Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

X
DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI X
HALAMAN JUDUL
PROPOSAL LAPORAN KASUS

Diajukan untuk memenuhi salah satu


syarat memperoleh sebutan Ahli Madya Kebidanan

Oleh:
FRISKA DELLA
NIM. 191081019

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEBIDANAN PRODI KEBIDANAN
PROGRAM DIPLOMA TIGA
TAHUN 2022
HALAMAN PERSETUJUAN

PROPOSAL LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X

DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI X

Diusulkan Oleh:

FRISKA DELLA
NIM. 191081019

Telah disetujui di Pontianak


Pada Tanggal …

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Affi Zakiyya, SST., M.P.H Henny Fitriani, S.Si.T., M.Keb


NIDN.4003109001 NIDN.4007078401

Ketua Prodi Kebidanan Program Diploma Tiga

Dianna, S.Si. T.,M.Keb


NIDN. 4004127701

ii
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X


DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI X

Telah dipersiapkan dan disusun oleh:

FRISKA DELLA
NIM.191081019

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji


Pada Tanggal, Oktober 2021

Susunan Tim Penguji

1. Ketua : ...................

2. Anggota : Affi Zakiyya, SST, M.P.H ....................

3. Anggota : Henny Fitriani, S.Si.T., M.Keb ...................

Mengetahui, Pontianak, Oktober 2021


Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Prodi Kebidanan Program
Diploma Tiga

Dini Fitri Damayanti, S.Si.T., M.Kes Dianna, M. Keb


NIP.198008132001122002 NIP. 198308302010012001

iii
BIODATA PENULIS

Nama : Friska Della


Tempat, Tanggal Lahir : Bengkayang, 18 Agutus 2001
Agama : Katolik
Alamat : Dusun Simpang Pandan, RT/RW 011/004, Desa
Tiang Tanjung, Kecamata Mempawah Hulu,
Kabupaten Landak.
No. Telepon : 082158860853
Alamat email : dela.bky@gmail.com

Nama Orang Tua


1. Ayah : Imas
2. Ibu : Mariana S.
Nama Saudara
1. Lestari Sari
2. Ronie Chandra
3. Frimus Dicky
4. Polikarpus Kevin
Jenjang Pendidikan
1. SD: SD Negeri 06 Tiang Tanjung (2006-2012)
2. SMP: SMP Negeri 02 Mempawah Hulu (2012-2015)
3. SMA: SMA Negeri 02 Bengkayang (2015-2018)

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny X di Praktik Mandiri Bidan. Proposal
Laporan Kasus ini disusun sebagai salah satu syarat melanjutkan tugas
akhir pendidikan Program Studi Kebidanan Program DIII di Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Pontianak.
Dalam penyusunan Proposal Laporan Kasus ini, penulis
menemukan berbagai hambatan dan kesulitan. Namun penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan motivasi dari Ibu Affi Zakiyya, SST, M.P.H
selaku Pembimbing Utama dan Ibu Henny Fitriani, S.Si. T., M.Keb selaku
Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan, perhatian serta
masukan kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi,S.Gz.,M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Pontianak.
2. Ibu Dini Fitri Damayanti, S.SiT.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Dianna, M.Keb selaku Ketua Prodi DIII Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak.
4. Bapak dan ibu dosen beserta staf kependidikan Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Pontianak.
5. Ny.X beserta keluarga yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis
dan bersedia menjadi pasien studi kasus.
6. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan baik moril dan
materil serta doa tiada henti selama masa perkuliahan sampai saat ini.
7. Semua sahabat seperjuangan angkatan XXIII Prodi DIII Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak yang banyak memberi masukan,
saran, dan motivasi.

v
8. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Laporan Tugas
Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menyelesaikan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam penyusunan laporan kasus ini. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Proposal
Laporan Kasus.
Akhir kata penulis berharap semoga Proposal Laporan Kasus ini
berguna bagi pembaca dan tenaga kesehatan umumnya serta penulis dan
tenaga bidan khususnya.

Pontianak, Oktober 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
BIODATA PENULIS.............................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
C. Manfaat Penulisan.........................................................................................5
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................7
A. Kehamilan.....................................................................................................7
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Normal............................................7
2. Tujuan Asuhan Antenatal Care (ANC).....................................................7
3. Standar Pelayanan ANC..........................................................................10
4. Ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester I, II dan Trimester III
beserta cara mengatasi-nya.............................................................................15
B. Persalinan....................................................................................................18
1. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal...........................................18
C. Nifas............................................................................................................38
D. Bayi baru lahir.............................................................................................41
E. Manajemen Asuhan Kebidanan..................................................................46
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................49

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pemeriksaan Leopold............................................................... 9


Gambar 2.2. Posisi Jongkok atau Berdiri..................................................... 27
Gambar 2.3. Posisi Duduk atau Setengah Duduk......................................... 27
Gambar 2.4. Posisi Merangkak atau Berbaring Miring Kiri........................ 27
Gambar 2.5. Cara Memeriksa Lilitan Tali Pusat.......................................... 29
Gambar 2.6. Cara Melahirkan Bahu Depan.................................................. 29
Gambar 2.7. Cara Melahirkan Bahu Belakang............................................. 29
Gambar 2.8. Cara Menelusuri Tubuh Bayi................................................... 30
Gambar 2.9. Cara Menggunting Tali Pusat.................................................. 31
Gambar 2.10. Cara Peregangan Tali Pusat..................................................... 32

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan......................................... 5


Tabel 2.2. Tinggi Fundus Uteri.................................................................10
Tabel 2.3. Pemberian Imunisasi TT...........................................................11
Tabel 2.4. Ketidaknyamanan Pada Trimester I.........................................13
Tabel 2.5. Ketidaknyamanan Pada Trimester II........................................13
Tabel 2.6. Ketidaknyamanan Pada Trimester III.......................................14
Tabel 2.7. Penilaian Dan Intervensi Selama Kala I...................................20
Tabel 2.8. Lamanya Persalinan..................................................................21
Tabel 2.9. TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi........................36
Tabel 2.10. Perbedaan Masing-masing Lochea...........................................37
Tabel 2.11. Jenis-jenis ASI..........................................................................37
Tabel 2.12. Penilaian Bayi dengan Metode APGAR..................................39
Tabel 2.13. Kunjungan Neonatus................................................................43

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 Kelahiran Hidup.
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu penting
untuk dilakukan dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah
satu indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di
suatu Negara (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian selama tiga tahun terakhir
dimana Tahun 2018 Angka Kematian Ibu sebesar 98/100.000 Kelahiran
Hidup dan meningkat di Tahun 2019 (130/100.000 Kelahiran Hidup) dan
naik kembali di Tahun 2020 (131/100.000 Kelahiran Hidup). Kondisi ibu
yang lebih senang untuk bersalin di rumah/dukun, persebaran tenaga
kesehatan yang tidak merata, sistem rujukan yg belumn optimal. deteksi
resiko ibu hamil, bersalin dan nifas yang belum optimal cukup berkontribusi
terhadap peningkatan Angka Kematian Ibu di Tahun 2020 (Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Target Global SDGS pada Tahun 2030 adalah mengurangi rasio Angka
Kematian Ibu hingga kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Tahun
2020, kasus kematian maternal di Provinsi Kalimantan Barat sebanyak 115
kasus. Jika dihitung berdasarkan konversi diperoleh angka sebesar
131/100.000 kelahiran hidup. (Angka konversi merupakan perbandingan
jumlah kasus kematian yang dilaporkan/tercatat pada tahun berjalan dibagi
jumlah lahir hidup dikali 100.000). (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Barat, 2020).

1
2

Angka Kematian Ibu (AKI) yang terjadi akibat komplikasi pada saat
persalinan dapat menimbulkan konsekuensi yang sangat serius. Selain itu,
penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah
pendarahan, eklamasi dan infeksi. Persalinan di Kalimantan Barat masih
banyak yang dilakukan di rumah tanpa bantuan seorang tenaga persalinan
terlatih. Hal tersebut terjadi karena budaya masyarakat dimana mereka lebih
nyaman dan aman dengan seseorang yang mereka kenal dan percaya atau
karena masih belum memadainya akses pelayanan kesehatan (keterjangkauan
dan tersedianya tenaga kesehatan yang kompeten) sehingga masyarakat tidak
dapat menjangkaunya, terutama di daerah terpencil. Masih rendahnya tingkat
pendidikan ibu serta masih belum optimalnya deteksi resiko ibu hamil,
bersalin dan nifas, sistem rujukan yg belum optimal serta masih rendahnya
tingkat kepedulian dan dukungan keluarga terhadap ibu juga ikut
berkontribusi terhadap kasus kematian ibu (Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat, 2020).
Upaya yang dilakukan dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
diantaranya melalui program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama
pelayanan kehamilan dan membuat kehamilan yang aman, bebas resiko tinggi
(Making Pregnancy Safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang
dibantu oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, penyiapan sistem
rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan, penyiapan keluarga dan
suami siaga dalam menyongsong kelahiran yang semuanya bertujuan untuk
mengurangi kasus kematian ibu dan meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Pemerintah telah melakukan banyak program yang ditujukan untuk
memperbaiki status kesehatan ibu yang diharapkan dapat menurunkan Angka
Kematian Ibu. Upaya-upaya tersebut berfokus pada intervensi jenis-jenis.
layanan esensial yang selama ini dinilal cost effective. Kegiatan-kegiatan
tersebut diantaranya adalah terlaksananya Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K), tersedianya puskesmas yang mampu
menangani kasus-kasus kegawat daruratan obstetric dan ginekologi,
tersedianya puskesmas PONED dan RS PONEK, Keberhasilan Program KB
3

dan berjalannya Audit Maternal Perinatal serta Surveilens Kematian Ibu


(Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Upaya kesehatan yang dapat diberikan diantaranya adalah dengan
asuhan persalinan normal dengan paradigma baru yaitu dari sikap menunggu
dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin
terjadi. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan mendekatkan pelayanan
kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan harus
adil dan merata sehingga tidak ada kesenjangan penempatan bidan baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Dalam upaya tersebut harus bersifat non-
diskriminatif dimana setiap ibu yang membutuhkan pertolongan bidan wajib
memperoleh pelayanan tersebut. Selain itu, ketersediaan pelayanan kebidanan
harus berkualitas, terjamin keamanannya, efektif dan sesuai serta pembiayaan
pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh ibu yang membutuhkannya.
Dalam upaya tersebut, tenaga kesehatan yang melayani ibu hamil harus
berkompeten, berintegritas, dan bersifat objektif serta bidan harus
bekerjasama dengan tim yang berkompeten sehingga persalinan dapat
dilakukan secara cepat dengan ketepatan yang tinggi (tidak mengalami
kesalahan dalam melakukan persalinan). Jadi, pemerintah harus
meningkatkan kuantitas dan kualitas dari tenaga kesehatan tersebut maupun
tim yang akan membantu dalam persalinan baik di perkotaan maupun di
pedesaan (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat segera bayi
lahir sampai bayi belum berusia satu tahun. Berdasarkan target dan realisasi
data dari kabupaten/Kota Angka kematian bayi berdasarkan penghitungan
konversi dari jumlah kasus kematian yang terlaporkan berada di angka 8/1000
Kelahiran Hidup. Angka tersebut masih di atas dari target yang ditetapkan
(Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Perbandingan realisasi kinerja serta capaian selama tiga tahun terakhir
pada tahun 2018 Angka Kematian Bayi sebanyak (7/1000 kelahiran hidup),
tahun 2019 Angka Kematian Bayi sebanyak (7/1000 kelahiran hidup). Angka
Kematian Bayi pada Tahun 2020 meningkat menjadi (8/1000 Kelahiran
Hidup) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
4

Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. spenyebab utama


kematian bayi adalah prematur, komplikasi terkait persalinan (asfiksia atau
kesulitan bernafas saat lahir). Secara garis besar dari sisi penyebabnya,
kematian bayi ada dapat dibedakan menjadi dua factor yaitu faktor endogen
atau yang umum disebut dengan kematian neonatal (kematian bayi yang
terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan dan umumnya disebabkan oleh
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir yang dapat diperoleh dari
orangtuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan). Faktor
kedua adalah Eksogen atau kematian post natal (kematian bayi yang terjadi
setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh lingkungan luar
(Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Penyebab kematian pada kelompok perinatal umumnya disebabkan oleh
Intra Uterie Fetal Death (IUFD) dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Hal
ini menunjukan kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan amat menentukan
kondisi bayinya. Tantangan kedepan adalah mempersiapkan calon ibu agar
benar-benar siap untuk hamil dan melahirkan serta menjaga agar terjamin
kesehatan lingkungan yang mampu melindungi bayi dari infeksi (Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, 2020).
Bidan sebagai pemberi asuhan kebidanan memiliki posisi strategis
untuk berperan dan berpartisipasi dalam upaya percepatan penurunan AKI
dan AKB. Dengan peran yang cukup besar ini, maka sangat penting bagi
bidan untuk selalu meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman
mengenai asuhan komprehensif kebidanan mulai dari wanita hamil, bersalin,
sampai dengan nifas, serta kesehtan bayi. Bidan sebagai salah satu sumber
daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang
berada digaris terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak, maka dari itu penulis
tertarik untuk mengambil kasus tentang “Asuhan Kebidanan Komprehensif
Pada Ny.X di wilayah Bidan Praktik Mandiri X di Kota X” agar dapat
terdeteksi secara dini komplikasi yang terjadi pada ibu hamil, bersalin, bayi
baru lahir sampai dengan nifas serta meningkatkan jumlah persalinan dengan
5

pelayan kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu dan
angka kematian bayi.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari laporan studi kasus ini terdiri dari tujuan umum dan
tujuan khusus, yaitu :
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif sejak hamil,
bersalin, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. X
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Asuhan Kebidanan Kehamilan di Bidan Praktik Mandiri X
b. Melakukan Asuhan Kebidanan Persalinan di Bidan Praktik Mandiri X
c. Melakukan Asuhan Kebidanan Nifas di Bidan Praktik Mandiri X
d. Melakukan Asuhan Kebidanan BBL di Bidan Praktik Mandiri X

C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan laporan studi kasus ini adalah :
1. Manfaat Bagi Institusi Poltekkes Pontianak Jurusan Kebidanan
Laporan studi kasus ini sebagai bahan untuk dijadikan referensi atau
rujukan di perpustakaan yang dapat membantu kelancaran dalam proses
pendidikan di poltekkes pontianak serta sebagai bahan kajian terhadap
materi asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin,
bayi baru lahir, dan nifas.
2. Manfaat bagi penulis
Hasil penulisan laporan studi kasus ini dapat memberikan pengalaman
langsung dan dapat mengaplikasikan teori serta konsep yang telah didapat
selama mengikuti pendidikan.
3. Manfaat bagi klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan secara komprehensif yang sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan.
4. Manfaat bagi wilayah puskesmas X
Hasil penulisan laporan ini dapat di jadikan acuan untuk dapat
mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan secara komprehensif serta dapat terus meningkatkan
6

penge tahuan pelayanan asuhan kebidanan agar tercapai asuhan sesuai


standar dan mengurangi kesenjangan antara teori dengan lahan praktik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Normal

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai


lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari). Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan
trimester pertama mulai 0-14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai
mulai 14-28 minggu, dan kehamilan trimester ketiga mulai 28-42 minggu
(Yuli, 2017).

Untuk menghindari resiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan,


anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal yang
berkualitas minimal 6 kali sesuai dengan standar asuhan kehamilan
(Kemenkes RI, 2020).

Tabel 2.1. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

Trimester Jumlah kunjungan Waktu kunjungan


minimal yang dianjurkan

I 2x Sebelum minggu ke-16

II 2x Antara minggu ke 24-28

III 2x Antara minggu ke 30-32

Antara minggu ke 36-38

2. Tujuan Asuhan Antenatal Care (ANC)

Tujuan asuhan antenatal adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat


dan positif bagi ibu maupun bayinya denan cara membina hubungan saling
percaya dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat

7
8

mengancam jiwa dan mempersiapkan kelahiran.


Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang muncul
selama kehamilan termasuk penyakit umum kebidanan dan
pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
Asi eksklusif
f. Mempersiapkan peran ibu dan kleuarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Fitriahadi, 2017).

Bila di hitung saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kelahiran normal


akan berlansung dalam 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender
internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, yaitu trimester I ( usia
0-12 minggu ), trimester II ( usia 12-27 minggu ), trimester III ( usia 28-40
minggu ) (Prawiroharjo, 2019).

Menurut [ CITATION Kem20 \l 1057 ] dalam pedoman kunjungan


pelayanan antenatal di Era Adaptasi Kebiasaan Baru, minimal 2x di
periksa oleh dokter saat kunjngan 1 di trimester 1 dan saat kunjungan ke 5
di trimester.

a. ANC ke-1 di Trimester 1 : skrining faktor risiko dilakukan oleh dokter


dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang pertama kali ke
bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa,
kemudian ibu di rujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Sebelum ibu
melakukan kunjungan antenatal secara tatap muka, dilakukan janji
temu/teleresgritasi dengan skrining anmnesa melalui media komunikasi
9

( telepon)/ secara daring untuk mencari faktor risiko dan gejala COVID-
19.
1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan
swab atau jika sulit untuk mengakses RS rujukan maka dilakukan
Rapid Test. Pemeriksaan skrining faktor resiko kehamilan
dilakukan di RS rujukan.
2) Jika tidak ada gejala COVID-19 , maka dilakukan skrining oleh
dokter di fasilitas kesehatan tngkat pertama.

b. ANC ke-2 di trimester 1, ANC ke-3 di trimester 2, ANC ke-4 di


trimester 3, dan ANC ke-6 di trimester 3 : dilakukan tindak lanjut sesuai
hasil skrining. Tatap muka di dahului dengan janji temu/teleregistrasi
denan skrining anamnesa melalui media komunikasi telepon/ secara
daring unntuk mencari faktor risiko dengan gejala COVID-19.

1) Jika ada gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS untuk dilakukan


swab atau jika sulit mengakses RS rujukan maka dilakukan rapid
test.
2) Jika tidak ada gejala COVID-19, maka di lakukan pelayanan
antenatal di fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. ANC ke-5 di trimester 3: skrining faktor risiko persalinan dilakukan
oleh dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Skrining dilakukan
untuk menetapkan:

1) Faktor resiko persalinan.


2) Menentukan tempat persalinan.
3) Menentukan apakah diperlukan rujukan terencana atau tidak.

Tatap muka di dahului dengan janji temu/teleregistrasi dengaan


skiring anamnesa melalui media komunikasi (telepon) / secara daring
untuk mencari faktor resiko dan gejala COVID-19. Jika ada gejala
COVID-19, ibu di rujuk ke RS untuk dilakukan swab atau jika sulit
mengakses RS rujukan maka dilakukan Rapid Test.
10

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu hamil di


masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu mencuci
tangan, menggunakan masker, menjaga kondisi tubuh dengan rajin
olahraga berserta istirahat yang cukup, dan makan-makanan yang
bergizi seimbang.

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, standar


pelayanan ANC adalah “10 T” [ CITATION Per16 \l 1057 ] yaitu:

1) Tinggi badan (TB) dan berat badan (BB).


2) Ukur tekanan darah.
3) Nilai status gizi ( LILA).
4) Ukur tinggi puncak rahim ( fundus uteri).
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ).
6) Skrining status imunisasi TT.
7) Pemberian tablet FE / tambah darah.
8) Tes laboratorium.
9) Tatalaksanan atau penanganan kasus sesuai kewenangan.
10) Temu wicara ( konseling).
3. Standar Pelayanan ANC

Pelayanan antenatal care standar minimal di puskesmas X menerapkan


10T. Asuhan antenatal adalah pemeriksaan untuk ibu hamil yang meliputi:
anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dalam melakukan pemeriksaan antenatal
bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan standar
pelayanan yaitu:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan


Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
penambahan Berat Badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Pelayanan antenatal 10 T yang
berkualitas, juga termasuk pengukuran tinggi badan pada pertama kali
11

kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu


hamil. Tinggi badan ibu hamil kurang dari 145 cm meningkatkan resiko
untuk terjadinya CPD (Cephalo Pelvic Disproportion).
b. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
dilakukan untuk mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >/ 140/90
mmhg) pada kehamilan dan pre eklampsia (hipertensi disertai udema
wajah atau tungkai bawah dan atau protein uria).
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas / LILA)
Pengukuran Lila hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga
kesehatan di trimester I untuk skrining ibu hamil beresiko Kekurangan
Energi Kronik (KEK) yaitu lila kurang dari 23,5 cm. Ibu hamil dengan
KEK beresiko melahirkan BERAT bayi lahir rendah atau (BBLR).
Menurut kemenkes RI (2015), cara pengukuran lingkar lengan atas
(LILA) yaitu alat ukur yang digunakan adalah pita antropometri / pita
LILA pengukuran dilakukan pada lengan atas kiri, pada wanita kidal
pengukuran dilakukan lengan atas kanan. Posisi siku dibengkokan
dengan sudut 90 derajat, pastikan letak akromion ( bagian tulang yang
menonjol dari bahu), dan olekranon (bagian bawah tulang lengan atas).
Kemudian ambil titik tengah antara akromion dengan olekranon lalu
beri tanda. Luruskan lengan, lakukan pengukuran lila pada titik
pertengahan yang sudah di tandai. Saat pengukuran lengan dalam
keadaan bebas dan pita pengukur harus menempel erat pada permukaan
kulit, tetapi tidak ada tekanan, kemudian baca hasil pengukuran.
d. Ukur tinggi puncak rahim (fundus uteri)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri pada setiap kali kunjungan
antenatal dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau
tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi fundus uteri tidak sesuai
dengan umur kehamilan, kemungkinan ada gangguan pertumbuhan
janin. Perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis
pubis, umbilikus atau processus xiphoideus.
12

Gambar 2.1
Pemeriksaan Leopold
(Sumber: (Aryawan, 2011) )
Palpasi leopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu
untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan palpasi
abdomen, palpasi leopold terdiri dari 4 langkah yaitu [ CITATION Per16 \l
1057 ]:
1) Leopold I: Leopold I bertujuan untuk mengetahui tinggi fundus
uteri dan bagian janin yang terdapat pada bagian fundus uteri.
Normal tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan. Pada
fundus teraba bagian lunak dan tidak melenting (bokong).
2) Leopold II: Leopold II Tujuannya untuk mengetahui bagian janin
yang terdapat di sisi kanan/ kiri perut ibu. Normal teraba bagian
panjang, keras seperti papan (punggung) pada satu sisi uterus dan
pada sisi lain teraba bagian kecil.
3) Leopold III: Leopold III bertujuan untuk menentukan bagian janin
yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin
tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).
4) Leopold IV: Leopold IV bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul. Posisi
tangan masih bisa bertemu, sebagian kecil sudah masuk PAP
(konvergen), posisi tangan tidak bertemu sebagian besar sudah
masuk PAP (divergen).

Tabel 2.2 Tinggi Fundus Uteri


No. Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri
1 12 Minggu 1-2 Jari diatas symphysis
13

Pertengahan antara
2 16 Minggu
symphisis-pusat
3 20 Minggu Tiga jari dibawah pusat
4 24 Minggu Setinggi pusat
5 28 Minggu Tiga jari diatas pusat
Pertengahan pusat-
6 32 Minggu
processus xiphoideus
Tiga jari dibawah
7 36 Minggu
processus xiphoideus
2-3 jari dibawah processus
8 40 Minggu
xiphoideus

Sumber: [ CITATION Fat17 \l 1057 ]

Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan


fundus uteri karena kepala janin sudah masuk pintu atas panggul
sedangkan pada multigravida kepala janin baru masuk pintu atas
panggul saat menjelang persalinan [ CITATION Uta19 \l 1057 ].
Taksiran berat badan janin juga dapat diketahui melalui pengukuran
tinggi fundus uteri. Menurut [ CITATION Iri141 \l 1057 ] taksiran berat
badan janin dapat dihitung dengan menggunakan berbagai cara, salah
satunya menggunakan cara Jhonson’s yaitu: TBBJ (gram) = 155 x
(TFU (cm)-(11 jika kepala sudah masuk PAP, 12 jika belum masuk
PAP).
e. Tentukan presentasi janin dan denyut janjtung janin (DJJ)
Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III
bagian bawah janin bukan kepala, atau atau kepala janin belum masuk ke
panggul berarti ada kelainan letak, panggul sempit atau ada masalah lain.
Penilaian DJJ dilakukan dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJJ lambat kurang dari 120
kali/menit atau DJJ cepat lebih dari 160 kali/ menit menunjukan adanya
gawat janin.
f. Skrining status imunisasi TT (Tetanus Toxoid)
14

Untuk mencegah tetanus neonatorum, ibu hamil harus mendapatkan


imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, ibu hamil diskrining status
imunisasi TT-nya. Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali
dengan jarak penyuntikan 2 bulan, vaksin ini disuntikkan pada otot
lengan (deltoideus) sebanyak 0,5 ml diberikan secara intramuskuler
atau subkutan (Kemenkes, 2012). Pemberian imunisasi TT pada ibu
hamil harus disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu saat ini.

Tabel 2.3 Pemberian Imunisasi TT

Imunisasi Interval Masa perlindungan

TT 1 Pada kunjngan ANC pertama Tidak ada

TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 bulan

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 bulan

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun

TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun/seumur hidup

Sumber : [ CITATION Sul12 \l 1057 ]

g. Pemberian tablet FE ( penambah darah/ tablet besi)


Untuk mencegah Anemia defisiensi besi, setiap ibu hamil harus
mendapat tablet tambah darah (Tablet zat besi) dan asam folat minimal
90 tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
Tablet ini mengandung 200mg sulfat ferosus 0,25mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Tujuan pemberian tablet adalah untuk kebutuhan
Fe pada ibu hamil dan nifas, karena pada masa kehamilan
kebutuhannya meningkat seiring pertumbuhan janin. Kebutuhan akan
Fe selama trimester I relatif sedikit sekitar 0,8 mg sehari yang
kemudian meningkat tajam selama trimester II dan III, yaitu 6,3 mg
sehari [ CITATION Iri14 \l 1057 ]. Zat besi ini penting untuk
mengkompensasi peningkatan volume darah yang terjadi selama
kehamilan dan untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan
15

janin. Kebutuhan zat besi (Fe) selama hamil yaitu rata-rata 800 mg –
1040 mg. Kebutuhan zat besi (Fe) ini diperlukan kurang lebih untuk :
1) 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
2) 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
3) 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal/ sel darah merah.
4) 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urine dan kulit.
5) 200 mg akan menghilang ketika melahirkan.
h. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. Pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada
setiap ibu hamil yaitu pemeriksaan urine(kehamilan) golongan darah,
hemoglobin darah, protein urine, dan pemeriksaan spesifik untuk
daerah yang endemis/ epidemi (malaria, IMS, HIV, dll). Pemeriksaan
laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain yang
dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal.

i. Tatalaksana/penanganan kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan hasil pemeriksaan
laboratorium, setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus
ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan bidan. Kasus–kasus
yang tidak dapat ditangani harus dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
j. Temu wicara/konseling
Temu wicara (konseling) dilakukan pada setiap kunjungan antenatal
yang meliputi, kesehatan Ibu, prilaku hidup bersih dan sehat, serta
peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan.

4. Ketidaknyamanan dalam kehamilan Trimester I, II dan Trimester III beserta cara


mengatasi-nya.

a. Ketidaknyamanan pada TM I
16

Tabel 2.4. Ketidaknyamanan pada Trimester I


No Ketidaknyamanan Cara mengatasinya
1. Mual dan muntah a) Melakukan pengaturan pola makan.
b) Menghindari stress.
c) Meminum air jahe.
d) Menghindari meminum kopi/kafein,
tembakau dan alkohol.
e) Mengkonsumsi vit. B6 1,5mg/hari
2. Hipersaliva a) Menyikat gigi.
b) Berkumur.
c) Menghisap permen yang mengandung mint.
3. Pusing a) Istirahat dan tidur serta menghilangkan
stress.
b) Mengurangi aktivitas dan menghemat energi.
c) Kolaborasi dengan dokter kandungan.
4. Mudah lelah a) Melakukan pemeriksaan kadar zat besi.
b) Menganjurkan ibu untuk beristirahat siang
hari.
c) Menganjurkan ibu untuk minum lebih
banyak.
d) Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan.
e) Mengkonsumsi makanan seimbang
5. Peningkatan frekuensi a) Latihan Kegel
berkemih b) Menganjurkan ibu untuk buang air kecil
secara teratur.
c) Menghindari penggunaan pakaian ketat.
6. Konstipasi a) Konsumsi makanan berserat.
b) Terapi farmakologi berupa laxatif oleh
dokter kandungan.
7. Heartburn a) Menghindari makan tengah malam.
b) Menghindari makan porsi besar.
c) Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat
telentang.
d) Mengunyah permen karet.
e) Tidak mengkonsumsi rokok maupun alkohol.
Sumber: [ CITATION Iri141 \l 1057 ]

b. Ketidaknyamanan pada TM II
Tabel 2.5. ketidaknyamanan pada TM II
No Ketidaknyamanan Cara mengatasinya
1. Pusing a) Cukup istirahat.
b) Menghindari berdiri secara tiba-tiba dari
posisi duduk.
c) Hindari berdiri pada waktu yang lama.
d) Jangan lewatkan waktu makan.
e) Berbaring miring ke kiri.
2. Sering berkemih a) Menyarankan ibu untuk banyak minum di
siang hari dan mengurangi minum pada
malam hari.
b) Menyarankan ibu untuk buang air kecil
secara teratur.
17

c) Menghindari penggunaan pakaian ketat.


3. Nyeri perut bawah a) Menghhindari berdiri secara tiba-tiba dari
posisi jongkok.
b) Mengajarkan ibu posisi tubuh yang baik.
4. Nyeri punggung a) Memberitahu ibu untuk menjaga posisi
tubuhnya.
b) Menganjurkan ibu untuk melakukan
evcercise selama hamil.
c) Menganjurkan ibu untuk mengurangi
aktivitas serta menambah istirahat.
5. Flek kehitaman pada a) Anjurkan ibu untuk menggunakan lotion.
wajah b) Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra
dengan ukuran besar.
c) Anjurkan ibu untuk menggunakan pelembab
kulit.
6. Sekret vagina a) Mengganti celana dalam bila basah atau
lembab.
berlebih
b) Memelihara alat kebersihan.
7. Konstipasi
a) Mengkonsumsi makanan berserat.

b) Memenuhi kebutuhan hidrasinya.

c) Melakukan olahraga ringan secara rutin.


8. Penambahan berat a) Memberikan contoh makanan yang baik
dikonsumsi.
badan
b) Menghitung jumlah asupan kalori.
9. Pergerakan Janin a) Mengajarkan kepada ibu untuk merasakan
gerakan janin,misalnya dengan
menggunakan 2 wadah kosong dan manik-
manik, kemudian anjurkan pada ibu untuk
memindahkan manik-manik tersebut
kewadah lainnya selama 2 jam dan
merasakan gerakan janinnya.
10. Perubahan Psikologis a) Memberikan ketenangan pada ibu dengan
memberikan informasi yang dibutuhkan ibu.
b) Memberikan motivasi dandukungan pada
ibu.
c) Melibatkan orang terdekat dan atau keluarga
pada setiap asuhan.

Sumber: [ CITATION Iri141 \l 1057 ]

c. Ketidaknyamanan pada TM III


Tabel 2.6. Ketidaknyamanan pada Trimester III

N Ketidaknyamanan Cara mengatasinya


o
1. Sering buang air kecil a) Ibu hamil disarankan untuk tidak minumsaat 2-3
jam sebelum tidur.
18

b) Kosongkan kandung kemih sesaat sebelum tidur.


c) Agar kebutuhan air pada ibu hamil.
d) tetap
terpenuhi, sebaiknya minum lebih banyak pada siang hari.
2. Pegal-pegal a) Sempatkan untuk berolahraga.
b) Senam hamil.
c) Mengkonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium.
d) Jangan berdiri / duduk / jongkok terlalu lama
e) Anjurkan istirahat tiap 30 menit.
3. Hemoroid a) Hindari konstipasi.
b) Makan-makanan yang berserat dan banyak minum.
c) Gunakan kompres es atau air hangat.
d) Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali
hemoroid ke dalam anus dengan pelan-pelan.
e) Bersihkan anus dengan hati-hati sesudah defekasi.
f) Usahakan BAB dengan teratur.
g) Ajarkan ibu dengan posisi kneechest 15 menit/hari.
4. Kram dan nyeri pada a) Lemaskan bagian yang kram dengan cara mengurut.
b) Pada saat bangun tidur, jari kaki ditegakkan sejajar
kaki
dengan tumit untuk mencegah kram mendadak.
c) Meningkatkan asupan kalsium.
d) Meningkatkan asupan air putih.
e) Melakukan senam ringan.
f) Istirahat cukup.
5. Gangguan Pernafasan a) Latihan nafas melalui senam hamil.
b) Tidur dengan bantal yang tinggi.
c) Makan tidak terlalu banyak.
d) Konsultasi dengan dokter apabila ada kelainan asma
dll.
6. Oedema a) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring dengan
posisi miring kiri.
b) Meninggikan kaki bila duduk.
c) Meningkatkan asupan protein.
d) Menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan sehari
untuk membantu diuresis natural.
e) Menganjurkan kepada ibu untuk cukup berolahraga.

7. Perubahan Libido a) Informasikan pada pasangan bahwa masalah ini


normal dan dipengaruhi oleh hormon esterogen dan
atau kondisi psikologis.
b) Menjelaskan pada ibu dan suami untuk mengurangi
frekuensi hubungan seksual selama masa kritis.
c) Menjelaskan pada keluarga perlu pendekatan dengan
memberikan kasih sayang pada ibu.

Sumber: [ CITATION Iri141 \l 1057 ]


Dasar dalam pemantauan pada trimester III kehamilan yaitu pada usia
27-42 minggu, diantaranya:
a) Pemantaunan penambahan berat badan berdasarkan pada IMT ibu.
b) Pemeriksaan tekanan darah.
19

c) Pemeriksaan tinggi fundus dan penentuan berat badan janin.


d) Penentuan letak janin dengan palpasi abdominal.
e) Melakukan pemeriksaan denyut jantung janin.
f) Deteksi terhadap masalah psikologis dan berikan dukungan selama
kehamilan.
g) Kebutuhan exercise ibu yaitu dengan senam hamil.
h) Deteksi pertumbuhan janin dengan pemeriksaan palpasi.
i) Mengurangi keluhan akibat ketidaknyamanan yang terjadi pada
trimester III.
j) Deteksi dini komplikasi yang terjadi pada trimester III dan
melakukan tindakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat.
k) Melibatkan keluarga dalam setiap asuhan.
l) Persiapan laktasi.
m)Persiapan persalinan.

n) Melakukan kolaborasi pemeriksaan USG jika ditemukan


kemungkinan kelainan letak janin, letak plasenta atau penurunan
kesejahteraan janin.

D. Persalinan
1. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal

Asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama


persalinan,dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup


dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi pada ibu dan bayi-nya,
melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang
seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.

Setiap intervensi yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan


normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang
20

manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses


persalinan [CITATION Asr21 \l 1057 ].

Dalam pedoman pelayan persalinan oleh [ CITATION Kem20 \l 1057 ] di


era adaptasi kebiasaan baru selama pandemi COVID-19 membuat sistem
pelayanan berubah. adapun beberapa pelayanan yang diberikan sebagai
berikut:

a. Semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan.

b. Pemilihan tempat pertolongan persalinan ditentukan berdasarkan :

1) Kondisi ibu yang ditetapkan pada saat skrining risiko persalinan.

2) Kondisi ibu saat inpartu.

3) Status ibu dikaitkan dengan COVID-19.

a) Persalinan di RS rujukan COVID-19 untuk ibu dengan status :


suspek, probable, dan terkonfirmasi COVID-19 ( penanganan
tim multidisiplin ).

b) Persalinan di RS non rujukan COVID-19 untuk ibu dengan


status: suspek, probable, dan terkonfirmasi pedoman pelayanan
antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir di era adaptasi
kebiasaan baru COVID-19 , jika terjadi kondisi RS rujukan
COVID-19 penuh dan/ atau terjadi kondisi emergensi,
persalinan dilakukan dengan APD yang sesuai.

c) Persalinan untuuk ibu dengan status kontak erat ( skrining


awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal ( NRL <5,8 dan
limfosit normal ), rapid test non reaktif ). Persalinan di FKTP
(fasilitas kesehatan tingkat pertama) memnggunakan APD yang
sesuai dan dapat menggunakan delivery chamber (penggunaan
delivery chamber belum terbukti dapat mencegah transmisi
COVID-19).
21

4) Pasien dengan kondisi inpartu atau emergensi harus diterima di


semua fasilitas pelayanan kesehatan walaupun belum diketahui
status COVID-19 kecuali bila ada kondisi yang mengharuskan
dilakukan rujukan karena komplikasi obstetric.

c. Rujukan terencana untuk:

1) Ibu yang memiliki resiko pada persalinan

2) Ibu hamil dengan status suspek dan terkonfirmasi COVID-19


pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir
di era adaptasi kebiasaan baru.

d. Ibu hamil melakukan isolasi mandiei minimal 14 hari sebelum taksiran


persalinan atau sebelum tanda persalinan.

e. Pada zona merah ( resiko tinggi ), orange ( risiko sedang ), dan kuning
( risiko rendah ), ibu hamil dengan atautanpa tanda dan gejala COVID-
19 pada H-14 sebelum taksiran persalinan dilakukan skrining untuk
menentukan status COVID-19. Skrining dilakukan dengan Anamnesa,
pemeriksaan darah NRL atau rapid test ( jika tersedia fasilitas dan
sumber daya). Untuk daerah yang mempunyai kebijakan lokal dapat
melakukan skrining lebih awal.

f. Pada zona hijau (tidak terdampak/tidak ada kasus), skrining COVID-


19 pada ibu hamil jika ibu memiliki kontak erat dan atau gejala.

g. Untuk ibu dengan status kontak erat tanpa penyulit obstetrik (skrining
awal: anamnesis, pemeriksaan darah normal (NLR < 5,8 dan limfosit
normal), rapid test non reaktif), persalinan dapat dilakukan di FKTP.
Persalinan di FKTP dapat menggunakan delivery chamber tanpa
melonggarkan pemakaian APD (penggunaan delivery chamber belum
terbukti dapat mencegah transmisi COVID-19). Pedoman Pelayanan
Antenatal, Persalinan, Nifas, dan Bayi Baru Lahir di Era Adaptasi
Kebiasaan Baru
22

h. Apabila ibu datang dalam keadaan inpartu dan belum dilakukan


skrining, Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus tetap melayani tanpa
menunggu hasil skrining dengan menggunakan APD sesuai standar.

i. Hasil skrining COVID-19 dicatat/dilampirkan di buku KIA dan


dikomunikasikan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat rencana
persalinan.

j. Pelayanan KB pasca persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur,


diutamakan menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP).

Prinsip-prinsip pencegahan COVID-19 pada ibu bersalin di


masyarakat meliputi universal precaution dengan selalu cuci tangan,
menggunakan masker, menjaga kondisi tubuh dengan rajin olah raga dan
istirahat cukup, makan dengan gizi yang seimbang, dan mempraktikkan
etika batuk-bersin[ CITATION Kem20 \l 1057 ].

Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan


hidup dan memberikan derajat Kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal.

a. Asuhan kebidanan pada kala I

Kala I (kala pembuka) yaitu inpartu yang ditandai dengan


keluarnya lendir bercampur darah karena servik mulai membuka dan
mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar
kanalis karena pergerseran-pergeseran, ketika servik mendatar dan
membuka [ CITATION Asr21 \l 1057 ].

1) Fase laten, dimana pembukaan servik berlangsung lambat dimulai


sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
23

2) Fase aktif (pembukaan 4 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi


dalam 3 subfase yaitu periode akselerasi berlangsung selama 2 jam
pembukaan menjadi 4 cm, periode dilatasi maksimal berlangsung
selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, dan
periode deselerasi berlangsung lambat dalam 2 jam pembukaan jadi
10 cm atau lengkap.

Menurut[ CITATION Uta19 \l 1057 ] asuhan persalinan kala I dengan


menggunakan patograf di mulai pada pembukaan 4 cm atau pada saat
fase aktif persalinan. Kemudian petugas harus mencatat kondisi dan
temuan pada ibu maupun janin seperti:

1) Denyut jantung janin

Nilai, dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering apabila ada tanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini,
menunjukan waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ terpapar pada
partograf di antara garis tebal angka 100 dan 180. Tetapi, penolong
harus sudah waspada bila DJJ di bawah 120 atau diatas 160 untuk
tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ melampaui
kisaran normal ini. Catat tindakan-tindakan yang dilakukan pada
ruang yang tersedia di salah satu dari kedua sisi partograf.

2) Air ketuban

Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksan dalam dan


nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Gunakan
lambang-lambang berikut ini :

U : Ketuban utuh (belum pecah)

J : Ketuban sudah pecah (putih keruh)

M : Ketuban bercampur mekonium

D : Ketuban bercampur darah


24

K : Ketuban kering

3) Perubahan bentuk kepala janin (molase)

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh


kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagaian keras panggul
ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih,
menunjukan kemungkinan adanya disporporsi tulang panggul (CPD).
Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang
kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.

0 : sutura masih terpisah

1 : sutura menempel

2 : sutura tumpang tindih tapi masih bisa diperbaiki

3 : sutura tumpang tindih dan tidak bisa diperbaiki

4) Kemajuan persalinan

a) Pembukaan serviks, dinilai tiap 4 jam dan ditandai dengan tanda


silang.

b) Penurunan kepala bayi, menggunakan sistem perlimaan, catat


dengan tanda lingkaran (0). Pada posisi 0/5, sinsiput (S), atau
paruh atas kepala berada di simfisis pubis.

5) Jam dan waktu

Waktu, menyatakan berapa lama penanganan sejak pasien


diterima dan waktu mulainya fase aktif persalinan.

6) Kontraksi uterus

Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam lakukan


palpasi untuk hitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan
25

lamanya. Lama kontraksi dibagi dalam hitungan detik : <20 detik, 20-
40detik, dan >40 detik.

7) Obat-obatan yang diberikan

Oksitosin, catat jumlah oksitosin pervolume cairan infus serta


jumlah tetes permenit.

8) Kesehatan dan kenyamanan ibu

a) Nadi, setiap ½ jam sekali tandai dengan titik besar.

b) Tekanan darah, setiap 4 jam sekali tandai dengan anak panah.

c) Suhu tubuh, setiap 4 jam sekali

9) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya mencakup


jumblah cairan per-oral yang diberikan, keluhan, sakit kepala atau
pengelihatan kabur, protein, aseton, volume urine, catat setiap ibu
berkemih.
Tabel 2.7. Penilaian dan Intervensi Selama Kala I

Frekuensi pada kala I Frekuensi pada kala I


Parameter
fase laten fase aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30 menit Setiap 30 menit

DJJ Setiap 30 menit Setiap 30 menit

Kontraksi Setiap 30 menit Setiap 30 menit

Pembukaan Setiap 4 jam (dinilai pada Setiap 4 jam (dinilai pada


Serviks saat pemeriksaan dalam) saat pemeriksaan dalam)

Penurunan Setiap 4 jam (dinilai pada Setiap 4 jam (dinilai pada


Kepala saat pemeriksaan dalam) saat pemeriksaan dalam)

Urine Setiap 2-4 jam Setiap 2 jam

Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]


26

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan


membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf memberi peringatan pada petugas kesehatan
bahwa suatu persalinan berlangsung lama, serta adanya gawat ibu dan
janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk.

b. Asuhan kebidanan pada kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan seviks sudah lengkap 10 cm dan


berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi [ CITATION Sar12 \l 1057 ]

1) Tanda dan Gejala Kala II

a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

b) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

c) Ibu merasakan semakin meningkatnya tekanan pada rektum atau


vagina.

d) Perineum terlihat menonjol.

e) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

f) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.

2) Diagnosis kala II

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang


menunjukkan bahwa :

a) Pembukaan serviks telah lengkap.

b) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.


Tabel 2.8. Lamanya Persalinan

Lamanya Persalinan
27

Primipara Multipara

Kala I 13 jam 7 jam

Kala II 1 jam ½ jam

Kala III ½ jam ¼ jam

Total 14 ½ jam 7 ¾ jam


Sumber: [ CITATION Sar12 \l 1057 ]

3) Asuhan yang dapat diberikan Pada Kala II

a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan cara


mendamping agar ibu merasa nyaman dan menawarkan minum dan
mengipasi serta memijat ibu.

b) Menjaga kebersihan diri agar terhindar dari infeksi dan jika ada
darah, lender atau cairan ketuban segera dibersihkan.

c) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan.

d) Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan, ibu dapat


memilih posisi jongkok, menungging, tidur miring, atau setengah
duduk.

e) Menjaga kandung kemih tetap kosong.

f) Memberikan cukup minum agar memberikan tenaga dan mencegah


dehidrasi.

c. Asuhan kebidanan pada kala III ( manajenem aktif kala III)

Kala III persalianan di mulai setelah lahir-nya bayi dan berakhir


dengan lahir-nya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir [ CITATION Sar12 \l 1057 ].

Tujuan dari menajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan


kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu
setiap kala, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala
28

III persalinan jika dibandingkan kala III fisiologis [ CITATION Kem20 \l 1057
]. Manajemen aktif kala III terdiri dari :

1) Pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir.

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.

3) Masase fundus uteri.

Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

1) Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan


menyusui segera.

2) Memberitahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

3) Pencegahan infeksi kala III.

4) Memantau keadaan ibu (tanda-tanda vital, kontraksi dan perdarahan).

5) Melakukan kolaborasi atau rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

6) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

7) Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

d. Asuhan kebidanan pada kala IV

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini,
ibu masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan.
Oleh karena itu, pada kala IV ibu belum boleh dipindahkan ke kamarnya
dan tidak boleh ditinggalkan bidan [ CITATION Sar12 \l 1057 ]Observasi yang
harus dilakukan pada kala IV yaitu:

1) Tingkat kesadaran.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, dan


pernapasan.
29

3) Kontraksi uterus.

4) Perdarahan, dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400


sampai 500 cc.

Segera setelah kelahiran plasenta, terjadi perubahan maternal pada


saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda dan
ibu memasuki penyembuuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Pada
saat ini bidan harus memfasilitasi fase taking in dan memastikan
kemampuan ibu berpartisipasi adalah langkah-langkah vital dalam proses
bonding [ CITATION Uta19 \l 1057 ] Asuhan dan pemantauan yang di berikan
kepada ibu yaitu:

1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan


perdarahan selama 15 menit dalam satu jam pertama dan 30 menit
dalam satu jam kedua.

2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15


menit dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam satu jam kedua.

3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam
kedua pasca persalinan.

4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam


satu jam pertama dan 30 menit dalam satu jam kedua.

5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan


uterus juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi
lembek.

2. Tahap Persalinan
Tata laksana asuhan persalinan normal tergabung dalam 60 langkah
APN, yaitu:
a. Melihat tanda dan gejala kala II
1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II
a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
30

b) Ibu merasakan tekanan yang pada rectum atau vagina.


c) Perineum menonjol.
d) Vulva dan sfingter ani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir.Untuk asuhan bayi baru lahir atau
resusitasi, siapkan:
a) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat.
b) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi).
c) Alat hisap lendir
d) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
a) Menggelar kain diperut bawah ibu.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit.
c) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
tangan dengan handuk satu kali pakai atau handuk pribadi yang
bersih.
5) Memakai sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau
steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6) Menyedot oksitosin 10 IU ke dalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau steril
dan meletakkan kembali di partus set atau wadah DTT atau steril
tanpa mengontaminasi tabung suntik.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7) Membersihkan vulva dan perineum. Menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi air DTT.
31

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,


bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b) Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam
wadah yang tersedia.
c) Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5%
selanjutnya langkah ke 9. Pakai sarung tangan DTT/steril untuk
melaksanakan langkah lanjutan.
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan serviks sudah lengkap. Bila
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya didalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160
x/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b) Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua
temuan pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam
partograf.
d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan
meneran
11) Memberitahu Ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginannya.
a) Tunggu timbulkontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin dan
dokementasikan semua temuan yang ada.
32

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk


mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran
secara benar.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kaut.

Gambar 2.1. Posisi Jongkok atau Berdiri

Gambar 2.2. Posisi Duduk atau Setengah Duduk

Gambar 2.3. Posisi Merangkak atau Berbaring Miring Kiri

Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk


meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran secara benar dan efektif.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu
yang lama).
d) Menganjurkan ibu beristirahat di antara kontraksi.
33

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi


semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per-oral.
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran >120 menit (2 jam)
pada primigravida dan >60 menit (1 jam) pada multigravida.
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong
ibu.
17) Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan
peralatan.
18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
f. Menolong kelahiran bayi
19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan
tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut
dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar
perlahan- lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan
atau bernafas cepat dan dangkal saat kepala lahir.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses
kelahiran bayi. Perhatikan!
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
34

Gambar 2.5. Cara Memeriksa Lilitan Tali Pusat


Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]
21) Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
g. Lahir bahu
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua
tangan di masing-masing sisi muka bayi (biparental). Menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis.

Gambar 2.6. Cara Melahirkan Bahu Depan


Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]
Kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar
untuk melahirkan bahuposterior.

Gambar 2.4. Cara Melahirkan Bahu Belakang


Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai dari
kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut.
35

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Gambar 2.8. Cara Menelusuri Tubuh Bayi


Sumber:[ CITATION Asr21 \l 1057 ]
h. Penanganan bayi baru lahir
25) Lakukan penilaian selintas:
a) Apakah bayi cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?
d) Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.Bila semua
jawaban “YA”, lanjut ke-26.

26) Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya tanpa membersihkan verniks. Pastikan bayi dalam posisi
dan kondisi aman dan diperut bagian bawah ibu.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang
lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemeli).

28) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin)
36

30) Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat dengan klem
kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari telunjuk dan jari
tengah tangan yang lain untuk mendorong isi tali kearah ibu, dan
klem tali pusat pada sekitar 2 cm dari klem pertama.

31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah di jepit


(lindungi perut bayi), dan pengguntingan tali pusat di antara 2
klem tersebut.
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul
kunci pada sisi lainnya.
c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah
disediakan.

Gambar 2.5. Cara Menggunting Tali Pusat


Sumber: [ CITATION Asr21 \l 1057 ]

32) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi
lebih rendah dari puting susu atau areola mamae ibu.
a) Selimuti ibu-bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di
kepala bayi.
b) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam.
c) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 30-60 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
37

d) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi


sudah berhasil menyusu.
i. Manajemen aktif kala III persalinan

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.

34) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu (tepat
diatas tulang pubis), menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan
klem dengan tangan yang lain.

35) Setelah uterus berkontraksi, teganggakan tali pusat kearah bawah


sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas
(dorso kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
kembali prosedur diatas.

a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau


anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.

Gambar 2.6. Cara Penegangan Tali Pusat


Sumber:[ CITATION Asr21 \l 1057 ]

j. Mengeluarkan plasenta

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta dapat di
lahirkan.
38

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan


ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai
dengan sumbu jalan lahir ( ke arah bawah-sejajar lantai-atas).
b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta. Jika
plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:

(1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(2) Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptik) jika kandung


kemih penuh.

(3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan .

(4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali pusat 15


menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau
terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta
manual.

37) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan


kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.
a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal.
k. Ransangan taktil (masase) uterus

1) Segera setelah plasenta dan selaput lahir, lakukan masase uterus


dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan lembut sehingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
39

2) Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal,


kompresi aorta abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus
tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan
taktil/masase.
l. Menilai pendarahan

1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel pada ibu


maupun janin serta selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan
plasenta didalam kantong plastik atau tempat khusus.

2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan


segera menjahit laserasi yang mengalamai perdarahan aktif.
m. Asuhan pasca persalinan

1) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi


perdarahan pervaginam.

2) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.


n. Evaluasi
1) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung
tangan tersebut dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain
bersih dan kering.
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
3) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap
15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30
menit selama 1 jam kedua pasca persalinan. Memeriksa suhu tubuh
ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
4) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
5) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik(40-60 kali/menit).
a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, resusitasi dan
segera rujuk ke rumah sakit.
40

b) Jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujukke
Rumah Sakit (RS) Rujukan.
c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan
kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam
satu selimut.
o. Kebersihan dan keamanan

1) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5 % untuk


dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi.

2) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat


sampah yang sesuai.

3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat


tinggi. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.


Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan
minuman yang diinginkan.

5) Mendekontaminasi tempat tidur ibu yang digunakan pasca


melahirkan dengan larutan klorin 0,5 % dan membilas dengan air
bersih.

6) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 %,


membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit.

7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

8) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan


fisik bayi.
41

9) Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi


baik, pernapasan normal, (40-60 kali/menit) dan suhu tubuh normal
(36,5-37,50C) setiap 15 menit.

10) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1, berikan suntikan hepatitis B


di paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu
agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

11) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di


dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

12) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissueatau handuk pribadi yang bersih dan
kering.
p. Dokumentasi

Melengkapi partograf (halalam depan dan belakang), periksa tanda


vital dan asuhan kala IV persalinan.

E. Nifas
1. Asuhan kebidanan masa Nifas Normal
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalamwaktu 3 bulan [ CITATION Kem15 \l 1057 ]
Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui adalah untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Melaksanakan skrining secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-
hari. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan mendapatkan
kesehatan emosi.
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Pengerutan Rahim (Involusi)
42

Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada


kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar
dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi
neurotic (layu/mati). Perubahan ini dapat diketahui dengan
melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU nya
(tinggi fundus uteri).
Tabel 2.9. TFU dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi

Involusi Uteri Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Setinggi pusat, 2 jari


Saat bayi baru lahir 1000 gram
di bawah pusat

Pertengahan pusat-
1 minggu post partum 500 gram
simfisis

Tidak teraba di atas


2 minggu post partum 350 gram
simfisis

6 minggu post partum Normal 50 gram

Normal seperti
8 minggu post partum 30 gram
sebelum hamil

[ CITATION Kem15 \l 1057 ]

b. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea


mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Lochea dibedakan menjadi 4 jenis berdasrakan warna dan
waktu keluarnya.
Tabel 2.10. Perbedaan Masing-masing Lochea

Lochea Waktu Warna Ciri-Ciri

Terdiri dari darah


segar,jaringan sisa-sisa
Rubra plasenta dan selaput
1-2 hari Merah
(Cruenta) ketuban,dinding rahim,
lemak bayi,lanugo, dan
mekonium
43

Merah
Sanguinolenta 3-7 hari kecoklatan dan Sisa darah dan berlendir
berlendir

Mengandung serum,
8-14 Kuning
Serosa leukosit,dan
hari kecoklatan
robekan/laserasi plasenta

Mengandung leukosit, sel


>14 Putih desidua, sel epitel, selaput
Alba
hari kekuningan lender serviks, dan serabut
jaringan yang mati

[ CITATION Mar14 \l 1057 ]


c. Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu (ASI), yang merupakan makanan pokok terbaik bagi bayi
yang bersifat alamiah. Komponen ASI ini tidak konstan dan tidak
sama dari waktu ke waktu [ CITATION Mar14 \l 1057 ]

Tabel 2.11. Jenis-Jenis ASI

Jenis-Jenis ASI Ciri-Ciri

Cairan pertama yang dikeluarkan oleh kelenjar


payudara pada hari 1-3, berwarna kuning
Kolostrum
keemasan, mengandung protein tinggi rendah
laktosa

Keluar pada hari 3-8, jumlah ASI meningkat tetapi


ASI Transisi
protein rendah dan lemak, hidrat arang tinggi

ASI yang keluar hari ke 8-11 dan seterusnya,


ASI Mature
nutrisi terus berubah sampai bayi 6 bulan

[ CITATION Mar14 \l 1057 ]


2. Kunjungan nifas
Kunjungan rumah postpartum dilakukan sebagai suatu tindakan untuk
pemeriksaan postpartum lanjutan. Kunjungan rumah direncanakan untuk
bekerja sama dengan keluarga dan dijadwalkan berdasarkan kebutuhan
[ CITATION Mar14 \l 1057 ].
44

Pelayanan pasca salin (ibu nifas) dalam kondisi normal tidak terpapar
COVID-19 kunjungan minimal dilakukan 4 kali) [ CITATION Kem20 \l
1057 ].
a. Kunjungan I ( 6 jam-2 hari setelah persalinan)
Asuhan yang di berikan yaitu:mencegah pendarahan masa nifas,
mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan (rujuk bila terjadi
perdarahan bila berlanjut), pemberian ASI awal, memberikan konseling
ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri, melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir, menjaga bayi tetap sehat.
b. Kunjungan II (3-7 hari setelah persalinan)
Asuhan yang diberikan yaitu:memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi baik, fundus dibawah umbilikus, tidak ada
pendarahan abnormal dan tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu
mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat, memastikan ibu
menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda-tanda penyulit,
memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
c. Kunjungan III (8-28 hari setelah persalinan)
Asuhan yang diberikan yaitu: memastikan involusi uterus berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus,tidak ada
perdarahan, abnormal dan tidak ada bau,menilai adanya tanda-tanda
demam,infeksi atau perdarahan abnormal,memastikan ibu mendapatkan
makanan, cairan dan istirahat, memastikan ibu menyusui dengan
baikdan tidak memperhatikan tanda-tanda penyulit, memberikan
konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
d. Kunjungan IV (29-42 hari setelah persalinan)
Asuhan yang diberikan yaitu : menanyakan pada ibu tentang
penyulit yang ibu dan bayi alami,konseling untuk KB secara dini.
45

F. Bayi baru lahir


1. Asuhan bayi baru lahir
Neonatus atau bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan aterm (37 minggu sampai 40 minggu) dengan berat badan lahir
2500 gr sampai 4000 gr, tanpa ada masalah atau kecacatan pada bayi
sampai umur 28 hari.
Tujuan asuhan kebidanan yang lebih luas selama masa ini adalah
memberikan perawatan komperhensif kepada bayi baru lahir pada saat dalam
ruang rawat, untuk mengajarkan orang tua bagai mana merawat bayi mereka
dan untuk memberikan motivasi terhadap upaya pasangan menjadi orang tua,
sehingga orang tua percaya diri dan mantap [ CITATION Mar14 \l 1057 ].
2. Penatatalaksanaan asuhan pada bayi baru lahir

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang bersih dan aman
selama masa persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya
pencegahan komplikasi terutama perdarahan postpartum, hipotermia dan
asfiksia bayi baru lahir dan mencegah koplikasi yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan fisik tidak perlu berurutan, mendahulikan menilai pernafasan,
tarikan dinding nada dan denyut jantung serta perut.
Tabel 2.12. Penilaian Bayi dengan Metode APGAR

Aspek Skor
Pengamatan
Bayi Baru
0 1 2
Lahir

Warna kulit tubuh


normal, tetapi
Seluruh tubuh Warna kulit
Appearance/ tangan dan kaki
bayi berwarna seluruh tubuh
warnakulit berwarna kebiruan
kebiruan normal

Pulse/denyut Denyut nadi tidak Denyut nadi, 100 Denyut nadi


nadi ada kali/menit >100kali/menit

Grimace/ Tidak ada respon Meringis, menarik,


Wajah meringis
respon terhadap batuk atau bersin
saat distimulasi
refleks stimulasi saat distimulasi
46

Lengan dan kaki


Activity/ Lemah, tidakada dalam posisi fleksi Bergerak aktif dan
tonus otot gerakan dengan sedikit spontan
gerakan

Tidak bernafas,
Menangis lemah, Menangis
Respiratory/ pernafasan
terdengar seperti kuat,pernafasan
pernafasan lambat dan tidak
merintih baik dan teratur
teratur

[ CITATION Mar15 \l 1057 ]

Interpretasi :

a. Nilai 1-3 asfiksia berat


b. Nilai 4-6 asfiksia sedang
c. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)   
1) Lihat postur, tonus dan aktivitas
a) Posisi tungkai dan lengan fleksi
b) Bayi sehat dan bergerak aktif
2) Lihat kulit
a) Wajah, bibir, dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya
kemerahan dan bisul.
3) Hitung pernafasan dan lihat tarikan dada kedalam ketika bayi
sedang tidak menangis.
a) Frekuensi pernafasan normal 40-60 kali per menit.
b) Tidak ada tarikan dada kedalam yang kuat.
4) Hitung denyut jantung dengan meletakan stetoskop di dada kiri,
frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit.
5) Lakukan pengukuran suhu di aksila dengan themomoeter, suhu
normal 36,50C -37,50C.
6) Lihat dan raba bagian kepala
a) Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian pada
proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam.
b) Ubun-ubun besar rata tidak menonjol, dapat sedikit membenjol
saat bayi menangis.
47

7) Lihat mata, tidak ada kotoran atau sekret.


8) Lihat bagian dalam mulut , masukan satu jari menggunakan sarung
tangan kedalam mulut raba langit-langit.
a) Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang
terbelah.
b) Nilai kekuatan isap bayi, bayi akan menghisap dengan kuat.
9) Lihat raba perut dan lihat tali pusat
a) Perut bayi datar dan teraba lemas
b) Tidak ada perdarahan, pembengkakan ,nanah, bau yang tidak
enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat.
10) Lihat punggung dan raba tulang belakang, kulit teraba utuh, tidak
teraba lubang dan benjolan pada tulang belakang.
11) Lihat ekstremitas
a) Hitung jumblah jari tangan dan kaki.
b) Lihat apakah kaki posisinya baik atau bengkok kedalam atau
keluar.
c) Lihat gerakan ekstremitas simetris atau tidak.
12) Lihat luang anus
a) Terlihat lubang anus dan periksa apakah ada mekonium sudah
keluar.
b) Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir.
13) Lihat dan raba alat kelamin
a) Bayi perempuan katang terlihat cairan berwarna putih, dan
terdapat labia mayora dan minora dan clitoris.
b) Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis.
c) Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir.
14) Timbang bayi menggunakan kain, hasil timbangan di kurangi
dengan berat kain.
15) Mengukur panjang badan dan lingkar kepala beserta lingkar dada.
16) Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.
17) Memberikan imunisasi hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2
jam setelah pemberian vit K1 secara intramuskular.imunisasi
48

hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B


terhadap bayi, apalagi jalur penularan ibu-bayi.
18) Perawatan mata yaitu memberikan obat mata/salep mata
eritromisin 0,5% atau tentraskilin 1% di anjurkan untuk mencegah
penyakit mata karena klamidia ( penyakit menular seksual). Obat
mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan, yang
lazim digunakan adalah larutan perak nitrat atau neosporin dan
langsung di teteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
19) Pemberian identitas yaitu gelang pengenal berisi indentitas nama
ibu dan ayah, tanggal ,jam lahir dan jenis kelamin. Apabila fasilitas
memungkinkan juga dilakukan cap telapak kaki bayi pada rekam
medis kelahiran.
3. Asuhan 24 jam bayi baru lahir
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalh apapun,
berikanlah asuhan berikut:
a. Lanjutkan pengamatan pernafasan, warna dan aktifitas bayi.
b. Pertahankan suhu tubuh bayi.
1) Hindarkan memandikan bayi minimal 6 jam dan hanya setelah itu
jika tidak terdapat masalah medis serta suhunya 36,50C atau lebih.
2) Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat.
3) Kepala bayi harus tertutup.
c. Pemeriksaan fisik bayi.
Butir-butir penting pada saat memeriksa bayi baru lahir:
1) Gunakan tempat yang hangat dan bersih.
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa, gunakan sarung
tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
3) Lihat, dengar, dan rasakan tiap-tiap daerah mulai dari kepala
sampai jari-jari kaki.
4) Rekam hasil pengamatan.
d. Berikan vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan karena
defisiensi vitamin K pada BBL.
e. Identifikasi bayi.
49

f. Perawatan lain:
1) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua.
2) Ajarkan orang tua cara perawatan bayi.
3) Beri ASI sesuai kebutuhan setiap 2-3 jam.
4) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit atau infeksi.
5) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui kurang
baik.
6) Penyuluhan bayi sebelum pulang yaitu:
Perawatan tali pusat dan tidak memberikan apapun pada tali pusat,
perawatan tali pusat di bungkus dengan kain kassa,pemberian ASI,
jaga kehangatan bayi, tanda-tanda bahaya, imunisasi, perawatan
harian dan rutin, pencegahan infeksi.

4. Kunjungan neonatus ( KN)


Tabel 2.13. Kunjungan Neonatus (KN)

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan a. Mempertahankan suhu tubuh bayi


Neonatal ke-1 (KN
1) 6-48 jam setelah b. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam
bayi lahir. jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah
medis dan jika suhunya 36.5  Bungkus bayi dengan
kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus
tertutup

c. Melakukan pemeriksaan fisik bayi

d. Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk


pemeriksaan

e. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan


lakukan pemeriksaan fisik bayi

f. Konseling :  Jaga kehangatan, Pemberian ASI,


Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-
tanda bahaya 

g. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali


pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan
dengan kain bersih secara longgar, Lipatlah popok di
bawah tali pusat ,Jika tali pusat terkena kotoran tinja,
cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan
dengan benar 
50

Kunjungan Penatalaksanaan

h. Gunakan tempat yang hangat dan bersih

i. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan


pemeriksaan

j. Memberikan  Imunisasi HB-0 

Kunjungan a. Menjaga tali pusat  dalam keadaaan bersih dan kering


Neonatal ke-2 (KN
2) hari ke-3 sampai b. Menjaga kebersihan bayi
dengan hari ke 7
setelah bayi lahir. c. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan
Masalah pemberian ASI

d. Memberitahukan ibu bayi harus disusukan minimal


10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca
persalinan

e. Menjaga keamanan bayi

f. Menjaga suhu tubuh bayi

g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk


memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan Buku KIA

h. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Kunjungan a. Pemeriksaan fisik


Neonatal ke-3
(KN-3) hari ke-8 b. Menjaga kebersihan bayi
sampai dengan hari
ke-28 setelah lahir. c. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi
baru lahir

d. Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal 10-15


kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan.

e. Menjaga keamanan bayi

f. Menjaga suhu tubuh bayi

g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk


memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan
melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah
dengan menggunakan Buku KIA

h. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG


51

Kunjungan Penatalaksanaan

i. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

[ CITATION Kes14 \l 1057 ])

G. Manajemen Asuhan Kebidanan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney
Menurut Helen Varney (1997) Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien .
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
a. Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap, yaitu:
1) Riwayat kesehatan
2) Pemeriksaan fisik pada kesehatan
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
4) Meninjau data laboratorium
b. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau
diagnosa yang spesifik.
c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan
52

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini


benar-benar terjadi.
d. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan
penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi.
f. Melaksanakan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien
dan aman.
g. Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari
asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa.
2. Manajemen Asuhan Kebidanan SOAP
SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan
tertulis. Metode SOAP dapat dipakai sebagai penyaring inti sari proses
penatalaksanaan kebidanan dalam tujuannya penyediaan dan
pendokumentasian asuhan, dan dengan SOAP dapat membantu bidan
dalam mengorganisir pikiran dan asuhan yang menyeluruh [ CITATION
Uta19 \l 1057 ].
Bentuk pendokumentasiannya adalah:
a. S (subjektif)
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari sudut pandang
pasien atau segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien.
53

b. O (objektif)
Data objektif merupakan data yag diperoleh dari hasil
pemeriksaan / observasi bidan atau tenaga kesehatan lain. Yang
termasuk dalam data objektif meliputi pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan diagnostik lainnya.
c. A (assessment)
Assesment merupakan pendokumentasian dari hasil analisa data
subjektif dan data objektif. Analisa yang cepat dan akurat sangat
diperlukan guna pengambilan keputusan / tindakan yang tepat.
d. P (penatalaksanaan)
Merupakan dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan
mandiri, kolaborasi, diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut.
54

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Pontianak: Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak:
Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak:
Sistem Informasi Kesehatan
Dinas Kesehatan, 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Pontianak: Sistem Informasi
Kesehatan
Dinas Kesehatan, 2018. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat.
Pontianak: Sistem Informasi Kesehatan
Abarwati, Eny Retna . (2011). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Aryawan. (2011). Asuhan Kehamilan. Jakarta: Nuhamedika.
Asri, Dwi dan Cristine. (2012). Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Nuhamedika.
Fatimah dan Nurhayaningsih. (2017). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiah Jakarta.
Irianti dan Bayu. (2014). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto.
Irinati. (2014). Buku Ajaran Asuhan Kehamilan. Jakarta: Nuhamedika.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pelayanan Antenatal, Persalinan, Nifas dan Bayi
Baru Lahir di Era Adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Maritalia, Dewi. (2014). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Marni dan Kukuh Rahadjo. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Prawirohardjo, S. (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: PT Tiga Putera Begawan.
Prawiroharjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan Dalam " Asuhan Antenatal" Halaman
278. Jakarta: PT BINA PUSTAKA
55

Subiyati. (2017). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan


Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Sugiono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Sulistyawati , Nugraheny. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan.


Jakarta: Salemba Medika.
Utami dan Fitriahadi. (2019). Buku Ajaran Asuhan Persalinan dan Managemen
Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
World Health Organization (WHO), 2019. Maternal Mortality, WHO.

Yeyeh, A. (2013). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: CV. Trans Info


Media.

Anda mungkin juga menyukai