Anda di halaman 1dari 13

Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)

Andrian Sucahyo (165090200111011)


Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

BIOFLAVOURS AND FRAGRANCES VIA FERMENTATION AND


BIOCATALYSIS

Rasa dan wewangian banyak digunakan di sektor makanan, kosmetik, industry kimia dan
farmasi. Namun, senyawa ini masih diproduksi melalui sintesis kimia atau melalui ekstraksi
dari sumber tumbuhan dan hewan. Proses bioproduksi dilakukan karena hasil sintesis kimia
tidak ramah lingkungan. Sumber tumbuhan dan hewan memiliki peran yang penting terhadap
bioflavour tetapi memiliki senyawa bioaktif yang jumlahnya sedikit, maka dari itu dapat
dilakukan sintesis rasa pada proses mikroba de novo (fermentasi) atau biokonversi precursor
alami menggunakan mikroba atau enzim (biokatalisis).

PERASA ALAMI DAN PERASA IDENTIK ALAMI


EC Flavour Directive mendefinisikan rasa alami sebagai zat penyedap yang diperoleh dengan
proses fisik yang sesuai atau proses enzimatik atau mikrobiologis dari bahan yang berasal
dari hewan dan tumbuhan. Cita rasa alami meliputi produk yang diperoleh melalui proses
mikroba atau enzimatik selama precursor/ bahan mentah menjadi alami dan diperoleh melalui
proses fisik atau bioproses. Proses fisik untuk mendapatkan citarasa alami adalah ekstraksi,
distilasi, konsentrasi, kristalisasi, dll. Produk perasa yang dihasilkan melalui proses kimia
(non alami) atau perasa identik alami tidak lagi diterima ramah konsumen.

PROSES KIMIA VS SINTESIS DENGAN MIKROBA

L-Phenylalanine Phenylpyruvic acid Phenylacetaldehyde 2-Phenylethanol

2-phenyletanol merupakan komponen rasa/aroma dari rasa buah dan minuman


tertentu, tetapi juga dari wewangian mawar. Senyawa ini dapat diproduksi secara kimia atau
melalui ekstraksi dari bunga mawar. Produksi 2-phenyletanol dapat dilakukan secara
fermentasi dengan ragi (Saccharomyces cerevisiae). Kadar 2-phenyletanol yang rendah
diperoleh dari gas fermentasi menggunakan resin khusus. Untuk mempercepat proses
digunakan S. cerevisiae dan Aspergillus niger yang mengubah L-fenilalanin melalui
deaminasi, dekarboksilasi dan reduksi sehingga menjadi 2-feniletanol, dengan jumlah yang
tinggi (> 2 g dm3)
Penelitian Akita, et al. tahun 1990 menyatakan bahwa L-phenylalanine analog dengan
p-Fluorophenylalanine (p-FPA) digunakan untuk mengisolasi mutan dalam regulasi
biosintesis fenilalanin. Mutan memproduksi ß -phenethylakohol dan ß-phenethyl acetate
yang diisolasi dari p-FPA (Saccharomyces cerevisiae) yang memiliki aroma seperti bunga
mawar dan rasa yang manis. Hasil dari ß –phenethylakohol yang terisolasi lebih banyak 12
kali lipat dan ß-phenethyl acetate yang terisolasi lebih banyak 3 kali lipat. Mutan yang
digunakan dibagi menjadi 6 tipe grup yaitu grup yang resistan terhadap p-FPA, resistan
terhadap phenylalanine, resistan terhadap tirosin, mutan yang analog dengan ragi
Saccharomyces cerevisiae.
Akita O, Ida T, Obata T and Hara S, Mutants of Saccharomyces cerevisiae producing a large
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

quantity of b-phenetyl alcohol and b-phenetyl acetate. J Fermentation and Bioengineering


69:125– 128 (1990).

ß-glucosidase Betuloside

Betuligenol
Candida boidinii

Raspberry Ketone

Raspberi ketone merupakan senyawa yang menggambarkan karakteristik rasa dari raspberi.
Senyawa ini dapat disintesis secara kimiawi melalui kondensasi dari p-hidroksi-benzaldehid
dengan aseton atau dapat diekstraksi dari raspberi. Namun hanya dihasilkan 3.7 mg ketone
dari kg beri. Proses mikroba dapat digunakan untuk mengatasi aspek-aspek negatif dari
sintesis secara kimia. Betuloside dari rhododendron, birch atau maple dihidrolisis ddengan
Aspergillus niger ß-glucosidase menjadi betuligenol dan dapat diubah menjadi keton raspberi
melalui aktivitas sekunder alkohol dengan ragi Candida boidinii.

PERASA ALAMI MELALUI PROSES MIKROBA


a. Mikroorganisme vs enzim sebagai biokatalis
Mikroorganisme dan enzim dapat digunakan sebagai biokatalis. Terdapat hubungan antara
rasa yang diinginkan dari makanan dan minuman yang dihasilkan dari proses fermentasi dan
mikroorganisme. Jenis campuran flora mikroba yang ditambahkan bertanggung jawab atas
pembentukkan suatu rasa yang diinginkan misalnya dalam keju, yogurt, kefir, kecap,
sourdough, gueuze bir, kimchi, dll. Rasa yang tidak enak disebabkan oleh mikroba yang
tercemar. Dilakukan analisis dan optimasi dari proses fermentasi makanan melalui proses de
novo atau dengan mengubah molekul substrat untuk menghasilkan molekul rasa tunggal.

b. Biosintesis rasa melalui fermentasi secara De Novo


Berbagai macam mikroorganisme menghasilkan senyawa perasa melalui sintesis de novo
misalnya gula, alkohol, dll. Senyawa perasa termasuk monosodium glutamat, 5’-GMP dan
5’-IMP-nukleotida, asam organik (asam L-laktat, asam sitrat, asam propionat), ekstrak ragi,
dll. Proses fermentasi de novo dapat ditingkatkan dengan memasok molekul perantara atau
prekursor yang dapat membatasi hasil pada kultur.

b.1. Jamur
Jamur dapat menghasilkan senyawa secara de novo yang harum termasuk rasa bunga.
Spesies Ceratocystis mampu menghasilkan senyawa terpene dengan aroma buah atau bunga.
Produk utama dari jamur Ceratocystis moniformis adalah etil asetat, propil asetat, isobutil
asetat, isoamyl asetat, sitronellol dan geraniol. Untuk mengindari efek hambatan dan
penghilangan produk secara in situ dapat digunakan metode pervaporasi untuk mengurangi
konsentrasi produk dalam bioreaktor dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan mikroba.
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Produk senyawa aroma dihasilkan lebih tinggi melalui sintesis bioproses dan dari hasil
pervaporasi didapatkan senyawa wewangian dan perasa yang sangat baik.
Trichoderma viride dan strain dari T harzianum dapat membentuk lakton rasa kelapa, 6-
pentyl-α-pyrone (6-PP). Dalam proses fermentasi yang terintegrasi, 6-PP secara terus
menerus dihilangkan dengan pervaporasi pada membran selektif.
Berikut merupakan terpene yang dihasilkan dari jamur Ceratocystis variospora:

Terpene Struktur Deskripsi sensori


Sitronelol Fresh, rose-like, bitter taste

Geraniol Sweet, rose-like-fruity

Linalol Sweet, fresh, citrus, floral

Nerol Sweet, floral, rose-like,


slightly bitter

α-terpineol Sweet, floral, fruity when


diluted
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

b.2. Ragi
Ragi Kluyveromyces lactis dapat menghasilkan rasa fruity, floral dari senyawa terpene
seperti sitronelol, linalol dan geraniol secara de novo. Ragi Sporobolomyces odorous atau
Sporidiobolus salmonicolor menghasilkan perasa lakton secara de novo dalam jumlah yang
sedikit seperti senyawa yang berbau peach 𝛾-decalactone (4-decanolide) dan 4-hidroksi-cis-
6-dodecanoic acid-𝛾-lactone. Hasil dapat ditingkatkan dengan menambahkan substrat yang
tepat atau molekul prekursor ke media kultur.
Beberapa ragi mampu menghasilkan senyawa fruity-ester secara de novo. Aroma pisang
(3-metil-butil-asetat) juga dapat disintesis. Secara biokimiawi asam amino valin, leusin dan
isoleusin dimetabolisme oleh ragi menghasilkan alkohol (isobutanol, 3-metil butanol dan 2-
metil butanol). Kemudian isobutilasetat, 3-metilbutilasetat dan 2-metilbutilasetat dibentuk
dari alkohol asetil transferase melalui sintesis Williopsis saturnus var mrakii. Ragi mampu
mengubah alkohol bercabang menjadi senyawa beraroma buah.
Proses fermentasi terdiri dari pertumbuhan aktif, diikuti oleh biokonversi akohol dari
minyak fusel. Proses fermentasi ini dapat mengubah minyak fusel menjadi rasa lain. Ragi
Geotrichum klebahnii secara de novo menghasilkan ester dari asam karboksilat menghasilkan
rasa buah. Ketika dipasok dengan isoleusin dapat dihasilkan etil-2-metilbutirat. Geotrichum
fragrans yang sebagian dapat memetabolisme L-Leusin dengan proses deaminasi oksidatif,
penambahan etanol menghasilkan esterifikasi, pembentukkan ester seperti etilisovalerat.

b.3. Bakteri
Strain Acetobacter dapat mensintesis asam metilbutirat yang dimana senyawa tersebut
adalah prekursor dari perasa umum ester dan jika sebagai substrat akan mengoksidasi metil
butanol yang ada pada minyak bumi. Bakteri lain seperti Corynebacterium glutamicum dapat
menghasilkan pirazin secara de novo. Pirazin memiliki deskripsi sensori seperti tabel
dibawah:

Pirazin Struktur Deskripsi sensori


2-methoxy-3-isopropyl- Soil, pea, potato
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Tetramethyl- Sharp

2,5-dimethyl- Nutty, fatty

2-methoxy-3-isobutyl- Peppery

Sweet, floral, fruity when


2-methoxy-3-methyl- diluted

2-methyl-6-ethoxy- pineapple
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Mutan MB-1923 menghasilkan senyawa acetoin dalam jumlah banyak jika terdapat
asam amino yang disertai juga dengan bantuan enzim kondesasi dan α-acetolactate
decarboxylase, dan kemudian acetoin dikonversi menjadi methylpyrazine. (Demain et
al., 1967)

Demain, A.L., Jackson, M., Trenner, N.R., 1967. Thiamine-dependent Accumulation of


Tetramethylpyrazine Accompanying a Mutation in the Isoleucine-Valine
Pathway. J. Bacteriol. 94, 323–326.

c. Biosintesis flavor dan fragrance melalui biokonversi substrat khusus

c.1. Mikroorganisme sebagai biokatalis


Pada prinsipnya, substrat spesifik ditambahkan ke media fermentasi akan mengubah
substrat tersebut menjadi senyawa flavor yang diinginkan.
c.1.1 Fenol aromatik sebagai substrat dalam pembentukan vanilin flavor
Contoh yang mudah adalah biosintesis dari vanilin yang ditunjukkan pada gambar di
bawah ini:
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Proses sintesis vanilin memerlukan prekursor alami seperti asam ferulat yang dimana
terdapat pada dinding sel tanaman. Jamur putih busuk dan bakteri dapat melakukan
metabolism terhadap asam ferulic menjadi vanillic acid dan / atau vanilin. Dua tahap proses
oleh jamur telah dikembangkan, di mana Aspergillus niger mengubah asam ferulat menjadi
vanillic acid, yang dimana basidiomycetes seperti Pycnoporus cinnabarinus atau
Phanerochaete chrysosporium selanjutnya dapat mengkonversinya menjadi vanilin
(500mgdm-3). Optimasi dari proses fermentasi dapat ditingkatkan dengan adsorbsi pada resin
Amberlite XAD-2 yang berfungsi untuk mereduksi toksisitas dengan cara menangkap vanilin
yang diproduksi dan menghasilkan 1.57g dm-3
Rute kedua yang mungkin adalah biokonversi eugenol melalui ferulic acid, ferulaldehyde
atau coniferylaldehyde oleh strain Arthrobacter, Corynebacterium atau Pseudomonas;
eugenol tersedia secara komersial sebagai unsur utama minyak cengkeh. Lipoksigenase
kedelai diklaim mampu mengubah eugenol dan coniferylaldehyde langsung menjadi vanilin.
Namun, hasilnya masih buruk, terutama karena jalur metabolisme yang terlibat belum
terselesaikan.
Rute ketiga adalah oksidasi stilbene alami fenolik, isorhapontin, yang dimana ditemukan
pada kulit pohon cemara; Enzim yang bertanggung jawab adalah stilbene dioxygenase,
terdapat pada strain Pseudomonas tertentu.

Jalur metabolisme eugenol diselidiki di banyak bakteri dan jamur, seperti Corynebacterium,
Pseudomonas, Byssochlamys, Penicillium dan Rhodococcus. Adanya dua reaksi dalam
degradasi eugenol, di mana langkah pertama melibatkan oksidasi ikatan rangkap rantai
samping menjadi alkohol koniferi, dan pada langkah oksidasi kedua, senyawa tersebut diubah
menjadi asam ferulat melalui koniferi aldehida. Hidrolisis oksidatif eugenol melibatkan
banyak zat antara, seperti asam ferulic, prekursor penting yang dapat menghasilkan vanilin
melalui jalur metabolisme yang berbeda(Overhage et al., 1999)
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Overhage J., Priefert H., Steinbüchel A., (1999a). “Biochemical and genetic analyses of
ferulic acid catabolism in Pseudomonas sp. strain HR199”. Appl Environ Microbiol,
65:4837-4847.

c.1.2 Asam Lemak sebagai substrat untuk pembentukan flavour


Metilketon dibentuk oleh jamur pada keju (Penicillium roquefortii, dll) melalui jalur β-
oxidation dan enzim spesifik seperti 3-ketoacyl CoA-thioester hydrolase; metilketon ini
adalah satu karbon lebih pendek dari prekursornya asam lemak 6 sampai 12 karbon, seperti 2-
pentanone, 2-heptanone, 2-nonanone dan 2-undecanone. Mulai dari asam α-linolenat (C18: 3;
ditemukan dalam minyak biji rami), patogen tanaman jamur Botryodiplodia theobromae
dapat membentuk asam jasmonat. Kemudian dapat diesterifikasi menggunakan lipase
komersial, untuk mendapatkan produk yang diinginkan yaitu methyl (+)-7-isojasmonic acid
yang memiliki karakteristik berbau seperti jasmine.
Ada juga jalur kompleks yang terjadi secara normal pada tanaman melibatkan
lipoksigenase (dioksigenase yang bekerja pada unit cis-cispentadiene dari PUFA), allene
oxide synthase, dan enzim cyclase, diikuti oleh tahap β -oksidasi dan pengurangan ikatan
rangkap seperti gambar di bawah ini:

c.1.3 Asam Lemak dan alkena sebagai substrat untuk musk fragrance

Komponen musk dan civet menguap sangat lambat dan memperbaiki bau lainnya.
Dalam hal ini, musk adalah komponen penting dalam banyak wewangian; sebagian besar
bersifat aromatik polisiklik dan diproduksi melalui sintesis petrokimia. Lactone makrosiklik
yang ada secara natural ditemukan pada beberapa tanaman (ambrette seed oil, galbanum),
sedangkan keto-musk diproduksi oleh musk dan civet cats.
Mutan dari ragi Torulopsis bombicola telah diperoleh yang mampu mengubah asam
palmitat menjadi ester asam o-hidroksipalmitat, yang kemudian dapat disikluskan menjadi
hexactecanolide lactone musk.
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Proses lainnya menggunakan Candida tropicalis yang dapat mengubah C10 – C18 alkana
menjadi α, ω-dicarboxylic acid, yang dimana dapat dipolimerisasi dan disklik menjadi
macrocyclic musk, contohnya seperti gambar dibawah:

c.1.4 Terpen sebagai substrat untuk Ambrox-fragrance


Prosesnya dimulai dari ekstraksi terpene sclareol dari tanaman Salvia sclarea yangi
dimana dikonversi melalui jalur sclareolide menjadi ambrox. Metode lainnya yaitu
menggunakan strain ragi dan jamur (Hyphozymaroseoniger, Cryptococcus sp) yang memiliki
kemampuan untuk menggunakan sclareol sebagai sumber karbon dan dapat mengakumulasi
sclareolide yang dimana secara kimia dapat dikonversi menjadi Ambrox.
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

c.1.5 Hidroksi Asam lemak dan lakton tak jenuh sebagai substrat untuk rasa-lakton.

Contohnya adalah konversi mikroba asam risinoleat (12-hidroksi C18: 1, konstituen


utama dari minyak jarak atau minyak risin) melalui β-oksidasi parsial menjadi aroma lakton
seperti peach, γ-decalactone (yang merupakan molekul kiral) oleh ragi seperti Sporidiobolus
salmonicolor dan Yarrowia lipolytica.

Demikian pula asam koriol adalah prekursor asam lemak terhidroksilasi yang dapat
menghasilkan δ-decalakton dengan Cladosporium suaveolens. Lakton dan δ-oktalakton juga
dapat diperoleh melalui fermentasi ragi dari asam lemak yang terhidroksilasi alami, seperti
asam 11-hidroksipalmitat yang terdapat dalam akar jalap (ubi jalar). α, β-Lakton tak jenuh, 2-
desen-5-olide yang merupakan komponen utama minyak kulit Massoi, juga dapat diubah
secara efisien oleh ragi roti menjadi δ-decalakton.

c.2 Enzim sebagai biokatalis


Meskipun penggunaan enzim mikroba membutuhkan biaya yang lebih tinggi
dibandingkan sel mikroba (secara utuh), namun penggunaan enzim mikroba dapat
memberikan stereoselektivitas dan enansioselektivitas yang tinggi terhadap konversi substrat.
Teknik seperti imobilisasi enzim dan regenerasi koenzim dapat menghasilkan proses
biokatalitik yang sangat efisien dan spesifik untuk sintesis flavour (perasa). Sebagai contoh,
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

konversi 1-fenil-2-propanon dengan NADH + H+ dari enzim alkohol dehydrogenase menjadi


1-fenil-2-propanol. Regenerasi diperoleh melalui suatu reaksi dimana asam format diubah
menjadi gas CO2 oleh enzim format dehydrogenase.

Senyawa benzaldehid yang memberikan rasa pada ceri dan almond dapat diperoleh
dari senyawa amygdalin sianogen glukosida yang dapat ditemukan dalam biji ceri dan
almond menggunakan enzim β- glukosidase dan mandelo nitril liase.

Contoh dalam bidang industry adalah produksi L-menthol, komponen utama dalam
peppermint. Telah ditemukan mikroba lipase yang secara khusus dapat menghidrolisis L-
menthylester (dari campuran D,L- mentylester) menjadi L-menthol dengan produk samping
D-menthylester.
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

Furaneol, 2,5-dimetil-4-hidroksi-3(2H)-furanon (DMHF) adalah senyawa yang


memberikan rasa strawberi dalam larutan encer dan rasa seperti caramel dalam larutan pekat.
Furanon dapat ditemukan pada banyak buah-buahan (misalnya nanas, strawberi, mangga,
raspberry) juga dalam kultur mikroba tertentu dan kecap. Furanon dapat terbentuk dari reaksi
kimia gula dan amina dengan reaksi Maillard. Adapun gula yang digunakan adalah gula
khusus seperti L-rhamnose, L-fucose, dan lain-lain. Deoxysugar L-rhamnose dapat
dipisahkan dari citrus glikosida, naringin, dan hesperidin melalui ramnosidase (kegiatan yang
ada dalam penyiapan aspergillus pectinase secara komersial). Karena L-rhamnose murni
diperlukan untuk konversi kimia, gula (glukosa) lainnya dapat dipisahkan secara selektif
dengan fermentasi atau biokonversi menjadi asam glukonat.
Glukosa atau asam glukonat dapat dikonversi oleh Gluconobacter suboxydans
menjadi asam 5-ketoglukonat, yang merupakan prekursor yang baik untuk sintesis kimia
monomethyl furanone (yang memberikan rasa gurih).
L-Fucose adalah bagian utama deoxysugar pada kapsul exopolysaccharide (EPS) dari
strain Clavibacter dan Klebsiella tertentu. EPS murni yang disebut clavan, dapat dihidrolisis
secara kimia atau enzimatis untuk menghasilkan L-fucose bebas.

Pada penelitian terbaru, ditemukan bahwa ragi kecap Zygosaccharomyces rouxii


mampu membentuk DMHF, terutama ketika media disuplai dengan D-fructosa-1,6-
Alyaa Farrah Dibha (165090207111004)
Andrian Sucahyo (165090200111011)
Imamah Khuriyatun Nissa (165090201111011)

biphosphate (FBP) dan glukosa. Ketersediaan FBP yang murah dapat membantu
pengembangan dalam penggunaan mikroba dari pada proses kimia.

PELUANG DAN KENDALA

Banyak strain mikroba yang mampu mensintesis senyawa flavour yang memiliki
potensi harga (mahal). Namun produk yang dihasilkan seringkali sangat sedikit, jarang di atas
100 mg.dm-3 sehingga membuat proses ini kurang menarik secara ekonomi.
Pemahaman yang baik tentang biokimia mikroba dan enzim, regulasi metabolisme, dan
modifikasi genetik adalah persyaratan dasar untuk meningkatkan hasil produk, di samping
penerapan teknologi fermentasi baru.
Kendala lainnya adalah banyak komponen flavour, penambahan prekursor (terutama
asam lemak, asam risinoleat, minyak fusel) dapat bersifat menghambat atau bahkan beracun
(pada tingkat yang lebih tinggi) untuk strain produsen, meskipun ragi dapat menangani
inhibitor tersebut dengan lebih mudah.
Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dapat digunakan teknologi fermentasi yaitu dengan
melakukan imobilisasi pada sel atau ekstraksi flavour in situ (melalui membran, pelarut, dll).
Biaya bahan baku, prekursor, pembentukan produk, dan penghilangan produk
samping yang tidak diinginkan, dapat menambah kelayakan ekonomi dari proses bioflavour.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
memetabolisme produk samping yang tidak diinginkan atau intermediet dari fermentasi, atau
cairan ekstraksi dengan mikroorganisme lain. Sebagai contoh, proses sintesis γ-decalakton
dari asam risinoleat menghasilkan produk samping 3-hidroksi- γ-decalakton. Produk samping
tersebut diubah menjadi 3,4 γ-decalakton tak jenuh, dan kemudian secara stereoselektif
direduksi menjadi γ-decalakton oleh ragi Saccharomyces Cerevisiae.
Deteksi, identifikasi, karakterisasi strain baru dan komponen-komponen flavour-nya
(campuran atau senyawa utama) perlu dioptimalkan. Karena nilai ambang yang rendah (ppm
ke ppb), meskipun masih mudah dideteksi oleh hidung manusia. Namun sistem pendeteksian
yang sensitif, kuantitatif, dan berkelanjutan untuk zat-zat yang mudah menguap harus
dikembangkan lebih lanjut.
Dari pernyataan dan contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa kolaborasi intensif
antara ahli mikrobiologi, ahli biokimia, ahli kimia organik, dan teknik bioproses adalah
prasyarat untuk mengembangkan temuan laboratorium yang menarik ke dalam proses industri
untuk produksi bioflavour.

Anda mungkin juga menyukai