Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PKL TENTANG

INSEMINASI BUATAN

Disusun Oleh :
1. NANANG SANJAYA 18800004
2. LUTFI MIFTAHUDIN 18800002
3. MOHAMMAD NAJID MUNIR 18800003
4. DARUS SALAM 18800007
5. MIFTAHOS SYAHRIL QUDSI 18800008
6. DIDIK HARIANTO 18800001
7. MUHAMMAD FIKRI FAHMI 18800005
8. ALEX YUSFIRNANDO 18800009
9. GHUFRON AMINULLAH 18800011
10. APRILIADI DWI ISWAYANTO 18800006

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


PRODI D3 KESEHATAN HEWAN DAN MASYARAKAT VEERINER
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan Negara Agraris yang sebagian besar


penduduknya bergerak dibidang pertanian, sektor ini terdapat banyak komponen
salah satunya adalah peternakan. Pertumbuhan populasi penduduk, peningkatan
kualitas hidup, daya beli dan kesadaran akan gizi makanan mendorong terjadinya
peningkatan konsumsi bahan makanan asal ternak seperti daging,susu dan telur.
Hal ini mendorong bagi penanganan usaha peternakan ke arah yang lebih intensif
dengan tekhnologi pemuliaan ternak,pakan ternak,tatalaksana dan kesehatan.

Penerapan Teknologi Reproduksi pada pemuliaan Ternak Ruminansia


salah satunya adalah aplikasi Inseminasi Buatan (IB). Upaya ini dilakukan untuk
memudahkan pengembangan dan penyebaran ternak unggul dengan harapan
peternakan ruminansia mampu menghasilkan produksi daging dan susu yang
optimal. Perbaikan genetik,perbaikan mutu makanan merupakan faktor penting
dalam usaha peternakan unyuk menunjang keberhasilan dalam beternak.
Penyediaan makanan sepanjang tahun yang mencukupi mengenai jumlah dan dan
mutunya harus diperhatikan (Koesasi, 1992).

Upaya peningkatan produksi ternak haruslah diimbangi dengan


ketersediaan pakanyang memadai baik kualitas maupun kuantitasny. Pakan utama
hijauan sebagai pakan ternak ruminansia perlu ditunjang dengan penambahan
konsentrat. Genetik yang unggul serta manajemen yang baik dalam pakan dan
kesehatan akan menjamin keberhasilan peternakan yang pada akhirnya akan
meningkatkan usaha peternakan di Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional melalui Program Pendidikan


Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dengan Fakultas Kedokteran Hewan
program Diploma Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veteriner berupaya
mencetak tenaga yang terampil dan profesional dibidang kesehatan

2
hewan.Kurikulum praktek kerja lapang ( PKL) merupakan salah satu syarat
kelulusan bagi mahasiswa Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Praktek Kerja Lapang ini dilakukan diluar Kampus di salah satu


Instansi terkait dengan bidang Kesehatan Hewan dan Peternakan secara umum
dengan harapan mahasiswa dapat menerapkan secara langsung Ilmu Pengetahuan
yang didapatkan di perkuliahan dan membandingkan serta menggabungkan
dengan kenyataan dilapangan sehingga mahasiswa memiliki keahlian yang teruji
di lapangan.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapang

1.2.1 Tujuan Umum

1. Menerapkan ilmu peternakan yang telah diperoleh dan dipraktekan


langsung di lapangan khususnya di tempat Praktek Kerja Lapangan.
2. Meningkatkan keterampilan dan memperoleh pengalaman kerja dalam
bidang peternakan khususnya Inseminasi Buatan.
3. Membina kreatifitas beternak.
4. Untuk menumbuhkan minat kewirausahaan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memperoleh wawasan dan pengetahuan yang tidak diperoleh dibangku
kuliah bagi mahasiswa dalam pelaksanaan Inseminasi Buatan.
2. Mengetahui manajemen dalam melakukan Inseminasi Buatan.
3. Sebagai bahan kajian dan informasi bagi yang memerlukan.

1.3 Lokasi dan Jadwal Praktek Kerja Lapang


Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Perhimpunan Peternak Sapi dan
Kambing Indonesia (PPSKI) Jember Pada bulan Maret sampai Juni 2021.

3
1.4 Metode pelaksanaan

Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilakukan mahasiswa selalu di


jumpai masalah masalah yang muncul sehingga di tuntut untuk memecahkan
masalah dengan berbagai metode :
1. Praktek langsung yaitu melaksanakan kegiatan kerja langsung dibawah
bimbingan dan pengawasan pembimbing lapang.
2. Wawancara yaitu mengumpulkan data dan informasi khusus mengenai
penerapan teknologi inseminasi buatan dengan cara diskusi dengan
pembimbing lapang.
3. Studi pustaka yaitu mengumpulkan informasi dan mempelajari literatur
yang berhubungan dengan objek.

4
BAB II
KEADAAN UMUM PERHIMPUNAN PETERNAK SAPI DAN KAMBING
INDONESIA
(PPSKI)

2.1 Sejarah PPSKI

PPSKI mulai terbentuk pada tanggal 10 februari 2010, di prakarsai


oleh Dinas Peternakan, dokter hewan, sarjana peternakan dan beberapa kelompok
ternak di Kabupaten Jember. Bertempat di desa Bagon kecamatan Puger maka
terbentuklah PPSKI yang pertama di ketua oleh Dani Muhammad SH.
Terbentuknya PPSKI saat itu hanya beranggotakan seorang dokter
hewan,6 orang sarjana peternakan dan 8 kelompok ternak dengan jumlah anggota
90 orang. Pada tahun 2014 PPSKI bertambah anggota 24 orang sarjana muda dari
lulusan Politeknik Jember. Pada tahun 2015 berambah anggota 2 orang dokter
hewan dan kelompok ternak sebanyak 20. Pada tahun 2017 PPSKI bertambah
anggota diploma sebanyak 6 orang.
Perkembangan PPSKI semakin bertambah setiap tahunnya, hal ini
disebabkan peternak merasa nyaman dengan menjadi anggota PPSKI. Kemudian
PPSKI menyusun struktur kepengurusan,struktur keanggotaan dalam hal ini
PPSKI menjadikan para dokter hewan, sarjana dan diploma sebagai anggota
khusus PPSKI yang bertugas sebagai PPL,inseminator dan petugas kesehatan
hewan bagi anggotanya,sedangkan anggota umum adalah semua peternak yang
terdafrar dalam kelompok ternak.
Sejak berdirinya ppski telah mengadakan pelatihan inseminator
sebanyak 5 kali, jumlah anggota khusus 40 orang dan anggota kelompok ternak
sebanyak 35 kelompok ternak yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten Jember,
Lumajang Situbondo dan Bondowoso.

5
2.2 Organisasi PPSKI
2.2.1 Struktur Organisasi PPSKI

KETUA

SEKRETARIS BENDAHARA

INSEMINATOR PPL KESWAN

Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


Ternak Ternak Ternak Ternak

2.2.2 Anggota PPSKI

Keangotaan PPSKI terdiri dari pengurus,anggota khusus dan anggota


umum. Anggota umum adalah semua peternak yang terdaftar dalam PPSKI,
sampai saat ini sekitar 1500 anggota umum di PPSKI dengan jumlah ternak
berkisar 4000 ekor dari kambing,sapi dan domba.Anggota khusus yaitu anggota
yang sudah mempunyai keahlian khusus di bidang peternakan,baik melalui
bangku kuliah maupun kursus atau pelatihan yang bertugas sebagai penyuluh
lapang, inseminator maupun tenaga kesehatan hewan semuanya berjumlah 40
orang.

2.3 Kondisi Lingkungan

Lingkungan fisik PPSKI yang terletak di kabupaten Jember dengan


jumlah sapi potong terbesar di Jawa Timur sangatlah dibutuhkan bagi
perkembangan ternak khusunya ruminansia di kabupaten Jember.Masyarakat
Jember yang sebagian besar adalah petani peternak sangatlah mempengaruhi

6
keberadaan PPSKI. Ini akan memungkinkan PPSKI akanterus berkembang seiring
kebutuhan peternak akan jasa dan kerjasama dalam bidang peternakan ruiminansia
khususnya dalam masalah inseminasi buatan.

7
BAB III

TATALAKSANA PPSKI

3.1 Pengadaan Peralatan , Obat Obatan Dan Straw

3.1.1 Peralatan

Peralatan untuk inseminasi buatan dan kesehatan pada anggota sudah


disiapkan secara keseluruhan oleh PPSKI, anggota tinggal menuju kantor
kesektariatan PPSKI kemudian membeli,mengorder dengan cara pembelian
langsung, kredit / cicilan maupun konsinyasi.

3.1.2 Obat Obatan dan Straw


Obat obatan dan straw disiapakan oleh PPSKI anggota tinggal
membeli dengan tunai atau konsinyasi. Obat obatan yang di pakai di PPSKI
berasal dari sanbe farma sedangkan ada obat obat khusus yang bermerk lain.
Sedangkan untuk straw PPSKI menggunakan Straw dari BIB Lembang, BBIB
Singosari, BIBD Jogja, BIBD Banjar Baru dan BIB Ungaran. Pendistribusian obat
obtan dan straw dilakukan oleh tenaga Kesehatan Hewan, Inseminator dan
Penyuluh Lapang.

3.2 Pelaksanaan Inseminasi Buatan di Lapangan

3.2.1 Pelaksanaan IB

Persiapan peralatan IB di rumah mulai dari gun ,glove sheet nitrogen


cair,k3 di persiapakan kemudian Inseminator menuju lapangan,sampai di tempat
tujuan maka Inseminator berkomunikasi dengan Peternak untuk mendapat
informasi tentang sapi yang akan di IB , kemudian Inseminator mengecek apakah
sapinya benar ingin kawin atau dalam masa birahi, apabila setelah dilakukan
pengamatan sapi benar benar dalam kondisi birahi maka IB akan dilaksanakan,
tetapi apabila setelah pengamatan sapi tidak menunjukkan gejala birahi karena
kurang terampilnya peternak dalam mendeteksi birahi, maka petugas tidak akan

8
melaksanakan IB pada sapi tersebut, kemudian peternak di beri edukasi sehingga
dapat mengenali kondisi sapi birahi atau tidak.

Ketepatan peternak mengamati dan menentukan waktu birahi (estrus)


adalah sangat penting apabila induk akan dikawinkan, baik secara alami terlebih
dengan cara IB. Sapi yang dilepas berkelompok lebih mudah dikenali berahinya
daripada yang menyendiri dalam kandang. Tanda-tanda berahi pada sapi betina
akan berlangsung ± 2 hari atau rata-rata sekitar 36 jam. Pada umumnya secara
normal sapi betina akan mengalami siklus berahi selama 17 – 24 hari dengan rata-
rata 21 hari. Sapi apabila tidak dikawinkan pada masa berahi maka kira-kira dihari
ke 21 bulan berikutnya akan menampakan tanda-tanda berahi kembali.

Tanda sapi berahi dapat dikenali oleh peternak maupun petugas IB.
Adapun tanda-tanda sapi berahi adalah sebagai berikut :

 Tanda-tanda sapi berahi yang dapat diketahui peternak/umum adalah :


1. Vulva bengkak, hangat, lunak dan berwarna kemerah-merahan.
2. Vulva mengeluarkan cairan kental/lendir bening yang sering
menempel pada ekor dan kaki.
3. Sapi melenguh/ribut, gelisah dan berjalan hilir mudik serta sering
kencing.
4. Nafsu makan menurun.
5. Suka menaiki/dinaiki sapi lain.
6. Produksi susu berkurang terutama sapi perah.
 Tanda-tanda sapi berahi yang dapat diketahui oleh Petugas IB :
1. Tanda-tanda tersebut diatas.
2. Uterus akan teraba agak keras
3. Cornu uteri (tanduk rahim) lebih melengkung dibanding biasanya.
4. Cervix uteri (leher rahim) sedikit membuka.
Hubungi petugas IB (inseminator) terdekat untuk mendapat pelayanan
IB secepatnya setelah sapi betina anda menunjukkan tanda-tanda berahi.

9
Dalam pelaksanaanya, IB harus benar-benar ditangani oleh
inseminator yang handal, teliti dan memperhatikan langkah-langkah kerja serta
berhati-hati terutama pada saat penanganan semen.

 Alat-alat yang harus disediakan untuk melakukan IB adalah :


1. Gun inseminasi.
2. Sarung tangan.
3. Tissue.
4. Air bersih.
5. Gunting.
6. Pinset.
7. Strow/Semen.
8. Kandang jepit.
 Langkah-langkahnya yaitu :
1. Mendeteksi berahi, apakah induk sedang mengalami berahi, apabila
benar, sebaiknya induk di IB pada saat pertengahan berahi karena
pada saat itu kemungkinan bunting sangat besar yaitu 82 %.
2. Induk dikandangkan di kandang jepit agar proses IB dapat dilakukan
dengan aman.
3. Mempersiapkan peralatan IB.
4. Toring yaitu proses mencairkan kembali semen di dalam strow dengan
cara mengambil strow di dalam termos dengan menggunakan pinset,
kemudian mencelupkan/merendam strow kedalam air bersih selama ±
10 - 15 detik.
5. Pasang strow yang sudah ditoring di gun inseminasi, setelah
terpasang, ujungnya digunting.
6. Menggunakan sarung tangan.
7. Memasukan tangan kedalam anus dan masukan gun inseminasi
melalui vagina menuju servix pada posisi 3 lalu semprotkan semen
secara perlahan sampai habis.
8. Cabut kembali gun inseminasi.
9. Mencatat dalam kartu recording.

10
3.2.2 Waktu Inseminasi yang Tepat.
Cara sederhana mengetahui waktu untuk melakukan Inseminasi Buatan
adalah sebagai berikut :

1. Apabila peternak menemukan sapinya saling tunggang di pagi hari,


maka saat terbaik untuk melakukan IB adalah pagi hari itu juga atau
selambat-lambatnya siang hari.
2. Apabila peternak menjumpai sapi saling tunggang di siang hari, maka
waktu terbaik untuk IB adalah siang hari itu juga atau selambat-
lambatnya sore hari.
3. Apabila peternak menemukan sapi saling tunggang sore/senja hari,
maka waktu terbaik untuk IB adalah sore/senja itu juga atau selambat-
lambatnya besok jam 9 pagi.

Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini :

Tabel 1. Waktu yang Tepat Untuk Pelaksanaan IB

NO Waktu Melakukan IB Kemungkinan Bunting

1 Awal-awal berahi
44 %
2 Pertengahan berahi
82 %
3 Akhir-akhir berahi
75 %
4 6 jam sesudah berahi
62,5 %
5 12 jam sesudah berahi
32,5 %
6 18 jam sesudah berahi
28 %
7 24 jam sesudah berahi
12 %
8 36 jam sesudah berahi 8 %

9 48 jam sesudah berahi 0 %

11
3.2.3 Evaluasi Hasil IB

Setelah dilakukan inseminasi buatan, sapi akan di evaluasi dengan cara


apabila ingin kawin lagi maka dilakukan IB ulang atau IB kedua,apabila setelah 3
bulan di inseminasi buatan sapi tidak menunjukkan gejala birahi maka akan akan
dilakukan palpasi perektal atau pemeriksaan kebuntingan untuk mengetahui
apakah sapi sudah bunting atau tidak. kemudian disusun juga angka service
perception,conception rate maupun calving interval.

3.2.4 Mengamati dan Mencatat Proses Kebuntingan Hingga Perkiraan

Beranak.

Dalam megamati proses kebuntingan, peternak mendapatkan kartu


recording, dalam kartu recording tertera nama pemilik, umur, alamat, jenis induk,
berahi I, II dan III, kode dan jenis semen, tanggal pemeriksaan kebuntingan
(PKB), perkiraan beranak dan nama petugas. Perlu di perhatikan juga, setelah
induk beranak juga harus dicatat hari dan tanggal beranak, jenis kelamin, berat
lahir dan bangsa (pejantan dan betina).

3.2.5 Penanganan Pada Induk Setelah Beranak.

Setelah beranak, induk diberikan perawatan dengan cara


menyuntik/memberikan vitamin agar kondisinya kuat, tidak lupa induk diberi
hijauan segar agar meningkatkan produksi susu pada saat menyusui anak.

3.2.6 Perawatan anak hasil IB (pedet).

Setelah induk beranak, pedet dibersihkan dari lendir kemudian tali


pusar dibersihkan dan diberi yudium, langkah selanjutnya kita ajari untuk
menyusui induknya.

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Organisasi dan Keanggotaan PPSKI

Organisasi PPSKI terdiri dari ketua,sekretaris,bendahara dan anggota


khusus serta anggota umum.sistem organisasi yang simpel memudahkan interaksi
diantara pengurus maupun anggota akan berjalan dengan baik. Kepengurusan
akan dirubah setiap 2 tahun sekali sesuai ad/art PPSKI, ini untuk menghindari
kejenuhan dalam berorganisasi dan membuat suasana selalu dinamis. Perekrutan
anggota khusus dalam halini PPL, Inseminator dan Kesehatan Hewan
dilaksanakan apabila ada kebutuhan petugas saja, apabila tidak maka tidak ada
perekrutan anggota khusus ini.untuk menjadi anggota khusus disyaratkan minimal
lulusan diploma peternakan maupun kesehatan hewan. Perekrutan anggota umum
dari kelompok maupun individu peternak dilkukan setiap waktu tanpa ada
batasan.
Sistem Keorganisasian yang mudah dan simpel, sistem perekrutan
anggota khusus maupun anggota umum seperti yang dipaparkan diatas tersebut
akan membuat organisasi PPSKI akan mudah diterima di masyarakat dan akan
terus membuat PPSKI semakin maju dan berkembang terutama diwilayah
kabupaten Jember saat ini dan Jawa Timur pada akhirnya.

4.2 Peralatan Obat Obatan dan Straw


Peralatan maupun obat obatan dan straw yang sudah tersedia di depo
PPSKI akan memudahkan pelayan bagi anggota khusus dalam hal ini PPL,
Inseminator dan tenaga Kesehatan Hewan. Peralatan berupa container IB, gun,
glove, sheet, straw, nitrogen serta obat obatan supplemen, antibiotik dan vitamin
semuanya terjaga kualitasnya. Peralatan IB PPSKI lapangan menggunakan
container 1 atau 2 liter merk Sanyang China atau Tailor Wharthon USA.
Depo nitrogen atau straw masing masing petugas menggunakan
container kapasitas 10 dan 20 liter merk Sanyang atau Tailor Wharton USA. Gun ,

13
glove dan sheet meggunakan produk dari Jerman, Prancis dan Belgia. Untuk obat
obatan menggunakan produksi Romindo, Sanbe dan beberapa merk lain sebagai
pelengkap. Sedangkan straw PPSKI menggunakan straw dari BIB Lembang,
BBIB Singosari, BIBD Jogja, BIBD Banjar Baru maupun BIB Ungaran.
Peralatan dan obat obatan yang di gunakan oleh PPSKI semuanya
bermutu baik bahkan berkualitas internasional atau import, sehingga dapat
pastikan dari segi pelayanan PPSKI memberikan pelayan yang maksimal kepada
anggotanya, ini akan berdampak keberhasilan peternak amggota PPSKI akan
dengan mudah tercapai.

4.3 Pelaksaaan di Lapangan


Pelaksanaan pelayanan PPSKI dilapangan akan memberikan dampak
positif bagi anggota PPSKI. Lulusan Diploma dan Sarjana Peternakan yang telah
terlatih dan profesional dan telah tersertifikasi BNSP sebagai PPL dan
Inseminator merupakan jaminan bagi peternak untuk melayani kebutuhan akan IB
bagi ternak maupun sebagai pendamping maupun pembimbing dalam usaha
peternakannya. Lulusan Diploma Kesehatan Hewan dan Dokter Hewan yang
kompeten serta professional dibidangnya merupakan jaminan dan kunci sukses
bagi peternak dalam menanggulangi masalah kesehatan ternaknya. Angka
Conseption Rate PPSKI saat ini adalah 2,2 yang tentunya akan terus diperbaiki.
Sedangkan angka Calving Rate 15 bulan. Pencatatan IB, angka kebuntingan,
angka kelahiran dan riwayat kesehatan akan menjadi recording bagi PPSKI demi
mencapai keberhasilan anggota dalam beternak.
Pemaparan diatas memberikan gambaran jawaban bahwa PPSKI
telah berperan aktif dalam peningkatan kualitas peternakan di kabupaten Jember
khususnya dan Jawa Timur pada umumnya, yang nantinya akan memberikan
sumbangsih pada peternakan Nasional. PPSKI akan diharapkan selalu berkiprah
secara aktif dalam dunia peternakan Indonesia dengan harapan nantinya akan di
akui keberadaan oleh pemerintah dan manfatnya.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Praktek Kerja Lapang Dilaksanakan di Perhimpunan Peternak Sapi dan


Kambing Indonesia (PPSKI) Jember Pada bulan Maret sampai Juni 2021.
1. Organisasi dan keanggotaan PPSKI merupakan organisasi yang mudah dan
simpel sehingga semua bisa menjadi anggota.
2. Peralatan obat obatan dan straw yang digunakan merupakan peralatan yang
telah teruji kualitasnya sehingga dalam hal ini PPSKI telah memberikan
pelayanan maksimal bagi anggotanya.
3. Petugas yang kompeten, profesional dan ahli di bidangnya merupakan bukti
bahwa PPSKI berkomitmen untuk kemajuan peternakan di Indonesia.

5.2 Saran
1. Pelayanan yang maksimal hendaklah terus dijaga dan ditingkatakan demi
keberhasilan bersama
2. Administrasi sebaiknya ditata dengan baik sehinngag memudahkan dalam
pendataan recording dan tujuan yang akan direncanakan.

15

Anda mungkin juga menyukai