PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS
1
GAMBARAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PASIEN PASCA OPERASI
KATARAK SENILIS DI POLI MATA RSUD MARDI WALUYO
Proposal Karya Tulis Studi Kasus Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Blitar Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
1
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nim : P17230171016
yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan
merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan studi kasus ini
hasil pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain, saya bersedia menerima
Mengetahui,
Pembimbing
1
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Utama
1
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji,
Mengetahui,
a.n Direktur Poltekkes Kemenkes Malang
Ketua Prodi D3 Keperawatan Blitar
1
ABSTRAK
1
ABSRACT
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
Penglihatan Pasien Pasca Operasi Katarak Senilis di Poli Mata RSUD Mardi
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini, penulis tidak lepas
dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
3. Dr. Ns. Sri Mugianti, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Diploma 3
4. Ns. Arif Mulyadi, S.Kep., M.Kep., selaku pembimbing utama yang telah
6. Subjek studi kasus yang telah bersedia ikut serta dalam penyusunan studi
kasus ini.
1
7. Serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam
Studi Kasus masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah Studi
Kasus ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini bermanfaat bagi semua
pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.......................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
KATA PENGANTAR....................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...........................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................... 4
1
4.1.2 Karakteristik Partisipan Penelitian...................................................
4.1.3 Pemaparan Hasil Studi......................................................................
4.2 Pembahasan................................................................................................
4.3 Keterbatasan Studi Kasus...........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 23
LAMPIRAN
1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Umum Partisipan......................................................................
1
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu indra yang penting bagi manusia, melalui mata
(Kemenkes, 2014). Mata adalah alat indra yang sangat kompleks dan jika terjadi
lebih (Feriyani dkk, 2018). Penyebab kebutaan adalah katarak (51%), glaukoma
(8%), kebutaan pada anak dan kekeruhan kornea sebanyak (4%), retinopati
diabetik(1%), dan (21%) lainnya tidak diketahui. Kelainan refraksi yang tidak
Katarak merupakan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
lensa, sehingga sinar yang masuk terhalang (Asmara dkk, 2019). Pada umumnya
katarak terjadi karena proses degenerasi, karena bertambanya usia atau penuaan
(Hutauruk, J.A dan Sharita R.S, 2017). Katarak senilis atau katarak karena usia
bertahap dari lensa mata. Katarak senilis dapat dikategorikan menjadi 3 jenis pada
posterior. Pada diagnosis katarak senilis dibagi lagi menjadi 4 jenis stadium yaitu
katarak insipien, katarak imatur, katarak matur, dan katarak hipermatur. Katarak
1
2
senilis merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan
Indonesia. Pasalnya tingkat kebutaan ini masih cukup tinggi, hingga mencapai
baru buta katarak akan selalu bertambah sebesar 0,1% dari jumlah penduduk atau
kebutaan tertinggi sebesar 4,4,% (Jawa Timur) dan terendah sebesar 1,4%
(Kemenkes, 2017).
bertujuan memperbaiki visus atau tajam penglihatan (Feriyani dkk, 2018). Bedah
dilakukan dengan mengambil lensa mata yang terkena katarak kemudian diganti
dengan lensa implan atau Intraokuler Lens (IOL) (Feriyani dkk, 2018). Bedah
katarak telah mengalami perubahan drastis selama 30 tahun terakhir ini. Perbaikan
3
bedah yang digunakan sekarang adalah Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE),
mulai 1 minggu pasca operasi katarak. Dengan semakin maju metode operasi
Pemulihan tajam penglihatan pasca bedah bisa melebihi dari yang di prediksi
Nepal, Cina, dan India, menunjukkan bahwa 40-75% orang yang telah menjalani
operasi katarak memiliki ketajaman visual yang lebih buruk dari 6/18 di mata
yang dioperasikan, dan 21-53% memiliki kurang dari 6/60 (Olawoye et al dalam
Firdaus, 2017). Meskipun ada kemajuan dalam prosedur bedah seperti teknik
bedah mikro modern, teknologi IOL baru, metode biometri canggih, dan
perhitungan daya IOL canggih, hasil visual yang tidak memuaskan kadang-
kadang masih terjadi, menyebabkan masalah dan frustrasi baik untuk pasien dan
Dari hasil studi pendahuluan dengan perawat di ruang Poli Mata RSUD
Mardi Woluyo Kota Blitar, didapatkan data tentang hasil pengukuran tajam
penglihatan pasien satu minggu pasca operasi katarak pada bulan September 2019
Ketajaman Penglihatan Pasien Pasca Operasi Katarak Senilis di Poli Mata RSUD
Mardi Waluyo”.
katarak senilis.
5
2. Hasil penelitian ini juga berguna untuk penelitian lebih lanjut terkait
TINJAUAN PUSTAKA
Lensa termasuk dalam segmen anterior mata dan terletak di bagian tengah
bola mata dibatasi bagian depan oleh iris dan bagian belakang oleh vitreus. Lensa
dipertahankan posisinya oleh zonula zinnii, yang terdiri dari serat-serat yang
ectoderm yang mempunyai susunan sel yang teratur sehingga bersifat transparan.
Lensa mata mampu membiaskan cahaya karena memiliki indeks bias sekitar 1,4
ditengah dan 1,36 dibagian tepinya, berbeda dengan indeks bias humor aquos dan
sebesar 60 dioptri (D), dalam kondisi tanpa akomodasi lensa memiliki kontribusi
otot siliaris. Kemampuan akomodasi ini akan menurun dengan bertambahnya usia
Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, kortek dan nukleus. Lensa
berkembang sepanjang hidup. Saat lahir memiliki diameter 6,4 mm dan ketebalan
3,5 mm dan berat 90 mg. Lensa dewasa memiliki diameter 9 mm dan ketebalan
6
7
5mm dan berar 255 mg. Ketebalan relatif meningkat dari kortek seiring dengan
usia.
Kapsul lensa berupa membran basal yang tranparan dan elastis, terdiri dari
kolagen tipe IV, dibentuk dari sel sel epitel. Ketabalan kapsul berfariasi, paling
tebal didaerah tepi lensa (17-28 um) dan paling tipis di daerah sentral kutub
hidup.
Epitel lensa terletak di bawah atau belakang kapsul lensa anterior berupa
satu lapisan sel. Lapisan sel ini memiliki aktivitas metabolisme. Perubahan
membentuk sel-sel serat lensa. Perubahan ini dikaitkan dengan peningkatan luar
biasa dari massa protein selular pada membran setiap sel serat lensa. Pada saat
yang sama, sel-sel kehilangan organel, termasuk inti sel, mitokondria, dan
nukleus. Tidak ada perbedaan morfologi antara korteks dan nukleus kecuali pada
digunakan juga dalam menentukan tipe katarak (katarak nuklear, katarak kortikal).
Lensa ini didukung oleh serat zonular yang berasal dari lamina basal epitel
nonpigmented dari pars plana dan pars plicata badan siliar. Serat zonular ini
masuk atau menempel pada kapsul lensa daerah ekuator, 1,5 mm ke arah anterior
dan 1,25 ke arah posterior. Serat zonular berdiameter 5-30 um (Budiono et al.,
2013).
8
Metabolisme lensa
Sel epitel lensa akan terus membelah dan berkembang menjadi serat lensa,
tingkat metabolisme tertinggi berada di epitel dan korteks bagian luar. Sel-sel
jumlah ini mengalami sangat sedikit perubahan dengan proses penuaan. Sekitar
5% dari volume lensa adalah air yang ditemukan diantara serat-serat lensa dalam
ruang ekstraseluler. Konsentrasi natrium dan kalium pada lensa berbeda dengan
Aspek yang paling penting dari fisiologi lensa adalah mekanisme yang
yang lain menunjukkan tidak ada perubahan. Namun penelitian lain menyarankan
bahwa permeabilitas pasif membran untuk kation meningkat pada proses penuaan
sebagai sistem pump-leak lensa. Menurut teori pump leak, kalium dan molekul
lain seperti asam amino secara aktif di angkut ke dalam anterior lensa melalui
epitelium anterior. Penemuan ini mendukung hipotesis bahwa epitel adalah tempat
utama untuk tranport aktif dalam lensa. Hal ini menghasilkan gradient yang
berlawanan dari ion natrium dan kalium di lensa, dengan konsentrasi ion kalium
di yang lebih tinggi pada bagian depan lensa dan lebih rendah di bagian belakang
dengan berat molekul yang tinggi, dan aktivitas protease yang merusak.
nutrisi lensa. Tranportasi asam amino aktif terjadi pada epitel lensa dengan
mekanisme tergantung pada gradien natrium, yang dibawa oleh pompa natrium.
Glukosa memasuki lensa melalui proses difusi yang tidak secara langsung terkait
dengan sistem tranpor aktif. Sisa hasil metabolisme lensa meninggalkan lensa
mendefinisikan suatu penyakit mata berupa perubahan lensa mata yang semula
jernih tembus cahaya menjadi keruh seperti berkabut, jadi penderita seolah-olah
10
melihat dari balik air terjun. Katarak terjadi akibat perubahan komposisi kimia
lensa, seperti hidrasi (penambahan cairan) lensa, dan denaturasi protein lensa
akibat dari keduanya (Khomsan, 2009). Sementara katarak senilis disebabkan oleh
(Djing, 2007).
Faktor risiko utama pada katarak senilis adalah proses penuaan terutama
ada pasien dengan usia diatas 50 tahun (Ilyas dalam Effendi I.K, 2017). Meskipun
belum terdapat penjelasan etiopatologi yang jelas namun terdapat beberapa faktor
yang diperkirakan dapat mempengaruhi onset, tipe dan maturasi katarak senilis
1. Hereditas
paparan sinar ultraviolet dari sinar matahari dapat mempengaruhi kecepatan onset
3. Nutrisi
Pola makan rendah protein, asam amino dan vitamin (riboflavin, vitamin
4. Merokok
penglihatan termasuk:
terang.
akan tetapi pasien katarak mengalami perubahan miopia karena perubahan indeks
refraksi lensa.
4. diplopia monokular
Hal ini dikarenakan adanya perbedaan indeks refraksi antara satu bagian
Pada katarak senil dikenal 4 stadium. Yaitu insipien, imatur, matur dan
hipermatur.
12
1. Katarak Insipient
Jenis katarak stadium paling dini, visus belum terganggu, dengan koreksi
masih bisa 5/5-5/6 dan kekeruhan terutama pada bagian perifer berupa bercak-
2. Katarak Imatur
Kekeruhan lensa mulai terjadi dapat terlihat oleh bantuan senter, terlihat
iris shadow, visus >1/60 (Budiono et al., 2013). Saat ini mungkin terjadi hidrasi
berubah dan mata menjadi miopia, cembungnya lensa mendorong iris ke depan,
menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan glaukoma
(Istiqomah, 2005).
3. Katarak Matur
tidak terlihat iris shadow, visus 1/300 atau light perception positif (Budiono et al.,
2013). Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran
4. Katarak Hipermatur
melalui kapsul lensa, sehingga menjadi berkerut dan menyusut (Budiono et al.,
2013). Korteks lensa yang seperti bubur telah mencair sehingga nukleus lensa
turun karena daya beratnya , melalui pupil nukleus terbayang sebagai setengah
lingkaran dibagian bawah dengan warna berbeda dari yang diatasnya yaitu
kecoklatan dan terjadi kerusakan pada kapsul lensa yang lebih permeabel
13
sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya
2.2.4 Patofisiologi
Lensa berisi 65 % air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupaka
kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada
proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan
sentral serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa baru yang diproduksi korteks,
serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama
menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya
dan kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh
lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang
berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien kesulitan
2.2.5 Penatalaksanaan
Indikasi bedah jika ada penurunan fungsi penglihatan yang tidak dapat
posterior dan terjadi komplikasi terkait lensa seperti peradangan atau glaukoma
2014).
memperbaiki tajam penglihatan dan tidak ada indikasi bedah lainnya, pasien tidak
dapat menjalani bedah dengan aman karena keadaan medis atau kelainan okular
lainnya yang ada pada pasien, dan perawatan pascabedah yang sesuai tidak bisa
adalah:
ekstraksi lensa utuh serta seluruh kapsul lensa (Tanto C, dkk, 2014).
Menggunakan bahan kimia yang berfungis melisiskan serat zonular dengan suatu
enzim a-chymotrypsin, dan dengan bantuan forceps kapsul lensa tradisional dan
15
terkompresi yang kemudian ditempelkan pada permukaan lensa. Pada saat suhu
logam turun di bawah titik beku, akan terbentuk suatu bola es dan lensa mata akan
potongan pembedah membuka bagian depan kapsul dan memindahkan pusat yang
menghisap korteks yang halus (Khomsan, 2009). Ekstraksi lensa utuh dengan
meninggalkan bagian posterior dari kapsul lensa (Tanto C, dkk, 2014). kapsul
intraokuler(istiqomah, 2005).
3. Fakoemulsifikasi
diperlukan insisi kecil, dimana komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan
yang digunakan sangat kecil (Cuma sekitar 2-3 mm) di daerah kornea (Hutauruk,
2017)
persepsi kedalam yang biasa dialami orang yang memakai kacamata katarak atau
afakia yang amat tebal. Lebih nyaman dari lensa kontak karena tetap berada di
mata, tidak harus dipindahkan, dicuci, atau dipasang lagi (Khomsan, 2009).
1. Hilangnya Vitreous
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupaka resiko terjadi
Pemasangan lensa intraokuler sesegera mungkin tidak bisa dilakukan pada kondisi
ini.
2. Prolaps Iris
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
pembedahan.
3. Endoftalmitis
(kurang dari 0,3%). Pasien datang dengan: mata merah terasa nyeri, penurunan
segera, pengambilan sampel akueous dan vitreous untuk analisis mikrobiologi dan
5. Ablasio Retina
rendahnya tingkat komplikasi ini. Tingkat komplikasi ini bertambah bila terdapat
Tes tajam penglihatan menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar adalah
dengan menggunakan kartu snellen, yang terdiri dari baris huruf yang ukurannya
semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak dalam meter dan lebar tiap
huruf membetuk sudut I menit dengan mata. Tajam penglihatan dicatat sebagai
jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf terkecil yang dilihat. Jika
jarak baca ini adalah garis 6 meter, maka tajam penglihatan adalah 6/6, jika jarak
baca ini adalah garis 60 meter maka tajam penglihatan adalah 6/60 (James, Bruce
et al., 2006).
Media refrakta terdiri dari kornea, humor akuos, lensa, dan korpus
vitreum. Apabila salah satu dari media refrakta ini mengalami kekeruhan, maka
sinar tidak dapat difokuskan dengan baik. Salah satu contoh kekeruhan ini adalah
lensa, dan panjang aksis bola mata. Kelainan pada salah satu sistem refraksi akan
kabur.
maka informasi visual tidak akan tersampaikan dengan baik dan akan menurunkan
lain faktor preoperasi, faktor selama operasi, dan faktor pascaoperasi (Kusuma
(intraocular lens), dan juga komplikasi pada saat operasi yaitu prolaps korpus
pascaoperasi yaitu, edema kornea, glaukoma, uveitis, hifema, infeksi mata bagian
luar, endoftalmitis, ablasio retina, dan Cystoid Macular Edema (CME) (Kusuma
1. Selalu mencuci tangan sebelum memberikan obat mata. Cek label pada obat
pada botol obat secara seksama untuk memastikan ketepatan medikasi. Cegah
kantus medial untuk mencegah absorbsi sistemik, tutup mata secara perlahan.
4. Ikuti jadwal pengobatan yang diberikan secara tepat. Berikan jadwal tertulis.
9. Lindungi mata dengan kacamata pada siang hari dan saat keluar rumah serta
Katarak Senilis
Teknik pembedahan :
1. Ekstraksi Katarak Intrakapsular (EKIK) ekstraksi lensa utuh serta
seluruh kapsul lensa
(Astarini C, 2017).
BAB 3
sistemis. Desain penelitian yang digunakan penelitian ini adalah dengan studi
satu unit penelitian secara intensif, misal satu pasien, keluarga, kelompok,
(kelompok), dan masyarakat. Subjek pada studi kasus yang jarang atau sulit
ditemui dalam kehidupan penulis dapat hanya satu orang saja, tetapi pada studi
kasus yang banyak atau sering terjadi harus ditetapkan minimal dua orang
Subjek penelitian dalam penelitian ini sebanyak 7 subyek yang memenuhi kriteria
1. Kriteria Inklusi :
b. Pasien 1 minggu pasca operasi katarak senilis pada bulan Maret 2020.
2. Kriteria Eksklusi :
22
23
Lokasi dilaksanakan studi kasus ini adalah di ruang poli mata RSUD
Mardi Waluyo Kota Blitar. Waktu yang digunakan pada studi kasus ini adalah
Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik
Penglihatan Pasien Pasca Operasi Katarak Senilis di Poli Mata RSUD Mardi
Waluyo meliputi:
katarak senilis.
lanjut.
yaitu tajam penglihatan baik adalah 6/6 sampai 6/18. Tajam penglihatan sedang
pasien 1 minggu pasca operasi katarak senilis di ruang poli mata RSUD Mardi
November 2019.
6. Peneliti melakukan koordinasi dengan petugas ruang Poli Mata RSUD Mardi
Waluyo Kota Blitar mengenai waktu studi pendahuluan dan pengambilan data
8. Peneliti menentukan 7 subyek studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi dan
12. Data yang sudah terkumpul dilakukan analisis data yang didapat dari rekam
menemukan pola data yang dipelajari dan memutuskan agar dapat diinformasikan
induktif yaitu suatu kegiatan analisis yang didasarkan pada fakta yang diperoleh
yang akhirnya ditarik kesimpulan. Tujuan induktif adalah memperkaya teori yang
ada bersumber fakta yang dipelajari dari studi kasus. Data yang diperoleh
selanjutnya disajikan dalam bentuk teks naratif atau dalam bentuk uraian kalimat
kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang pada 4 prinsip,
a. Credibility
b. Dependebility
c. Comfirmability
cara, yaitu :
hasil penelitian.
jejak atau sistematika kerja penelitian yang dapat dilacak dan diikuti, serta
promoter.
d. Transferability
dapat digeneralisasikan atau diaplikasikan pada situasi lain. Berkenaan dengan hal
ini hasil penelitian kualitatif tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali
situasi tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat
kasus, periset harus menerapkan etik riset. Etik menyusun studi kasus bertujuan
28
untuk menghargai hak dan martabat manusia sebagai subjek, memberikan yang
terbaik dan bersikap adil. Etik melakukan riset secara prinsip adalah adil (justice),
baik (benefience) dan hormat (respect for persons). Adil berarti setiap subjek yang
berperan dalam studi kasus mendapat perlakuan yang ssama sesuai yang telah
disusun dalam proposal, termasuk hak subjek dan mempertimangkan niali moral.
Baik berarti segala yang dilakukan periset tidak menimbulkan kerugian subjek,
menghormati hak subjek untuk menentukan keterlibatan dalam studi kasus dan
(vurnerable). Etik studi kasus ini harus dilakukan periset sebelum, selama dan
setelah melakukan studi kasus. Etik ini tidak berkonsekuensi secara hukum, tetapi
menyusun studi kasus telah dimiliki dan dilakukan periset, sebelum melakukan
BAB IV
Pada bab ini akan diuraikan hasil studi kasus dan pembahasan mengenai
gambaran tajam penglihatan pasien pasca operasi katarak senilis di Poli Mata
rekam medis, foto, dan rekaman audio. Pengambilan data dilakukan di Poli Mata
RSUD Mardi Waluyo pada bulan maret. Dari hasil studi kasus maka akan
diuraikan yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Pembahasan akan
dibahas pembahasan atas temuan-temuan studi kasus yang telah ditemukan dan
keterkaitannya dengan teori. Bagian ini juga dilengkapi dengan keterbatasan dari
penelitian yang telah dilaksanakan. Berikut ini akan disajikan mengenai gambaran
Mata RSUD Mardi Waluyo. Lokasi ruangan di sebelah utara berbatasan dengan
Poli Syaraf, sebelah selatan berbatasan dengan Poli Jantug, sebelah barat
berbatasan dengan Poli Orthopedi dan disebelah timur berbatasan dengan Ruang
Hemodialisa. Poli mata buka hari Senin sampai Kamis mulai jam 07.00-13.00,
partisipan di Poli Mata setelah melakukan pendaftaran dan tes tajam penglihatan.
kontrol satu minggu pasca operasi katarak senilis di Poli Mata RSUD Mardi
Data Partisipan
1 2 3 4 5 6 7
Umum
Nama Tn.W Ny.R Ny.S Ny.K Ny.U Ny.R Tn.S
Usia 70 th 60 th 85 th 66 th 60 th 71 th 89 th
Jenis L P P P P P L
Kelamin
Pekerjaan Swasta IRT IRT Tani IRT IRT Swasta
Berdasarkan hasil pada table 4.1, diketahui bahwa partisipan teridiri dari 2
Pada penelitian ini diperoleh beberapa tema yang teridentifikasi dari hasil
yaitu: a.) Keluhan sebelum operasi katarak b.) Keluhan setelah operasi katarak c.)
pengukuran tajam penglihatan setelah operasi katarak d.) harapan setelah operasi
tajam penglihatan . Berikut pemaparan hasil studi kasus berdasarkan tema sebagai
berikut:
katarak.
“..mata rabun seperti ada warna putih, bisa melihat jelas kurang lebih
1/2meter..”(P1)
jari..”(P2,P3,P5)
lambaian tangan..”(P4)
katarak.
katarak.
dokter..”(P1,P2,P3,P4,P5,P6,P7)
Hasil pengukuran
Partisipan
tajam penglihatan
P1 3/60
P2 6/12 Tabel 4.2
P3 1/60
Hasil P4 6/6
P5 6/12
P6 6/12
P7 6/12
tanam.
4.2 Pembahasan
adalah umur > 66 tahun, jenis kelamin perempuan, dan status pekerjaan di luar
gedung.
Dalam penelitian ini sebagian besar partisipan dalam rentang usia 60-89
tahun (tabel 1). Hal ini sesuai dengan faktor resiko pada katarak senilis adalah
proses penuaan terutama ada pasien dengan usia diatas 50 tahun (Ilyas dalam
keluhan melihat rabun, dulu di tes penglihatan menggunakan tes jari, 2 partisipan
dengan keluhan melihat tidak kelihatan, dulu di tes menggunakan sinar senter, 1
menggunakan tes lambaian tangan, dan 1 partisipan dengan keluhan mata rabun
seperti ada warna putih, bisa melihat jelas kurang lebih 1/2 meter. Hasil rekamedis
28
terdapat 6 orang dengan diagnosis katarak senilis imatur dan 1 orang dengan
diagnosis katarak senilis matur. katarak imatur adalah kekeruhan lensa mulai
terjadi dapat terlihat oleh bantuan senter, terlihat iris shadow, visus >1/60
menyeluruh,dapat terlihat dengan bantuan senter, tidak terlihat iris shadow, visus
6/6 sampai 6/12 termasuk kriteria baik, tajam penglihatan <6/18-6/60 termasuk
kriteria sedang, dan tajam penglihatan <6/60 termasuk kriteria buruk. Dalam
pengukuran tajam penglihatan dan masuk dalam kriteria sedang sebanyak 2 orang
dan kriteria baik sebanyak 5 orang. Ada 2 orang dengan kriteria sedang
dikarenakan terdapat kekeruhan kornea yang akan diresepkan obat tetes mata
perdangan mata, akan diberi terapi pemberian obat tetes mata mengadung
Phototherapeutic keratectomy (PTK) adalah cara yang aman dan metode untuk
katarak dengan lensa intraokular (IOL) saat ini tidak hanya bertujuan untuk
terjadi dan penanganannya, serta penanganan atas efek samping yang dapat terjadi
merupakan kunci penting dalam menghadapi beberapa pasien yang tidak puas
( Yankes.Kemkes, 2019).
dekat luka insisi tersebut yaitu kornea, kornea sklera dan konjungtiva. Menurut
waktu 7-8 minggu. Pada kornea, bila terdapat kerusakan sampai membran basal
epitel, terjadi regenerasi epitel kornea, dan perlekatan yang erat dengan jaringan di
Hal ini dibuktikan dengan penelitian oleh dalam penelitiannya stabilisai tajam
penglihatan setelah operasi katarak sebagian besar terjadi pada minggu ke enam
lain:
28
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesimpulan dari studi kasus “Perubahan
5.1 Kesimpulan
hasil usia menjadi faktor resiko katarak dan faktor lain seperti maturasi katarak,
tingkat maturasi tajam penglihatan semakin buruk. Dari tujuh partisipan terdapat 5
partisipan yang memiliki tajam penglihatan kriteria baik, tetapi terdapat dua
Hal ini dapat diobati dengan pemberian obat tetes mata antibiotik, obat-obatan
5.2 Saran
katarak senilis
gambaran tajam penglihatan pasien pasca operasi katarak senilis kearah yang
lebih luas dan cakupan sampel yang lebih banyak dengan desain penelitian yang
lebih tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes. (2017). Deteksi Dini “Pupil Mata Putih” Cegah Kebutaan Pada
Anak. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=17020600001 (05 Februari 2017)
Tanto, C et al., (2014). Kapita Selekta Kedokteran edisi IV Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Suprajitno & Mugianti. (2018). Studi Kasus Sebagai Riset Panduan Menulis bagi
Mahasiswa Diploma 3 Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Andi.
29
Istiqomah. (2005). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta: Buku
29
Lampiran 1
Kedokteran EGC.
Budiono, S., Saleh, T. T., Moestijab, & Eddyanto. (2013). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press. Diperoleh dari
https://books.google.co.id/books?
id=HcKlDwAAQBAJ&pg=PA80&lpg=PA80&dq=Lensa+termasuk+dalam
+segmen+anterior+mata+dan+terletak+di+bagian+tengah+bola+mata+dibat
asi+bagian+depan+oleh+iris+dan+bagian+blakang+oleh+vitreus.
+Lensa+dipertahankan+posisinya+oleh+zon
Djing, oie gin. (2007). Terapi mata dengan pijat dan ramuan. Diperoleh dari
https://books.google.com/books?
id=CJ7Vk_jwvAoC&pg=PA22&dq=katarak+senilis&hl=en&newbks=1&ne
wbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjy7OSul_3lAhUkwFkKHW6JCvMQ6
AEwAXoECAIQAg#v=onepage&q=katarak senilis&f=false
Effendi I.K. (2017). Prevalensi Dan Faktor Risiko Usia Dan Visus Sebelum
Operasi Dengan Kejadian Komplikasi Intraoperatif Pada Operasi Ekek
Pasien Katarak Senilis Di Rsup Fatmawati Tahun 2015-2017. Universitas
Nusantara PGRI Kediri, 1, 1–7. Diperoleh dari http://www.albayan.ae
INFORMED CONCENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Senilis di Poli Mata RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar” (*setuju/ tidak setuju)
Demikian surat pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak mana
pun.
Blitar,………………..2019
WAWANCARA
Tanggal Penelitian :
No. Responden :
A. Data Umum
Petunjuk pengisian
Berilah tanda centang (√) pada salah satu kotak yang sesuai:
1. Usia : …………tahun
2. Jenis kelamin :
: Laki-laki : Perempuan
3. Pekerjaan :.................................
3. Merokok :...............................
……………………………………………………………………………………
................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………
................................................................................................................................
……………………………………………………………………………………
................................................................................................................................
Lampiran 3
……………………………………………………………………………………
................................................................................................................................
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI
REKAPITULASI DATA