Oleh :
Oleh :
Praktek Kerja Lapang ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
i
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI
PO (PERANAKAN ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM
KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH
Oleh :
Mengetahui: Menyetujui:
Ketua Program Studi S1 Dosen Pembimbing
Peternakan
(Dr. Herly Evanuari, S. Pt, MP.) (Dr. Ir. Agus Budiarto, MS.)
NIP. 19750110 200801 2 003 NIP. 19570825 198303 1 002
Tanggal : 27-10-2021 Tanggal : 15-10-2021
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat yang
diberikan-Nya sehingga Laporan Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) yang berjudul
Manajemen Penggemukan Sapi Madura dan Sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia
Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini, penulis juga sangat berterimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Sc. Agr. Ir. Suyadi, MS., IPU., ASEAN Eng. selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya.
2. Dr. Herly Evanuari, S.Pt., MP. selaku ketua Program Studi Peternakan yang telah banyak
membina proses kelancaran studi.
3. Dr. Ir. Agus Budiarto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan mengarahkan dengan sabar dan bijaksana dalam pelaksanaan maupun penyusunan
laporan PKL.
4. Bapak Prayitno selaku Direktur Utama dan Setya Hermawan S.Kep selaku Direktur
Operasional dan Administrasi Keuangan Berkah Setia Farm yang telah membimbing
selama kegiatan PKL.
5. Kedua orang tua atas doa dan dukungannya, baik secara moril maupun materil.
6. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
7. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
laporan PKL.
Untuk evaluasi, pembelajaran dan kesempurnaan dalam penulisan laporan Praktek Kerja
Lapang (PKL) ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
iii
Penulis
iv
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI PO (PERANAKAN
ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH
E-mail: alwialfiyan24@student.ub.ac.id
ABSTRACT
Berkah Setia Farm is a farm business engaged in fattening beef cattle. The Field Work
Practice (PKL) activities were conducted on June 14 to July 14, 2021 in Berkah Setia Farm,
precisely in Dusun Gresikan, Depokrejo Village, Kecamatan Ngombol, Purworejo Regency,
Central Java. The Field Work Practice (PKL) was conducted offline to collect primary data
and supported by secondary data as study materials. Berkah Setia Farm has 172 beef cattle
consisting of 34 Ongole Crossbred Cattle, 27 Simmental Cross Cattle, 33 Madura Cattle, 73
Bali Cattle, 1 Brangus Cattle, 1 Limousin Cattle, and 3 Ongole Crossbred Calves. The
cowsheds in Berkah Setia Farm use the concept of single-type and double-type individual
cowsheds. Feed management is needed and always available for the cattle. The feeds given
are forages and concentrate, which are given every morning and afternoon. Management of
sanitation is carried out by spraying the cowsheds and cowshed equipment. The prevention of
disease is carried out when the cattle come by giving vitamins and anthelmintic. The waste
management is processed manually to be able to use as manure. The sales system in Berkah
Setia Farm uses more modern marketing by using social media in the form of Instagram and
Youtube. The conclusion from the Field Work Practice (PKL) in Berkah Setia Farm is that the
maintenance and fattening management has been carried out according to the procedures
determined by the company. The suggestion from the Field Work Practice (PKL) in Berkah
Setia Farm is that the animal waste should be processed more optimally and carried out
recording.
Keyword: Berkah Setia Farm, management, beef cattle, ongole crossbreed catlle, madura
cattle
v
MANAJEMEN PENGGEMUKAN SAPI MADURA DAN SAPI PO (PERANAKAN
ONGOLE) DI BERKAH SETIA FARM KABUPATEN PURWOREJO, JAWA
TENGAH
E-mail: alwialfiyan24@student.ub.ac.id
RINGKASAN
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan di Berkah Setia Farm yang berlokasi di
Dusun Gresikan, Desa Depokrejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah
selama satu bulan dengan sistem luring, dimulai pada tanggal 14 Juni sampai dengan 14 Juli
2021. Tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mengetahui manajemen
penggemukan pejantan unggul sapi Madura dan sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia
Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang meliputi manajemen penggemukan,
manajemen pemberian pakan, manajemen perkandangan, manajemen kesehatan dan penyakit,
manajemen pengelolaan limbah dan manajemen pemasaran ternak. Kegiatan Praktek Kerja
Lapang (PKL) dilakukan secara luring untuk mengumpulkan data primer dan didukung data
sekunder sebagai bahan kajian.
Berkah Setia Farm merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang peternakan
dengan konsep kekeluargaan yang mengutamakan kesejahteraan masyarakat. Total populasi
ternak sapi potong di Berkah Setia Farm yaitu 172 ekor. Jenis sapi yang ada di Berkah Setia
Farm meliputi Sapi PO (34 ekor yang terdiri dari 30 jantan dan 4 betina), Sapi Simental cross
(27 terdiri dari 26 jantan dan 1 betina), Sapi Madura (terdiri dari 33 jantan), Sapi Bali (terdiri
dari 73 jantan), Sapi Brangus (terdiri dari 1 jantan), Sapi Limousin (terdiri dari 1 jantan), dan
Sapi Pedet PO (terdiri dari 3 jantan). Kegiatan penggemukan sapi yang dilakukan Berkah
Setia Farm bertujuan untuk digemukkan kemudian dijual pada usia 2,5 tahun – 3 tahun
dengan bobot rata-rata 300-500 kg untuk jenis sapi lokal dan bobot rata-rata 800-1000 kg
untuk jenis sapi impor (Bos Taurus).
Manajemen pemberian pakan di Berkah Setia Farm berdasarkan kebutuhan ternak dan
ketersediaan pakan. Terdapat dua jenis pakan yang diberikan yaitu hijauan dan konsentrat.
Hijauan yang diberikan yaitu jerami padi dan jerami kacang tanah yang diperoleh dari lokasi
persawahan yang berada di sekitar daerah peternakan. Konsentrat diperoleh dari pabrik pakan
yang berada di daerah Bantul dengan formulasi yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan
ternak. Pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Pemberian pakan
di Berkah Setia Farm dilakukan bersamaan antara hijauan dan konsentrat dalam bentuk kering
dan basah dengan rasio pemberian 60:40 yaitu hijauan 7-10 kg/ekor/hari dan konsentrat +10
kg/ekor/pemberiannya. Manajemen pemberian pakan di Berkah Setia Farm sudah sesuai
dengan kebutuhan ternak baik dari kualitas dan kuantitasnya.
Manajemen perkandangan di Berkah Setia Farm menggunakan sistem terbuka sehingga
sirkulasi udara baik. Tipe kandang yang digunakan Berkah Setia Farm yaitu kandang individu
tipe tunggal dan tipe ganda. Tipe atap yang digunakan yaitu semi monitor dan gable.
Konstruksi kandang terbuat dari kayu sehingga lebih ekonomis. Manajemen sanitasi dan
pengendalian penyakit di Berkah Setia Farm dengan menerapkan program karantina ternak
vi
yang baru datang dan pemberian vitamin B-kompleks serta obat cacing ketika sapi pertama
masuk kandang. Penerapan sanitasi di Berkah Setia Farm sudah optimal karena kandang
dibersihkan setiap hari baik yang didalam kandang maupun lingkungan disekitar kandang
serta ternak di mandikan setiap pagi hari.
Sanitasi kandang yang dilakukan di Berkah Setia Farm dengan membersihkan kotoran
setiap pagi dan sore hari, setelah itu lantai disiram dengan air mengalir menggunakan selang
untuk menghilangkan sisa feses yang tersisa dilantai kandang, tempat pakan dibersihkan
setiap pagi dan sore hari dengan cara membersihkan sisa pakan menggunakan sapu dan
dibuang di tempat pembuangan, hal ini berguna agar tidak menjadi sarang penyakit. Upaya
pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vitamin dan obat cacing ketika
ternak pertama kali masuk kandang, sehingga meminimalisir ternak terjangkit penyakit di
lokasi kandang. Limbah kotoran yang dihasilkan ternak ditampung di tempat pembuangan
limbah sementara yang terletak dibelakang kandang, kemudian limbah kotoran ternak tersebut
dimanfaatkan sebagai pupuk untuk lahan perkebunan di sekitar kandang. Sistem penjualan
ternak di Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern dengan
menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube. Penjualan sapi akan meningkat
pada saat mendekati hari besar seperti hari raya idul adha.
vii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
HALAMAN SAMPUL..............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
ABSTRAK................................................................................................................................iv
RINGKASAN............................................................................................................................v
DAFTAR ISI...........................................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................x
DAFTAR TABEL....................................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................2
1.3 Tujuan...................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.................................................................................................................................2
ix
4.1.5 Fasilitas dan Bangunan.............................................................................................28
4.2 Sapi Potong.........................................................................................................................30
4.2.1 Sapi Madura..............................................................................................................30
4.2.2 Sapi PO (Peranakan Ongole)....................................................................................30
4.2.3 Pemilihan Bakalan Sapi............................................................................................31
4.3 Manajemen Perkandangan..................................................................................................31
4.3.1 Konstruksi Kandang.................................................................................................33
4.3.2 Tipe Kandang............................................................................................................35
4.3.3 Perlengkapan Kandang.............................................................................................36
4.3.4 Letak dan Arah Kandang..........................................................................................37
4.4 Manajemen Pakan Ternak...................................................................................................38
4.4.1 Pemberian Hijauan pada Sapi PO dan Madura.........................................................38
4.4.2 Pemberian Konsentrat pada Sapi PO dan Madura....................................................39
4.5 Manajemen Kesehatan dan Penyakit..................................................................................41
4.5.1 Jenis Penyakit dan Penanganannya...........................................................................41
4.5.2 Sanitasi......................................................................................................................42
4.5.3 Biosecurity................................................................................................................44
4.6 Manajemen Pengelolaan Limbah........................................................................................44
4.7 Pemasaran...........................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................49
LAMPIRAN.............................................................................................................................55
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah:
1. Bagaimana manajemen penggemukan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah Setia
Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
2. Bagaimana manajemen pemberian pakan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah
Setia Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
3. Bagaimana manajemen perkandangan pejantan sapi Madura dan sapi PO di Berkah Setia
Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
4. Bagaimana manajemen kesehatan dan penyakit pada pejantan sapi Madura dan sapi PO di
Berkah Setia Farm, kab. Purworejo, Jawa Tengah?
1.3 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah untuk mengetahui manajemen penggemukan
pejantan unggul sapi Madura dan sapi PO (Peranakan Ongole) di Berkah Setia Farm
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah yang meliputi manajemen penggemukan, manajemen
pemberian pakan, manajemen perkandangan serta manajemen kesehatan dan penyakit pada
sapi Madura dan sapi PO.
1.4 Manfaat
Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak yang
digunakan sebagai sarana informasi bagi peternak khususnya pejantan sapi Madura dan PO
(Peranakan Ongole) terkait pemeliharaan dan dapat pula menjadi sumber referensi bagi
mahasiswa terkait pemeliharaan pejantan sapi Madura dan PO (Peranakan Ongole) di Berkah
Setia Farm Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sapi
3
bata atau merah cokelat bercampur putih dengan batas yang tidak jelas pada pantat.
Sekitar mata berwarna hitam, pinggir telinga berwarna hitam, bagian bawah kaki
(tarsal/metatarsal) berwarna putih dan ekor berwarna hitam.
Bentuk badan kecil-sedang, kaki relatif pendek dan pada sapi jantan berpunuk dan
bergelambir. Pada sapi jantan terdapat garis “belut” berwarna hitam.
Bentuk tanduk pendek kecil, pendek dan mengarah ke luar.
Garis punggung hanya terlihat pada sapi Madura. Garis punggung pada sapi Madura
berwarna hitam dan memanjang dari pundak sampai ujung ekor. (Hartatik. 2015)
Peningkatan populasi sapi Madura harus selalu diimbangi oleh pemeliharaan ternak
yang baik. Pemeliharaan sapi yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pola
pemeliharaan, kualitas dan kuantitas pakan serta faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan tersebut adalah ketinggian tempat. Ketinggian tempat yang berbeda
menyebabkan perbedaan suhu udara, kelembaban, dan curah hujan. Pengaruh dari
perbedaan tingkat ketinggian tersebut secara tidak langsung adalah ketersediaan pakan
hijauan serta terjadinya cekaman atau ternak merasa tidak nyaman yang akan berdampak
pada produksi ternak tersebut. Faktor yang mempengaruhi daya adaptasi adalah faktor
suhu dan kelembaban, pada kehidupan ternak sapi diperlukan suhu optimal 13- 18 oC dan
apabila suhu naik 1-10oC dari optimal maka ternak akan mengalami depresi. (Pradana,
dkk. 2015).
4
gelambir yang lebar dan menggantung. Sifat kuantitatif sapi PO yang diamati adalah
lingkar dada, panjang badan dan 3 tinggi gumba. Berdasarkan Badan Standarisasi
Nasional (2015) sapi PO dibedakan berdasarkan umur 18-24 bulan (PI2) dan 24-36 bulan
(PI4). Statistik vital sapi PO dibagi menjadi 3 kelas dengan kriteria berdasarkan umur.
5
Panjang badan (PB): jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang scapula sampai
dengan benjolan tulang tapis (osischium), diukur dengan tongkat ukur (cm).
Lingkar dada (LD): diukur melingkar rongga dada dibelakang sendi tulang bahu
(osscapula) diukur dengan pita ukur (cm).
Tinggi Pundak (TP): jarak tertinggi pundak sampai tanah, diukur dengan tongkat
ukur (cm).
Tinggi Pinggul (TP): jarak tertinggi pinggul sampai tanah, diukur dengan
tongkat ukur (cm). Lebih jelasnya ukuran-ukuran tubuh yang diamati (Nafiu, dkk.
2020)
Peningkatan populasi diperlukan indukan yang baik, salah satunya yaitu pejantan
yang baik. Berikut ini ciri-ciri dari calon pejantan yang baik :
Kondisinya sehat dan kuat.
Badannya lebar dan dalam.
Kakinya, relative pendek.
Perdagingannya padat dan bentuk badan kompak.
Testisnya normal dan bentuknya simetris.
Penampilan penuh kejantanan dan aktif terhadap betina.
Berasal dari induk yang mempunyai kemampuan produksi anak dan pertumbuhan
yang baik.
Libido sex tinggi, dapat mengawini 3 betina sehari.
Memiliki tempramen yang tenang.
Nafsu makan tinggi (Anonimus. 2015)
6
Tujuan pemberian pakan dalam suatu usaha penggemukan sapi potong adalah untuk
memperoleh pertambahan bobot badan secara maksimal. Dengan demikian diperlukan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak baik dari segi kuantítas maupun
kualitasnya. Syarat pakan ternak menurut Syafrial dkk (2007) antara lain :
Hendaknya cukup mengandung zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu : protein, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral.
Disukai ternak (palatabilitas tinggi).
Bersih dan tidak tercemari kotoran atau bibit penyakit.
Tidak boleh dalam keadaan rusak (busuk, bercendawan).
Sebaiknya tidak mengandung benda-benda yang bersuhu rendah (misalnya embun pagi
hari yang dapat menyebabkan sakit kembung/kejang perut pada ternak).
7
dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam (Siregar. 2008).
Ternak membutuhkan hijauan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan,
produksi dan reproduksi (Putra,dkk. 2014). Hijauan ada dua macam yaitu hijauan segar
dan hijauan kering. Hijauan segar adalah makanan hijauan yang diberikan dalam keadaan
segar. Makanan dalam hal ini diantaranya rumput segar, batang jagung muda, kacang-
kacangan dan rumput gajah. Hijauan kering adalah makanan yang berasal dari hijauan
yang dikeringkan, misalnya jerami padi.
2.2.3 Pemberian Pakan Aditif atau Suplemen Pada Sapi Madura dan Sapi PO
Menurut Mayulu (2019) feed additive atau imbuhan pakan merupakan suatu bahan
yang ditambahkan dalam pakan ternak, tidak mengandung nutrien, tetapi dapat
memengaruhi kesehatan ataupun keaadaan gizi ternak dan metabolisme dalam tubuh
ternak untuk memenuhi kebutuhan spesifik. Feed additive ditambahkan untuk
8
merangsang pertumbuhan, meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi pakan,
meningkatkan konversi pakan, memperbaiki sifat-sifat fisik ransum, memperbaiki
palatabilitas pakan, menstabilkan pH rumen, mengurangi risiko asidosis, meningkatkan
asupan bahan kering, dan meningkatkan kualitas ransum serta kesehatan ternak. Feed
additive yang biasa digunakan umumnya terdiri dari antibiotik, enzim, probiotik,
prebiotik, asam organik, dan bioaktif tanaman.
Pemberian pakan ternak seadanya sangat mempengaruhi prduktivitas ternak seperti
pertumbuhan, penambahan berat badan terlambat, rendah tingkat birahi dan terganggunya
siklus reproduksi. Salah satu cara yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu
silase atau pengawetan hijauan segar. Untuk menjamin proses ensilase perlu dilakukan
penambahan aditif seperti molases dan bakteri asam laktat. Molases merupakan salah satu
bahan aditif yang telah terbukti mampu mengurangi kerusakan bahan kering silase
terutama karbohidrat mudah larut dan memperbaiki proses fermentasi silase. Bakteri
asam laktat secara alami ada ditanaman sehingga dapat secara otomatis berperan saat
fermentasi, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan
penambahan aditif seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk
menjamin berlangsungnya fermentasi asam laktat yang sempurna (Jasin, 2014).
Pakan suplemen (feed supplement) merupakan pakan yang dipakai untuk
memperbaiki nilai gizi pakan basal. Suplementasi merupakan usaha peningkatan
produktivitas ternak dengan upaya menyeimbangkan degradasi karbohidrat dengan
degradasi protein melalui penambahan bahan di dalam pakan. Pakan suplemen yang
sering ditambahkan diantaranya: suplemen protein, suplemen mineral dan suplemen
vitamin. Keberhasilan teknik suplementasi sangat ditentukan oleh keseimbangan dan
kelengkapan nutrien yang ditambahkan ke dalam pakan sesuai kebutuhan ternak
(Maluyu. 2019).
Pakan berserat seperti jerami padi, jerami jagung dan jerami kacang tanah
mempunyai keterbatasan untuk dikonsumsi oleh ternak karena kecernaannya yang
rendah. Selain pakan berserat, ternak sapi juga memerlukan pakan tambahan atau
pelengkap untuk melengkapi kekurangan nutrien yang dibutuhkan. Urea Molasses
Multinutrient Block (UMMB) merupakan pakan tambahan yang tersusun dari urea, tetes
tebu, bungkil kedele, tepung tulang, dedak, kapur, onggok, garam, dan mineral.
Komponen UMMB mempunyai fungsi masing-masing yaitu urea sebagai sumber
nitrogen bagi perkembangan mikroba rumen, molases sebagai sumber kabohidrat bagi
mikroba dan mineral diperlukan oleh ternak untuk memenuhi kekurangan pada bahan
pakan. Suplemen ini diberikan pada pagi hari, yang jumlahnya disesuaikan dengan
tingkat konsumsi yang dianjurkan pada setiap jenis ternak. Pada ternak sapi dapat
diberikan sebesar 350 gram/ekor/hari (Turangan, dkk. 2018)
Pemberian feed additive pada intinya sama dengan feed supplement karena keduanya
bukan merupakan pakan dasar melainkan hanya pakan tambahan. Pemberiannya harus
selalu memperhatikan dosis yang sesuai, serta proses pencampuran yang tepat selain itu
manajemen pemberian juga selalu diperhatikan agar tidak terjadi pemberian yang
berlebihan kepada ternak (Suharyono. 2015).
9
tidak pernah kurang bagi ternak atau secara terus menerus. Air dalam bak dikontrol setiap
saat sehingga air selalu terisi penuh. Pengontrolan dan pembersihan tempat air minum
dilakukan setelah pemberian konsentrat. Kebutuhan air minum untuk ternak sapi
sebanyak 20 – 40 liter/ekor/hari atau didasarkan pada kebutuhan sapi itu sendiri. Air
minum sebaiknya di sediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya
kembung perut. Untuk mencukupi kebutuhan minum ternak sapi, air berfungsi sebagai
komponen utama dalam metabolisme dan sebagai kontrol suhu tubuh sehingga
ketersediaan air harus selalu ada. Pada pemeliharaan sapi, air minum harus selalu ada
atau tersedia karena air mempunyai fungsi sangat vital. Fungsi dari air untuk sapi adalah
sebagai zat pelarut dan pengangkut zat makanan, membantu proses pencernaan,
penyerapan dan pembuangan hasil metabolisme, memperlancar reaksi kimia dalam tubuh,
pengatur suhu tubuh dan membantu kelancaran kerja syaraf panca indra (Sari, dkk. 2016).
10
Gambar 3. Kandang tipe tunggal
11
2.3.2 Pembagian Kandang
Pembagian Kandang pada sapi mempunyai tujuan untuk memisahkan ternak
berdasarkan bangsa, ukuran, bentuk fisik, umur, bobot badan, dan ciri spesial tertentu.
Tatalaksana perkandangan sapi potong sesuai dengan tujuan dan pola pemeliharaan
meliputi kandang pembibitan, pembesaran dan penggemukan ( Rasyid dan Hartati, 2007).
Pembagian ini sangat berguna bagi peternak dalam mempermudah kegiatan kandang
seperti recording, penentuan harga, manajemen kandang, serta pengawasan terhadap
ternak. Pada Pemeliharaan sapi PO dan sapi madura dewasa kandang yang paling cocok
berupa kandang penggemukan.
Pada kandang penggemukan tujuan utamanya yaitu agar sapi mencapai bobot badan
maksimal pada umur tertentu dan memenuhi target yang diinginkan peternak. Digunakan
kandang tipe individu supaya ternak tidak banyak bergerak supaya tidak kehilangan
banyak energi dan mempercepat penggemukan. Lama pemeliharaan ternak pada kandang
penggemukan berkisar antara 4 – 12 bulan, tergantung pada kondisi awal ternak. Tipe
kandang untuk penggemukan jantan dewasa adalah tipe kandang individu, untuk
menghindari perkelahian sesamanya( Rasyid dan Hartati, 2007).
12
merupakan hal penting yang tidak boleh di sepelekan dalam menejemen sebuah peternakan,
hal ini juga harus diiringi dengan pengetahuan yang memadai oleh peternak agar mengetahui
langkah yang harus dilakukan ketika ternak mengalami penyakit atau gejala tertentu.
Penerapan manajemen pencegahan penyakit yang sering diterapkan oleh perusahaan
peternakan yaitu: penerapan biosekuriti, sanitasi, vaksinasi, pemberian vitamin, suplementasi
dan pemberian obat cacing. Penerapan ini dirasa mampu untuk mencegah atau meminimalisir
masuknya penyakit ke peternakan (Suyasa, dkk. 2016).
13
kerusakan dan penurunan nilai kulit. Scabies adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infestasi dari Sarcoptes scabiei. Penyakit ini sering disebut juga
dengan kudis (Handoko, 2008).
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau, pada sapi disebabkan
oleh Chorioptes bovis, sedang pada kambing disebabkan oleh Psoroptes ovis.
Penularan penyakit ini terjadi bila kontak langsung antara ternak sakit dengan ternak
sehat, atau melalui peralatan kandang yang tercemar oleh penyakit. Tungau
menyerang dengan cara menginfestasi kulit induk semangnya dan bergerak membuat
terowongan di bawah lapisan kulit (stratum korneum dan lusidum) sehingga
menyebabkan gatal-gatal, kerontokan rambut dan kerusakan kulit (Lastuti, et al.
2017).
14
menerapkan biosekuriti yang ketat untuk menghindari kontak antara sapi madura
dengan domba (Wiyono dan Rini, 2018). Ternak yang menderita atau tersangka
penyakit MCF / ingusan dapat dipotong di bawah pengawasan dokter hewan yang
berwenang / petugas kesehatan hewan dan dagingnya dapat dikonsumsi. Seluruh
jaringan yang mengalami perubahan / menyimpang dari normal dapat diafkir. Sisa
hasil pemotongan harus dimusnahkan dengan dibakar dan dikubur.
d. Penanganan penyakit scabies / kudis
Pencegahan yang paling wajib dilakukan yaitu selalu menjaga kebersihan
kandang, melakukan sanitasi kandang dengan menyeluruh dan diperhatikan kembali
sirkulasi atau pergantian udara di dalam kandang agar tidak lembab. Pada ternak
yang telah terkena penyakit kudis dipisahkan dengan yang lain karena dapat menular
dan sesegera mungkin mendapat penanganan agar tidak menular. Pengobatan
penyakit scabies dapat dilakukan baik secara medis maupun pengobatan secara
tradisional. Belerang dipercaya oleh masyarakat dapat mematikan tungau Sarcoptes
scabiei karena kandungan sulfurnya, sedangkan minyak kelapa dipercaya sebagai
bahan pencampur obat-obatan karena kegunaannya sebagai pelarut untuk melarutkan
belerang disamping berperan dalam proses reabsorbsi obat ke dalam tubuh melalui
pori-pori kulit. Pengobatan tradisional lainnya dengan menggunakan oli bekas yang
dipanaskan dan dioleskan pada bagian kulit yang berlesi atau ke seluruh tubuh
(Randu, 2002).
2.4.3 Sanitasi
Kebersihan kandang yang terjaga akan membuat ternak terhindar dari berbagai
penyakit yang dapat merugikan peternak, selain itu kandang yang bersih membuat ternak
merasa nyaman hal tersebut merupakan faktor penting harus diperhatikan dalam
menejemen kandang kususnya sanitasi kandang. Menurut BPTP-Ungaran (2000) sanitasi
kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang meliputi kebersihan bangunan
tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya dalam rangka untuk menjaga
kesehatan ternak sekaligus pemiliknya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi
sanitasi kandang antara lain lokasi kandang, konstruksi bangunan kandang, kebersihan
kandang dan kepadatan populasi dalam kandang.
Penerapan higienitas dan sanitasi kandang terdiri dari: pembersihan kandang secara
teratur menggunakan desinfektan minimal 2 minggu sekali, untuk menjaga kebersihan
peternak baik saat akan masuk maupun keluar kandang, serta menjaga kebersihan hewan
ternak dengan mencegah adanya lalat ataupun kotoran yang menumpuk di sekitarnya
(Nuraini, dkk. 2020). Pada kegiatan sanitasi lebih baiknya di lakukan setiap hari hal ini
bertujuan agar tidak ada kotoran yang menumpukdi kandang, memandikan sapi pada pagi
hari selain untuk sanitasi juga dapat membuat ternak lebih tenang, penjemuran ternak
juga termasuk dalam sanitasi ternak dalam mengeringkan bulu-bulunya ketika sesudah di
mandikan selain itu juga membuat sapi tidak agresif karena dapat mengurangi stress pada
sapi.
15
2.4.4 Biosecurity
Biosekuriti adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk
pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan
penularan/kontak dengan ternak tertular sehingga rantai penyebaran penyakit dapat
diminimalkan (Dinas peternakan dan Kesehatan hewan provinsi Jawa Tengah, 2019).
Dalam dunia peternakan, biosekuriti merupakan serangkaian kegiatan yang dirancang
untuk mencegah penyakit masuk ke dalam peternakan ataupun menyebar keluar
peternakan. Keuntungan maksimal hanya akan dicapai bila semua ternak berada dalam
keadaan sehat, karena ternak mampu berproduksi dengan optimal jika dalam kondisi
yang sehat.
Komponen utama biosekuriti adalah isolasi, kontrol lalu lintas dan sanitasi (Ida,
2017):
Isolasi merupakan suatu tindakan untuk mencegah kontak diantara hewan pada suatu
area atau lingkungan. Tindakan yang paling penting dalam pengendalian penyakit
adalah meminimalkan pergerakan hewan dan kontak dengan hewan yang baru datang.
Tindakan lain yaitu memisahkan ternak berdasarkan kelompok umur atau kelompok
produksi. Fasilitas yang digunakan untuk tindakan isolasi harus dalam keadaan bersih
dan didisinfeksi.
Kontrol lalu lintas merupakan tindakan pencegahan penularan penyakit yang dibawa
oleh alat angkut, hewan selain ternak (kuda, anjing, kucing, hewan liar, rodensia, dan
burung), dan pengunjung. Hewan yang baru datang sebaiknya diketahui status
vaksinasinya, hal ini merupakan tindakan untuk memaksimalkan biosekuriti. Oleh
sebab itu, mengetahui status kesehatan hewan yang baru datang sangat penting.
Kontrol lalu lintas di peternakan harus dibuat dengan baik untuk menghentikan atau
meminimalkan kontaminasi pada hewan, pakan, dan peralatan yang digunakan. Alat
angkut dan petugas tidak boleh keluar dari area penanganan hewan yang mati tanpa
melakukan pembersihan (cleaning) dan desinfeksi terlebih dahulu.
Sanitasi merupakan tindakan pencegahan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh
feses. Kontaminasi feses dapat masuk melalui oral pada hewan (fecal-oral cross
contamination). Kontaminasi ini dapat terjadi pada peralatan yang digunakan seperti
tempat pakan dan minum. Langkah pertama tindakan sanitasi adalah untuk
menghilangkan bahan organik terutama feses. Bahan organik lain yaitu darah, saliva,
sekresi dari saluran pernafasan, dan urin dari hewan yang sakit atau hewan yang mati.
Semua peralatan yang digunakan khususnya tempat pakan dan minum harus di-
bersihkan dan didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi.
Tindakan umum yang dilakukan dalam program biosekuriti adalah mengawasi keluar
masuknya hewan, mencegah kontak dengan hewan atau hewan liar, secara rutin
membersihkan dan mendesinfeksi sepatu, pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika
menangani hewan, mencatat pengunjung, hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar
(Ida, 2017). Salah satu penerapan biosecurity dalam pengawasan hewan atau sapi baru
sebelum memasukan ke dalam kandang yaitu pemeriksaan sapi, pemandian sapi, dan
penjemuran sapi terlebih dahulu hal ini bertujuan untuk mencegah agara memperkecil
adanya virus atau penyakit yang di bawa hewan tersebut ke dalam kanang.
16
2.5 Manajemen Pengelolaan Limbah
Hasil samping dari aktivitas peternakan merupakan limbah. Karakteristik limbah
peternakan dapat dibedakan dari bentuk dan sifatnya. Limbah ternak berdasarkan bentuk
adalah limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Limbah padat merupakan semua limbah
yang berbentuk padatan atau dalam feses padat (kotoran ternak/feses, ternak yang mati, isi
perut dan rumen, sisa pakan dan bedding/litter), limbah cair adalah semua limbah yang
berbentuk cairan atau berada dalam fase cair (air seni atau urine, air pencuci ternak, alat-alat
dan kandang). Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada
dalam fase gas (CO, NH3, H2S, CH4). Apabila limbah ternak tidak ditangani dengan baik
maka akan menyebabkan masalah lingkungan menjadi sumber penyebaran penyakit bagi
ternak dan manusia ( Saputro, dkk. 2014). Keberhasilan pengelolaan limbah peternakan
sangat dipengaruhi oleh teknik penanganan yang dilakukan, yang meliputi teknik
pengumpulan (collections), pengangkutan (transport), pemisahan (separation) dan
penyimpanan (storage) atau pembuangan (disposal) ( Setiawan, dkk. 2013).
Limbah Padat
Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase
padat (kotoran ternak, ternak yang mati atau isi perut dari pemotongan ternak)
(Hidayatullah, dkk. 2014). Menurut Rahayu (2010) dalam penelitiannya mengatakan
bahwa untuk satu ekor sapi dengan bobot badan 400-500 kg dapat menghasilkan
limbah padat dan cair sebesar 27,5-30 kg/ekor/hari. Limbah yang berasal dari
peternakan tersebut akan bernilai ekonomi tinggi apabila diolah dengan perlakuan
yang tepat. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah peternakan
tersebut. Salah satunya pengolahan kotoran menjadi pupuk kandang, cara ini
merupakan cara yang paling sederhana yang sering kita jumpai yaitu kotoran ternak
dibiarkan hingga kering (Adityawarman, dkk. 2015). Limbah ternak sebagai hasil
akhir dari usaha peternakan memiliki potensi untuk dikelola menjadi pupuk organik
seperti kompos yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan daya dukung
lingkungan, meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan pendapatan petani dan
mengurangi dampak pencemaran terhadap lingkungan (Ratriyanto, dkk. 2019).
Saat ini banyak usaha peternakan yang dilakuan secara intensif sehingga
penemuan baru yang digunakan untuk pemanfaatan limbah biologi sedang digalakkan
agar peternak mampu mengolahnya sebagai sumber energi alternatif untuk keperluan
rumah tangga dari hasil usaha tersebut. Salah satu energi alternatif tersebut adalah
biogas. Biogas adalah gas yang dapat dihasilkan dari fermentasi feses (kotoran) ternak
misalnya: sapi, kerbau, babi, kambing, ayam, dan lain-lain dalam suatu ruangan yang
disebut digester ( Damanik, 2014). Hasil dari biogas yaitu sludge yang bisa
dimanfaatkan langsung pada budidaya padi atau sebagai bahan baku dalam
pembuatakan kompos karena sludge memiliki kandungan unusur N, P dan K (Yanti,
dkk. 2019 ).
Limbah Cair
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau berada dalam fase
cair (air seni atau urine, air pencucian alat-alat) (Hidayatullah, dkk. 2014). Limbah
kotoran sapi berupa cairan seperti urin dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang lebih
berguna, urin sapi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair yang biasa disebut
17
dengan biourine. Biourin merupakan pupuk cair yang berbahan dasar urin yang
mengandung unsur yang lengkap yaitu nitrogen, fosfor, dan kalium dan unsur mikro
yang lain yang bermanfaat untuk tanaman. Penggunaan urin sapi sebagai pupuk
organik akan memberikan keuntungan diantaranya harga relatif murah, mudah didapat
dan diaplikasikan, serta memiliki kandungan hara yang dibutuhkan tanaman.
Kandungan urine sapi antara lain Nitrogen (N) : 1,4 hingga 2,2 % , fosfor ( P ) : 0,6
hingga 0,7% , dan kalium ( K ) 1,6 hingga 2,1%. Urin sapi dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk biourin dengan cara menginkubasinya terlebih dahulu hingga
terdekomposisi. Pada proses dekomposisi urin sapi ditambahkan lengkuas, kencur,
kunyit, temulawak dan jahe. Bau urin sapi diharapkan dapat dinetralisir dengan
minyak atsiri yang terkandung dalam empon-empon. Minyak atsiri tersusun atas
eugenol, yang berfungsi sebagai antimikroba, sehingga mikroba anaerob dalam proses
pengomposan dapat berkurang. Berkurangnya mikroba anaerob ini menyebabkan
berkurangnya bau pada biourin (Rohani, dkk. 2017). Parameter lain yang diamati
dalam pengolahan limbah cair yaitu banyaknya pupuk cair yang dihasilkan dan
tambahan pemasukan (Adityawarman dkk, 2015).
Pengelolaan limbah lebih lanjut dapat mengurangi pencemaran yang terjadi di
lingkungan terutama bau yang ditimbulkan. Limbah cair penangananya dengan diolah
secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut pengolahan primer,
proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya
operasi yang tinggi (Adijaya dan Yasa, 2012). Limbah cair akan melalui filter di
dalam kolam pengumpul, kolam aerasi, kolam pengendapan dan kolam kontrol
sebelum akhirnya dibuang ke badan air penerima. Pengolahan air limbah bertujuan
untuk mempercepat proses penjernihan air limbah dan mengurangi konsentrasi
senyawa beracun yang terkandung dalam air limbah, sehingga aman untuk dibuang ke
badan air penerima serta memenuhi Standar Baku Mutu Lingkungan (Wulansari,
2011).
Limbah Gas
Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas atau berada dalam fase gas
(Hidayatullah, dkk. 2014). Beberapa gas yang dihasilkan dari limbah ternak antara
lain ammonia, hydrogen sulfida, dan CO2. Limbah peternakan lainnya adalah gas
metana (CH4) yang berasal dari sendawa, kentut sapi, dan feses sapi. Gas-gas tersebut
selain merupakan gas efek rumah kaca (Green House Gas) juga menimbulkan bau tak
sedap dan mengganggu kesehatan manusia (Saputro, dkk. 2014). Berdasarkan hasil
penelitian IPB University menunjukkan bahwasanya gas metana dari aktivitas
peternakan dapat dikurangi menggunakan ransum dengan bahan pakan yang
mengandung tannin. Tannin dapat mengurangi produk gas metana saat proses
pencernaan berlangsung, karena tannin dapat menghambat pertumbuhan bakteri
metanogen yang memproduksi gas metana. Jenis tanaman yang banyak mengandung
tanin misalnya tanaman leguminosa atau kacang-kacangan. Caranya dengan
mengekstrak tanaman tersebut, lalu diambil taninnya dan dijadikan pakan adiktif.
18
2.6 Pemasaran
Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana perorangan dan kelompok
mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran produk yang bernilai
masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk mengembangkan suatu produk,
distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan. Strategi pemasaran adalah suatu
mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran, dimana di
dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran
dan budget untuk pemasaran yang mana mendefinisikan alat pemasaran kedalam 7P atau
sering disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga, promosi, orang, bukti fisik dan
proses.
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari seluruh kegiatan usaha untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan
konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang hendak diproduksi, dan
penyaluran atau penjualan produk tersebut.
Viral marketing adalah membuat pesan pemasaran atau advertising yang bertujuan untuk
disebarkan melalui online word of mouth (WOM). Viral Marketing, Viral marketing
merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki media sosial dibandingkan dengan media
tradisional. Menggunakan media social sebagai alat komunikasi pemasaran tidak hanya
seperti menggunakan internet dan tehnologi, akan tetapi harus menggunakan taktik dan
strategi komunikasi Media sosial saat ini sudah banyak digunakan sebagai alat dalam strategi
pemasaran untuk menciptakan value pada pelanggan (Moriansyah, 2015).
YouTube merpakan jejaring sosial yang cukup banyak dimanfaatkan untuk pemasaran di
Internet. Lewat YouTube, kita bisa melakukan berbagai promosi dengan memanfaatkan
media video dan sama seperti jejaring sosial lainnya, akun YouTube juga bisa menghasilkan
peluang bisnis. Yakni peluang bisnis jual jasa penambah subscriber dan viewer di YouTube.
Subscriber adalah orang yang berlangganan video Anda di YouTube, semakin banyak
pelanggan video Anda maka akan semakin besar besar kemungkinan terjadinya penanyangan
video Anda. Semakin banyak penanyangan video maka akan semakin populer video tersebut
dan juga akan semakin banyak orang yang melihat promosi Anda (Ramadhayanti, 2019)
19
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN
20
3.4 Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah studi literature,
studi lapang, wawancara, dan koleksi data.
3.4.3 Wawancara
Wawancara serta diskusi dilakukan dengan pemilik maupun penjaga kadang dilapang
yang berkaitan dengan manajemen penggemukan Sapi Madura dan Sapi PO ( Peranakan
Ongole) di Berkah Setia Farm, Purworejo, sehingga dapat digunakan dalam penyusunan
laporan.
21
c. Sanitasi
d. Biosecurity
3.5.4 Manajemen Pemilihan Bakalan
a. Karakteristik
3.5.5 Manajemen Pengelolaan Limbah
3.5.6 Pemasaran
22
Konsultasi
Laporan
Praktek
kerja
Lapang
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
25
Prayitno
Direktur Utama
Azhar Rosyid S.
Tr. I. Kom Paryudi Wahyu Ery S. K. H Irfan Safrudin S. Kep
Publikasi dan Mekanik dan Sipil Kesehatan Hewan Transportasi dan Pakan
Pemasaran
26
Tabel 3. Jadwal kegiatan harian karyawan Berkah Setia Farm
Waktu Kegiatan Pekerja
Membersihkan sisa pakan hari sebelumnya
06.00 – 07.00 Membersihkan tempat pakan dan minum
4 karyawan
Membersihkan kotoran sapi
Menyiapkan konsentrat
07.00 – 07.45 Pemberian pakan konsentrat 4 karyawan
Menyemprot kandang dan memandikan sapi
07.45 – 08.30 (setiap hari) dan membersihkan peralatan 4 karyawan
kandang
08.50 – 09.00 Menyiapkan pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
09.00 – 09.15 Pemberian pakan Jerami atau hijauan 4 karyawan
Seluruh
09.15 – 10.00 Istirahat ( makan pagi )
karyawan
10.00 – 11.00 Mencari jerami padi 4-5 Karyawan
Seluruh
11.00 – 14.30 ISHOMA
karyawan
Membersihkan sisa pakan di pagi hari
Membersihkan tempat pakan dan tempat minum
14.50 – 15.30 4 karyawan
Membersihkan kotoran sapi
Menyiapkan pakan konsentrat
15.30 – 16.15 Pemberian pakan konsentrat 4 karyawan
27
Menyemprot tempat pakan dan tempat minum
16.15 – 16.45 4 karyawan
Membersihkan peralatan kandang
16.50 – 17.00 Menyiapkan pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
17.00 – 17.15 Pemberian pakan jerami atau hijauan 4 karyawan
Pengontrolan pakan dan pengawasan terhadap
19.00 – 20.00 4 karyawan
ternak
4.1.4 Populasi Ternak
Berkah Setia Farm memiliki populasi sapi sebanyak 172 ekor di bulan Juli 2021. Sapi
yang dipelihara untuk di gemukkan meliputi sapi Madura, sapi Bali, sapi Pernakan
Ongole, sapi Simental cross, sapi Limousin dan sapi Brangus. Sapi tersebut diambil dari
pasar Madura, Bali, Yogyakarta, Kebumen dan peternak rakyat lingkungan sekitar.
Jumlah populasi sapi Berkah Setia Farm dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4. Populasi ternak sapi Berkah Setia Farm bulan Juli 2021
Jenis kelamin
No Jenis Sapi Jumlah
Jantan Betina
1. Sapi PO 30 4 34
2. Sapi Simental cross 26 1 27
3. Sapi Madura 33 0 33
4. Sapi Bali 73 0 73
5. Sapi Brangus 1 0 1
6. Sapi Limousin 1 0 1
7. Pedet PO 3 0 3
Jumlah 167 5 172
Berdasarkan tabel diatas Berkah Setia Farm tidak hanya memelihara sapi pejantan
namun juga memelihara sapi betina yang digunakan untuk pembiakan akan tetapi tujuan
utamanya untuk penggemukan. Populasi paling banyak yaitu sapi Bali karena sapi bali
relatif murah dan permintaan konsumen akan jenis sapi tersebut sangat tinggi. Sapi
Madura, sapi ini juga banyak diminati oleh konsumen karena harga nya yang relatif
murah selain itu sapi tersebut mudah ditemui karena diambil dari pasar Madura langsung.
Sapi Simental cross, sapi ini relatif lebih mahal namun memiliki pertumbuhan yang cepat
dan memiliki badan yang besar serta Panjang. Sapi PO, sapi tersebut mudah dijumpai di
28
pasar Kebumen namun memiliki pertumbuhan yang sedikit lambat dibanding sapi
Simental. Sapi Brangus, jenis sapi ini tidak banyak hanya berjumlah satu ekor
dikarenakan sapi tersebut sulit ditemukan di pasar maupun lingkungan sekitar namun
memiliki petulangan dan tubuh yang besar. Sapi limousin, sapi ini digemari oleh
masyarakat, namun memiliki harga yang relatif mahal. Data jumlah populasi sapi potong
tiap harinya berubah dikarenakan bakalan yang datang tidak menentu sehingga akan
mempersulit recording pada populasi ternak.
29
Gambar 8. Denah kandang Berkah Setia Farm
30
memiliki kuku dan moncong berwarna hitam, bentuk tanduk pendek dan mengarah
keluar, memiliki rambut halus disekitar mulut. Sapi Madura memiliki garis punggung
berwarna hitam dari pundak hingga ujung ekor sapi ini memiliki perawakan sedang dan
kaki relatif pendek.
Jenis sapi ini memiliki keunggulan yang mampu adaptasi terhadap iklim panas dan
memiliki kualitas karkas yang bagus namun harus di imbangi dengan pemeliharaan yang
baik pula. Pradana, dkk (2015) menyatakan bahwa peningkatan populasi sapi Madura
harus selalu diimbangi oleh pemeliharaan ternak yang baik Pemeliharaan sapi yang baik
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya pola pemeliharaan, kualitas dan kuantitas
pakan serta faktor lingkungan. Kelemahan dari sapi Madura yaitu memiliki pertulangan
yang kecil dan pertambahan bobot badan lambat.
31
yang berumur >4 tahun. Rianto dan Purbowati (2009) menyatakan bahwa beberapa
kriteria yang digunakan memilih bakalan yaitu bakalan berjenis kelamin jantan dan
berumur kira-kira 2 – 2,5 tahun, alasannya pada umumnya sapi jantan memiliki
pertambahan berat badan harian yang lebih tinggi dari pada sapi betina.
Setelah sapi bakalan datang di peternakan tidak dilakukan penimbangan karena sudah
ditimbang sebelum diantarkan ke peternakan. Sapi yang baru saja datang dilakukan
karantina terlebih dahulu agar bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Kemudian
diberikan pakan konsentrat dan jerami, namun ketika diberi pakan tersebut nafsu makan
berkurang dikarenakan belum bisa menyesuaikan lingkungan sekitar. Setelah dilakukan
karantina kemudian di tempatkan bersama sapi yang lain dan ditempatkan berdasarkan
bobot badan sapi dan jenis sapi.
Kandang Berkah Setia Farm berlokasi di tengah lingkungan pedesaan yang jarak satu
rumah ke rumah yang lain masih sangat lenggang jadi tidak menimbulkan pencemaran
ataupun kotoran yang dapat merugikan warga sekitar. Letak kandang yang jauh dari
keramaian menjadi keuntungan tersendiri pada ternak agar tidak mudah stress, selain itu
kandang Berkah Setia Farm memiliki tempat yang luas untuk menampung kotoran dan
terdapat parit yang cukup panjang dan dalam untuk menampung limbah cair yang di hasilkan.
Berkah Setia Farm mempunyai 7 kandang yang masing – masing mempunyai kapasitas dan
luas berbeda – beda agar mudah dalam mengelompokan jenis ternak, berat ternak serta jenis
kelamin ternak. Terdapat kandang jumbo yang berisi sapi berbobot hampir 1 Ton atau lebih,
serta terdapat kandang ekonomis yang berisi sapi dengan bobot 300 – 450 Kg. Setiap kandang
Berkah Setia Farm diisi dengan berbagai jenis sapi di antaranya ras Madura, Pernakan
Ongole, Simental cross, Limousin, serta ras Bali. Ternak ditempatkan sesuai jenisnya
dikarenakan untuk memudahkan dalam manajemen kandang serta meningkatkan
kesejahteraan hidup ternak.
Tabel 6. Kapasitas dan ukuran kendang individu tipe tunggal
32
Kandang Ukuran (m) Luas (m²) Kapasitas (ekor)
Kandang 1 4,5 x 30 135 15
Kandang 2 4 x 20 80 10
Kandang 3 4 x 25 100 10
Kandang 4 4 x 20 80 9
Kandang 5 4 x 20 80 9
Tabel 7. Kapasitas dan ukuran kandang individu tipe ganda ( head to head )
Kandang Ukuran (m) Luas (m²) Kapasitas (ekor)
Kandang 1 8 x 17 136 32
Kandang 2 8 x 24 192 48
Berkah Setia Farm selalu memperhatikan kenyamanan, kebersihan serta kerapian dalam
pembuatan setiap kandang dengan tujuan agar kesejahteraan ternak tetap terjaga.
Kenyamanan ternak di Berkah Setia Farm salah satunya adalah lantai pada kandang tersebut
diberikan alas karpet yang terbuat dari karet. Selain itu terdapat pula kipas untuk sebagian
ternak yang bobotnya lebih dari 1 Ton agar sapi tidak terkena cekaman panas yang berakibat
pada penurunan performa sapi. Nuriyasa et al (2015) menambahkan bahwa Pergeseran
temperatur dari kisaran nyaman pada ternak sapi sudah dapat dipastikan ternak akan
mengalami cekaman baik cekaman panas (hipertermia) atau cekaman dingin (hipotermia).
Ternak akan memberikan respon awal dalam bentuk perubahan tingkah laku, peningkatan
aktivitas sistem respiratoris dan kardiovaskularis. Jika respon awal belum tercapai keadaan
homeostatik, akan timbul respon lanjutan berupa perubahan-perubahan pada sistem hormonal,
enzimatik dan metabolik. Kalau pada respon lanjutan ini belum juga tercapai keadaan
homeostatik maka ternak akan mengalami berbagai gejala penyakit yang disertai rendahnya
efisiensi produksi dan reproduksi.
Sapi yang baru tiba di kandang Berkah Setia Farm selalu diperhatikan keadaan fisiknya
dan diberikan obat cacing. Ternak yang baru datang dipisahkan dengan ternak yang sudah
lama dikandang agar mampu beradaptasi dengan lingkungan dan jenis pakan yang diberikan.
Stress yang dialami ternak salah satunya adalah proses perjalanan selama pengangkutan dan
penurunan yang berakibat pada menurunya nafsu makan dan gangguan pada pencernaan
sehingga perlu diperhatikan oleh peternak dalam merawatnya sampai beberapa hari. Tujuan
pemisahan ternak yang baru datang yaitu apabila ternak memiliki penyakit tidak menular ke
ternak lain dan bisa mendapatkan penanganan secara langsung.
Menurut buku Pedoman Praktik Terbaik Untuk Pengangkutan Sapi di Indonesia oleh
Commonwealth of Australia (2017) menyatakan bahwa Penurunan muatan (unloading) adalah
tahapan kritis dalam mempertahankan kesehatan dan kesejahteraan sapi. Kesehatan dan
kesejahteraan sapi dapat dilindungi dengan memastikan bahwa penurunan muatan dilakukan
secara tenang dan efektif dengan menggunakan infrastruktur yang sesuai. Kandang Berkah
Setia Farm terdapat beberapa ram yang memiliki ketinggian dan luas yang berbeda-beda hal
ini bertujuan untuk menyesuaikan ketinggian mobil agar jalan yang di buat tidak terlalu curam
atau membahayakan ternak.
33
Atap merupakan penutup suatu bangunan yang berfungsi untuk melindungi
apapun yang ada di dalamnya dari hujan, panas, salju, debu, atau fenomena alam
lainya. Di kandang Berkah Setia Farm menggunakan atap genteng yang terbuat dari
tanah liat. Salah satu keunggulan genteng tanah liat adalah harganya yang relatif
murah dibandingkan dengan genteng lain. Pembuatannya yang sederhana dan
materialnya yang mudah dicari menjadikan genteng sebagai pilihan utama atap
kandang.
Untuk kerangka atau konstruksi atap kandang Berkah Setia Farm memakai
kombinasi bahan yang terbuat dari kayu. Kelebihan kayu sebagai kerangka kandang
antara lain mudah dalam pengerjaan karena dapat dipaku, dibaut, atau direkatkan,
proses dan durasi pengerjaan lebih cepat, lebih ekonomis, daya tahan yang relatif
lama, serta kayu merupakan isolator termal alami yang sangat efektif dalam
mengisolasi dingin dan panas. Pemilihaan bahan kandang hendaknya minimal tahan
untuk jangka waktu 5 –10 tahun. Saefudin (2007) menambahkan bahwa bagian-
bagian tertentu dari struktur bangunan sebagian besar masih menggunakan material
kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah dikerjakan,
memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan dalam
pembangunan.
34
sedangkan untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap
monitor, semi monitor dan gable model kandang yang mempunyai atap dua bidang ,
sedangkan shade mempunyai atap satu bidang.
35
itu pembuatan tembok yang tinggi juga di maksudkan untuk mengurangi intensitas angin
yang langsung mengenai ternak. Komplek kandang pada peternakan tersebut juga di
kelilingi dengan pagar beton yang cukup tinggi, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
angin yang masuk ke dalam kandang, jika terdapat sapi yang lepas tidak sampai lari ke
pemukiman warga, dan mencegah hewan liar masuk ke dalam kandang. Zaenal dan Khairil
(2020) menyatakan bahwa kandang yang baik yaitu jauh dari pemukiman penduduk,
ventilasi dan suhu udara kandang yang baik, efisien dalam pengelolaan, kuat dan tahan
lama, tidak berdampak pada lingkungan sekitar serta memudahkan petugas dalam proses
produksi seperti pemberian pakan, pembersihan kandang dan penanganan kesehatan.
Kandang individu merupakan kandang yang di peruntukan untuk sapi pada tahap
penggemukan di karenakan kandang individu membuat ternak tidak gampang stres,
memudahkan dalam manajemen kandang serta mudah dalam pengontrolan biosecuritinya.
Berdasarkan pengamatan dan tanya jawab dengan pihak Berkah Setia Farm, kendang yang
digunakan adalah kandang bertipe tunggal karena mayoritas sapi yang dipelihara
berukuran jumbo atau sudah dalam masa penggemukan. Akan tetapi ada beberapa kandang
individu yang di rubah menjadi kandang kelompok sebagai tempat bakalan – bakalan yang
di produksi sendiri oleh Berkah Setia farm. Rahmi (2008) mengatakan bahwa Kelebihan
pemeliharaan ternak kambing dengan sistem kandang individu adalah intensitas penularan
penyakit sangat rendah disebabkan lokasi kandang antara ternak yang satu dengan lainnnya
cukup jauh. Pemilihan kandang individu sangatlah tepat di karenakan sapi yang di pelihara
sudah memasuki umur penggemukan dan siap potong, selain itu kandang individu
memberikan kelebihan dalam manajemen kandang di karenakan ukuran kandang yang
tidak cukup luas serta mudah dalam pembersihanya.
4.3.3.1 Palungan
Palungan adalah tempat pakan dan minum ternak sapi potong yang terletak di
depan ternak dengan bahan dari beton ataupun kayu. Ukuran palungan ini biasanya
mengikuti panjang kandang sapi. Berdasarkan tanya jawab dang pengamatan Berkah
Setia Farm memiliki palungan yang terbuat dari dari beton dikarenakan awet dan
tidak mudah rusak yang di sebabkan oleh aktifitas ternak, ukuran palungan di
36
sesuaikan dengan jenis sapi yang akan menempati kandang tersebut. Pembuatan
palungan disesuaikan dengan tinggi sapi sehingga pakan tidak terinjak dan dapat
mencegah kotoran masuk ke dalam palungan. pada pinggir palungan di beri lubang
kecil yang berguna untuk membersihkan sisa pakan. Menurut Dairy NZ (2015)
tempat pakan dan minum ternak yang baik dapat berupa papan kotak maupun ember
plastik. Ukuran tempat pakan harus disesuaikan dengan bobot sapi. Semakin besar
bobot ternak maka ukuran tempat pakan dan minum yang dibutuhkan akan semakin
lebar. Pembuatan tempat pakan disesuaikan dengan ukuran ternak dimaksudkan agar
pakan yang di tampung sebanding dengan kebutuhan ternak. Pada kandang sapi
Madura yang berbobot 300 kg, palungan dibuat dengan ukuran lebar 50 cm dan
tinggi 40 cm. Ukuran tersebut sudah ideal dengan ukuran sapi yang ditempatkan
pada kandang tersebut.
4.3.3.2 Selokan
Fungsi selokan pada kandang sangatlah penting dalam mengatur aliran air serta
limbah cair agar tidak menimbulkan efek buruk bagi lingkungan kandang.
Berdasarkan tanya jawab dan pengamatan kandang Berkah Setia Farm setiap
kandang memiliki selokan untuk tempat mengalirnya urin ternak dan air yang di
gunakan untuk membersihkan kandang serta memandikan ternak. Selokan disetiap
kadang saling berhubungan serta bermura di parit yang cukup panjang sehingga
nantinya terserap lagi oleh tanah. Kandang Berkah Setia Farm memiliki 2 selokan
yaitu di depan dan belakang kandang. Selokan yang berada di depan kandang
berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari kegiatan kandang seperti
pemberian minum, memandikan ternak serta pembersihan tempat pakan dan selokan
yang berada di belakang berfungsi untuk tempat mengalirnya urin. Menurut Maulida
(2013) dengan adanya parit maka air sisa pembersihan lantai, sisa memandikan
ternak dan air limbah dari ternak dapat mudah terkumpul menjadi satu yang
kemudian akan disalurkan ke tempat penampungan biogas atau selokan.
Pembuatan selokan sangatlah fital dalam mengatur manajemen sanitasi kandang
karena dengan adanya selokan yang baik akan membuat aliran air menjadi lancar dan
dapat membuat kandang selalu dalam keadaan kering. Ukuran selokan sebaiknya
disesuaikan dengan ukuran serta banyaknya aktifitas kandang, idealnya selokan
37
mempunyai lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 5 – 10 cm.
38
Pakan merupakan salah satu aspek utama dalam dunia peternakan, seperti halnya di
Berkah Setia Farm juga sangat memperhatikan aspek tersebut. Pakan yang diberikan harus
berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak karena pada
dasarnya pakan merupakan sumber pembangun tubuh. Yakin ,dkk (2012) menyatakan bahwa
pakan memegang peranan yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan untuk
pertumbuhan. Ternak membutuhkan nutrisi pakan yang memenuhi syarat yaitu protein,
karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air.
39
Gambar 13. Pemberian Jerami Padi dan Jerami Kacang Tanah
Untuk kandungan nutrisi hijauan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Kandungan nutrisi hijauan
BK PK SK LK Ca P TDN
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Jerami Padi 86 3,2 30,9 1,5 0,41 0,29 33,2
Jerami K. Tanah 35 15,1 22,7 1,28 1,51 0,20 65
Sumber : 1. Hartadi 2005
4.4.2 Pemberian Konsentrat pada Sapi PO dan Madura
Berkah Setia Farm menggunakan pakan konsentrat campuran jadi (buatan pabrik) hal
ini dikarenakan belum tersedianya alat untuk membuat pakan konsentrat. Pakan penguat
atau konsentrat diberikan dalam bentuk basah atau cair (combor), nyombor merupakan
kegiatan memberikan konsentrat pada ternak dengan cara mencampurkan pakan kosentrat
dengan air secukupnya lalu diaduk hingga rata sebelum diberikan pada ternak, sehingga
ternak tidak perlu lagi diberikan air minum secara ad-libitum. Bahan-bahan yang
digunakan sebagai campuran ransum antara lain konsentrat jadi dan wheat bran. Semua
bahan tersebut dicampur jadi satu hingga homogen.
40
kali sehari pada pagi dan sore dengan takaran +10 kg/ekor setiap pemberiannya.
Untuk kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum diketahui pada tabel berikut :
Tabel 9. Kandungan nutrisi bahan pakan penyusun ransum
BK PK SK LK Ca P TDN
Bahan Pakan
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Konsentrat (pabrik) 85,7 12,8 18,4 2,6 0,9 0,5 70
Wheat Bran 86 12,9 8,8 5,1 0,08 1,23 60
Sumber : 1. Hartadi 2005
41
memberikan Kalbazen-C, diberikan saat dirasa perlu. Dalam sekali pemberian 10 cc
berat badan 400 kg keatas dan 5 cc untuk berat badan 200 kg ke bawah. Cara
penberiannya yaitu dengan memasukan kedalam mulut sapi (per oral). Obat gusanex dan
obat Kalbazen-C yang digunakan di Berkah Setia Farm dapat dilihat pada Gambar 16.
Kondisi kesehatan ternak di peternakan Berkah Setia Farm secara umum sudah baik.
42
Hal ini disebabkan ternak yang dipelihara selalu diamati kesehatanya tiap hari oleh
petugas kandang. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan hewan sakit, sebisa mungkin
langsung ditangani supaya tidak tambah parah atau menular ternak yang lain. Tindakan
preventif yang dilakukan pihak perusahaan untuk menanggulangi berbagai penyakit yaitu
dengan menjaga kebersihan kandang. Kandang dibersihkan setiap hari baik yang didalam
kandang maupun lingkungan disekitar kandang.
4.5.2 Sanitasi
Sanitasi merupakan salah satu upaya untuk menjaga kesehatan ternak dengan
menggunakan tindakan preventif untuk mencegah terjangkitnya penyakit. Sanitasi yang
kurang tepat maka akan menjadi sarang penyakit, sehingga dibutuhkan sanitasi tepat dan
rutin. Manajamen sanitasi meliputi sanitasi kandang, sanitasi ternak dan sanitasi
peralatan. Manajemen sanitasi yang diterapkan di peternakan Berkah Setia Farm berupa
sanitasi kandang dengan membersihkan kotoran setiap pagi dan sore hari dengan cara
mengumpulkan dengan sekop dan juga mengangkut dengan menggunakan arco untuk
dikumpulkan ditempat penampungan feses, setelah itu lantai disiram dengan air mengalir
menggunakan selang untuk menghilangkan sisa feses yang tersisa dilantai kandang,
tempat pakan dibersihkan setiap pagi dan sore hari dengan cara membersihkan sisa pakan
menggunakan sapu dan dibuang di tempat pembuangan, hal ini berguna agar tidak
menjadi sarang penyakit dan dapat meningkatkan palatabilitas sapi terhadap pakan yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan Suyasa (2016) yang menyatakan bahwa sanitasi
peternakan yang dilakukan adalah membuat kondisi kandang tetap bersih, kebersihan
halaman kandang, kebersihan tempat pakan dan tempat minum, serta kebersihan sumber
air yang diberikan, menghindari lingkungan kandang lembab, ventilasi udara lancar dan
sinar matahari cukup.
43
dimandikan pada pagi hari karena biasanya pada malam hari sapi penuh dengan kotoran
yang menempel pada tubuhnya (Ako. 2012).
Setelah melakukan sanitasi kandang dan sanitasi ternak dilakukan sanitasi peralatan
kandang dengan cara mencuci dengan air bersih dan dikeringkan dan ditempatkan pada
tempat penyimpanan peralatan. Peternakan Berkah Setia Farm lebih mengutamakan
pencegahan dari pada pengobatan. Pencegahan dilakukan dengan menjaga lingkungan
kandang yang sehat, agar bibit penyakit tidak mudah berkembang seperi menjaga
kebersihan kandang, penyemprotan kandang dengan mengunakan desinfektan dalam
jangka waktu tertentu. Pemberian pakan dan tempat minum yang terpisah dan selalu
terjaga kebersihanya.
44
4.5.3 Biosecurity
Tindakan biosecurity yang terdapat di peternakan Berkah Setia Farm meliputi lokasi
usaha yang tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya
yang dapat menularkan penyakit, melakukan desinfektan kandang dan peralatan,
melakukan penyemprotan insektisida pembasmi serangga, lalat dan hama lainnya
disekitar kandang guna mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok
ternak ke ternak lainnya, pelayanan dilakukan mulai dari ternak yang sehat ke ternak
yang sakit, menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak
yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, menyediakan fasilitas desinfektan
untuk staf atau karyawan dan kendaraan tamu dipintu masuk kawasan perusahaan, segera
mengeluarkan ternak yang mati dari dalam kandang untuk dikubur atau dimusnahkan dan
mengeluarkan ternak yang sakit dari dalam kandang untuk segera diobati atau
dipotong. Menurut Ida (2017) menyatakan bahwa tindakan umum yang dilakukan dalam
program biosekuriti adalah mengawasi keluar masuknya hewan, mencegah kontak
dengan hewan atau hewan liar, secara rutin membersihkan dan mendesinfeksi sepatu,
pakaian, dan peralatan yang dipakai ketika menangani hewan, mencatat pengunjung,
hewan, dan peralatan yang masuk dan keluar.
45
4.7 Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara secara langsung bahwa alur penjualan sapi di Berkah Setia
Farm dapat dilihat pada Gambar 22.
RPH
Berkah Pedagang
Setia Farm
Konsumen
Penjualan sapi merupakan tahap yang sangat penting dalam sebuah perusahaan
dikarenakan dibutukan pemasaran yang matang dan berani sehingga diketahui tingkat
keberhasilan penjualan sapi. Pada pemasaran dibutuhkan ilmu terkait bagaimana memasarkan
sebuah produk dengan berkomunikasi dan pelatian dengan baik hingga harga yang ditetapkan
sesuai dengan harga pasar. Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern
dengan menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube. Sehingga produk
memiliki nilai dan ciri khas tersendiri. Hal ini sesuai dengan Mashuri (2019) yang
menyatakan bahwa Pemasaran adalah proses sosial dan managerial dimana perorangan dan
kelompok mendapatkan kebutuhan mereka dengan menciptakan, penawaran produk yang
bernilai masing-masing. Inti dari kegiatan pemasaran adalah untuk mengembangkan suatu
produk, distribusi, komunikasi, penetapan harga dan pelayanan.
Memanfaatkan media sosial merupakan salah satu strategi pemasaran Berkah Setia Farm.
Pada media sosial instagram Berkah Setia Farm mempromosikan sapi secara tidak langsung
dengan menampilkan kondisi terbaru suasana kandang dan sapi. Sehingga para pencari
ataupun pembeli dapat secara langsung berinteraksi dengan admin mengenai jenis sapi yang
dilihat dan diinginkan. Serta informasi lokasi kandang dan kontak yang dapat dihubungi
terlampir pada media sosial tersebut yang memberi kemudahan bagi pembeli yang tujuannya
untuk membeli sapi. Hal ini sesuai dengan Kotler (2008) yang menyatakan bahwa Strategi
pemasaran adalah suatu mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
pemasaran, dimana di dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan
posisi, bauran pemasaran dan budget untuk pemasaran yang mana mendefinisikan alat
pemasaran kedalam 7P atau sering disebut marketing mix yaitu: produk, tempat, harga,
promosi, orang, bukti fisik dan proses.
Ketika dilakukan pemasaran memiliki keterkaitan dengan berbagai hal termasuk
perencanaan, biaya, pendistribusian, dan daya tarik. Pada hal ini Berkah Setia Farm memiliki
perencanaan yang mana sapi – sapi yang dipromosikan pada media social mereka yaitu sapi –
sapi yang unik dan spesial, memiliki media pemasaran sendiri lewat media sosial Instagram
46
dan YouTube pribadi memangkas biaya pemasaran Berkah Setia Farm dan pendistribusian
sapi – sapi diberi gratis biaya antar (Free Ongkir) tentu hal yang biasa seperti ini akan sangat
berguna bagi pembeli yang masih baru dalam hal pembelian sapi. Hal ini sesuai dengan
Kotler (2004) yang menyatakan bahwa Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari
seluruh kegiatan usaha untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan,
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik pada pembeli yang
ada maupun pembeli potensial. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan
mengidentifikasi kebutuhan konsumen yang perlu dipuaskan, menentukan produk yang
hendak diproduksi, dan penyaluran atau penjualan produk tersebut.
YouTube merupakan sosial media yang digunakan Berkah Setia Farm untuk membuat
konten video sapi Jumbo, konten sapi unik jenis lainnya dan kegiatan aktifitas kandang yang
membuat trending di YouTube. Sehingga trending pada YouTube munculnya Viral Marketing
yang mana sapi yang di promosikan menjadi sumber pembicaraan di sosial media membuat
masyarakat tahu tentang Berkah Setia Farm yang disebut dengan Online Marketing Word of
Mouth (WOM). Hal ini sesuai dengan Moriansyah (2015) yang menyatakan bahwa Viral
marketing adalah membuat pesan pemasaran atau advertising yang bertujuan untuk
disebarkan melalui online word of mouth (WOM). Viral marketing merupakan salah satu
kelebihan yang dimiliki media sosial dibandingkan dengan media tradisional. Menggunakan
media sosial sebagai alat komunikasi pemasaran tidak hanya seperti menggunakan internet
dan tehnologi, akan tetapi harus menggunakan taktik dan strategi komunikasi media sosial
saat ini sudah banyak digunakan sebagai alat dalam strategi pemasaran untuk menciptakan
value pada pelanggan.
Berkah Setia Farm memiliki 1 Juta lebih pengikut (Subscribers) akun YouTube.
Memanfaatkan YouTube sebagai media pemasaran Berkah Setia Farm berbeda dengan yang
lain peternakan lain dengan konten yang menarik dari sapi jumbo berat lebih 1 ton, sapi
dengan kelakuan unik, kegiatan pada kandang, ilmu dan rahasia pada kandang Berkah Setia
Farm dan banyak hal yang dijadikan konten Youtube oleh Berkah Setia Farm sebagai media
pemasaran. Memperoleh jumlah penonton jutaan setiap video menandakan video semakin
populer yang artinya semakin banyak orang melihat promosi tersebut. Hal ini sesuai dengan
Ramadhayanti (2019) yang menyatakan bahwa YouTube merupakan jejaring sosial yang
cukup banyak dimanfaatkan untuk pemasaran di Internet. Lewat YouTube, kita bisa
melakukan berbagai promosi dengan memanfaatkan media video dan sama seperti jejaring
sosial lainnya, akun YouTube juga bisa menghasilkan peluang bisnis yakni peluang bisnis jual
jasa penambah subscriber dan viewer di YouTube. Subscriber adalah orang yang
berlangganan video Anda di YouTube, semakin banyak pelanggan video Anda maka akan
semakin besar besar kemungkinan terjadinya penanyangan video Anda. Semakin banyak
penanyangan video maka akan semakin populer video tersebut dan juga akan semakin banyak
orang yang melihat promosi Anda.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Berkah Setia Farm merupakan perusaahaan swasta yang bergerak di bidang
peternakan dengan konsep kekeluargaan yang mengutamakan kesejahteraan
masyarakat.
b. Kandang Berkah Setia Farm menggunakan konsep kandang individu tipe tunggal dan
tipe ganda atau head to head. Konstruksi kandang terbuat dari kombinasi antara bata
merah dan semen dengan menggunakan atap yang berasal dari genteng tanah liat.
c. Manajemen pemberian pakan Berkah Setia Farm sudah sesuai dengan kebutuhan
ternak secara kualitas dan kuantitas. Pakan yang diberikan adalah hijauan dan
konsentrat yang diberikan setiap pagi dan sore.
d. Manajemen sanitasi dilakukan dengan cara penyemprotan kandang dan peralatan
kandang. Pencegahan penyakit dilakukan ketika sapi datang dengan cara diberikan
48
vitamin dan obat cacing.
e. Manajemen limbah diolah secara manual dengan dengan memanfaatkan kondisi alam
seperti panas dan hujan supaya kandungan ammonia yang terdapat di kotoran sapi
akan hilang atau berkurang sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang.
f. Sistem penjualan Berkah Setia Farm menggunakan pemasaran yang lebih modern
dengan menggunakan Media Sosial berupa Instagram dan Youtube.
5.2 Saran
Limbah kotoran sebaiknya dikelola lebih maksimal seperti pembuatan biogas yang dapat
digunakan untuk membantu perekonomian masyarakat sekitar. Selain itu, apabila ada sapi
yang datang sebaiknya dilakukan penimbangan dan dilakukan recording.
49
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2005. Penggemukan Sapi Potong (Kiat Mengatasi Masalah Praktis). Agro Media
Pustaka.
Adijaya, N.I. dan I.M.R. Yasa. 2012. Padat dan Cair Hubungan Konsumsi Pakan dengan
Potensi Limbah pada Sapi Bali untuk Pupuk Organik. Jurnal Limbah Sapi. 1: 61-67.
Adityawarman, A.C., Salundik dan C. Lucia. 2015. Pengolahan Limbah Ternak Sapi secara
Sederhana di Desa Pattalassang Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3 (3) : 171-177.
Afrisawati, A. and Irianto, I., 2019. Pemilihan Bibit Ternak Sapi Potong Melalui Kombinasi
Metode Ahp dan Metode MFEP. JURTEKSI (Jurnal Teknologi dan Sistem
Informasi), 6(1), pp.43-50.
Agung, P. P., Ridwan, M., Handrie, Indriawati, Saputra, F., Supraptono. dan Erinaldi. 2014.
Profil Morfologi dan Pendugaan Jarak Genetik Sapi Simmental Hasil Persilangan. JITV.
19 (2) : 112 - 122.
Aku, A.S., Abadi, M. and Zulkarnain, D., 2020. Pemberdayaan Peternak Melalui Bimbingan
Teknis Seleksi Bibit Sapi Bali Pada Kawasan Sentra Bibit Sapi Bali Di Kabupaten
Konawe Selatan.
Astuti, A., Erwanto. dan P.E. Santosa. 2015. Pengaruh Cara Pemberian Konsentrat-Hijauan
Terhadap Respon Fisiologis dan Performa Sapi Peranakan Simmental. Jurnal Ilmiah
Peternakan Terpadu. 3(4) : 201 - 2017.
Badan Litbang Pertanian. (2013). Jajar Legowo. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Kementerian Pertanian
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2015. SNI 7651.5:2015. Bibit Sapi Potong – Bagian 5:
Peranakan Ongole : Jakarta.
Baskoro, A. W. (2009). Manajemen penggemukan sapi potong di CV. Plesungan Raya
Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Berek,H. S. D. , Widagdo, S. N. , Dan Agnesia, E. T. H. W. 2015. Protektivitas Sapi di
Kabupaten Kupang Terhadap Penyakit Ngorok (Septicaemia Epizootica). Jurnal
vetreiner. 16 (2) : 167-173.
BPTP-Ungaran. (2000). Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP Ungaran.
Clarasinta, C. , Dan Tri, U . S. 2017. Penyakit Antraks: Ancaman untuk Petani dan Peternak.
7(1): 158-163.
DairyNZ. (2015). Dairy Cow Housing - A Good Practice Guide for Dairy Housing in New
Zealand. [pdf] New Zealand: DairyNZ. Tersedia di: https://www.dairynz.co.nz/ [27
April 2017].
Damanik, L.H., A.H. Husodo dan T. Gunawan. 2014. Pemanfaatan Feses Ternak Sapi
Sebagai Energi Alternatif Biogas Bagi Rumah Tangga Dan Dampaknya Terhadap
Lingkungan. Jurnal Teknosains. 4(1) : 54-63.
50
Davis, J. S., McGloughlin, S., Tong, S. Y. C. Walton, S. F., and Currie, B. J. 2013. A Novel
Clinical Grading Scale to Guide the Management of Crusted Scabies. PLoS Neglected
Tropical Disease. 7(9): 2387
Dinas peternakan dan Kesehatan hewan provinsi Jawa Tengah. 2019. Pentingnya Penerapan
Biosecurity Di Sebuah Peternakan. Jawa Tengah.
Fikar dan Ruhyadi. 2010. Buku Pintar dan Bisnis Ternak Sapi Potong. Agromedia Pustaka :
Jakarta.
Handika, R dan D.A. Jakaria. 2018. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Sapi dengan Metode
Certainty Factor. Jumantaka. 1 (1) : 101 – 110.
Handoko, R. 2001. Diagnosis Skabies dengan laboratorium dan Tinta. Maj. Parasitol. Ind. 2
(3). Page: 91-96.Hoedojo. 1989 Diagnosis Skabies dengan Tinta. Majalah Parasitol.
Indonesia 2 (3–4). Page 91–96.
Hartatik, T. 2015. Analisis Genetika Molekuler Sapi Madura. Gadjah Mada University Press :
Yogyakarta.
Hartatik, T., 2009. Karakteristik dan kinerja induk sapi silangan Limousin-Madura dan
Madura di Kabupaten Sumenep dan Pamekasan. Buletin Peternakan.
Heryanto, K., S.S. Maaruf. dan M.R. Waani. 2016. Pengaruh Pemberian Rumput Raja
(Pennisetum purpupoides) dan Tebon Jagung Terhadap Performans Sapi Peranakan
Ongole (PO) Betina. Jurnal Zootek. 36(1) : 123 - 130.
Hidayatullah., Gunawan., K. Mudikdjo dan N. Erliza. 2014. Pengelolaan Limbah Cair Usaha
Peternakan Sapi Perah Melalui Penerapan Konsep Produksi Bersih. Jurnal Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian. 8(1) : 124 – 136.
Ida, B. N. S. 2017. Biosecurity. Denpasar. Universitas Udayana. Indonesia, Jakarta.
Jasin, I. 2014. Pengaruh Penambahan Molases dan Isolat Bakteri Asam Laktat dari Cairan
Rumen Sapi PO Terhadap Kualitas Silase Rumput Gajah (Pennisetum purpureum).
Agripet. 14(1) : 50 – 55.
Kartini, D. , Istiyaningsih., Maizir, A. 2009. Mutu Vaksin Septicaemia Epizootica yang
Beredar di Indonesia Tahun 2007. Buletin Penguji Mutu Obat Hewan 14: 1-3.
kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1): 29-37.
Kirkland, P. 2016. Bovine ephemeral fever: three day sickness. The Center for Food Security
and Public Health. Ames, Iowa :1-4
Kotler, Philip. 2005. Manajemen pemasaran, Dialih bahasakan oleh Benjamin Molan, buku
kedua, edisi kesebelas. Jakarta: PT Indeks.
Kotler, Philip. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi 12 Jilid 2. Jakarta: Indeks.
Li H, C. C. , Gailbreath, K. O. D. , White. S. , Vanderplasschen. A. , Taus. N. 2011b.
Characterization of ovine herpesvirus 2-induced malignant catarrhal fever in rabbits.
Vet Microbiol. 150:270-277.
Lutvaniyah, S., D.P. Farajallah. dan A. Farajallah. 2017. Komparasi Karakter Morfologi Sapi
Madura Sonok dan Madura Pedaging. JIPI. 22 (1) : 67 - 72.
51
Manafe, A. E. , Wisyaiswara. 2019. Merancang Bangunan Kandang Untuk Sapi Potong.
Kementrian PertanianBadan Penyuluh Dan Pengembangan SDM Pertanian Balai Besar
Pelatihan Peternakan Kupang. NTT.
Marta,Y. 2015. Sistem Penggembalaan Sebagai Alternatif Peternaka Sapi Potong Yang
Efektif Dan Efesien. Pastura. 5 (1 ): 51 – 55.
Maryanto, A., E. Herdiansyah., dan T. Kusnanto. 2019. Performa Sapi Jantan Sebagai
Pemacek. https://lampung.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/37-
peternakan3/1252-performa-sapi-jantan-sebagai-pemacek. [30 July 2019].
Mashuri. 2016. “Peran Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Dalam Upaya Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat”. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita 5 (2), 114-123.
Monintja, M.Y., F.S. Oley., B.F. Sondakh. dan F.N.S. Oroh. 2015. Analisis Keuntungan
Peternak Sapi Peranakan Ongole (PO) Yang Menggunakan Inseminasi Buatan (IB) di
Kecamatan Tompaso Barat. Jurnal Zootek. 35 (2) : 201 - 209.
Moriansyah, L. 2015. Pemasaran melalui media sosial: antecedents dan consequences social
media marketing: antecedents and consequenc-es. Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Opini Publik, 19(3), 187-196.
Nuraini,D.M.,Sunarto,N.Widyas,A.Pramono,S.Prastowo.2020.Peningkatan Kapasitas Tata
Laksana Kesehatan Ternak Sapi Potong di Pelemrejo, Andong, Boyolali. Journal of
Community Empowering and Services.4(2):102-108.
Nurlaila, S., B. Kurnadi., M. Zali. dan H. Nining. 2018. Status Reproduksi dan Potensi Sapi
Sonok di Kabupaten Pamekasan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. 6 (3) : 147 - 154.
Nururrozi, A. , Mulya, F. , Soedarmanto, I., dan Yanuartono. Bovine Ephemeral Fever pada
ternak sapi potong di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Case Report). Jurnal Ilmu-
Ilmu Peternakan. 27 (1): 101 – 106.
Paat, P. C., & Rawung, J. PAKAN DAN NUTRISI SAPI POTONG BERBASIS LIMBAH
PADI.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Makanan Ternak Ruminansia. Cetakan pertama. Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta.
Periambawe, D.K.A., R. Sutrisna, dan Liman. Status Nutrien Sapi Peranakan Ongole di
Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 4(1) : 6-12.
Pradana, A.P.I., W. Busono. dan S. Maylinda. 2015. Karakteristik Sapi Madura Betina
Berdasarkan Ketinggian Tempat Di Kecamatan Galis Dan Kadur Kabupaten
Pamekasan. Jurnal Ternak Tropika. 16(2) : 64 - 72.
Priadi, A., Natalia, L. 2000, Patogenesis Septicaemia epizootica (SE) pada Sapi/ Kerbau:
Gejala Klinis, Perubahan Patologis, Reisolasi, Deteksi Pasteurella multocida dengan
Kultur dan Polymerase Chain Reaction (PRC). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):
65-71.
Pupuk Urea, Kotoran Ayam, dan Kotoran Sapi sebagai Sumber Nitrogen (N). Majalah Ilmiah
Peternakan. 17 (2) : 201-211.
52
Puspowardani, A. (2008). Pengaruh imbangan jerami kacang tanah dengan rumput raja
terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik ransum sapi pfh jantan.
Putra Wibawa, A. A. P., Adi Parwata, I G. B., Wirawan I W., Sumardani, N. L. G. dan
Suberata, I W. 2014. Respons Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum Schumach)
terhadap Aplikasi
Putra, A.A.G. , Ekaputra, I. G. M. A. , Putra, A. A. G. S. , Dartini, N. L. 2003. Surveilans
Penyakit Ngorok di Pulau Sumba Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 1994-1995
Dalam Rangka Evaluasi Program Pemberantasan. Buletin Veteriner BPPV Denpasar
15(62) : 15-21.
Putro, H. O.,A.Setiadi dan L.K.Nuswantara.2013.Analisis Pendapatan Peternak Sapi Jawa
Brebes (Jabres) di Kabupaten Brebes. Jurnal Agromedia.31(2):34-40.
Rahayu, S., D. Purwaningsih dan Pujianto. 2010. Penggunaan Kotoran Ternak Sapi Sebagai
Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan beserta Aspek Sosiokulturnya. Inotek.
13(2) : 150-160.
Ramadhayanti, A. 2019. Strategi Pemasaran di YouTube Melalui Subscriber & Komentar dan
Perspektif Persuader Terhadap Keputusan Pembelian. Jurnal Manajemen Inovasi, 10(1).
Rasyid A, Efendi J, Mariyono. 2012. Sistem pembibitan sapi potong dengan kandang
kelompok model Litbangtan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian. Pp. 1-51.
Rasyid, A. , Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong.Pasuruan. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Ratriyanto, A., S.D. Widyawati., W.P.S. Suprayogi., S. Prastowo dan N. Widyas. 2019.
Pembuatan Pupuk Organik dari Kotoran Ternak untuk Meningkatkan Produksi
Pertanian. Jurnal SEMAR. 8 (1) : 9 – 13.
Riyanto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Rohani, S., S.N. Sirajuddin., M.I. Said., M.Z. Mide dan Nurhapsa. 2017. Model Pemanfaatan
Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair Kecamatan Liburen Kabupaten Bone. Jurnal
PanritaAbdi. 1(1) : 11-15.
Sampurna, I Putu. 2013. Kebutuhan Nutrisi Ternak. Bali : Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
Sandi, S., M. Desiarni, Asmak. 2018. Manajemen Pakan Ternak Sapi Potong di Peternakan
Rakyat di Desa Sejaro Sakti Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir.Jurnal
Peternakan Sriwijaya.7(1) : 21-29.
Saputro, D.D., B.R. Wijaya dan Y. Wijayanti. 2014. Pengelolaan Limbah Peternakan Sapi
untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi pada Kelompok Ternak Patra Sutera.
Rekayasa. 12 (2) : 91-98.
Sari, E.C., M. Hartono., dan S. Suharyati. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Service
Per Conception Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat Di Provinsi Lampung. Jurnal
53
Ilmiah Peternakan Terpadu. 4 (4) : 313 - 318.
Schultheiss. P, C. , Van Campen. H. , Spraker. T, R. , Bishop, C. , Wolfe, L. , And Podell, B.
2007. Malignant catarrhal fever associated with ovine herpesvirus-2 in free-ranging
mule deer in Colorado. J Wildl Dis 43: 533-537.
Siregar, S.B. 2008. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya : Jakarta.
Sitiandaon SH. 2013. Inventarisasi potensi bahan pakan ternak ruminansia di Provinsi Riau.
Jurnal Peternakan. 10(1): 60-69.
Sodiq, A dan Yuwono, P. 2016. Pola Pengembangan dan Produktivitas Sapi Potong Program
Kemitraan Bina Lingkungan di Kabupaten Banyumas dan Cilacap Propinsi Jawa
Tengah. Jurnal Agripet. 16 (1) : 56-61.
Sudaryanto, A.T., Sutopo., dan E. Kurnianto. 2018. Keragaman Fenotipe Sapi Peranakan
Ongole di Wilayah Sumber Bibit di Jawa Tengah. Jurnal Veteriner. 19 (4) : 478 - 487.
Sudrajad, P. and Subiharta, S., 2014. Karakter fenotipik sapi betina Peranakan Ongole (PO)
kebumen. Widyariset, 17(2), pp.283-290.
Suryana. 2009. Pengembangan usaha ternak sapi potong berorientasi agribisnis dengan pola
kemitraan. Jurnal Litbang Pertanian, 28(1): 29-37.
Susilowati, T. 2017. Sapi Lokal Indonesia (Jawa Timur dan Bali). UB Press : Malang.
Suyasa, I.K. G., Sarini, N. P. , dan Lindawati, S. A. 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit Di Peternakan P4s Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli.
Peternakan Tropika. 4. (1 ): 1 – 6.
Suyasa, I.K.G., N.P. Sarini dan S.A. Lindawati. 2016. Penerapan Manajemen Pencegahan
Penyakit di Peternakan P4S Mupu Amerta, Banjar Sale, Desa Abuan, Bangli. Jurnal
Peternakan Tropika. 4 (1) : 1-6.Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Syafrial, E., Susilawati, dan Bustami. 2007. Manajemen Pengelolaan Penggemukan Sapi
Potong. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Tandi, Ismail. 2010. Analisi Ekonomi Pemeliharaan Ternak Sapi Bali dengan Sistem
Penggembalaan di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa. Jurnal Agrisistem, 6 (1): 2089-
0036.
Turangan, G. G., B Tulung., Y R I Tulung. Dan M R Waani. 2018. Kecernaan Ndf Dan Adf
Yang Mendapat Suplementasi Urea Molasses Multinutrient Block (Ummb) Dari
Beberapa Jenis Limbah Pertanian Dan Rumput Lapang Pada Sapi Peranakan Ongole
(Po). Zootec. 38(2) : 320 - 328
Umiyasih,u. , Risa, A. 2010. Petunjuk Teknik Penggemukan Sapi Potong Model Leisa.
Pasuruan. Loka Penelitian Sapi Potong.
Urquhart, G.M., J . Armaur, H . Duncan, A .M. Doon and F.W. Jenning. 1989. Veterinary
Parasitology. Long Man Scientific and Technical. New York. 184 – 187.
Utomo, Y. R. , Bebas, W. , Dan Sri H. F. 2018. Diagnosis Penyakit Bovine Ephemeral Fever
(BEF) Pada Ternak Sapi Potong Dengan Metode Certainty Factor Di Kabupaten
54
Gunungkidul. Jurnal TIKomSiN.
Wisono, D.A., Nuryadi. dan Suyadi. 2015. Performan Reproduksi Sapi Madura Induk dengan
Perkawinan Inseminasi Buatan di Kabupaten Pamekasan. Thesis, Universitas
Brawijaya.
Wiyono, A., Dan Rini, D. 2018. Wabah Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever) pada
Sapi Bali di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Jurnal vetreiner. 19 ( 3) :
419-429.
Wulansari, P.D. 2011. Pengelolaan Limbah pada Pabrik Pengolahan Ikan di PT. Kelola Mina
Laut Gresik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 3 (1) : 123 -126.
Yakin, Engkus Ainul, Nono Ngadiyono, and Ristanto Utomo. "Pengaruh substitusi silase isi
rumen sapi pada pakan basal rumput dan konsentrat terhadap kinerja sapi
potong." Buletin Peternakan 36.3 (2012): 174-180.
Yanti, D. Y., Santosa., E. G. Ekaputra., Mislaini., O. C. Chatib dan F. Rasyad. 2019.
Pemanfaatan Sludge Hasil Ikutan Biogas dari Kotoran Sapi untuk Pembuatan Kompos.
Jurnal Hilirisasi IPTEKS. 2(2) : 106 - 112
Yulianto, P. 2012. Penggemukan Sapi Potong. Penebar Swadaya : Jakarta. (diakses 4 juli
2020)
Zakariah, M.A. 2012. Evaluasi Kecernaan Beberapa Bahan Pakan pada Ternak Peranakan
Ongole (PO) dan Peranakan Frisen Holstein (PFH). Skripsi. Ako, A. 2012. Ilmu Ternak
Perah Daerah Tropis 2 nd. Bogor : IPB Press.
55
LAMPIRAN
LD PB
Poel Usia BB PBBH
No Jenis Sapi (Cm) (Cm)
1 Sapi PO 1 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,83
2 Sapi PO 2 2 2.5-3 Tahun 172 136 371 0,66
3 Sapi PO 3 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,8
4 Sapi PO 4 2 2.5-3 Tahun 173 140 386 0,66
5 Sapi PO 5 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,73
6 Sapi PO 6 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,93
7 Sapi PO 7 2 2.5-3 Tahun 173 138 381 0,8
8 Sapi PO 8 2 2.5-3 Tahun 173 136 375 0,93
9 Sapi PO 9 2 2.5-3 Tahun 172 138 377 0,73
10 Sapi PO 10 2 2.5-3 Tahun 172 139 379 0,86
11 Sapi PO 11 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,86
12 Sapi PO 12 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,66
13 Sapi PO 13 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,66
14 Sapi PO 14 2 2.5-3 Tahun 173 139 384 0,9
15 Sapi PO 15 2 2.5-3 Tahun 172 140 382 0,8
Rata-rata 379,933 0,78733
LD PB
Poel Usia BB PBBH
No Jenis Sapi (Cm) (Cm)
1 Sapi Madura 1 2 2.5-3 Tahun 174 134 374 0,66
2 Sapi Madura 2 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,76
3 Sapi Madura 3 2 2.5-3 Tahun 175 137 387 0,9
4 Sapi Madura 4 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,66
5 Sapi Madura 5 2 2.5-3 Tahun 175 135 381 0,96
6 Sapi Madura 6 2 2.5-3 Tahun 174 137 383 0,7
7 Sapi Madura 7 2 2.5-3 Tahun 175 137 387 0,83
8 Sapi Madura 8 2 2.5-3 Tahun 175 135 381 0,7
9 Sapi Madura 9 2 2.5-3 Tahun 174 135 377 0,53
10 Sapi Madura 10 2 2.5-3 Tahun 176 135 386 0,63
11 Sapi Madura 11 2 2.5-3 Tahun 173 136 375 0,73
12 Sapi Madura 12 2 2.5-3 Tahun 174 134 374 0,6
13 Sapi Madura 13 2 2.5-3 Tahun 175 138 390 0,8
14 Sapi Madura 14 2 2.5-3 Tahun 176 134 383 0,93
15 Sapi Madura 15 2 2.5-3 Tahun 175 134 379 0,66
56
16 Sapi Madura 16 2 2.5-3 Tahun 175 134 378 0,73
17 Sapi Madura 17 2 2.5-3 Tahun 176 138 394 0,63
18 Sapi Madura 18 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,56
19 Sapi Madura 19 2 2.5-3 Tahun 171 136 369 0,63
20 Sapi Madura 20 2 2.5-3 Tahun 173 138 381 0,93
21 Sapi Madura 21 2 2.5-3 Tahun 172 134 366 0,73
22 Sapi Madura 22 2 2.5-3 Tahun 173 137 378 0,96
23 Sapi Madura 23 2 2.5-3 Tahun 176 134 383 0,56
24 Sapi Madura 24 2 2.5-3 Tahun 176 137 391 0,73
25 Sapi Madura 25 2 2.5-3 Tahun 172 136 371 0,83
26 Sapi Madura 26 2 2.5-3 Tahun 172 135 368 0,66
27 Sapi Madura 27 2 2.5-3 Tahun 170 136 362 0,66
28 Sapi Madura 28 2 2.5-3 Tahun 173 133 367 0,9
29 Sapi Madura 29 2 2.5-3 Tahun 177 137 396 0,73
30 Sapi Madura 30 2 2.5-3 Tahun 176 138 384 0,56
31 Sapi Madura 31 2 2.5-3 Tahun 176 136 389 0,7
32 Sapi Madura 32 2 2.5-3 Tahun 174 136 380 0,7
33 Sapi Madura 33 2 2.5-3 Tahun 178 137 400 0,86
Rata - Rata 380,3636 0,730606
57
Lampiran 2. Luas Kandang
Tempat Pakan
Panjang 30 m
Lebar 0,48m
Luas 14,4 m²
Tempat minum
Diameter 0,46 m
Jari- jari 0,23 m
Luas 0,166 m²
Jalan
Panjang 30 m
Lebar 1m
Luas 30 m²
58
Kandang individu kelompok ( head to head ) sapi Madura
Ukuran kandang
Panjang 17 m
Lebar 8m
Luas 136 m²
Tempat Pakan
Panjang 17 m
Lebar 0,48 m
Luas 8,16 m²
Tempat minum
Diameter 0,46 m
Jari- jari 0,23 m
Luas 0,166 m²
Jalan
Panjang 17m
Lebar 1m
Luas 17 m²
59
Lampiran 3. Dokumentasi
Kandang individu tipe tunggal Kandang individu tipe Model atap tipe shade
ganda
61