Anda di halaman 1dari 51

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Unit kerja

Unit kerja penulis adalah di Puskesmas Cepiring, menjabat sebagai


Pembimbing Kesehatan Kerja. Pembimbing Kesehatan Kerja merupakan
seseorang yang bertugas, bertanggungjawab, berwenang dan berhak
melakukan kegiatan upaya kesehatan kerja.
1. Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja
Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja telah
ditetapkan serta diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi (PERMENPAN-RB)
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2013. Pembimbing Kesehatan
Kerja adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melakukan kegiatan upaya kesehatan kerja.
Pembimbing Kesehatan Kerja berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional di bidang kesehatan kerja pada unit organisasi
lingkup kesehatan kerja pada instansi pemerintah.

2. Tugas Pokok Pembimbing Kesehatan Kerja


Tugas pokok Pembimbing Kesehatan Kerja adalah melakukan
kegiatan pembimbingan kesehatan kerja yang meliputi persiapan,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di bidang kesehatan kerja.
Rincian kegiatan Pembimbing Kesehatan Kerja sesuai dengan
jenjang jabatan, sebagai berikut:

Pembimbing Kesehatan Kerja Pertama, yaitu:

1. Mengumpulkan data sekunder tentang demografi kesehatan kerja


berdasarkan jumlah kelompok pekerja informal;
2. Mengumpulkan data sekunder tentang demografi kesehatan kerja
berdasarkan jumlah tempat kerja formal;
3. Mengumpulkan data sekunder tentang demografi kesehatan kerja
berdasarkan kebijakan internal di fasilitas kesehatan;
4. Mengumpulkan data sekunder tentang demografi kesehatan kerja
berdasarkan jumlah pekerja berdasarkan umur, jenis kelamin,
pendidikan pekerja;
5. Melakukan pemetaan di wilayah kerja yang meliputi kelompok
pekerja, jenis usaha/bidang kegiatan dan lokasi tempat kerja;
6. Menyusun perencanaan 5 (lima) tahunan upaya kesehatan kerja di
wilayah kerja, sebagai anggota;
7. Menyusun perencanaan tahunan upaya kesehatan kerja di wilayah
kerja, sebagai anggota;
8. Membuat kerangka acuan dalam rangka perencanaan triwulanan
upaya kesehatan kerja di wilayah kerja;
9. Mempersiapkan rencana triwulanan dalam rangka perencanaan
upaya kesehatan kerja di wilayah kerja;
10. Merumuskan output kegiatan rencana bulanan dalam rangka
perencanaan upaya kesehatan kerja di wilayah kerja, sebagai
anggota;
11. Menyusun perencanaan program upaya kesehatan kerja di wilayah
kerja, sebagai anggota;
12. Mengenalkan cara identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja;
13. Mengenalkan potensi bahaya di lingkungan kerja;
14. Melakukan pengamatan lingkungan kerja secara sederhana;
15. Melakukan survey jalan lintas di kelompok pekerja dengan
menggunakan kuesioner dan/ atau lembar tilik, sebagai anggota;
16. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program
lingkungan kerja;
17. Menyusun saran/rekomendasi kepada pemberi
kerja/pengusaha/pengurus untuk melakukan pengukuran;
18. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program
pengendalian kecelakaan kerja;
19. Menyusun saran/rekomendasi kepada pemberi
kerja/pengusaha/pengurus untuk melakukan pengendalian
kecelakaan kerja;
20. Mengumpulkan literatur cetak dan elektronik mengenai upaya
perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
21. Mengenalkan pentingnya minum air yang cukup selama bekerja
untuk menghindari dehidrasi dalam rangka perilaku hidup bersih
dan sehat di tempat kerja agar bekerja secara selamat dan sehat;
22. Mengenalkan budaya cuci tangan untuk menghindari bahan-bahan
lingkungan kerja yang menempel di tangan ikut termakan dalam
rangka perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja agar bekerja
secara selamat dan sehat;
23. Mengenalkan penggunaan baju kerja yang berbeda dengan baju
yang digunakan di luar tempat kerja dalam rangka perilaku hidup
bersih dan sehat di tempat kerja agar bekerja secara selamat dan
sehat;
24. Mengenalkan peregangan untuk menghindari kelelahan selama
bekerja dalam rangka perilaku hidup bersih dan sehat di tempat
kerja agar bekerja secara selamat dan sehat;
25. Mengenalkan pentingnya makan sebelum bekerja dalam rangka
perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja agar bekerja secara
selamat dan sehat;
26. Mengenalkan pentingnya tidak membawa pulang baju kerja dalam
rangka perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja agar
bekerja secara selamat dan sehat;
27. Mengenalkan pentingnya mandi setelah bekerja dalam rangka
perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja agar bekerja secara
selamat dan sehat;
28. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program perilaku
hidup bersih dan sehat di tempat kerja;
29. Menyusun saran/rekomendasi kepada pemberi
kerja/pengusaha/pengurus untuk program PHBS ditempat kerja;
30. Mengumpulkan literatur tentang kecukupan gizi pada kelompok
pekerja;
31. Mengenalkan status gizi pekerja;
32. Mengenalkan kecukupan gizi pada kelompok pekerja berdasarkan
jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan usia;
33. Mengidentifikasi masalah gizi pekerja;
34. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan gizi pekerja;
35. Menyusun saran/rekomendasi kepada pemberi
kerja/pengusaha/pengurus untuk program gizi pekerja;
36. Mengumpulkan literatur dalam rangka mengenalkan berbagai Alat
Pelindung Diri (APD);
37. Mengidentifikasi sasaran (population at risk) dalam rangka
mengenalkan berbagai APD;
38. Menyusun rekomendasi kepada pengusaha/ pemberi
kerja/pengurus dalam penentuan APD yang sesuai dengan potensi
bahaya pada kelompok pekerja;
39. Mengenalkan cara mengangkat dan mengangkut yang benar
secara ergonomi;
40. Mengumpulkan literatur dalam rangka pengenalan ergonomi;
41. Menentukan media yang digunakan dalam rangka pengenalan
ergonomi;
42. Memfasilitasi pengkajian hambatan pelaksanaan program
ergonomi;
43. Menyusun rekomendasi kepada pengusaha/ pemberi
kerja/pengurus dalam program ergonomi;
44. Mengumpulkan literatur dalam rangka mengenalkan cara
pertolongan pertama pada kecelakaan pada kelompok
pekerja/pengelola tempat kerja;
45. Mengidentifikasi sasaran (population at risk) dalam rangka
mengenalkan cara pertolongan pertama pada kecelakaan pada
kelompok pekerja/pengelola tempat kerja;
46. Mengenalkan cara pertolongan pertama pada kecelakaan pada
kelompok pekerja;
47. Mengumpulkan data medis dalam rangka melaksanakan surveilans
kesehatan kerja;
48. Menganalisis data medis deskriptif dalam rangka melaksanakan
surveilans kesehatan kerja;
49. Mengumpulkan data lingkungan kerja dalam rangka melaksanakan
surveilans kesehatan kerja;
50. Menganalisis data deskriptif lingkungan kerja dalam rangka
melaksanakan surveilans kesehatan kerja;
51. Mengumpulkan data monitoring biologi dalam rangka
melaksanakan surveilans kesehatan kerja;
52. Menganalisis data deskriptif monitoring biologi dalam rangka
melaksanakan surveilans kesehatan kerja;
53. Melakukan toolbox meeting/safety talk;
54. Melakukan safety patrol/safety inspection;
55. Mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan Bahan Beracun
Berbahaya (B3);
56. Mengumpulkan bahan kebijakan dan/atau pedoman, prosedur,
instruksi kerja, penyediaan, pengangkutan, penyimpanan,
penanggulangan kontaminasi B3, tanggap darurat B3;
57. Mengidentifikasi sasaran (population at risk) dalam rangka
penanggulangan bahan beracun berbahaya;
58. Mengenalkan rambu-rambu keselamatan (global harmonize
standard, safety data sheet) tentang B3;
59. Melakukan identifikasi B3 dan/ atau barang berbahaya;
60. Menginventarisasi daftar B3 yang digunakan;
61. Mengevaluasi hasil pelaksanaan simulasi tanggap darurat B3;
62. Melakukan tindak lanjut hasil rekomendasi pemantauan B3;
63. Menginventarisasi/mengelompokkan tempat yang berisiko dan
berbahaya serta membuat denahnya;
64. Memantau kesiapan sarana dan prasarana tanggap darurat di
fasilitas kesehatan;
65. Mengusulkan rambu-rambu keselamatan/ tanggap darurat di
fasilitas kesehatan;
66. Melakukan pemantauan keselamatan kebakaran di fasilitas
kebakaran dengan mengidentifikasi sarana proteksi kebakaran;
67. Melakukan pemantauan keselamatan kebakaran di fasilitas
kebakaran dengan pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR);
68. Menyiapkan pelatihan pencegahan dan penanggulangan
kebakaran;
69. Melakukan persiapan simulasi penanggulangan kebakaran;
70. Melaksanakan pemberdayaan kesehatan masyarakat pekerja dan
kemitraan melalui pemberdayaan kesehatan pekerja sektor informal
dengan cara memfasilitasi persiapan kemitraan lintas sektor untuk
pembentukan Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) di tingkat
Desa;
71. Melaksanakan pengisian formulir dalam rangka memfasilitasi
pelaksanaan survei mawas diri pada kelompok pekerja informal di
wilayah kerja;
72. Melaksanakan pengolahan data dalam rangka memfasilitasi
pelaksanaan survei mawas diri pada kelompok pekerja informal di
wilayah kerja;
73. Melakukan pembinaan kelompok pekerja dalam rangka
memfasilitasi pelaksanaan survei mawas diri pada kelompok
pekerja informal di wilayah kerja;
74. Memfasilitasi pelaksanaan musyawarah masyarakat desa bersama
dengan lintas sektoral pada kelompok pekerja informal di wilayah
kerja dalam rangka pembentukan Pos UKK;
75. Memfasilitasi pembentukan Pos UKK bersama dengan lintas sektor
terkait dan kelompok pekerja;
76. Melakukan pelatihan kader Pos UKK;
77. Melakukan bimbingan dan pembinaan bidang kesehatan pada
kader Pos UKK;
78. Melakukan kunjungan ke tempat kerja untuk mengetahui
permasalahan kesehatan pekerja dalam rangka kemitraan dengan
pengelola tempat kerja sektor formal;
79. Melakukan monitoring bulanan kesehatan kerja;
80. Melakukan monitoringtriwulanan kesehatan kerja;
81. Melakukan evaluasi bulanan kesehatan kerja;
82. Melakukan evaluasi triwulanan kesehatan kerja;
83. Melakukan pencatatanhasilpelaksanaan kesehatan kerja;
84. Melakukan pelaporan upaya kesehatan kerja di wilayah kerja;
85. Melakukan penyusunan laporan upaya kesehatan kerja; dan
86. Mendokumentasi data.

B. Identifikasi Isu
Sebelum melakukan kegiatan aktualisasi, hal yang perlu dilakukan
adalah identifikasi terhadap isu yang sedang dihadapi oleh satuan kerja
masing-masing. Isu-isu tersebut dikumpulkan dan dianalisis untuk
menentukan isu utama yang akan dijadikan fokus bahasan dalam kegiatan
aktualisasi. Berikut adalah isu permasalahan yang ditemukan di UPTD
Puskesmas Cepiring.

1. Belum optimalnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja di


home industry di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cepiring
Upaya keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu
kegiatan pokok puskesmas dalam rangka memberikan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kepada masyarakat pekerja, dengan tujuan
meningkatkan kemampuan pekerja, sehingga mereka mengenali penyakit
maupun kecelakan kerja dan upaya pencegahan serta penanganannya.
Berdasarkan kunjungan yang dilakukan di beberapa tempat home
industri yang ada di wilayah kerja puskesmas Cepiring, ternyata ditemukan
pekerja yang tidak menggunakan APD saat melakukan pekerjaan dan
pakaian kerja yang tidak sesuai, bahkan dari hasil wawancara dengan
pemilik usaha beberapa menyampaikan belum memiliki kotak P3K sebagai
penanganan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja, ada yang sudah
memiliki Apar tapi tidak terawat, hal tersebut dikarenakan belum optimalnya
upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh puskesmas.

Keterkaitan dengan agenda 3:

- Manajemen ASN: Ditinjau dari penyebab isu yang terjadi adalah


belum optimalnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di
home industry ini maka dapat disimpulkan bahwa hal tersebut tidak sesuai
UU No.5 Tahun 2014 tentang Manajemen ASN, dimana pada Bab IV
Pasal 22 tentang fungsi ASN sebagai pelaksana kebijakan publik.
Seharusnya ASN melaksanakan kebijakan yang telah dibuat secara
profesional.
- Pelayanan Publik: Belum optimalnya pelayanan kesehatan kerja
pada pekerja home industri, membuktikan bahwa ada ketidak sesuaian
dengan prinsip pelayanan publik aksesable dan akuntabel, dimana setiap
penyelenggaraan pelayanan harus dapat menjangkau seluruh masyarakat
yang membutuhkan pelayanan, dan dapat dipertanggungjawabkan karena
pelayanan publik ini di biayai warga negara dari pajak.

2. Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja pada pegawai di


UPTD Puskesmas Cepiring
Pelayanan kesehatan kerja harus di selenggarakan di semua tempat
kerja tidak terkecuali di puskesmas, yang merupakan tempat kerja yang
mempunyai resiko bahaya kesehatan.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa karyawan puskesmas,
selama ini pelaksanaan upaya kesehatan kerja bagi karyawan puskesmas
belum optimal, hal ini dibuktikan dengan belum adanya data kesehatan kerja
yang terkomputerisasi, belum adanya pemeriksaan kesehatan. Pelayanan
kesehatan masih sebatas pemeriksaan kebugaran dengan metode rockport
dan seminggu sekali di adakan senam jumat sehat.

Keterkaitan dengan agenda 3:

- Manajemen ASN: Belum optimalnya pelaksanaan pelayanan


kersehatan kerja bagi pegawai tidak sesuai UU No.5 Tahun 2014 tentang
Manajemen ASN dimana pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
pegawai merupakan hak pegawai agar memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi – tingginya.
- Whole og Government (WoG): Dari isu tersebut dapat di simpulkan
bahwa masih kurangnya kolaborasi, koordinasi dan kerja sama, Kepala
puskemas, manajemen dan pemegang program K3.

3. Belum adanya identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja di UPTD Puskemas


Cepiring.
Puskesmas sebagai salah satu unit layanan kesehatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan, hal ini dapat tercapai salah satunya dengan
menerapkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja karena dalam suatu aktivitas
kerja pasti ada potensi bahaya yang berhubungan denga keselamatan dan
kesehatan kerja.
Oleh karena itu, identifikasi potensi bahaya merupakan cara yang digunakan
untuk mengelola dengan baik potensi yang menimbulkan bahaya dan memastikan
bahwa kesehatan dan keselamatan pekerja tidak berisiko saat bekerja. Identifikasi
potensi bahaya, ini bertujuan untuk mengambil tindakan untuk mengendalikan,
mengurangi atau menghilangkan risiko sebelum terjadi kecelakaan yang dapat
menimbulkan cedera, kerusakan dan kerugian. Berdasarkan pengamatan dan
wawancara dengan penanggung jawab K3 identifikasi potensi bahaya belum pernah
dilakukan, di buktikan belum adanya dokumen identifikasi potensi bahaya dimasing
masing unit.

Keterkaitan dengan agenda 3:

- Manajemen ASN: Belum adanya identifikasi potensi bahaya di


lingkungan kerja ini, di sebabkan karena tim K3 yang sudah terbentuk
tidak berjalan, pada UU No.5 Tahun 2014 Bab IV Pasal 11 tentang tugas
ASN yaitu memberikan pelayanan publik yang professional dan
berkualitas karena identifikasi potensi bahaya di lingkungan kerja ini
sangat di perlukan sebagai upaya pengendalian dan pencegahan
terhadap resiko penyakit maupun kecelakaan kerja yang menyangkut
petugas, pasien, pengunjung, dan masyarakat di sekitar puskesmas.
- Whole og Government (WoG): Masih kurangnya kolaborasi,
koordinasi dan kerja sama, Kepala puskemas, manajemen dan
pemegang program K3.
- Pelayanan Publik : Identifikasi potensi bahaya ini dilakukan sebagai
upaya pencegahan dan pengendalian resiko penyakit akibat kerja,
kecelakaan kerja, dan kejadian yang tidak di inginkan lainya pada
petugas, pasien, pengunjung, dan masyarakat sekitar, dalam rangka
memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
Tabel 3.1 Penilaian Isu Menggunakan APKL

N ISU AKTUAL ( A ) PROBLEMATIK ( P ) KEKHALAYAKAN ( K ) KELAYAKAN ( L )


O
1 Belum optimalnya upaya Sampai saat ini upaya Isu ini menimbulkan Isu ini akan bepengaruh Isu layak untuk di
keselamatan dan keselamatan dan masalah pada pekerja pada kesehatan para selesaikan karena pekerja
kesehatan kerja pada kesehatan kerja pada dan pemilik usaha tidak pekerja, pemilik usaha dan di home industry
pekerja di home industry pekerja di home industry menerapkan prinsip K3 puskesmas dari segi merupakan sasaran dari
di wilayah kerja UPTD belum berjalan secara dalam pekerjaannya, pelayanan yang di berikan upaya K3 puskesmas di
Puskesmas Cepiring optimal baik itu preventif yang dapat menimbulkan masyarakat sekitar. luar gedung dan termasuk
maupun promotif. penyakit dan kecelakaan dalam tugas pokok
Kaitan isu : Manajemen akibat kerja pembimbing kesehatan
ASN, Pelayanan publik. kerja
2 Belum Sampai saat ini Isu ini akan Isu ini tidak hanya Isu ini layak untuk di
optimalnya pelaksanaan kesehatan menimbulkan masalah berdampak pada petugas, carikan solusi, dan relevan
pelaksanaan kerja pada pegawai mengingat puskesmas tetapi juga pada pasien, dengan tugas pokok
pelayanan sebatas pemeriksaan merupakan tempat kerja karena jika petugas pembimbing kesehatan
kesehatan kerja kebugaran rockport dan yang memiliki resiko mengalami gangguan kerja.
pada pegawai di kegiatan senam terhadap kesehatan. kesehatan akan
UPTD seminggu sekali. berpengaruh pada
Puskesmas pelayanan yang di
Cepiring berikan.

Kaitan isu :
Manajemen
ASN, dan Whole
of Government
3 Belum adanya identifikasi Sampai saat ini di Isu ini tidak sesuai Isu ini menyangkut pasien, Isu yang layak untuk di
potensi bahaya puskesmas Cepiring dengan standar pendamping pasien,, carikan solusi, karena
lingkungan kerja di UPTD belum pernah dilakukan pelaksanaan K3 di pengunjung, dan relevan dengan tugas
Puskemas Cepiring. identifikasi potensi fasilitas kesehatan dan masyarakat sekitar pembimbing kesehatan
bahaya lingkungan kerja akan menimbulkan lingkungan puskesmas kerja
Kaitan isu : Manajemen Penyakit akibat kerja
ASN, Pelayanan publik, pada petugas, dan
dan Whole of kejadian yang tidak di
Government inginkan pada petugas,
pasien, pengunjung dan
masyarakat sekitar.

Kesimpulan : Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan Teknik APKL ketiga isu tersebut memenuhi syarat
C. Dampak yang Akan Terjadi Jika Isu Tidak Segera Diselesaikan

Tabel 3. 2 Dampak yang Akan Terjadi Jika Isu Tidak Segera Diselesaikan

NO ISU DAMPAK
1 Belum optimalnya upaya  Kurangnya pengetahuan para pekerja
keselamatan dan kesehatan kerja tentang Keselamatan dan Kesehatan kerja
pada pekerja di home industry di  Pemilik usaha tidak menerapkan K3 dalam
wilayah kerja UPTD Puskesmas menyelenggaraan proses produksi
Cepiring  Akan terjadi resiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja
 Menurunnya produktivitas kerja
 Terganggunya proses produksi

2 Belum optimalnya  Kurangnya pengetahuan petugas akan


pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja
kesehatan kerja pada  Kurangnya kesadaran menerapkan K3
pegawai di UPTD dalam melakukan aktifitas pekerjaanya
Puskesmas Cepiring  Kasus penyakit baik itu karena pekerjaan
maupun bukan karena pekerjaan tidak
terdeteksi secara dini.
 Tidak ada penilaian tentang status
kesehatan petugas
 Meningkatkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
 Menurunnya kualitas pelayanan yang di
berikan pada pasien
3 Belum adanya identifikasi potensi  Tidak diketahuinya potensi bahaya di
bahaya lingkungan kerja di UPTD masing-masing unit tempat kerja
Puskemas Cepiring  Upaya pengendalian bahaya yang
dilakukan tidak sesuai.
 Berpotensi menimbulkan penyakit pada
petugas.
 Berpotensi menimbulkan kecelakaan dan
kejadian tidak di inginkan pada petugas,
pasien, maupun pengunjung puskesmas
 Menurunkan kualitas pelayanan terhadap
pasien dan masyarakat.
 Hilangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan di puskesmas

D. Isu yang di angkat / Core Issue

Tabel 3. 3 Penetapan Isu Menggunakan Metode USG

NO ISU URGENCY SERIOUSNESS GROWTH JUMLAH RANKING


1 Belum optimalnya
upaya keselamatan
dan kesehatan kerja
pada pekerja di home
4 4 3 11 3
industry di wilayah
kerja UPTD
Puskesmas Cepiring

2 Belum
optimalnya
pelaksanaan
pelayanan
kesehatan
kerja pada 5 4 3 12 2
pegawai di
UPTD
Puskesmas
Cepiring

3 Belum adanya
identifikasi potensi
bahaya lingkungan 5 4 4 13 1
kerja di UPTD
Puskemas Cepiring
Keterangan: dibuat skor 5 = sangat USG, 4 = USG, 3 = cukup USG, 2 = kurang USG, 1 =
tidak USG

Kesimpulan:
Berdasarkan tabel prioritas USG di atas, maka terpilih satu masalah yaitu: “Belum adanya
identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja di Puskesmas Cepiring.

E. Analisis penyebab masalah

hasil analisis isu dengan pendekatan USG maka isu strategis yang perlu untuk di
selesaikan adalah Belum adanya identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja di
Puskesmas Cepiring. Akar penyebab masalah selanjutnya di diagnosa menggunakan
Fishbone diagram. Diagram ini merupakan suatu alat mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan
menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu
permasalahan. Kategori penyebab permasalahan yang digunakan meliputi Man (sumber
daya manusia ), material ( bahan baku ), method ( Metode ) dan milieu ( lingkungan ). Setiap
kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi brainstorming bersama
rekan kerja di instansi, sehingga hasilnya dirumuskan sebagai berikut :

MATERIAL
MAN
Belum ada buku
Belum adanya tim referensi sebagai
K3 penunjang

Kurangnya
pengetahuan
petugas K3
Belum adanya form Belum adanya
untuk identifikasi identifikasi potensi
bahaya lingkungan
kerja di Puskesmas
Banyaknya ruangan Cepiring
yang harus dilakukan
Belum adanya SOP
identifikasi
identifikasi potensi
bahaya

Belum adanya
dukungan pemegang
program lain di
puskesmas
METHODE
MILIEU

Gambar 3.1 Diagram Fishbone


F. Gagasan Pemecahan Masalah
Berdasarkan beberapa penyebab isu yang ada maka dibuat beberapa gagasan
kreatif sebagai upaya untuk mengatasi isu melalui penyebab yang ada. Maka gagasan
permecahan yang akan saya laksanakan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun formasi tim K3 yang baru.


a. Kaitan dengan Agenda 3 :
1) Manajemen ASN : Dengan Menyusun tim K3 yang baru dan adanya SK, bahwa
sebagai Pembimbing Kesehatan Kerja dalam menjalankan tugasnya harus
profesional dengan cara mampu bekerja sama dengan rekan kerja, karena tidak
ada individu yang menguasai seluruh kemampuan dan ketrampilan, dengan
adanya tim setiap individu akan memegang peranan masing – masing,
sehingga anggota tim dapat melengkapi satu sama lain.
2) Pelayanan publik : Menyusun tim K3 yang baru, maka setiap menjalankan
kegiatan akan muncul ide-ide baru dari diskusi bersama tim, meningkatkan
efisiensi karena ada pembagian beban kerja, dan juga meningkatkan
produktifitas, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan.
3) Whole of Government : Dengan Menyusun tim K3 sebagai bentuk kerja
sama dan kolaborasi sesama rekan kerja, dimana anggota tim harus menjaga
ego dan kekompakan agar kegiatan yang dilakukan berjalan optimal.
b. Tahapan Kegiatan:
1) Konsultasi dengan mentor
2) Identifikasi personil yang akan dimasukan kedalam tim K3
3) Meminta persetujuan pimpinan
4) Menentukan komposisi tim

2. Melakukan studi banding dengan puskesmas yang sudah melakukan identifikasi


potensi bahaya
a. Kaitan dengan agenda 3 :
1) Manajemen ASN : Tugas seorang ASN memberikan pelayanan yang
berkualitas dan profesional, oleh karenanya seorang ASN harus mempunyai
pengetahuan, salah satuya dengan melakukan studi banding, dengan
puskesmas yang sudah menerapkan identifikasi potensi bahaya.
2) Whole of Government : Studi banding sebagai bentuk kerja sama, dan
melakukan kajian terkait pelaksanaan identifikasi potensi bahaya secara lebih
detail, sebagai bahan referensi dan meningkatkan pengetahuan. Sehingga dalam
melakukan identifikasi tidak terjadi kekeliruan karena ketidaktahuan.
3) Pelayanan publik : Kegiatan studi banding ini bertujuan untuk mencari bahan
referensi dan meningkatkan pengetahuan, sebagai bentuk meningkatkan kinerja
tim K3 dalam upaya pelaksanaan identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja,
sehingga di hasilkan lingkungan kerja yang aman, yang dapat meningkatkan
mutu dan kualitas pelayanan.
b. Tahapan Kegiatan :
1) Konsultasi dengan mentor
2) Mencari informasi melalui WAG programmer K3 puskesmas tentang identifikasi
potensi bahaya di lingkungan kerja
3) Meminta izin kepada pimpinan untuk melakukan studi banding
4) Melakukan studi banding di puskesmas yang sudah melakukan identifikasi
potensi bahaya di lingkungan kerja

3. Membuat Standar Operasional Prosedur ( SOP ) identifikasi potensi bahaya lingkungan


kerja bagi tim K3.
a. Kaitan dengan agenda 3 :
1) Manajemen ASN : Sebagai pembimbing kesehatan kerja memiliki peran
sebagai perencana dan pelaksana, sebagaimana perannya sebagai ASN.
Membuat SOP merupakan bagian dari pelaksanaan kegiatan agar kegiatan
menjadi terarah untuk memperoleh hasil kerja yang efektif.
2) Whole of Government : Membuat SOP ini tidak bisa di lakukan sendiri,
karena kegunaan dari SOP ini adalah sebagai standar dalam melakukan suatu
kegiatan, maka di butuhkan koordinasi dengan pimpinan, tim K3 dan pemegang
program lain, untuk mendapatkan saran dan masukan sehingga tersusun SOP
yang sesuai.
3) Pelayanan Publik : Membuat SOP ini sebagai pegangan dalam melaksanakan
kegiatan agar jelas arah dan tujuannya, sehingga proses pelaksanaanya
menjadi efektif dan efisien.
b. Tahapan kegiatan :
1) Konsultasi dengan mentor
2) Membaca referensi tentang identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja
3) Koordinasi dengan Tim K3
4) Membuat Standar Operasional Prosedur
5) Konsultasi dengan pimpinan
6) Memperbaiki SOP

4. Melakukan identifikasi potensi bahaya di masing – masing ruangan.


a. Kaitan dengan Agenda 3
1) Manajemen ASN : Melakukan identifikasi potensi bahaya di masing- masing
ruangan, sesuai tugas pembimbing kesehatan kerja yaitu sebagai pelaksana
rencana K3 di puskesmas, hal itu sesuai dengan fungsi ASN sebagai pelaksana
kebijakan yang telah di tetapkan.
2) Whole of Government : Dalam melakukan indentifikasi harus melakukan koordinasi
dengan masing – masing penanggung jawab ruangan dan kerja sama dengan tim
K3 dan pemegang program lain.
3) Pelayanan Publik : Identifikasi potensi bahaya ini di lakukan agar potensi –
potensi bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada petugas,
pasien, pengunjung dan pasien dapat dicegah dan dikendalikan, demi menjaga
kualitas pelayanan yang diberikan.
b. Tahapan kegiatan :
1) Konsultasi dengan mentor
2) Koordinasi dengan penanggung jawab ruangan
3) Menyusun instrument identifikasi potensi bahaya
4) Melakukan identifikasi
5) Membuat laporan hasil identifikasi
6) Mensosialisasikan hasil identifikasi di kegiatan lokmin Puskesmas.

5. Membuat dan memasang rambu rambu peringatan keselamatan di lingkungan kerja


a. Kaitan dengan agenda 3 :
1) Manajemen ASN : Membuat rambu – rambu peringatan keselamatan
menunjukan bahwa sebagai Pembimbing kesehatan kerja, paham akan tugas dan
tanggung jawabnya.
2) Whole of Government : Membuat rambu – rambu keselamatan tidak mungkin di
lakukan sendiri, di butuhkan konsultasi dengan pimpinan, koordinasi dan kerja sama
tim k3 supaya menghasilkan rambu – rambu yang sesuai dengan potensi bahaya
yang ditimbulkan.
3) Pelayanan publik : Membuat rambu – rambu peringatan di lingkungan kerja
yang berpotensi menimbulkan bahaya, sebagai upaya untuk melindungi dan
mencegah risiko penyakit akibat kerja, kecelekaan kerja dan kejadian tidak di
inginkan lainnya, pada petugas, pasien, dan pengunjung, sebagai upaya menjaga
kualitas, mutu, serta citra pelayanan puskesmas di mata masyarakat.

b. Tahapan kegiatan :
1) Konsultasi dengan mentor
2) Membaca referensi tentang rambu – rambu peringatan keselamatan
3) Menginventarisasi rambu – rambu peringatan keselamatan yang sesuai
4) Membuat rambu – rambu peringatan keselamatan
5) Koordinasi dengan tim dan pelaksana program lain berkaitan dengan pemasangan
rambu – rambu peringatan keselamatan
6) Memasang rambu – rambu peringatan keselamatan sesuai dengan potensi bahaya.
G. Matrik Rancangan Aktualisasi
Tabel 3. 4 Matrik Rancangan Aktualisasi

KONTRIBUSI OUTPUT KONTRIBUSI OUTPUT


KAITAN SUBSTANDI DENGAN
NO KEGIATAN TAHAPAN KEGIATAN OUTPUT KEGIATAN TERHADAP VISI MISI PENGUATAN NILAI –
NILAI – NILAI ANEKA
ORGANISASI NILAI ORGANISASI
1 Menyusun formasi a. Konsultasi Mendapat dukungan  Akuntabilitas Out put adanya tim Out put dari
Tim K3 yang baru dengan mentor dari mentor Menyampaikan maksud K3 sesuai dengan kegiatan ini adanya
dan tujuan pembentukan visi puskesmas tim K3, yang
tim K3 dengan jelas Cepiring yaitu “ memberikan
 Nasionalisme Terwujudnya kontribusi terhadap
Mengucap salam, Puskesmas tata nilai Puskesmas
berbicara dengan sopan, Cepiring sebagai Cepiring yaitu,
mendengarkan arahan Puskesmas Inovatif dengan
dan bimbingan mentor Terpercaya mendayagunakan
dengan seksama. Masyarakat Sehat kemampuan dan

 Etika Publik dan Mandiri “ keahlian untuk

Menyampaikan informasi dengan misi menghasilkan karya

terkait penyusunan tim K3 Meningkatkan baru

dengan secara benar. Kualitas

 Komitmen Mutu manajemen dan

Menyampaikan maksud SDM Puskesmas.

dan tujuan secara efektif


dan efisien
 Anti Korupsi
Berani Menyampaikan
kegiatan yang akan
dilakukan dengan jujur,
tanggung jawab

b. Memilih personil Terpilih personil yang  Akuntabilitas


yang akan akan menjadi tim K3 Memilih personil tim K3
dimasukan dilakukan dengan adil,
kedalam tim K3 cermat dan tidak
diskriminatif
 Nasionalisme
Dalam memilih personil
tim K3 dilakukan dengan
musyawarah.
 Etika publik
Memilih personil K3
secara profesional, tidak
berpihak, dan menghargai
komunikasi
 Komitmen Mutu
Memilih personil K3 yang
berorientasi mutu
meningkatkan kinerja

 Anti Korupsi
Dilakukan dengan kerja
keras sungguh – sungguh,
sekuat daya untuk
memperoleh hasil yang
terbaik.

c. Meminta Memperoleh  Akuntabilitas


persetujuan persetujuan dari Menunjukan sikap santun
pimpinan pimpinan berbicara sopan,
ramah,ketika meminta
persetujuan.
 Nasionalisme
Menghormati dan
menghargai masukan dan
saran dari pimpinan.
 Etika publik
Melakukan komunikasi
yang baik dan
mengutamakan
pencapaian hasil ketika
meminta persetujuan
pimpinan
 Komitmen Mutu
Meminta persetejuan
pimpinan menunjukan
sikan kinerja yang
berorientasi mutu
 Anti Korupsi
Berani dan penuh tanggug
jawab

d. Menentukan Diperoleh komposisi  Akuntabilitas


komposisi Tim Tim K3 yang sesuai Menentukan komposisi tim
K3 K3 sesuai dengan
komptensi masing –
masing personil secara
adil, cermat, dan tidak
diskriminatif.
 Nasionalisme
Dilakukan dengan
musyawarah, sehingga di
peroleh tim K3 yang
sesuai
 Etika Publik
Dilakukan dengan cermat
agar tidak terjadi konflik
dikemudian hari
 Komitmen Mutu
Menentukan komposisi
tim K3 yang berorientasi
pada mutu, inovasi dan
kreatifitas.
 Anti Korupsi
Dilakukan secara adil,
jujur, dan bertanggung
jawab, dalam menentukan
komposisi Tim K3.

2 Melakukan studi a. Konsultasi Memperoleh  Akuntabilitas Out put dari Out put dari
banding dengan dengan mentor dukungan dari mentor Berbicara dengan sopan kegiatan ini akan kegiatan ini
puskesmas yang dan menjelaskan maksud menambah menambah ilmu
sudah melakukan dari kegiatan secara jelas pengetahuan pengetahuan dan
identifikasi potensi  Nasionalisme dalam melakukan kompetensi, yang
bahaya Mendengarkan dan pekerjaan sesuai memberikan
mencatat masukan dan dengan visi kontribusi terhadap
bimbingan yang puskesmas tata nilai Puskesmas
disampaikan oleh mentor Cepiring yaitu “ Cepiring yaitu,
dengan baik Terwujudnya Profesional

 Etika Publik Puskesmas Memiliki keahlian

Menyampaikan maksud Cepiring sebagai dan ketrampilan

studi banding secara jelas, Puskesmas karena pendidikan

dan bersikap santun. Terpercaya dan pelatihan

 Komitmen Mutu Masyarakat Sehat

Menyampaikan maksud dan Mandiri “

dari kegiatan secara efektif dengan misi


dan efisien. Meningkatkan
 Anti Korupsi Kualitas
Berani, jujur , dan manajemen dan
tanggung jawab dalam SDM Puskesmas
penyampaian maksud dari
kegiatan yang akan di
lakukan

b. Mencari Diperoleh informasi  Akuntabilitas


informasi di puskesmas yang Mengirimkan pesan
WAG sudah melakukan melalui WAG dengan
programmer K3 identifikasi potensi Bahasa yang sopan dan
berkaitan bahaya. jelas.
dengan  Nasionalisme
kegiatan Menggunakan Bahasa
identifikasi Indonesia dengan baik
potensi bahaya dan benar.
 Etika Publik
Sebagai bentuk upaya
menjalin komunikasi dan
kerja sama dengan
sesama programmer K3
 Komitmen Mutu
Pesan yang dikirim melalui
WAG sopan dan ramah.
 Anti Korupsi
Menggunakan fasilitias
WAG untuk kepentingan
yang berkaitan dengan
pekerjaan.

c. Meminta izin Meperoleh izin dari  Akuntabilitas


kepada pimpinan Memohon izin dengan
pimpinan Bahasa yang jelas,sopan
( Kepala dan jujur,
Puskesmas )  Nasionalisme
Memohon izin sebelum
melakukan kegiatan
merupakan bentuk
menghargai dan
menghormati pimpinan.
 Etika Publik
Menghormati dan
menghargai saran dan
masukan yang di
sampaikan oleh pimpinan.
 Anti korupsi
Memberikan informasi
yang jelas dan jujur
mengenai kegiatan studi
banding
d. Melakukan studi Memperoleh ilmu  Akuntabilitas
banding di pengetahuan, Pada saat melakukan
puskesmas sehingga dapat di kajian studi banding harus
yang sudah terapkan pada saat bersikap ramah, sopan,
melaksanakan melaksanakan proaktif dan mematuhi
identifikasi kegiatan peraturan yang ada.
potensi bahaya  Nasionalisme
lingkungan Rela berkorban dan ikhlas
kerja untuk meningkatkan
pengetahuan dan
membina pergaulan.
 Etika Publik
Di lakukan secara efektif
dan efisien, serta tidak
mengganggu pelayanan
puskesmas yang
bersangkutan.
 Komitmen mutu
Berkomitmen menjaga
nama baik puskesmas
tempat kita bekerja
 Anti korupsi
Melakukan studi banding
dengan jujur dan tanggung
jawab, agar memperoleh
pengetahuan yang relevan
dengan kegiatan
identifikasi potensi
bahaya.

3 Membuat Standar a. Konsultasi Mendapat dukungan  Akuntabilitas Out put adanya Out put dari
Operasional Prosedur dengan mentor mentor Menyampaikan maksud SOP kegiatan kegiatan ini adanya
terkait Identifikasi dan tujuan pembuatan identifikasi potensi SOP, yang
Potensi bahaya SOP dengan jelas bahaya sesuai memberikan
lingkungan kerja  Nasionalisme dengan visi kontribusi terhadap
Mengucap salam, puskesmas tata nilai Puskesmas
berbicara dengan sopan, Cepiring yaitu “ Cepiring yaitu,
mendengarkan arahan Terwujudnya Inovatif dengan
dan bimbingan mentor Puskesmas mendayagunakan
dengan seksama. Cepiring sebagai kemampuan dan

 Etika Publik Puskesmas keahlian untuk

Memaparkan ide Terpercaya menghasilkan karya

pembuatan SOP secara Masyarakat Sehat baru

benar dan dapat dan Mandiri “

dipertanggung jawabkan. dengan misi

 Komitmen Mutu Meningkatkan

Menyampaikan maksud Kualitas

dan tujuan secara efektif manajemen dan


SDM Puskesmas.
dan efisien
 Anti Korupsi
Berani menyampaikan
pembuatan SOP secara
jujur dan tanggung jawab
b. Membaca dan Pehamanan  Akuntabilitas
memahami mengenai identifikasi Memiliki semangat belajar
referensi potensi bahaya untuk meningkat
tentang pengetahuan.
identifikasi  Nasionalisme
potensi bahaya Membaca merupakan
bentuk menghargai karya
orang lain.
 Etika Publik
Membaca dan memahami
referensi sebagai upaya
peningkatan kualitas kerja
 Komitmen Mutu
Dengan membaca akan
menambah kreatifitas
dalam bekerja.
 Anti Korupsi
Bekerja keras dan
tanggung jawab untuk
meningkatkan
pengetahuan
c. Koordinasi Kesepakatan dalam  Akuntabilitas
dengan tim K3 penyusunan SOP Berbicara dengan sopan,
tidak diskriminatif, dan
jelas terkait penyusunan
SOP
 Nasionalisme
Dalam bekerja
menghargai dan
menghormati pendapat
tim, mengedepankan
musyawarah untuk
mencapai kesepakatan
 Etika Publik
Berkoordinasi dengan
rekan tim K3, bertukar
pemikiran kreatif dan
inovatif.
 Komitmen Mutu
Melakukan koordinasi
dengan efektif dan efisien.
 Anti Korupsi
Berani menyampaikan
pemikiran terkait
pembuatan SOP, secara
jelas, dan tanggung jawab.
d. Membuat SOP identifikasi  Akuntabilitas
Standar potensi bahaya Membuat SOP secara
Operasional lingkungan kerja profesional, sehingga
Prosedur menghasilkan SOP yang
( SOP) berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan
 Nasionalisme
Membuat SOP dengan
kerja keras dan sungguh
sungguh dengan tujuan
memberikan kemudahan
dalam melakukan
kegiatan.
 Etika Publik
Membuat SOP dengan
cermat, tepat, dan
mengutamakan hasil .
 Komitmen Mutu
Produk SOP yang
diperoleh dari kreatifitas
yang berorientasi mutu,
sehingga kegiatan yang
dilakukan berjalan efektif
dan efiesien.
 Anti Korupsi
Bekerja keras dengan
menghargai proses, serta
kemandirian dengan
mengoptimalkan daya pikir
guna bekerja secara
efekti.

e. Meminta Memperoleh  Akuntabilitas


persetujuan persetujuan Menunjukan sikap santun
pimpinan SOP ramah, profesional, ketika
yang telah meminta persetujuan.
disusun  Nasionalisme
Menghormati dan
menghargai masukan dan
saran dari pimpinan.
 Etika publik
Melakukan komunikasi
yang baik dan
mengutamakan
pencapaian hasil ketika
meminta persetujuan
pimpinan
 Anti Korupsi
Berani, jujur dan
bertanggung jawab
terhadap SOP yang telah
di susun
f. Memperbaiki SOP yang sudah  Akuntabilitas
SOP benar Membuat SOP secara
profesional, sehingga
menghasilkan SOP yang
berkualitas dan dapat
dipertanggungjawabkan
 Nasionalisme
Membuat SOP dengan
kerja keras dan sungguh
sungguh dengan tujuan
memberikan kemudahan
dalam melakukan
kegiatan.
 Etika Publik
Membuat SOP dengan
cermat, tepat, dan
mengutamakan hasil .
 Komitmen Mutu
Produk SOP yang
diperoleh dari kreatifitas
yang berorientasi mutu,
sehingga kegiatan yang
dilakukan berjalan efektif
dan efiesien.
 Anti Korupsi
Bekerja kerja dengan
menghargai proses, serta
kemandirian dengan
mengoptimalkan daya pikir
guna bekerja secara
efekti.dan dapat
diselesaikan tepat waktu

4 Melakukan identifikasi a. Konsultasi Memperoleh  Akuntabilitas Out put adanya Out put dari
potensi bahaya di dengan mentor dukungan mentor Berbicara dengan sopan kegiatan ini kegiatan ini
masing – masing dan menjelaskan maksud teridentifikasi teridentifikasi
ruangan dari kegiatan secara jelas potensi bahaya potensi bahaya di
 Nasionalisme yang ada di lingkungan kerja
Mendengarkan dan lingkungan kerja puskesmas, yang
mencatat masukan dan puskesmas, sesuai memberikan
bimbingan yang dengan visi kontribusi terhadap
disampaikan oleh mentor puskesmas tata nilai Puskesmas
dengan baik Cepiring yaitu “ Cepiring yaitu,

 Etika Publik Terwujudnya Cermat dalam

Menyampaikan maksud Puskesmas melakukan

studi banding secara jelas, Cepiring sebagai pekerjaan


dan bersikap santun. Puskesmas diperlukan ketelitian.
 Komitmen Mutu Terpercaya Inovatif dengan
Menyampaikan maksud Masyarakat Sehat mendayagunakan
dari kegiatan secara efektif dan Mandiri “ kemampuan dan
dan efisien. dengan misi keahlian untuk
 Anti Korupsi Memberikan menghasilkan karya
Berani, jujur , dan pelayanan yang baru, Ikhlas
tanggung jawab dalam bermutu yang melakukan
penyampaian maksud dari memberikan pekerjaan dengan
kegiatan yang akan di kenyamanaa dan sepenuh hati.
lakukan. keamanan bagi

 Anti Korupsi karyawan, pasien,

Bekerja keras dan maupun

tanggung dalam masyarakat sekita.

menjalankan tugasnya
b. Koordinasi Diperoleh  Akuntabilitas
dengan kesepakatan Berbicara dengan sopan,
Penanggung berkaitan dengan ramah dan menyampaikan
Jawab masing – identifikasi potensi maksud kegiatan yang
masing ruangan bahaya akan dilakukan secara
jelas
 Nasionalisme
Dalam bekerja dilakukan
dengan cara yang santun
dan tidak memaksakan
kehendak untuk
memperoleh kesepakatan
 Etika publik
Menyampaikan tentang
kegiatan yang akan
dilakukan dengan santun
dan ramah
 Komitmen Mutu
Menyampaikan tentang
kegiatan yang akan di
lakukan dengan efektif dan
efiesien, sehingga tidak
mengganggu pekerjaan.
 Anti korupsi
Berani menyampaikan
tentang kegiatan yang
akan dilakukan dengan
jujur dan tanggung jawab

c. Menyusun Terususun form  Akuntabilitas


instrument form identifikasi Membuat form identifikasi
identifikasi dengan cermat dan benar
potensi bahaya  Nasionalisme
Selalu belajar untuk
mengembangkan diri dan
menambah pengetahuan
 Etika Publik
Dalam membuat form
dilakukan dengan penuh
tanggung jawab, dan
secara cepat, tepat dan
berdaya guna.
 Komitmen Mutu
Membuat form identifikasi
penuh dengan kreatifitas,
agar kegiatan yang akan
di lakukan dengan berjalan
efektif dan efiesien.
 Anti Korupsi
Menyelesaikan form
identifikasi tepat waktu
d. Melakukan Hasil identifikasi  Akuntabilitas
identifikasi potensi bahaya Melakukan identifikasi
potensi bahaya dengan penuh tanggung
dimasing – jawab
masing ruangan  Nasionalisme
Menjaga sarana dan
prasarana dari kerusakan
saat melakukan
identifikasi.
 Etika publik
Melakukan identifikasi
dengan cermat, teliti, dan
tidak mengganggu
pelayanan
 Komitmen mutu
Melakukan dengan
cermat, tepat, teliti dan
berdaya guna
 Anti korupsi
Menyelesaikan identifikasi
dengan penuh tanggung
jawab, kedisiplinan, dan
kemandirian

e. Membuat Laporan hasil  Akuntabilitas


laporan hasil identifikasi Membuat laporan secara
identifikasi jelas, transparan dan
potensi bahaya penuh tanggung jawab
 Nasionalisme
Membuat laporan secara
jujur dan sesuai kondisi
yang ada.
 Etika publik
Membuat laporan dengan
jujur, cermat, dan penuh
tanggung jawab.
 Komitmen Mutu
Membuat laporan yang
dapat berorientasi mutu,
dibuat dengan efektif dan
efisien.
 Anti Korupsi
Menyelesaikan laporan
tepat waktu, dan penuh
kejujuran .
f. Mensosialisasi Tersampaikan dan  Akuntabilitas
kan hasil dipahaminya hasil Menyampaikan dan
identifikasi di identifikasi potensi memberikan sosialisasi
kegiatan lokmin bahaya kepada dengan jelas dan benar.
puskesmas karyawan puskesmas  Nasionalisme
Menyampaikan sosialisasi
dengan Bahasa Indonesia
yang baik dan santun.
 Etika Publik
Melakukan sosialisasi
dengan sopan santun, dan
memberikan informasi
yang benar.
 Komitmen mutu
Melakukan sosialisasi
dengan efektif dan efisien.
 Anti korupsi
Berani menyampaikan
sosialisasi dengan penuh
kejujuran dan tanggung
jawab
5. Membuat dan a. Konsultasi Dukungan dari mentor  Akuntabilitas Out put dari Out put dari
memasang rambu – dengan mentor Menyampaikan maksud kegiatan ini kegiatan ini adanya
rambu peringatan dan tujuan pembuatan terpasangnya rambu – rambu
keselamatan rambu – rambu dengan rambu – rambu keselamatan, yang
transparan dan jelas keselamatan, memberikan
 Nasionalisme memberikan kontribusi terhadap
Mengucap salam, kontribsi terhadap tata nilai Puskesmas
berbicara dengan sopan, visi dan misi Cepiring yaitu,
mendengarkan arahan Puskesmas Inovatif dengan
dan bimbingan mentor Cepiring yaitu mendayagunakan
dengan seksama. Terwujudnya kemampuan dan

 Etika Publik Puskesmas keahlian untuk

Memaparkan ide Cepiring Sebagai menghasilkan karya

pembuatan rambu - rambu Puskesmas baru, dan Iklhas

secara benar dan dapat Terpercaya mengerjakan

dipertanggung jawabkan. Menuju dengan sepenuh

 Komitmen Mutu Masyarakat Sehat hati

Menyampaikan maksud Dan Mandiri


dan tujuan secara efektif dengan misi
dan efisien meningkatkan
 Anti Korupsi kualitas dan
Berani memaparkan kuantitas sarana
tentang pembuatan rambu dan prasarana
– rambu, secara jujur dan demi pelayanan
tanggung jawab yang bermutu.
b. Membaca Diperoleh referensi  Akuntabilitas
referensi tentang rambu – Memiliki semangat belajar
tentang rambu rambu keselamatan untuk meningkatkan
keselamatan pengetahuan.
 Nasionalisme
Membaca merupakan
bentuk menghargai karya
orang lain.
 Etika Publik
Membaca dan memahami
referensi sebagai upaya
peningkatan kualitas kerja
 Komitmen Mutu
Dengan membaca akan
menambah kreatifitas
dalam bekerja.
 Komitmen Mutu
Dengan membaca akan
menambah kreatifitas
dalam bekerja.
 Anti Korupsi
Bekerja keras dan
tanggung dalam
menjalankan tugasnya
c. Menginventaris Dihasilkan rambu –  Akuntabilitas
asi rambu – rambu yang sesuai Bertanggungjawab dan
rambu profesional dalam
keselamatan mengetahui jumlah
yang sesuai kebutuhan rambu - rambu
 Nasionalisme
Bekerja dengan
ikhlas demi kepentingan
publik
 Etika Publik
bekerja dengan
professional
 Komitmen Mutu
Bekerja secara efektif dan
efisien
 Anti korupsi
bekerja keras dan peduli
dalam menghitung jumlah
kebutuhan rambu jalur
evakuasi

d. Koordinasi Diperoleh  Akuntabilitas


dengan tim K3 kesepakatan tentang Berbicara dengan sopan,
berkaitan pemasangan rambu – tidak diskriminatif, dan
dengan rambu keselamatan jelas terkait pemasangan
pemasangan rambu – rambu
rambu – rambu keselamatan
peringatan  Nasionalisme
keselamat Dalam bekerja
menghargai dan
menghormati pendapat
tim, mengedepankan
musyawarah untuk
mencapai kesepakatan
 Etika Publik
Berkoordinasi dengan
rekan tim K3, bertukar
pemikiran kreatif dan
inovatif.
 Komitmen Mutu
Melakukan koordinasi
dengan efektif dan efisien
 Anti korupsi
Berani menyampaikan ide
secara jujur, tanggung
jawab dan peduli dengan
pendapat rekan satu Tim
e. Memasang  Akuntabilitas
rambu – rambu Melakukan
peringatan pemasangan
keselamatan rambu rambu
kesemalatan
dengan jelas.
 Nasionalisme
Memasang rambu
– rambu secara
ikhlas demi
kepentingan
publik
 Etika Publik
Memasang
rambu-rambu
keselamatan
merupakan
bentuk
kepedulian.
 Komitmen mutu
Bekerja dengan penuh
inovasi dan kreatifitas
 Anti korupsi
Memasang rambu-rambu
keselamatan merupakan
bentuk tanggung jawab
dan kepedulian dalam
pekerjaan.

Tabel 3.5 Rekap Matrik Rencana Habituasi Mata Pelatihan Agenda II

No Mata Pelajaran Kegiatan I Kegiatan II Kegiatan III Kegiatan IV Kegiatan V Jumlah aktualisasi
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi
1 Akuntabilitias 9 7 9 10 10 45
2 Nasionalisme 6 7 8 10 8 39
3 Etika Publik 6 7 7 12 7 39
4 Komitmen 8 4 9 14 9 44
Mutu
5 Anti Korupsi 8 7 10 16 11 52
Jumlah aktualisasi 37 32 43 62 45 219
per kegiatan
H. Manfaat kegiatan inisiatif

Tabel 3.6 Dampak Kegiatan Inisiatif

No Gagasan Isu Manfaat


1 Menyusun formasi tim K3 yang baru a. Individu
 Meningkatkan kemampuan bekerja
sama dengan tim
 Meningkatkan kemampuan
komunikasi
 Meningkatkan efisiensi kerja, karena
ada pembagian kerja
b. Unit Kerja
 Meningkatkan pelaksanaan program
K3
 Pelaksanaan program menjadi lebih
efektif
2 Melakukan studi banding dengan a. Individu
puskesmas lain.  Memperoleh pengalaman dan ilmu
pengetahuan
 Menjalin relasi dengan pihak lain
dengan melakuakn diskusi untuk
meningkatkan pengetahun
b. Unit Kerja
 Memperoleh informasi tentang
pelaksanaan program.
 Memperoleh kesempatan untuk
melakukan diskusi untuk
meningkatkan pelayanan
 Menjalin kolaborasi dan kerja sama
guna meningkatkan pelayanan di
masing – masing wilayah kerja.
3 Membuat SOP identifikasi potensi bahaya a. Individu
lingkungan kerja  Kegiatan yang akan dilakukan
menjadi terarah
 Membantu untuk lebih mandiri
dalam melakukan kegiatan
b. Unit Kerja
 Mendukung pelaksanaan kegiatan
berjalan efektif dan efisien
 Sebagai standar dalam
menyelesaikan pekerjaan.

4 Melakukan identifikasi potensi bahaya di a. Individu


masing – masing ruangan  Meningkatkan kemampuan dalam
menjalankan tugas
b. Unit kerja
 Mencegah terjadi nya kecelakaan
maupun kejadian tidak di inginkan
lainya.
 Mendukung nilai – nilai organisasi
yaitu kenyamanan.
5 Membuat dan memasang rambu – rambu a. Individu
peringatan keselamatan di lingkungan kerja  Meningkatkan kemampuan dan
ketrampilan
b. Unit Kerja
 Mendukung upaya memberikan
pelyanan yang bermutu
 Menjaga keselamatan baik petugas,
pasien, pangunjung dan
masyarakat.
c. Masyarakat
 Mencegah terjadinya kecelakaan
dan kejadian tidak di inginkan
lainnya
 Meningkatkan kenyamanan dan
keamanan pasien, pengunjung, dan
masyarakat.

I. Dampak Jika Nilai Dasar PNS tidak di terapkan


Tabel 3.7 Dampak jika Nilai dasar PNS tidak di terapkan

Nilai – Nilai Dasar Dampak negatif


Akuntabilitas Tanpa adanya nilai akuntabilitas pada PNS, akan
membentuk PNS yang tidak punya integritas, tidak
professional dalam menjalankan tugasnya
melaksanakan kebijakan dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat
Nasionalisme Jika seorang PNS tidak menerapkan nilai – nilai
nasionalisme dalam melaksanakan tugasnya akan
mengakibatkan rendahnya moral, tidak adanya saling
komunikasi, menghargai dan menghormati antar rekan
kerja.
Etika Publik Jika tidak di terapkan nilai etika publik pada PNS, maka
di dalam melakasanakan tugasnya tidak taat akan kode
etik, hak, dan kewajiban PNS, yang akan menimbulkan
citra buruk terhadap martabat dan kehormatan PNS.
Komitmen Mutu Apabila PNS tidak mempunyai nilai komitmen mutu,
maka PNS dalam menyelenggarakan program tidak
konsisten dan tidak kreatifitas, sehingga program tidak
berjalan efektif dan efiesien, yang dapat menurunkan
kualitas pelayanan.
Anti Korupsi Nilai – nilai anti korupsi tidak di terapkan pada PNS,
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya tidak
menghargai waktu, bekerja tidak jujur, tanpa aturan,
seenaknya sendiri, menggunakan fasilitas kerja untuk
kepentingan pribadi, menjadikan PNS yang tidak
professional dalam memberikan pelayanan yang
berkualitas.
A. Time line / Jadwal Rencana Kegiatan (Gant Chart)
Tabel 3.8 Jadwal Rencana Kegiatan ( Gant Chart )

N RENCANA BLN SEPTEMBER OKTOBER


O KEGIATAN
TGL MINGGU I MINGGU II MINGGU III MINGGU IV MINGGU V MINGGU VI

1 Menyusun formasi
tim K3 yang baru                                                                                    
Melakukan studi
2 banding dengan
puskesmas lain                                                                                    
Membuat SOP
3 Identifiksai potensi
bahaya                                                                                    
Melakukan
4 identifikasi potensi
bahaya di masing -
masing ruangan                                                                                    

5 Membuat dan
memasang rambu -
rambu Keselamatan                                                                                    
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

1. Terdapat 3 temuan isu di Puskesmas Cepiring, yang dari hasil identifikasi yaitu Belum
optimalnya pelayana Kesehatan kerja pada pekerja di home industry di wilayah kerja
Puskesmas Cepiring, Belum Optimalnya pelayanan Kesehatan kerja pada pegawai di
Puskesmas Cepiring, dan Belum adanya identifikasi potensi bahaya lingkungan kerja di
Puskesmas Cepiring.
2. Penetapan isu menggunakan analisi prioritas isu dengan metode USG, mendapatkan
hasil isu yang paling diprioritaskan yaitu Belum adanya identifikasi potensi bahaya
lingkungan kerja di Puskesmas Cepiring.
3. Dampak yang akan terjadi jika isu tersebut tidak segera di selesaikan yaitu tidak
diketahuinya potensi bahaya di masing-masing unit tempat kerja; upaya pengendalian
bahaya yang dilakukan tidak sesuai, berpotensi menimbulkan penyakit, kecelakaan, dan
kejadian tidak di inginkan pada petugas, pasien, pengunjung puskesmas; menurunkan
kualitas pelayanan, hilangnya kepercayaan terhadap pelayanan di puskesmas.
4. Analisi penyebab isu dengan menggunakan diagram fishbone ditemukan penyebab isu
tersebut yaitu : Belum adanya tim K3, kurangnya pengetahuan petugas K3, Belum
adanya SOP, Banyaknya ruangan yang harus di identifikasi, belum adanya dukungan
dari pemegang program lain, Belum adanya form identifikasi potensi bahaya lingkungan
kerja, Belum adanya buku referensi sebagai bahan penunjang.
5. Gagasan kreatif yang dilakukan untuk menyelesaikan penyebab isu yaitu dengan
Menyusun formasi tim K3 yang baru, melakukan studi banding dengan puskesmas lain,
Membuat SOP, melakukan identifikasi potensi bahaya di masing - masing ruangan, dan
membuat dan memasang rambu – rambu keselamatan.
6. Kegiatan inisiatif penyelesaian masalah dilakukan dengan dilandasi nilai dasar PNS yaitu
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
7. Kegiatan inisiatif penyelesaian masalah yang dilakukan relevan dengan tupoksi
pembimbing kesehatan kerja dan output kegiatan memberikan kontribusi terhadap visi
puskesmas Cepiring yaitu Terwujudnya puskesmas Cepiring sebagai Puskesmas
Terpercaya menuju masyarakat sehat dan mandiri.
8. Kegiatan inisiatif penyelesaian masalah ini sesuai dengan nilai – nilai organisasi yaitu
Cermat, Inovatif, Ikhlas dan Profesional.
9. Dampak yang akan terjadi jika nilai nilai PNS tidak diterapkan dalam menjalankan tugas,
bersikap tidak professional, kegiatan tidak berjalan dengan efektif dan efisien, tidak ada
komitmen, dan tidak konsisten yang dapat menurunkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.

B. Saran
Agar kegiatan penyelesaian isu dapat terlaksana dengan baik yaitu memohon
dukungan dan arahan dari mentor, bimbingan dari coach, dan dukungan dari tim K3 serta
rekan kerja agar kegiatan inisiatif ini dapat terlaksana sesuai jadwal dan tahapan yang di
yang sudah di rencanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Akuntabilitas. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Etika Publik. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Komitmen Mutu. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Anti Korupsi. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Goverment. Modul Pendidikan


dan Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik. Modul


Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen ASN. Modul Pendidikan dan


Pelatihan Prajabatan Golongan II dan III.

Peraturan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun


2021 tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


Nomor 13 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembing
Kesehatan Kerja.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2018


tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai