan sikap
warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah. Pada
sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan cepat,
efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin akan tercapai bila semua warga sekolah:
1. mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada pencegahan
2. membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan
azas persamaan dan inklusi.
3. mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten prilaku yang diharapkan.
4. mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab
yang memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
5. memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan hak
asasi manusia.
6. bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah
keamanan yang penting.
7. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa
yang lebih lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai ketakutan
lainnya.
8. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan
intervensi untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat hubungan dan
mengembalikan rasa percaya diri.
9. berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang
mempromosikan keamanan sekolah.
10. memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan peningkatan
keamanan sekolah.
11. memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang pencapaian
sekolah yang aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-hal yang masih perlu untuk
ditingkatkan.
2.      Mengapa perlu sekolah yang aman, nyaman dan disiplin
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin ini perlu diciptakan, agar anak dapat belajar tidak
hanya keterampilan akademik akan tetapi juga melatih siswa untuk mencapai hal-hal non-
akademik yang juga sangat penting bagi kehidupan, yaitu:
a.        Mencegah kekerasan di sekolah
Melatih siswa mengenai bagaimana cara memecahkan masalah dengan cara tidak melakukan
kekerasan merupakan langkah awal untuk membangun masyarakat yang mencintai
perdamaian.
1. Mengembangkan keterampilan intelegensi emosional siswa. Keterampilan ini sangat
penting sekali dimiliki oleh siswa karena sangat mempengaruhi kesuksesan hidup siswa di
masa datang. Apabila siswa mempunyai kemampuan akademik yang tinggi tetapi mempunyai
intelegensi emosi yang rendah maka hal tersebut tidak akan berguna. Intelegensi emosi atau
keterampilan intrapersonal dan interpersonal ini meliputi keterampilan:
1. mengembangkan empati
2. bekerja sama
3. membangun konsensus
4. sensitif terhadap perasaan teman
5. mengontrol impulsif dan rasa marah
6. menenangkan diri
7. mengembangkan sikap positif
        i.            Intelegensi emosi yang rendah akan menyebabkan:

a.       putus sekolah
2. agresif
3. penggunaan obat terlarang
4. ketidakteraturan hidup
5. kehamilan muda
6. kesehatan rendah
7. kekerasan dan kriminalitas
8. mengalami masalah dalam pekerjaan
2. Menguatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan:
2. keterampilan mendengarkan dan berkomunikasi
3. kemampuan menyesuaikan diri
4. berfikir kreatif
5. memecahkan masalah
6. menetapkan tujuan
7. mengelola waktu
8. keterampilan mengembangkan kualitas pribadi: mengatur waktu, jujur,
bertanggung jawab, bersosialisasi.
3 Ciri-ciri sekolah yang aman, nyaman dan disiplin
a. Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai
berikut. Lingkungan fisik sekolah aman dan nyaman (gedung sekolah, kelas, laboratorium,
peralatan, halaman)
b. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai.
c. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
d. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik.
e. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling pengertian
f. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan.
g. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportive thd siswa
h. Adanya program penyembuhan/terapi
i. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf sekolah
j. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan masyarakat.

4. Cara mewujudkan sekolah yang aman, nyaman dan disiplin


4.1. meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah
Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama sekolah
harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu masyarakat sekitar
sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah komite sekolah dan siswa. Dengan melibatkan
semua fihak diharapkan komite dapat memperjatam pemahaman dan kesepakatan tentang apa
yang perlu dilakukan. Melibatkan keahlian yang terdapat di masyarakat, seperti anggota
kepolisian atau ABRI sangatlah penting. Keterlibatan orang tua juga sangat penting agar hal-
hal yang menjadi keprihatinan siswa dapat didengar dan diselesaikan. Selain itu stakeholders
yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman mereka sehubungan
dengan mewujudkan sekolah yang aman.
Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite dapat
memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal
keamanan. Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman.
Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik
sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan sehari-
hari dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab,
kantor, perpustakaan, lapangan olah raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu,
berbagai kebijakan dan prosedur juga akses masuk sekolah harus dinilai
kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah orang masuk penyusup masuk dari luar
seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan. Pencegahan ini harus distandarkan oleh
sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan harus dibuat
seperti membawa benda-benda tajam atau benda-benda lain yang berbahaya. Jalur
komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi kejadian pencurian atau pelanggaran
lainnya harus dibuat.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat digunakan dalam needs assessment untuk
menilai sejauhmana keamanan sekolah anda.
1. Apakah lingkungan fisik sekolah aman bagi siswa?
2. Apakah ada aturan, kebijakan, prosedur untuk menjaga keamanan sekolah dan apakah
semuanya diterapkan? Misalnya adanya buku tamu, akses satu pintu, warga sekolah memakai
kartu identifikasi, pengaturan lalu-lintas di depan sekolah, prosedur pengantaran dan
penjemputan, dll.
3. Apakah ada penyusup/orang yang tidak berkepentingan datang ke sekolah?
4. Apakah ada pencurian atau perusakan di sekolah?
5. Apakah ada senjata tajam atau benda-benda berbahaya lain yang dibawa ke sekolah?
Jawaban terhadap pertanyaan di atas dan frekuensi masalah yang muncul dapat dijadikan
dasar untuk menentukan seberapa aman lingkungan fisik sekolah kita, tindakan yang
diperlukan untuk merespon aspek-aspek yang belum memenuhi syarat.

4. 2 Meningkatkan disiplin siswa


Isu yang dihadapi sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang sosial dan emosional baik
adalah masalah kedisiplinan siswa. Apakah itu disiplin?
Disiplin adalah pengembangan mekanisme internal diri siswa sehingga siswa dapat mengatur
dirinya sendiri (Blandford, 1998).
Kebutuhan siswa menurut Blandford (1998) adalah sebagai berikut.

No Kebutuhan dasar Apa yang diharapkan siswa/ Apa yang harus


diberikan sekolah
1 Rasa aman Lingkungan yang aman dan nyaman

2 Rasa memiliki Perhatian dari guru dan teman


5 P: Penerimaan, Perhatian, Penghargaan,
Pengakuan dan Kasih sayang

3 Harapan Memastikan kemajuan belajar, membantu


meningkatkan prestasi

4 Kehormatan Perlakukan siswa sebagai anggota


kelas/sekolah yang kompeten dan berharga.
Arahkan, tugaskan siswa untuk melakukan
tugas yang penting dan jagalah kesepakatan.

5 Kesenangan Berikan kegiatan yang menyenangkan.


Berikan kesempatan untuk belajar kelompok.
Rasa humor

6 Kompetensi Hubungkan pengetahuan dengan situasi


sehari-hari
Berilah kesempatan untuk menunjukkan
pengetahuan dan keterampilannya.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka terjadilah berbagai penyimpangan prilaku
atau masalah disiplin. Masalah disiplin di kelas atau sekolah antara lain
- Makan di kelas
- Membuat suara gaduh
- Berbicara saat bukan gilirannya
- Lamban
- Kurang tepat waktu
- Mengganggu siswa
- Agresif
- Tidak rapi
- Melakukan ejekan
- Lupa
- Tidak memperhatikan
- Membaca materi lain
- Melakukan hal lain.
Sayangnya disiplin di sekolah sering didefinisikan dengan prosedur yang terfokus pada
konsekuensi pemberian hukuman. Perspektif disiplin secara tradisional ini kurang sempurna
sebab tidak memperhatikan perkembangan dan tidak mendukung prilaku pro-sosial yang
ditunjukkan siswa. Riset menunjukkan bahwa memberikan hukuman saja tidak cukup untuk
menekan prilaku menyimpang dan mengembangkan prilaku pro-sosial siswa. Dengan
demikian definisi disiplin menurut paradigma baru adalah langkah-langkah atau upaya yang
perlu guru, kepala sekolah orang tua dan siswa ikuti untuk mengembangkan keberhasilan
prilaku siswa secara akademik maupun sosial. Jadi disiplin dianggap sebagai alat untuk untuk
menuju keberhasilan untuk semua guru, dan semua siswa di berbagai situasi.
Sekolah tidak lagi menggunakan pengelolaan penanganan prilaku secara individu dan
terpisah-pisah tetapi menggunakan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh yang
meliputi penanganan prilaku yang terjadi baik di kelas, halaman, kantin, kamar kecil dan lain-
lain.
Sekolah yang sudah berhasil menggunakan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh
melakukan langkah-langkah berikut.
1. prilaku yang diharapkan didefinisikan dengan jelas. Prilaku yang diharapkan
dirumuskan dengan jelas, positif dan tepat. Contoh di kelas: Hormati siswa lain, Bertanggung
jawablah, jagalah alat tulis, gunakan semestinya dan lain-lain.
2. Prilaku yang diharapkan diajarkan. Prilaku yang diharapkan diajarkan dalam konteks
yang sesungguhnya. Misalnya menghormati siswa lain berarti mengacungkan tangan bila
ingin bicara di kelas, mendengarkan dan melihat teman yang sedang berbicara.
3. Prilaku yang sudah sesuai dengan harapan dihargai secara teratur. Misalnya melalui
sistem tiket atau sistem medali dan dipresentasikan pada waktu even sosial atau upcara
bendera.
4. Prilaku yang menyimpang dikoreksi secara proaktif. Prosedur yang jelas untuk
memberitahu bahwa prilaku tersebut tidak diharapkan dan langkah-langkah pencegehan ke
depan.
5. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh ini dibuat bersama oleh tim diuji coba,
disosialisasikan dan dimonitor keberhasilannya, dan dimodifikasi secara berkala.
6. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh harus didukung secara aktif oleh semua
warga sekolah.
Berikut ini adalah ringkasan bagaimana mengelola penyimpangan prilaku untuk menegakkan
kedisiplinan.
Mencegah Prilaku Menyimpang
A. Meningkatkan Kualitas Sekolah.
1. Sesuaikan pembelajaran dengan siswa (contoh mengakomodasi berbagai motivasi
siswa yang berbeda dan perkembangan siswa yang berbeda)
2. Berikan status tertentu bagi siswa yang kurang populer (peran khusus sebagai asisten
atau totur sebaya).
3. Identifikasi dan remedi kekurangan secara awal.
B. Tindak lanjuti semua penyimpangan prilaku dan penyebabnya.
1. Identifikasi motivasi siswa yang melakukan prilaku menyimpang.
2. Untuk prilaku menyimpang yang tidak disengaja, berilah penguatan cara mengelola/
menguasai diri (contoh keterampilan sosial, cara memecahkan masalah).
3. Bila prilaku menyimpang ini,
Cara mengelola berbagai penyimpangan prilaku/kedisiplinan
1. Tindakan Pencegahan
A.Intervensi
Bila terjadi prilaku menyimpang maka prilaku menyimpang itu harus dikoreksi dengan cara
sekecil mungkin intervensi. Tujuan utama adalah menangani prilaku menyimpang seefektif
mungkin untuk menghindari gangguan sehingga pembelajaran dapat berlangsung lancar.
(Slavin, 2000)
Strategi menangani disiplin
Langkah 1: Membantu situasi
- hilangkan objek yang mengganggu
- berikan bantuan tentang kegiatan rutinitas sekolah.
- Beri penguatan terhadap prilaku yang sesuai
- Dukunglah minat siswa.
- Berikan petunjuk
- Bantu siswa mengatasi gangguan
- Arahkan prilaku siswa
- Ubahlah pembelajaran
- Gunakan hukuman non-fisik
- Ubahlah suasana kelas.
Langkah 2: Respon lunak

No Non Verbal Verbal

1 Abaikan prilaku Panggil siswa ketika pembelajaran berlangsung.

2 Gunakan tanda non-verbal Gunakan humor

3 Berdiri dekat siswa Gunakan kalimat positif

4 Peganglah siswa tersebut Ingatkan siswa tentang kesepakatan

5 Beri siswa pilihan kegiatan

Beritahukan prilaku salah yang telah diperbuat.

Langkah 3: Respons menengah


- Hilangkan hak siswa
- Ubahlah tempat duduk
- Mintalah siswa untuk merefleksi masalah yang dihadapi.
- Berilah siswa istirahat
- Mintalah siswa untuk pulang lebih lambat
- Kontak oranng tuanya
- Mintalah siswa untuk menemui kepala sekolah.
Disiplin positif
1. Perhatikan siswa dengan menyeluruh, kontak mata dan sapaan.
2. Tanya siswa apa yang paling mereka sukai di sekolah dan bagaimana kelas yang
diinginkan.
3. Galilah prilaku yang menyimpang dan hal-hal yang menyebabkannya.
4. Carilah kesepakatan di kelas.
5. Galilah kesepakatan bagaimana guru harus mengintervensi bila siswa melanggar
kesepakatan.
4. 3. Menghilangkan hukuman fisik dan merendahkan oleh guru terhadap
siswa
Banyak siswa di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menderita karena dihukum secara
fisik dan dihukum secara direndahkan oleh guru di sekolah.
Lebih dari 20 negara di dunia ini telah menerbitkan undang-undang atau peraturan yang
melarang hukuman fisik kepada siswa di sekolah. Gerakan mendunia untuk mengubah
budaya menghukum secara fisik ini telah mencapai momentum yang baik. Hal ini disebabkan
oleh pemahaman bahwa anak mempunyai hak asasi dan juga berdasarkan bukti-bukti medis
dan psikologis tentang efek negatif akibat dari hukuman fisik dan bukti ketidakefektifan
hukuman fisik sebagai metode pendisiplinan.
Hukuman fisik ini melanggar hak asasi anak dalam hal integritas fisik dan kehormatannya
sebagai manuasia seperti dicanangkan dalam Konvensi PBB tentang hak-hak anak. Dengan
demikian, semua negara diharapkan dapat memberikan jaminan terlaksananya hak anak yaitu
hidup bebas dari kekerasan termasuk hukuman fisik dan psikhologis di sekolah maupun di
rumah.
Definisi Hukuman Fisik         
Hukuman fisik adalah hukuman yang melibatkan pemukulan dengan tangan atau objek lain
seperti tongkat, penggaris, ikat pinggang, cambuk, sepatu; menendang, melempar, mencubit,
menjambak, menyuruh siswa untuk berdiri pada posisi yang tidak menyenangkan, atau
menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan fisik yang berlebihan, menakuti siswa.
Selain itu hukuman fisik terdapat pula hukuman yang merendahkan seperti menghina
mengolok, berkata kasar, mengisolasi, dan membiarkan siswa. Penting untuk diketahui
bahwa tidak ada batasan yang jelas antara hukuman fisik dengan hukuman yang
merendahkan. Siswa sering mempersepsikan bahwa hukuman fisik juga merendahkan
mereka.
Mengapa hukuman fisik itu dilarang?
Seperti telah diketahui bahwa manusia memiliki hak asasi. Berbagai standar perilaku telah
ditetapkan untuk menghormati hak asasi manusia ini. Pemukulan dan penghinaan secara
disengaja melanggar hak asasi manusia. Anak-anak juga manusia mereka memiliki hak asasi
yang sama seperti orang dewasa. Anak-anak adalah manusia hanya mereka masih kecil dan
lebih rentan daripada orang dewasa.
Menurut UNESCO hukuman phisik dalam bentuk apapun di sekolah ini dilarang. Memukul
anak ini melanggar hak dasar anak agar anak tersebut dihargai integritas fisiknya dan
kehormatannya, seperti dicanangkan dalam Deklarasi hak asasi manusia.
Penerapan hukuman fisik menyebabkan kesehatan mental terganggu, termasuk diantaranya
depresi, tidak bahagia, cemas, perasaan hampa dalam diri siswa. Hukuman fisik juga
Selain bertentangan dengan hak asasi manusia, hukuman fisik dan hukuman merendahkan
juga kadang-kadang masih dilegalisasi dan masih diterima oleh mayarakat tertentu. Status
anak yang masih rendah di mata masyarakat dan siswa tidak mempunyai kekuatan
menyebabkan penerapan larangan hukuman fisik dan hukuman yang merendahkan di sekolah
belum sepenuhnya dapat direalisasikan.
Selain itu berdasarkan bukti-bukti medis dan psikologis, hukuman fisik dan hukuman yang
merendahkan menyebabkan anak beresiko mengalami fisik yang terganggu, kesehatan mental
yang terganggu, hubungan interpersonal yang tidak sehat, internalisasi nilai-nilai moral yang
lemah, prilaku anti sosial, kemampuan beradaptasi yang terganggu.
Beberapa alasan mengapa guru sering menggunakan hukuman fisik dan hukuman
merendahkan
1. hukuman fisik merupakan bagian yang penting dalam perkembangan dan pendidikan
siswa. Siswa belajar dari dari pukulan itu untuk menghargai guru atau orang tua, belajar
untuk membedakan mana yang baik dan mana yang salah, belajar mematuhi aturan dan
belajar bekerja keras. Tanpa hukuman fisik siswa tidak akan belajar disiplin atau akan
menjadi manja.
Hasil riset menunjukkan bahwa hukuman fisik jarang memotivasi siswa untuk berlaku
berbeda karena hukuman fisik tidak memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana siswa
harus berlaku. Faktanya guru seringkali harus mengulangi memberi hukuman fisik untuk
perilaku yang sama dan kepada anak yang sama. Hal ini membuktikan bahwa hukuman fisik
ini tidak efektif. Hukuman fisik menimbulkan rasa takut pada anak tidak menimbulkan rasa
hormat dari anak kepada guru atau orang tua. Apakah benar bahwa kita ingin mengajar siswa
untuk menghormati orang yang menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan masalah?
2.      Saya dipukuli ketika masih menjadi siswa oleh guru dan orang tua. Sebaliknya saya tidak
akan menjadi orang seperti sekarang kalau tidak karena guru dan orang tua saya.
Guru /orang tua biasanya memukul siswa karena ketika mereka masih menjadi siswa
merekapun dipukul. Siswa belajar dan meniru dari guru dan orang tua.Namun demikian kita
akan sia-sia menyalahkan generasi terdahulu karena mereka bertindak berdasarkan norma
atau kebiasaan yang berlaku saat itu. Akan tetapi sikap sosial ini berubah seiring waktu. Ada
banyak orang yang sukses yang tidak dipukul pada waktu menjadi siswa, akan tetapi lebih
banyak orang dewasa yang tidak dapat mengembangkan potensi hidupnya karena dipukul
sewaktu menjadi siswa.
3.      Ada perbedaan antara pemukulan yang kejam dan hukuman fisik yang dilakukan guru atau
orang tua. Hukuman fisik ini tidak membahayakan, hanya menyebabkan sakit sedikit dan
tidak bisa dikatakan kekerasan. Kenapa harus dihilangkan?
Semua orang termasuk anak-anak mempunyai hak asasi untuk dihargai kehormatan dan
integritasnya. Dalam banyak kasus, hukuman fisik kecil dapat menyebabkan luka yang tidak
dikehendaki. Memukul siswa/anak tetap berbahaya karena siswa adalah anak-anak dan
mereka masih sangat rapuh.
Kerusakan gendang telinga, kerusakan otak, luka atau kematian karena jatuh merupakan
konsekuensi atau akibat dari atau bermula dari hukuman fisik kecil.Berdasarkan hasil-hasil
riset, akibat negatif dari hukuman fisik adalah sebagai berikut.
Eskalasi: Hukuman bermula dari hukuman ringan, ketika siswa beranjak lebih besar hukuman ringan
tidak berhasil kemudian meningkat, guru atau orangtua yang dituduh menganiaya siswa atau
putranya mengatakan bahwa penganiayaan bermula dari hukuman fisik biasa.

1. Memotivasi kekerasan: setiap hukuman fisik memberi pesan bahwa kekerasan


merupakan jawaban terhadap konflik atau prilaku yang tidak diinginkan.Agresi melahirkan
agresi. Siswa yang mendapat hukuman fisik akan menjadi agresif terhadap saudaranya,
mengancam atau menyakiti siswa lain dan berprilaku anti sosial ketika mereka dewasa. Jadi
menghilangkan hukuman fisik merupakan langkah yang penting untuk mengurangi kekerasan
di masyarakat.
2. Kerusakan psikis: hukuman fisik dapat membahayakan emosi anak. Riset
menunjukkan bahwa siswa akan mendapat pesan yang terbalik antara kasih sayang dengan
rasa sakit, marah dengan harus selalu patuh.
Agar sekolah mengubah dari menekankan pamberian hukuman fisik dan pengontrolan
prilaku, maka sekarang terdapat advokasi untuk memfokuskan pada pendidikan intelegensi
emosi dan pendidikan karakter
Alternatif hukuman: Hukuman Positif/Non-Fisik
Siswa memang perlu belajar untuk disiplin terutama disiplin diri. Akan tetapi untuk
mengajarkan disiplin tersebut bukan dengan cara memberikan hukuman fisik dan hukuman
merendahkan karena hukuman ini terbukti tidak efektif untuk menegakkan
disiplin. Sebaiknya guru memberitahu dan menjelaskan kepada siswa kesalahan apa yang
telah mereka lakukan bukan dengan cara memberi hukuman fisik atau hukuman
merendahkan.
Guru-guru perlu diberi keterampilan untuk menggunakan metode pendisiplinan yang tidak
berupa hukuman fisik atau hukuman yang merendahkan anak. Berikut ini adalah beberapa
petunjuk dan hal-hal yang dapat dilakukan oleh Kepala sekolah/guru dalam hal hukuman
positif/non-fisik.
1. Beri penghargaan/pujian bila siswa patuh atau dapat melakukan sesuatu dengan baik.
Hal ini akan memotivasi siswa lain untuk mengikuti pprilaku tersebut and memotivasi
mereka untuk berdisiplin diri. Pujian ini tidak perlu modal apapun, bahkan penghargaan tidak
harus menghabiskan uang bayak. Penghargaan ini dapat berupa pemberian kegiatan yang
menyenangkan siswa.
2. Berilah model/contoh prilaku yang diinginkan. Bila kita tidak ingin siswa kita
berbicara bahasa yang tidak baik, maka kitapun tidak boleh berbicara yang tidak baik.
3. Realistiklah terhadap harapan kita pada siswa-siswa menurut tingkatan usianya.
4. Motivasilah siswa-siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, karena mereka
seringkali dapat menemukan kompromi yang dapat diterima kedua belah pihak.
5. Jangan gunakan ancaman atau berteriak kepada siswa. Lebih baik mereka diberitahu
kesalahannya dan alasannya daripada ditakuti-takuti atau dilecehkan
6. Gunakanlah kata-kata yang baik untuk siswa-siswa anda. Bila anda menggunakan
kata yang melecehkan atau menghina ini akan menjadikan siswa tersebut rendah diri.
7. Negosiasi dan berkompromilah, terutama bila anda harus menemukakan pendapat
anda. Kajilah apa yang akan anda katakan itu penting atau tidak? Apakah hal yang akan anda
katakan ini mempengaruhi keselamatan siswa? Apakah ada yang terluka dengan apa yang
akan saya katakan?
8. Gunakan metode bimbingan dan penyuluhan terutama dengan siswa kelas tinggi. Bila
diperlukan undanglah orangtua/keluarga yang dihormatinya. Diskusikan dengan
orangtua/keluarga prilaku negatif siswa dan prilaku yang diharapkan dari siswa tersebut.
9. Siswa belajar dengan cara melakukan, dengan demikian berilah tugas yang tidak
mengandung kekerasan, tugas sebaiknya berhubungan dengan kesalahan siswa. Misalnya
siswa diminta membetulkan, membersihkan sesuatu yang pecah, dengan demikian siswa
tidak akan mengurangi perbuatannya.
4.4 Menghilangkan kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah di sekolah
Definisi
Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah (bullying) adalah suatu situasi dimana seorang
siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang menyebabkan siswa lain
menderita. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk tiga hal yaitu:
1. secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang lain
2. Secara verbal: mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-kata
yang menyinggung.
3. secara tidak langsung: menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa
tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat yang
keji.
Mengolok-olok nama merupakan hal yang paling umum karena ciri-ciri fisik siswa, suku,
warna kulit, dan lain-lain.
Identifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah
Mengidentifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidaklah mudah, hal-hal
berikut harus dipahami untuk menentukan apakah suatu tindakan dikatakan mengancam atau
menyakiti siswa lain.
1. Bila siswa yang diancam atau disakiti tidak mempunyai posisi untuk menghentikan
proses menyakiti atau mengancam tersebut.
2. Kekerasan antar siswa ini tidak selalu terlihat jelas oleh guru atau siswa lain.
3. Efeknya yang menentukan bukan tindakannya.
4. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini bukan tidak tunggal tetapi dilakukan
terus-menerus secara berkesinambungan.
5. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan untuk menyakiti atau membuat
kesal siswa lain.
6.      Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan tidak hanya menyakiti secara fisik
tetapi juga secara psikis dan sosial.
Agar kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidak terjadi maka perlu dibuat aturan
sekolah untuk melindungi siswa korban kekerasan. Tindakan pencegahan dan strategi
mengelola kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini juga perlu dibuat untuk melindungi
korban agar tindakan kekerasan tidak berlangsusng terus-menerus.
Sealin itu sekolah harus terbuka mengenai isu kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah
ini. Semakin sekolah terbuka mengenai isu kekerasan ini, semakin siap sekolah tersebut
menangani kekerasan dan semakin baik mengelolanya. Sekolah harus mempunyai catatan
yang akurat tentang kejadian kekerasan yang terjadi di sekolah dan bagaimana cara
menanganinya untuk keperluan monitoring dan untuk melindungi sekolah dari tuntutan
hukum.
Sekolah sebaiknya mempunyai strategi anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah yang
dapat berbentuk 4 cara:
1. Pencegahan
Pencegahan preventif diintegrasikan dalam semua kurikulum mata pelajaran, termasuk
hubungan, tanggung jawab, dan akibat negatif dari kekerasan. Dengan demikian mata
pelajaran dapat menyangkut aspek keterampilan sosial dan emosional yang sangat penting.
2.       Dukungan antar teman
Memberikan dukungan yang aktif kepada teman sangatlah penting. Program pertemanan ini
dapat dipersiapkan oleh sekolah secara formal ataupun informal agar siswa-siswa dapat
saling mendukung secara akatif.
3.      Prosedur yang jelas
Prosedur untuk menyampaikan keluhan tindakan kekerasan antar teman harus tersedia,
misalnya kepada unit bimbingan dan konseling, atau konseling antar teman.Demikian pula
prosedur untuk mnecatat dan memonitor kekerasan harus jelas.
4.      Promosi
Promosi tentang anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah dan strateginya diberikan
kepada seluruh warga sekolah: siswa, orang tua, komite sekolah, masyarakat.Bentuknya
dapat berupa leaflet, poster, laporan berkala dan bentuk penerbitan lain yang berisi kebijakan
anti kekerasan sekolah yang sangat membantu menyampaikan informasi ini.

BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan dilakukan dengan cara mendekati untuk mengetahui tanggapan para
pelajar terhadap tingkat kemanan yang ada di sekolah SMAN1 BALIGE TOBA SAMOSIR .
Dan pendekatan ini dilakukan dengan cara deskriftif untuk mengetahui sikap dan tanggapan
para pelajar.
2.2 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mendatangi 2 kelas, yang diantaranya
siswa-siswi SMAN1 BALIGE yang sudah pernah maupun yang belum pernah melakukan
pelangaran tata tertib sekolah . Oleh karena itu sampel yang diambil dapat mewakili populasi.
Jadi penelitian dengan cara mengambil sampel per orang dari tiap kelas. Demikian dapat
dikatakan bahwa para siswa siswi resmi melakukan pengisian sampel angket yang kami
berikan dengan jawaban terbaik
2.3  Sumber Data Penelitian
Kelas L P Jumlah Siswa/ Siswi
X – MIA 1 11 7 18
X – MIA II 3 17 20
XI – IPA II 2 - 2
JUMLAH 40

2.4  Pengembangan Penelitian
Penelitian menyampaikan perkembangan instrumen ini menggunakan teknik
quesioner. Oleh sebab itu penelitian telah membuat pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan yang
jawabannya sendiri dan setiap pertanyaan disertai 3 pilihan, yaitu : ya, tidak, cukup.

2.5. Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan dengan proses pengadaan data untuk keperluan data
penelitian. Di dalam penelitian ini digunakan angket, angket tersebut berupa pertanyaan
dengan cara diberikan langsung kepada tiap kelas yang telah ditentukan dan yang menjadi
responden harus menjawabnya saat itu juga dan untuk mengisinya tanpa pengaruh unsur
paksaan dan tekanan (jujur).

SOAL
1.      Apakah tingkat keamanan di SMA1 Balige sudah memuaskan ?
a.Tidak
b.Iya
c.Cukup

2.      Apakah sanksi yang diberikan sudah tegas ?


a.Tidak
b.iya
c.cukup

3.      Apakah PKS di sekolah ini melaksanakan tugas dengan baik ?


a.Iya
b.Tidak
c.Cukup
4. Apakah dengan adanya PKS membuat sekolah  ini aman ?
     a.Iya
     b.Tidak
     c.Cukup
5. Apakah anda sudah nyaman dengan keamanan di SMA1 Balige ?
     a.Iya
     b.Tidak
     c.Cukup
2.6 Hasil Penelitian
            Dari hasil penelitian yang berupa kuesioner siswa/i SMAN1 Balige , jawaban dari
siswa siswi dapat kita lihat dalam bentuk tabel
Pertanyaan dan Pilihan Jawaban
No Nama
1 2 3 4 5
1 Jepri Manurung C C A A B
2 Donald Pardosi C C A A C
3 Martin Sibarani B B A A A
4 Noel Siahaan A A B B A
5 Nova Siringo ringo A A A A A
6 Pebrianti Marpaung B B A A A
7 Reski Simangunsong A B B A A
8 Sains Damanik A B B B B
9 George Situmorang B C C B C
10 Evita Silaen A A A A A
11 Endang Lubis A B B A A
12 Ellen Simangunsong B A B A B
13 Dirwanto Sirait B B A A A
14 Dermawati Manik A A B B C
15 Bungaran Pakpahan A A A A A
16 Bunga . L .Pasaribu B A A A B
17 Baster Whipsn A A B B A
18 Angelia Simanjuntak A A B B C
19 Juniarty Manurung A A A C C
20 Rut Gultom B C B B A
21 Ezra Sirait C C A C B
22 Geby Hutajulu C C A C B
23 Grace Diana C C A C B
24 Herma Hasibuan C C A C B
25 HermawatiSiringoringo C C A C B
26 Jelita Siringoringo C C A C B
27 Jeremia Ambarita C C A C B
28 Junita Simanjuntak C C A C B
29 Tiropa Parhusip C C A C B
30 Lastarida Siantuti C C A C B
31 Lestari Sitorus C C A C B
32 Devy Sitanggang C C A C B
33 Luhut Siregar C C A C B
34 Bialdi manurung C C A C B
35 Audina Simanjuntak C C A C B
36 Lydia Pardede C C A C B
37 Rani Marpaung C C A C B
38 Mutiara Pangaribuan C C A C B
39 Pipin Simanjuntak C C A C B
40 Natalia Sinaga C C A C B

2.6.1 Hasil Penelitian dalam Bentuk Diagram


            a. Diagram batang
           
           

      

      

Dari diagram diatas dapat kita simpulkan bahwa :

1.      Pertanyaan 1
Jumlah siswa yang menjawab options A: 10 orang
Jumlah siswa yang menjawab options B : 7 orang
Jumlah siswa yang menjawab options C: 23 orang
2.      Pertanyaan 2
Jumlah siswa yang menjawab options A : 10 orang
Jumlah siswa yang menjawab options B : 6 orang
Jumlah siswa yang menjawab options C : 24 orang
3.      Pertanyaan 3
Jumlah siswa yang menjawab options A : 30 orang
Jumlah siswa yang menjawab options B : 9 orang
Jumlah siswa yang menjawab options C : 1 orang
4.      Pertanyaan 4
Jumlah siswa yang menjawab options A : 12 orang
Jumlah siswa yang menjawab options B : 7 orang
Jumlah siswa yang menjawab options C : 21 orang
5.      Pertanyaan 5
Jumlah siswa yang menjawab options A : 11 orang
Jumlah siswa yang menjawab options B : 24 orang
Jumlah siswa yang menjawab options C : 5 orang
     b. Diagram Lingkaran

1.      Persentase jumlah siswa yang menjawab options A dalam 5 jumlah pertanyaan adalah
sebanyak 36%
2.      Persentase jumlah siswa yang menjawab options B dalam 5 jumlah pertanyaan adalah
sebanyak 26%
3.      Persentase jumlah siswa yang menjawab options C dalam 5 jumlah pertanyaan adalah
sebanyak 38%

Dari bagan grafik diatas dapat kita simpulkan bahwa :


1.      Untuk Pertanyaan 1 sampai 5 , grafik options A mengalami kenaikan dan pada akhirnya
mengalami penurunan.
2.      Untuk pertanyaan 1 sampai 5 , grafik options B mengalami kenaikan.
3.      Untuk pertanyaan 1 sampai 5, grafik options C tidak stabil.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami simpulkan adalah sebagai berikut :
1.      Dari 40 siswa/i yang kami survei, paling banyak yang menyatakan tingkat keamanan sekolah
di SMAN1 Balige masih kurang cukup memuaskan, dan paling sedikit menyatakan sudah
memuaskan.
2.      Dari 40 siswa/i yang kami survei , paling banyak mengatakan sanksi yang diberikan belum
cukup tegas, dan paling sedikit menyatakan sudah tegas.
3.      Dari 40 siswa/i yang kami survei, paling banyak mengatakan PKS sudah melaksanakan tugas
dengan baik dan paling sedikit mengatakan cukup tegas
4.      Dari 40 siswa/i yang kami survei, paling banyak mengatakan bahwa dengan adanya PKS
sudah cukup membuat SMA1 Balige aman dan paling sedikit belum bisa membuat SMA1
Balige aman
5.      Dari 40 siswa/i yang kami survei, paling banyak mengatakan tidak merasa aman dengan
tingkat keamanan yang ada di SMA1 Balige dan paling sedikit mengatakan cukup aman
4.2  Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas maka kelompok kami mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
1.      Mengingat tingkat keamanan SMAN1 Balige berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keamanan siswa siswi , maka pihak Bapak/ibu guru beserta siswa siswi sebagai pelaku pelaku di
sekolah perlu untuk lebih mempertahankan keamanan dan kerukunan antar sesama akan
semakin meningkatkan keamanan yang ada di SMAN1 Balige
2.      Mengingat Sanksi yang diberikan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap siswa siswi
yang ada di SMAN1 Balige, diharapkan para siswa siswi untuk meningkatkan kedisiplinan
sebagai murid di sekolah dengan menaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah, agar
kedepan SMAN1 menjadi sekolah yang aman dan Nyaman

DAFTAR PUSTAKA
https://bdkpadang.kemenag.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=608:zanwirfebruari&catid=41:top-
headlines&Itemid=158
http://www.academia.edu/6487395/PENYUSUNAN_HASIL_and_ANALISA_DATA
Iskandar, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial, Jakarta: Referensi.
Aulia, Anisa Windi, 9 Agustus 2015, Teknik Sampling Proportionate Stratified Random
Sampling
https://faisal14.wordpress.com/2009/01/31/contoh-laporan-kuesionerpenelitian-sederhana/

http://zien9.blogspot.co.id/2014/10/laporan-angket.html

https://www.google.co.id/search?
q=GAMBAR+tut+wuri+handayani&espv=2&tbm=isch&imgil=czaFe3peFhGbAM%253A
%253BPf1p1noKE2s8SM%253Bhttps%25253A%25252F%25252F237desain.blogspot.com
%25252F2013%25252F03%25252Flogo-tut-wuri-
handayani.html&source=iu&pf=m&fir=czaFe3peFhGbAM%253A%252CPf1p1noKE2s8SM
%252C_&usg=__hCtwgt8GCcA_KfI9LdgPUFbqBLI
%3D&biw=1366&bih=662&ved=0ahUKEwiawdPC2PvSAhWKrI8KHSNsARMQyjcIPQ&e
i=YqXbWJqIKYrZvgSj2IWYAQ#tbm=isch&q=gambar+logo+SMAN+1+balige&*&imgrc=
I06gjcpyqbnhCM
https://devisofiah23.blogspot.co.id/2015/01/contoh-laporan-penelitian-sosial_25.html

  

Anda mungkin juga menyukai