Anda di halaman 1dari 9

1.

Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis)

Badak Sumatera merupakan salah satu mamalia


dilindungi, nama ilmiah badak Sumatera adalah
Dicerorhinus Sumatrensis, berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dari suku kata; Di berarti dua, Cero
berarti cula dan rhinos berarti hidung,
sedangkan Sumatrensis merujuk pada
Pulau Sumatera (akhiran ensis dalam bahasa
Latin menunjuk pada wilayah atau daerah).

 Karateristik badak Sumatera antara


lain, adalah sebagai berikut:
 menurut Taksonomi, badak Sumatera tergolong dalam
suku Rhinocerotidae bangsa perissodactyla (berkuku tiga), kekerabatan
terdekat dengan suku Tapiridae (tapir) dan suku Equidae (kuda), merupakan
mamalia normatif sejati;
 tinggi badannya antara 120 cm – 135 cm, panjangnya antara 240 cm – 270
cm dengan berat tidak lebih dari 900 kg;
 lapisan kulit tidak terlalu banyak, hanya dua lipatan besar yang menonjol.
Lipatan yang pertama melingkari paha di antara kaki depan dan lipatan yang
kedua di atas perut bagian samping serta terdapat beberapa lipatan kecil di
daerah leher;
 warna kulit umumnya coklat tua kemerahan, tetapi penampilan akan
berubah tergantung dari air atau lumpur tempat berkubang;
 tubuhnya ditumbuhi rambut (eksotik) walaupun rambut yang lebat hanya
tumbuh di ujung telinga. Inilah yang paling membedakan badak Sumatera
dengan badak lainnya;
 memiliki 2 (dua) cula, cula belakang lebih pendek dari cula depan bahkan
kadang hanya berupa bongkol kecil. Cula badak jantan lebih panjang
dibandingkan badak betina; hidup soliter (menyendiri) di dalam hutan yang
luas kecuali pada musim kawin;
 sangat suka berkubang; suka berjalan jauh, sangat sensitif dengan daya
penciuman dan pendengaran yang sangat baik dan merupakan satwa
nocturnal (aktif di malam hari);
 perkembangbiakan atau reproduksinya sangat lambat, awal kawin umur 6-
7tahun, bunting 15-18 bulan, mengasuh anak selama 2 (dua) tahun, setiap
lahir hanya satu ekor;
 bagian tumbuhan yang biasa dimakan adalah pucuk daun, ranting, batang,
kulit, akar, bunga dan buah dengan kesukaan dominan tingkat sapling seperti
semak dan pohon-pohonan. Adapun cara makan Badak Sumatera adalah
dengan memangkas, menarik, merobohkan atau mematahkan;
 keberadaan badak Sumatera dapat dideteksi dari jejak khas yang
ditinggalkannya, potongan bekas makan, tanda putaran bekas semak
(twisting) dan urinasi bekas demarkasi atau kubangannya yang jelas berbeda
dari satwa lainnya (terdapat bekas cula di dinding kubangan).

2. Burung Kuau (Argusianus argus)

Burung Kuau merupakan


burung langka dan dilindungi
dengan ciri ciri mempunyai bulu
berwarna coklat kemerahan dan
kulit kepala berwarna biru. Burung
jantan dewasa berukuran sangat
besar, panjangnya dapat mencapai
200cm. Di atas kepalanya terdapat
jambul dan bulu tengkuk berwarna
kehitaman. Burung jantan dewasa
juga memiliki bulu sayap dan ekor
yang sangat panjang, dihiasi
dengan bintik-bintik besar
menyerupai mata serangga atau oceli. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung
jantan, panjangnya sekitar 75cm, dengan jambul kepala berwarna kecoklatan. Bulu ekor dan
sayap betina tidak sepanjang burung jantan, dan hanya dihiasi dengan sedikit oceli.

3. Burung Burung Junai (Caloenas nicobarica)

Burung Junai atau Burung Mas atau dalam nama ilmiahnya


Caloenas nicobarica adalah sejenis merpati
berukuran sedang,  Burung Junai memiliki
bulu berwarna keabuan dilapisi dengan hijau keemasan
mengkilap di bagian leher, mantel,
punggung dan sayapnya. Bulu leher dan sayap
memanjang. Paruhnya berwarna hitam dengan
sedikit benjolan dipangkalnya. Jantan dan betina
serupa. Burung dewasa memiliki
ekor pendek berwarna putih, kaki
abu-abu dengan cakar kuning. Burung muda berwarna
kehitaman dengan bulu leher pendek
dan kaki kecoklatan. Burung dilindungi undang undang ini
banyak ditemukan dan berkembang biak di pulau yang tidak dihuni oleh manusia. Burung
Junai emas bersarang di atas pohon atau semak, dengan ketinggian antara dua sampai
duabelas meter dari permukaan tanah. Sarangnya terbuat dari ranting-ranting yang di tata
tidak beraturan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur berwarna putih, yang
dierami oleh kedua induknya. Junai  adalah terestrial spesies. Burung ini banyak
menghabiskan waktunya di permukaan tanah, mencari makanan. Pakan burung Junai
terdiri dari aneka biji-bijian, buah-buahan yang jatuh di tanah dan berbagai jenis hewan
kecil.

4. Kakatua Gofin (Cacatua goffini)

Kakatua gofin (Cacatua goffini), adalah burung dilindungi endemik dari hutan


kepulauan Laut Banda di Indonesia. Panjang Burung sekitar 30 cm dari kepala hingga ekor,
paruh berwarna abu-abu pucat. Kakatua goffin memiliki jambul Tubuhnya tertutup oleh
bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon atau merah jambu di antara paruh dan
mata. Bagian dalam (proksimal) dari bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon,
namun pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat di permukaan
(distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan ekornya menunjukkan warna
kekuningan. Antara matanya berwarna antara coklat hingga hitam.

5. Burung Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)

Klasifikasi Burung Jalak Bali :


Kerajaan : Animalia
Phylum         : Chordata
Kelas       :  Aves
Ordo         :  Fasseriformes
Famili           : Sturnidae
Genus         : Leucospar
Species       : Leucopsar rothschildi  (Stressmann 1912)

Burung Jalak Bali Pertama kali dilaporkan penemuannya oleh Dr.


Baron Stressmann seorang ahli burung berkebangsaan Inggeris
pada tanggal 24 Maret 1911. Atas rekomendasi Stressmann, Dr. Baron Victor
Von Plessenn mengadakan penelitian lanjutan (tahun 1925) dan menemukan penyebaran
burung Jalak Bali mulai dari Bubunan sampai dengan Gilimanuk dengan perkiraan luas
penyebaran 320 km2.

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dengan nama lokal Jalak Bali, Curik Putih, Jalak Putih
Bali merupakan  salah satu satwa yang terancam punah  dan endemik yang ada di Indonesia
tepatnya di pulau Bali, dengan sebaran terluasnya antara Bubunan Buleleng sampai ke
Gilimanuk, namun pada saat ini  terbatas pada kawasan Taman Nasional Bali Barat tepatnya
di Semenanjung Prapat Agung dan Tanjung Gelap Pahlengkong yang habitatnya bertipe
hutan mangrove, hutan pantai, hutan musim dan savanna.

Deskripsi Burung Jalak Bali: sepintas penampilannya mirip dengan burung Jalak Putih dan
burung Jalak Suren, Burung Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu
yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam.
Mata burung Jalak Bali berwarna coklat tua, daerah sekitar kelopak mata tidak berbulu
dengan warna biru tua, Burung Jalak Bali mempunyai jambul yang indah, baik pada jenis
kelamin jantan maupun pada betina, Jalak Bali mempunyai kaki berwarna abu-abu biru
dengan 4 jari jemari (1 ke belakang dan 3 ke depan), Paruh runcing dengan panjang 2 - 5 cm,
dengan bentuk yang khas dimana pada bagian atasnya terdapat peninggian yang memipih
tegak. Warna paruh abu-abu kehitaman dengan ujung berwarna kuning kecoklat-coklatan.

6. Komodo

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo


(Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di
dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh
penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama
setempat ora.

Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad


Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia,
dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini
berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni
kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan
tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau
tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya,
kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya
yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam
bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo
sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah
peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional
Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
7. Beruang Madu

Beruang madu termasuk famili ursidae dan


merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis
beruang yang ada di dunia. Beruang ini adalah
fauna khas provinsi Bengkulu sekaligus dipakai
sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang
madu juga merupakan maskot dari kota
Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan
dikonservasi di sebuah hutan lindung bernama
Hutan Lindung Sungai Wain.

Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 - 65


kg. Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya
berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu moncong.
Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan beruang
lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya terdapat
tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari terbit.[8]
Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir memiliki bulu
yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka telapak kaki
beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan hingga 48 kilometer
per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat. Kepala beruang madu relatif besar sehingga
menyerupai anjing yakni memiliki telinga kecil dan berbentuk bundar.[ Beruang jenis ini
memiliki lidah yang sangat panjang dan dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam
untuk menyarikan madu dari sarang lebah di pepohonan.

Selain itu, lidah yang panjangnya dapat melebihi 25 cm itu juga digunakan untuk
menangkap serangga kecil di batang pohon. Beruang madu memiliki penciuaman yang
sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya yang digunakan untuk
mempermudah mencari makanan. Beruang madu lebih sering berjalan dengan empat kaki,
dan sangat jarang berjalan dengan dua kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup
lebar dan memiliki kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat
pohon.

Kuku tangan yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk menggali rayap,
semut dan sarang lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera
menghancurkan kayu yang masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk
pohon yang kayunya keras.[14]Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu besar
sehingga tidak dapat memecahkan buah-buah besar seperti kelapa.Gigi beruang ini lebih
datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi taringnya cukup panjang
sehingga menonjol keluar dari mulut.
Ukuran tulang tengkorak kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang
tengkorak 264,5 mm, panjang condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic 214,6 mm, lebar
mastoid 170,2 mm, lebar interorbital 70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm

8. Orang Utan (Pongo Pygmaeus)

Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah


mawas) adalah sejenis kera besar dengan lengan
panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat,
yang hidup di hutan tropika Indonesia dan
Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan
Sumatera

Istilah "orang utan" diambil dari bahasa


Indonesia, yang berarti manusia (orang) hutan.
Orang utan mencakup dua spesies, yaitu orang utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan
kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). [4] Yang unik adalah orang utan memiliki
kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat kingdom animalia, dimana orang utan
memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%

Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan
kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor. Orangutan memiliki
tinggi sekitar 1.25-1.5 meter. Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan. Mereka
mempunyai kepala yang besar dengan posisi mulut yang tinggi.

Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang gemuk
pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh janggut
disekitar wajah. Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba. Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg,
sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 30-50 kg.

Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari. Telapak kaki
mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.

Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse. Golongan
kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang besar, mata yang
mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.

9. Harimau Sumatera

Harimau Sumatra (Panthera tigris


sumatrae) hanya ditemukan di Pulau
Sumatra di Indonesia, merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih
bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis yang
terancam punah (critically endangered) dalam daftar merah spesies terancam yang
dirilis Lembaga Konservasi Dunia IUCN. Populasi liar diperkirakan antara 400-500
ekor, terutama hidup di Taman-taman nasional di Sumatra. Uji genetik mutakhir
telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang unik, yang menandakan bahwa
subspesies ini mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila berhasil lestari.

Penghancuran habitat adalah ancaman terbesar terhadap populasi saat ini.


Pembalakan tetap berlangsung bahkan di taman nasional yang seharusnya
dilindungi. Tercatat 66 ekor harimau terbunuh antara 1998 dan 2000.

10. Burung Jalak Putih

Burung Jalak Putih merupakan burung dari suku


Sturnidae. Burung yang umumnya berukuran
sedang (sekitar 20-25 cm), gagah, dengan paruh
yang kuat, tajam dan lurus. Berkaki panjang
sebanding dengan tubuhnya. Bersuara ribut,
dan berceloteh keras, terkadang meniru suara
burung lainnya. Di alam, burung ini kebanyakan
bersarang di lubang-lubang pohon.dengan
warna bulu seluruhnya putih, kecuali sayap dan
ekor berwarna hitam. Burung Jalak Putih
termasuk satwa liar yang dilindungi undang-undang, sebagaimana tertuang dalam Lampiran
PP No. 7 Tahun 1999.

11. Burung Cendrawasih

 Klasifikasi ilmiah
 Kerajaan : Animalia
 Filum : Chordata
 Kelas : Aves
 Ordo : Passeriformes
 Famili : Paradisaeidae

Burung cendrawasih yang sangat populer


yaitu anggota genus Paradisaea, terhitung spesies tipenya, cendrawasih kuning-besar,
Paradisaea apoda. Type ini digambarkan dari spesimen yang dibawa ke Benua Eropa dari
ekpedisi dagang. Spesimen ini disediakan oleh pedagang pribumi membuang sayap dan
kakinya supaya bisa jadikan hiasan. Hal ini Tak di ketahui oleh beberapa penjelajah dan
menyebabkan keyakinan bahwasanya burung ini Tak dulu mendarat tetapi terus ada di
hawa di karenakan bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ( burung surga oleh
orang Inggris ) dan nama type apoda – yang artinya tidak berkaki.

Cendrawasih memiliki ciri khas bulunya yang indah yang dimiliki oleh burung jantannya.
Biasanya bulunya berwarna cerah dengan gabungan sebagian warna layaknya warna hitam,
cokelat, kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, dan hijau serta ungu.

Ukuran burung Cenderawasih beragam macam. Dimulai dari yang memiliki ukuran 15
cm dengan berat 50 gram layaknya pada type Cendrawasih Raja ( Cicinnurus regius ), sampai
yang memiliki ukuran sebesar 110 cm Cendrawasih Paruh Sabit Hitam ( Epimachus albertisi )
atau juga yang beratnya meraih 430 gram layaknya pada Cendrawasih Manukod Jambul-
bergulung ( Manucodia comrii ).

Keindahan bulu Cendrawasih jantan dipakai untuk menarik perhatian lawan type. Untuk
merayu sang betina supaya bersedia diajak kawin, burung jantan dapat memamerkan
bulunya dengan lakukan tarian-tarian indah. Sembari bernyanyi diatas dahan, pejantan
bergoyang dengan beragam gerakan ke beragam arah. Apalagi kadang-kadang sampai
bergantung terbalik bertumpu pada dahan. Tetapi, setiap spesies Cendrawasih pastinya
mempunyai jenis tarian tersendiri.

12. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)


Badak adalah binatang berkuku ganjil
(perrisodactyla), pada tahun 1758 Linnaeus telah
memberi nama marga (genus) Rhinoceros sondaicus
kepada Badak Jawa.

Rhinoceros: berasal dari bahasa Yunani yaitu:


rhino, berarti “hidung” dan ceros, berarti “cula” ,
sondaicus merujuk pada kepulauan Sunda di
Indonesia. (Bahasa Latin -icus mengindikasikan lokasi);
“Sunda” berarti “Jawa”.

Secara taksonomi Klasifikasi Badak Jawa sebagai berikut:


Kingdom         : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum    : Vertebrata
Super kelas     : Gnatostomata
Kelas : Mammalia
Super ordo     : Mesaxonia
Ordo            : Perissodactyla
Super famili   : Rhinocerotides
Famili            : Rhinocerotidae
Genus           : Rhinoceros
Spesies         : Rhinoceros sondaicus
 DESKRIPSI BADAK JAWA (Rhinoceros sondaicus)
 Tinggi dari telapak kaki hingga bahu berkisar antara 168-175 cm.

 Panjang tubuh dari ujung moncong hingga ekor 392 cm dan panjang bagian kepala
70 cm.

 Berat tubuhnya dapat mencapai 1.280 kg.

 Tubuhnya tidak berambut kecuali dibagian telinga dan ekornya.

 Tubuhnya dibungkus kulit yang tebalnya antara 25-30 mm.

 kulit luarnya mempunyai corak yang mozaik.

 Lipatan kulit di bawah leher hingga bagian atas berbatasan dengan bahu.

 Di atas punggungnya juga terdapat lipatan kulit yang berbentuk sadel (pelana) dan
ada lipatan lain di dekat ekor serta bagian atas kaki belakang.

 Badak Jawa bercula satu Ukuran cula dapat mencapai 27 cm.

 Badak betina tidak mempunyai cula,

 Warna cula abu-abu gelap atau hitam, warnanya semakin tua semakin gelap, pada
pangkalnya lebih gelap dari pada ujungnya.

13. Musang Congkok (Prionodon Linsang)


Dengan berat mencapai 5 kg dan mempunyai panjang sekitar 71 cm hewan ini cukup gesit untuk
memanjat pepohonan. Di temukan di wilayah pegunungan Aceh dan Sumatera Barat. Mamalia kecil
dan beberapa jenis serangga adalah makanan kesukaannya.

Anda mungkin juga menyukai