Anda di halaman 1dari 30

PERSIMPANGAN

Setelah mempelajari bab ini, Mahasiswa diharapkan


mampu:
• Mengetahui dan menjelaskan persimpangan lalu lintas
• Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang
perencanaan simpang tak bersinyal
Simpang jalan adalah
• Simpul jalan raya yang terbentuk dari beberapa
pendekat, dimana arus kendaraan dari berbagai
pendekat tersebut bertemu dan memencar
meninggalkan simpang
• Persimpangan adalah pertemuan dua atau lebih jaringan
jalan
• Ruas-ruas jalan hanya dapat berfungsi sebagai
prasarana pergerakan lalu lintas dalam sistem jaringan
jalan jika satu sama lain dihubungkan dengan
persimpangan.
Tujuan Pengaturan Simpang
untuk menjaga keselamatan arus lalu
lintas dengan memberikan petunjuk-
petunjuk yang jelas dan terarah, tidak
menimbulkan keraguan.
Tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Mengurangi maupun menghindarkan
kemungkinan terjadinya kecelakaan yang berasal dari
berbagai kondisi titik konflik.
2. Menjaga kapasitas dari simpang agar dalam
operasinya dapat dicapai pemanfaatan simpang
yang sesuai dengan rencana.
3. Dalam operasinya dari pengaturan simpang harus
memberikan petunjuk yang jelas dan pasti serta
sederhana.
Type Pertemuan Pergerakan
•Pemencaran (diverging)
• Penyatuan (merging)
• Persilangan (crossing)
• Jalinan (Weaving)
Tipe Pertemuan Gerakan
Jumlah potensi titik-titik konflik
simpang tergantung pada :

Jumlah kaki simpang


 Jumlah lajur dari kaki simpang
 Jenis pengendalian lalulintas
 Jumlah arah pergerakan
Pada jalan raya dikenal tiga macam pertemuan jalan yaitu :

1. Pertemuan sebidang (at grade intersection),


2. Pertemuan tidak sebidang (interchange),
3. Persimpangan jalan (grade separation without ramps).
• Pertemuan sebidang dapat menampung arus lalulintas
baik yang menerus maupun yang membelok sampai
batas tertentu. Jika kemampuan menampung arus
lalulintas tersebut telah dilampaui akan tampak dengan
munculnya tanda-tanda kemacetan lalulintas.
• Pertemuan ini terdiri dari beberapa cabang yang
dikelompokkan menurut cabangnya yaitu :
• pertemuan sebidang bercabang tiga,
• pertemuan sebidang bercabang empat,
• pertemuan sebidang bercabang banyak
Jenis metode Pengendalian
Persimpangan

• Persimpangan Tanpa Prioritas


• Persimpangan Prioritas
• Persimpangan dengan lampu
lalulintas
• Bundaran
• Persimpangan tidak sebidang
Penanganan Simpang
• Penanganan Simpang Tak Bersinyal dilakukan dengan
melihat dan menganalisis nilai kinerja simpang tersebut
meliputi :
• 1. Tundaan yang terjadi (D)
• 2. Derajat Kejenuhan (DS)
• 3. Peluang Antrian (P*)
• 4. Waktu Gap dan Jarak Gap (Gap Aceptance)
• 5. Waktu Follow up (Follow up time) pada Gap
Simpang Tak Bersinyal
Jenis simpang jalan yang paling banyak dijumpai di perkotaan
adalah simpang jalan tak bersinyal.
Jenis ini cocok diterapkan apabila arus lalulintas di jalan minor
dan pergerakan membelok sedikit. Namun apabila arus
lalulintas di jalan utama sangat tinggi sehingga resiko
kecelakaan bagi pengendara di jalan minor meningkat (akibat
terlalu berani mengambil gap yang kecil), maka
dipertimbangkan adanya sinyal lalulintas, (Ahmad Munawar,
2006).
Simpang tak bersinyal secara formil dikendalikan oleh aturan
dasar lalulintas Indonesia yaitu memberikan jalan kepada
kendaraan dari kiri.
Ukuran-ukuran yang menjadi dasar kinerja simpang tak
bersinyal adalah kapasitas, derajat kejenuhan,tundaan dan
peluang antrian, (MKJI, 1997).
Konflik Lalulintas Pada Simpang
PERSIMPANGAN PRIORITAS

• Persimpangan prioritas adalah persimpangan dimana


arus kend pada jalan utama (jl mayor) mendapat
prioritas terlebih dahulu.
• Jenis persimpangan ini baik untuk lalu lintas jalan yang
volumenya tidak terlalu tinggi, tetapi dapat
menyebabkan timbulnya hambatan yang panjang bagi
lalu lintas yang bergerak pada jl minor
Tipe Persimpangan Prioritas
Perencanaan Simpang Tak Bersinyal
Arus Lalu Lintas (Q)

FSMP = (LV% x empLV + HV% x empHV + MC% x


empMC)/100
QSMP = QKEND x FSMP

dimana:
• QSMP = arus total pada persimpangan (smp/jam)
• QKEN = arus pada masing-masing simpang (kend/jam)
• FSMP = faktor smp
Hubungan Lebar Pendekat dengan
Jumlah Lajur
Tipe Simpang (IT)
Nilai Tipe Simpang
Menentukan Kapasitas
Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas Dasar Menurut Tipe Simpang
Faktor Penyesuaian Lebar Pendekat (Fw)
Faktor Penyesuaian Median Jalan Utama
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)
Faktor Penyesuaian Tipe Lingkungan, Kelas
Hambatan Samping dan Kendaraan Tak
Bermotor (FRSU)
Kelas Rasio Kendaraan Tak Bermotor (RUM)
Kelas
Tipe Terhadap Jumlah Kendaraan Bermotor
Hambata
Lingkung
n Sampin
an Jalan 0,00 0,05 0,03 0,15 0,20 >0,25
(SF)
(RE)
Tinggi 0,93 0,88 0,84 0,79 0,74 0,70
Komersial Sedang 0,94 0,89 0,85 0,80 0,75 0,71
Rendah 0,95 0,90 0,86 0,81 0,76 0,71
Tinggi 0,96 0,91 0,87 0,82 0,77 0,72
Pemukim
Sedang 0,97 0,92 0,88 0,83 0,78 0,73
an
Rendah 0,98 0,93 0,89 0,84 0,79 0,74
Tinggi/
Akses sedang/ 1,00 0,95 0,90 0,85 0,80 0,75
Terbatas rendah
Faktor Penyesuaian Rasio Arus Minor
(FMI)
IT FMI PMI
422 1,19 x PMI2 – 1,19 x PMI +1,19 0,1 – 0,9

424 16,6 x PMI4 – 33,2 x PMI3 – 8,6 x PMI2 +1,95 0,1 – 0,3

444 1,11 x PMI2 – 1,11 x PMI + 1,11 0,3 – 0,9

322 1,19 x PMI2 – 1,19 x PMI + 1,19 0,1 – 0,5

0,595 x PMI + 0,59 x PMI3 +0,74 0,5-0,9


342 1,19 x PMI2 – 1,19 x PMI + PMI +1,19 0,1 – 0,5

2,38 x PMI2 - 2,38 x PMI3 +149 0,5 – 0,9

324 16,6 x PMI4 – 33,3 x PMI3 + 25,3 x PMI2 – 8,6 x PMI + 1,95 0,1 – 0,3

344 1,11 x PMI2 – 1,11 x PMI + 1,11 0,3 – 0,5

-0,555 x PMI2 + 0,555 x PMI2 + 0,69 0,5 – 0,9


Kapasitas (C)
• C = Co x Fw x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
(smp/jam)
Dimana:
• C = Kapasitas (smp/jam)
• Co = Kapasitas dasar (smp/jam)
• Fw = Faktor koreksi lebar masuk
• FM = Faktor koreksi tipe median jalan utama
• FCS = Faktor koreksi ukuran kota
• FRSU = Faktor penyesuaian kendaraan tak bermotor dan hambatan
samping dan lingkungan jalan.
• FLT = Faktor penyesuaian belok kiri
• FRT = Faktor penyesuaian belok kanan
• FMI = Faktor penyesuaian rasio arus jalan simpang
Derajat Kejenuhan (DS)
DS = QTOT / C
Dimana:
• DS = derajat kejenuhan
• C = kapasitas simpang (smp/jam)
• QTOT = jumlah arus total pada simpang (smp/jam)
Tundaan
1. Tundaan lalu lintas simpang (DT1)
2. Tundaan lalu lintas jalan utama (DTMA)
3. Penentuan tundaan lalu lintas jalan minor (DTMI)
4. Tundaan geometrik simpang (DG)
5. Tundaan simpang (D)
TUNDAAN
• Tundaan adalah rata-rata waktu tunggu tiap kendaraan
yang masuk dalam approach.
• Tundaan dihitung dari kurva hubungan antara tundaan
dan derajat kejenuhan.
PROBABILITAS ANTRIAN (QP%)
• Probabilitas Antrian (QP%) dinyatakan pada range nilai
yang didapat dari kurva hubungan antara probabilitas
antrian (QP%) dengan derajat kejenuhan (DS)
Peluang Antrian (QP)
• Batas bawah QP % = 9,02*DS + 20,66*DS ^2 +
10,49*DS^3 (5.14)
• Batas atas QP % = 47,71*DS - 24,68*DS^2 –
56,47*DS^3

Anda mungkin juga menyukai