Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAPITALISME di ERA GLOBALISASI

Dosen Pembimbing :

Moefty Mahendra S.Pd, M.Pd

Nama Anggota Kelompok :

1. Rahmawati (1852000005)
2. Lely Ayu Susanti (1852000014)
3. Fira Anugrahjati (1852000015)
4. Aprilia Sari Jayanti (1852000019)
5. Zenditya Nanditasari (1852000020)
6. Ariska Nur Andriyani (1852000021)

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
rahmat,hidayah,inayah,taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul kapitalisme di era globalisasi.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah perspektif global . Tentu saja dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari kekurangan-
kekurangan,untuk itu kami mengharapkan dari semua pihak demi perbaikan makalah ini ke
depannya.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang kapitalisme di era globalisasi ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Hormat kami,

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kajian ini hendak menelaah mengenai artikulasi perkembangan studi globalisasi yang ditinjau
dari segi analisa historisnya. Penjelasan historis yang digunakan dalam menganalisa globalisasi
sendiri dimungkinan untuk membuka asal-muasal mengenai kata globalisasi itu sendiri. Kejelasan
mengenai arti globalisasi sekarang ini saja masih menemui berbagai perdebatan ilmiah
dikarenakan tidak ada definisi yang pasti mengenai pendefinisian mengenai globalisasi.
Hal ini dikarenakan perbincangan mengenai globalisasi sendiri sangatlah multiintepretatif dan
mengandung kompleksitas permasalahan tersendiri, apakah dimaknai sebagai fenomena sosial,
dimaknai sebagai perkembangan teknologi, ataukah dimaknai sebagai wujud perkembangan
kapitalisme dunia. Ketiga pertanyaan besar tersebut yang kemudian menjadi perdebatan di
kalangan sarjana lintas disiplin ilmu karena norma-norma dalam globalisasi juga mendorong ke
arah perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan lainnya.
Globalisasi telah menjadi keharusan zaman, walaupun hal tersebut telah terjadi dan
terkategorisasi secara periodik; globalisasi muncul dalam bentuk yang berbeda-beda menurut
zamannya. Adanya periodisasi dan bentuk yang berbeda dalam globalisasi tersebut dikarenakan
kapitalisme sebagai motornya mengalami berbagai transformasi baik perilaku dan praktiknya. Hal
inilah yang kemudian, globalisasi juga mengkaitkan dengan perkembangan teknologi dan ilmu
lainnya terutama dalam sistem navigasi, oseanografi, kartografi, dan jajaran ilmu pasti lainnya
serta sebagai arena introdusir bagi warga lintas benua untuk mengenai keanekaragaman yang ada
di dunia.
Arena dimaknai dengan adanya penjelajahan samudera yang dilakukan oleh pelayaran kapal
bangsa-bangsa di dunia, penemuan daerah yang tak bertuan (terra incognito), dan kemudian
terjalin mekanisme tukar menukar barang perdagangan antar pedagang lintas benua yang
kemudian memicu adanya pusat-pusat peradaban baru di sepanjang garis pantai. Adapun sentuhan
modernitas yang ada dalam globalisasi sendiri sekarang ini berwujud pada perkembangan
teknologi yang berwujud pada pola sosiologis menyempitnya dunia karena dunia semakin datar
dan akses informasi yang cepat.
Maka, kajian ini hendak merangkum linearitas dalam studi globalisasi yang bermula dari
perspektif tradisionalitas kemudian berlanjut kepada sentuhan modernitas sekarang ini. Harapan
dan tujuan yang ingin disampaikan penulis dalam kajian ini ialah memaknai globalisasi sendiri
jangan dipandang sebagai sesuatu yang baru, namun merupakan produk sejarah yang kemudian
mengalami berbagai bentuk adaptif yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman.

Rumusan masalah

1. Definisi kapitalis dan era globalisasi.


2. Dampak dari kapitalis di era globalisasi.
3. Cara menghadapi sistem kapitalis di era gloalisasi.

Tujuan

1. Mengetahui definisi kapitalis dan era globalisasi


2. Mengetahui dampak dari kapitalis di era globalisasi
3. Mengetahui cara menghadapi sistem kapitalis di era gloalisasi
BAB II

PEMBAHASAN

Definisi Kapitalisme

Kapitalisme adalah ideologi yang meyakini bahwa modal milik perorangan ataupun
sekelompok orang dalam masyarakat bisa mewujudkan kesejahteraan manusia. Dalam
penerapannya dalam sistem ekonomi, setiap warga negara dimungkinkan untuk menguasai modal
dan bisnis dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

Salah satu ciri yang menonjol pada sistem ini, yakni intervensi negara yang minim. Memang,
pemerintah tetap bisa menerapkan peraturan, misalnya saja memuat besaran upah minimum.
Namun, pemerintah tak terlibat aktif dalam perencanaan produksi nasional.

Pada abad ke-19, konsep ini mulai muncul dari salah seorang tokoh ekonomi asal Skotlandia,
Adam Smith. Ia mencetuskan teori “The invisible hand”, yang meyakini bahwa keseimbangan
pasar dapat terbentuk dengan secara alami berdasarkan penawaran dan permintaan.

Salah satu hal yang menguntungkan bagi para kapitalis adalah bertransaksi dalam pasar bebas.
Karena adanya persaingan ketat antar penjual dengan produk jualan sama, mereka yang bermodal
cenderung bisa menciptakan produk yang lebih inovatif. Hal ini membuat produknya pun banyak
dicari oleh pembeli. Makin tinggi permintaan, harga barang pun bisa dinaikkan sesuka hati, apalagi
intervensi pemerintah sangat minim dalam regulasi.

Lebih lanjut, paham ini menekankan pada hak individu dalam pengelolaan modal. Ini sangat
berpengaruh pada distribusi pendapatan. Bila memiliki banyak modal dan berhasil mengelolanya,
seseorang bisa meraup kekayaan dan memberikannya kepada sang ahli waris bila ia meninggal.
Jadi, kecil kemungkinan kekayaan bisa terdistribusi kepada orang yang berada di luar lingkaran
kekerabatan.

Definisi Globalisasi
Globalisasi adalah kata serapan dari Globalization. Secara bahasa, global memiliki arti
mendunia, sedangkan ization memiliki makna merujuk kepada suatu proses.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian globalisasi adalah proses masuknya ke
ruang lingkup dunia. Secara harfiah pengertian globalisasi adalah proses sesuatu yang mendunia
bisa berupa informasi, pemikiran, gaya hidup, dan teknologi.

Globalisasi terjadi karena banyak faktor, bisa karena kemajuan teknologi internet, infrastruktur
telekomunikasi dan transportasi, pertukaran pelajar, dan lain-lain.

Faktor penyebab globalisasi terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
disebabkan karena dorongan dari dalam negara sendiri, sedangkan faktor eksternal terjadi karena
pengaruh dari negara lain atau perkembangan dunia luar.

Dampak Positif Kapitalisme dan Globalisasi

Dalam bukunya yang berjudul membela Kapitalisme Global Johan Norberg mengatakan
bahwa globalisasi adalah proses di mana manusia, informasi, perdagangan, investasi, demokrasi
dan ekonomi pasar cenderung semakin melampaui batas-batas nasional. Dengan tidak adanya
batas-batas nasional itu memungkinkan masyarakat yang berkecimpung di dunia perdagangan
melakukan transaksi secara bebas.

Sedangkan kapitalisme adalah ekonomi pasar liberal, dengan persaingan bebas berdasarkan
hak, di mana orang dapat menggunakan hak milik dan memiliki kebebasan untuk bernegosiasi,
membuat perjanjian dan memulai aktivitas bisnis. Globalisasi adalah sebuah hasil atau produk dari
sistem kapitalisme yang digunakan untuk meningkatkan jalur perdagangan bebas. Karena dengan
adanya globalisasi semua masyarakat akan terikat oleh sebuah sistem ekonomi yang bernama
kapitalisme. Selain globalisasi, teknologi juga berperan penting dalam sistem perekonomian
kapitalisme. Teknologi digunakan untuk menyatukan seluruh tatanan masyarakat dunia, seperti
dengan adanya handphone seluruh masyarakat dunia bisa berkomunikasi satu sama lain.

Walaupun pada kenyataanya masih banyak masyarakat yang hidup dalam keterbatasan,
kemiskinan dan kelaparan di Negara berkembang. Namun, dengan berkembangnya globalisisai
dan kapitalisme banyak sekali perubahan-perubahan positif yang terjadi di belahan bumi ini.
Seperti yang kita ketahui pada awal abad 19 negara-negara yang ada di Asia dan Afrika sangat
terpuruk dan tertinggal jauh dengan Negara-negara Eropa dan Amerika. Namun semenjak
kapitalisme dan globalisasi masuk kedaratan Asia dan Afrika, kapitalisme dapat memberikan
sebuah perubahan yang positif, seperti berkurangnya angka kemiskinan, kelaparan, kematian dan
penyakit serta semakin banyak orang hidup dengan mapan dan berkecukupan.

Menurut Johan Norberg ada salah satu buku yang sangat penting untuk membuktikan
kebenaran dari pengaruh positif kapitalisme dan globalisasi, yaitu “On Asian Time: India, Japan,
China 1966-1999” yang di tulis oleh Lass Berg dan juga Fotografhernya yaitu Stig Karlsson. Pada
era 60-an Lasses berg dan Stig Karlson mengunjungi negara-negara yang ada di Asia mereka
menyaksikan kesengsaraan, kelaparan, kemiskinan, penindasan dan ancaman bencana di mana-
mana.

Selang tiga puluh tahun setelah mereka berkunjung, mereka kembali lagi ke asia dengan tujuan
untuk memotret dan menulis fenomena di sana. Namun, kunjungannya kali ini berbeda dengan
yang pertama dimana mereka tidak lagi menemukan orang yang kelaparan, kemiskinan,
penindasan, dan rumah-rumah yang awalnya dindingnya terbuat dari tanah liat kini berubah
menjadi bata dan semen.

Terutama yang menjadi sorotan mereka adalah kota Kalkuta yan ada di India dalam kunjungan
pertamanya mereka mendapatkan sebuah fenomena yang sangat menyedihkan dengan banyaknya
tunawisma hampir sepersepuluh dari penduduk mereka dan banyaknya orang yang mati hampir
setiap malam dengan di angkut menggunakan truk-truk besar.

Fenomena perkembangan negara-negara yang ada di Asia ini bukan sebuah keajaiban begitu
saja. Namun, ini semua adalah pengaruh yang sangat besar dari kapitalisme dan globalisasi.
Masyarakat Asia yang awalnya hidup dalam kemiskinan, kelaparan dan penindasan dari sistem
pemerintahan yang diktaktor. Akhirnya dapat berkembang dan mengalami perubahan yang sangat
pesat.

Pada tahun 1970 sebelum China tersentuh oleh globalisasi kondisi sosial dan perekonomiannya
sangat parah sekali. Sebagai salah satu negara dengan penduduk terbesar di dunia China
mengalami kondisi kemiskinan, kelaparan, kematian dan penindaan perempuan sangat parah. Pada
saat itu masyarakatnya masih di atur oleh sistem komunisme, mereka harus tunduk, patuh dan taat
terhadap pemerintahan komunis yang diktaktor. Tapi setalah runtuhnya rezim komunisme yang di
pimpin oleh Mao dan digantikan oleh Deng Xiaoping yang mempelopori liberalisme klasik, China
mulai berbenah dan berkembang.

Awalnya hasil panen baik pertanian atau perkebunan di setorkan setengahnya kepada negara
dan setengahnya lagi hanya cukup untuk makan masyarakat saja. Kolektivitas pertanian yang
digagas oleh sistem komunisme ini ternyata menghambat pembangunan. Akhirnya setelah Deng
Xiaoping menjabat diubahlah sistem komunisme ini menjadi kapitalisme. Masyarakat kemudian
di beri kebebasan untuk mengolah dan menjual hasil panennya di pasar. Sehingga dengan
kebijakan ini masyarakat semakin berani untuk berinvestasi di bidang pertanian dan berani
menyewa tanah pemerintah untuk di jadikan lahan pertanian. Hasilnya sangat memuaskan dalam
kurun 20 tahun perekonomian mereka bisa menyamai Jerman.

Dengan semakin berkembangnya sistem kapitalisme dan globalisai maka tidak menuntut
kemungkinan Negara-negara berkembang dan terbelakang akan mengelami kemajuan yang sangat
pesat. Kemiskinan, penindasan, buta huruf, kelaparan, kematian dini dan penindasan perempuan
mungkin akan semakin di lawan dan di rubah selama sistem ini di terima dan di kembangkan.
Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin mungkin hanya akan menjadi sebuah
kisah di masa lalu saat penduduk belum mengenal kapitalisme dan globalisasi.

Dampak Negatif Kapitalisme

1. System buatan manusia.

Sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar untuk mencapai kepentingan sendiri


tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan menghormati kepentingan umum.

2. Egoistic.
Dalam system kapitalisme individu dan sekelompok kecil pribadi mendominasi pasar
untuk mencapai kepentingan sendiri tanpa menghargai kebutuhan masyarakat dan
menghormati kepentingan umum.
3. Monopolistic.
Dalam system kapitalisme seorang kapitalis memonopoli komonditas dan
menimbunnya. Apabila barang tersebut habis di pasar ia mengeluarkannya untuk di jual
dengan harga mahal yang berlipat ganda mencekik konsumen dan orang-orang lemah.
Terlalu berpihak pada hak milik pribadi. Kapitalisme terlalu mengagungkan hak milik
pribadi. Sedangkan komunisme malah menghilangkan hak milik pribadi.
4. Persaingan.
System dasar kapitalisme membuat kehidupan menjadi arena perlombaan harga.
Semua orang berlomba mencari kemenangan. Sehingga kehidupan dan system kapitalisme
berubah menjadi riba dimana yang kuat menerkam yang lemah. Hal ini sering
menimbulkan kebangkrutan pabrik atau perudahaan tertentu.
5. Perampasan tenaga produktif.

Kapitalisme membuat para tenaga kerja sebagai barang komoditas yang harus tumbuh
kepada hokum, permintaan dan kebutuhan yang menjadikan dia sebai barang yang dapat
ditawarkan setiap saat. Pekerja ini bisa jadi sewaktu-waktu diganti dengan orang lain yang
upahnya lebih rendah dan mampu bekerja lebih banyak dan pengabdiannya lebih baik.

6. Pengangguran.
Suatu fenomena umum dalam masyarakat kapitalis ialah munculnya pengangguran
yang mendorong milik perusahaan untuk menambah tenanga yang akan memberatkannya
Kehidupan yang penuh gejolak Ini adalah akibat logis dari persaingan yang berlangsung
antara dua kelas. Yang satu mementingkan pengumpulan uang dengan segala cara.
Sedangkan yang satu lagi tidak diberi kesempatan mencari sendiri kebutuhannya tanpa
kenal belas kasihan.
7. Penjajahan.
Karena didorong mencari bahan baku dan mencari pasar baru untuk memasarkan hasil
produksinya kapitalisme memasuki petualangan pejajahan terhadap semua bangsa. Pada
mulanya dalam bentuk penjajahan ekonomi pola piker politik dan kebudayaan. Kemudian
memperbudak semua bangsa dan mengeksploitasi tenaga-tenaga produktif demi
kepentingan penjajahan.
8. Peperangan dan mala petaka.
Umat manusia telah menyaksikan berbagai bentuk pembunuhan dan pembantaian luar
biasa biadabnya. Itu terjadi sebagai akibat logis dari sebuah penjajahan yang menimpa
umat manusia dibumi yang melahirkan bencana paling keji dan kejam.

9. Didominasi hawa nafsu.

Orang kapitalisme berpegang pada prinsip demokrasi politik dan pemerintahan. Pada
umumnya demokrasi yang mereka gebar-gemborkan diikuti dengan hawa nafsu yang
mendominasi dan jauh dari kebenaran dan keadilan

10. Riba.
System kapitalisme tegak diatas landasan riba. Sedangkan riba merupakan akar
penyakit yang membuat seluruh dunia menderita.
11. Tidak bermoral.

Kapitalisme memandang manusia sebagai benda materi. Karna itu manusia dijauhkan
dari kecenderungan ruhani dan akhlaknya. Bahkan dalam system kapitalisme antara
ekonomi dan moral dipisahkan jauh-jauh.

12. Kejam.
Kapitalisme serimg memusnahkan begitu saja komoditas yang lebih dengan cara
dibakar atau dibuang kelaut karena khawatir harga akan jatuh disebabkan banyaknya
penawaran. Mereka berani melakukan itu padahal masih banyak bangsa-bangsa yang
menderita kelaparan.
13. Boros.
Orang-orang kapitalisme memproduksi barang-barang mewah disertai iklan besar-
besaran tanpa perduli kebutuhan pokok masyarakat. Sebab yang mereka cari keuntungan
belaka.
14. Tidak berperi kemanusiaan.

Orang kapitalis sering mengusir begitu saja seorang buruh karena alasan tenaganya
kurang produktif. Tetapi kekejaman ini mulai diringankan akhir-akhir ini dengan adanya
perbaikan dalam tubuh kapitalisme.
15. Sebagai system dalam perusahaan modern.

Di dalam system yang berlaku sekarang peningkatan keuntungan perusahaan hanya


dapat dinikmati oleh para pemegang saham dan tidak mempunyai dampak yang signifikan
terhadap kesejahteraan karyawan atau buruh.

16. Dalam system nilai tukar.

System kapitalis sebagai suatu system yang mayoritas diterapkan dibebagai Negara
termasuk Indonesia, menempatkan uang sebagai sesuatu nilai yang berbeda karena
perbedaan waktu, tempat, kekuatan daya beli masyarakat, dan sebagainya. Perbedaan ini
akan mendorong spekulan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa
peduli terhadap nasib orang banyak.

Menghadapi Era Kapitalisme Globalisasi

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan
dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui perdagangan,
investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas
suatu negara menjadi bisa. Kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya
ialahuniversal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja
(working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Globalisasi
didefinisikan sebagai semua proses yang merujuk kepada penyatuan seluruh warga dunia menjadi
sebuah kelompok masyarakat global. Ada yang memandang bahwa globalisasi itu sebagai suatu
proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan
negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat. Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin
terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian
mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan
antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam
negeri ke pasar internasional secara kompetitif. Sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar domestik. Kapitalisme global adalah upaya meraih
keuntungan dan mengakumulasi modal tanpa batas atau sekat yang berupa negara. Dalam
perkembngannya, kapitalisme global ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari sebagian
orang diberbagai belahan dunia. Sebagai contoh dalam penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, seseorang akan merasa ada sesuatu yang hilang bila dalam satu hari tidak melihat TV,
membaca koran, ataupun membaca email. Dengan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,
dengan mudahnya seseorang dapat memindahkan ribuan maupun jutaan dollar melintasi batas
Negara dalam hitungan detik dengan hnya menekan tombol Personal Computer. Kapitalisme
global ini juga mengubah cara pandang orang terhadap berbagai hal. Cara pandng tentang uang
misalnya, bukan lagi hanya sebagai alat tukar melainkan juga sebagai barang dagangan seperti
komoditas lainnya.

Adanya profesi pedagang valuta asing membuktikan hal tersebut. Lebih lanjut uang yang biasa
terlihat sebagai lembaran-lembaran kertas, di tangan lembaga keuangan saat ini berkembang
menjadi bentuk yang lebih canggih sepertibonds, stocks, commercial notes, dan lain sebagainya
serta transaksi yang dilakukannyapun tidak berdasarkan saat ini (sekarang). Tetapi dapat pula
transaksi untuk masa nanti. Sehingga dapat dibayangkan betapa rumitnya perputaran uang di dunia
ini. Terciptanya berbagai inovasi yang memunculkan produk-produk yang ada. Kondisi ini
menyebabkan melimpahnya produk dengan harga yang relative lebih murah, sehingga
meningkatkan persaingan. Terjadinya relokasi perusahaan multinasional untuk memanfaatkan
keunggulan koparatif suatu negara, agar dapat memenangkan persaingan tersebut. Misalnya
relokasi atas industri padat karya untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang lebih murah.

Dalam proses ini muncul lah berbagai perusahaan multinasional, yaitu perusahaan yang
mempunyai cabang di berbagai negara. Terjadinya arus internasionalisasi dan perputaran modal
yang sanga cepat yang menembus batas waktu dan ruang. Modal yang berputar tersebut bergerak
tidak hanya di sektor yang produktif tetapi juga yang spekulatif. Terbentuknya suatu tatanan dunia
baru yang dimotori lembaga-lembaga internsional dan forum internasiona seperti IMF, World
Bank, WTO, dan lain sebagainya. Secara serentak lembaga dan forum internasional tersebut
mengkampanyekan dan mengarahkan dunia kearah kerangka kebijakan baru yang mendukung
rezim liberal dan perdagangan bebas global. Aturan-aturan liberalisasi, deregulasi, dan privatisasi
merebak di segala penjuru dunia. Dari yang berpandangan negatif, menganggap bahwa globalisasi
tidak banyak manfaatnya atau bahkan merugikan. Investasi dalam bentuk penanaman modal asing
akan menguras sumber daya yang dimiliki oleh suatu bangsa dengan manfaat paling besar justru
tidak dinikmati oleh bangsa tersebut.

Paham kapitalisme yang kita harapkan hendaknya disertai persyaratan bahwa semuanya harus
berfungsi sosial. Di negara-negara lain yang sangat dan teramat kapitlis, capital memang selalu
dibuat berfungsi sosial melalui perpajakan, instrumen-instrumen distribusi kekayaan dan
pendapatan, system jaminan sosial, sistem perburuhan dan masih sangat banyak lagi perangkat,
peraturan, lembaga dan sebagainya, yang membuat capital berfungsi sosial. Fungsi sosial tidak
mengurangi kenyataan bahwa ekonomi kita adalah atas dasar kapitalisme. Hak milik perorangan
diakui dan pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat. Sehingga
pada akhirnya potensi, inisiatif dan kreasi setiap warga Negara dapat berkembang sepenuhnya
dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum. Sejauh ini dapat dikatakan bahwa
Indonesia telah memasuki kapitalisme global. Dalam masa sebelum krisis peran penanaman modal
asing (PMA) cenderung meningkat. Persoalan yang lebih besar dari hadirnya modal asing di
Indonesia adalah apakah manfaat seluruhnya yang diperoleh pemodal asing di Indonesia dibagi
secara adil antara pemodal asing dan bangsa Indonesia.

Selalu dikatakan bahwa modal asing membawa masuk modal, transfer teknlogi, transfer
kemampuan manajemen dan membuka lapangan kerja. Berbagai kenyataan di atas memberikan
pelajaran bahwa kapitalisme global membuka peluang untuk mengembangkan perekonomian.
Namun demikian, kapitalisme global juga dapat merusak perekonomian Indonesia. Globalisasi
bagi bangsa Indonesia dimana masyarakatnya memiliki multi etnis dengan multi budaya melahirkn
tantangan-tantangn yang tidak ringan yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan Negara
Indonesia. Tantangan pertama berupa tekanan-tekanan yang datang dari luar baik dalam wujud
ekonomi, politik maupun budaya. Ketergantungan atas kekuatan ekonomi internasional
menyebabkan bangsa Indonesia tidak dapat melepaskan dari kekuatan-kekuatan tersebut, meski
pada kenyataannya apap ang diperoleh bangsa Indonesia dari ketergantungan tersebut tidaklah
selalu manis. Ketergantungan ekonomi akan merembet pada ketergantungan politik. Tantangan
kedua berupa munculnya kecenderungan menguatnya kelompok-kelompok berdasarkan etnis atau
suku di masyarakat.

Menguatnya kelompok-kelompok berdasarkan kesukuan ini tidak mustahil akan menjadikan


sumpah pemuda “satu nusa satu bangsa dan satu bahasa” tinggal menjadi dokumen sejarah belaka.
Ketidakpuasan kelompok-kelompok masyarakat atas kebijakan pemerinah pusat akan dengan
mudah dan segera bermuara pada ancaman tuntutan “merdeka” lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara,
dengan sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah
buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
Globalisasi pembiayaan, dimana perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh
pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua
negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon,
atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan
dengan pola BOT (build-operatetransfer) bersama mitrausaha dari manca negara. Globalisasi
tenaga kerja yaitu perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia
sesuai kelasnya. Seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki
pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh dari negara berkembang. Dengan
globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas.

Globalisasi perdagangan terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta
penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan
menjadi semakin cepat, ketat, dan fair. Dengan adanya bentuk-bentuk perwujudan nyata dari
globalisasi ekonomi tersebut maka globalisasi tentunya berdampak bagi kehidupan masyarakat
baik berupa dampak positif maupun dampak negatif. Meningkatkan kemakmuran masyarakat
dalam suatu negara Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai
negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen
mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang
yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang
jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik modal dapat diperoleh
dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah
kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi
oleh negara-negara berkembang. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing.
Tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Salah satu
efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas.
Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif
yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry).
Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada
negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu,
ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin
meningkat. Memperburuk neraca pembayaran globalisasi cenderung menaikkan barang-barang
impor.

Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang.
Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi
terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri
cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran
pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak
berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran. Salah satu efek
penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar.
Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham
sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai
uang akan bertambah baik.

Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan
mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata
uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk
kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas
berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak
stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan
ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan
masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila
globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu
negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat
semakin bertambah buruk. Untuk menghadapi kapitalisme global maka pemerintah perlu
melakukan pemberantasan KKN secara bersungguhsungguh. Pengurangan KKN hingga kondisi
yang sangat minim merupakan modal yang besar untuk menghadapi era kapitalisme global.

Pemerintah perlu meletakkan kerangka kebijakan untuk memungkinkan pergerakan sumber


daya ke arah sektor-sektor yang mempunyai prospek yang cerah. Hal ini dilakukan melalui
kebijakan yang tidak distortif terhadap keputusan investor, termasuk memungkinkan mereka untuk
mengukur tingkat resiko secara akurat. Mengupayakan agar perubahan-perubaan yang terjadi
berlangsung secara bertahap, sehingga memberikan waktu bagi pelaku ekonomi yang bergerak di
industri yang tidak kompetitif beralih ke industri yang lebih kompetitif. Mempersiapkan SDM agar
dapat memanfaatkan peluang yang terbuka. Dalam hal ini termasuk misalnya, dengan
mengupayakan sertifikasi keahlian yang diakui secara internasional berikut pelatihan untuk
mendapatkan sertifikat tersebut. Dari dampak globalisasi yang ada maka dapat dilakukan kiat
dalam menghadapi globalisasi, yaitu: dalam bidang ekonomi bangsa Indonesia perlu
melaksanakan pasal 33 UUD 1945 dengan membangun kerja sama pelaku ekonomi yang terdiri
dari badan usaha koperasi, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik swasta. Daerah harus
diberdayakan agar mampu menghasilkan produk-produk unggulan daerah yang dapat diangkat
menjadi produk unggulan nasional. Dengan demikian, daya saing bangsa yang sangat diperlukan
dalam era pasar bebas dapat tercipta.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kapitalisme merupakan sebuah system yang muncul dari sebuah pemikiran dunia Barat.
Kapitalisme mulai mendominasi kehidupan perekonomian dunia barat sejak runtuhnya
feodalisme. Dalam bidang ekonomi, di Eropa akhirnya dikenal system kapitalisme, yaitu sebuah
system yang mencakup hubungan-hubungan pemilik modal besar.
Di Indonesia, kapitalisme terasa pada persaingan antara pasar modern dengan pasar tradisional.
Seperti halnya yang kita jumpai banyaknya toko swalayan seperti carefour, indomaret, alfamart
yang menjamur di Indonesia dan mengalahkan pasar tradisional, baik dalam pelayanan mutu
maupun penarikan konsumen.

Wacana globalisasi sendiri merupakan bentuk evolusi kapitalisme yang berlangsung sejak
berabad silam sehingga wajah globalisasi sendiri dihadirkan secara berbeda menurut zamannya.
Adanya perkembangan peradaban yang dialami oleh Eropa paska Abad Pencerahan telah
menjadikan negara – negara di kawasan tersebut selangkah lebih maju dibandingkan wilayah di
benua lainnya. Eropa berkepentingan Hal inilah yang kemudian menciptakan adanya Eropa-
sentris sebagai pusat keunggulan dari peradaban dunia. Eropa memang mendominasi
perekonomian dunia pada globalisasi kuno tersebut melalui pelayaran samudera dan
penaklukan di berbagai wilayah dunia. Globalisasi pertengahan yang lebih didominasi
pemahaman teori modernisasi ekonomi sebenarnya tidak lebih dari bentuk kooptasi Eropa dan
kini ditambah Amerika Serikat untuk melakukan konfigurasi perekonomian dunia demi
keuntungan pribadi dan bukan untuk mensejahterakan bagi negara lainnya. Dimensi
pertumbuhan ekonomi berbasiskan pada pola industrialisasi yang berbasikan hutang luar
negeri sebenarnya merupakan cara bagi kedua aktor tersebut untuk mengeruk kekayaan negara
kliennya sedikit demi sedikit.

Adapun globalisasi yang kita nikmati sekarang ini sebenarnya merupakan akumulasi dari era
ekonomi fisik berbasiskan pada pola kerja buruh murah dengan ekonomi teori yang berbasiskan
pada pertumbuhan ekonomi. Adapun negara yang secara historis mempunyai basis ekonomi kuat
seperti halnya Eropa, Amerika Utara, dan kini ditambah Asia Timur berkat sistem ekonomi
tangan besinya tampil sebagai kekuatan dominan dalam globalisasi yang kini bertransformasi
menjadi suatu triadisasi. Maka, hal terpenting yang bisa kita petik dalam kajian ini adalah
memaknai globalisasi selalu diikuti dengan negara kuat dimana Eropa pada globalisasi kuno,
Amerika Serikat, pada globalisasi pertengahan, dan negara Triad yang menghegemoni
perekonomian dunia, Masing-masing aktor berandil dalam menyusun skema perekonomian
dunia untuk kepentingan nasionalnya saja. Peluang negara berkembang untuk menjadi kekuatan
ekonomi baru dalam globalisasi tetaplah berkembang asalkan mampu mengembangkan
ekonominya secara sendiri tanpa asistensi Barat.
DAFTAR PUSTAKA

Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima,Penerbit


Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009

Adler and Haas, Conclusion Epistemic Communities, Wolrd Orde, and the Creation of a Reflectiv
Researc Program dalam International Organization,vol46, Winter,1992

Budi Winarno, Globalisasi Peluang atau Ancaman bagi Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2006

Esmi Warasih, Bahan Referensi Teori Hukum, (Magister Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon)

Endang Sutrisno, Bunga Rampai Hukum dan Globalisasi, Penerbit Genta Press,2007

Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Penerbit Pustaka Pelajar,
Yogyakarta,2002

http://fa.uinsgd.ac.id/pengaruh-positif-kapitalisme-dan-globalisasi/

https://fegyanacitra.wordpress.com/2015/10/20/menghadapi-era-kapitalisme-globalisasi-3/

Anda mungkin juga menyukai