Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN
2.4 Bahan Baku Biochar
Sumber bahan baku biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian.
Bahan baku yang bisa digunakan untuk pembuatan biochar adalah sampah biomassa yang tidak
dimanfaatkan seperti: sekam padi, tongkol jagung, kulit buah kakao atau cokelat, cangkang
kemiri, kulit kopi, limbah gergaji kayu, ampas daun minyak kayu putih, ranting kayu seperti
pada limbah sisa pakan ternak, tempurung kelapa, dan lain sejenisnya. Menurut Nurida (2014)
Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah sisa pertanian, terutama
yang sulit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi. Di Indonesia potensi penggunaan
charcoal atau biochar cukup besar, mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung kelapa,
sekam padi, tanaman bakau cukup tersedia.
Salah satu upaya perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah penggunaan
bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan pembenah tanah. Dalam upaya meningkatkan
kualitas sifat fisik tanah, maka dipilih bahan pembenah dari bahan yang sulit terdekomposisi agar
dapat bertahan lama dalam tanah. Bahan yang mudah diperoleh dan relatif murah adalah
penggunaan limbah pertanian seperti tempurung kelapa, kulit buah kakao, sekam padi, batang
kayu bakau, tempurung kelapa sawit dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut sangat sulit
didekomposisi, dan dalam penerapannya diperlukan proses pembakaran tidak sempurna
(pyrolisis) sehingga diperoleh arang yang mengandung karbon aktif untuk diaplikasikan ke
dalam tanah. Biochar sudah terbukti memiliki manfaat yang beragam bagi lingkungan seperti
sebagai pembenah tanah, meningkatkan nilai pH tanah, meningkatkan kualitas tanah, dan mampu
mengurangi sampah biomassa (Widiastuti dan Lantang, 2017). Agar mendapatkan manfaat
tersebut maka perlu memperhatikan kualitas dari biochar. Kualitas biochar tergantung terhadap
proses pembuatan, bahan baku yang digunakan, dan penanganan setelah proses pembuatannya.
Selain itu, perlu diperhatikan pula karakteristik biochar sesuai fungsi dan sifat peruntukannya
supaya efektivitas produk lebih optimal.

Pada penelitian Nurida, dkk (2010) ditemukan bahwa kandungan C-organik dan
kandungan unsur hara makro seperti N, P dan K dari tempurung kelapa tergolong paling rendah
dibandingkan ketiga limbah pertanian lainnya (kulit kakao, tempurung kelapa sawit dan sekam
padi). Limbah pertanian yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan arang adalah limbah
pertanian dengan rasio C/N yang tinggi (>20), bahkan tempurung kelapa mempunyai rasio C/N
yang sangat tinggi yaitu 122. Limbah pertanian dengan rasio C/N tinggi tersebut kurang
potensial untuk dijadikan kompos, namun sangat potensial untuk dijadikan arang (biochar) yang
mampu berfungsi sebagai pembenah tanah. Kandungan C-organik total cukup tinggi yaitu >
20%, bahkan kulit buah kakao, tempurung sawit dan sekam padi memiliki kandungan C-organik
total > 35%. Selain itu kandungan unsur hara esensial (N, P dan K) dari tempurung kelapa relatif
lebih rendah dibandingkan limbah pertanian lainnya.

Dapat ditinjau dari tabel diatas bahwasanya kadar abu dan kandungan unsur hara makro
lainnya seperti Ca dan Mg dalam arang tempurung kelapa tergolong paling rendah baik yang
dibakar 1 jam, 2 jam maupun 3,5 jam. Dengan demikian, ditinjau dari sifat kimia arang maka
dari seluruh arang yang dihasilkan, arang tempurung kelapa mempunyai kualitas paling rendah
untuk dijadikan pembenah tanah.
Menurut Iskandar dan Rofiatin (2017) bahwa bahan baku biochar dan proses pirolisis
(suhu,waktu, dll) dapat mempengaruhi stabilitas dan kandungan unsur hara dalam biochar. Oleh
karena itu, pemilihan biomassa yang akan dijadikan bahan baku biochar dan pengaturan suhu
serta waktu saat proses pirolisis harus dicermati sebelum memulai produksi biochar. Sehingga
biochar yang dihasilkan nantinya memiliki karakteristik yang baik untuk lingkungan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biochar merupakan bahan padatan kaya karbon yang biasanya diproduksi secara
pembakaran atau pirolisis. Pirolisis berasal dari kata Pyro (Fire/api) dan Lyo
(Loosening/pelepasan) yang merupakan suatu proses dekomposisi biomassa secara thermal
dengan kondisi sedikit atau tanpa oksigen sama sekali pada temperatur 250 OC – 500OC.
Pemanfaatan biochar merupakan salah satu bagian utama dari pengelolaan limbah pertanian.
Biochar dapat meningkatkan retensi air dan hara dalam tanah serta mampu meningkatkan
ketersediaan unsur-unsur hara bagi tanaman. Bahan yang dianjurkan untuk dikonversi menjadi
biochar adalah limbah organik (limbah pertanian) bukan produk pangan sehingga tidak akan
terjadi kompetisi penggunaan lahan antara limbah produksi (untuk biochar) dengan produk
pangan. Limbah pertanian tempurung kelapa, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit dan
sekam padi sangat potensial untuk dijadikan bahan arang, namun diperlukan lama pembakaran
yang berbeda untuk menghasilkan arang yang berkualitas. Peluang pemanfaatan biochar di lahan
pertanian sangat besar, baik ditinjau dari ketersediaan bahan baku maupun fungsinya. Aplikasi
biochar terbukti mampu meningkatkan kualitas sifat fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan
ketersediaan air. Produktivitas tanaman juga meningkat sejalan dengan terjadinya pemulihan
kualitas lahan.
3.2 Saran
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan terkait aplikasi biochar di lahan
pertanian untuk musim tanam selanjutnya. Hal ini menyangkut sifat ameliorant pada biochar
yang berdampak jangka panjang dan membantu strategi pemasaran biochar. Kemudian
memperhatikan pembuatan karbon aktif antara karbon aktif yang berasal dari bahan biologis
(Biochar) dan karbon aktif yang berasal dari bahan non-biologis (Pyrolisis), karena setiap
perlakuan yang dilakukan sangat berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, T., dan U. Rofiatin. 2017. Karakteristik Biochar Berdasarkan Jenis Biomassa dan
Parameter Proses Pyrolisis. Jurnal Teknik Kimia. 12 (1) : 28 – 24.

Nurida, N. L. 2014. Potensi Pemanfaatan Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan Kering di Indonesia.
Jurnal Sumberdaya Lahan. 57 – 68.

Nurida, N. L., A. Dariah., dan A. Rachman. 2010. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai Bahan
Baku
Pembenah Tanah Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan. Jurnal Balai Tanah
Litbang DEPTAN. Hal 211-218.
Widiastuti, M. M. D., dan B. Lantang. 2017. Pelatihan Pembuatan Biochar dari Limbah Sekam
Padi Menggunakan Metode Retort Kiln. Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat.
3 (2) : 129 -135.
http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/juknis/Juknis%20Biochar%2050hal.pdf.
Diakses pada tanggal 2 Maret 2021.

Anda mungkin juga menyukai