Anda di halaman 1dari 39

PEMANFAATAN BIOKOMPOS STIMULATOR Trichoderma spp.

DAN
BIOCHAR TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN DAN
PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays, L) DI LAHAN KERING NTB*)

Wawan Apzani dan **)I Made Sudantha

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program


Pascasarjana Universitas Mataram
**)
Corresponding author: imade_sudantha@yahoo.co.id

ABSTRAK

Untuk membuat biokompos dilakukan tindakan fermentasi pada kompos.


Fermentasi pada kompos dimaksudkan untuk meningkatkan kandungan hara kompos
yang amat diperlukan bagi tanaman. untuk meningkatkan mutu kompos beberapa pihak
telah menggunakan inokulan khusus seperti teknologi Biotrichon (Trichoderma sp.).
Biochar merupakan bahan padatan yang terbentuk melalui proses pembakaran bahan
organik tanpa oksigen.
Salah satu cara yang tepat dalam meningkatkan produktivitas lahan kering yaitu
dengan menerapkan pertanian organik yang ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan
potensi biochar dan biokompos serta agen hayati Trichoderma sp., dan aplikasi dosis
yang tepat, maka kondisi lahan kering dalam hal perbaikan sifat fisik, kimia, dan
biologis tanah, khususnya dalam retensi air, dan hara dapat tercapai. Biochar dan
biokompos stimulator Trichoderma spp memiliki potensi yang dapat memberikan
kontribusi nyata di lahan kering khususnya dapat memberikan pengaruh positif dalam
meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung di lahan kering. Pemanfaatan potensi
biokompos dan biochar serta agen hayati Trichoderma sp. merupakan salah satu cara
yang tepat dalam mengembangkan pertanian organik dan diharapakan memberikan
hasil yang optimal dalam setiap kegiatan usaha tani jagung di lahan kering NTB.
________________________________________________________
Kata Kunci: Biokompos, biochar, stimulator, jamur Trichoderma spp., jagung

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi Jagung berpotensi mengalami penurunan di tengah cuaca
ekstrim yang ternyata terjadi di hampir seluruh negara produsen jagung di dunia
(Zulkarnain, 2012). Secara nasional kebutuhan jagung di Indonesia mengalami
peningkatan (Winarso, 2012). Meningkatnya kebutuhan jagung di Indonesia
disebabkan karena adanya permintaan dari industri pakan ternak (Departemen
Pertanian, 2007 dalam Umiyasih dan Wina, 2008). Sehingga untuk memenuhi
kebutuhan jagung dalam negeri banyak mendatangkan (impor) dari luar negeri.
Sebagaimana dilaporkan oleh Winarso, (2012) bahwa impor jagung sampai saat
ini masih cukup besar. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Amerika Serikat
(USDA) menyebutkan, kebutuhan impor jagung Indonesia rata-rata 9 % atau 1,4
juta ton per tahun, sedangkan kenaikan areal tanam hanya 1 % per tahun
(BAPPEBTI, 2012).
Sementara ketersediaan jagung menurun karena adanya konversi jagung
ke etanol (Hapsari et al., 2009), dilaporkan pula bahwa terjadi penurunan
produksi jagung di Indonesia, berdasarkan ATAP pada tahun 2013 produksi
jagung sebesar 18,51 juta ton pipilan kering atau turun 4,52 % dibandingkan
tahun 2012 (BPS, 2014). Sementara itu produksi jagung di Provinsi NTB
berdasarkan ASEM pada tahun 2013 mencapai 633.773 ton pipilan kering, turun
sebesar 1,38 % bila dibandingkan dengan ATAP tahun 2012 yang mencapai
642.674 ton pipilan kering, penurunan ini disebabkan karena luas panen jagung
yang menurun dari 117.030 hektar pada tahun 2012 menjadi 110.273 pada tahun
2013 (BPS NTB, 2014). Penururunan luas panen jagung dapat ditingkatkan
dengan memanfaatkan lahan kering yang berpotensi menjadi lahan pertanian
yang produktif (Suwardji, 2003).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
2

Namun tidak semua lahan kering sesuai untuk pertanian, terutama karena
adanya faktor pembatas tanah seperti lereng yang sangat curam atau solum tanah
yang dangkal sehingga dalam pengelolaan lahan kering pada setiap wilayah akan
berbeda (Abdurachman, 2008). Salah satu Wilayah di NTB yang memilki
potensi lahan kering cukup luas adalah di Kabupaten Lombok Utara. Wilayah lahan
kering Lombok Utara mempunyai potensi yang sangat baik untuk dikembangkan
menjadi lahan yang berproduktif (Crippen Consultan, 1976 dalam Sudantha dan
Suwardji, 2013). Namun permasalahan lahan kering di Kabupaten Lombok Utara
yaitu tekstur tanah yang kasar (sandy loam) yang bermakna bahwa tanah ini
mempunyai drainase dalam (internal drainage) yang cepat, sehingga kehilangan
air karena keluarnya air dari zone perakaran relatif besar (Suwardji, 2006).
Selain itu lahan kering Lombok Utara kadar nitrogennya tergolong
rendah yaitu < 1% setara dengan 24 kg/ha, sedangkan nitrogen (N) merupakan
hara esensial bagi tanaman, namun sifatnya yang memiliki mobilitas tinggi yaitu
mudah menguap dan tercuci menyebabkan tanah tidak mampu mempertahankan
hara ini. (Suwardji et al., 2007). Lebih jauh Ma’sum (1990; Ma’sum et al, 2003)
melaporkan bahwa lahan kering di Lombok Utara memiliki kemampuan yang
cukup rendah dalam kapasitas tukar kation dan menahan air. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, perlu dilakukan rekayasa pada lahan kering dengan
menggunakan bahan pembenah tanah (amelioran) dalam meningkatkan
kemampuan tanah menahan air dan hara (Sudantha dan Suwardji, 2012), dan
pemakaian pupuk organik (DPTP Jawa Barat, 2013). Hal ini sesuai dengan apa
yang di ungkapkan oleh Suntoro, (2003) yang menyatakan bahwa pemberian
bahan organic dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologis tanah.
Pengaruh bahan organik terhadap biologi tanah adalah meningkatkan
aktivitas mikrobia dalam tanah dan dari hasil aktivitas mikrobia pula akan
terlepas berbagai zat pengatur tumbuh (auxin), dan vitamin yang akan berdampak
positip bagi pertumbuhan tanaman (Suntoro, 2003). Selanjutnya Nurraini dan

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
3

Nanang, (2003 dalam Zulkarnain et al., 2013) menegaskan bahwa pupuk organik
dapat meningkatkan kandungan BOT, dan menjaga lengas tanah. Lebih jauh
Zulkarnain et al., (2013) menegaskan bahwa penambahan bahan organik ke tanah
dapat memperbaiki kualitas fisika tanah, meningkatkan ketersediaan hara dalam
tanah, meningkatkan kemampuan tanah menahan air tersedia dan mampu
memperbaiki pertumbuhan tanaman.
Syarief, (1986 dalam Retno dan Sri 2009) menyatakan bahwa salah satu
jenis pupuk organik yang efektif digunakan adalah kompos. dimana kompos
terbuat dari penghancuran bahan-bahan organik hasil kerjasama faktor
lingkungan dan mikroorganisme. Sedangkan menurut Crawford, (2003 dalam
Fitriyah, 2013) kompos adalah hasil dekomposisi tidak lengkap, yang dipercepat
secara artifisial (tidak alami) dari campuran bahan-bahan organik oleh populasi
berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan
aerobik.
Untuk lebih meningkatkan efektifitas kompos maka kompos (pupuk
organik) difermentasikan lagi dengan mikroba berguna (Effective
Microorganism) seperti Trichoderma spp. yang dapat bertindak sebagai
dekomposer dan mampu merangsang pertumbuhan tanaman. Kombinasi kompos
dengan mikroba berguna seperti Trichoderma sp akan menghasilkan biokompos
(Crawford, 2003 dalam Fitriyah, 2013).
Biokompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat berfungsi
untuk: (1) sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme
tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,
memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi
kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada tanah
berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh dan
berkembang lebih baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
4

antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah (Sudantha dan Suwardji,
2013).
Selain biokompos, Sonia, (2014) melaporkan bahwa salah satu upaya
dalam perbaikan kualitas tanah adalah penggunaan bahan-bahan yang tergolong
sebagai bahan pembenah tanah (Biochar). Sebagaimana dilaporkan oleh
Sudantha dan Suwardji, (2012) bahwa selain biokompos untuk meningkatkan
kesuburan tanah dan kemampuan tanah dalam memegang air maka digunakan
bahan organik seperti biochar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rostaliana
et al., (2013) yang telah membuktikan bahwa biochar yang terbuat dari
tempurung kelapa dapat meningkatkan K Tersedia tanah lahan jagung pada
kedalaman 0-20 cm, selain itu jenis biochar ini, dapat meningkatkan tinggi
tanaman jagung. Selanjutnya hasil penelitian Surianingsun, (2012) menunjukkan
bahwa penggunaan biochar tempurung kelapa dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk nitrogen (N) karena biochar tepurung kelapa memilki
kemampuan yang dapat mengabsorsi hara nitrogen, dan Multazam, (2012) telah
membuktikan bahwa biochar tempurung kelapa dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan air.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji lebih jauh lagi tentang
“Pemanfaatan Biokompos Stimulator Trichoderma spp. Dan Biochar Tempurung
Kelapa Untuk Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays, L) Di Lahan
Kering NTB”.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas maka rumusan
masalah yang sesuai adalah “Apakah pemanfaatan biokompos stimulator
Trichoderma spp. dan biochar tempurung kelapa dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi jagung di lahan kering NTB”?

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
5

1.3 Tujuan
Mengetahui pemanfaatan biokompos stimulator Trichoderma spp. dan
biochar tempurung kelapa dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
jagung di lahan kering NTB.
1.4 Kegunaan
a. Sebagai bahan refrensi untuk mengkaji lebih lanjut tentang
pemanfaatan potensi biokompos stimulator Trichoderma spp. dan
biochar tempurung kelapa dalam meningkatkan pertumbuhan dan
produksi jagung di lahan kering NTB.
b. Sebagai bahan refrensi untuk budidaya tanaman jagung di lahan kering
secara sehat dan ramah lingkungan.
c. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tani untuk lebih
mengedepankan pertanian organik yakni menggunakan teknologi
pertanian yang murah, mudah, sehat dan ramah lingkungan yaitu
dengan memanfaatkan potensi biochar dan biokompos dalam
mengoptimalkan produksi pertanian khususnya di lahan kering NTB.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
6

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Jagung
Jagung merupakan sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras
(Sudana, 2005). Kandungan kalori jagung cukup tinggi karena kadar
karbohidratnya (pati dan gula) mencapai 75,50% (Susanto dan Sirappa, 2005).
Kegunaan lain dari jagung adalah sebagai bahan baku industri bir, farmasi,
dextrin, perekat, tekstil, minyak goreng, dan etanol (Purwanto, 2007).
Jagung merupakan jenis tanaman berbunga sehingga termasuk
antophyta, berkembang biak dengan biji, biji berkeping, akar tanaman serabut,
tidak berkambium, berdaun tipis dan panjang, penyerbukan dengan bantuan
angin (Rochani, 2008). Selanjutnya Rukamana, (2007) mengklasifikasikan
tanaman jagung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (dunia tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays Linn
Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang,
berkisar antara 400-500 mm (FAO 2001 dalam Aqil et al., 2007). Lebih jauh
Retno dan Sri, (2009) menyatakan bahwa jagung mampu hidup di lahan kering.
Tanah yang subur, dengan banyak unsur organik adalah lingkungan sesuai bagi
syarat tumbuh jagung, jagung dapat dipanen setiap 120 hari atau 3 kali dalam
satu tahun (Rochani, 2008).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
7

Gambar 2.1 Skema pertumbuhan tanaman jagung pada setiap fase (FAO 2001 dalam
Aqil et al., 2007).
Williams et al., (1999 dan Lee, 2007 dalam Surianingsun, 2012)
menjelaskan beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan jagung (Zea mays
L).
1. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5 helai) terjadi pada
saat tanam hingga mencapai umur 10 hari setelah berkecambah dan
sampai berumur 18 hari setelah berkecambah. Pada fase ini akar seminal
sudah berhenti tumbuh, akar nodul sudah mulai aktif untuk menyerap
hara, dan titik tumbuh masih dibawah permukaan tanah. Pada fase ini
suhu tidak boleh rendah, karena jika suhu rendah maka akan
memperlambat keluarnya daun.
2. Fase V6-V10 (jumlah daun yang terbuka sempurna 6-10 helai)
berlangsung pada saat tanaman berumur 18 hari setelah berkecambah
hingga 35 hari setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah ada di
permukaan tanah, perkembangan akar dan penyebarannya di tanah
sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat dengan sangat cepat.
Pada fase ini dimulai perkembangan bunga jantan (tassel) dan
perkembangan tongkol. Pada fase ini tanaman mulai menyerap hara
dalam jumlah yang sangat besar, karena itu pemupukan sangat
diperlukan pada fase ini untuk memenuhi kebutuhan hara.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
8

3. Fase V11-Vn berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari
setelah berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi
berat kering meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air
sangat tinggi sehingga perlu dilakukan pemupukan pada fase ini untuk
mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitive
terhadap kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan
kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tongkol.
4. Fase berbunga jantan (Tasseling) biasanya berkisar antara 45-52 hari.
Artinya pada fase ini juga terjadi fase V11-Vn. Fase berbunga jantan
(Tasseling) ditandai oleh adanya cabang terakhir bunga jantan sebelum
kemunculan bunga betina (silk/ rambut tongkol). Fase ini dimulai 2-3
hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana pada fase ini tinggi
tanaman hampir mencapai tinggi maksimum (vegetative maksimum)
dan pada fase ini tanaman akan mulai menyebarkan serbuk sari (pollen).
Pada fase ini akan dihasilkan biomassa maksimum dari bagian
vegetatifnya.
5. Selanjunya tanaman memasuki fase generative atau tahap silking yang
ditandai oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang terbungkus
kelobot, biasanya dimulai 2-3 hari setelah fase berbunga jantan
(Tasseling). Penyerbukan terjadi ketika serbuk sari jatuh menyentuh
rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut membutuhkan
waktu 24 jam untuk mencapai sel telur, selanjutnya pembuahan akan
terjadi dan akan terbentuk bakal biji. Rambut tongkol yang muncul siap
diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol memanjang 2,5-3,8cm/hari
dan akan terus memanjang hingga dapat diserbuki (Lee, dalam
Surianingsun, 2012).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
9

6. Fase 10-14 hari setelah tahap silking, rambut tongkol sudah kering dan
berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot dan jenggel hampir sempurna,
biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai
diakumulasi ke endosperm, kadar air pada biji 85% dan akan terus
menurun hingga masa panen.
7. Fase 18-22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam bentuk
cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati dalam setiap biji
sangat cepat, warna biji sudah mulai terlihat (tergantung varietas), dan
bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan dapat
menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji
tertinggi dapat mencapai 80%
8. Fase 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti pasta belum
mengeras. Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah terbentuk,
dan kadar air biji menurun sekitar 70%. Cekaman kekeringan pada fase
ini berpengaruh terhadap bobot biji.
9. Kemudian fase 35-42 hari setelah silking seluruh biji sudah terbentuk
sempurna. Embrio sudah masak, dan proses akumulasi bahan kering ke
biji sudah terhenti. Kadar air biji 55%.
10. Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis Fase 55-65 hari
setelah silking. Pada fase ini biji-biji tongkol sudah mencapai bobot
kering maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang
dengan sempurna dan telah terbentuk pula lapisan absisi yang berwarna
cokelat dan kehitaman. Pembentukan lapisan hitam ini berlangsung
secara bertahap dimulai dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju
ke biji pada bagian ujung tongkol. Pada varietas hibrida, tanaman yang
mempunyai sifat tetap hijau yang tinggi, kelobot dan daun bagian atas
masih berwarna hijau, meskipun telah memasuki tahap fisiologis. Pada
tahap fisiologis ini kadar air dalam biji berkisar 30-35% dengan total

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
10

bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman masing-masing


mencapai 100%.
Tanaman jagung membutuhkan minimal 13 jenis unsur hara yang
diserap melalui tanah. Hara N, P, dan K diperlukan dalam jumlah lebih banyak
dan sering kekurangan, sehingga disebut hara primer. Hara Ca, Mg, dan S
diperlukan dalam jumlah sedang dan disebut hara sekunder. Hara primer dan
sekunder lazim disebut hara makro. Hara Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo, dan Cl
diperlukan tanaman dalam jum-lah sedikit, disebut hara mikro. Sedangkan 3
unsur lainnya yaitu C, H, dan O diperoleh dari air dan udara (Sirappa dan Razak,
2010).
2.2 Peranan Biokompos.
Salah satu teknologi untuk mengatasi kekritisan lahan kering adalah
aplikasi kompos sebagai sumber bahan organic (Hermawan, 1996 dalam
Hastuti, 2009). Kompos dapat memperbaiki struktur tanah, tekstur tanah, tata
air, udara tanah, suhu tanah menjadi lebih stabil, meningkatkan retansi hara,
memperbaiki sifat kimiawi tanah karena daya absorbsi dan daya tukar kation
yang besar, memperbaiki sifat biologi tanah yaitu memperbaiki kehidupan
mikroorganisme di dalam tanah (Retno dan Sri, 2009).
Berkelaar, (2001) melaporkan bahwa kompos dapat dibuat dari macam-
macam sisa tanaman (seperti jerami, serasah tanaman, dan bahan dari tanaman
lainnya), dengan tambahan pupuk kandang bila ada. Sementara itu Hastuti,
(2009) menyatakan bahwa Pengomposan merupakan proses mikrobiologis
yang mengubah bahan organik menjadi substansi humus yang berwarna hitam,
tidak berbau dengan rasio C/N rendah sehingga dapat meningkatkan
ketersediaan nutrient tanaman.
Dilaporkan pula bahwa kompos adalah hasil dekomposisi tidak lengkap,
yang dipercepat secara artifisial (tidak alami) dari campuran bahan-bahan
organik oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
11

hangat, lembab dan aerobic atau anaerobik (Crawford 2003 dalam Fitriyah
2013). Sebagaimana dijelaskan oleh Sutanto, (2002) bahwa proses pembuatan
kompos dapat berlangsung melalui 2 (dua) sistem yaitu :
a. Pengomposan aerob; dalam sistem ini kurang lebih 2/3 unsur karbon (C)
menguap (menjadi CO2) dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan
nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak
timbul bau busuk. Selama proses pengomposan berlangsung akan
terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul bau panas akibat pelepasan
energi. Kenaikan temperatur dalam timbunan bahan organik
menghasilkan temperatur yang menguntungkan mikroorganisme
termofilik.
b. Pengomposan anaerob; pada sistem ini peruraian bahan organik akan
terjadi pada kondisi anaerob (kelangkaan oksigen). Pertama kali bakteri
fakultatif penghasil asam menguraikan bahan organik menjadi asam
lemak, aldehida dll, kemudian bakteri kelompok lain mengubah asam
lemak menjadi metana, amoniak, CO2 dan hidrogen. Dengan demikian
oksigen juga diperlukan untuk proses dekomposisi anaerob tetapi
sumbernya dari senyawa kimia lain bukan berasal dari oksigen bebas.
Untuk meningkatkan efektifitas kompos, maka kompos akan diberikan
perlakuan tambahan sehingga menghasilkan biokompos. Sebagaimana
dilporkan oleh Crawford (2003 dalam Fitriyah 2013) bahwa biokompos adalah
kombinasi kompos (pupuk organik) yang ditambah dengan mikroba berguna
(Effective Microorganism) seperti compoStar dimana compoStar sendiri
mengandung Trichoderma sp. yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman.
Dilaporkan pula bahwa biokompos merupakan kompos yang diproduksi dengan
bantuan mikroba lignoselulolitik unggul lokal NTB (jamur endofit T. koningii
isolat ENDO-02 dan jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07) yang tetap
bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
12

penyakit tanaman dan agensia pengurai bahan organik, proses pengomposan


dapat dipercepat dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer)
yang berkemampuan tinggi (Sudantha, 2010 a dan 2011 b).
Untuk membuat biokompos dilakukan tindakan fermentasi pada
kompos. Fermentasi pada kompos dimaksudkan untuk meningkatkan
kandungan hara kompos yang amat diperlukan bagi tanaman. untuk
meningkatkan mutu kompos beberapa pihak telah menggunakan inokulan
khusus seperti teknologi Biotrichon (Trichoderma sp.) (Sudantha, 2011 b).
Trichoderma sp. pada biokompos dapat menghasilkan enzim selulase
serta enzim lain yang dapat mendegradasi ikatan kompleks polisakarida pada
zat kayu maka pembusukam bahan organik terjadi dalam waktu yang sangat
cepat oleh sebab itu Trichoderma sp. ini sangat cocok dijadikan sebagai
stimulator atau bertindak dalam mempercepat pengomposan (Retno dan Sri,
2009).
Biokompos hasil fermentasi jamur Trichoderma sp. dapat berfungsi
untuk: (1) sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme
tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,
memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi
kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainase dan tata udara pada
tanah berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh
dan berkembang lebih baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikrobia
antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah (Sudantha dan Suwardji,
2013).
Dilaporkan pula bahwa penggunaan biokompos (hasil fermentasi jamur
saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. koningii isolat
ENDO-02) pada tanaman kedelai, dapat meningkatkan ketahanan terinduksi
terhadap patogen tular tanah serta meningkatkan hasil kedelai dirumah kaca
(Sudantha, 2009). Sebagaimana hasil penelitian Mas’ad, (2012) membuktikan

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
13

bahwa kedelai varietas Anjasmoro memberikan respon baik terhadap


pemberian biokompos hasil fermentasi jamur endofit dan saprofit Trichoderma
sp. Aplikasi biokompos pada saat pengolahan tanah dan pada lubang tanam
dapat memacu pembungaan lebih awal pada semua varietas kedelai yang di uji.
Selanjutnya Ernawati dan Sudantha (2009 dalam Purnama 2014) menegaskan
bahwa penggunaan biokompos ini pada bibit vanili dapat meningkatkan
ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium dan dapat memacu
pertumbuhan vegetatif bibit vanili.
2.3 Peranan Trichoderma spp.
Trichoderma spp. merupakan cendawan yang bersifat antagonis
terhadap cendawan patogen. Penggunaan cendawan ini tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan dan dapat meningkatkan keseimbangan ekosistem.
Trichoderma sp. dapat berkembang biak di berbagai jenis tanah kemampuannya
dengan menghasilkan antibiotika yang dapat menekan pertumbuhan patogen
tular tanah. Pemanfaatan Trichoderma spp. sebagai inokulum untuk
mendekomposisi bahan organik sehingga dapat memberikan kontribusi positif
bagi pembangunan pertanian yang berwawasan (Suprapto, 2013). Susanto et
al., (2005 dalam Firmansyah, 2010) membuktikan bahwa pemberian
Trichoderma sp. konsentrasi 5% merupakan konsentrasi terbaik sebagai
fungisida.
Trichoderma harzianum mampu menekan Fusarium oxysporum
Fusarium gladioli penyebab layu pada tanaman gladiol (Rokhlani, 2005 dalam
Santoso et al., 2007). Sedangkan Trichoderma koningii dikenal sebagai jenis
kapang selulolitik dengan aktivitas selulase yang tinggi (Halliwell et al., 1985
dalam Ginting dan Krisnan, 2006). Mekanisme antagonisme jamur endofit T.
Koningii isolat ENDO-02 dalam menekan pertumbuhan jamur F. oxysporum,
F. glycine, yaitu dengan mikoparasit, kompetisi dan antibiosis (Sudantha,
2009).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
14

Penambahan larutan konsentrasi Trichoderma koningii 30 ml


menyebabkan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik pada tanaman nilam
(Widiatmoko, 2007). Selanjutnya Ginting dan Maryono, (2011) melaporkan
bahwa Trichoderma harzianum menurunkan keparahan penyakit pada batang
lada.
Trichoderma harzianum terbukti paling sesuai untuk mempercepat
pengomposan (Kabbashi, 2002 dan Notohadiprawiro, 2006). Dilaporkan pula
bahwa pemberian kompos yang dibuat dengan aktivator Trichoderma spp.
dapat meningkatkan hasil panen 20% dibandingkan dengan penggunaan
takaran penuh pupuk buatan (Notohadiprawiro, 2006).
Secara makroskopis Trichoderma sp. dapat tumbuh dengan cepat dalam
5 hari pada suhu 250 C dengan membentuk koloni (Purwantisari dan Hastuti,
2009). Dilaporkan pula bahwa isolat jamur saprofit Trichoderma sp. ini
mengeluarkan substansi kimia atau hormon yang didifusikan ke dalam jaringan
tanaman yang dapat memacu pembungaan (Sudantha, 2007 dalam Sudantha,
2011 b). hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sudantha, (2010 b) yang
membuktikan bahwa aplikasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 lebih memacu
pertumbuhan dan tinggi tanaman kedelai, sedangkan jamur T. harzianum isolat
SAPRO-07 lebih memacu keluarnya bunga lebih awal, menambah polong isi
dan bobot biji kering kedelai per tanaman.
Jamur T. harzianum dapat meningkatkan perkecambahan benih dan
pertumbuhan tanaman (Windham et al., 1986 dalam Sudantha, 2011 b).
Sedangkan jamur endofit antagonistik T. koningii efektif mengendalikan
patogen tular tanah secara in-vitro dan in-vivo hingga mencapai 90%
(Sudantha, 2008). Sebagaimana dilaporkan oleh Sudantha, (2010 b) bahwa
aplikasi jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07
secara mandiri dan campuran dapat meningkatkan ketahanan terinduksi

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
15

tanaman kedelai terhadap penyakit layu Fusarium baik pada varietas Willis
maupun Anjasmoro.
Jamur T. harzianum selain digunakan sebagai biokompos dapat juga
digunakan sebagai biofungisida untuk pengandialan penyakit yang disebabkan
oleh patogen tular tanah (Sudantha, 1997). Selain jamur Trichoderma spp. yang
bersifat saprofit antagonis terdapat juga yang bersifat endofit antagonis seperti
yang dilaporkan oleh Sudantha dan Abadi (2006); Sudantha (2007) dan
Sudantha dan Abadi (2007) bahwa jamur Trichoderma spp. endofit antagonis
efektif mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman vanili. Sudirman
dan Sudantha (2013) mengatakann bahwa jamur Trichoderma spp. yang
dicampur dengan MOL gula aren dan ekstrak daun legundi dapat
mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai.

Biokompos yang mengandung jamur Trichoderma spp. dapat


meningkatkan ketahanan induksi penyakit busuk batang. Peran yang lain dari
biokompos adalah dapat merangsang pembentukan tunas bunga lebih awal
pada fase vegetatif tanaman vanili (Sudantha, 2009), selanjutnya Sudantha,
Kusnarta, Rahayu dan Sudana (2009) melaporkan bahwa aplikasi biokompos
pada tanaman pisang juga dapat meningkatkan ketahanan induksi terhadap
penyakit layu Fusarium. Demikian pula Sudantha (2010) menyatakan bahwa
pada tanaman kedelai yang diperlakukan dengan bikompos juga dapat
meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium.
Peran Trichoderma spp. sebagai biodekomposer dalam pembuatan
biokompos, sehingga dapat menyuburkan tanah dan menekan perkembangan
patogen tular tanah (Sudantha, 2010a). Hal ini diperlihatkan pada tanaman
kedelai yang diaplikasikan dengan biokompos yang mengandung jamur
Trichoderma spp. dapat menekan perkembangan jamur F. oxysporum,
akibatnya tanaman kedelai tidak menunjukkan penyakit layu (Sudantha,
2010b). Lebih lanjut Sudantha dan Abadi (2011) mengatakan bahwa jamur
*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
16

endofit Trichoderma spp. (isolat Endo-02 dan Endo-04) dan jamur saprofit
Trichoderma spp. (isolat Sapro-07 dan Sapro-09) yang diaplikasikan dalam
bentuk biokompos dapat meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili terhadap
penyakit busuk batang Fusarium. Menurut Sudantha (2014), beberapa patogen
tular tanah seperti jamur Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia sp., Phytium sp.,
Phytophthora sp., dan Verticilium sp. dapat ditekan perkembangannya dalam
tanah menggunakan jamur Trichoderma spp.

2.4 . Peranan Biochar Tempurung Kelapa


Pemanfaatan dan pengembangan pertanian lahan kering belum
memberikan hasil yang sempurna karena adanya berbagai kendala seperti
ketersediaan sumberdaya air yang terbatas, tanah yang kurang subur, dan
penerapan teknologi pertanian yang belum memadai, untuk itu diperlukan suatu
kebijakan pembangunan lahan kering di Propinsi NTB (Suwardji, et al., 2003).
Untuk mengoptimalkan produksi lahan, dilakukan perbaikan terhadap tanah-
tanah yang rusak melingkupi, penyediaan air, perbaikan aerasi tanah dan
penggunaan bahan organik (Arsyad, 2012).
Penggunaan bahan organik sebagai pembenah tanah yang dapat
membantu dalam menyediakan hara hanya bersifat jangka pendek, karena
cepatnya proses dekomposisi, dan biasanya mengalami mineralisasi menjadi
CO2 sehingga mengkibatkan emisi. Karena itu penambahan bahan organik ke
tanah harus setiap tahun untuk mempertahankan produktivitas. Biochar atau
arang hayati dapat mengatasi keterbatasan tersebut (Gani 2009).
Biochar sangat mudah diproleh, mengingat bahwa potensi tempurung
kelapa di Indonesia sangat besar dengan luas areal tanaman kelapa di Indonesia
tergolong terluas di dunia yaitu mencapai 3,7 juta hektar dengan produksi kopra
sebesar 3 juta ton (Ditjen Bina Produksi, 2001 dalam Nurida et al., 2008).
Sementara itu Lombok menyediakan sumber limbah bahan organik tempurung
*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
17

kelapa yaitu 56,180 ton per tahun, potensi ini sangat cocok dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan biochar (Sukartono, 2011).
Di daerah Lombok, biochar biasanya digunakan di lahan kering, dan di
dataran tinggi (Sukartono, 2012). Sebagaimana dilaporkan oleh Sudantha dan
Suwardji, (2012) bahwa biochar dapat digunakan pada tanah pasiran dengan
tingkat kesuburan rendah, artinya biochar sangat cocok digunakan di lahan
kering pasiran Kabupaten Lombok Utara.
Biochar merupakan bahan padatan yang terbentuk melalui proses
pembakaran bahan organik tanpa oksigen (pyrolysis) pada temperatur 250-
500°C. Biochar telah terbukti bertahan dalam tanah hingga >1000 tahun
(Nurida dan Rachman, 2009). Biochar dari arang kayu memiliki pori (porous),
bila digunakan sebagai suatu pembenah tanah dapat mengurangi jumlah CO2
dari udara (Gani, 2009). Karena total ruang pori biochar yang cukup tinggi
maka kapasitas air tersedianya juga cukup tinggi (Santi dan Goenadi, 2010).
Dilaporkan pula bahwa biochar menyediakan habitat yang baik bagi
mikroba tanah, dan dapat meningkatkan agregat tanah (Santi dan Goenadi,
2010). Biochar tidak dikonsumsi oleh mikroba seperti bahan organik lainnya
dan dalam jangka panjang biochar tidak mengganggu keseimbangan karbon
nitrogen, bahkan mampu menahan dan menjadikan air dan nutrisi lebih tersedia
bagi tanaman (Anischan, 2010).
Muatan negative pada biochar berasal dari hasil reaksi oksidasi dan
reduksi antara partikel biochar dengan oksigen di dalam tanah (Multazam,
2012). Muatan negative pada biochar dapat meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah untuk meretensikan air dan hara (Dediek 2008 dalam Purnama
2014). Keberadaan biochar mampu memacu aktivitas kehidupan mikrobiologi
tanah, terutama yang berasosiasi dengan akar tanaman. Dengan meningkatnya
pH tanah oleh Biochar, maka dapat mengurangi penjerapan hara oleh kation
penyebab asam pada tanah (Nurida dan Rachman, 2009).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
18

Karakteristik biochar tergantung pada sumber pembuatnya,


sebagaimana ditunjukkan pada gambar FTIR (Fourier Transformation
Infrared) dari biochar skam padi, biochar kotoran sapi, dan biochar tempurung
kelapa berikut.

Gambar 2.2. FTIR Biochar Kotoran Sapi


(Sukartono et.al., 2011)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
19

Gambar 2.3. FTIR Biochar Skam Padi


(Sukartono et.al., 2011)

Gambar 2.4. FTIR Biochar Tempurung Kelapa


(Sukartono et.al., 2011)
*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
20

Tabel 2.1. Kelompok Fungsional Utama Senyawa Dalam Biochar Kotoran Sapi,
Tempurung Kelapa Dan Skam Padi.

(Silvestein dalam Surianingsun, 2012).


Tabel di atas menunjukkan bahwa biochar kotoran sapi, tempurung
kelapa, dan skam padi memiliki gugus fungsional yang berbeda. Dari data
jumlah glombang dapat diketahui bahwa ikatan kimia yang paling banyak
adalah bentuk ikatan gugus keton (C-C), aldehid (C-H), dan karboksilat (C=O)
dan mengandung gugus aromatic (C=C).
Kuwagaki dan Tamura (1990 dalam Surianingsun, 2012) menyatakan
bahwa untuk pertanian maka biochar yang sesuai ditentukan oleh pH,
kandungan abu, kapasitas pengikat air, volume pori dan kapasitas permukaan.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
21

Tabel 2.1. Karakteristik Dari Beberapa Bahan Biochar

Deskripsi: Deskripsi: Deskripsi:


Biochar kotoran sapi 70 % Biochar sekam padi 65 % Biochar tempurung kelapa
Kadar air 8,2 % Kadar air 5,4 % 65,82%
pH 8,9 pH 6,7 Kadar air 5,6 %
C 23,53% C % pH 9,9
N 0,73 % N 0,42 % C 80,59 %
P 0,57 % P 0,151 % N 0,34 %
K 0,69 % K 0,06 % P 0,10 %
Ca 0,51 % Ca 0,0001 % K 0,84 %
Na 0,15 % Na % Ca 0,04 %
Mg 0,44 % Mg 0,0033 % Na 0,12 %
Abu 75,34 % Abu 56,87% Mg 0,06 %
KTK 16,79 cmol kg-1 KTK 17,23 cmol kg-1 Abu 7,36%
C/N 32,23 C/N 75,19 KTK 11,78 cmol kg-1
C/N 237,03
(Sukartono et.al., 2011).

Dari Tabel di atas dapat diketahui bahwa biochar tempurung kelapa


memiliki pH tertinggi (9,9), kadar C organik tertinggi (80,59) dan C/N rasio
tertinggi (237,03) sehingga penguraian di dalam tanah itu lebih lama.
Bahan baku biochar yang yang berasal tempurung kelapa akan
menghasilkan karbon yang tinggi pula (Multazam, 2012). Pernyataan ini di
dukung oleh Penelitian Nurida (et al., 2008) yang menunjukkan bahwa
tempurung kelapa memliki kandungan C yang cukup tinggi yaitu 24,33 %
dengan kandungan N yang paling rendah yaitu 0,20 % sehingga memiliki C/N
rasio yang cukup tinggi yaitu 122 % dibandingkan dengan biochar yang berasal
dari kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit dan sekam padi.
Multazam, (2012) menyatakan bahwa biochar dapat meretensikan NO3-
yang mudah terlindi (leaching) atau hilang. Hal ini sesuai dengan hasil

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
22

penelitian Surianingsun, (2012) yang membuktikan bahwa penggunaan biochar


tempurung kelapa berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan pupuk
nitrogen, karena biochar tepurung kelapa memilki positive charge yang dapat
mengabsorsi hara bermuatan negative separti NO3- dalam bentuk ikatan C-N
sehingga hara ini retensi di dalam tanah dan terhindar dari pelindian (leaching).
Selanjutnya hasil penelitian Wiryono, (2012) menunjukkan bahwa pemberian
biochar tempurung kelapa dapat meningkatkan kandungan hara tanah
Inceptisol, serta dapat memperbaiki sifat kimia tanah berupa C organik tanah,
N-Total, rasio C/N tanah, pH tanah dan KTK.

2.5 Peranan Biochar Tempurung Kelapa Dan Biokompos Terhadap


Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea Mays L) Di Lahan Kering NTB.

Sektor pertanian adalah salah satu sektor andalan pembangunan di


Pembangunan pertanian lahan kering merupakan unggulan dan andalan masa
depan Provinsi NTB, karena 84 % dari luas wilayah NTB yaitu sekitar 1,8 juta
ha merupakan lahan kering yang mempunyai potensi dikembangkan menjadi
lahan pertanian yang produktif (Suwardji, 2003). Namun sebagian besar lahan
kering tingkat kesuburannya rendah dan sumber pengairannya terbatas kecuali
dari curah hujan yang distribusinya tidak bisa dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan menyebabkan produksi pertanian lahan kering sangat rendah Minardi,
(2009). Sementara itu Afrizon, (2009 dalam Sutrisno, 2013) melaporkan bahwa
pengolahan tanah/lahan untuk proses produksi secara terus menerus di lahan
kering akan menyebabkan lahan kering menjadi kurus.
Permasalahan lahan kering dapat ditanggulangi dengan sentuhan inovasi
teknologi agar dapat meningkatkan produktivitasnya, yaitu melalui: tindakan
konservasi tanah dan air, dan penambahan bahan organik) (Minardi, 2009).
Sebagaimana dilaporkan oleh Suntoro, (2003 dan DPTP Jawa Barat, 2013)
bahwa bahwa penerapan system pertanian berbasis organik dapat

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
23

mengembalikan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah, sehingga


tanah lebih mampu memegang air dan kualitasnya semakin baik.
Pemupukan dengan bahan organik juga merupakan tindakan
melancarkan pendauran hara dalam sistem tanah-tanaman perbaikan lingkungan
fisik dan kimia tanah di lahan kering dikerjakan dengan aplikasi pupuk organik
seperti pupuk hijau, biokompos, dan pupuk kandang (Notohadiprawiro, 2006).
Sebagaimana dilaporkan oleh Walimin, (2009) bahwa aplikasi pupuk organik
pada tanaman jagung khusus di lahan kering masam pada saat tanam sebanyak
25-50 gr/ lubang tanam atau setara dengan 1,5 – 3,0 ton/hektar dapat
meningkatkan produksi jagung.
Pertanian menggunakan pupuk organik seperti biokompos merupakan
salah satu system atau model pertanian berkelanjutan dengan memanfaatkan
sumber daya yang dapat diperbaharui (Sudantha, 2011 a). Percobaan di rumah
kaca pada tanaman lain seperti pisang, tomat dan vanili dengan aplikasi
biokompos ternyata dapat meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit
layu Fusarium, yang berarti bahwa aplikasi biokompos dapat meningkatkan
produksi tanaman (Sudantha, 2010 a).
Biokompos dapat membantu dalam memperbaiki sifat fisik tanah
(Sudantha dan Suwardji, 2012). Sudantha, (2008) menyatakan bahwa
pemanfaatan kompos yang mengandung jamur saprofit T. harzianum selain dapat
meningkatkan ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium juga
mampu meningkatkan kesehatan tanaman, memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembuangan serta peningkatan hasil.
Selanjutnya Mas’ad, (2012) menegaskan bahwa biokompos dapat
mengatasi adanya gejala penurunan produktivitas tanah yang disebabkan karena
menurunnya kadar bahan organik tanah, biokompos meningkatkan kandungan
bahan organik dan kandungan unsur hara tanah sehingga terjadi perbaikan sifat

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
24

fisika, kimia dan biologi tanah, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan
produktivitas tanah dan ketahanan tanah terhadap erosi.
Hasil penelitian Mastur, (2014) membuktikan bahwa aplikasi biokompos
di lahan kering dapat meningkatkan pertumbuhan vegetative tanaman jagung,
meningkatkan berat 100 biji tanaman jagung, dan dapat meningkatkan berat
kering panen tongkol jagung.
Pemanfaatan bahan organik dalam kegiatan bercocok tanam memang
berpengaruh positif terhadap kesuburan tanah, namun pengaruhnya berlangsung
singkat (Instant Affect), yakni hanya beberapa musim tanam saja karena proses
mineralisasi bahan organik yang ditambahkan berlangsung sangat cepat. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut maka penambahan bahan organik harus
dilakukan dalam jumlah yang sangat banyak dan berulang-ulang, oleh sebab itu
penggunaan biochar sangat dianjurkan karena mampu bertahan dalam waktu
tahunan (Mas’ad, 2012).
Dengan penambahan biochar pada tanah akan memberikan manfaat yang
cukup besar sebagai deposit karbon dalam tanah biochar bekerja dengan cara
mengikat dan menyimpan CO2 dari udara untuk mencegahnya terlepas ke
atmosfir (Santi, et al., 2010 dalam Wiryono, 2012). Dilaporkan pula bahwa
biochar dapat membantu dalam meningkatkan retensi hara untuk jagung di lahan
kering (Multazam, 2012), meningkatkan KTK tanah (Tambunan, 2014),
meningkatkan ketersediaan air (Goenadi, 2010), meningkatakan P tersedia untuk
tanaman jagung (Sonia, 2014), meningkatkan pH tanah (Surianingsun, 2012),
meningkatkan kandungan hara tanah Inceptisol (Wiryono, 2012), dan dapat
meningkatkan jumlah polong pada tanaman kedelai di lahan kering (Purnama,
2014).

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
25

2.6 Tinjauan Empiris

Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang relevan


sekaligus sebagai sumber refrensi peneliti untuk mengembangkan ide-ide dalam
menciptakan suatu karya ilmiah.
2.6.1 Penelitian oleh Retno Afitin dan Sri Darmanti, (2009) yang berjudul
“Pengaruh Dosis Kompos dengan Stimulator Trichoderma terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Pioner
-11 pada Lahan Kering”. hasil penelitian ini membuktikan bahwa kompos
dengan stimulator Trichoderma dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung pada lahan kering dan dosis 3 kg/m2 merupakan
dosis optimal untuk pertumbuhan dan produksi jagung (Zea mays L.)
varietas Pioner-11.
2.6.2 Penelitian oleh Tambunan et al., (2014) dengan judul “Pengaruh Aplikasi
Bahan Organik Segar Dan Biochar Terhadap Ketersediaan P Dalam Tanah
Di Lahan Kering Malang Selatan”. Penelitian ini membuktikan bahwa
Aplikasi 20 t/ha biochar serasah jagung dan 40 t/ha serasah jagung dapat
meningkatkan P tersedia 242.95%, dan 10,40% KTK. Aplikasi 20 t/ha
biochar serasah jagung tanpa aplikasi seresah jagung menurunkan pH dan
Ca tanah alkalin sebesar 14.47%, 27.19%.
2.6.3 Penelitian oleh Surianingsun, (2012) dengan judul “Kajian Biochar
Tempurung Kelapa Dalam Meningkatkan Hasil Dan Efisiensi Penggunaan
Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Jagung (Zea mays L) Serta Perbaikan Sifat
Tanah Berpasir Kabupaten Lombok Utara. Tesis 2012”. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian biochar tempurung kelapa
dapat menunjukkan efisiensi penggunaan pupuk nitrogen yang tinggi serta
dapat memperbaiki sifat tanah seperti peningkatan C organik tanah, C/N
rasio tanah, dan pH tanah.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
26

2.6.4 Penelitian oleh Multazam, (2012) yang berjudul “Uji Dosis Biochar Dan
Pupuk Nitrogen Terhadap Efisiensi Penggunaan Air Dan Perbaikan Sifat
Fisik Tanah Serta Pertumbuhan Jagung Pada Tanah Pasiran Lombok
Utara”. Biochar yang digunakan berbahan dasar tempurung kelapa dan
hasilnya menunjukkan bahwa pemberian biochar tempurung kelapa
berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air. Efisiensi penggunaan
air cenderung meningkat seiring meningkatnya dosis biochar. Efisiensi
penggunaan air yang cukup tinggi terlihat pada petak yang diaplikasikan
dengan 20 ton/ha biochar tempurung kelapa.
2.6.5 Penelitian oleh Wiryono, (2012) dengan judul “Pemanfaatan Biochar Dan
Kompos Dalam Meningkatkan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Dan
Perubahan Sifat Kimia Tanah Inceptisol Kabupaten Lombok Timur”.
Biochar yang digunakan pada penelitian ini berbahan dasar tempurung
kelapa. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian biochar
tempurung kelapa dapat meningkatkan kandungan hara tanah Inceptisol.
Pemberian biochar tempurung kelapa dapat memperbaiki sifat kimia tanah
berupa C organik tanah, N-Total, rasio C/N tanah, pH tanah dan KTK.
2.6.6 Penelitian oleh Purnama, (2014) dengan judul “Uji Dosis Biokompos Dan
Biochar Terhadap Keragaan Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai Pada Tanah
Entisol”. Biochar yang digunakan berbahan dasar tempurung kelapa. Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa aplikasi biokompos dosis 15 ton/ha
mampu meningkatkan jumlah polong terbentuk yakni sekitar 15,87 % dan
aplikasi biochar 20 ton/ha dapat mempercepat umur tanaman berbunga.
2.6.7 Penelitian oleh Xaverius, (2012) yang berjudul "Pengaruh Pemberian
Jamur (Trichoderma sp.) Sebagai Sumber Pupuk Biologi Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.)". Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa aplikasi Trichoderma sp. dapat meningkatkan tinggi

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
27

tanaman, meningkatkan bobot berangkasan tanaman dan mampu


memperbaiki sifat tanah pada tanah masam maupun alkalin.
2.6.8 Penelitian oleh Mastur, (2014) yang berjudul “Uji Dosis Dan Cara Aplikasi
Biokompos Hasil Fermentasi Jamur Endofit Dan Saprofit Trichoderma sp.
Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Hibrida Di
Lahan Kering”. Penelitian ini membuktikan bahwa aplikasi biokompos
dengan dosis 5 ton/ha dapat meningkatkan pertumbuhan vegetative
tanaman jagung dan meningkatkan berat 100 biji tanaman jagung, aplikasi
biokompos pada lubang tanam dapat meningkatkan berat kering tongkol
jagung.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
28

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
2.1 Kesimpulan
Dari hasil kajian dan penelusuran pustaka di atas maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dapat disimpulkan pula bahwa salah satu cara yang tepat dalam meningkatkan
produktivitas lahan kering yaitu dengan menerapkan pertanian organik yang
ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi biochar dan biokompos serta
agen hayati Trichoderma sp., dan aplikasi dosis yang tepat, maka kondisi lahan
kering dalam hal perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologis tanah, khususnya
dalam retensi air, dan hara dapat tercapai.
2. Biochar dan biokompos stimulator Trichoderma spp memiliki potensi yang
dapat memberikan kontribusi nyata di lahan kering khususnya dapat
memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
jagung di lahan kering
3. Pemanfaatan potensi biokompos dan biochar serta agen hayati Trichoderma sp.
merupakan salah satu cara yang tepat dalam mengembangkan pertanian organik
dan diharapakan memberikan hasil yang optimal dalam setiap kegiatan usaha
tani jagung di lahan kering NTB.
2.2 Saran
1. Perlu dilakukan kajian lebih dalam lagi tentang pemanfaatan biokompos dan
biochar dengan dosis dan cara aplikasi yang tepat agar dapat memberikan
manfaat yang diharapkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
jagung di lahan kering.
2. Diperlukan dukungan dari semua pihak terkait dalam pengembangan pertanian
organik agar pemanfaatan biokompos dan biochar untuk pertanian lahan kering
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat tani sekaligus dalam upaya
mendukung pertanian berkelanjutan yang sehat dan ramah lingkungan.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
29

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman, A., A. Dariah dan A. Mulyani. 2008. Strategi dan Teknologi Pengelolaan
Lahan Kering Mendukung Pengadaan Pangan Nasional. Jurnal Litbang
Pertanian 27(2) 2008.

Adnan, A. M., Rapar C., Zubachtirodin. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung.
Kementerian Pertanian Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman
Pangan Balai Penelitian Tanaman Serealia.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/.pdf. diunduh pada tanggal 17 Juli 2014

Anischan, G. 2010. Multiguna Arang - Hayati Biochar. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi. Sinar Tani Edisi 13 – 19 Oktober 2010. digilib.unila.ac.id/770/13
diunduh tanggal 10 September 2013.

Aqil, M., Firmansyah, U. I., Akil, M. 2007 Pengelolaan Air Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia,
maroshttp://203.176.181.70/bppi/lengkap/bpp10251.pdf diunduh pada
tanggal 18 juni 2014

Azrai. 2004. Penampilan Varietas Jagung Unggul Baru Bermutu Protein Tinggi di Jawa
dan Bali.
http://indoplasma.or.id/publikasi/buletin_pn/pdf/buletin_pn_10_2_2004_49-
55_azrai.pdf diunduh pada tanggal 17 September 2014

BAPPEBTI. 2012. Gudang SRG Solusi Impor Jagung.


http://www.bappebti.go.id/id/edu/articles/detail/2989.html diunduh pada
tanggal 17 Juni 2014

Berkelaar. 2001. Sistem Intensifikasi Padi (The System Of Rice Intensificasion – Sri) :
Sedikit Dapat Memberi Lebih Banyak.
Http://www.elsppat.or.id/download/file/sri.pdf diunduh pada tanggal 17 juni
2014

BPS NTB. 2014. Berita resmi statistik. Angka Sementara Tahun 2013 Produksi Padi Dan
Palawija Provinsi Nusa Tenggara Barat.
http://ntb.bps.go.id/data_uploads/brs/brs-2014-03-03-padi-jagung.pdf.
diunduh pada tanggal 17 Juni 2014

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
30

BPS. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 45 Februari 2014.
http://www.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2014.pdf diunduh pada
tanggal 17 Juni 2014

DPTP Jawa Barat. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (Sl-Ptt) Padi Dan Jagung Di Jawa Barat Tahun 2013
http://diperta.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/JUKLAK_SL-
PTT_SEREALIA_PROVINSI_2013_FINAL.pdf diunduh pada tanggal 17
Juni 2014

Endah. 2009. Aplikasi Kompos Sampah Organik Berstimulator Em4 Untuk


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays, L.) Pada Lahan
Kering Laboratorium Biologi Struktur Dan Fungsi Tumbuhan Jurusan
Biologi Fmipa Undip

Firmansyah. 2010. Tehnik Pembuatan Kompos. Peneliti Di Balai Pengkajian Teknologi


Pertanian (Bptp) Kalimantan Tengah.
Http://kalteng.litbang.deptan.go.id/ind/images/data/teknik-kompos.pdf
diunduh pada tanggal 18 Juni 2014

Fitriyah, L. 2013. Pengaruh Pemberian Bio-Kompos Terhadap Peningkatan Tampilan


Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hibrida Bisi-2.
http://azalia25.blogspot.com/2013/01/pengaruh-pemberian-bio-kompos-
terhadap_29.html diakses pada tanggal 11 September 2014

Gani. 2009. Potensi Arang Hayati Biochar Sebagai Komponen Teknologi Perbaikan
Produktivitas Lahan Pertanian. Peneliti balai balai besar penelitian tanaman
padi, sukamandi. Gani: arang hayati “biochar” sebagai komponen perbaikan
produktivitas lahan. Iptek tanaman pangan vol. 4 no. 1 – 2009
http://pangan.litbang.deptan.go.id/files/03-anischan.pdf diunduh pada
tanggal 1 juni 2014

Ginting dan Maryono. 2011. Efikasi Trichoderma harzianum Dengan Berbagai Bahan
Organik Dalam Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Lada.
Vol. 11, no. 2: 147 – 156, september 2011.
Http://journal.unila.ac.id/index.php/jhtrop/article/viewfile/747/1024 diunduh
pada tanggal 18 juni 2014

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
31

Ginting dan Krisnan. 2006. Pengaruh Fermentasi Menggunakan Beberapa Strain


Trichoderma Dan Masa Inkubasi Berbeda Terhadap Komposisi Kimiawi
Bungkil Inti Sawit.
Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas/pro06-141.pdf
diunduh pada tanggal 18 Juni 2014

Hapsari, D. T., Muslich, M., Hanani, N., Astuti, R D. 2009. Dampak Konversi Jagung
Sebagai Etanol Di Pasar Dunia Terhadap Ketersediaan Jagung Di Indonesia.
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/JAE%2027-2d.pdf diunduh pada
tanggal 25 Juni 2014

Hastuti. 2009. Aplikasi Kompos Sampah Organik Berstimulator Em4 Untuk


Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays, L.) Pada Lahan
Kering.http//ejournal.undip.ac.id diunduh pada tanggal 1 juni 2014

Kabbashi. 2002. Study Of Culture Condition For Solid State Fermentation Of Sewage
Treatment Plant Sludge To Compost. Universiti putra malaysia.
Http://psasir.upm.edu.my/10593/1/fk_2002_13_a.pdf diunduh pada tanggal
18 juni 2014

Ma’shum, M. (1990). Studi Tahana Bahan Organik Tanah Di Pulau Lombok. Laporan
Hasil Penelitian Dana DPP, Universitas Mataram.

Ma’shum, M., E, S. Lolita., Sukartono, K, Kunto. 2003. Optimasi Pemanfaatan


Sumberdaya Lahan Kering Untuk Pengembangan Budidaya Kedelai Dan
Jagung Melalui Pendekatan Biologi Dan Pemanenan Air Hujan Menuju
Pertanian Berkelanjutan. Laporan Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT)
Tahun 2003.

Mas’ad. 2012. Uji Cara Aplikasi Biokompos Pada Beberapa Varietas Kedelai di Lahan
Kering. tesis 2013

Mastur. 2014. Uji Dosis Dan Cara Aplikasi Biokompos Hasil Fermentasi Jamur Endofit
Dan Saprofit Trichoderma sp. Dalam Meingkatkan Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Jagung Hibrida Di Lahan Kering. Tesis 2014

Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering Untuk Pengembangan


Pertanian Tanaman Pangan. Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Tanah.
Universitas Sebelas Maret.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
32

Multazam. 2012. Uji Dosis Biochar Dan Pupuk Nitrogen Terhadap Efisiensi Pengunaan
Air Dan Perbaikan Sifat Fisik Tanahserta Pertumbuhan Jagung Pada Tanah
Pasiran Lombok Utara. Tesis 2012

Notohadiprawiro. 2006. Budidaya Organik Suatu Sistem Pengusahaan Lahan Bagi


Keberhasilan Program Transmigrasi Pola Pertanian Lahan Kering.
Http://soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1992-budidaya-organik-suatu.pdf
diunduh pada tanggal 17 juni 2014

Nurida dan Rachman. 2009. Alternatif Pemulihan Lahan Kering Masam Terdegradasi
Dengan Formula Pembenah Tanah Biochar Di Typic Kanhapludults
Lampung.
Http://balittanah.litbang.deptan.go.id/ind/dokumentasi/lainnya/59%20terdeg
radasi.pdf diunduh pada tanggal 4 juni 2014

Nurida, N. L., Dariah, A., dan Rachman, A. 2008. Kualitas Limbah Pertanian Sebagai
Bahan Baku Pembenah Tanah Berupa Biochar Untuk Rehabilitasi Lahan
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/eng/dokumentasi/prosiding2008pdf/nen
eng_biochar.pdf diunduh pada tanggal 17-06-2014

Purnama, M. 2014. Uji Dosis Biokompos Dan Biochar Terhadap Keragaan Pertumbuhan
Dan Hasil Kedelai Pada Tanah Entisol. Tesis 2014.

Purwantisari dan Hastuti. 2009. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Indigenous Rhizosfer
Tanaman Kentang Dari Lahan Pertanian Kentang Organik Di Desa Pakis,
Magelang http://soil.blog.ugm.ac.id/files/2006/11/1992-budidaya-organik-
suatu.pdf diunduh pada tanggal 17 juni 2014

Purwanto. 2007. Perkembangan Produksi Dan Kebijakan Dalam Peningkatan Produksi


Jagung. Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Http://203.176.181.70/bppi/lengkap/bpp10230.pdf diunduh pada tanggal 18
juni 2014

Rauf. 2009. Penampilan Agronomi Beberapa Varietas Jagung Pada Dua Zona
Agroekologi Di Papua.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/1bpros11.pdf
diunduh pada tanggal 18 Juni 2014

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
33

Retno dan Sri. 2009. Pengaruh Dosis Kompos Dengan Stimulator Trichoderma Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Varietas Pioner -
11 Pada Lahan Kering. Laboratorium Biologi Struktur Dan Fungsi
Tumbuhan, Jurusan Biologi Fmipa Undip Bioma, desember 2009 issn: 1410-
8801 vol. 11, no. 2, hal. 69-75
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/viewfile/3365/3026
diunduh pada tanggal 19 Juni 2014

Rochani. 2008. Bercocok Tanam Jagung. Buku Pengayaan Seri Bercocok Tanam.
Jakartan Timur : Azka Press. 55 halaman

Rostaliana, Pevi and Priyono, Prawito and Edhi, Turmudi. 2013. Pemanfaatan Biochar
Untuk Perbaikan Kualitas Tanah Dengan Indikator Tanaman Jagung Hibrida
Dan Padi Gogo Pada Sistem Lahan Tebang Bakar. Masters thesis, fakultas
pertanian unib. http://repository.unib.ac.id/id/eprint/1377 diakses pada
tanggal 11 September 2014

Rukmana, R. 2007. Jagung Budidaya Pacsa Panen Dan Penganekaragaman Pangan.


Penerbit CV. Aneka Ilmu .Semarang.

Santi dan Goenadi. 2010. Pemanfaatan Biochar Sebagai Pembawa Mikroba Untuk
Pemantap Agregat Tanah Ultisol Dari Taman Bogo-Lampung. Balai
penelitian bioteknologi perkebunan. 52 menara perkebunan 2010, 78(2), 52-
60 http://www.ibriec.org/menara_perkebunan/download.php?id=89 diunduh
pada tanggal 19 Juni 2014

Santoso, E. S., Soesanto, L., dan Haryanto, T. A. D. 2007. Penekanan Hayati Penyakit
Moler Pada Bawang Merah Dengan Trichoderma Harzianum, Trichoderma
Koningii, Dan Pseudomonas Fluorescens P60
http://journal.unila.ac.id/index.php/jhtrop/article/viewfile/275/493 diunduh
pada tanggal 18 Juni 2014

Sirappa dan Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung Melalui Pemberian Pupuk
N, P, K Dan Pupuk Kandang Pada Lahan Kering Di Maluku.Prosiding Pekan
Serealia Nasional, 2010.
Http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/p36.pdf diunduh
pada tanggal 19 juni 2014

Sonia, T. 2014. Pengaruh aplikasi Bahan Organik Segar Dan Biochar Terhadap
Ketersediaan P Dalam Tanah Di Lahan Kering Malang Selatan.
http://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/viewfile/103/112 diunduh pada
tanggal 4 Juni 2014
*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya
Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
34

Sudana. 2005. Perkembangan Jagung Pada Dekade Terakhir Serta Peluang


Pengembangan Kedepan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Badan
Litbang Pertannian, Departemen Pertanian Bogor.
Http://ojs.unud.ac.id/index.php/soca/article/viewfile/4069/3058 diunduh pada
tanggal 18 juni 2014

Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai Biofungisida


Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Kedelai dan
Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Direktorat Pembinaan Penelitian
dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili (Vanilla
planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan Ketahanan Vanili
Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Penelitian Fundamenatal DP3M
DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram 107 hal.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit Antagonistik
Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae
Pada Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat. Disertasi Program
Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. 337 hal.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2007. Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme


Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada
Tanaman Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38.
(http://eprints.unram.ac.id/4637/)

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04 serta
SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan Bioaktivator
Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan Pengembangannya pada
Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di NTB. Laporan Penelitian
Hibah Kompetensi DP2M - Fakultas Pertanian Universitas Mataram,
Mataram. 117 hal.

Sudantha, I. M. 2009. Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk Pengendalian


Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman Vanili. Agroteksos,
19 (3). PP. 89-100. ISSN 0852-8286 (http://eprints.unram.ac.id/4638/)

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
35

Sudantha, I. M.; I. G. M. Kusnarta, M. Rahayu; I. N. Sudana. 2009. Karakterisasi dan


Potensi Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Untuk Meningkatkan
Ketahanan Induksi Tanaman Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium di
Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Kerjasama Kemitraan Pertanian
Perguruan Tinggi (KKP3T) Badan Litbang Deptan, Mataram. 109 hal.

Sudantha, I. M. (2010). Pengujian Beberpa Jenis Jamur Endofit dan Saprofit


Trichoderma spp. terhadap Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Kedelai.
Agroteksos, 20 (2-3). Pp. 90-102. Issn 0852-8286

Sudantha dan Suwardji. 2013. Pemanfaatan Biokompos, Bioaktivator Dan Biochar


Untuk Meningkatkan Hasil Jagung Dan Berangkasan Segar Pada Lahan
Kering Pasiran Dengan Sistem Irigasi Sprinkler Big Gun . Usul penelitian
unggulan strategis tema: ketahanan dan keamanan pangan (food safety &
security) fakultas pertanian universitas mataram desember, 2013. Laporan
Penelitian Strategis Nasional. 109 halaman

Sudantha, I. M. 2011a. Makalah Seminar Regional Potensi Pengembangan Pertanian


Organik Sebagai Salah Satu Model Pertanian Terpadu Berkelanjutan.

Sudantha, I. M. 2011 b. Uji aplikasi beberapa jenis biokompos (hasil fermentasi jamur
t. Koningii isolat endo-02 dant. Harzianum isolat sapro-07) pada dua varietas
kedelai terhadap penyakit layu fusarium dan hasil kedelai. Agroteksos vol. 21
no.1, april 2011 http://fp.unram.ac.id/data/2012/04/21-1_05-sudantha-revisi-
_rev-wangiyana_.pdf diunduh pada tanggal 19-06-2014

Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit


Trichoderma spp. Terhadap penyakit layu fusarium pada tanaman kedelai
http://fp.unram.ac.id/data/2012/04/20-2-3_02-sudantha_rev-
wangiyana__p.pdf diunduh pada tanggal 17 juni 2014

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi jamur Trichoderma spp. (isolat endo-02 dan 04 serta
sapro-07 dan 09) sebagai biofungisida, dekomposer dan bioaktivator
pertumbuhan dan pembungaan tanaman vanili dan pengembangannya pada
tanaman hortikultura dan pangan lainnya di NTB. Laporan penelitian hibah
kompetensi dp2m - fakultas pertanian universitas mataram, mataram. 117 hal.

Sudantha, I. M. 2009. Laporan penelitian uji antagonisme jamur endofit dan saprofit
terhadap jamur fusarium Oxysporum f. Sp. Glycine pada tanaman kedelai.
Fakultas pertanian universitas mataram. 50 hal.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
36

Sudantha, I. M. 2010 a. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida Dan


Biokompos Pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Mataram,
Mataram.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2012. Pemanfaatan Bioaktivator dan Biokompos


(Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan Mikoriza) Untuk Meningkatkan
Kesehatan, Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai Di Lahan Kering.
Penelitian Hibah Pascasarjana PM-PSLK Universitas Mataram.

Sukartono, 2012. Teknologi Biochar Suburkan Tanah Berpasir 2012. www. Teknologi
Biochar Suburkan Tanah Berpasir _ Media Center Kendedes _ Info Publik
Malangkota.htm diunduh Selasa 10 September 2013.

Sukartono. 2011. Pemanfaatan Biochar Sebagai Bahan Amendemen Tanah Untuk


Meningkatkan Efisiensi Penggunaan Air Dan Nitrogen Tanaman Jagung (Zea
Mays) Di Lahan Kering Lombok Utara. Laporan Hasil Penelitian Disertasi
Doktor Tahun Anggaran 2011
http://karyailmiah.fp.ub.ac.id/fp/wpcontent/uploads/2012/11/sukartono. Pdf
diunduh pada tanggal 16 juni 2014

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji efektivitas beberapa jenis jamur endofit
Trichoderma spp. isolat lokal NTB terhadap jamur Fusarium oxysporum f.
sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit vanili. Jurnal Crop
Agro Pertanian. Vol 4 No 2 (2011). 57 - 63.

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan Pengendaliannya.


Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-1025-56-0. 250 hal.

Sudirman, dan I. M. Sudantha. 2013. Pemanfaatan MOL gula aren dan ekstrak daun
legundi yang mengandung jamur Trichoderma harzianum untuk
mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii dan ulat spodoptera pada tanaman
kedelai.. Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering,
Mataram. 23 hal.

Suntoro. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah Dan Upaya
Pengelolaannya. Pidato pengukuhan guru besar ilmu kesuburan tanah fakultas
pertanian universitas sebelas maret diucapkan di muka sidang senat terbuka
universitas sebelas maret surakarta pada tanggal 4 januari 2003

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
37

Surianingsun. 2012. Kajian Biochar Tempurung Kelapa Dalam Meningkatkan Hasi L


Dan Efisiensi Penggunaan Pupuk Nitrogen Pada Tanaman Jagung (Zea mays
L) Serta Perbaikan Sifat Tanah Berpasir Kabupaten Lombok Utara. Tesis
2012

Susanto dan Sirappa. 2005. Prospek Dan Strategi Pengembanga Jagung Untuk
Mendukung Ketahanan Pangan Di Maluku.
Http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3242054.pdf diunduh pada
tanggal 17 juni 2014

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Jakarta.

Sutrisno, B. 2013. Kajian Aplikasi Kompos dan Mol Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L) Program Magister
Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Pasca Sarjana Universitas Mataram.

Suwardji, G., Suardiari., A, Hippi. 2007. Meningkatkan Efisisensi Air Irigasi Dari
Sumber Air “Sumber Air Tanah Dalam” Pada Lahan Kering Pasiran Lombok
Utara Menggunakan Teknologi Irigasi Springkler Big Gun. Prosiding
Kongres Nasional HITI IX, 5-7 Desember 2007, Yogyakarta.

Suwardji, S., Tejowulan., A, Rakhman., B, Munir. 2003. Rencana Strategis


Pengembangan Lahan Kering Provinsi NTB. Bappeda NTB. 157 Halaman.

Suwardji. 2006. Skenario System Budidaya Tanaman Yang Dapat Meningkatkan


Efisiensi Penggunaan Air Irigasi Dari Sumber Air Tanah Dalam Dan Nitrogen
Pada Lahan Kering Pasiran Di Lombok Utara. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Lahan Kering Univesitas Mataram. Mataram.

Umiyasih dan Wina. 2008. Pengolahan Dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung
Sebagai Pakan Ternak Ruminansia.
Http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/wazo183-2.pdf
diunduh pada tanggal 18 juni 2014

Walimin. 2009. Pengelolaan Tanaman Jagung Secara Terpadu. Penyuluh Pertanian


Penyelia Pada Cabang Dinas PKP Demak I.

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014
38

Widiatmoko. 2007. Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk Kompos Sampah Kota Dan
Konsentrasi Trichodermakoning Ii Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Nilam (pogostemon cablin benth).

Http://eprints.umm.ac.id/11202/1/pengaruh%20pemberian%20dosis%20pup
uk%20kompos%20sampah%20kota.pdf diunduh pada tanggal 18 juni 2014

Winarso. 2012. Prospek dan Kendala Pengembangan Agribisnis Jagung di Propinsi Nusa
Tenggara Barat.
http://jptonline.or.id/index.php/ojs-jpt/article/download/52/43 diunduh pada
tanggal 25 juni 2014

Wiryono. 2012. Pemanfaatan Biochar Dan Biokompos Dalam Meningkatkan Hasil


Tanaman Jagung (Zea mays L) Dan Perubahan Sifat Kimia Tanah Inceptisol
Kabupaten Lombok Timur. Tesis 2012

Xaverius. 2012. Pengaruh Pemberian Jamur (Trichoderma sp.) Sebagaisumber Pupuk


Biologi Terhadap Pertumbuhantanaman Jagung (Zea mays L.) Jurusan
Tanahfakultas Pertanian Dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua
Manokwari.
Zulkarnain. 2012. Potensi Jagung, Upaya Meningkatkan Produksi Dan Pemasaran Luar
Negeri.
http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/publication/94713602
18764.pdf diunduh pada tanggal 25 juni 2014

Zulkarnain, M., Prasetya, B., Soemarno. 2013. Pengaruh Kompos, Pupuk Kandang, Dan
Custom-Bio Terhadap Sifat Tanah , Pertumbuhan Dan Hasil Tebu (saccharum
officinarum l.) Pada entisol di kebun ngrangkah-pawon, kediri). Indonesian
green technology journal e-issn.2338-1787
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2013/10/Pengaruh-Kompos-Pupuk-Kandang-dan-
Custom-Bio-terhadap-Sifat-Tanah.pdf diunduh pada tanggal 11 November 2014

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya


Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 16 November 2014

Anda mungkin juga menyukai