Anda di halaman 1dari 10

MATA KULIAH PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

POTENSI DAN PEMANFAATAN BIOCHAR DALAM PERTANIAN

Disusun Oleh:

Zulfa Kayla Zahra

20200210032

Agroteknologi A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2023
BAB I

PENGANTAR

Di Indonesia yang merupakan negara tropis, laju dekomposisi (pelapukan) bahan organik
tergolong tinggi sehingga bahan pembenah tanah organik alami yang digunakan lebih bersifat
sementara (temporary). Saat ini telah mulai berkembang di dunia, penggunaan biochar/arang
limbah pertanian sebagai bahan pembenah tanah alternatif. Biochar mampu bertahan lama di
dalam tanah atau mempunyai efek yang relatif lama, atau relatif resisten terhadap serangan
mikroorganisme, sehingga proses dekomposisi berjalan lambat (Tang et al., 2013). Beberapa tahun
silam penduduk asli Amazon telah memberikan charcoal ke dalam tanah dan hingga saat ini (100-
1000 tahun kemudian) terbukti bahwa kualitas sifat fisik dan kimia tanah tersebut jauh lebih baik
dibandingkan dengan tanah sekitarnya (Steiner et al., 2007). Oleh karena itu, biochar dapat
menjadi pembenah tanah alternatif yang potensial untuk memperbaiki kualitas lahan yang telah
terdegradasi khususnya di lahan-lahan suboptimal.

A. Pengertian Biochar

Biochar adalah arang hitam hasil dari proses pemanasan biomassa pada keadaan oksigen
terbatas atau tanpa oksigen. Berbeda dengan bahan organik, biochar tersusun dari cincin karbon
aromatis sehingga lebih stabil dan tahan lama di dalam tanah (Maguire & Aglevor, 2010). Menurut
Tambunan et al., (2014) penggunaan biochar sebagai suatu pilihan selain sumber bahan organik
segar dalam pengelolaan tanah untuk tujuan pemulihan dan peningkatan kualitas kesuburan tanah
terdegradasi atau tanah lahan pertanian kritis semakin berkembang dan sekarang ini mendapatkan
fokus perhatian penting para ilmuan tanah dan lingkungan. Fokus perhatian internasional dalam
pemanfaatan biochar sebagai pembenah tanah pertanian berkembang dari hasil pengamatan di
Amazon, Brazil (Glaser, 2001) dalam (Tambunan et al., 2014). Biochar juga dapat meningkatkan
kelembaban dan kesuburan tanah pertanian serta bisa bertahan ribuan tahun di dalam tanah bila
digunakan untuk pengurangan emisi CO2. Setiap tahunnya limbah kehutanan, perkebunan,
pertanian dan peternakan yang mengandung karbon mencapairatusan juta ton dan sering menjadi
masalah dalam hal pembuangannya. Limbah jenis ini merupakan bahan sangat potensial diubah
menjadi biochar dalam berbagai tingkat teknologi produksi. Sebagai gambaran sederhana, dari 50
juta ton produksi gabah tiap tahunnya ikut dihasilkan sekitar 60 juta ton merupakan Iimbah (jerami
dan sekam padi) yang dapat diproses menjadi biochar (Basri & Azis, 2011).
B. Bahan-Bahan Biochar

Kualitas charcoal atau biochar sangat tergantung pada sifat kimia dan fisik biochar yang
ditentukan oleh jenis bahan baku (kayu lunak, kayu keras, sekam padi dll.) dan metode karbonisasi
(tipe alat pembakaran, temperatur), dan bentuk biochar (padat, serbuk, karbon aktif) (Ogawa
2006). Pembakaran dengan temperatur yang lebih tinggi akan menurunkan produksi biochar
namun meningkatkan fixed carbon (Tanaka 1963), proporsi abu biochar berpengaruh langsung
terhadap nilai pH. Kuwagaki dan Tamura (1990) menyarankan penggunaan 7 kriteria untuk
menilai kualitas biochar yang akan digunakan untuk pembenah tanah yaitu (1) pH, (2) kandungan
bahan mudah menguap (volatile content), (3) kadar abu, (4) kapasitas memegang air, (5) BD, (6)
volume pori, dan (7) luas permukaan spesifik.

Beberapa teknik pembuatan biochar telah tersedia dari yang tradisional sampai maju. Sumber
biochar terbaik adalah limbah organik khususnya limbah pertanian. Hingga saat ini pemanfaatan
limbah organik dilakukan melalui proses pembakaran sempurna/tidak sempurna menjadi biochar
(menghasilkan CO2), terdegradasi/terdekomposisi di lingkungan aerobik (juga menghasilkan
CO2), atau terdegradasi/terdekomposisi dalam lingkungan anaerobik (menghasilkan CO2 serta
CH4). Bahan baku pembuatan biochar umumnya adalah residu biomasa pertanian dan kehutanan
seperti potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau
kulit buah kacang-kacangan dan bahan organik daur ulang lainnya (Basri & Azis, 2011). Biochar
merupakan substansi arang kayu yang digunakan untuk kegiatan pertanian. Biochar dibuat
menggunakan proses pirolisis.

Potensi bahan baku biochar tergolong melimpah yaitu berupa limbah sisa pertanian, terutama
yang sulit terdekomposisi atau dengan rasio C/N tinggi. Di Indonesia potensi penggunaan charcoal
atau biochar cukup besar, mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung kelapa, sekam
padi, kulit buah kakao, tongkol jagung, cukup tersedia. Selama ini, limbah pertanian tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal, hanya terbatas digunakan sebagai sumber energi terbarukan
(Okimori et al., 2003) dan pakan ternak.

C. Potensi Pemanfaatan Biochar

Sebagai bahan pembenah tanah, biochar banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan
pada tanah. Aplikasi biochar dapat meningkatkan pH pada tanah masam (Solaiman & Anawar,
2015), meningkatkan KTK tanah (Tambunan et al., 2014), menyediakan unsur hara N, P dan K
(Schnell et al., 2011). Biochar menjaga kelembaban tanah sehingga kapasitas menahan air tinggi
(Endriani et al., 2013) dan meremediasi tanah yang tercemar logam berat seperti (Pb, Cu, Cd dan
Ni) (Ippolito et al., 2012). Selain itu, pemberian biochar pada tanah juga mampu meningkatkan
pertumbuhan serta serapan hara pada tanaman (Satriawan & Handyanto, 2015) dalam (Putri et al.,
2017).

Menurut Basri & Azis (2011) penambahan biochar pada lapisan atas tanah pertanian akan
memberikan manfaat yang cukup besar. Sebagai deposit karbon dalam tanah biochar bekerja
dengan cara mengikat dan menyimpan CO2 dari udara untuk mencegahnya terlepas ke atmosfir.
Kandungan karbon yang terikat dalam tanah jumlahnya besar dan tersimpan hingga waktu yang
lama. Biochar juga salah satu teknologi yang murah dan bisa diterapkan secara luas dalam skala
kecil ataupun luas. Di samping mengurangi emisi dan menambah pengikatan gas rumah kaca,
biochar memberi banyak manfaat dalam usaha pertanian. Biochar dapat memperbaiki kondisi
tanah dan meningkatkan produksi tanaman, terutama pada tanah-tanah yang kurang subur.
Kemampuan biochar untuk memegang air dan hara dalam tanah membantu mencegah terjadinya
kehilangan pupuk akibat aliran permukaan (runoff) dan pencucian (leaching), sehingga
memungkinkan penghematan pupuk dan mengurangi polusi pada lingkungan sekitar.
BAB II

PEMANFAATAN BIOCHAR DALAM PRAKTEK PERTANIAN

Aplikasi biochar sebagai pembenah tanah telah banyak diteliti, baik di Indonesia maupun
di dunia international. Berbagai hasil penelitian telah membuktikan bahwa biochar sangat
bermanfaat bagi pertanian terutama untuk perbaikan kualitas lahan (sifat fisik, kimia dan biologi
tanah). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan biochar dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan mampu memulihkan kualitas tanah yang telah terdegradasi (Atkinson et al.
2010; Glaser et al. 2002). Penambahan charcoal/biochar pada tanah-tanah pertanian berfungsi
untuk: (1) meningkatkan ketersediaan hara, retensi hara, dan retensi air (Glaser et al. 2002), dan
2) menciptakan habitat yang baik untuk mikroorganisma simbiotik (Ogawa 1994). Selain
berpengaruh positif terhadap sifat tanah, pemberian biochar juga berpengaruh terhadap
peningkatan produktivitas tanaman (Backwell et al. 2010; Jones et al. 2012; Haefele et al. 2011),
khususnya pada tanah masam (Jeffery et al. 2011; Atkinson et al. 2010, Spokas et al. 2012), Selain
itu, aplikasi biochar pada lahan pertanian mengurangi laju emisi CO2 dan N2O (Zhu et al. 2014
dan Yanai et al. 2007), serta berkontribusi terhadap cadangan karbon ( 52,8%), artinya biochar
mampu menyimpan karbon dalam waktu yang cukup lama dan dalam jumlah yang cukup besar
(Ogawa et al. 2006).

Perbaikan Sifat Kimia Tanah

Penambahan biochar juga dilaporkan mampu meningkatkan pH tanah dan kapasitas tukar
kation (KTK) tanah. Peningkatan KTK tanah dengan penambahan biochar akan meminimalkan
resiko pencucian kation seperti K+ dan NH4 + (Yamato et al. 2006; Novak et al. 2009a). Beberapa
penelitian telah menguji kemampuan biochar sekam padi, tempurung kelapa, kotoran sapi, kulit
buah kakao dan jerami dalam meningkatkan pH dan KTK tanah. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
pemberian biochar mampu memperbaiki sifat kimia tanah diantaranya meningkatkan pH (H2O)
dan KTK tanah pada berbagai tekstur tanah berpasir. Pada lahan kering masam, pengaruh
pemberian biochar signifikan meningkatkan pH (Nurida et al. 2012; Nurida et al. 2013; Zhu et al.
2014) namun tidak berpengaruh nyata pada tanah non masam (Nurida et al. 2013). Haefele et al.
(2011) mendapatkan hasil yang sebaliknya dimana pemberian biochar sekam padi 43 t ha-1 tidak
berpengaruh pada pH dan KTK tanah. Hal tersebut disebabkan kualitas tanahnya relatif baik.
Perbaikan Sifat Fisik Tanah

Kemampuan biochar dalam memperbaiki sifat fisik tanah belum banyak diuji, kecuali
terhadap peningkatan kemampuan tanah memegang air (Sutono dan Nurida 2012; Sukartono dan
Utomo 2012; Yu et al. 2013). Aplikasi biochar dalam meningkatkan kemampuan memegang air
atau retensi air sangat berguna untuk meningkatkan ketersediaan air pada tanah bertekstur pasir
dan lahan kering di wilayah iklim kering. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kandungan air
kapasitas lapang meningkat secara nyata setelah aplikasi biochar (Glaser et al. 2002; Chan et al.
2007). Efektivitas aplikasi biochar terhadap perbaikan retensi air tanah nyata terlihat bila
diaplikasikan pada tanah berpasir (Atkinson et al. 2010; Sutono dan Nurida 2012; Suwardji et al.
2012).

Mitigasi Gas Rumah Kaca (GRK)

Fungsi lain biochar di lahan pertanian adalah mengurangi emisi gas rumah kaca seperti
N2O dan CH4. Pari (2009) menginformasikan bahwa penambahan biochar mampu mereduksi
emisi yang dikeluarkan oleh tanah seperti gas N2O dan CH4 melalui pengikatan gas tersebut ke
dalam pori arang. Yanai et al. (2007) menginformasikan bahwa penurunan emisi N2O melalui
aplikasi biochar terjadi akibat menurunnya aktivitas bakteri denitrifikasi, sedangkan hasil
penelitian Zwieten et al. (2014) menyimpulkan bahwa terjadinya perubahan kondisi tanah seperti
porositas, luas permukaan tanah dan sifat redoks (oxic dan anoxic) mampu mentransfer electron
ke organisma denitrifikasi.

Peningkatan Produktivitas Tanaman

Perbaikan kualitas tanah akibat penambahan biochar harus berimplikasi pada peningkatan
produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman pangan seperti padi gogo dan jagung telah terbukti
meningkat setelah diberi biochar. Peningkatan poduktivitas tanaman dibandingkan tanpa diberi
biochar sangat bervariasi. Hasil penelitian Asai et al. (2009) melaporkan terjadi peningkatan
produktivitas padi gogo sebesar 14,29-32,14%. Efektivitas biochar terhadap peningkatan
produktivitas jagung sangat signifikan yaitu mencapai 524,32% (Nurida et al. 2012). Dampak
pemberian biochar terhadap produktivitas tanaman sangat tergantung pada karaketistik sifat
biochar, dosis yang digunakan dan kemampuannya menanggulangi kendala utama tanah dimana
biochar diaplikasikan.
BAB III

PENUTUP

Biochar adalah arang hitam hasil dari proses pemanasan biomassa pada keadaan oksigen
terbatas atau tanpa oksigen. Bahan baku pembuatan biochar umumnya adalah limbah pertanian
dan kehutanan seperti potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung,
sekam padi atau kulit buah kacang-kacangan dan bahan organik daur ulang lainnya. Selain bahan
pembenah tanah, biochar banyak digunakan untuk mengatasi permasalahan pada tanah.
Pemanfaatan biochar dalam pertanian antara lain berupa perbaikan sifat kimia & fisik tanah,
mitigasi gas rumah kaca (GRK), dan mampu meningkatkan produktivitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Asai, H., Samson, B. K., Stephan, H. M., Songyikhangsuthor, K., Homma, K., Kiyono, Y., ... &
Horie, T. (2009). Biochar amendment techniques for upland rice production in Northern
Laos: 1. Soil physical properties, leaf SPAD and grain yield. Field crops research, 111(1-
2), 81-84.
Atkinson, C. J., Fitzgerald, J. D., & Hipps, N. A. (2010). Potential mechanisms for achieving
agricultural benefits from biochar application to temperate soils: a review. Plant and
soil, 337(1), 1-18.
Blackwell, P., Krull, E., Butler, G., Herbert, A., & Solaiman, Z. (2010). Effect of banded biochar
on dryland wheat production and fertiliser use in south-western Australia: an agronomic
and economic perspective. Soil Research, 48(7), 531-545.
Badan Pusat Statistik. (2013). Statistik Indonesia

Basri, A., & Azis, A. (2011). Arang Hayati (Biochar) sebagai Bahan Pembenah Tanah (Biochar as
Soil Remediation Material). Seri Inovasi Pembangunan Serambi Pertanian, Volume 6.

Chan, K. Y., Van Zwieten, L., Meszaros, I., Downie, A., & Joseph, S. (2007). Agronomic values
of greenwaste biochar as a soil amendment. Soil Research, 45(8), 629-634.

Direktorat Jenderal Bina Produksi. (2007). Statistik Perkebunan Indonesia.


Endriani, Sunarti, & Ajidirman. (2013). Pemanfaatan Biochar Cangkang Kelapa Sawit Sebagai
Soil Amandement Ultisol Sungai Bahar-Jambi. J. Penelitian Univeritas Jambi Seri Sains.
15(1):39-46.
Glaser, B. (2001). The terra preta phenomenon: A model for sustainable agriculture in the humic
tropic. Die Naturwissenschaften, 88: 37-41.
Glaser, B., Lehmann, J., & Zech, W. (2002). Ameliorating physical and chemical properties of
highly weathered soils in the tropics with charcoal–a review. Biology and fertility of
soils, 35(4), 219-230.
Haefele, S. M., Konboon, Y., Wongboon, W., Amarante, S., Maarifat, A. A., Pfeiffer, E. M., &
Knoblauch, C. J. F. C. R. (2011). Effects and fate of biochar from rice residues in rice-
based systems. Field Crops Research, 121(3), 430-440.
Ippolito, J. A., Laird, D. A., & Busscher, W. J. (2012). Environmental benefits of biochar. Journal
of environmental quality, 41(4), 967-972.
Jeffery, S., Verheijen, F. G., van der Velde, M., & Bastos, A. C. (2011). A quantitative review of
the effects of biochar application to soils on crop productivity using meta-
analysis. Agriculture, ecosystems & environment, 144(1), 175-187.
Jones, D. L., Rousk, J., Edwards-Jones, G., DeLuca, T. H., & Murphy, D. V. (2012). Biochar-
mediated changes in soil quality and plant growth in a three year field trial. Soil biology
and Biochemistry, 45, 113-124.
Kuwagaki, H., & Tamura, K. (1990). Aptitude of wood charcoal to a soil improvement and other.
non-fuel use. Mitigation and adaptation strategies for global change, 25-45.
Novak, J. M., Busscher, W. J., Laird, D. L., Ahmedna, M., Watts, D. W., & Niandou, M. A. (2009).
Impact of biochar amendment on fertility of a southeastern coastal plain soil. Soil
science, 174(2), 105-112.

Nurida, N. L. (2014). Potensi Pemanfaatan Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan Kering Di Indonesia.
Jurnal Sumberdaya Lahan, 8(3), 57–68.

Nurida, N. L., A. Dariah dan A. Rachman. (2013). Peningkatan kualitas tanah dengan pembenah
tanah biochar limbah pertanian. Jurnal tanah dan Iklim 37(2); 69-78.

Nurida, N. L., Rachman, A., & Sutono, S. (2012). Potensi pembenah tanah biochar dalam
pemulihan sifat tanah terdegradasi dan peningkatan hasil jagung pada Typic Kanhapludults
lampung. Buana Sains, 12(1), 69-74.
Maguire, R., & Agblevor, F. A. (2010). Biochar in agricultural systems. College of Agriculture
and Life Sciences, Virginia Polytechnic Institute and State University.
Ogawa, M., Okimori, Y., & Takahashi, F. (2006). Carbon sequestration by carbonization of
biomass and forestation: three case studies. Mitigation and adaptation strategies for global
change, 11(2), 429-444.
Okimori, Y., Ogawa, M., & Takahashi, F. (2003). Potential of CO2 emission reductions by
carbonizing biomass waste from industrial tree plantation in South Sumatra,
Indonesia. Mitigation and adaptation strategies for global change, 8(3), 261-280.

Putri, V. I., Mukhlis, & Hidayat, B. (2017). Pemberian Beberapa Jenis Biochar Untuk
Memperbaiki Sifat Kimia Tanah Ultisol Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung. Jurnal
Agroekoteknologi FP USU, 5(4), 824–828.

Satriawan, B. D., & Handayanto, E. (2015). Effects of biochar and crop residues application on
chemical properties of a degraded soil of South Malang, and P uptake by maize. Journal
of Degraded and Mining Lands Management, 2(2), 271.
Schnell, R. W., Vietor, D. M., Provin, T. L., Munster, C. L., & Capareda, S. (2012). Capacity of
biochar application to maintain energy crop productivity: soil chemistry, sorghum growth,
and runoff water quality effects. Journal of Environmental Quality, 41(4), 1044-1051.
Solaiman, Z. M., & Anawar, H. M. (2015). Application of biochars for soil constraints: challenges
and solutions. Pedosphere, 25(5), 631-638.
Spokas, K. A., Cantrell, K. B., Novak, J. M., Archer, D. W., Ippolito, J. A., Collins, H. P., &
Nichols, K. A. (2012). Biochar: a synthesis of its agronomic impact beyond carbon
sequestration. Journal of environmental quality, 41(4), 973-989.
Steiner, C., Teixeira, W. G., Lehmann, J., Nehls, T., de Macêdo, J. L. V., Blum, W. E., & Zech,
W. (2007). Long term effects of manure, charcoal and mineral fertilization on crop
production and fertility on a highly weathered Central Amazonian upland soil. Plant and
soil, 291(1), 275-290.
Sukartono, & Utomo, W. H. (2012). Peranan biochar sebagai pembenah tanah pada pertanaman
jagung di tanah lempung berpasir (sandy loam) semiarid tropis Lombok Utara. Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Kelaman: Buana Sains. Tribhuana Press. 12(1), 91-98
Sutono, & Nurida, N. L. (2012). Kemampuan biochar memegang air pada tanah bertekstur pasir.
Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Kelaman: Buana Sains. Tribhuana Press. 12(1), 45-52
Suwardji, Sukartono, & Utomo, W. H. (2012). Kemantapan agregrat setelah aplikasi biochar di
tanah lempung berpasir pada pertanaman jagung di lahan kering Kabupaten Lombok Utara.
Jurnal Penelitian Ilmu Ilmu Kelaman: Buana Sains. Tribhuana Press. 12(1), 61-68.
Tanaka, S. (1963). Fundamental study on wood carbonization. Bulletin of Experimental Forest of
Hokkaido University, 17.
Tang, J., Zhu, W., Kookana, R., & Katayama, A. (2013). Characteristics of biochar and its
application in remediation of contaminated soil. Journal of bioscience and
bioengineering, 116(6), 653-659.

Tambunan, S., Siswanto, B., & Handayanto, E. (2014). Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Segar
Dan Biochar Terhadap Ketersediaan P Dalam Tanah Di Lahan Kering Malang Selatan.
Jurnal Tanah Dan Sumberdaya Lahan, 1(1), 85–92. http://jtsl.ub.ac.id

Thahir, R., Rachmat, R., & Suismono. (2008). Pengembangan Agroindustri Padi. Dalam Suyamto
dkk. (Ed). Padi: Inovasi Teknologi dan Ketahanan Pangan. Balai Besar Penelitian Padi,
Subang. 34-76.
Van Zwieten, L., Singh, B. P., Kimber, S. W. L., Murphy, D. V., Macdonald, L. M., Rust, J., &
Morris, S. (2014). An incubation study investigating the mechanisms that impact N2O flux
from soil following biochar application. Agriculture, Ecosystems & Environment, 19(1),
53-62.
Yanai, Y., Toyota, K., & Okazaki, M. (2007). Effects of charcoal addition on N2O emissions from
soil resulting from rewetting air-dried soil in short-term laboratory experiments. Soil
science and plant nutrition, 53(2), 181-188.
Yamato, M., Okimori, Y., Wibowo, I. F., Anshori, S., & Ogawa, M. (2006). Effects of the
application of charred bark of Acacia mangium on the yield of maize, cowpea and peanut,
and soil chemical properties in South Sumatra, Indonesia. Soil science and plant
nutrition, 52(4), 489-495.
Yu, O. Y., Raichle, B., & Sink, S. (2013). Impact of biochar on the water holding capacity of
loamy sand soil. International Journal of Energy and Environmental Engineering, 4(1), 1-
9.
Zhu, Q. H., Peng, X. H., Huang, T. Q., Z. Xie, & Holden, N. M. 2014. Effect of biochar addition
on maize growth and nitrogen use efficiency in Acid Red Soil. Pedospere 24 (6): 699-708.

Anda mungkin juga menyukai