Anda di halaman 1dari 75

MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI

PO (PERANAKAN ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM


KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :

Jorghi Ibrahim Syah 185050100111002


Erlina Tri Astuti 185050100111226
M. Arif Putra Mahendra 185050107111011
Fetiana Pristianti 185050107111017
Alwi Alfiyan 185050107111022

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI
PO (PERANAKAN ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM
KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :

Jorghi Ibrahim Syah 185050100111002


Erlina Tri Astuti 185050100111226
M. Arif Putra Mahendra 185050107111011
Fetiana Pristianti 185050107111017
Alwi Alfiyan 185050107111022

Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021

i
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI
PO (PERANAKAN ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM
KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH

Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang

Oleh :

Jorghi Ibrahim Syah 185050100111002


Erlina Tri Astuti 185050100111226
M. Arif Putra Mahendra 185050107111011
Fetiana Pristianti 185050107111017
Alwi Alfiyan 185050107111022

Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Program Studi S1 Dosen Pembimbing
Peternakan

(Dr. Herly Evanuari, S. Pt, MP.) (Dr. Ir. Agus Budiarto, MS.)
NIP. 19750110 200801 2 003 NIP. 19570825 198303 1 002
Tanggal : 27-10-2021 Tanggal : 15-10-2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul
Manajemen Penggemukan Sapi Madura dan Sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia
Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini, penulis juga sangat berterimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng. selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
2. Dr. Herly Evanuari, S.Pt., MP. selaku ketua Program Studi Peternakan yang telah banyak
membina proses kelancaran studi.
3. Dr. Ir. Agus Budiarto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan mengarahkan dengan sabar dan bijaksana dalam pelaksanaan maupun penyusunan
laporan PKL.
4. Bapak Prayitno selaku Direktur Utama dan Setya Hermawan S.Kep selaku Direktur
Operasional dan Administrasi Keuangan Berkah Setia Farm yang telah membimbing
selama kegiatan PKL.
5. Kedua orang tua atas doa dan dukungannya, baik secara moril maupun materil.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan PKL.
Untuk evaluasi, pembelajaran dan kesempurnaan dalam penulisan laporan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, 1 September 2021

iii
Penulis

iv
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI PO (PERANAKAN
ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH

Jorghi Ibrahim Syah¹), Erlina Tri Astuti¹), M. Arif Putra Mahendra¹),


Fetiana Pristianti¹), Alwi Alfiyan¹) dan Agus Budiarto²)

¹)Student of Faculty Animal Science, University of Brawijaya


²)Lecture of Faculty Animal Science, University of Brawijaya

E-mail: alwialfiyan24@student.ub.ac.id

ABSTRACT

Berkah Setia Farm is a farm business engaged in fattening beef cattle. The Field Work
Practice (PKL) activities were conducted on June 14 to July 14, 2021 in Berkah Setia Farm,
precisely in Dusun Gresikan, Depokrejo Village, Kecamatan Ngombol, Purworejo Regency,
Central Java. The Field Work Practice (PKL) was conducted offline to collect primary data
and supported by secondary data as study materials. Berkah Setia Farm has 172 beef cattle
consisting of 34 Ongole Crossbred Cattle, 27 Simmental Cross Cattle, 33 Madura Cattle, 73
Bali Cattle, 1 Brangus Cattle, 1 Limousin Cattle, and 3 Ongole Crossbred Calves. The
cowsheds in Berkah Setia Farm use the concept of single-type and double-type individual
cowsheds. Feed management is needed and always available for the cattle. The feeds given
are forages and concentrate, which are given every morning and afternoon. Management of
sanitation is carried out by spraying the cowsheds and cowshed equipment. The prevention of
disease is carried out when the cattle come by giving vitamins and anthelmintic. The waste
management is processed manually to be able to use as manure. The sales system in Berkah
Setia Farm uses more modern marketing by using social media in the form of Instagram and
Youtube. The conclusion from the Field Work Practice (PKL) in Berkah Setia Farm is that the
maintenance and fattening management has been carried out according to the procedures
determined by the company. The suggestion from the Field Work Practice (PKL) in Berkah
Setia Farm is that the animal waste should be processed more optimally and carried out
recording.

Keyword: Berkah Setia Farm, management, beef cattle, ongole crossbreed catlle, madura
cattle

v
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI PO (PERANAKAN
ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH

Jorghi Ibrahim Syah¹), Erlina Tri Astuti¹), M. Arif Putra Mahendra¹),


Fetiana Pristianti¹), Alwi Alfiyan¹) dan Agus Budiarto²)

¹)Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya


²)Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

E-mail: alwialfiyan24@student.ub.ac.id

RINGKASAN

Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Berkah Setia Farm yang berlokasi di
Dusun Gresikan, Desa Depokrejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
selama satu bulan dengan sistem luring, dimulai pada tanggal 14 Juni sampai dengan 14 Juli
2021. Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mengetahui manajemen
penggemukan pejantan unggul sapi Madura dan sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia
Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang meliputi manajemen penggemukan,
manajemen pemberian pakan, manajemen perkandangan, manajemen kesehatan dan penyakit,
manajemen pengelolaan limbah dan manajemen pemasaran ternak. Kegiatan Praktek Kerja
Lapang (PKL) dilakukan secara luring untuk mengumpulkan data primer dan didukung data
sekunder sebagai bahan kajian.
Berkah Setia Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang peternakan
dengan konsep kekeluargaan yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Total populasi
ternak sapi potong di Berkah Setia Farm yaitu 172 ekor. Jenis sapi yang ada di Berkah Setia
Farm meliputi Sapi PO (34 ekor yang terdiri dari 30 jantan dan 4 betina), Sapi Simental cross
(27 terdiri dari 26 jantan dan 1 betina), Sapi Madura (terdiri dari 33 jantan), Sapi Bali (terdiri
dari 73 jantan), Sapi Brangus (terdiri dari 1 jantan), Sapi Limousin (terdiri dari 1 jantan), dan
Sapi Pedet PO (terdiri dari 3 jantan). Kegiatan penggemukan sapi yang dilakukan Berkah
Setia Farm bertujuan untuk digemukkan kemudian dijual pada usia 2,5 tahun – 3 tahun
dengan bobot rata-rata 300-500 kg untuk jenis sapi lokal dan bobot rata-rata 800-1000 kg
untuk jenis sapi impor (Bos Taurus).
Manajemen pemberian pakan di Berkah Setia Farm berdasarkan kebutuhan ternak dan
ketersediaan pakan. Terdapat dua jenis pakan yang diberikan yaitu hijauan dan konsentrat.
Hijauan yang diberikan yaitu jerami padi dan jerami kacang tanah yang diperoleh dari lokasi
persawahan yang berada di sekitar daerah peternakan. Konsentrat diperoleh dari pabrik pakan
yang berada di daerah Bantul dengan formulasi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
ternak. Pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan
di Berkah Setia Farm dilakukan bersamaan antara hijauan dan konsentrat dalam bentuk kering
dan basah dengan rasio pemberian 60:40 yaitu hijauan 7-10 kg/ekor/hari dan konsentrat +10
kg/ekor/pemberiannya. Manajemen pemberian pakan di Berkah Setia Farm sudah sesuai
dengan kebutuhan ternak baik dari kualitas dan kuantitasnya.
Manajemen perkandangan di Berkah Setia Farm menggunakan sistem terbuka sehingga
sirkulasi udara baik. Tipe kandang yang digunakan Berkah Setia Farm yaitu kandang individu
tipe tunggal dan tipe ganda. Tipe atap yang digunakan yaitu semi monitor dan gable.
Konstruksi kandang terbuat dari kayu sehingga lebih ekonomis. Manajemen sanitasi dan
pengendalian penyakit di Berkah Setia Farm dengan menerapkan program karantina ternak
vi
yang baru datang dan pemberian vitamin B-kompleks serta obat cacing ketika sapi pertama
masuk kandang. Penerapan sanitasi di Berkah Setia Farm sudah optimal karena kandang
dibersihkan setiap hari baik yang didalam kandang maupun lingkungan disekitar kandang
serta ternak di mandikan setiap pagi hari.
Sanitasi kandang yang dilakukan di Berkah Setia Farm dengan membersihkan kotoran
setiap pagi dan sore hari, setelah itu lantai disiram dengan air mengalir menggunakan selang
untuk menghilangkan sisa feses yang tersisa dilantai kandang, tempat pakan dibersihkan
setiap pagi dan sore hari dengan cara membersihkan sisa pakan menggunakan sapu dan
dibuang di tempat pembuangan, hal ini berguna agar tidak menjadi sarang penyakit. Upaya
pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vitamin dan obat cacing ketika
ternak pertama kali masuk kandang, sehingga meminimalisir ternak terjangkit penyakit di
lokasi kandang. Limbah kotoran yang dihasilkan ternak ditampung di tempat pembuangan
limbah sementara yang terletak dibelakang kandang, kemudian limbah kotoran ternak tersebut
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk lahan perkebunan di sekitar kandang. Sistem penjualan
ternak di Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern dengan
menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube. Penjualan sapi akan meningkat
pada saat mendekati hari besar seperti hari raya idul adha.

vii
DAFTAR ISI

Isi Halaman
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................................iv
RINGKASAN............................................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL....................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................3


2.1 Sapi.......................................................................................................................................3
2.1.1 Sapi Madura................................................................................................................3
2.1.2 Sapi PO (Peranakan Ongole)......................................................................................4
2.1.3 Pemilihan Bakalan......................................................................................................5
2.2 Manajemen Pemberian Pakan...............................................................................................6
2.2.1 Pemberian Pakan Hijauan Pada Sapi Madura dan Sapi PO........................................7
2.2.2 Pemberian Pakan Konsentrat Pada Sapi Madura dan Sapi PO...................................8
2.2.3 Pemberian Pakan Aditif atau Suplemen Pada Sapi Madura dan Sapi P.....................8
2.2.4 Pemberian Air Minum Pada Sapi Madura dan Sapi PO.............................................9
2.3 Manajemen Perkandangan..................................................................................................10
2.3.1 Tipe kandang.............................................................................................................10
2.3.2 Pembagian Kandang.................................................................................................11
2.3.3 Area penggembalaan.................................................................................................12
2.4 Manajemen kesehatan dan penyakit...................................................................................12
viii
2.4.1 Jenis penyakit............................................................................................................13
2.4.2 Penanganan penyakit................................................................................................14
2.4.3 Sanitasi......................................................................................................................15
2.4.4 Biosecurity................................................................................................................15
2.5 Manajemen Pengelolaan Limbah........................................................................................16
2.6 Pemasaran...........................................................................................................................18

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN.............................................................20


3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan...........................................................................................20
3.2 Materi Pelaksanaan.............................................................................................................20
3.3 Khalayak Sasaran................................................................................................................20
3.4 Metode Pelaksanaan............................................................................................................20
3.4.1 Studi Literatur...........................................................................................................20
3.4.2 Studi Lapang.............................................................................................................21
3.4.3 Wawancara................................................................................................................21
3.4.4 Koleksi Data.............................................................................................................21
3.5 Variable Pengamatan..........................................................................................................21
3.5.1 Manajemen Pakan dan Minum.................................................................................21
3.5.2 Manajemen Perkandangan........................................................................................21
3.5.3 Manajemen Kesehatan dan Penyakit........................................................................21
3.5.4 Manajemen Pemilihan Bakalan................................................................................21
3.5.5 Manajemen Pengelolaan Limbah..............................................................................21
3.5.6 Pemasaran.................................................................................................................21
3.6 Analisis Hasil Kegiatan.......................................................................................................21
3.7 Jadwal Kegiatan PKL.........................................................................................................22
3.8 Batasan Istilah.....................................................................................................................23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................24


4.1 Kondisi Umum Perusahaan.................................................................................................24
4.1.1 Profil Perusahaan......................................................................................................24
4.1.2 Tata Letak Perusahaan..............................................................................................24
4.1.3 Struktur Organisasi...................................................................................................24
4.1.4 Populasi Ternak........................................................................................................27

ix
4.1.5 Fasilitas dan Bangunan.............................................................................................28
4.2 Sapi Potong.........................................................................................................................30
4.2.1 Sapi Madura..............................................................................................................30
4.2.2 Sapi PO (Peranakan Ongole)....................................................................................30
4.2.3 Pemilihan Bakalan Sapi............................................................................................31
4.3 Manajemen Perkandangan..................................................................................................31
4.3.1 Konstruksi Kandang.................................................................................................33
4.3.2 Tipe Kandang............................................................................................................35
4.3.3 Perlengkapan Kandang.............................................................................................36
4.3.4 Letak dan Arah Kandang..........................................................................................37
4.4 Manajemen Pakan Ternak...................................................................................................38
4.4.1 Pemberian Hijauan pada Sapi PO dan Madura.........................................................38
4.4.2 Pemberian Konsentrat pada Sapi PO dan Madura....................................................39
4.5 Manajemen Kesehatan dan Penyakit..................................................................................41
4.5.1 Jenis Penyakit dan Penanganannya...........................................................................41
4.5.2 Sanitasi......................................................................................................................42
4.5.3 Biosecurity................................................................................................................44
4.6 Manajemen Pengelolaan Limbah........................................................................................44
4.7 Pemasaran...........................................................................................................................45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................48


5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................48
5.2 Saran...................................................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................49

LAMPIRAN.............................................................................................................................55

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Sapi madura................................................................................................................3

Gambar 2. Sapi perankan ongole ( PO ).......................................................................................5


Gambar 3. Kandang tipe tunggal................................................................................................10
Gambar 4. Kandang ganda dengan dengan posisi saling membelakangi...................................11
Gambar 5. Tipe kandang ganda dengan lorong berada di tengah..............................................11
Gambar 6. Lokasi Berkah Setia Farm........................................................................................24
Gambar 7. Stuktur organisasi Berkah Setia Farm......................................................................25
Gambar 8. Denah kandang Berkah Setia Farm..........................................................................29
Gambar 9. Bentuk atap semi monitor.........................................................................................34
Gambar 10. Penambahan Karpet................................................................................................34
Gambar 11. Kandang individu tipe head to head.......................................................................36
Gambar 12. Palungan..................................................................................................................37
Gambar 13. Pemberian Jerami Padi dan Jerami Kacang Tanah..................................................39
Gambar 14. Proses Pencampuran Konsentrat............................................................................40
Gambar 15. Kegiatan Nyombor di Berkah Setia Farm..............................................................40
Gambar 16. Obat Guzmer dan Obat Kalbazen - C.....................................................................41
Gambar 17. Vitamin B Kompleks..............................................................................................42
Gambar 18. Sanitasi Kandang....................................................................................................43
Gambar 19. Sanitasi ternak........................................................................................................43
Gambar 20. Sanitasi Peralatan Kandang....................................................................................44
Gambar 21. Tempat Pembuangan Limbah Kotoran Ternak......................................................45
Gambar 22. Alur Penjualan Sapi................................................................................................45

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Jadwal kegiatan..........................................................................................................22


Tabel 2. Jumlah tenaga kerja Berkah Setia Farm......................................................................26
Tabel 3. Jadwal kegiatan harian karyawan Berkah Setia Farm................................................27
Tabel 4. Populasi ternak sapi Berkah Setia Farm bulan Juli 2021............................................28
Tabel 5. Fasilitas dan Bangunan kandang Berkah Setia Farm..................................................29
Tabel 6. Kapasitas dan ukuran kendang individu tipe tunggal.................................................32
Tabel 7. Kapasitas dan ukuran kandang individu tipe ganda ( head to head )..........................32
Tabel 8. Kandungan nutrisi hijauan..........................................................................................39
Tabel 9. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum.....................................................40

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1.. Populasi ternak sapi .................................................................................................... 55


2.. Luas kendang............................................................................................................... 57
3.. Dokumentasi ............................................................................................................... 59

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan sub sektor peternakan sebagai bagian dari pembangunan nasional mendapat
perhatian cukup besar dari pemerintah, diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
gizi melalui usaha pembangunan ternak sapi potong, hal ini untuk mencukupi kebutuhan
protein hewani khususnya daging. Sapi merupakan salah satu ternak yang memiliki peranan
penting yaitu sebagai penyedia protein hewani. Ternak sapi selama ini menjadi penyedia
kebutuhan daging merah dan sebagai peringkat tertinggi dalam produksi dan konsumsi daging
merah di Indonesia. Konsumsi daging sapi di Indonesia yang masih belum dapat dipenuhi dari
pasokan dalam negeri adalah kurang dari 2 kg/kapita/tahun, penyebabnya karena laju
peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi dan peningkatan
produksi.
Salah satu upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan daging sapi adalah dengan
meningkatkan populasi sapi potong lokal. Sapi lokal yang mempunyai potensi sebagai sapi
potong unggul adalah sapi Madura dan sapi PO (Peranakan Ongole). Sapi Madura sebagai
sapi lokal Indonesia merupakan salah satu sumber daya genetik yang ada di Indonesia. Sapi
Madura mempunyai beberapa keunggulan yaitu memiliki kinerja reproduksi yang lebih baik
dibandingkan dengan sapi dari Bos taurus, lebih tahan terhadap panas dan penyakit caplak,
serta mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan kondisi manajemen pemeliharaan di
Indonesia yang sebagian besar dipelihara di peternakan rakyat (Hartatik, dkk. 2009). Sapi
Peranakan Ongole (PO) adalah salah satu sapi lokal yang banyak dibudi dayakan di Indonesia
dengan populasi terbesar di Pulau Jawa. Di Jawa Tengah, sebanyak 51,93% dari total populasi
sapinya adalah sapi PO. Sapi bangsa ini disukai oleh peternak sebab pada umumnya tidak
menemui banyak kesulitan dalam kinerja reproduksinya dan memiliki tingkat kebuntingan
yang lebih mudah dibandingkan dengan sapi keturunan subtropis (Sudrajad dan Subiharta,
2014).
Karakteristik ekterior dan penilaian fisik pada pejantan dapat menjadi tolak ukur dalam
pemilihan pejantan unggul. Manajemen pemeliharaan yang tepat juga dapat mendukung
populasi pejantan unggul semakin banyak. Hal ini mencakup kebutuhan pakan yang terpenuhi
sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan, perkandangan yang tepat dan bersih, serta pencegahan
dari berbagai macam penyakit. Tanpa tatalaksana pemeliharaan yang benar dan sistematis
produktivitas sapi yang dihasilkan tidak akan maksimal bahkan kerugian akan senantiasa
mengancam.
Buruknya sistem peternakan yang diterapkan menyebabkan timbulnya permasalahan
kesehatan ternak. Kesehatan yang menurun dapat memengaruhi produktivitasnya sehingga hal
ini menjadi bagian penting dalam pemeliharaan pejantan sapi Madura dan sapi PO. Berkah
Setia Farm merupakan perusahaan peternakan khususnya pemeliharaan dan penggemukan
sapi local seperti sapi Madura dan sapi PO yang dapat menaikkan bobot badan sapi lokal di
atas rata-rata sehingga perlu diadakan praktek kerja lapang di lokasi tersebut guna mengetahui
manajemen penggemukan pejantan sapi madura dan sapi PO dari berbagai aspek seperti
pakan, perkandangam juga penyakit.

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Bagaimana manajemen penggemukan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah Setia
Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
2. Bagaimana manajemen pemberian pakan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah
Setia Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
3. Bagaimana manajemen perkandangan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah Setia
Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
4. Bagaimana manajemen kesehatan dan penyakit pada pejantan sapi Madura dan sapi PO di
Berkah Setia Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?

1.3 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mengetahui manajemen penggemukan
pejantan unggul sapi Madura dan sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia Farm
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang meliputi manajemen penggemukan, manajemen
pemberian pakan, manajemen perkandangan serta manajemen kesehatan dan penyakit pada
sapi Madura dan sapi PO.

1.4 Manfaat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang
digunakan sebagai sarana informasi bagi peternak khususnya pejantan sapi Madura dan PO
(Peranakan Ongole) terkait pemeliharaan dan dapat pula menjadi sumber referensi bagi
mahasiswa terkait pemeliharaan pejantan sapi Madura dan PO (Peranakan Ongole) di Berkah
Setia Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi

2.1.1 Sapi Madura


Sapi potong merupakan golongan ternak yang diarahkan untuk meningkatkan jumlah
produksi daging. Sapi pada garis besarnya bisa digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
Bos indicus (zebu : sapi berpunuk), Bos taurus dan Bos sondaicus atau Bos bibos. Bos
indicus berkembang di India yang akhirnya sebagian menyebar ke berbagai negara
terlebih ke daerah tropis seperti Asia Tenggara. Bos taurus adalah bangsa sapi yang
menurunkan bangsa-bangsa sapi potong dan perah di Eropa. Sedangkan Bos sondaicus
merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi Indonesia, dan yang kini ada merupakan
keturunan banteng (Bos bibos) (Putro dkk,2013).
Sapi Madura adalah salah satu bangsa sapi asli Indonesia, yang banyak didapatkan di
Pulau Madura. Sapi Madura dapat digunakan sebagai sapi pedaging, sapi sonok dan sapi
karapan. (Nurlaila, dkk. 2018). Kharakteristiknya sangat toleran terhadap stres akibat
iklim ekstrim, tahan terhadap serangan caplak, sangat adaptif untuk lingkungan Madura,
kualitas dagingnya bagus dan kulitnya disinyalir terbaik di dunia. Pertambahan bobot
badan berkisar 200 – 700 gram perhari dengan capaian bobot badan dewasa 250-700 kg
(Kutsiyah dkk, 2017).
Sapi ini memiliki beberapa ciri seperti warna tubuh cokelat muda sampai cokelat tua,
kuku dan moncong berwarna hitam, memiliki rambut-rambut halus di sekitar mulut, dan
kaki yang cukup panjang. Selain itu, lebih tahan terhadap iklim panas Madura, dapat
hidup dengan kondisi pakan yang terbatas, resisten terhadap serangan parasit, dan
memiliki kualitas daging yang baik. Sapi madura merupakan hasil persilangan antara
banteng (Bos javanicus) dengan sapi ongole (Bos indicus). (Lutvaniyah, dkk. 2017)

Gambar 1. Sapi madura


Wisono, Nuryadi dan Suyadi (2015) menjelaskan bahwa salah satu bangsa sapi lokal
yang diternakkan oleh 10 peternakan rakyat di Indonesia khususnya di wilayah Jawa
Timur adalah sapi Madura. Keputusan Menteri Pertanian menyatakan bahwa karakteristik
sapi Madura yaitu:
 Tubuh pada sapi betina berwarna kuning kecokelatan dan sapi jantan berwarna merah

3
bata atau merah cokelat bercampur putih dengan batas yang tidak jelas pada pantat.
 Sekitar mata berwarna hitam, pinggir telinga berwarna hitam, bagian bawah kaki
(tarsal/metatarsal) berwarna putih dan ekor berwarna hitam.
 Bentuk badan kecil-sedang, kaki relatif pendek dan pada sapi jantan berpunuk dan
bergelambir. Pada sapi jantan terdapat garis “belut” berwarna hitam.
 Bentuk tanduk pendek kecil, pendek dan mengarah ke luar.
 Garis punggung hanya terlihat pada sapi Madura. Garis punggung pada sapi Madura
berwarna hitam dan memanjang dari pundak sampai ujung ekor. (Hartatik. 2015)
Peningkatan populasi sapi Madura harus selalu diimbangi oleh pemeliharaan ternak
yang baik. Pemeliharaan sapi yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pola
pemeliharaan, kualitas dan kuantitas pakan serta faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan tersebut adalah ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang berbeda
menyebabkan perbedaan suhu udara, kelembaban, dan curah hujan. Pengaruh dari
perbedaan tingkat ketinggian tersebut secara tidak langsung adalah ketersediaan pakan
hijauan serta terjadinya cekaman atau ternak merasa tidak nyaman yang akan berdampak
pada produksi ternak tersebut. Faktor yang mempengaruhi daya adaptasi adalah faktor
suhu dan kelembaban, pada kehidupan ternak sapi diperlukan suhu optimal 13- 18 oC dan
apabila suhu naik 1-10oC dari optimal maka ternak akan mengalami depresi. (Pradana,
dkk. 2015).

2.1.2 Sapi PO (Peranakan Ongole)


Sapi PO merupakan sapi hasil persilangan antara sapi Ongole dengan sapi Jawa
(Susilowati. 2017). Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2015) sapi PO merupakan
salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang telah menyebar di sebagian wilayah
Indonesia. Sapi PO memiliki keunggulan yaitu, tahan terhadap iklim tropis, memiliki
sistem reproduksi yang baik serta memiliki nilai sosial dan budaya di masyarakat. Sapi
peranakan ongole mempunyai karakteristik bentuk fisik dan komposisi genetik serta
kemampuan beradaptasi pada berbagai lingkungan di Indonesia (Anonimus. 2015).
Sapi Peranakan Ongole (PO) adalah salah satu sapi potong lokal dan plasma nutfah
yang mengalami penurunan populasi dan mutu genetik. Penurunan mutu genetik terjadi
karena perkawinan inbreeding pada sapi PO. Hal ini dikarenakan tidak adanya recording
yang dilakukan oleh peternak. Penurunan plasma nutfah sapi PO juga terjadi dikarenakan
peningkatan produktivitas sapi potong melalui persilangan (crossbreeding) antara sapi
Limousin atau Simmental dengan sapi Peranakan Ongole melalui inseminasi buatan (IB).
Hal ini dilakukan peternak untuk meningkatkan produktivitas ternak yang dihasilkan.
Agung dkk. (2014) menjelaskan bahwa grading up sapi lokal dilakukan untuk
meningkatan ukuran-ukuran morfologi tubuh sapi PO sehingga dapat dihasilkan bibit
yang lebih baik dengan didukung sistem pemeliharaan yang intensif.
Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2015) sapi PO memiliki warna tubuh putih
sampai abu-abu dan ujung ekor dan daerah sekitar mata sapi PO berwarna hitam. Sapi PO
memiliki badan yang besar dan memiliki gelambir panjang menggantung dari leher
hingga belakang kaki depan. Sapi jantan memiliki punuk lebih besar daripada sapi betina.
Sapi PO memiliki tanduk dan bentuk telinga tegak kesamping. Susilowati (2017)
menjelaskan bahwa sapi PO memiliki tubuh besar, tanduk yang pendek dan tumpul serta

4
gelambir yang lebar dan menggantung. Sifat kuantitatif sapi PO yang diamati adalah
lingkar dada, panjang badan dan 3 tinggi gumba. Berdasarkan Badan Standarisasi
Nasional (2015) sapi PO dibedakan berdasarkan umur 18-24 bulan (PI2) dan 24-36 bulan
(PI4). Statistik vital sapi PO dibagi menjadi 3 kelas dengan kriteria berdasarkan umur.

Gambar 2. Sapi perankan ongole ( PO )


2.1.3 Pemilihan Bakalan
Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak
(bakalan). Bibit sapi potong adalah ternak yang mempunyai sifat unggul dan mewariskan
serta memenuhi persyaratan tertentu untuk dikembangbiakkan dengan tujuan utama yaitu
menghasilkan daging (Afrisaawati, 2019). Salah satu tolak ukur penampilan produksi
sapi potong adalah penambahan berat badan harian (PBBH) dari bakalan dari genetik
bermutu, peternak tinggal mengontrol keadaan lingkungan, sehingga potensi produksi
dapat optimal. Pemilihan bibit biasanya disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan.
Memilih bibit sapi unggul adalah kunci keberhasilan usaha penggemukan sapi. Faktor ini
sangat penting, perjalanan kesuksesan bisnis sapi ditentukan oleh sebagian besar bibit
yang dimiliki. Bibit yang unggul akan menghemat pakan dan energi peternak sedangkan
bibit yang kurang unggul menyebabkan boros pakan dan tetap kurus.
Menurut Rianto dan Purbowati (2009) beberapa kriteria yang digunakan dalam
memilih bakalan, yaitu bakalan berasal dari keturunan yang memiliki bobot badan
dewasa tinggi, bakalan yang tidak gemuk atau kurus tetapi sehat dan tidak mengidap
penyakit, bakalan berjenis kelamin jantan dan berumur kira-kira 2 – 2,5 tahun serta
bakalan berasal dari kelompok yang sudah beradaptasi dengan lingkungan setempat.
Usaha penggemukan sapi potong biasanya membutuhkan sapi jantan untuk digemukkan
selama 3 – 4 bulan. Alasannya, pada umumnya sapi jantan memiliki pertambahan berat
badan harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina. Ada peraturan yang melarang
pemotongan ternak betina, terutama yang masih produktif. Sapi potong bakalan yang baik
memiliki tubuh yang tidak gemuk atau agak kurus, tetapi postur tubuh bagus (tinggi
besar), memiliki dada dan pinggul yang lebar, serta memiliki kapasitas perut besar (Fikar
dan Ruhyadi, 2010).
Kebijakan perbibitan dan pemuliabiakan sapi nasional ditujukan pada dua hal penting,
yaitu pemurnian sapi lokal asli Indonesia (seperti sapi Bali, Madura, Peranakan Ongole,
Sumba Ongole) untuk sumber bibit unggul dan penggemukan. Dalam pengukuran sifat
kuantitatif ternak sapi potong dilakukan pengukuran terhadap tubuh ternak. Metode
pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut:
 Bobot badan (BB): diperoleh dengan cara penimbangan yang dilakukan sebelum
sapi diberi makan atau digembalakan dengan menggunakan timbangan (kg).

5
 Panjang badan (PB): jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang scapula sampai
dengan benjolan tulang tapis (osischium), diukur dengan tongkat ukur (cm).
 Lingkar dada (LD): diukur melingkar rongga dada dibelakang sendi tulang bahu
(osscapula) diukur dengan pita ukur (cm).
 Tinggi Pundak (TP): jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur dengan tongkat
ukur (cm).
 Tinggi Pinggul (TP): jarak tertinggi pinggul sampai tanah, diukur dengan
tongkat ukur (cm). Lebih jelasnya ukuran-ukuran tubuh yang diamati (Nafiu, dkk.
2020)
Peningkatan populasi diperlukan indukan yang baik, salah satunya yaitu pejantan
yang baik. Berikut ini ciri-ciri dari calon pejantan yang baik :
 Kondisinya sehat dan kuat.
 Badannya lebar dan dalam.
 Kakinya, relative pendek.
 Perdagingannya padat dan bentuk badan kompak.
 Testisnya normal dan bentuknya simetris.
 Penampilan penuh kejantanan dan aktif terhadap betina.
 Berasal dari induk yang mempunyai kemampuan produksi anak dan pertumbuhan
yang baik.
 Libido sex tinggi, dapat mengawini 3 betina sehari.
 Memiliki tempramen yang tenang.
 Nafsu makan tinggi (Anonimus. 2015)

2.2 Manajemen Pemberian Pakan


Pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan diserap baik secara keseluruhan atau
sebagian dan tidak menimbulkan keracunan atau tidak mengganggu kesehatan ternak yang
mengkonsumsinya. Pakan yang diberikan kepada sapi potong harus memiliki syarat sebagai
pakan yang baik. Pakan yang baik yaitu pakan yang mengandung zat makanan yang memadai
kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral, dan vitamin, yang semuanya
dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang sehingga bisa menghasilkan produk
daging yang berkualitas dan berkuantitas tinggi (Sandi, dkk. 2018).
Manajemen pakan yang baik yaitu yang memperhatikan jenis pakan yang diberikan,
jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan, imbangan hijauan dan konsentrat, serta
frekuensi dan cara pemberian pakan yang tepat (Sandi, dkk. 2018). Menurut Heryanto, dkk.
(2016) pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu usaha
penggemukan sapi potong. Pemberian nutrisi yang bagus diiringi dengan strategi manajemen
yang baik dapat meningkatkan produktivitas sapi Madura dan sapi PO. Sapi Madura dengan
pemberian pakan hingga 3,6% dari bobot badan mampu menaikkan pertambahan bobot badan
harian (PBBH) sebesar 0,6 kg. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai
dengan jenis, umur, bobot badan, keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan
harus mengandung semua nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam
jumlah yang seimbang. Nutrien yang dibutuhkan oleh ternak antara lain karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral (Sampurna. 2013).

6
Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah untuk
memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan demikian diperlukan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantítas maupun
kualitasnya. Syarat pakan ternak menurut Syafrial dkk (2007) antara lain :
 Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral.
 Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
 Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
 Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
 Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi
hari yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).

2.2.1 Pemberian Pakan Hijauan Pada Sapi Madura dan Sapi PO


Hijauan merupakan bahan pakan utama dari ternak sapi potong. Jenis hijauan yang
dapat diberikan diantaranya rumput unggul, rumput lokal, leguminosa, limbah pertanian,
dan agroindustri. Beberapa contoh hijauan pakan unggul berupa rumput gajah, rumput
raja, dan rumput setaria sedangkan hijauan pakan unggul berupa daun-daunan adalah
leguminosa (kacang-kacangan, lamtoro, dan gamal). Hasil sampingan tanaman pertanian
(limbah pertanian) yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak sapi adalah jerami padi,
jerami kacang tanah, kacang kedelai, dan pucuk jagung muda. Rumput dapat diberikan
10% dari BB, leguminosa seperti lamtoro, turi atau gamal dapat diberikan anatara 20-
60% dari total hijauan dan dapat menurunkan jumlah pemberian konsentrat. Limbah
pertanian seperti jerami padi, jerami jagung dll disarankan tidak lebih dari 3% BB. Pakan
hijauan yang diberikan pada sapi potong pada umumnya sebanyak 10-12% dari bobot
badan sapi tersebut. Dalam pemberiannya harus diperhatikan hijauan tersebut disukai
ternak dan tidak mengandung racun atau toxin sehingga dapat membahayakan
perkembangan ternak yang mengkonsumsi (Wahyuni dan Amin, 2020).
Hijauan yang berkualitas tinggi yaitu seperti daun lamtoro, gamal, kaliandra dan
tanaman leguminosa lainnya memiliki kadar protein kasar lebih dari 10% bahan kering,
tanaman sumber protein tersebut sangat baik untuk produktivitas sapi peranakan ongole.
Faktor utama yang mempengaruhi pertambahan bobot tubuh seekor ternak yaitu kualitas
dan kuantitas dari bahan pakan. Pada prinsipnya hijauan diberikan 10 persen dari berat
badan sapi, yakni antara 30-40 kg/ekor/hari. Pemberian hijauan dapat dilakukan 3 kali
sehari yakni pada pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan pukul 17.00 sore hari. Hijauan yang
diberikan berupa rumput gajah (Penisetum purpureum) serta jerami padi dan jerami
jagung. Rumput gajah yang diberikan terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 5 cm
dengan menggunakan mesin “chooper”. Hijauan yang dipotong-potong sepanjang 3-5 cm
dapat meningkatkan kecernaan hijauan tersebut. Jerami padi dan jerami jagung diberikan
hanya pada musim kemarau. Jerami padi dan jerami jagung diberikan setelah mengalami
proses silase. Sistem pemberian hijauan tersebut akan meningkatkan kualitas proporsi
antara produk asam lemak konjugasi dan asam lemak omega 3 serta meningkatkan
kandungan lemak pada daging (Periambawe, dkk. 2016).
Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan

7
dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam (Siregar. 2008).
Ternak membutuhkan hijauan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi dan reproduksi (Putra,dkk. 2014). Hijauan ada dua macam yaitu hijauan segar
dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan hijauan yang diberikan dalam keadaan
segar. Makanan dalam hal ini diantaranya rumput segar, batang jagung muda, kacang-
kacangan dan rumput gajah. Hijauan kering adalah makanan yang berasal dari hijauan
yang dikeringkan, misalnya jerami padi.

2.2.2 Pemberian Pakan Konsentrat Pada Sapi Madura dan Sapi PO


Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain
untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk
disatukan dan di campur sebagai suplemen atau pakan lengkap. Bahan pakan konsentrat
yang dapat diberikan pada ternak sapi antara lain : dedak  padi, bungkil kelapa, jagung
giling, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Konsentrat pada
sapi bertujuan untuk meningkatkan nilai pakan dan menambah energi. Tingginya
pemberian pakan berenergi menyebabkan peningkatan konsumsi dan daya cerna dari
rumput atau hijauan kualitas rendah. Konsentrat ada dua macam yaitu konsentrat sebagai
sumber energi dan konsentrat sumber protein. Konsentrat dikatakan sebagai sumber
energi apabila konsentrat tersebut memiliki kandungan protein kasar kurang dari 20%,
sedangkan dikatakan konsentrat sebagai sumber protein karena mempunyai kadar protein
lebih dari 20% (Wibawa, dkk. 2014).
Pemberian konsentrat 1 – 2 % dari bobot badan ternak dan diberikan pagi hari sebe-
lum pemberian hijauan. Umumnya berkisar antara 5-9,5 kg/ekor/hari dan dilakukan 2 jam
sebelum pemberian hijauan, untuk meningkatkan konsumsi bahan kering pakan dan
bahan organik pakan meningkat. Konsentrat berperan untuk memacu pertumbuhan
mikroba di dalam rumen yang menyebabkan peningkatan fermentasi sehingga
mengakibatkan peningkatan kecernaan BK pakan. Melalui penambahan sedikit pakan
tambahan, kebutuhan pakan persatuan ternak dapat dikurangi. Selain itu, pemberian
pakan dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan akan
meningkatkan produksi (Astuti, dkk. 2015).
Pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh faktor bangsa sapi potong yang
dipelihara dan pakan yang diberikan. Dilaporkan bahwa umur sapi yang berkisar 18-24
bulan dengan penambahan pakan konsentrat (sekitar 4-6 kg/ekor/hari) mampu
menghasilkan pertambahan bobot badan per hari per ekor Sapi Madura mencapai 1,57 kg
(rataan 0,99 kg) dan Pertambahan bobot badan harian Sapi PO relatif bervariasi yaitu
0,45-0,62. Contoh komposisi konsentrat yang diberikan adalah sebagai berikut dedak
(21%), bungkil kelapa (23%), onggok (32%), polard (22%), garam dan kapur (1%),
mineral dan urea (1%) (Sodiq dan Yuwono, 2016).

2.2.3 Pemberian Pakan Aditif atau Suplemen Pada Sapi Madura dan Sapi PO
Menurut Mayulu (2019) feed additive atau imbuhan pakan merupakan suatu bahan
yang ditambahkan dalam pakan ternak, tidak mengandung nutrien, tetapi dapat
memengaruhi kesehatan ataupun keaadaan gizi ternak dan metabolisme dalam tubuh
ternak untuk memenuhi kebutuhan spesifik. Feed additive ditambahkan untuk

8
merangsang pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi pakan,
meningkatkan konversi pakan, memperbaiki sifat-sifat fisik ransum, memperbaiki
palatabilitas pakan, menstabilkan pH rumen, mengurangi risiko asidosis, meningkatkan
asupan bahan kering, dan meningkatkan kualitas ransum serta kesehatan ternak. Feed
additive yang biasa digunakan umumnya terdiri dari antibiotik, enzim, probiotik,
prebiotik, asam organik, dan bioaktif tanaman.
Pemberian pakan ternak seadanya sangat mempengaruhi prduktivitas ternak seperti
pertumbuhan, penambahan berat badan terlambat, rendah tingkat birahi dan terganggunya
siklus reproduksi. Salah satu cara yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu
silase atau pengawetan hijauan segar. Untuk menjamin proses ensilase perlu dilakukan
penambahan aditif seperti molases dan bakteri asam laktat. Molases merupakan salah satu
bahan aditif yang telah terbukti mampu mengurangi kerusakan bahan kering silase
terutama karbohidrat mudah larut dan memperbaiki proses fermentasi silase. Bakteri
asam laktat secara alami ada ditanaman sehingga dapat secara otomatis berperan saat
fermentasi, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan
penambahan aditif seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk
menjamin berlangsungnya fermentasi asam laktat yang sempurna (Jasin, 2014).
Pakan suplemen (feed supplement) merupakan pakan yang dipakai untuk
memperbaiki nilai gizi pakan basal. Suplementasi merupakan usaha peningkatan
produktivitas ternak dengan upaya menyeimbangkan degradasi karbohidrat dengan
degradasi protein melalui penambahan bahan di dalam pakan. Pakan suplemen yang
sering ditambahkan diantaranya: suplemen protein, suplemen mineral dan suplemen
vitamin. Keberhasilan teknik suplementasi sangat ditentukan oleh keseimbangan dan
kelengkapan nutrien yang ditambahkan ke dalam pakan sesuai kebutuhan ternak
(Maluyu. 2019).
Pakan berserat seperti jerami padi, jerami jagung dan jerami kacang tanah
mempunyai keterbatasan untuk dikonsumsi oleh ternak karena kecernaannya yang
rendah. Selain pakan berserat, ternak sapi juga memerlukan pakan tambahan atau
pelengkap untuk melengkapi kekurangan nutrien yang dibutuhkan. Urea Molasses
Multinutrient Block (UMMB) merupakan pakan tambahan yang tersusun dari urea, tetes
tebu, bungkil kedele, tepung tulang, dedak, kapur, onggok, garam, dan mineral.
Komponen UMMB mempunyai fungsi masing-masing yaitu urea sebagai sumber
nitrogen bagi perkembangan mikroba rumen, molases sebagai sumber kabohidrat bagi
mikroba dan mineral diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kekurangan pada bahan
pakan. Suplemen ini diberikan pada pagi hari, yang jumlahnya disesuaikan dengan
tingkat konsumsi yang dianjurkan pada setiap jenis ternak. Pada ternak sapi dapat
diberikan sebesar 350 gram/ekor/hari (Turangan, dkk. 2018)
Pemberian feed additive pada intinya sama dengan feed supplement karena keduanya
bukan merupakan pakan dasar melainkan hanya pakan tambahan. Pemberiannya harus
selalu memperhatikan dosis yang sesuai, serta proses pencampuran yang tepat selain itu
manajemen pemberian juga selalu diperhatikan agar tidak terjadi pemberian yang
berlebihan kepada ternak (Suharyono. 2015).

2.2.4 Pemberian Air Minum Pada Sapi Madura dan Sapi PO


Pemberian air minum sebaiknya dilakukan secara ad libitum, dimana ketersediaannya

9
tidak pernah kurang bagi ternak atau secara terus menerus. Air dalam bak dikontrol setiap
saat sehingga air selalu terisi penuh. Pengontrolan dan pembersihan tempat air minum
dilakukan setelah pemberian konsentrat. Kebutuhan air minum untuk ternak sapi
sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari atau didasarkan pada kebutuhan sapi itu sendiri. Air
minum sebaiknya di sediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya
kembung perut. Untuk mencukupi kebutuhan minum ternak sapi, air berfungsi sebagai
komponen utama dalam metabolisme dan sebagai kontrol suhu tubuh sehingga
ketersediaan air harus selalu ada. Pada pemeliharaan sapi, air minum harus selalu ada
atau tersedia karena air mempunyai fungsi sangat vital. Fungsi dari air untuk sapi adalah
sebagai zat pelarut dan pengangkut zat makanan, membantu proses pencernaan,
penyerapan dan pembuangan hasil metabolisme, memperlancar reaksi kimia dalam tubuh,
pengatur suhu tubuh dan membantu kelancaran kerja syaraf panca indra (Sari, dkk. 2016).

2.3 Manajemen Perkandangan


Kandang merupakan bangunan yang di dirikan sebagai tempat berlindung ternak dari
factor eksternal yang dapat merugikan bagi ternak seperti hujan, panas, dingin, serta hewan
pemangsa. Kandang merupakan salah satu faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa
memberikan jaminan untuk hidup yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak
dan bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi ternak dari gangguan
yang berasal dari luar (Suryana, 2009) .

2.3.1 Tipe kandang


Tipe kandang berdasarkan bentuk dan fungsinya di bagi menjadi dua yaitu kandang
individu dan kandang kelompok / koloni. Bentuk dan tipe kandang hendaknya di
sesuaikan dengan tujuan dan fungsi kandang. Model kandang sapi potong di dataran
tinggi, diupayakan lebih tertutup untuk melindungi ternak dari cuaca yang dingin,
sedangkan untuk dataran rendah kebalikannya yaitu bentuk kandang yang lebih terbuka
( Rasyid dan Hartati, 2007).
Kandang individu atau kandang tunggal, merupakan model kandang satu ternak satu
kandang( Rasyid dan Hartati, 2007). Pembuatan kandang Individu mempunyai
keunggulan dibandingkan kandang tipe koloni yaitu perkembangan bobot sapi lebih cepat
karena tidak terjadi persaingan antara sapi yang lain ketika makan, pergerakan yang
relatif rendah membuat energy yang di peroleh dari pakan terserap sempurna. Untuk
tujuan penggemukan biasanya digunakan kandang individu, sedangkan untuk pembibitan
digunakan kandang kelompok (Abidin, 2005). Kandang yang digunakan dalam
pemeliharaan sapi PO dan sapi madura menggunakan tipe kandang jenis ini karena
berfokus pada penggemukan atau peningkatan performa sapi.

10
Gambar 3. Kandang tipe tunggal

Gambar 4. Kandang ganda dengan dengan posisi saling membelakangi

Gambar 5. Tipe kandang ganda dengan lorong berada di tengah


Bahan kandang dapat dibuat dari bahan-bahan yang ada di daerah setempat, dengan
harga yang terjangkau tetapi kuat. Pada kandang yang di peruntukan untuk sapi PO di
buat kokoh dan senyaman mungkin karena sapi PO terkenal kuat, bahan-bahan yang
dapat digunakan untuk membuat kandang berupa beton dari tempat pakan hingga tiang
penyangga. Atap kandang dapat dibuat dari genteng hal ini bertujuan agar suhu di dalam
kandang tetap terjaga. Lantai kandang dapat dilapisi dengan karet atau diplester, asalkan
lantai rata, tidak licin, tidak mudah menjadi lembab, tahan injakan dan awet.
Persyaratan yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembangunan kandang sapi
secara teknis antara lain mudah dilakukan, harga bahan yang murah, tidak
berdampak negatif terhadap kesehatan ternak dan lingkungan sekitarnya serta dapat
meningkatkan efisiensi pengelolaan ( Rasyid, dkk. 2012).

11
2.3.2 Pembagian Kandang
Pembagian Kandang pada sapi mempunyai tujuan untuk memisahkan ternak
berdasarkan bangsa, ukuran, bentuk fisik, umur, bobot badan, dan ciri spesial tertentu.
Tatalaksana perkandangan sapi potong sesuai dengan tujuan dan pola pemeliharaan
meliputi kandang pembibitan, pembesaran dan penggemukan ( Rasyid dan Hartati, 2007).
Pembagian ini sangat berguna bagi peternak dalam mempermudah kegiatan kandang
seperti recording, penentuan harga, manajemen kandang, serta pengawasan terhadap
ternak. Pada Pemeliharaan sapi PO dan sapi madura dewasa kandang yang paling cocok
berupa kandang penggemukan.
Pada kandang penggemukan tujuan utamanya yaitu agar sapi mencapai bobot badan
maksimal pada umur tertentu dan memenuhi target yang diinginkan peternak. Digunakan
kandang tipe individu supaya ternak tidak banyak bergerak supaya tidak kehilangan
banyak energi dan mempercepat penggemukan. Lama pemeliharaan ternak pada kandang
penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak. Tipe
kandang untuk penggemukan jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk
menghindari perkelahian sesamanya( Rasyid dan Hartati, 2007).

2.3.3 Area penggembalaan


Area penggembalaan merupakan tempat di mana ternak di lepas liarkan untuk
mencari makan berupa rerumputan ataupun legum. Sistem penggembalaan adalah
pemeliharaan ternak sapi yang dilaksanakan dengan cara ternak digembalakan di suatu
padang penggembalaan yang luas, terdiri dari padang penggembalaan rumput dan
leguminosa (Tandi, 2010). Pastura adalah suatu lapangan terpagar yang ditumbuhi
hijauan dengan kualitas unggul dan digunakan untuk menggembalakan ternak ruminansia
(Parakkasi, 1999). Pastura terdiri dari beberapa macam, yaitu : pastura alam, pastura alam
yang sudah ditingkatkan, pastura buatan (temporer), dan pastura dengan irigasi.
Kelebihan penggembalaan yaitu peternak tidak susah payah dalam memikirkan
pemberian makan untuk ternak karena ternak sudah menyenggut sendiri makanan di
padang penggembalaan (Marta, 2015).
Pastura yang baik nilai cernanya adalah pastura yang tinggi canopinya yaitu 25
sampai 30 cm setelah dipotong. Padang penggembalaan yang baik mempunyai komposisi
botani 50% rumput dan 50% legum. Besarnya kadar air dan bahan kering yang harus
dimiliki oleh suatu padangan adalah 70 sampai 80% untuk kadar air dan bahan keringnya
20 sampai 30%. Hijauan pastura membutuhkan periode istirahat untuk tumbuh kembali
16 sampai 36 hari setelah dipotong (Marta, 2015).

2.4 Manajemen kesehatan dan penyakit


Berhasilnya suatu peternakan dilatar belakangi oleh faktor-faktor manajemen
pemeliharaan dimana segala sesuatu yang terkait dengan tata cara pemeliharaan ternak seperti
pola pemberian pakan, frekuensi pakan, kandang, sanitasi, lingkungan, sumber daya manusia,
penanganan dalam menjaga kesehatan serta penyakit. Penyakit pada ternak disebabkan oleh
banyak faktor antara lain manajemen kandang yang kurang baik, tempat air yang kotor, air
yang tercemar, rumput yang mengandung bibit cacing, penanganan rumput yang salah serta
luka yang tidak di tangani dengan baik yang berakibat pada infeksi. Kesehatan ternak

12
merupakan hal penting yang tidak boleh di sepelekan dalam menejemen sebuah peternakan,
hal ini juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai oleh peternak agar mengetahui
langkah yang harus dilakukan ketika ternak mengalami penyakit atau gejala tertentu.
Penerapan manajemen pencegahan penyakit yang sering diterapkan oleh perusahaan
peternakan yaitu: penerapan biosekuriti, sanitasi, vaksinasi, pemberian vitamin, suplementasi
dan pemberian obat cacing. Penerapan ini dirasa mampu untuk mencegah atau meminimalisir
masuknya penyakit ke peternakan (Suyasa, dkk. 2016).

2.4.1 Jenis penyakit


a. Penyakit antraks
Radang limpa merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis, antraks
yang menyerang hewan khususnya ruminansia (sapi, kerbau, domba, kambing, babi),
burung unta dan hewan menyusui lainnya. Antraks relatif membahayakan manusia
dan berdampak pada kerugian ekonomi. Antraks juga banyak mendapat perhatian
karena di masa lalu sering digunakan dalam perang biologi, dengan cara
menyebarkan spora melalui udara dan menyebabkan penyakit. Menurut Claudia,
dkk. (2017) menyatakan bahwa gejala ditandai dengan demam tinggi yang disertai
perubahan jaringan bersifat septisemia, infiltrasi serohemoragi pada jaringan
subkutan dan subserosa , serta pembengkakan akut limpa.
b. Septichaemia epizootica (SE) / ngorok
Penyakit SE merupakan penyakit menular terutama menyerang sapi dan kerbau.
Penyakit biasanya berjalan akut. Angka kematian tinggi terutama pada penderita
yang telah memperlihatkan penyakit dengan jelas. Penyakit ngorok (Septicaemia
Epizootica/ SE) merupakan salah satu penyakit yang telah bersifat endemik dan
dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar (Berek, dkk. 2015).
Menurut Belutowe (2015) menyatakan bahwa gejala-gejala yang muncul seperti
ngorok pada malm hari, leher bengkak, keluar kelenjar dari mulut, keluar kelenjar
dari hidung, tidak makan, tidak minum dan suhu tubuh panas.
c. Penyakit ingusan ( Malignant catrrahal fever / MCF)
Penyakit ingusan merupakan penyakit menular yang bersifat akut dan fatal pada
sapi dan kerbau. Penyakit ingusan atau Malignant catarrhal fever (MCF) adalah
penyakit yang menyebabkan kematian terutama pada ruminansia besar (sapi dan
kerbau) yang disebabkan oleh virus yang termasuk dalam genus Macavirus dan sub-
famili Gammaherpesvirinae (Li, et al. 2011). Di Indonesia, kejadian yang terbanyak
adalah pada sapi bali dan kerbau. Penyakit ingusan ini dapat menyerang ternak
segala umur, namun kebanyakan yang terserang berumur 4 – 6 tahun. Jenis kelamin
dan musim tidak mempengaruhi kejadian penyakit. Angka kematian akibat penyakit
ingusan sangat tinggi ( 95 % )
d. Scabies / kudis
Penyakit Scabies adalah penyakit pada ternak yang dikenal oleh masyarakat
petani peternak disebut Kudis. Ternak yang terserang penyakit ini akan mengalami
penurunan kondisi terutama berat badan, penurunan kualitas daging/ karkas,

13
kerusakan dan penurunan nilai kulit. Scabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei. Penyakit ini sering disebut juga
dengan kudis (Handoko, 2008).
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau, pada sapi disebabkan
oleh Chorioptes bovis, sedang pada kambing disebabkan oleh Psoroptes ovis.
Penularan penyakit ini terjadi bila kontak langsung antara ternak sakit dengan ternak
sehat, atau melalui peralatan kandang yang tercemar oleh penyakit. Tungau
menyerang dengan cara menginfestasi kulit induk semangnya dan bergerak membuat
terowongan di bawah lapisan kulit (stratum korneum dan lusidum) sehingga
menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut dan kerusakan kulit (Lastuti, et al.
2017).

2.4.2 Penanganan penyakit


a. Penanganan penyakit antraks
Pengobatan penyakit antraks pada ternak sebetulnya tidak menguntungkan untuk
strategi pengendalian jangka panjang. Ternak terserang antraks jika ditangani dengan
cepat akan tertolong dengan antibiotika seperti penisilin, tetrasiklin, streptomisin dan
antibiotika lainnya. Apabila pengaruh obat sudah hilang, lakukan vaksinasi sebab
pengobatan dapat mematikan endospora yang terkandung dalam vaksin. Selain itu
untuk memutus rantai penularan, bangkai ternak yang terkena anthrax dan semua
material yang diduga tercemar misalnya karena pernah bersinggungan dengan hewan
penderita harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur dalam-dalam serta
bagian atas dari lubang kubur dilapisi batu kapur secukupnya (Clarasinta dan Tri,
2017). Mengingat penyakit Anthrax merupakan penyakit zoonosis (suatu penyakit
yang dapat ditularkan antara hewan dan manusia) yang sangat berbahaya, oleh
karena itu hewan yang menderita Antraks dilarang keras untuk dipotong dan
dikonsumsi.
b. Penanganan penyakit Septichaemia epizootica/ ngorok
Pencegahan SE dilakukan dengan vaksinasi dan vaksin yang beredar adalah
dalam bentuk adjuvant minyak dan alluminium precipitat yang diberikan setahun
sekali. Putra, dkk. (2003) menyatakan bahwa dengan kekebalan kelompok sekitar
60% atau lebih, mampu menekan terjadinya wabah SE di lapangan pada sistem
peternakan yang bersifat tradisional / semi intensif pengobatan dapat dilakukan
dengan antibiotika Streptomisin, khloramfenikol, teramisin dan sejenisnya. Preparat
sulfa juga cukup baik untuk digunakan. Pencegahan dapat dilakukan dengan
vaksinasi.
c. Penanganan penyakit ingusan ( Malignant catrrahal fever / MCF)
Menghindari memelihara atau menggembalakan secara bersamaan antara sapi /
kerbau dengan domba pada satu lokasi. Menghindari pemasukan domba dari daerah
lain, karena domba adalah sebagai carrier / pembawa penyakit. Meningkatkan
sanitasi lingkungan dan tata laksana pemeliharaan ternak. Sampai saat ini tidak ada
obat yang efektif, oleh karena itu dianjurkan ternak yang menderita penyakit ingusan
agar dipotong. Pencegahan dan pengendalian MCF pada sapi madura harus

14
menerapkan biosekuriti yang ketat untuk menghindari kontak antara sapi madura
dengan domba (Wiyono dan Rini, 2018). Ternak yang menderita atau tersangka
penyakit MCF / ingusan dapat dipotong di bawah pengawasan dokter hewan yang
berwenang / petugas kesehatan hewan dan dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh
jaringan yang mengalami perubahan / menyimpang dari normal dapat diafkir. Sisa
hasil pemotongan harus dimusnahkan dengan dibakar dan dikubur.
d. Penanganan penyakit scabies / kudis
Pencegahan yang paling wajib dilakukan yaitu selalu menjaga kebersihan
kandang, melakukan sanitasi kandang dengan menyeluruh dan diperhatikan kembali
sirkulasi atau pergantian udara di dalam kandang agar tidak lembab. Pada ternak
yang telah terkena penyakit kudis dipisahkan dengan yang lain karena dapat menular
dan sesegera mungkin mendapat penanganan agar tidak menular. Pengobatan
penyakit scabies dapat dilakukan baik secara medis maupun pengobatan secara
tradisional. Belerang dipercaya oleh masyarakat dapat mematikan tungau Sarcoptes
scabiei karena kandungan sulfurnya, sedangkan minyak kelapa dipercaya sebagai
bahan pencampur obat-obatan karena kegunaannya sebagai pelarut untuk melarutkan
belerang disamping berperan dalam proses reabsorbsi obat ke dalam tubuh melalui
pori-pori kulit. Pengobatan tradisional lainnya dengan menggunakan oli bekas yang
dipanaskan dan dioleskan pada bagian kulit yang berlesi atau ke seluruh tubuh
(Randu, 2002).

2.4.3 Sanitasi
Kebersihan kandang yang terjaga akan membuat ternak terhindar dari berbagai
penyakit yang dapat merugikan peternak, selain itu kandang yang bersih membuat ternak
merasa nyaman hal tersebut merupakan faktor penting harus diperhatikan dalam
menejemen kandang kususnya sanitasi kandang. Menurut BPTP-Ungaran (2000) sanitasi
kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang meliputi kebersihan bangunan
tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk menjaga
kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi
sanitasi kandang antara lain lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan
kandang dan kepadatan populasi dalam kandang.
Penerapan higienitas dan sanitasi kandang terdiri dari: pembersihan kandang secara
teratur menggunakan desinfektan minimal 2 minggu sekali, untuk menjaga kebersihan
peternak baik saat akan masuk maupun keluar kandang, serta menjaga kebersihan hewan
ternak dengan mencegah adanya lalat ataupun kotoran yang menumpuk di sekitarnya
(Nuraini, dkk. 2020). Pada kegiatan sanitasi lebih baiknya di lakukan setiap hari hal ini
bertujuan agar tidak ada kotoran yang menumpukdi kandang, memandikan sapi pada pagi
hari selain untuk sanitasi juga dapat membuat ternak lebih tenang, penjemuran ternak
juga termasuk dalam sanitasi ternak dalam mengeringkan bulu-bulunya ketika sesudah di
mandikan selain itu juga membuat sapi tidak agresif karena dapat mengurangi stress pada
sapi.

15
2.4.4 Biosecurity
Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat
diminimalkan (Dinas peternakan dan Kesehatan hewan provinsi Jawa Tengah, 2019).
Dalam dunia peternakan, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar
peternakan. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai bila semua ternak berada dalam
keadaan sehat, karena ternak mampu berproduksi dengan optimal jika dalam kondisi
yang sehat.
Komponen utama biosekuriti adalah isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi (Ida,
2017):
 Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu
area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam pengendalian penyakit
adalah meminimalkan pergerakan hewan dan kontak dengan hewan yang baru datang.
Tindakan lain yaitu memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok
produksi. Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih
dan didisinfeksi.
 Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa
oleh alat angkut, hewan selain ternak (kuda, anjing, kucing, hewan liar, rodensia, dan
burung), dan pengunjung. Hewan yang baru datang sebaiknya diketahui status
vaksinasinya, hal ini merupakan tindakan untuk memaksimalkan biosekuriti. Oleh
sebab itu, mengetahui status kesehatan hewan yang baru datang sangat penting.
Kontrol lalu lintas di peternakan harus dibuat dengan baik untuk menghentikan atau
meminimalkan kontaminasi pada hewan, pakan, dan peralatan yang digunakan. Alat
angkut dan petugas tidak boleh keluar dari area penanganan hewan yang mati tanpa
melakukan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi terlebih dahulu.
 Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh
feses. Kontaminasi feses dapat masuk melalui oral pada hewan (fecal-oral cross
contamination). Kontaminasi ini dapat terjadi pada peralatan yang digunakan seperti
tempat pakan dan minum. Langkah pertama tindakan sanitasi adalah untuk
menghilangkan bahan organik terutama feses. Bahan organik lain yaitu darah, saliva,
sekresi dari saluran pernafasan, dan urin dari hewan yang sakit atau hewan yang mati.
Semua peralatan yang digunakan khususnya tempat pakan dan minum harus di-
bersihkan dan didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi.
Tindakan umum yang dilakukan dalam program biosekuriti adalah mengawasi keluar
masuknya hewan, mencegah kontak dengan hewan atau hewan liar, secara rutin
membersihkan dan mendesinfeksi sepatu, pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika
menangani hewan, mencatat pengunjung, hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar
(Ida, 2017). Salah satu penerapan biosecurity dalam pengawasan hewan atau sapi baru
sebelum memasukan ke dalam kandang yaitu pemeriksaan sapi, pemandian sapi, dan
penjemuran sapi terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk mencegah agara memperkecil
adanya virus atau penyakit yang di bawa hewan tersebut ke dalam kanang.

16
2.5 Manajemen Pengelolaan Limbah
Hasil samping dari aktivitas peternakan merupakan limbah. Karakteristik limbah
peternakan dapat dibedakan dari bentuk dan sifatnya. Limbah ternak berdasarkan bentuk
adalah limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat merupakan semua limbah
yang berbentuk padatan atau dalam feses padat (kotoran ternak/feses, ternak yang mati, isi
perut dan rumen, sisa pakan dan bedding/litter), limbah cair adalah semua limbah yang
berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencuci ternak, alat-alat
dan kandang). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada
dalam fase gas (CO, NH3, H2S, CH4). Apabila limbah ternak tidak ditangani dengan baik
maka akan menyebabkan masalah lingkungan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi
ternak dan manusia ( Saputro, dkk. 2014). Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan
sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik
pengumpulan (collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan
penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal) ( Setiawan, dkk. 2013).
 Limbah Padat
Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase
padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak)
(Hidayatullah, dkk. 2014). Menurut Rahayu (2010) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa untuk satu ekor sapi dengan bobot badan 400-500 kg dapat menghasilkan
limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari. Limbah yang berasal dari
peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan perlakuan
yang tepat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah peternakan
tersebut. Salah satunya pengolahan kotoran menjadi pupuk kandang, cara ini
merupakan cara yang paling sederhana yang sering kita jumpai yaitu kotoran ternak
dibiarkan hingga kering (Adityawarman, dkk. 2015). Limbah ternak sebagai hasil
akhir dari usaha peternakan memiliki potensi untuk dikelola menjadi pupuk organik
seperti kompos yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya dukung
lingkungan, meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani dan
mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan (Ratriyanto, dkk. 2019).
Saat ini banyak usaha peternakan yang dilakuan secara intensif sehingga
penemuan baru yang digunakan untuk pemanfaatan limbah biologi sedang digalakkan
agar peternak mampu mengolahnya sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan
rumah tangga dari hasil usaha tersebut. Salah satu energi alternatif tersebut adalah
biogas. Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi feses (kotoran) ternak
misalnya: sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, dan lain-lain dalam suatu ruangan yang
disebut digester ( Damanik, 2014). Hasil dari biogas yaitu sludge yang bisa
dimanfaatkan langsung pada budidaya padi atau sebagai bahan baku dalam
pembuatakan kompos karena sludge memiliki kandungan unusur N, P dan K (Yanti,
dkk. 2019 ).
 Limbah Cair
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase
cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat) (Hidayatullah, dkk. 2014). Limbah
kotoran sapi berupa cairan seperti urin dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang lebih
berguna, urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair yang biasa disebut

17
dengan biourine. Biourin merupakan pupuk cair yang berbahan dasar urin yang
mengandung unsur yang lengkap yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium dan unsur mikro
yang lain yang bermanfaat untuk tanaman. Penggunaan urin sapi sebagai pupuk
organik akan memberikan keuntungan diantaranya harga relatif murah, mudah didapat
dan diaplikasikan, serta memiliki kandungan hara yang dibutuhkan tanaman.
Kandungan urine sapi antara lain Nitrogen (N) : 1,4 hingga 2,2 % , fosfor ( P ) : 0,6
hingga 0,7% , dan kalium ( K ) 1,6 hingga 2,1%. Urin sapi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk biourin dengan cara menginkubasinya terlebih dahulu hingga
terdekomposisi. Pada proses dekomposisi urin sapi ditambahkan lengkuas, kencur,
kunyit,  temulawak dan jahe. Bau urin sapi diharapkan dapat dinetralisir dengan
minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon. Minyak atsiri tersusun atas
eugenol, yang berfungsi sebagai antimikroba, sehingga mikroba anaerob dalam proses
pengomposan dapat berkurang. Berkurangnya mikroba anaerob ini menyebabkan
berkurangnya bau pada biourin (Rohani, dkk. 2017). Parameter lain yang diamati
dalam pengolahan limbah cair yaitu banyaknya pupuk cair yang dihasilkan dan
tambahan pemasukan (Adityawarman dkk, 2015).
Pengelolaan limbah lebih lanjut dapat mengurangi pencemaran yang terjadi di
lingkungan terutama bau yang ditimbulkan. Limbah cair penangananya dengan diolah
secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut pengolahan primer,
proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya
operasi yang tinggi (Adijaya dan Yasa, 2012). Limbah cair akan melalui filter di
dalam kolam pengumpul, kolam aerasi, kolam pengendapan dan kolam kontrol
sebelum akhirnya dibuang ke badan air penerima. Pengolahan air limbah bertujuan
untuk mempercepat proses penjernihan air limbah dan mengurangi konsentrasi
senyawa beracun yang terkandung dalam air limbah, sehingga aman untuk dibuang ke
badan air penerima serta memenuhi Standar Baku Mutu Lingkungan (Wulansari,
2011).
 Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas
(Hidayatullah, dkk. 2014). Beberapa gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara
lain ammonia, hydrogen sulfida, dan CO2. Limbah peternakan lainnya adalah gas
metana (CH4) yang berasal dari sendawa, kentut sapi, dan feses sapi. Gas-gas tersebut
selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan bau tak
sedap dan mengganggu kesehatan manusia (Saputro, dkk. 2014). Berdasarkan hasil
penelitian IPB University menunjukkan bahwasanya gas metana dari aktivitas
peternakan dapat dikurangi menggunakan ransum dengan bahan pakan yang
mengandung tannin. Tannin dapat mengurangi produk gas metana saat proses
pencernaan berlangsung, karena tannin dapat menghambat pertumbuhan bakteri
metanogen yang memproduksi gas metana. Jenis tanaman yang banyak mengandung
tanin misalnya tanaman leguminosa atau kacang-kacangan. Caranya dengan
mengekstrak tanaman tersebut, lalu diambil taninnya dan dijadikan pakan adiktif.

18
2.6 Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana perorangan dan kelompok
mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran produk yang bernilai
masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk mengembangkan suatu produk,
distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan. Strategi pemasaran adalah suatu
mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di
dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran
dan budget untuk pemasaran yang mana mendefinisikan alat pemasaran kedalam 7P atau
sering disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga, promosi, orang, bukti fisik dan
proses.
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan
konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, dan
penyaluran atau penjualan produk tersebut.
Viral marketing adalah membuat pesan pemasaran atau advertising yang bertujuan untuk
disebarkan melalui online word of mouth (WOM). Viral Marketing, Viral marketing
merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki media sosial dibandingkan dengan media
tradisional. Menggunakan media social sebagai alat komunikasi pemasaran tidak hanya
seperti menggunakan internet dan tehnologi, akan tetapi harus menggunakan taktik dan
strategi komunikasi Media sosial saat ini sudah banyak digunakan sebagai alat dalam strategi
pemasaran untuk menciptakan value pada pelanggan (Moriansyah, 2015).
YouTube merpakan jejaring sosial yang cukup banyak dimanfaatkan untuk pemasaran di
Internet. Lewat YouTube, kita bisa melakukan berbagai promosi dengan memanfaatkan
media video dan sama seperti jejaring sosial lainnya, akun YouTube juga bisa menghasilkan
peluang bisnis. Yakni peluang bisnis jual jasa penambah subscriber dan viewer di YouTube.
Subscriber adalah orang yang berlangganan video Anda di YouTube, semakin banyak
pelanggan video Anda maka akan semakin besar besar kemungkinan terjadinya penanyangan
video Anda. Semakin banyak penanyangan video maka akan semakin populer video tersebut
dan juga akan semakin banyak orang yang melihat promosi Anda (Ramadhayanti, 2019)

19
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini selama satu bulan dimulai tanggal 14
Juni – 14 Juli 2021. Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Peternakan Sapi
Berkah Setia Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

3.2 Materi Pelaksanaan


Materi yang akan digunakan dalam PKL ini adalah manajemen penggemukan sapi madura
dan sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Metode yang digunakan dalam PKL ini adalah magang kerja yang meliputi wawancara,
diskusi, observasi dan berpartisipasi aktif dalam membantu kegiatan pemeliharaan, pemberian
pakan dan produksi harian sesuai dengan judul praktek kerja lapang. Data yang diperoleh
berupa data primer dan data sekunder. Metode pengambilan data secara langsung dapat
dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada
pimpinan serta karyawan perusahaan. Dengan materi yang diamati sebagai berikut :
1. Analisis Keadaan Perusahaan :
a. Sejarah Perusahaan
b. Lokasi Perusahaan
c. Struktur Organisasi
2. Analisis Keadaan Peternakan :
a. Perkandangan
b. Pemberian Pakan dan Minum
c. Pengontrolan Bobot Badan
d. Pengendalian Penyakit
e. Biosecurity
f. Kesehatan Sapi

3.3 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran dalam pelaksanaan PKL ini adalah pemilik peternakan, karyawan dan
semua aspek mulai dari aktivitas pemeliharaan sapi, pemberian pakan dan minum, serta
penaganan penyakit pada ternak sapi di Peternakan Berkah Setia Farm Kabupaten Purworejo,
Jawa Tengah.

20
3.4 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah studi literature,
studi lapang, wawancara, dan koleksi data.

3.4.1 Studi Literatur


Studi literatur ini dilaksanakan saat sebelum dan selama kegiatan PKL berlangsung.
Tujuan dari studi literatur agar mahasiswa pelaksana mengetahui gambaran mengenai
materi PKL dan dapat membandingkan kegiatan selama PKL dengan teori yang ada
sebagai penunjang pelaksanaan kerja dan penyusunan laporan.
3.4.2 Studi Lapang
Studi lapang dilaksanakan selama kegiatan PKL berlangsung di Berkah Setia Farm,
Purwprejo dari studi lapang adalah mempelajari ilmu yang diterapkan dalam suatu instansi
yang berkaitan dengan bidang peternakan. Pada studi lapang ini mahasiswa akan
menerapkan ilmu yang diterima selama perkuliahan.

3.4.3 Wawancara
Wawancara serta diskusi dilakukan dengan pemilik maupun penjaga kadang dilapang
yang berkaitan dengan manajemen penggemukan Sapi Madura dan Sapi PO ( Peranakan
Ongole) di Berkah Setia Farm, Purworejo, sehingga dapat digunakan dalam penyusunan
laporan.

3.4.4 Koleksi Data


Koleksi data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung, pencatatan,
dan dokumentasi yang berkaitan dengan manajemen penggemukan sapi di Peternakan
Berkah Setia Farm, Purworejo sehingga dapat digunakan dalam penyusunan laporan.

3.5 Variable Pengamatan


Variabel yang akan diamati dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang adalah manajemen
penggemukan pejantan unggul yang meliputi :

3.5.1 Manajemen Pakan dan Minum


a. Pemberian pakan hijauan
b. Pemberian pakan konsentrat
c. Pemberian pakan aditif atau suplemen
d. Pemberian air minum
3.5.2 Manajemen Perkandangan
a. Tipe kandang
b. Pembagian kandang
c. Area penggembalaan
3.5.3 Manajemen Kesehatan dan Penyakit
a. Jenis penyakit
b. Penanganan penyakit

21
c. Sanitasi
d. Biosecurity
3.5.4 Manajemen Pemilihan Bakalan
a. Karakteristik
3.5.5 Manajemen Pengelolaan Limbah
3.5.6 Pemasaran

3.6 Analisis Hasil Kegiatan


Hasil yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapang akan dianalisis secara deskriptif
yakni dengan menjelaskan situasi obyek pengamatan dari data – data yang diperoleh dalam
Praktek Kerja Lapang, kemudian dibandingkan dengan study literatur, sehingga diperoleh
kajian teori yang dapat memberikan gambaran nyata mengenai keadaan yang ada di lapangan.
Data yang digunakan dalam analisis hasil meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan di lapang secara langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari
data yang dimiliki oleh perusahaan.

3.7 Jadwal Kegiatan PKL


Praktek Kerja Lapang merupakan kegiatan akademis yang wajib dilaksanakan oleh
mahasiswa melalui magang kerja di suatu instansi pemerintah atau swasta dalam lingkup
peternakan. Adapn jadwal kegiatan Praktik Kerja Lapang yang akan dilaksanakan di Setia
Farm Purworejo disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jadwal kegiatan
Maret April Mei Juni Juli Agustus
Minggu ke Minggu Minggu Minggu ke
No Kegiatan Minggu ke - Minggu ke
- ke- ke- -
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
dan
Konsultasi
1 Proposal                                              
Praktek
Kerja
Lapang
Pembekalan
Praktek
2                                                
Kerja
Lapang
Pelaksaan
Praktek
3                                                
Kerja
Lapang
4 Penyusunan                                                
dan

22
Konsultasi
Laporan
Praktek
kerja
Lapang

3.9 Batasan Istilah


a. Inbreeding adalah perkawinan antara dua individu yang memiliki hubungan darah yang
sangat dekat.
b. Crossbreeding adalah perkawinan antara dua individu yang tidak memiliki hubungan
darah.
c. Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus dan diarahkan terhadap satu
bangsa ternak tertentu.
d. Bos Javanicus adalah salah satu bangsa sapi asli dan murni Indonesia, yang merupakan
keturunan asli banteng .
e. Bos Indicus adalah sapi berpunuk atau zebu yang berkembang di India dan sebagian
berkembang di Indonesia.
f. Ad libitum adalah metode pemberian pakan/ minum secara terus menerus hingga target
pemeliharaan tercapai.
g. Palatabilitas adalah derajat kesukaan yang ditunjukkan oleh ternak untuk mengkonsumsi
bahan pakan yang diberikan suatu waktu tertentu.
h. Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alamiah di antara hewan
dan manusia.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Perusahaan

4.1.1 Profil Perusahaan


Berkah Setia Farm merupakan usaha peternakan yang bergerak di bidang peternakan
khusus nya penggemukan sapi potong. Perusahaan ini berlokasi di Dusun Gresikan, Desa
Depokrejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pemilik Berkah
Setia Farm adalah Bapak Prayitno. Perusahaan ini awalnya pada tahun 2017 hanya
memiliki 10 ekor sapi dan terjual semua dengan meraih keuntungan yang cukup besar di
musim kurban tiba, pada tahun berikutnya beliau mampu menjual 64 ekor sapi, seiring
berjalannya waktu perusahaan tersebut berkembang dengan pesat karena adanya maskot
di peternakan tersebut yang bernama Reymond dengan jenis sapi Limousin. Pada tahun
2021 perusahaan tersebut berhasil menjual 172 ekor sapi pada musim kurban tiba.

4.1.2 Tata Letak Perusahaan


Berkah Setia Farm terletak di Dusun Gresikan, Desa Depokrejo, Kecamatan
Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Lokasi peternakan tersebut memiliki
jarak dengan kota Purworejo sekitar 23 kilometer. Jarak dengan pemukiman peduduk
sangat dekat karena lokasi tersebut bersebelahan dengan rumah penduduk pada batas
wilayah Utara dan Timur. Batas wilayah Barat berbatasan dengan pemukiman pertanian
dan Batas wilayah selatan berbatasan dengan jalan raya. Kabupaten Purworejo
merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19°C - 28°C, kelembapan
udara antara 70% - 90% dan memiliki curah hujan tertinggi 289mm, sehingga lokasi
tersebut cocok untuk usaha peternakan sapi potong. Secara tofografi lokasi tersebut
terletak pada posisi 109° 47’ 28’’ - 110° 08’ 20’’ Bujur Timur, 7° 32’ Lintang Selatan.
Adapun peta lokasi Berkah
Setia Farm dapat dilihat
pada Gambar 6.

24

Gambar 6. Lokasi Berkah Setia Farm


4.1.3 Struktur Organisasi
Dalam sebuah perusahaan struktur organisasi sangat diperlukan agar usaha tersebut
dapat berhasil dan berjalan sebagaimana mestinya. Apabila struktur organisasi pada
perusahaan tersebut dapat tertata sesuai kebutuhan maka perusahaan tersebut dapat
berkembang dan berjalan dengan baik. Adapun susunan struktur organisasi pada Berkah
Setia Farm dapat dilihat pada Gambar 7 dengan fungsi sebagai berikut :
a. Direktur Utama, memiliki fungsi mengendalikan seluruh program perusahaan dan
memberikan keputusan pada kondisi tertentu.
b. Direktur Operasioanl, memiliki fungsi merencanakan, mengawasi serta mengambil
keputusan untuk kebutuhan operasional perusahaan.
c. Administrasi dan Keuangan, memiliki fungsi mengawasi dan dan bertanggung jawab
pada kegiatan yang berhubungan dengan finansial.
d. Mekanik dan sipil, memiliki fungsi pembenahan fasilitas serta bangunan perusahaan
yang mengalami kerusakan.
e. Publikasi dan Pemasaran, bertanggung jawab dalam pengoperasian Instagram dan
YouTube serta mempromosikan ternak.
f. Kesehatan hewan, memiliki fungsi mengontrol kesehatan ternak seminggu sekali dan
bertanggung jawab dalam kesehatan ternak kapanpun saat dibutuhkan.
g. Transportasi dan pakan, memiliki tanggung jawab dalam pengiriman ternak kepada
customer dan bertanggung jawab pada ketersediaan pakan untuk kebutuhan ternak.
h. Koordinator kandang, memiliki fungsi untuk menyusun dan mengatur kebijakan
operasional kandang, melakukan pengawasan kinerja pada seluruh bidang dan
menyampaikan informasi dari karyawan ke kesehatan hewan apabila ternak sakit.
i. Karyawan, sebagai pengawas utama ternak jika terjadi hal yang tidak diinginkan dan
pelaksana program yang diperintahkan oleh koordinator kandang.

25
Prayitno
Direktur Utama

Setya Hermawan S. Kep


T Direktur Operasional dan Administrasi ena
g Keuangan a

Azhar Rosyid S.
Tr. I. Kom Paryudi Wahyu Ery S. K. H Irfan Safrudin S. Kep

Publikasi dan Mekanik dan Sipil Kesehatan Hewan Transportasi dan Pakan
Pemasaran

Winarno Tarno Yuli


Sugi
Koordinator Rayon Koordinator Rayon Koordinator Rayon
Koordinator Rayon 4
1 2 3

Septo Bryan Jono Muji


Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan

Gambar 7. Stuktur organisasi Berkah Setia Farm


kerja dalam perusahaan harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan itu sendiri agar
efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya. Berkah Setia Farm memiliki 14 orang
tenaga kerja yang dijelaskan pada tabel 3.
Tabel 2. Jumlah tenaga kerja Berkah Setia Farm
Tenaga Kerja Jumlah Orang Pendidikan
Direktur Utama 1 SMA Sederajat
Direktur Operasional dan
1 Sarjana Keperawatan
Administrasi Keuangan
Publikasi dan Pemasaran 1 Sarjana Terapan Ilmu Komputer
Mekanik dan Sipil 1 SMA Sederajat
Kesehatan Hewan 1 Sarjana Kedokteran Hewan
Transportasi dan Pakan 1 Sarjana Keperawatan
Koordinator Rayon 4 SMA Sederajat
Karyawan 4 SMA Sederajat
Jumlah 14
Sistem kerja tenaga kerja Berkah Setia Farm berlangsung pada pukul 06.00 – 20.00
WIB. Waktu istirahat dilakukan saat semua pekerjaan telah selesai pada pukul 11.00
WIB, pekerjaan akan dimulai kembali pada pukul 14.30 WIB dan berakhir pada pukul
20.00 WIB. Setiap tenaga kerja memiliki tugas masing – masing agar bisa fokus pada
kerjaan serta agar bisa selesai dengan cepat dan tepat. Berikut merupakan penjabaran
kegiatan harian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 4.

26
Tabel 3. Jadwal kegiatan harian karyawan Berkah Setia Farm
Waktu Kegiatan Pekerja
 Membersihkan sisa pakan hari sebelumnya
06.00 – 07.00  Membersihkan tempat pakan dan minum
4 karyawan
 Membersihkan kotoran sapi
 Menyiapkan konsentrat
07.00 – 07.45 Pemberian pakan konsentrat 4 karyawan
Menyemprot kandang dan memandikan sapi
07.45 – 08.30 (setiap hari) dan membersihkan peralatan 4 karyawan
kandang
08.50 – 09.00 Menyiapkan pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
09.00 – 09.15 Pemberian pakan Jerami atau hijauan 4 karyawan
Seluruh
09.15 – 10.00 Istirahat ( makan pagi )
karyawan
10.00 – 11.00 Mencari jerami padi 4-5 Karyawan
Seluruh
11.00 – 14.30 ISHOMA
karyawan
 Membersihkan sisa pakan di pagi hari
 Membersihkan tempat pakan dan tempat minum
14.50 – 15.30 4 karyawan
 Membersihkan kotoran sapi
 Menyiapkan pakan konsentrat
15.30 – 16.15 Pemberian pakan konsentrat 4 karyawan

27
 Menyemprot tempat pakan dan tempat minum
16.15 – 16.45 4 karyawan
 Membersihkan peralatan kandang
16.50 – 17.00 Menyiapkan pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
17.00 – 17.15 Pemberian pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
Pengontrolan pakan dan pengawasan terhadap
19.00 – 20.00 4 karyawan
ternak
4.1.4 Populasi Ternak
Berkah Setia Farm memiliki populasi sapi sebanyak 172 ekor di bulan Juli 2021. Sapi
yang dipelihara untuk di gemukkan meliputi sapi Madura, sapi Bali, sapi Pernakan
Ongole, sapi Simental cross, sapi Limousin dan sapi Brangus. Sapi tersebut diambil dari
pasar Madura, Bali, Yogyakarta, Kebumen dan peternak rakyat lingkungan sekitar.
Jumlah populasi sapi Berkah Setia Farm dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 4. Populasi ternak sapi Berkah Setia Farm bulan Juli 2021
Jenis kelamin
No Jenis Sapi Jumlah
Jantan Betina
1. Sapi PO 30 4 34
2. Sapi Simental cross 26 1 27
3. Sapi Madura 33 0 33
4. Sapi Bali 73 0 73
5. Sapi Brangus 1 0 1
6. Sapi Limousin 1 0 1
7. Pedet PO 3 0 3
Jumlah 167 5 172
Berdasarkan tabel diatas Berkah Setia Farm tidak hanya memelihara sapi pejantan
namun juga memelihara sapi betina yang digunakan untuk pembiakan akan tetapi tujuan
utamanya untuk penggemukan. Populasi paling banyak yaitu sapi Bali karena sapi bali
relatif murah dan permintaan konsumen akan jenis sapi tersebut sangat tinggi. Sapi
Madura, sapi ini juga banyak diminati oleh konsumen karena harga nya yang relatif
murah selain itu sapi tersebut mudah ditemui karena diambil dari pasar Madura langsung.
Sapi Simental cross, sapi ini relatif lebih mahal namun memiliki pertumbuhan yang cepat
dan memiliki badan yang besar serta Panjang. Sapi PO, sapi tersebut mudah dijumpai di

28
pasar Kebumen namun memiliki pertumbuhan yang sedikit lambat dibanding sapi
Simental. Sapi Brangus, jenis sapi ini tidak banyak hanya berjumlah satu ekor
dikarenakan sapi tersebut sulit ditemukan di pasar maupun lingkungan sekitar namun
memiliki petulangan dan tubuh yang besar. Sapi limousin, sapi ini digemari oleh
masyarakat, namun memiliki harga yang relatif mahal. Data jumlah populasi sapi potong
tiap harinya berubah dikarenakan bakalan yang datang tidak menentu sehingga akan
mempersulit recording pada populasi ternak.

4.1.5 Fasilitas dan Bangunan


Fasilitas dan bangunan merupakan salah satu faktor penunjang untuk kelancaran
produksi di suatu perusahaan apapun. Suatu perusahaan harus mengikuti standar fasilitas
dan bangunan, jika tidak mengikuti standar maka pekerjaan bisa terhambat. Fasilitas dan
bangunan di Berkah Setia Farm belum sepenuhnya memenuhi standar yang ada
dikarenakan peternakan tersebut masih serba sederhana. Adapun fasilitas dan bangunan
di Berkah Setia Farm dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Fasilitas dan Bangunan kandang Berkah Setia Farm


Nama Bangunan Ukuran (m) Luas Bangunan (m2) Jumlah
Tempat penurunan ternak 20 x 20 400 1
Tempat parkir 15 x 5 75 1
Toilet 2x3 6 2
Gazebo 3 x 10 30 3
Gudang pakan konsentrat 5x7 35 2
Gudang pakan hijauan 3x7 21 1
Pos keamanan 4x3 12 1
Berkah Setia Farm memiliki kandang individu tipe tunggal dan tipe ganda (head to
head). Kandang individu tipe tunggal ada 5 flock dibagian depan dan kandang individu
tipe ganda ( head to head ) ada 2 flock dibagian belakang dekat dengan tanaman jambu.
Penempatan sapi disesuaikan dari bobot badan, sapi yang memiliki bobot badan 1 Ton
atau lebih di bagian depan dan sapi yang berbobot badan 300 – 450 Kg di kandang tipe
ganda bagian belakang. Tempat penampungan limbah cair berada di sebelah barat
kandang individu tipe ganda, kemudian limbah padat ditampung di sebelah timur
kandang individu tipe tunggal dan disebelah timur kandang individu tipe ganda. Gudang
pakan konsentrat berada di sebelah barat dapur dan yang satu di sebelah barat kandang
individu tipe tunggal. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di denah pada gambar 8.

29
Gambar 8. Denah kandang Berkah Setia Farm

4.2 Sapi Potong


Sapi potong memiliki kontribusi besar untuk penghasil daging, selain itu dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, oleh karena itu banyak kalangan masyarakat
yang memelihara sapi potong untuk dimanfaatkan dagingnya. Daging sapi merupakan bahan
pangan yang mampu mencukupi kebutuhan gizi masyarakat. Selain daging, limbah sapi
potong juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Provinsi Jawa Tengah memiliki
potensi besar setelah provinsi Jawa Timur dalam pengembangan sapi potong salah satunya
yaitu usaha penggemukan sapi potong yang sistem pemeliharaannya relatif mudah. Berkah
Setia Farm merupakan salah satu perusahaan di bidang penggemukan sapi potong di daerah
Jawa Tengah. Ada 6 jenis sapi potong yang dipelihara yaitu sapi Bali, sapi Madura, Sapi
Limousin, sapi Brangus, Sapi PO dan sapi Simental cross dengan total 172 ekor.
Pengembangan usaha penggemukan sapi potong merupakan langkah yang tepat karena dapat
meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petenak dan kabupaten Purworejo memiliki
prospek yang bagus akan usaha tersebut.

4.2.1 Sapi Madura


Sapi Madura merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang berasal dari Pulau Madura.
Berdasarkan hasil pengamatan dan tanya jawab dengan pihak Berkah Setia Farm jenis
sapi tersebut memiliki ciri – ciri berwarna coklat bata dengan mata berwarna hitam,

30
memiliki kuku dan moncong berwarna hitam, bentuk tanduk pendek dan mengarah
keluar, memiliki rambut halus disekitar mulut. Sapi Madura memiliki garis punggung
berwarna hitam dari pundak hingga ujung ekor sapi ini memiliki perawakan sedang dan
kaki relatif pendek.
Jenis sapi ini memiliki keunggulan yang mampu adaptasi terhadap iklim panas dan
memiliki kualitas karkas yang bagus namun harus di imbangi dengan pemeliharaan yang
baik pula. Pradana, dkk (2015) menyatakan bahwa peningkatan populasi sapi Madura
harus selalu diimbangi oleh pemeliharaan ternak yang baik Pemeliharaan sapi yang baik
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pola pemeliharaan, kualitas dan kuantitas
pakan serta faktor lingkungan. Kelemahan dari sapi Madura yaitu memiliki pertulangan
yang kecil dan pertambahan bobot badan lambat.

4.2.2 Sapi PO (Peranakan Ongole)


Sapi Peranakan Ongole ( PO ) merupakan salah satu rumpun sapi lokal Indonesia.
Sapi ini merupakan persilangan antara sapi Ongole dan sapi Jawa. Sapi Peranakan
Ongole memiliki ciri – ciri memiliki warna tubuh putih dan abu – abu, memiliki gelambir
panjang dan menggantung, memiliki tanduk mengarah keluar ke atas. Sapi jantan
memiliki ukuran punuk yang lebih besar di banding dengan sapi betina. Sapi Peranakan
Ongole (PO) memiliki perawakan yang besar ada pula yang memiliki perawakan kecil.
Keunggulan dari sapi Peranakan Ongole yaitu mampu beradaptasi di iklim tropis dan
memiliki sistem reproduksi yang bagus. Kelemahannya yaitu pertumbuhan bobot badan
lambat sehingga di perlukan waktu yang lama untuk pemeliharaan.

4.2.3 Pemilihan Bakalan Sapi


Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan beternak yaitu pemilihan bakalan
sapi. Bakalan sapi harus mempunyai sifat unggul serta memenuhi syarat untuk
digemukkan agar bisa menghasilkan daging. Keberhasilan penggemukan sapi potong
tergantung pemilihan bakalan dan ketekunan saat pemeliharaan. Bakalan yang dipilih
harus memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Bakalan pada
peternakan Berkah Setia Farm berasal dari Pulau Madura, Bali, Yogyakarta, Kebumen.
Selain itu juga diperoleh dari penduduk sekitar karena harga relatif murah dibanding
harga sapi di pasaran.
Pemilihan Bakalan di Berkah Setia Farm ditangani oleh Setya Hermawan untuk
memilih sapi bakalan yang bagus dan sehat yang dapat menguntungkan apabila
digemukkan. Pertimbangan dalam pemilihan sapi bakalan yaitu kondisi kesehatan ternak
tidak ada yang cacat, jenis kelamin ternak, umur sapi, harga terjangkau dan memenuhi
keinginan customer. Customer di Berkah Setia Farm mayoritas menginginkan sapi
Madura dan sapi Peranakan Ongole (PO). Jenis kelamin sapi yang dipelihara kebanyakan
berjenis kelamin jantan dikarenakan sapi jantan memiliki pertumbuhan berat badan
harian yang lebih tinggi daripada sapi betina, terutama yang masih produktif. Faktor
umur diperhatikan dalam pemilihan bakalan, umur sapi Madura dan sapi Peranakan
Ongole yang dipelihara rata – rata berumur 2 – 3 tahun dengan berbobot badan 300 – 450
kg dikarenakan memiliki pertumbuhan bobot badan yang lebih tinggi di banding sapi

31
yang berumur >4 tahun. Rianto dan Purbowati (2009) menyatakan bahwa beberapa
kriteria yang digunakan memilih bakalan yaitu bakalan berjenis kelamin jantan dan
berumur kira-kira 2 – 2,5 tahun, alasannya pada umumnya sapi jantan memiliki
pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina.
Setelah sapi bakalan datang di peternakan tidak dilakukan penimbangan karena sudah
ditimbang sebelum diantarkan ke peternakan. Sapi yang baru saja datang dilakukan
karantina terlebih dahulu agar bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Kemudian
diberikan pakan konsentrat dan jerami, namun ketika diberi pakan tersebut nafsu makan
berkurang dikarenakan belum bisa menyesuaikan lingkungan sekitar. Setelah dilakukan
karantina kemudian di tempatkan bersama sapi yang lain dan ditempatkan berdasarkan
bobot badan sapi dan jenis sapi.

4.3 Manajemen Perkandangan


Kandang merupakan struktur atau bangunan yang digunakan untuk tempat tinggal bagi
hewan ternak agar nyaman dan dapat berkembang dengan maksimal. Fungsi utama kandang
yaitu untuk menjaga ternak agar tidak berkeliaran, melindungi ternak dari perubahan cuaca
yang buruk, mencegah ternak terjangkit dari penyakit dan memudahkan saat perawatan.
Berdasarkan tanya jawab dengan pihak Berkah Setia Farm, peternakan memiliki kandang
individu yang terdiri dari 5 kandang tipe tunggal dan 2 kandang tipe ganda. Pembangunan
setiap kandang di dasari oleh ketersediaan lahan dan memaksimalkan tempat yang ada, hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam manajemen perkandangan serta kerapian kandang.
Menurut Marsuma et al (2016) bahwa Kesejahteraan ternak merupakan bagian dari
manajemen yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan ternak, selain kualitas genetik ternak
dan pakan ternak. Kesejahteraan ternak menjadi aspek penting untuk diperhatikan dalam
manajemen pemeliharaan karena penerapannya dapat memberikan kondisi lingkungan yang
sesuai bagi ternak sehingga berdampak pada peningkatan sistem fisiologi ternak yang
diharapkan memiliki dampak baik terhadap produktivitas, diantaranya pertambahan bobot
badan ternak.

Kandang Berkah Setia Farm berlokasi di tengah lingkungan pedesaan yang jarak satu
rumah ke rumah yang lain masih sangat lenggang jadi tidak menimbulkan pencemaran
ataupun kotoran yang dapat merugikan warga sekitar. Letak kandang yang jauh dari
keramaian menjadi keuntungan tersendiri pada ternak agar tidak mudah stress, selain itu
kandang Berkah Setia Farm memiliki tempat yang luas untuk menampung kotoran dan
terdapat parit yang cukup panjang dan dalam untuk menampung limbah cair yang di hasilkan.
Berkah Setia Farm mempunyai 7 kandang yang masing – masing mempunyai kapasitas dan
luas berbeda – beda agar mudah dalam mengelompokan jenis ternak, berat ternak serta jenis
kelamin ternak. Terdapat kandang jumbo yang berisi sapi berbobot hampir 1 Ton atau lebih,
serta terdapat kandang ekonomis yang berisi sapi dengan bobot 300 – 450 Kg. Setiap kandang
Berkah Setia Farm diisi dengan berbagai jenis sapi di antaranya ras Madura, Pernakan
Ongole, Simental cross, Limousin, serta ras Bali. Ternak ditempatkan sesuai jenisnya
dikarenakan untuk memudahkan dalam manajemen kandang serta meningkatkan
kesejahteraan hidup ternak.
Tabel 6. Kapasitas dan ukuran kendang individu tipe tunggal

32
Kandang Ukuran (m) Luas (m²) Kapasitas (ekor)
Kandang 1 4,5 x 30 135 15
Kandang 2 4 x 20 80 10
Kandang 3 4 x 25 100 10
Kandang 4 4 x 20 80 9
Kandang 5 4 x 20 80 9

Tabel 7. Kapasitas dan ukuran kandang individu tipe ganda ( head to head )
Kandang Ukuran (m) Luas (m²) Kapasitas (ekor)
Kandang 1 8 x 17 136 32
Kandang 2 8 x 24 192 48
Berkah Setia Farm selalu memperhatikan kenyamanan, kebersihan serta kerapian dalam
pembuatan setiap kandang dengan tujuan agar kesejahteraan ternak tetap terjaga.
Kenyamanan ternak di Berkah Setia Farm salah satunya adalah lantai pada kandang tersebut
diberikan alas karpet yang terbuat dari karet. Selain itu terdapat pula kipas untuk sebagian
ternak yang bobotnya lebih dari 1 Ton agar sapi tidak terkena cekaman panas yang berakibat
pada penurunan performa sapi. Nuriyasa et al (2015) menambahkan bahwa Pergeseran
temperatur dari kisaran nyaman pada ternak sapi sudah dapat dipastikan ternak akan
mengalami cekaman baik cekaman panas (hipertermia) atau cekaman dingin (hipotermia).
Ternak akan memberikan respon awal dalam bentuk perubahan tingkah laku, peningkatan
aktivitas sistem respiratoris dan kardiovaskularis. Jika respon awal belum tercapai keadaan
homeostatik, akan timbul respon lanjutan berupa perubahan-perubahan pada sistem hormonal,
enzimatik dan metabolik. Kalau pada respon lanjutan ini belum juga tercapai keadaan
homeostatik maka ternak akan mengalami berbagai gejala penyakit yang disertai rendahnya
efisiensi produksi dan reproduksi.
Sapi yang baru tiba di kandang Berkah Setia Farm selalu diperhatikan keadaan fisiknya
dan diberikan obat cacing. Ternak yang baru datang dipisahkan dengan ternak yang sudah
lama dikandang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan dan jenis pakan yang diberikan.
Stress yang dialami ternak salah satunya adalah proses perjalanan selama pengangkutan dan
penurunan yang berakibat pada menurunya nafsu makan dan gangguan pada pencernaan
sehingga perlu diperhatikan oleh peternak dalam merawatnya sampai beberapa hari. Tujuan
pemisahan ternak yang baru datang yaitu apabila ternak memiliki penyakit tidak menular ke
ternak lain dan bisa mendapatkan penanganan secara langsung.
Menurut buku Pedoman Praktik Terbaik Untuk Pengangkutan Sapi di Indonesia oleh
Commonwealth of Australia (2017) menyatakan bahwa Penurunan muatan (unloading) adalah
tahapan kritis dalam mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan sapi. Kesehatan dan
kesejahteraan sapi dapat dilindungi dengan memastikan bahwa penurunan muatan dilakukan
secara tenang dan efektif dengan menggunakan infrastruktur yang sesuai. Kandang Berkah
Setia Farm terdapat beberapa ram yang memiliki ketinggian dan luas yang berbeda-beda hal
ini bertujuan untuk menyesuaikan ketinggian mobil agar jalan yang di buat tidak terlalu curam
atau membahayakan ternak.

4.3.1 Konstruksi Kandang

4.3.1.1 Atap Kandang

33
Atap merupakan penutup suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi
apapun yang ada di dalamnya dari hujan, panas, salju, debu, atau fenomena alam
lainya. Di kandang Berkah Setia Farm menggunakan atap genteng yang terbuat dari
tanah liat. Salah satu keunggulan genteng tanah liat adalah harganya yang relatif
murah dibandingkan dengan genteng lain. Pembuatannya yang sederhana dan
materialnya yang mudah dicari menjadikan genteng sebagai pilihan utama atap
kandang.
Untuk kerangka atau konstruksi atap kandang Berkah Setia Farm memakai
kombinasi bahan yang terbuat dari kayu. Kelebihan kayu sebagai kerangka kandang
antara lain mudah dalam pengerjaan karena dapat dipaku, dibaut, atau direkatkan,
proses dan durasi pengerjaan lebih cepat, lebih ekonomis, daya tahan yang relatif
lama, serta kayu merupakan isolator termal alami yang sangat efektif dalam
mengisolasi dingin dan panas. Pemilihaan bahan kandang hendaknya minimal tahan
untuk jangka waktu 5 –10 tahun. Saefudin (2007) menambahkan bahwa bagian-
bagian tertentu dari struktur bangunan sebagian besar masih menggunakan material
kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah dikerjakan,
memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan dalam
pembangunan.

Gambar 9. Bentuk atap semi monitor


Terdapat beberapa macam konstruksi atap kandang di antaranya monitor, semi
monitor, gable, serta shade. Berdasarkan pengamatan, Kandang Berkah Setia Farm
memiliki 2 jenis atap kandang di antaranya semi monitor serta gable. Bentuk dan
model atap kandang didesain untuk menghasilkan sirkulasi udara yang baik di dalam
kandang, sehingga kondisi lingkungan di dalam kandang memberikan kenyamanan
bagi ternak. Dikutip dari buku Dinas Pertanian Kupang (2019) bahwasanya beberapa
model atap untuk sapi adalah atap monitor, semi monitor, shade dan gable. Model
atap untuk daerah dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable

34
sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap
monitor, semi monitor dan gable model kandang yang mempunyai atap dua bidang ,
sedangkan shade mempunyai atap satu bidang.

4.3.1.2 Lantai dan Dinding Kandang


Lantai kandang modern biasanya terbuat dari beton, dikarenakan lantai beton
memiliki banyak kelebihan diantaranya mudah dibersihkan, air mudah mengalir,
mudah dalam perawatan dan dapat mengurangi resiko cidera pada sapi karena lantai
yang tidak rata. Pada kandang Berkah Setia Farm sudah menggunakan lantai beton
yang di alasi dengan karpet karet pada masing-masing ternak. Penambahan karpet
pada kandang Berkah Setia Farm memiliki manfaat untuk mengurangi gesekan
dengan lantai kandang ketika ternak akan berdiri, membuat lantai cepat mengering,
mencegah terjadinya sapi tergelincir, sebagai alas jika lantai kandang terlalu dingin
atau lembab, meminimalisir adanya penyakit seperti kuku kropos atau kuku rusak di
sebabkan lantai yang lembab. Zuroida dan azizah ( 2018) menyatakan bahwa
kandang yang di beri alas karpet berguna untuk menambah kenyamanan bagi ternak.

Gambar 10. Penambahan Karpet


Pada kandang kelompok terdapat dinding yang berguna untuk menghalang ternak
agar tidak berkeliaran di luar area kandang, akan tetapi pada kandang individu
dinding mempunyai kegunaan lain di antaranya sebagai penyekat antara ternak satu
dengan yang lainya, sebagai penghalang angin, sebagai pelindung dari panas
matahari dan menjaga ternak dari faktor eksternalyang dapat merugian ternak.
Banyak bahan yang dapat di manfaatkan untuk membuat dinding antara lain seperti
bambu, kayu, batu bata, batako, hingga batu. Pada kandang Berkah Setia Farm
dinding yang di gunakan berupa bata merah yang di lapisi dengan semen hal ini di
maksudkan agar dinding kandang tidak cepat kropos yang di sebabkan oleh air
kencing sapi, kotoran sapi, dan segala kegiatan yang dapat merusak dinding kandang.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Pasuruan (2007) menambahkan
bahwa Untuk daerah dataran tinggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir pantai
yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih tertutup atau rapat.

4.3.2 Tipe Kandang


Terdapat beberapa tipe kandang di antaranya kandang individu, kandang kelompok,
kandang isolasi, dan kandang beranak. Dinding kandang juga memiliki beberapa tipe
seperti kandang dengan dinding tertutup, dinding terbuka dan kandang dengan tipe dinding
semi tertutupyang hanya di beberapa sisinya saja terdapat dinding yang menutupi. Berkah
Setia Farm memiliki beberapa kandang dengan bangunan semi tertutup hal ini di
karenakan kandang menyatu dengan pagar batas tanah dengan lingkungan sekitar, selain

35
itu pembuatan tembok yang tinggi juga di maksudkan untuk mengurangi intensitas angin
yang langsung mengenai ternak. Komplek kandang pada peternakan tersebut juga di
kelilingi dengan pagar beton yang cukup tinggi, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
angin yang masuk ke dalam kandang, jika terdapat sapi yang lepas tidak sampai lari ke
pemukiman warga, dan mencegah hewan liar masuk ke dalam kandang. Zaenal dan Khairil
(2020) menyatakan bahwa kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman penduduk,
ventilasi dan suhu udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan tahan
lama, tidak berdampak pada lingkungan sekitar serta memudahkan petugas dalam proses
produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan kesehatan.
Kandang individu merupakan kandang yang di peruntukan untuk sapi pada tahap
penggemukan di karenakan kandang individu membuat ternak tidak gampang stres,
memudahkan dalam manajemen kandang serta mudah dalam pengontrolan biosecuritinya.
Berdasarkan pengamatan dan tanya jawab dengan pihak Berkah Setia Farm, kendang yang
digunakan adalah kandang bertipe tunggal karena mayoritas sapi yang dipelihara
berukuran jumbo atau sudah dalam masa penggemukan. Akan tetapi ada beberapa kandang
individu yang di rubah menjadi kandang kelompok sebagai tempat bakalan – bakalan yang
di produksi sendiri oleh Berkah Setia farm. Rahmi (2008) mengatakan bahwa Kelebihan
pemeliharaan ternak kambing dengan sistem kandang individu adalah intensitas penularan
penyakit sangat rendah disebabkan lokasi kandang antara ternak yang satu dengan lainnnya
cukup jauh. Pemilihan kandang individu sangatlah tepat di karenakan sapi yang di pelihara
sudah memasuki umur penggemukan dan siap potong, selain itu kandang individu
memberikan kelebihan dalam manajemen kandang di karenakan ukuran kandang yang
tidak cukup luas serta mudah dalam pembersihanya.

Gambar 9. Kandang individu tipe head to head


4.3.3 Perlengkapan Kandang

4.3.3.1 Palungan
Palungan adalah tempat pakan dan minum ternak sapi potong yang terletak di
depan ternak dengan bahan dari beton ataupun kayu. Ukuran palungan ini biasanya
mengikuti panjang kandang sapi. Berdasarkan tanya jawab dang pengamatan Berkah
Setia Farm memiliki palungan yang terbuat dari dari beton dikarenakan awet dan
tidak mudah rusak yang di sebabkan oleh aktifitas ternak, ukuran palungan di

36
sesuaikan dengan jenis sapi yang akan menempati kandang tersebut. Pembuatan
palungan disesuaikan dengan tinggi sapi sehingga pakan tidak terinjak dan dapat
mencegah kotoran masuk ke dalam palungan. pada pinggir palungan di beri lubang
kecil yang berguna untuk membersihkan sisa pakan. Menurut Dairy NZ (2015)
tempat pakan dan minum ternak yang baik dapat berupa papan kotak maupun ember
plastik. Ukuran tempat pakan harus disesuaikan dengan bobot sapi. Semakin besar
bobot ternak maka ukuran tempat pakan dan minum yang dibutuhkan akan semakin
lebar. Pembuatan tempat pakan disesuaikan dengan ukuran ternak dimaksudkan agar
pakan yang di tampung sebanding dengan kebutuhan ternak. Pada kandang sapi
Madura yang berbobot 300 kg, palungan dibuat dengan ukuran lebar 50 cm dan
tinggi 40 cm. Ukuran tersebut sudah ideal dengan ukuran sapi yang ditempatkan
pada kandang tersebut.

Gambar 12. Palungan

4.3.3.2 Selokan
Fungsi selokan pada kandang sangatlah penting dalam mengatur aliran air serta
limbah cair agar tidak menimbulkan efek buruk bagi lingkungan kandang.
Berdasarkan tanya jawab dan pengamatan kandang Berkah Setia Farm setiap
kandang memiliki selokan untuk tempat mengalirnya urin ternak dan air yang di
gunakan untuk membersihkan kandang serta memandikan ternak. Selokan disetiap
kadang saling berhubungan serta bermura di parit yang cukup panjang sehingga
nantinya terserap lagi oleh tanah. Kandang Berkah Setia Farm memiliki 2 selokan
yaitu di depan dan belakang kandang. Selokan yang berada di depan kandang
berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari kegiatan kandang seperti
pemberian minum, memandikan ternak serta pembersihan tempat pakan dan selokan
yang berada di belakang berfungsi untuk tempat mengalirnya urin. Menurut Maulida
(2013) dengan adanya parit maka air sisa pembersihan lantai, sisa memandikan
ternak dan air limbah dari ternak dapat mudah terkumpul menjadi satu yang
kemudian akan disalurkan ke tempat penampungan biogas atau selokan.
Pembuatan selokan sangatlah fital dalam mengatur manajemen sanitasi kandang
karena dengan adanya selokan yang baik akan membuat aliran air menjadi lancar dan
dapat membuat kandang selalu dalam keadaan kering. Ukuran selokan sebaiknya
disesuaikan dengan ukuran serta banyaknya aktifitas kandang, idealnya selokan

37
mempunyai lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 5 – 10 cm.

4.3.4 Letak dan Arah Kandang


Pemilihan letak kandang Berkah Setia Farm sudah tepat, letak kandang yang berada
di lingkungan yang tidak begitu padat penduduk, berlokasi di tempat yang tidak pernah
terkena banjir, dekat dengan sumber air dan mudah diakses. Dikutip dari jurnal Zuroi dan
Azizah (2018) bahwa Penempatan kandang sebaiknya tidak menjadi satu dengan rumah
atau jarak minimal 10 meter dari rumah maupun dari bangunan umum lainnya, lokasi
kandang lebih tinggi dari sekitarnya, tersedia air bersih yang cukup dan terdapat tempat
untuk pembuangan kotoran atau sisa pakan ternak. Letak kandang Berkah Setia Farm
sangatlah strategis karena tidak jauh dengan jalan raya, keberadaan kandang Berkah Setia
Farm tidak mengganggu warga sekitar di karenakan kondisi kandang yang bersih dan
tidak menimbulkan bau.
Komplek kandang yang di kelilingi dengan pagar beton yang cukup tinggi membawa
banyak keuntungan di antaranya pemukiman yang berada dekat dengan kandang tetap
merasa nyaman karena tidak ada pencemaran yang di timbulkan dari kegiatan kandang
Setia Farm tembok yang tinggi juga dapat mengurangi kebisingan yang dapat membuat
ternak menjadi stress. Menurut Dinas Pertanian NTB (2010) bahwasanya Pertimbangan
yang harus dilakukan dalam memilih lokasi antara lain adalah :
 Ketersediaan sumber air untuk minum, memandikan dan membersihkan kandang
ternak,
 Dekat dengan sumber pakan,
 Kemudahan akses transportasi untuk penyediaan pakan dan pemasaran,
 Tersedia areal untuk perluasan jika dibutuhkan,
 Lokasi lebih tinggi dari sekelilingnya sehingga memudahkan untuk pembuangan
limbah dan menghindari genangan air pada waktu hujan,
 Jarak kandang dengan bangunan umum dan perumahan minimal 10 m,
 Tidak mengganggu kesehatan lingkungan,
 Relatif jauh dari jalan umum dan
 Limbah ternak dapat tersalur dengan baik.
Arah kandang Berkah Setia Farm pada bagian depan menghadap ke arah timur dan ke
arah selatan, kandang bagian tengah menghadap ke arah barat dan selatan, sedangkan
kandang bagian belakang atau kendang head to head membujur dari arah barat ke timur
dan membujur dari arah utara ke selatan, dengan arah tersebut ternak dapat terkena sinar
matahari yang dapat memberikan manfaat di pagi hari. Penentuan arah kandang Berkah
Setia Farm juga di dasari oleh tingkat kerapian, efesiensi tenaga, serta kenyamanan
pengunjung kandang. Semua kandang tersebut memiliki sirkulasi yang baik di karenakan
dinding kandang yang di buat tidak menutupi setiap sisi kandang. Menurut Sasi, Otto dan
Poerbantanoe (2016) Penilaian komponen arah kandang meliputi sinar matahari dapat
masuk ke area kandang, arah angin, kebisingan, polusi, view, dan arah datangnya
kendaraan.

4.4 Manajemen Pakan Ternak

38
Pakan merupakan salah satu aspek utama dalam dunia peternakan, seperti halnya di
Berkah Setia Farm juga sangat memperhatikan aspek tersebut. Pakan yang diberikan harus
berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak karena pada
dasarnya pakan merupakan sumber pembangun tubuh. Yakin ,dkk (2012) menyatakan bahwa
pakan memegang peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan untuk
pertumbuhan. Ternak membutuhkan nutrisi pakan yang memenuhi syarat yaitu protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.

4.4.1 Pemberian Hijauan pada Sapi PO dan Madura


Berkah Setia Farm yang bergerak di bidang peternakan sapi potong untuk memenuhi
kebutuhan pakan yang akan diberikan pada ternak yaitu dengan memanfaatkan limbah
pertanian atau industri yang tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang digunakan di
peternakan ini berupa hijauan dan konsentrat. Sitiandaon (2013) menambahkan bahwa
pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan, konsentrat, vitamin dan mineral
sebagai suplemen. Imbangan pakan sendiri dapat bervariasi sesuai dengan tujuan
pemberian pakan. Sumber energi bagi ternak ruminansia dapat diperoleh dari komponen
serat hijauan pakan ternak, sedangkan untuk kosentrat berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan protein yang masih belum terpenuhi oleh hijauan serta untuk penggemukan
sapi. Bahan pakan yang termasuk dalam kelompok pakan berserat (roughages) adalah
hijauan seperti rumput alam, rumput budidaya, leguminosa dan tanaman lainnya serta
limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, pucuk tebu, jerami kacang tanah, dan lain-
lain). Utomo (2012) menyatakan bahwa berdasarkan sifat fisik maka jerami padi
termasuk dalam hijauan pakan sumber serat (roughages). Di Berkah Setia Farm hijauan
yang diberikan berupa jerami padi dan jerami kacang tanah. Pakan hijauan berupa jerami
padi diperoleh dari lokasi persawahan yang berada di sekitar daerah peternakan, tentunya
dalam memperoleh jerami tidak membayar kepada pemilik sawah dan harus
dipertimbangkan masa panennya.
Pemberian pakan hijauan berupa jerami padi di Berkah Setia Farm dilakukan 2 kali
sehari pada pukul 09.00 WIB sebanyak 50% dan pukul 17.00 WIB sebanyak 50%, untuk
sapi madura dan sapi PO diberikan jerami padi sebanyak 7-10 kg/ekor/hari. Untuk malam
hari diberikan pakan tambahan berupa jerami padi guna mengantisipasi rasa lapar ternak
pada malam hari. Pemberian jerami padi dilakukan setelah tempat pakan dibersihkan,
jerami diberikan minimal 1 – 2 jam setelah pemberian pakan konsentrat hal ini bertujuan
untuk meningkatkan daya cerna mikroba rumen sehingga membuat ternak dapat
mencerna jerami lebih banyak dan tentunya penyerapan nutrien yang jauh lebih optimal.
Waktu pemberian pakan sebaiknya dilakukan secara teratur dan disiplin, hal ini untuk
menghindari sapi kebingungan dan stres sehingga otomatis berpengaruh pada
pertumbuhan bobot badan.

39
Gambar 13. Pemberian Jerami Padi dan Jerami Kacang Tanah
Untuk kandungan nutrisi hijauan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Kandungan nutrisi hijauan
BK PK SK LK Ca P TDN
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Jerami Padi 86 3,2 30,9 1,5 0,41 0,29 33,2
Jerami K. Tanah 35 15,1 22,7 1,28 1,51 0,20 65
Sumber : 1. Hartadi 2005
4.4.2 Pemberian Konsentrat pada Sapi PO dan Madura
Berkah Setia Farm menggunakan pakan konsentrat campuran jadi (buatan pabrik) hal
ini dikarenakan belum tersedianya alat untuk membuat pakan konsentrat. Pakan penguat
atau konsentrat diberikan dalam bentuk basah atau cair (combor), nyombor merupakan
kegiatan memberikan konsentrat pada ternak dengan cara mencampurkan pakan kosentrat
dengan air secukupnya lalu diaduk hingga rata sebelum diberikan pada ternak, sehingga
ternak tidak perlu lagi diberikan air minum secara ad-libitum. Bahan-bahan yang
digunakan sebagai campuran ransum antara lain konsentrat jadi dan wheat bran. Semua
bahan tersebut dicampur jadi satu hingga homogen.

Gambar 14. Proses Pencampuran Konsentrat


Formulasi campuran konsentrat di Berkah Setia Farm antara lain setiap sapi PO
(Peranakan Ongole) mendapatkan 1 Kg wheat bran + 1,1 Kg kosentrat + 9 liter air +
100 gram garam dicampur hingga homogen lalu diberikan kepada ternak untuk 2 kali
makan yaitu setiap pagi pukul 07.00 dan sore pukul 16.00 WIB. Sedangkan untuk sapi
Madura hanya diberikan wheat bran sebanyak 1,7 Kg yang dicampur dengan 9 liter
air + 100 gram garam setiap pagi pada jam 07.00 WIB dan sore hari pada jam 16.00
WIB. Fungsi garam sendiri dalam campuran konsentrat berguna untuk meningkatkan
cita rasa konsentrat sehingga ternak ruminansia lebih lahap makan, garam yang
dipakai berupa garam kasar. Konsentrat dalam bentuk comboran diberikan sebanyak 2

40
kali sehari pada pagi dan sore dengan takaran +10 kg/ekor setiap pemberiannya.
Untuk kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum diketahui pada tabel berikut :
Tabel 9. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum
BK PK SK LK Ca P TDN
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Konsentrat (pabrik) 85,7 12,8 18,4 2,6 0,9 0,5 70
Wheat Bran 86 12,9 8,8 5,1 0,08 1,23 60
Sumber : 1. Hartadi 2005

Gambar 15. Kegiatan Nyombor di Berkah Setia Farm


Manfaat memberikan comboran pada ternak ialah :
 Meningkatkan daya cerna pakan,
 Kotoran ternak tidak berbau,
 Membantu penyerapan pakan lebih banyak sehingga pertumbuhan ternak lebih
cepat,
 Biaya pakan menjadi lebih murah.

4.5 Manajemen Kesehatan dan Penyakit

4.5.1 Jenis Penyakit dan Penanganannya


Penyakit yang sering muncul di peternakan Berkah Setia Farm merupakan penyakit
yang umum terjadi dipeternakan sapi potong, seperti diare, cacingan dan kuku keropos.
Penanganan penyakit diare pada sapi yaitu selagi fesesnya tidak terlalu encer maka tidak
dilakukan pengobatan, hanya saja diberi perlakuan khusus seperti pemberian hijauan
yang lebih banyak. Pemberian hijauan yang lebih banyak bertujuan agar konsumsi serat
kasar lebih banyak dan feses menjadi lebih keras. Penanganan lainnya biasanya hanya
dijemur dan diberikan air gula agar sapi segera mau makan dan pulih kembali tenaganya
serta diberikan obat herbal.
Penyakit lainnya yang paling sering menyerang sapi di Berkah Setia Farm yaitu luka
lecet yang diakibatkan karena gesekan dengan benda disekitar kandang, luka ini
terkadang akan menjadi tempat hidup dan berkembangnya belatung, hal ini karena lalat
akan hinggap di setiap luka ternak. Belatung-belatung ini sangat mengganggu kesehatan
ternak dan bisa memperparah luka yang ada. Adapun penanganan yang dilakukan yaitu
dengan memberikan obat gusanex dengan cara disemprotkan pada luka dengan jarak 10
cm secara merata hingga basah. Usaha pencegahan penyakit cacingan dengan

41
memberikan Kalbazen-C, diberikan saat dirasa perlu. Dalam sekali pemberian 10 cc
berat badan 400 kg keatas dan 5 cc untuk berat badan 200 kg ke bawah. Cara
penberiannya yaitu dengan memasukan kedalam mulut sapi (per oral). Obat gusanex dan
obat Kalbazen-C yang digunakan di Berkah Setia Farm dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Obat Guzanex dan Obat Kalbazen - C


Kejadian ternak sakit di Berkah Setia Farm yaitu penyakit radang kuku atau kuku
busuk (foot rot). Menurut Handika dan Jakaria (2018) kuman fusiformis masuk ke dalam
celah kuku sapi dan berkembang disana, bahkan daya tahan kuman tersebut semakin lama
jika berada di dalam kuku sapi. Penyebab masuknya kuman ini adalah dimana kuku sapi
terluka akibat hantaman benda keras di tempat yang kotor dan akhirnya kuman masuk
dan berkembang pesat. Adapun upaya pencegahan dan pengobatan yang dilakukan yaitu
dengan menjaga kebersihan kandang sehingga bakteri dan kuman sulit untuk berkembang
dan sering melakukan pemeriksaan kebersihan kuku sapi. Jika sudah terserang maka kaki
sapi yang terserang direndam dengan larutan formalin sebanyak 10%.
Penanganan sapi baru datang langsung masuk kandang produksi, karena tidak
memiliki kandang karantina dan dianggap pengamatan saat melakukan pembelian sudah
cukup menyakinkan bahwa sapi dalam kondisi sehat. Penanganan lebih lanjut sapi
diberikan perlakukan khusus bila terlihat gejala sakit atau kurang nafsu makan. Sapi
diberikan suntikan vitamin B-kompleks untuk meningkatkan palatabilitas dan daya tahan
tubuh serta diberikan pakan yang disukai ternak sebagai pancingan seperti pemberian
wheat bran, singkong, garam secukupnya untuk meningkatkan palatabilitas. Setelah sapi
telah pulih nafsu makannya sedikit demi sedikit disesuaikan dengan ransumnya yang
seharusnya. Beberapa hal ini dilakukan untuk menghindari sapi drop dan jatuh sakit
akibat stres selama perjalanan ataupun saat masa-masa adaptasi. Vitamin-B kompleks
yang digunakan di Berkah Setia Farm dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Vitamin B Kompleks

Kondisi kesehatan ternak di peternakan Berkah Setia Farm secara umum sudah baik.

42
Hal ini disebabkan ternak yang dipelihara selalu diamati kesehatanya tiap hari oleh
petugas kandang. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan hewan sakit, sebisa mungkin
langsung ditangani supaya tidak tambah parah atau menular ternak yang lain. Tindakan
preventif yang dilakukan pihak perusahaan untuk menanggulangi berbagai penyakit yaitu
dengan menjaga kebersihan kandang. Kandang dibersihkan setiap hari baik yang didalam
kandang maupun lingkungan disekitar kandang.

4.5.2 Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan ternak dengan
menggunakan tindakan preventif untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Sanitasi yang
kurang tepat maka akan menjadi sarang penyakit, sehingga dibutuhkan sanitasi tepat dan
rutin. Manajamen sanitasi meliputi sanitasi kandang, sanitasi ternak dan sanitasi
peralatan. Manajemen sanitasi yang diterapkan di peternakan Berkah Setia Farm berupa
sanitasi kandang dengan membersihkan kotoran setiap pagi dan sore hari dengan cara
mengumpulkan dengan sekop dan juga mengangkut dengan menggunakan arco untuk
dikumpulkan ditempat penampungan feses, setelah itu lantai disiram dengan air mengalir
menggunakan selang untuk menghilangkan sisa feses yang tersisa dilantai kandang,
tempat pakan dibersihkan setiap pagi dan sore hari dengan cara membersihkan sisa pakan
menggunakan sapu dan dibuang di tempat pembuangan, hal ini berguna agar tidak
menjadi sarang penyakit dan dapat meningkatkan palatabilitas sapi terhadap pakan yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan Suyasa (2016) yang menyatakan bahwa sanitasi
peternakan yang dilakukan adalah membuat kondisi kandang tetap bersih, kebersihan
halaman kandang, kebersihan tempat pakan dan tempat minum, serta kebersihan sumber
air yang diberikan, menghindari lingkungan kandang lembab, ventilasi udara lancar dan
sinar matahari cukup.

Gambar 18. Sanitasi Kandang

Di Berkah Setia Farm sanitasi ternak dilakukan dengan


cara memandikan sapi setiap pagi hari pada
pukul 07.45 WIB dengan cara menyiram tubuh sapi
dengan air menggunakan selang dan menggosok bagian
tubuh sapi yang kotor menggunakan sikat. Sapi sangat perlu

43
dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari sapi penuh dengan kotoran
yang menempel pada tubuhnya (Ako. 2012).

Gambar 19. Sanitasi ternak

Setelah melakukan sanitasi kandang dan sanitasi ternak dilakukan sanitasi peralatan
kandang dengan cara mencuci dengan air bersih dan dikeringkan dan ditempatkan pada
tempat penyimpanan peralatan. Peternakan Berkah Setia Farm lebih mengutamakan
pencegahan dari pada pengobatan. Pencegahan dilakukan dengan menjaga lingkungan
kandang yang sehat, agar bibit penyakit tidak mudah berkembang seperi menjaga
kebersihan kandang, penyemprotan kandang dengan mengunakan desinfektan dalam
jangka waktu tertentu. Pemberian pakan dan tempat minum yang terpisah dan selalu
terjaga kebersihanya.

Gambar 20. Sanitasi Peralatan Kandang

44
4.5.3 Biosecurity
Tindakan biosecurity yang terdapat di peternakan Berkah Setia Farm meliputi lokasi
usaha yang tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya
yang dapat menularkan penyakit, melakukan desinfektan kandang dan peralatan,
melakukan penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya
disekitar kandang guna mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok
ternak ke ternak lainnya, pelayanan dilakukan mulai dari ternak yang sehat ke ternak
yang sakit, menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak
yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, menyediakan fasilitas desinfektan
untuk staf atau karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk kawasan perusahaan, segera
mengeluarkan ternak yang mati dari dalam kandang untuk dikubur atau dimusnahkan dan
mengeluarkan ternak yang sakit dari dalam kandang untuk segera diobati atau
dipotong. Menurut Ida (2017) menyatakan bahwa tindakan umum yang dilakukan dalam
program biosekuriti adalah mengawasi keluar masuknya hewan, mencegah kontak
dengan hewan atau hewan liar, secara rutin membersihkan dan mendesinfeksi sepatu,
pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika menangani hewan, mencatat pengunjung,
hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar.

4.6 Manajemen Pengelolaan Limbah


Berdasarkan kegiatan PKL yang telah dilaksanakan di Berkah Setia Farm, limbah yang
dihasilkan meliputi limbah padat (feses dan sisa pakan) dan cair (urin dan air bekas sanitasi).
Limbah padat yang berupa sisa pakan yang tercecer akan di bersihkan dengan cara di sapu
setiap pagi dan sore hari, untuk feses ternak yang bercampur urin dibersihkan setiap pagi dan
sore hari sehingga kebersihan kandang akan selalu terjaga. Limbah padat tersebut hanya
ditampung di tempat pembuangan limbah sementara yang terletak dibelakang kandang.
Kemudian nantinya akan dikelola menjadi pupuk kandang dengan memanfaatkan kondisi
alam seperti panas dan hujan supaya kandungan ammonia yang terdapat di kotoran sapi akan
berkurang. Limbah tersebut nantinya akan diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk dijadikan pupuk kandang. Hal ini tentunya bermanfaat bagi masyarakat yang ada
disekitar lingkungan kandang. Adapun tempat pembuangan limbah sementara di Berkah Setia
Farm dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 21. Tempat Pembuangan Limbah Kotoran Ternak

45
4.7 Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung bahwa alur penjualan sapi di Berkah Setia
Farm dapat dilihat pada Gambar 22.

RPH

Berkah Pedagang
Setia Farm

Konsumen

Gambar 22. Alur Penjualan Sapi

Penjualan sapi merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah perusahaan
dikarenakan dibutukan pemasaran yang matang dan berani sehingga diketahui tingkat
keberhasilan penjualan sapi. Pada pemasaran dibutuhkan ilmu terkait bagaimana memasarkan
sebuah produk dengan berkomunikasi dan pelatian dengan baik hingga harga yang ditetapkan
sesuai dengan harga pasar. Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern
dengan menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube. Sehingga produk
memiliki nilai dan ciri khas tersendiri. Hal ini sesuai dengan Mashuri (2019) yang
menyatakan bahwa Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana perorangan dan
kelompok mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran produk yang
bernilai masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk mengembangkan suatu
produk, distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan.
Memanfaatkan media sosial merupakan salah satu strategi pemasaran Berkah Setia Farm.
Pada media sosial instagram Berkah Setia Farm mempromosikan sapi secara tidak langsung
dengan menampilkan kondisi terbaru suasana kandang dan sapi. Sehingga para pencari
ataupun pembeli dapat secara langsung berinteraksi dengan admin mengenai jenis sapi yang
dilihat dan diinginkan. Serta informasi lokasi kandang dan kontak yang dapat dihubungi
terlampir pada media sosial tersebut yang memberi kemudahan bagi pembeli yang tujuannya
untuk membeli sapi. Hal ini sesuai dengan Kotler (2008) yang menyatakan bahwa Strategi
pemasaran adalah suatu mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pemasaran, dimana di dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan
posisi, bauran pemasaran dan budget untuk pemasaran yang mana mendefinisikan alat
pemasaran kedalam 7P atau sering disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga,
promosi, orang, bukti fisik dan proses.
Ketika dilakukan pemasaran memiliki keterkaitan dengan berbagai hal termasuk
perencanaan, biaya, pendistribusian, dan daya tarik. Pada hal ini Berkah Setia Farm memiliki
perencanaan yang mana sapi – sapi yang dipromosikan pada media social mereka yaitu sapi –
sapi yang unik dan spesial, memiliki media pemasaran sendiri lewat media sosial Instagram

46
dan YouTube pribadi memangkas biaya pemasaran Berkah Setia Farm dan pendistribusian
sapi – sapi diberi gratis biaya antar (Free Ongkir) tentu hal yang biasa seperti ini akan sangat
berguna bagi pembeli yang masih baru dalam hal pembelian sapi. Hal ini sesuai dengan
Kotler (2004) yang menyatakan bahwa Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari
seluruh kegiatan usaha untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang
hendak diproduksi, dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.
YouTube merupakan sosial media yang digunakan Berkah Setia Farm untuk membuat
konten video sapi Jumbo, konten sapi unik jenis lainnya dan kegiatan aktifitas kandang yang
membuat trending di YouTube. Sehingga trending pada YouTube munculnya Viral Marketing
yang mana sapi yang di promosikan menjadi sumber pembicaraan di sosial media membuat
masyarakat tahu tentang Berkah Setia Farm yang disebut dengan Online Marketing Word of
Mouth (WOM). Hal ini sesuai dengan Moriansyah (2015) yang menyatakan bahwa Viral
marketing adalah membuat pesan pemasaran atau advertising yang bertujuan untuk
disebarkan melalui online word of mouth (WOM). Viral marketing merupakan salah satu
kelebihan yang dimiliki media sosial dibandingkan dengan media tradisional. Menggunakan
media sosial sebagai alat komunikasi pemasaran tidak hanya seperti menggunakan internet
dan tehnologi, akan tetapi harus menggunakan taktik dan strategi komunikasi media sosial
saat ini sudah banyak digunakan sebagai alat dalam strategi pemasaran untuk menciptakan
value pada pelanggan.
Berkah Setia Farm memiliki 1 Juta lebih pengikut (Subscribers) akun YouTube.
Memanfaatkan YouTube sebagai media pemasaran Berkah Setia Farm berbeda dengan yang
lain peternakan lain dengan konten yang menarik dari sapi jumbo berat lebih 1 ton, sapi
dengan kelakuan unik, kegiatan pada kandang, ilmu dan rahasia pada kandang Berkah Setia
Farm dan banyak hal yang dijadikan konten Youtube oleh Berkah Setia Farm sebagai media
pemasaran. Memperoleh jumlah penonton jutaan setiap video menandakan video semakin
populer yang artinya semakin banyak orang melihat promosi tersebut. Hal ini sesuai dengan
Ramadhayanti (2019) yang menyatakan bahwa YouTube merupakan jejaring sosial yang
cukup banyak dimanfaatkan untuk pemasaran di Internet. Lewat YouTube, kita bisa
melakukan berbagai promosi dengan memanfaatkan media video dan sama seperti jejaring
sosial lainnya, akun YouTube juga bisa menghasilkan peluang bisnis yakni peluang bisnis jual
jasa penambah subscriber dan viewer di YouTube. Subscriber adalah orang yang
berlangganan video Anda di YouTube, semakin banyak pelanggan video Anda maka akan
semakin besar besar kemungkinan terjadinya penanyangan video Anda. Semakin banyak
penanyangan video maka akan semakin populer video tersebut dan juga akan semakin banyak
orang yang melihat promosi Anda.

47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Berkah Setia Farm merupakan perusaahaan swasta yang bergerak di bidang
peternakan dengan konsep kekeluargaan yang mengutamakan kesejahteraan
masyarakat.
b. Kandang Berkah Setia Farm menggunakan konsep kandang individu tipe tunggal dan
tipe ganda atau head to head. Konstruksi kandang terbuat dari kombinasi antara bata
merah dan semen dengan menggunakan atap yang berasal dari genteng tanah liat.
c. Manajemen pemberian pakan Berkah Setia Farm sudah sesuai dengan kebutuhan
ternak secara kualitas dan kuantitas. Pakan yang diberikan adalah hijauan dan
konsentrat yang diberikan setiap pagi dan sore.
d. Manajemen sanitasi dilakukan dengan cara penyemprotan kandang dan peralatan
kandang. Pencegahan penyakit dilakukan ketika sapi datang dengan cara diberikan

48
vitamin dan obat cacing.
e. Manajemen limbah diolah secara manual dengan dengan memanfaatkan kondisi alam
seperti panas dan hujan supaya kandungan ammonia yang terdapat di kotoran sapi
akan hilang atau berkurang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
f. Sistem penjualan Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern
dengan menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube.

5.2 Saran
Limbah kotoran sebaiknya dikelola lebih maksimal seperti pembuatan biogas yang dapat
digunakan untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu, apabila ada sapi
yang datang sebaiknya dilakukan penimbangan dan dilakukan recording.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. 2005. Penggemukan Sapi Potong (Kiat Mengatasi Masalah Praktis). Agro Media
Pustaka.
Adijaya, N.I. dan I.M.R. Yasa. 2012. Padat dan Cair Hubungan Konsumsi Pakan dengan
Potensi Limbah pada Sapi Bali untuk Pupuk Organik. Jurnal Limbah Sapi. 1: 61-67.
Adityawarman, A.C., Salundik dan C. Lucia. 2015. Pengolahan Limbah Ternak Sapi secara
Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3 (3) : 171-177.
Afrisawati, A. and Irianto, I., 2019. Pemilihan Bibit Ternak Sapi Potong Melalui Kombinasi
Metode Ahp dan Metode MFEP. JURTEKSI (Jurnal Teknologi dan Sistem
Informasi), 6(1), pp.43-50.
Agung, P. P., Ridwan, M., Handrie, Indriawati, Saputra, F., Supraptono. dan Erinaldi. 2014.
Profil Morfologi dan Pendugaan Jarak Genetik Sapi Simmental Hasil Persilangan. JITV.
19 (2) : 112 - 122.
Aku, A.S., Abadi, M. and Zulkarnain, D., 2020. Pemberdayaan Peternak Melalui Bimbingan
Teknis Seleksi Bibit Sapi Bali Pada Kawasan Sentra Bibit Sapi Bali Di Kabupaten
Konawe Selatan.
Astuti, A., Erwanto. dan P.E. Santosa. 2015. Pengaruh Cara Pemberian Konsentrat-Hijauan
Terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi Peranakan Simmental. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3(4) : 201 - 2017.
Badan Litbang Pertanian. (2013). Jajar Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2015. SNI 7651.5:2015. Bibit Sapi Potong – Bagian 5:
Peranakan Ongole : Jakarta.
Baskoro, A. W. (2009). Manajemen penggemukan sapi potong di CV. Plesungan Raya
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Berek,H. S. D. , Widagdo, S. N. , Dan Agnesia, E. T. H. W. 2015. Protektivitas Sapi di
Kabupaten Kupang Terhadap Penyakit Ngorok (Septicaemia Epizootica). Jurnal
vetreiner. 16 (2) : 167-173.
BPTP-Ungaran. (2000). Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP Ungaran.
Clarasinta, C. , Dan Tri, U . S. 2017. Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak.
7(1): 158-163.
DairyNZ. (2015). Dairy Cow Housing - A Good Practice Guide for Dairy Housing in New
Zealand. [pdf] New Zealand: DairyNZ. Tersedia di: https://www.dairynz.co.nz/ [27
April 2017].
Damanik, L.H., A.H. Husodo dan T. Gunawan. 2014. Pemanfaatan Feses Ternak Sapi
Sebagai Energi Alternatif Biogas Bagi Rumah Tangga Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan. Jurnal Teknosains. 4(1) : 54-63.

50
Davis, J. S., McGloughlin, S., Tong, S. Y. C. Walton, S. F., and Currie, B. J. 2013. A Novel
Clinical Grading Scale to Guide the Management of Crusted Scabies. PLoS Neglected
Tropical Disease. 7(9): 2387
Dinas peternakan dan Kesehatan hewan provinsi Jawa Tengah. 2019. Pentingnya Penerapan
Biosecurity Di Sebuah Peternakan. Jawa Tengah.
Fikar dan Ruhyadi. 2010. Buku Pintar dan Bisnis Ternak Sapi Potong. Agromedia Pustaka :
Jakarta.
Handika, R dan D.A. Jakaria. 2018. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi dengan Metode
Certainty Factor. Jumantaka. 1 (1) : 101 – 110.
Handoko, R. 2001. Diagnosis Skabies dengan laboratorium dan Tinta. Maj. Parasitol. Ind. 2
(3). Page: 91-96.Hoedojo. 1989 Diagnosis Skabies dengan Tinta. Majalah Parasitol.
Indonesia 2 (3–4). Page 91–96.
Hartatik, T. 2015. Analisis Genetika Molekuler Sapi Madura. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Hartatik, T., 2009. Karakteristik dan kinerja induk sapi silangan Limousin-Madura dan
Madura di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Buletin Peternakan.
Heryanto, K., S.S. Maaruf. dan M.R. Waani. 2016. Pengaruh Pemberian Rumput Raja
(Pennisetum purpupoides) dan Tebon Jagung Terhadap Performans Sapi Peranakan
Ongole (PO) Betina. Jurnal Zootek. 36(1) : 123 - 130.
Hidayatullah., Gunawan., K. Mudikdjo dan N. Erliza. 2014. Pengelolaan Limbah Cair Usaha
Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih. Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 8(1) : 124 – 136.
Ida, B. N. S. 2017. Biosecurity. Denpasar. Universitas Udayana. Indonesia, Jakarta.
Jasin, I. 2014. Pengaruh Penambahan Molases dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari Cairan
Rumen Sapi PO Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
Agripet. 14(1) : 50 – 55.
Kartini, D. , Istiyaningsih., Maizir, A. 2009. Mutu Vaksin Septicaemia Epizootica yang
Beredar di Indonesia Tahun 2007. Buletin Penguji Mutu Obat Hewan 14: 1-3.
kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1): 29-37.
Kirkland, P. 2016. Bovine ephemeral fever: three day sickness. The Center for Food Security
and Public Health. Ames, Iowa :1-4
Kotler, Philip. 2005. Manajemen pemasaran, Dialih bahasakan oleh Benjamin Molan, buku
kedua, edisi kesebelas. Jakarta: PT Indeks.
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks.
Li H, C. C. , Gailbreath, K. O. D. , White. S. , Vanderplasschen. A. , Taus. N. 2011b.
Characterization of ovine herpesvirus 2-induced malignant catarrhal fever in rabbits.
Vet Microbiol. 150:270-277.
Lutvaniyah, S., D.P. Farajallah. dan A. Farajallah. 2017. Komparasi Karakter Morfologi Sapi
Madura Sonok dan Madura Pedaging. JIPI. 22 (1) : 67 - 72.

51
Manafe, A. E. , Wisyaiswara. 2019. Merancang Bangunan Kandang Untuk Sapi Potong.
Kementrian PertanianBadan Penyuluh Dan Pengembangan SDM Pertanian Balai Besar
Pelatihan Peternakan Kupang. NTT.
Marta,Y. 2015. Sistem Penggembalaan Sebagai Alternatif Peternaka Sapi Potong Yang
Efektif Dan Efesien. Pastura. 5 (1 ): 51 – 55.
Maryanto, A., E. Herdiansyah., dan T. Kusnanto. 2019. Performa Sapi Jantan Sebagai
Pemacek. https://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/37-
peternakan3/1252-performa-sapi-jantan-sebagai-pemacek. [30 July 2019].
Mashuri. 2016. “Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dalam Upaya Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat”. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 5 (2), 114-123.
Monintja, M.Y., F.S. Oley., B.F. Sondakh. dan F.N.S. Oroh. 2015. Analisis Keuntungan
Peternak Sapi Peranakan Ongole (PO) Yang Menggunakan Inseminasi Buatan (IB) di
Kecamatan Tompaso Barat. Jurnal Zootek. 35 (2) : 201 - 209.
Moriansyah, L. 2015. Pemasaran melalui media sosial: antecedents dan consequences social
media marketing: antecedents and consequenc-es. Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Opini Publik, 19(3), 187-196.
Nuraini,D.M.,Sunarto,N.Widyas,A.Pramono,S.Prastowo.2020.Peningkatan Kapasitas Tata
Laksana Kesehatan Ternak Sapi Potong di Pelemrejo, Andong, Boyolali. Journal of
Community Empowering and Services.4(2):102-108.
Nurlaila, S., B. Kurnadi., M. Zali. dan H. Nining. 2018. Status Reproduksi dan Potensi Sapi
Sonok di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 6 (3) : 147 - 154.
Nururrozi, A. , Mulya, F. , Soedarmanto, I., dan Yanuartono. Bovine Ephemeral Fever pada
ternak sapi potong di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Case Report). Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan. 27 (1): 101 – 106.
Paat, P. C., & Rawung, J. PAKAN DAN NUTRISI SAPI POTONG BERBASIS LIMBAH
PADI.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Periambawe, D.K.A., R. Sutrisna, dan Liman. Status Nutrien Sapi Peranakan Ongole di
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 4(1) : 6-12.
Pradana, A.P.I., W. Busono. dan S. Maylinda. 2015. Karakteristik Sapi Madura Betina
Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kecamatan Galis Dan Kadur Kabupaten
Pamekasan. Jurnal Ternak Tropika. 16(2) : 64 - 72.
Priadi, A., Natalia, L. 2000, Patogenesis Septicaemia epizootica (SE) pada Sapi/ Kerbau:
Gejala Klinis, Perubahan Patologis, Reisolasi, Deteksi Pasteurella multocida dengan
Kultur dan Polymerase Chain Reaction (PRC). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):
65-71.
Pupuk Urea, Kotoran Ayam, dan Kotoran Sapi sebagai Sumber Nitrogen (N). Majalah Ilmiah
Peternakan. 17 (2) : 201-211.

52
Puspowardani, A. (2008). Pengaruh imbangan jerami kacang tanah dengan rumput raja
terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum sapi pfh jantan.
Putra Wibawa, A. A. P., Adi Parwata, I G. B., Wirawan I W., Sumardani, N. L. G. dan
Suberata, I W. 2014. Respons Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schumach)
terhadap Aplikasi
Putra, A.A.G. , Ekaputra, I. G. M. A. , Putra, A. A. G. S. , Dartini, N. L. 2003. Surveilans
Penyakit Ngorok di Pulau Sumba Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 1994-1995
Dalam Rangka Evaluasi Program Pemberantasan. Buletin Veteriner BPPV Denpasar
15(62) : 15-21.
Putro, H. O.,A.Setiadi dan L.K.Nuswantara.2013.Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa
Brebes (Jabres) di Kabupaten Brebes. Jurnal Agromedia.31(2):34-40.
Rahayu, S., D. Purwaningsih dan Pujianto. 2010. Penggunaan Kotoran Ternak Sapi Sebagai
Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan beserta Aspek Sosiokulturnya. Inotek.
13(2) : 150-160.
Ramadhayanti, A. 2019. Strategi Pemasaran di YouTube Melalui Subscriber & Komentar dan
Perspektif Persuader Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Manajemen Inovasi, 10(1).
Rasyid A, Efendi J, Mariyono. 2012. Sistem pembibitan sapi potong dengan kandang
kelompok model Litbangtan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian. Pp. 1-51.
Rasyid, A. , Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong.Pasuruan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Ratriyanto, A., S.D. Widyawati., W.P.S. Suprayogi., S. Prastowo dan N. Widyas. 2019.
Pembuatan Pupuk Organik dari Kotoran Ternak untuk Meningkatkan Produksi
Pertanian. Jurnal SEMAR. 8 (1) : 9 – 13.
Riyanto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Rohani, S., S.N. Sirajuddin., M.I. Said., M.Z. Mide dan Nurhapsa. 2017. Model Pemanfaatan
Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair Kecamatan Liburen Kabupaten Bone. Jurnal
PanritaAbdi. 1(1) : 11-15.
Sampurna, I Putu. 2013. Kebutuhan Nutrisi Ternak. Bali : Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
Sandi, S., M. Desiarni, Asmak. 2018. Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong di Peternakan
Rakyat di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.Jurnal
Peternakan Sriwijaya.7(1) : 21-29.
Saputro, D.D., B.R. Wijaya dan Y. Wijayanti. 2014. Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi pada Kelompok Ternak Patra Sutera.
Rekayasa. 12 (2) : 91-98.
Sari, E.C., M. Hartono., dan S. Suharyati. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Service
Per Conception Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat Di Provinsi Lampung. Jurnal

53
Ilmiah Peternakan Terpadu. 4 (4) : 313 - 318.
Schultheiss. P, C. , Van Campen. H. , Spraker. T, R. , Bishop, C. , Wolfe, L. , And Podell, B.
2007. Malignant catarrhal fever associated with ovine herpesvirus-2 in free-ranging
mule deer in Colorado. J Wildl Dis 43: 533-537.
Siregar, S.B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sitiandaon SH. 2013. Inventarisasi potensi bahan pakan ternak ruminansia di Provinsi Riau.
Jurnal Peternakan. 10(1): 60-69.
Sodiq, A dan Yuwono, P. 2016. Pola Pengembangan dan Produktivitas Sapi Potong Program
Kemitraan Bina Lingkungan di Kabupaten Banyumas dan Cilacap Propinsi Jawa
Tengah. Jurnal Agripet. 16 (1) : 56-61.
Sudaryanto, A.T., Sutopo., dan E. Kurnianto. 2018. Keragaman Fenotipe Sapi Peranakan
Ongole di Wilayah Sumber Bibit di Jawa Tengah. Jurnal Veteriner. 19 (4) : 478 - 487.
Sudrajad, P. and Subiharta, S., 2014. Karakter fenotipik sapi betina Peranakan Ongole (PO)
kebumen. Widyariset, 17(2), pp.283-290.
Suryana. 2009. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola
kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1): 29-37.
Susilowati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia (Jawa Timur dan Bali). UB Press : Malang.
Suyasa, I.K. G., Sarini, N. P. , dan Lindawati, S. A. 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit Di Peternakan P4s Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli.
Peternakan Tropika. 4. (1 ): 1 – 6.
Suyasa, I.K.G., N.P. Sarini dan S.A. Lindawati. 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit di Peternakan P4S Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli. Jurnal
Peternakan Tropika. 4 (1) : 1-6.Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Syafrial, E., Susilawati, dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi
Potong. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Tandi, Ismail. 2010. Analisi Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem
Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, 6 (1): 2089-
0036.
Turangan, G. G., B Tulung., Y R I Tulung. Dan M R Waani. 2018. Kecernaan Ndf Dan Adf
Yang Mendapat Suplementasi Urea Molasses Multinutrient Block (Ummb) Dari
Beberapa Jenis Limbah Pertanian Dan Rumput Lapang Pada Sapi Peranakan Ongole
(Po). Zootec. 38(2) : 320 - 328
Umiyasih,u. , Risa, A. 2010. Petunjuk Teknik Penggemukan Sapi Potong Model Leisa.
Pasuruan. Loka Penelitian Sapi Potong.
Urquhart, G.M., J . Armaur, H . Duncan, A .M. Doon and F.W. Jenning. 1989. Veterinary
Parasitology. Long Man Scientific and Technical. New York. 184 – 187.
Utomo, Y. R. , Bebas, W. , Dan Sri H. F. 2018. Diagnosis Penyakit Bovine Ephemeral Fever
(BEF) Pada Ternak Sapi Potong Dengan Metode Certainty Factor Di Kabupaten
54
Gunungkidul. Jurnal TIKomSiN.
Wisono, D.A., Nuryadi. dan Suyadi. 2015. Performan Reproduksi Sapi Madura Induk dengan
Perkawinan Inseminasi Buatan di Kabupaten Pamekasan. Thesis, Universitas
Brawijaya.
Wiyono, A., Dan Rini, D. 2018. Wabah Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever) pada
Sapi Bali di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Jurnal vetreiner. 19 ( 3) :
419-429.
Wulansari, P.D. 2011. Pengelolaan Limbah pada Pabrik Pengolahan Ikan di PT. Kelola Mina
Laut Gresik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1) : 123 -126.
Yakin, Engkus Ainul, Nono Ngadiyono, and Ristanto Utomo. "Pengaruh substitusi silase isi
rumen sapi pada pakan basal rumput dan konsentrat terhadap kinerja sapi
potong." Buletin Peternakan 36.3 (2012): 174-180.
Yanti, D. Y., Santosa., E. G. Ekaputra., Mislaini., O. C. Chatib dan F. Rasyad. 2019.
Pemanfaatan Sludge Hasil Ikutan Biogas dari Kotoran Sapi untuk Pembuatan Kompos.
Jurnal Hilirisasi IPTEKS. 2(2) : 106 - 112
Yulianto, P. 2012. Penggemukan Sapi Potong. Penebar Swadaya : Jakarta. (diakses 4 juli
2020)
Zakariah, M.A. 2012. Evaluasi Kecernaan Beberapa Bahan Pakan pada Ternak Peranakan
Ongole (PO) dan Peranakan Frisen Holstein (PFH). Skripsi. Ako, A. 2012. Ilmu Ternak
Perah Daerah Tropis 2 nd. Bogor : IPB Press.

55
LAMPIRAN

Lampiran 1. Populasi ternak

Populasi sapi Pernakan Ongole (PO)

LD PB
Poel Usia BB PBBH
No Jenis Sapi (Cm) (Cm)
1 Sapi PO 1 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,83
2 Sapi PO 2 2 2.5-3 Tahun 172 136 371 0,66
3 Sapi PO 3 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,8
4 Sapi PO 4 2 2.5-3 Tahun 173 140 386 0,66
5 Sapi PO 5 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,73
6 Sapi PO 6 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,93
7 Sapi PO 7 2 2.5-3 Tahun 173 138 381 0,8
8 Sapi PO 8 2 2.5-3 Tahun 173 136 375 0,93
9 Sapi PO 9 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,73
10 Sapi PO 10 2 2.5-3 Tahun 172 139 379 0,86
11 Sapi PO 11 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,86
12 Sapi PO 12 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,66
13 Sapi PO 13 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,66
14 Sapi PO 14 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,9
15 Sapi PO 15 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,8
Rata-rata   379,933 0,78733

Populasi sapi Madura

LD PB
Poel Usia BB PBBH
No Jenis Sapi (Cm) (Cm)
1 Sapi Madura 1 2 2.5-3 Tahun 174 134 374 0,66
2 Sapi Madura 2 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,76
3 Sapi Madura 3 2 2.5-3 Tahun 175 137 387 0,9
4 Sapi Madura 4 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,66
5 Sapi Madura 5 2 2.5-3 Tahun 175 135 381 0,96
6 Sapi Madura 6 2 2.5-3 Tahun 174 137 383 0,7
7 Sapi Madura 7 2 2.5-3 Tahun 175 137 387 0,83
8 Sapi Madura 8 2 2.5-3 Tahun 175 135 381 0,7
9 Sapi Madura 9 2 2.5-3 Tahun 174 135 377 0,53
10 Sapi Madura 10 2 2.5-3 Tahun 176 135 386 0,63
11 Sapi Madura 11 2 2.5-3 Tahun 173 136 375 0,73
12 Sapi Madura 12 2 2.5-3 Tahun 174 134 374 0,6
13 Sapi Madura 13 2 2.5-3 Tahun 175 138 390 0,8
14 Sapi Madura 14 2 2.5-3 Tahun 176 134 383 0,93
15 Sapi Madura 15 2 2.5-3 Tahun 175 134 379 0,66

56
16 Sapi Madura 16 2 2.5-3 Tahun 175 134 378 0,73
17 Sapi Madura 17 2 2.5-3 Tahun 176 138 394 0,63
18 Sapi Madura 18 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,56
19 Sapi Madura 19 2 2.5-3 Tahun 171 136 369 0,63
20 Sapi Madura 20 2 2.5-3 Tahun 173 138 381 0,93
21 Sapi Madura 21 2 2.5-3 Tahun 172 134 366 0,73
22 Sapi Madura 22 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,96
23 Sapi Madura 23 2 2.5-3 Tahun 176 134 383 0,56
24 Sapi Madura 24 2 2.5-3 Tahun 176 137 391 0,73
25 Sapi Madura 25 2 2.5-3 Tahun 172 136 371 0,83
26 Sapi Madura 26 2 2.5-3 Tahun 172 135 368 0,66
27 Sapi Madura 27 2 2.5-3 Tahun 170 136 362 0,66
28 Sapi Madura 28 2 2.5-3 Tahun 173 133 367 0,9
29 Sapi Madura 29 2 2.5-3 Tahun 177 137 396 0,73
30 Sapi Madura 30 2 2.5-3 Tahun 176 138 384 0,56
31 Sapi Madura 31 2 2.5-3 Tahun 176 136 389 0,7
32 Sapi Madura 32 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,7
33 Sapi Madura 33 2 2.5-3 Tahun 178 137 400 0,86
Rata - Rata 380,3636 0,730606

57
Lampiran 2. Luas Kandang

Kandang individu tunggal sapi PO


Ukuran kandang
Panjang 30 m
Lebar 4,5 m
Luas 135 m²

Tempat Pakan
Panjang 30 m
Lebar 0,48m
Luas 14,4 m²

Tempat minum
Diameter 0,46 m
Jari- jari 0,23 m
Luas 0,166 m²

Jalan
Panjang 30 m
Lebar 1m
Luas 30 m²

Luas keseluruhan kandang


Kandang 135 m²
Tempat pakan 14,4 m²
Jalan 30 m²
Total 179,4 m²

58
Kandang individu kelompok ( head to head ) sapi Madura

Ukuran kandang
Panjang 17 m
Lebar 8m
Luas 136 m²

Tempat Pakan
Panjang 17 m
Lebar 0,48 m
Luas 8,16 m²

Tempat minum
Diameter 0,46 m
Jari- jari 0,23 m
Luas 0,166 m²

Jalan
Panjang 17m
Lebar 1m
Luas 17 m²

Luas keseluruhan kandang


Kandang 136m²
Tempat pakan 8,16m²
Jalan 17m²
Total 161,16 m²

59
Lampiran 3. Dokumentasi

Kandang individu tipe tunggal Kandang individu tipe Model atap tipe shade
ganda

Membuang kotoran menuju


Membersihkan kootoran sapi
pemmbuangan limbah

Transportasi Ruang Tamu


Model atap tipe gable

Gudang pakan Proses pencampuran Tempat penurunan Gudang pakan


jerami konsentrat ternak konsentrat
60
Tempat pakan dan Chopper
Timbangan
tempat minum

Ember Arko Sapu Garam


Membersihkan
Pemberian
sisa pakan
konsentrat
Pemberian jerami dalam bentuk
comboran

Jerami Konsentrat Sanitasi kandang

Sanitasi ternak Sanitasi Peralatan

61

Anda mungkin juga menyukai