Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Farhan Riza Dalimunthe

NIM 2005038
PPN 20 Reguler

“Review Webinar Teknologi Ameliorasi Tanah Berbasis Biochar dari Biomassa”

Pembahasan: Pengertian dan Pengenalan Teknologi Ameliorasi Tanah Berbasis Biochar


dan Biomassa

Sejatinya biochar adalah arang. Nama biochar dipakai karena biochar berasal dari sisa
biomas dan diharapkan bersifat ramah dan aman terhadap lingkungan. Biochar adalah produk
sampingan dari proses pyrolysis. Pyrolysisdapat diartikan sebagai proses dekomposisi dengan
menggunakan energy panas atau pembakaran tetapi dengan oksigen terbatas. Hasil utama
dari pyrolysisini adalah energy panas, energi listrik atau bahkan bahan bakar nabati (biofuel).
Prinsip ramah lingkungan biochardapat dijelaskan dalam beberapa hal. Dari segi bahan
asal, biochartermasuk bahan yang dapat diperbaharui (renewable). Lebih lanjut, biochardapat
dikatakan sebagai salah satu alternative pengelolaan limbah. Limbah pertanian yang selama ini
belum dimanfaatkan dan sulit dikomposkan dapat dimanfaatkan untuk biochar. Proses
penanganan limbah yang tidak ramah lingkungan, seperti pembakaran (menghasilkan CO2) dapat
dihindari. Pembiaran limbah pada kondisi anaerob dan aerob juga memiliki resiko. Limbah yang
tidak dikelola dengan baik pada kondisi aerob akan menghasilkan CO2, sedangkan pada kondisi
anaerob dapat menghasilkan CO2 dan CH4 (methane). Dipastikan juga limbah yang digunakan
sebagai bahan baku biochar tidak dimanfaatkan sebagai pakan ternak, sehingga tidak terjadi
persaingan antara biochar-ternak.
Fungsi biochar sebagai pembenah tanah, dan sebagai bentuk sekuestrasi (penambatan)
karbon juga dapat dikatakan sebagai fungsi biocharterhadap lingkungan. Pembuktian secara
empirik sudah banyak dilakukan, menunjukkan bahwa biochar dapat meningkatkan kesuburan
dan C organik tanah. Peningkatan kesuburan tanah tentu saja berkorelasi positif terhadap upaya
pengurangan deforestasi. Masyarakat akan malas merambah hutan jika produktifitas lahan
pertanian mereka meningkat. Mereka akan lebih suka mengolah tanah mereka sendiri.
Biochar diyakini dapat menjadi salah satu strategi mitigasi perubahan iklim. Kombinasi
energy alternative dari pyrolysisdan aplikasi biocharsebagai pembenah tanah diharapkan mampu
mengurangi CO2dari atmosfer. Titik kritis dari upaya ini adalah pada proses produksi biochar.
Pada umumnya, alat produksi biochar sederhana dan berskala kecil merupakan alat produksi
yang lambat dan sumber pencemaran. Lambat dalam artian memerlukan waktu lama untuk
menghasilkan arang, bisa dalam ukuran hari. Dikatakan sumber pencemaran karena tidak ada
perlakuan terhadap syngas (sintesis gas) hasil pyrolysis. Komposisi syngas adalah CO2, CO, dan
H. Proses pembuatan biochar juga dapat melepaskan gas-gas lain seperti CH4, NO, N2O, NOx,
dan aerosol (asap ataupun debu-debu sangat halus/particulate matter /PM 2,5 dan PM 10).
Komponen-komponen tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia, dan juga merupakan
penyumbang efek rumah kaca. Pada skala industri, kualitas biochar memang sangat baik dan
dengan proses produksi yang bersih (rendah polusi dan emisi), tetapi investasi pada alat semacam
ini sangat tinggi. Pada daerah-daerah terpencil dengan tingkat pendapatan rendah dan akses
transportasi yang kurang memadai, alat produksi biochar yang mahal tidak dapat diterapkan.
Balai Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian, Kementan setidaknya sudah menerapkan
dua macam teknologi bersih dan relatif lebih murah dibanding dengan alat produksi skala industri
yaitu tungku retort (Adam Retort Kiln/ARK) (Gambar 2) dan Tungku Kon Tiki (Gambar 1).
ARK adalah tungku bata modifikasi yang dirancang oleh J. C. Adam, versi murah dari
tungku retort yang dipakai di negara maju. ARK diklaim memiliki produktifitas lebih baik dari
pada tungku tanahtradisional (pembakaran di dalam galian tanah/earth mound kiln), 20-30 %
lebih tinggi dan dengan pengurangan emisi gas hingga 75 %. Pada sistem retort, gas berbahaya
saat pyrolysis didistribusikan kembali dan kemudian dibakar dan dibebaskan ke udara dalam
bentuk CO2. ARK sudah dibangun di KP Taman Bogo. Kekurangan dari ARK adalah dibutuhkan
jumlah kayu yang banyak sebagai sumber pengapian awal. ARK juga tidak bisa dikatakan sebagai
alat produksi skala kecil, tetapi lebih cocok diterapkan pada kelompok tani.
Teknologi tungku Kon Tiki juga sudah diujicobakan oleh Balai Penelitian Tanah di KP
Taman Bogo Lampung, Lamongan, dan Nusa TenggaraTimur. Kon Tiki dirancang pada tahun
2014 oleh Hans Peter Schmidt di Swis, dan sekarang sudah menyebar ke berbagai belahan dunia
(Gambar 3). Nama Kon Tiki berasal dari nama perahu sederhana (kalau bisa dibilang rakit) yang
dipakai oleh Thor Hayerdahl untuk menyebrang dari Peru ke kawasan Polynesia (Kepulauan
Tuamotu) pada tahun 1947. Kon Tiki sendiri adalah nama dewa matahari bangsa Inca. Hayerdahl
ingin membuktikan bahwa orang-orang jaman dahulu sudah mampu melakukan pelayaran jarak
jauh dengan alat sederhana, dan mampu berinteraksi dengan kebudayaan lain. Tungku Kon Tiki
untuk produksi biochar bisa dibuat dari plat besi yang dilipat berbentuk kerucut (cone) ataupun
hanya dengan galian yang juga berbentuk kerucut (cone). Pembakaran dengan menggunakan Kon
Tiki dengan volume 2 m3 dapat menghasilkan 500 kg biochar, dalam waktu 3 jam danhanyasatu
orang pekerja. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat Kon Tiki ini setara dengan Rp 300.000,
00 (3 orang tenaga kerja dengan upah Rp 100.000,00).
Biochar mampu menetralkan pH tanah, biochar mampu menekan unsur Al dan Fe yang
tinggi, sehingga biochar merpakan angin segar untuk menjaga kesuburan tanah.
Narasumber: Prof. Dr. Ir. Darusman, M.Sc (Bambu For Biochar)
Mengapa biochar? Karena penting untuk memperbaiki tanah yang terdegredasi, sebagai
pembenah tanah.

Fungsi biochar sebagai pembenah tanah, dan sebagai bentuk sekuestrasi (penambatan)
karbon juga dapat dikatakan sebagai fungsi biocharterhadap lingkungan. Pembuktian
secara empirik sudah banyak dilakukan, menunjukkan bahwa biochar dapat meningkatkan
kesuburan dan C organik tanah.
Mengapa bambu? Karena pertumbuhannya cepat.
 Metode Kon-Tiki
 Metode Drum
Pengamatan Biochar
Morfologi pori biochar
1) 400 tidak teratur
2) 800 teratur
Aplikasi beberapa jenis biochar terhadap erosi N2O terjadi peningkatan.

Narasumber: Dr. Ir. Anak Agung Istri Kesumadewi, M.Si


Biochar memiliki fungsi yang baik sebagai pembenah tanah.
Semakin kecil partikel biochar maka akan semakin kuat menahan.
Semakin tinggi kadar.

Narasumber: Prof. Dr. Ir. Herviyanti, MS


 Metode Kon-Tiki menghasilkan Biochar yang lebih bagus lagi bambu dengan
metode Kon-Tiki menghasilkan rasio lebih tinggi dibanding metode Kon-Tiki
karena dengan metode ini pembakaran lebih cepat dan suhu yang tinggi.
 Semakin kecil ukuran biochar maka semakin baik akan tetapi tidak baik kadar
karena kecil dapat menyumbat pori-pori tanah.
 Biochar mampu memperbaiki Ultisol karena pH tanah ultisol pH rendah dan
Altinggi.
 Biochar memiliki fungsi yang sangat banyak dapat dibuat di berbagai bahan. Ada
tiga cara yaitu Kontiki, Drum dan Soil

Anda mungkin juga menyukai