Anda di halaman 1dari 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Biochar adalah zat arang kayu yang berpori, atau sering disebut arang atau agrichar. Karena bahan
dasarnya berasal dari makhluk hidup, maka biochar disebut juga arang biologis. Menurut Cheng dkk.
(2007) dan Lehmann and Joseph, (2009), biochar adalah arang hasil pembakaran (pirolisis) tanpa oksigen
atau dengan suhu O2 <700 °C. Biochar berasal dari residu pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan.
Penggunaan istilah biochar adalah untuk menghindari pengertian batubara yang berasal dari batubara, fungsi
arang sebagai bahan bakar, penggunaan arang sebagai adsorben pada industri makanan dan farmasi,
penggunaan arang untuk mengatasi limbah pada larutan atau air yang terkontaminasi. , dan lain-lain (Brown,
2009). Beberapa istilah yang muncul dalam berbagai artikel atau tulisan ilmiah seperti agrichar, green
carbon, carbon black adalah semua karbon dari jaringan tanaman hasil pembakaran (pirolisis) yang ditujukan
sebagai amelioran untuk meningkatkan kesuburan tanah. Downie dkk. (2009) membuat batasan istilah
untuk memperjelas fungsi dan cara pembuatannya. Istilah Charcoal digunakan untuk bahan bakar, char dari
pembakaran spontanitas (kebakaran hutan dan pembuatan arang tradisional lainnya), biochar sebagai
adsorben, dan biochar sebagai pembenah tanah (amelioran). Kualitas biochar sangat dipengaruhi oleh bahan
baku, dan cara pembakaran (Lehmann dan Joseph 2009).

Biochar adalah istilah yang relatif baru, tetapi tidak baru dalam substansinya. Tanah di seluruh dunia
mengandung biochar yang dihasilkan melalui kejadian alam, seperti kebakaran hutan dan padang rumput
(Krull et al., 2008; Hunt et al., 2010). Di dalam tanah, biochar menyediakan habitat yang baik bagi mikroba
tanah, tetapi tidak dapat dikonsumsi oleh mikroba seperti bahan organik lainnya. Dalam jangka panjang,
biochar tidak mengganggu keseimbangan karbon-nitrogen, tetapi dapat menahan dan membuat air dan nutrisi
lebih tersedia bagi tanaman. Aplikasi biochar ke tanah adalah pendekatan baru dan unik dalam
mengakomodasi CO 2 atmosfer jangka panjang di ekosistem terestrial. Setelah melalui proses produksi yang
memenuhi persyaratan, biochar mengandung sekitar 50% karbon yang ada dalam bahan-bahannya. Bahan
organik yang terdekomposisi secara biologis biasanya mengandung kurang dari 20% karbon setelah 5-10
tahun. Jika dibakar, bahan organik hanya menyisakan 3% karbon. Selain menekan emisi dan meningkatkan
kapasitas pengikatan gas rumah kaca, aplikasi biochar juga dapat meningkatkan kesuburan tanah,
meningkatkan produksi tanaman. Praktik penggunaan karbon untuk menyuburkan lahan pertanian telah
dilakukan ribuan tahun yang lalu meskipun dengan cara yang berbeda dan tanpa pemahaman yang luas.
Petani membakar lahan, atau jaringan tanaman sebelum lahan ditanami, membuat arang batang dari kayu
untuk menanam anggrek. Di cekungan Amazon ditemukan tanah berwarna gelap yang diduga merupakan
proses pengolahan dengan menambahkan arang dari 500 hingga 2500 tahun yang lalu yang dikenal sebagai
'terra preta' (Glaser et al, 2003). Tradisi Cina (1915-an) percaya bahwa tanah menjadi subur dengan
membakar biomassa). Di Jepang pada tahun 1600-an dikenal dengan 'fire-pupuk' sebagai pupuk untuk
pertanian dan pupuk ini seperti biochar. Jepang juga memiliki tradisi panjang menggunakan arang dalam
tanah, sebuah tradisi yang dihidupkan kembali dan telah diekspor selama 20 tahun ke negara-negara seperti
Kosta Rika. Tradisi Jepang menggambarkan Ogawa, M., Osaka Institute of Technology sebagai pembicara
utama, Asia Pacific Biochar Conference, 17-20 Mei 2009: Arang telah digunakan dalam pertanian di Jepang.
Sejak tahun 1970 para ilmuwan mulai mempromosikan produksi dan penggunaan arang sebagai amelioran di
lahan pertanian, dan pada tahun 1986 sebuah kelompok teknis dibentuk untuk mempelajari teknologi
karbonisasi. Penggunaan biochar tahun 80-an di Jepang mencapai 30.000 ton/tahun (Mayor, 2010).

Perbaikan biochar ke dalam tanah dapat meningkatkan total karbon organik dan mengurangi biomassa
mikroba, respirasi, dan agregasi dan efek koagulasi cahaya tanah, sehingga meningkatkan sirkulasi udara dan
air dalam tanah dan dapat merangsang pertumbuhan akar (Weil, et al., 2003; Gusmailina, dkk., 2002).
Perbaikan biochar ke dalam tanah dapat meningkatkan total karbon organik dan mengurangi biomassa
mikroba, respirasi, dan agregasi dan efek koagulasi cahaya tanah, sehingga meningkatkan sirkulasi udara dan
air dalam tanah dan dapat merangsang pertumbuhan akar (Weil, et al., 2003; Gusmailina, dkk., 2002).
Menurut Harsanti dan Ardiwinata (2011) biochar dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Biochar efektif dalam memperbaiki sifat fisik tanah seperti agregat tanah dan kemampuan tanah mengikat
air. Di dalam tanah, biochar dapat membantu menurunkan kesadahan tanah dan meningkatkan daya ikat air
tanah, sehingga berkontribusi pada peningkatan aktivitas mikroorganisme tanah. Di dalam tanah, biochar
berperan.

Sumber
IOSR Journal of Environmental Science, Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT) e-ISSN:
2319-2402,p- ISSN: 2319-2399.Volume 12, Issue 2 Ver. II (February. 2018), PP 77-82 www.iosrjournals.org

Anda mungkin juga menyukai